bab iii metodologi desain penelitianrepository.upi.edu/35836/4/s_s_fis_1501909_chapter3.pdf · tes...
TRANSCRIPT
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI
Pada bab ini membahas mengenai metode yang digunakan
dalam penelitian. Metode yang dimaksud meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen yang digunakan,
prosedur penelitian dan teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian.
3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kuantitatif untuk mengetahui peningkatan penguasaan
konsep siswa dan peningkatan penguasaan konsep kelompok kecerdasan majemuk siswa setelah pembelajaran STEM berbasis
kecerdasan majemuk.
Desain penelitian yang digunakan adalah pre-experimental
design dengan one group pretest - posttest. Dalam desain penelitian ini, sampel diberikan pretest terlebih dahulu sebelum
treatment dilakukan, dilanjutkan dengan treatment dan di akhir
pembelajaran sampel diberikan posttest. Untuk lebih jelasnya, desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. dibawah ini:
Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Desain penelitian One-Group pretest-postest Design.
Pretest Treatment Posttest O1 X O2
Keterangan: O1= nilai pretest (sebelum diberi perlakuan); X = Perlakuan; O2= nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif yang
didapatkan melalui hasil pretest dan posttest yang diolah untuk
mengetahui penguasaan konsep siswa sebelum atau sesudah pembelajaran STEM berbasis kecerdasan majemuk.
3.2. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian adalah siswa kelas VII semester
genap tahun ajaran 2018/2019 disalah satu SMP Negeri di Kota
Bandung. Pada pengambilan sampel berdasarkan teknik ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan area
39
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampel yaitu kelas VII semester genap, dan tahap kedua yaitu
menentukan orang-orang yang ada pada area tersebut secara
random. Untuk pengambilan sampel pada penelitian ini digunakan teknik cluster random sampling dengan sampel dalam
penelitian sebanyak 24 siswa dalam satu kelas dengan sampel
laki-laki berjumlah 11 orang, sementara sampel perempuan 13
orang. Sampel tersebut merupakan siswa yang belum mempelajari materi gempa bumi.
3.3. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan terdiri dari dua jenis instrumen yaitu instrumen tes dan non-tes, sebagai alat
ukur untuk mengumpulkan data pada penelitian ini. Instrumen
dalam bentuk tes yang digunakan yaitu berupa tes kecerdasan majemuk dominan dan tes penguasaan konsep. Sementara
instrumen dalam bentuk non-tes yang digunakan yaitu lembar
kerja peserta didik (LKPD) berdasarkan kecerdasan majemuk
dan lembar observasi.
3.3.1 Tes Kecerdasan Majemuk
Instrumen tes yang pertama dalam penelitian ini adalah tes
kecerdasan majemuk. Instrumen test ini menggunakan tes kecerdasan Howard Gardnerd yang berisi 7 kecerdasan majemuk
siswa yaitu verbal-linguistik, visual-spasial, kinestetik, naturalis,
logika-matematika, musikal, dan interpersonal. Bentuk
instrumen tes ini berupa form checklist yang berisi 21 pernyataan (I. R. Suwarma, 2014). Siswa diminta untuk memilih pernyataan
yang sesuai dengan keadaan. Pernyataan-pernyataan ini
merupakan ciri khas dari kecerdasan majemuk dominan. Nantinya peneliti akan mencocokan pernyataan yang dipilih
siswa dengan kecerdasan majemuk. Data kecerdasan majemuk
siswa lalu dikonsultasikan kepada pembimbing yang ahli di bidang kecerdasan majemuk untuk menjadi landasan pemilihan
LKPD siswa. Contoh instrumen kecerdasan majemuk disajikan
pada Lampiran C1.
40
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.2 Tes Penguasaan Konsep
Instrumen tes yang kedua yaitu tes penguasaan konsep.
Tes penguasaan konsep ini berisi materi gempa bumi yang telah dipelajari dengan pembelajaran STEM berbasis kecerdasan
majemuk. Tes penguasaan konsep ini dilakukan untuk
mengetahui penguasaan konsep siswa terkait materi gempa bumi.
Tes ini berupa pilihan ganda yang terdiri dari 16 butir soal dengan 4 opsi pilihan. Contoh soal penguasaan konsep disajikan pada
Lampiran C2.
Sebelum instrumen digunakan, terdapat beberapa langkah pengembangan instrumen untuk mengetahui kelayakan
instrumen yang digunakan yaitu uji validitas, uji reliabilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Hasil rekapitulasi keseluruhan uji kelayakan instrumen ditunjukan oleh Tabel 3.2.
Tabel 3.2.
Tabel 3. 2 Rekapitulasi Keseluruhan Uji Kelayakan Instrumen Tes Penguasaan Konsep
No
Item
Validitas Tingkat
Kesukaran Daya Pembeda
Keputusan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria
1 0,5 Sedang 0,5 Sedang 0,41 Baik Digunakan
2 0,41 Sedang 0,46 Sedang 0,33 Cukup Digunakan
3 0,67 Tinggi 0,7 Sedang 0,6 Baik Digunakan
4 0,85 Sangat
Tinggi 0,91 Mudah 0,39 Cukup Digunakan
5 0,77 Tinggi 0,83 Mudah 0,25 Cukup Digunakan
6 0,59 Sedang 0,67 Sedang 0,37 Cukup Digunakan
7 0,71 Tinggi 0,91 Mudah 0,25 Cukup Digunakan
8 0,87 Sangat
Tinggi 0,91 Mudah 0,37 Cukup Digunakan
9 0,78 Tinggi 0,75 Mudah 0,47 Baik Digunakan
10 0,32 Rendah 0,13 Sulit 0,33 Cukup Digunakan
11 0,79 Tinggi 0,88 Mudah 0,58 Baik Digunakan
12 0,71 Tinggi 0,91 Mudah 0,27 Cukup Digunakan
13 0,5 Sedang 0,3 Sulit 0,58 Baik Digunakan
14 0,42 Sedang 0,3 Sulit 0,25 Cukup Digunakan
15 0,68 Tinggi 0,7 Mudah 0,33 Cukup Digunakan
16 0,41 Sedang 0,2 Sulit 0,25 Cukup Digunakan
Reliabilitas 0,58
Kriteria Cukup
41
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.2.1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen penelitian ini terdiri dari uji
validasi oleh ahli dan uji validitas dengan statistik. Uji validasi ahli dilakukan untuk menguji validitas konstruk dan validitas isi
dari instrumen yang digunakan. Validitas ini dilakukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Skor validitas = Skor Validator I + Skor Validator II
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 (1)
Dari hasil uji validitas yang didapatkan koefisien validitas
yang kemudian akan diklasifikasikaan kedalam beberapa tingkatan. Klasifikasi kategori tingkat koefisien validitas
ditunjukan oleh Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Tabel 3. 3 Klasifikasi Kategori Tingkat Koefisien Validitas
Koefisien Validitas Kategori
0,80 < 𝑥 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < 𝑥 0,80 Tinggi
0,40 < 𝑥 0,60 Cukup
0,20 < 𝑥 0,40 Rendah
0,00 < 𝑥 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2015)
Hasil rekapitulasi validasi ahli terhadap butir soal tes penguasaan konsep ditunjukan oleh Tabel 3.4.
Tabel.3.4.
Tabel 3. 4 Rekapitulasi Validasi Ahli Terhadap Tes Penguasaan Konsep
Soal
No
Indikator validasi
Indikator
soal Konsep
Kunci
jawaban
Level
kognitif
V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1
42
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soal
No
Indikator validasi
Indikator
soal Konsep
Kunci
jawaban
Level
kognitif
V1 V2 V1 V2 V1 V2 V1 V2 5 0 1 1 1 1 1 0 1
6 0 1 1 1 1 1 0 1
7 1 1 1 0 1 0 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 0 1 0 1 1
10 1 1 1 0 1 0 1 1
11 0 1 1 1 1 1 0 1 12 0 1 1 0 1 0 0 1
13 1 1 0 1 0 1 1 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 15 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1
Total 12 16 15 12 15 12 12 16
R 0,75 1,00 0,94 0,75 0,94 0,75 0,75 1,00 RV 0,88 0,84 0,84 0,88
I Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Sangat
Tinggi
Hasil
akhir
0,86
(Sangat Tinggi) Keterangan: V: Validator; R: Rata-rata; RV: Rata-rata validator; I:
Interpretasi;
Berdasarkan hasil pengolahan data validasi oleh ahli
terhadap instrumen penguasaan konsep, diperoleh rata-rata
validasi sebesar 0,86 dengan interpretasi sangat tinggi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa setiap butir soal penguasaan konsep sangat valid menurut para ahli.
Selain uji validasi oleh ahli, uji validitas juga dilakukan
secara statistik. Data untuk uji validitas secara statistik diperoleh dari hasil jawaban siswa yang telah belajar mengenai materi
gempa bumi disalah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Teknik
yang digunakan menguji validitas ini adalah menggunakan
43
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
korelasi product moment. Persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
𝑟𝑋𝑌 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌−∑ 𝑋 ∑ 𝑌
√(𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2)(𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)
2)
(2)
Keterangan:
𝑟𝑋𝑌 = Koefisien validitas N = Jumlah responden
X = Skor pertanyaan tiap nomor
Y = Jumlah skor total pertanyaan
Perhitungan diatas akan menghasilkan koefisien validitas
pearson. Berikut ini klasifikasi interpretasi koefisien validitas pearson ditunjukan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5.
Tabel 3. 5 Klasifikasi Interpretasi Koefisien Validitas Pearson Koefisien Korelasi Kriteria
0.00 – 0.200 Sangat rendah
0.200 – 0.400 Rendah
0.400 – 0.600 Sedang 0.600 – 0.800 Tinggi
0.800 – 1.00 Sangat tinggi
(Arikunto, 2015)
Hasil rekapitulasi validasi secara statistik terhadap butir soal penguasaan konsep ditunjukan oleh Tabel 3.6.
Tabel 3.6.
Tabel 3. 6 Rekapitulasi Valid Secara Statistik Terhadap Soal Penguasaan Konsep
No Item Validitas
Nilai Kriteria
1 0,5 Sedang 2 0,41 Sedang 3 0,67 Tinggi 4 0,85 Sangat Tinggi 5 0,77 Tinggi 6 0,59 Sedang 7 0,71 Tinggi
44
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8 0,87 Sangat Tinggi 9 0,78 Tinggi 10 0,32 Rendah 11 0,79 Tinggi 12 0,71 Tinggi 13 0,5 Sedang 14 0,42 Sedang 15 0,68 Tinggi
16 0,41 Sedang
Rata-rata 0,62 Tinggi
Berdasarkan data hasil uji validitas secara statistik
menggunakan product momen, diperoleh hasil rata-rata nilai
koefisien validitas sebesar 0,62 dengan interpretasi tinggi. Hasil ini
menunjukan bahwa instrumen penguasaan konsep dapat diinterpretasikan valid. Sehingga peneliti memutuskan untuk
menggunakan semua butir soal tes penguasaan konsep.
3.3.2.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas merujuk kepada tingkat keajegan instrumen,
artinya instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas instrumen
penguasaan konsep menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑟11 = (𝑛
𝑛−1) (1 −
∑ 𝜎𝑖2
𝜎𝑖2
) (3)
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
n = banyaknya butir soal
𝜎𝑖2 = varians skor soal ke – i
Koefisien reliabilitas yang didapatkan dapat
diinterpretasikan menggunakan kriteria standar yang dapat dilihat
dari Tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Tabel 3. 7 Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliabilitas
45
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai r11 Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0, 60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat rendah
(Arikunto, 2015)
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada instrumen penguasaan konsep yang terlampir dalam Lampiran C2,
didapat nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,58. Hasil perhitungan
tersebut kemudian diinterpretasikan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Sehingga diperoleh kriteria reliabilitas tes
tersebut adalah cukup.
3.3.2.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal
Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah dengan
menggunakan persamaan
𝑃 =𝐵
𝐽𝑋 (4)
Keterangan: P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal benar
JX : jumlah seluruh siswa peserta tes.
Standar yang digunakan untuk pengkategorian tingkat
kesukaran soal ditunjukan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Tabel 3. 8 Klasifikasi Indeks Tingkat Kesukaran Batasan Kategori
0,00 < P ≤ 0,30 Soal sulit
46
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,30 < P ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < P ≤ 1,00 Soal mudah
(Arikunto, 2015)
Hasil rekapitulasi tingkat kesukaran setiap butir soal pada instrumen penguasaan konsep ditunjukan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Tabel 3. 9 Hasil Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Penguasaan
Konsep No Item Indeks Tingkat Kesukaran Kategori
1 0,5 Sedang
2 0,46 Sedang
3 0,7 Sedang
4 0,91 Mudah
5 0,83 Mudah
6 0,67 Sedang
7 0,91 Mudah
8 0,91 Mudah 9 0,75 Mudah
10 0,13 Sulit
11 0,88 Mudah
12 0,91 Mudah
13 0,3 Sulit
14 0,3 Sulit
15 0,7 Mudah
16 0,2 Sulit
Hasil rekapitulasi menunjukan adanya keberagaman
tingkat kesukaran pada instrumen penguasaan konsep. Dengan
menghitung persentase dan frekuensi untuk setiap interpretasi tingkat kesukaran. Didapat hasil persentasi dan frekuensi
instrumen penguasaan konsep yang ditunjukan oleh Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Tabel 3. 10 Persentase Dan Frekuensi Tingkat Kesukaran Instrumen
Penguasaan Konsep Kriteria Jumlah Soal Persentase
Mudah 8 50
Sedang 4 25
47
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria Jumlah Soal Persentase
Sulit 4 25
Berdasarkan Tabel 3.10 diperoleh informasi bahwa tingkat
kesukaran instrumen penguasaan konsep cukup bervariatif. Untuk persentase terbesar terdapat pada interpretasi mudah yaitu sebesar
50% atau sebantak 8 soal, untuk interpretasi sedang prsentasenya
yaitu sebesar 25% atau sebanyak 4 soal, dan untuk interpretasi sulit
persentasenya yaitu sebesar 25% atau sebanyak 4 soal.
3.3.2.4 Daya Pembeda
Instrumen yang baik adalah yang dapat membedakan
kelompok siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan yang rendah.
Instrumen penguasaan konsep diuji daya pembedanya sebelum
digunakan untuk penelitian. Pengolahan data untuk pengujian daya pembeda menggunakan persamaan sebagai berikut:
D = 𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (5)
Keterangan:
DP = Indeks pembeda
𝐽𝐴 = Jumlah Peserta tes kelompok atas
𝐵𝐴 = Banyaknya Jumlah peserta kelompok atas menjawab
soal dengan benar
𝐽𝐵 = Jumlah Peserta tes kelompok bawah
𝐵𝐵 = Banyaknya Jumlah peserta kelompok bawah menjawab
soal dengan benar
Dari persamaan di atas, diperoleh indeks pembeda yang
dapat diinterpretasikan berdasarkan kategori untuk setiap butir
soal. Berikut ini kategori daya pembeda ditunjukan oleh Tabel
3.11.
Tabel 3.11.
Tabel 3. 11 Kategori Interpretasi Indeks Daya Pembeda
48
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indeks Daya Pembeda (DP) Kategori
0,00 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 0,20
0,21 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 0,40
0,41 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 0,70
0,71 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Negatif
Jelek
Cukup Baik
Baik Sekali
Tidak Baik, Harus Dibuang
Hasil pengolahan daya pembeda instrumen penguasaan
konsep ditunjukan pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Tabel 3. 12 Hasil Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Penguasaan Konsep
No Soal Indeks daya pembeda Kategori
1 0,41 Baik
2 0,33 Cukup
3 0,6 Baik
4 0,39 Cukup
5 0,25 Cukup
6 0,37 Cukup
7 0,25 Cukup
8 0,37 Cukup
9 0,47 Baik
10 0,33 Cukup
11 0,58 Baik 12 0,27 Cukup
13 0,58 Baik
14 0,25 Cukup
15 0,33 Cukup
16 0,25 Cukup
Bedasarkan Tabel 3.12. secara keseluruhan instrumen penguasaan konsep cenderung memiliki kategori yang cukup baik.
3.3.3 LKPD Kecerdasan Majemuk
Instrumen dalam bentuk non-tes yang pertama yaitu lembar kerja peserta didik (LKPD) sebagai petunjuk teknis dalam
melakukan pembelajaran STEM berbasis kecerdasan majemuk.
Ada empat jenis LKPD yang disediakan oleh peneliti dan setiap
49
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LKPD memiliki ciri khas masing-masing berdasarkan kecerdasan
majemuk dominan. Berikut ini penjelasan mengenai keempat
jenis LKPD.
3.3.3.1 LKPD untuk Kecerdasan Majemuk Verbal-Linguistik
LKPD verbal-linguistik dibuat untuk memfasilitasi siswa
yang memiliki kecerdasan dominan linguistik. Pada LKPD ini
disediakan sebuah puzzle dari huruf-huruf yang diacak. Siswa diminta untuk menemukan kata-kata tersembunyi dari puzzle kata
tersebut. Setelah menemukan 10 kata tersembunyi, siswa diminta
untuk mencari arti dan hubungan dari kata-kata tersebut dan menyusunnya menjadi rangkuman materi pembelajaran. Contoh
dari LKPD linguistik yang digunakan ditunjukan pada Lampiran
B2.
3.3.3.2 LKPD untuk Kecerdasan Majemuk Logika-Matematika
LKPD logika-matematika dibuat untuk memfasilitasi
siswa yang memiliki kecerdasan dominan logika-matematika.
Pada LKPD ini disediakan fakta-fakta mengenai berbagai jenis fenomena alam yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
Siswa diminta untuk menjelaskan penyebab dari fenomena alam
tersebut berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Contoh dari LKPD logika-matematika yang digunakan
ditunjukan pada Lampiran B2.
3.3.3.3 LKPD untuk Kecerdasan Majemuk Kinestetik
LKPD dibuat untuk memfasilitasi siswa yang memiliki kecerdasan dominan kinestetik. Pada LKPD ini disediakan
seperangkat alat dan bahan disertai instruksi praktikum. Siswa
diminta untuk melakukan eksperimen yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Contoh dari LKPD kinestetik yang
digunakan ditunjukan pada Lampiran B2.
50
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3.3.4 LKPD untuk Kecerdasan Majemuk Visual-Spasial
LKPD visual-spasial dibuat untuk memfasilitasi siswa
yang memiliki kecerdasan dominan visual-spasial. Pada LKPD ini disediakan puzzle gambar yang berhubungan dengan materi
pembelajaran. Siswa diminta untuk menyusun puzzle-puzzle
tersebut dan memberi sedikit penjelasan berkaitan dengan materi
pembelajaran. Contoh dari LKPD visual-spasial yang digunakan ditunjukan pada Lampiran B2.
Peneliti menentukan LKPD yang dikerjakan siswa
berdasarkan tes kecerdasan majemuk dominan siswa. Daftar siswa dan LKPD kecerdasan majemuk ditunjukan oleh Tabel
3.13.
Tabel 3.13. Tabel 3. 13 Daftar Siswa Dan LKPD Kecerdasan Majemuk
No Nama Siswa Kode
Siswa
Jenis
kelamin LKPD siswa
1 AN S4 P
Verbal-Linguistik
2 FR S6 L
3 FUMG S7 P
4 GRP S9 P
5 HNH S10 P
6 IM S12 L
7 MSR S13 L
8 NAF S17 P 9 SRM S24 P
10 IRA S11 L
Logika-Matematika
11 MFRR S14 L
12 MRPH S15 L
13 NYDK S18 L
14 PWM S20 P
15 AFZ S2 P
Kinestetik 16 NDM S19 P
17 SAS S23 P
18 ADS S1 L
Visual-Spasial 19 ADA S3 L
20 CK S5 P
21 FNA S8 P
51
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Nama Siswa Kode
Siswa
Jenis
kelamin LKPD siswa
22 MDW S16 P
23 RAP S21 L
24 SRI S22 L
3.3.4 Lembar observasi
Instrumen non-tes yang kedua adalah lembar observasi untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran. Lembar observasi
ini diisi pada setiap pertemuan ketika pengumpulan data. Lembar
observasi pembelajaran menggunakan pilihan “ya” atau “tidak”
yang terbagi menjadi lembar observasi bagi guru dan lembar observasi bagi siswa. Lembar observasi guru dibuat berdasarkan
langkah-langkah pembelajaran di RPP yang dimulai dari
pembukaan hingga penutupan. Sementara lembar observasi siswa hanya dimulai dari fase pengumpulan data hingga fase
mengkomunikasikan. Lembar observasi siswa terbagi
berdasarkan kelompok kecerdasan majemuknya dan ditujukan
kepada masing-masing siswa secara individu dalam mengikuti proses pembelajaran. Lembar observasi penelitian ini dapat
dilihat pada Lampiran C2 untuk lembar observasi guru, dan
Lampiran C3 untuk lembar observasi siswa.
3.4. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan pokok yaitu tahap pendahuluan, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap
akhir.
Tahapan pertama penelitian ini adalah dengan melakukan
serangkaian kegiatan mulai dari studi pendahuluan dengan melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran,
menganalisis hasil ulangan siswa, dan melakukan wawancara
dengan guru fisika. Kegiatan wawancara ini dilakukan kepada salah satu guru fisika di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung.
Dari hasil studi pendahuluan tersebut dilakukan kegiatan studi
literatur untuk identifikasi dan merumuskan masalah untuk penelitian ini. Berdasarkan rumusan masalah, dicarilah metode
52
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Berdasarkan studi literatur ini, diusulkan judul
penelitian pembelajaran STEM berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan penguasaan konsep pada materi gempa
bumi. Selanjutnya peneliti melakukan studi literatur tentang
pembelajaran STEM, kecerdasan majemuk, dan penguasaan
konsep. Hasil studi literatur ini lalu dituangkan dalam proposal penelitian untuk dikonsultasikan dengan dosen. Setelah proposal
penelitian dikonsultasikan, proposal penelitian ini lalu direvisi
berdasarkan masukan dari dosen, dan akhirnya disetujui oleh dosen untuk dijadikan judul penelitian.
Tahapan kedua penelitian ini adalah tahap persiapan. Pada
tahap ini, peneliti menyusun RPP, instrumen tes kecerdasan majemuk, tes penguasaan konsep gempa bumi, dan lembar kerja
peserta didik berbasis kecerdasan majemuk sebagai tuntunan
siswa dalam pembelajaran. RPP, instrumen tes kecerdasan
majemuk dan LKPD berbasis kecerdasan majemuk yang telah disusun kemudian dikonsultasikan dengan dosen dan akhirnya
disetujui setelah dianggap layak. Sedangkan tes penguasaan
konsep gempa bumi dikonsultasikan dengan dosen dan akhirnya disetujui setelah dianggap layak. Kegiatan selanjutnya adalah
memvalidasi tes penguasaan konsep gempa bumi kepada ahli dan
diujicobakan untuk mengetahui reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran pada instrumen tersebut. Setelah divalidasi dan
diujicobakan, dilakukan perbaikan berdasarkan saran dan
rekomendasi dari validator.
Tahapan ketiga penelitian ini adalah tahap pelaksanaan. Tahap ini terdiri dari empat kegiatan yaitu pretest, tes kecerdasan
majemuk dominan siswa, pembentukan kelompok, pemberian
treatment, dan posttest. Kegiatan pretest dilakukan untuk mengidentifikasi penguasaan konsep awal siswa. Bersamaan
dengan pretest, dilakukan tes kecerdasan majemuk dominan
untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk dominan yang
dimiliki oleh setiap siswa. Berdasarkan hasil tes kecerdasan ini, siswa dikelompokan berdasarkan kecerdasan dominannya
masing-masing. Setelah kelompok siswa ditentukan, diberikan
53
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
treatment pembelajaran berbasis STEM. Treatment pembelajaran
berbasis STEM ini berlangsung selama delapan jam pelajaran
dalam empat pertemuan. Selanjutnya dilakukan posttest untuk mengidentikasi penguasaan konsep siswa setelah pemberian
treatment.
Tahapan keempat adalah tahap akhir. Pada tahap ini
dilakukan sejumlah kegiatan mulai dari pengolahan data yang diambil selama penelitian, seperti data penguasaan siswa dari
pretest dan posttest, data dari LKPD yang telah diisi peserta didik
dan data keterlaksanaan pembelajaran dari hasil penilaian observer. Setelah proses pengolahan dilakukan analisis temuan
pada penelitian, lalu menarik kesimpulan. Berikut ini skema alur
kegiatan penelitian ditunjukan pada Gambar 3.1.
54
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3. 1 Skema Alur Kegiatan Penelitian
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Merumuskan Masalah
Tahap
Pendahuluan
Pretest
Pemberian Treatment
Posttest
Tahap
Pelaksanaan
Instrumen Tes Penguasaan Konsep
Instrumen Tes Kecerdasan
Majemuk LKPD berbasis kecerdasan
majemuk Kelompok Siswa Berdasarkan Kecerdasan
Dominan
Tahap Persiapan
Judgement/Validasi
Pengolahan
Data Analisis
Temuan Kesimpulan
Tahap Akhir
55
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5. Teknik Analisis Data
Jenis data yang didapatkan dari penelitian ini adalah 1)
Hasil pretest dan posttest penguasaan konsep siswa, 2) Keterlaksanaan pembelajaran STEM berbasis kecerdasan
majemuk.
3.5.1 Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa
Peningkatan penguasaan konsep siswa terbagi menjadi
peningkatan penguasaan konsep secara keseluruhan dan
peningkatan penguasaan konsep siswa untuk setiap jenis kecerdasan majemuk.
3.5.1.1 Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa Secara
Keseluruhan
Setelah diperoleh data hasil penilaian pretest dan posttest, selanjutnya diolah melalui tahap sebagai berikut:
a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kriteria
penskoran yang digunakan.
b. Untuk mengetahui besarnya peningkatan penguasaan konsep siswa, peneliti manganalisis data hasil tes dengan
rumus gain ternormalisasi (indeks gain) yaitu
membandingkan rata-rata skor pretest dan posttest secara keseluruhan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung
N-Gain ternormalisasi (Meltzer, 2002) yaitu:
<g> = 𝑀 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡− 𝑀 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙− 𝑀 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 (6)
Keterangan:
M = Rata-rata
<g> = N-Gain
56
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5.1.2 Peningkatan Penguasaan Konsep Pada Setiap Jenis
Kecerdasan Majemuk
Setelah didapat hasil indeks gain siswa secara individu,
dilanjutkan dengan hasil indeks gain siswa setiap jenis kecerdasan majemuk dengan menghitung N-Gain rata-rata kelompok kecerdasan majemuk menggunakan persamaan 6.
Hasil perhitungan indeks gain siswa secara keseluruhan dan secara kelompok kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi pada Tabel 3.14. dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 3.14.
Tabel 3. 14 Klasifikasi Nilai N-Gain Besar N-Gain Klasifikasi
g > 0,70 Tinggi
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
g ≤ 0,30 Rendah
Hake (dalam Meltzer, 2002)
3.5.1.3 Perbedaan peningkatan penguasaan konsep kelompok
kecerdasan majemuk.
Untuk memperoleh informasi mengenai perbedaan
peningkatan penguasaan konsep kelompok kecerdasan majemuk, dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan peningkatan penguasaan konsep
siswa pada setiap jenis kecerdasan majemuk melalui pembelajaran STEM berbasis kecerdasan majemuk.
Ha: Ada perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa
pada setiap jenis kecerdasan majemuk melalui
pembelajaran STEM berbasis kecerdasan majemuk.
Selanjutnya untuk membuktikan hipotesis penelitian,
digunakan statistik kruskall-wallis yang bertujuan untuk menentukan adakah perbedaan yang signifikan antara dua atau
lebih kelompok yang tidak saling berhubungan tanpa
mempertimbangkan normalitas dan homogenitas data.
57
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penggunaan statistik kruskall-wallis ini dikarenakan jumlah
siswa di setiap kelompok kecerdasan majemuk dominan berbeda-
beda sehingga data tidak homogen. Pengolahan data dilakukan dengan melabeli N-Gain penguasaan konsep individu siswa
berdasarkan kecerdasan majemuk dominan lalu diolah
menggunakan statistik kruskal-wallis untuk mendapatkan
koefisien kruskal-wallis (Junaidi, dkk. 2009) dengan persamaan:
𝐾 = 12
𝑁(𝑁+1) ∑
𝑅𝑖2
𝑛𝑖
𝑘𝑖=1 − 3(𝑁 + 1) (8)
Keterangan:
K = Koefisien Kruskal Wallis
N = Jumlah sampel
Ri = Jumlah peringkat pada kelompok i ni = Jumlah sampel pada kelompok i
Selanjutnya setelah mendapatkan nilai koefisien kruskal-wallis atau Chi-Square hitung, nilai tersebut dibandingkan dengan
nilai Chi-Square yang ada pada tabel Chi-Square. Hasil
perbandingan tersebut memberikan kriteria Ho ditolak apabila nilai Chi-Square hitung > nilai Chi-Square tabel, dan Ho diterima jika
nilai Chi-Square hitung < nilai Chi-Square tabel.
Selain menggunakan perhitungan rumus, digunakan juga
aplikasi SPSS untuk mengetahui nilai p-value untuk Chi-Square untuk membandingkannya dengan tingkat signifikansi pengujian
(α), dengan kriteria Ho ditolak apabila p-value < α, dan Ho diterima
jika p-value > α. Penelitian ini mengambil tingkat signifikansi (α)
sebesar 0,05.
3.5.2 Keterlaksanaan Pembelajaran STEM Berbasis
Kecerdasan Majemuk
Untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan
pembelajaran STEM berbasis kecerdasan majemuk dilakukan
kegiatan observasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan
dalam pembelajaran. Lembar observasi pembelajaran
58
Mohammad Ismi Raskanda, 2019 PENERAPAN PEMBELAJARAN STEM BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI GEMPA BUMI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan pilihan “ya” atau “tidak” yang terbagi menjadi
lembar observasi bagi guru dan lembar observasi bagi siswa.
Terdapat enam orang observer yang merupakan mahasiswa Pendidikan fisika.
Keterlaksanaan Pembelajaran STEM berbasis kecerdasan
majemuk dengan mengolah hasil observasi melalui scoring.
Pemberian skor ini dilakukan dengan pemberian nilai 1 untuk pilihan Ya dan nilai 0 untuk pilihan Tidak. Kemudian persentase
keterlaksanaan ditentukan dengan perhitungan pada persamaan
dibawah ini (Avianti & Yonata, 2015).
𝑇 =𝐴
𝐵× 100% (8)
Keterangan: T: Keterlaksanaan
A: Skor yang diperoleh
B: Skor Maksimal
Selanjutnya, hasil yang didapat dari persamaan diatas
diinterpretasikan berdasarkan Tabel 3.15.
Tabel 3.15.
Tabel 3. 15 Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase (%) Interpretasi
0 ≤ 𝑇 ≤ 20 Sangat Lemah
20 ≤ 𝑇 ≤ 40 Lemah
40 ≤ 𝑇 ≤ 60 Cukup
60 ≤ 𝑇 ≤ 80 Baik
80 ≤ 𝑇 ≤ 100 Sangat Baik
(Avianti & Yonata, 2015)