bab iii metode perencanaan 3.1 lokasi perencanaan
TRANSCRIPT
31
BAB III
METODE PERENCANAAN
3.1 Lokasi Perencanaan
Sumber google maps Gambar 3.1 Lokasi Perencanaan
Nama jalan : Waru - Masiwang
Lokasi jalan : Lokasi Waru – Masiwang Kabupaten Seram Bagian Timur
Panjang jalan : 4,2 km
Lebar : 5 m
32
3.2 Bagan Alur Perencanaan
Gambar 3.3 Diagram Alir Tahapan Studi
3.3 Studi Literatur
Dari studi literatur ini akan menjadi tahapan yang nantinya dapat
mempermudah dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Data Sekunder
1.Data LHR
2.Data CBR
3,Data harga satuan
proyek konstruksi (HSPK)
Perencanaan
Rencana anggaran biaya
konstruksi Hasil Hitungan (RAB)
Perhitungan Tebal
Perkerasan Menggunakan
Metode Bina Marga 2003
START
FINISH
Pengumpulan Data
Kesimpulan dan saran
33
3.4 Pengumpulan Data
Untuk menentukan tebal terkerasan jalan dibutuhkan data sekunder, sebagai
berikut:
• Data sekunder
Data sekunder yang di butuhkan terdiri dari :
a. Data lalu lintas.
Dalam Tugas akhir ini data yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum
dan Penata Ruang Kabupaten Seram Bagian Timur, menjadi acuan dalam
perhitungan lalu-lintas harian rata-rata (LHR) untuk perencanaan jalan
akses jalan yang baru.
b. Data CBR dalam tugas akhir ini data yang diperoleh dari PT. Nur Lita
Consultant
c. Data harga satuan proyek konstruksi (HSPK) Kecamatan Teluk Waru.
Data ini digunakan untuk menentukan parameter harga pekerja,bahan
dan peralatan yang dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya
biaya yang dibutuhkan dalam pekerjaan perencanaan perkerasan lentur
baik menggunakan Bina Marga 2003.
3.4 Analisis Perencanaan
a. Perencanaan tebal konstruksi perkerasan jalan. Menghitung besarnya tiap
lapis perkerasan jalan yang didapat dari pengolahan data yang ada dengan
menggunakan cara Bina Marga 2003.
Data Perencanaan Desain Penampang Jalan:
Kecepatan rencana : 40 km / jam
Klasifikasi jalam sekunder : Lokal Sekunder
Lebar perkerasan : 2 x 2,5 meter
Lebar jalur : 5 meter
Umur rencana : 10 tahun
34
b. Merencanakan besarnya biaya konstruksi tebal perkerasan lentur (flexible
pavement) menggunakan parameter harga satuan pokok pekerjaan (HSPK).
Untuk mengetahui biaya dari hasil perhitungan ketebalan perkerasan
menggunakan metode Bina Marga 2003.
3.5 Tahapan perencanaan perkerasan lentur
Desain perkerasan lentur sebagai berikut :
1. Struktur dan jelnis perkerasan
2. Penentuan besaran rencana
3. Perhitungan rencana anggaran biaya
3.6 Bina marga 2003 Manual desain perkerasan jalan
Meliputi desain perkerasan lentur dan perkerasan kaku untuk jalan baru,
pelebaran jalan, dan rekonstruksi, serta menjelaskan faktor – faktor yang perlu di
pertimbangkan dalam pemilihan strukur perkerasan termasuk detail desain,
drainase, dan persyaratan konstruksi.
1. Perhitungan lalu lintas harian rata – rata (LHR)
Rumus : LHRn = ( 1 + 𝑖 )𝑛 .LHRo
Dimana : LHRn = Lalu-lintas Harian Rata-rata tahun ke n
LHRo = Lalu-lintas Harian Rata-rata tahun ke 0
I = Tingkat pertumbuhan lalu-lintas
n = Tahun ke n
2. Menghitung lintas ekuivalen pemulaan (LEP)
Rumus : LEP = ∑ LHRj x Cj x Ej𝑛𝑗=1
Dimana : LEP = Lintas Ekivalen Permulaan
LHR = Lalu-lintas Harian Rata-rata
J = Jenis Kendaraan
C = Koefisien Kendaraan
E = Angka Ekivalen
35
3 Menghitung Lintas Ekivalen Akhir ( LEA )
Rumus : LEA = ∑ LHRj (1 + 𝑖)𝑈𝑅 x Cj x Ej𝑛
𝑗=1
LEA10 = LEP (1 + 𝑖)𝑈𝑅
( Hasil subsitusi rumus baku LEP dan LEA ), dimana :
i = Tingkat Pertumbuhan lalu-lintas
UR = Usia Rencana
3. Menghitung Lintas Ekivalen Tengah ( LET ), dimana :
Rumus : LET10 = LEP+LEA
2
4. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana ( LER ), dimana :
Rumus :
LER10 = LET x UR
10
5. Penentuan nilai CBR
6. Mencari Daya Dukung Tanah Dasar ( DDT )
Dengan menarik garis datarkesebelah kiri pada grafik hubungan DDT dan
CBR maka akan didapatkan nilai DDT.
36
7. Menentukan Faktor Regional (FR)
% Kendaraan berat =Jumlah kendaraan berat
Jumlah semua kendaraan×100%
Tabel 4.3 Menentukan Faktor Regional (FR)
Kelandaian I
( < 6%)
Kelandaian II
(6-10 %)
Kelandian III
( > 10%)
% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
≤ 30 % > 30% ≤ 30 % > 30% ≤ 30 % > 30%
Iklim I <
900
mm/th
0,5 1,0-1,5 1,0 1,5-2,0 1,5 2,0-2,5
Iklim II > 900 mm/th
1,5 2,0-2,5 2,0 2,-3,0 2,5 3,0-3,5
SUMBER ( SKBI ANALISA KOMPONEN)
8. Menentukan Indeks Permukaan ( IP )
Indeks permukaan terdiri atas Indeks Permukaan Awal ( IPo ) dan
Indeks Permukaan Akhir ( IPt ).
Tabel 4.4 Menentukan Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IP)
LER = Lintas
Ekivalen Rencana
*)
Klasifikasi Jalan
lokal kolektor arteri tol
< 10 1,0 -
1,5 1,5
1,5 –
2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 –
2,0 2,0
2,0 -
2,5 -
> 1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
(Sumber: SKBI-2.3.26. 1987)
9. Mencari Harga Indeks Tebal Perkerasan ( ITP )
Didapatkan dengan menggunakan grafik nomogram 4 Indeks Tebal
Perkerasan.
37
10. Menetapkan Tebal Perkerasan
Tabel 4.6 Tebal Minimum Lapis Permukaan (D1)
ITP Tebal Minimum (cm) Bahan
< 3,00 5 Lapis pelindung: (Buras/Burtu/Burda)
3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥ 10,00 10 Laston
(Sumber: SKBI-2.3.26. 1987)
Tabel 4.7 Tebal Minimum Lapis Pondasi Atas
ITP Tebal Minimum
(cm) Bahan
< 3,00 15 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas
tanah dengan kapur
3,00 – 7,49 20*) Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas
tanah dengan kapur
7,50 – 9,99
10
20
Laston Atas
Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas
tanah dengan kapur, pondasi macadam
10 – 12,14
15
20
Laston Atas
Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas
tanah dengan kapur, pondasi macadam
≥ 12,25 25
Lapen, Laston atas
Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen, stabilitas
tanah dengan kapur, pondasi macadam, Lapen,
Laston Atas
(Sumber: SKBI-2.3.26. 1987)
Tebal Minimum Lapis Pondasi Bawah
Untuk setiap nilai ITP bila menggunakan lapis pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm
(Sumber: SKBI-2.3.26. 1987)