bab iii pengukuran dan analisis 3.1 pengukuran ventilasi...

15
BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi Tambang Pengukuran yang telah dilakukan untuk penelitian sistem ventilasi Tambang Ciurug UBPE Pongkor adalah berupa : Pengukuran debit udara pada daerah intake dan exhaust, Pengukuran debit pada jalur udara di setiap daerah yang mewakili, Pengukuran temperatur dan kelembapan udara, Alat yang dipakai dalam pengukuran ventiasi tambang adalah manometer jenis Zephyr (Gambar 2.9) alat ini mampu digunakan untuk mengukur bermacam- macam parameter udara, termasuk parameter perbedaan tekanan, kecepatan udara, temperatur dan kelembapan udara secara bersamaan. Tabel 3.1 Hasil pengukuran kuantitas udara Tambang Ciurug Temperature ( 0 C) Lokasi average V (m/s) Airflow (m 3 /s) td tw RH (%) Level 500 Tambang Ciurug Intake MHL 3.23 35.2 24 23.5 97.92 Kantin 2.11 24.4 24 23.5 97.92 Kompresor 1.07 14.6 24.75 24.5 98.00 Acc drift II 0.75 12 25.5 23.5 92.8 RU Connect 0.27 6 24.0 23 94.4 xc 9 sel CURB 1 1.14 18.2 28 27.5 90.21 RU Central Stlh xc 1 a 0.27 5.9 26 25 92.2 RU Selata sblm xc 5 0.78 13.3 28.5 26.5 93.1 RU sel sblm RC 2 1.38 22 23 22.5 93.83 XR-C 4 2.63 48.3 24.25 23 92.26 Access loop 1 1.31 21 - - - CURB level 500 1.54 15.2 27 26 92.3 Cap Office 1.06 9.8 25 24.5 94.3 III-1

Upload: duongque

Post on 07-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

BAB III

PENGUKURAN DAN ANALISIS

3.1 Pengukuran Ventilasi Tambang

Pengukuran yang telah dilakukan untuk penelitian sistem ventilasi Tambang

Ciurug UBPE Pongkor adalah berupa :

• Pengukuran debit udara pada daerah intake dan exhaust,

• Pengukuran debit pada jalur udara di setiap daerah yang mewakili,

• Pengukuran temperatur dan kelembapan udara,

Alat yang dipakai dalam pengukuran ventiasi tambang adalah manometer jenis

Zephyr (Gambar 2.9) alat ini mampu digunakan untuk mengukur bermacam-

macam parameter udara, termasuk parameter perbedaan tekanan, kecepatan udara,

temperatur dan kelembapan udara secara bersamaan.

Tabel 3.1 Hasil pengukuran kuantitas udara Tambang Ciurug

Temperature (0C) Lokasi average V (m/s)

Airflow (m3/s) td tw

RH (%)

Level 500 Tambang Ciurug Intake MHL 3.23 35.2 24 23.5 97.92 Kantin 2.11 24.4 24 23.5 97.92 Kompresor 1.07 14.6 24.75 24.5 98.00 Acc drift II 0.75 12 25.5 23.5 92.8 RU Connect 0.27 6 24.0 23 94.4 xc 9 sel CURB 1 1.14 18.2 28 27.5 90.21 RU Central Stlh xc 1 a 0.27 5.9 26 25 92.2 RU Selata sblm xc 5 0.78 13.3 28.5 26.5 93.1 RU sel sblm RC 2 1.38 22 23 22.5 93.83 XR-C 4 2.63 48.3 24.25 23 92.26 Access loop 1 1.31 21 - - - CURB level 500 1.54 15.2 27 26 92.3 Cap Office 1.06 9.8 25 24.5 94.3

III-1

Page 2: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

Temperature (0C) Lokasi average V (m/s)

Airflow (m3/s) td tw

RH (%)

Level 600 Tambang Ciurug Intake 600 13.21 130.8 22 21.5 92.59 XC-RC 5 2.70 32 22 21.5 93.73 DFW 3.38 541 26 24 90.31 Acc Vein Timur 0.7 17.6 23.9 21.35 91.65 RU Selatan 1.34 22.5 23.5 23 93.87 RU paralel 0.63 10 23 22.5 91.65 sblm xc RC 8 1.69 23.6 23.4 21 88 DFW Central 1.43 16 23 21 90.64

MHL 500

3.2. Kebutuhan Minimum Udara Segar

Aliran udara segar yang cukup di tempat tempat kerja di dalam tambang akan

menciptakan kondisi kerja yang nyaman dan aman, sehingga akan dapat

meningkatkan produktivitas kerja dan menurunkan tingkat kecelakaan tambang.

Udara di dalam tambang harus memenuhi udara minimum di setiap jalur tempat

kerja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya peralatan yang

digunakan dalam operasi penambangan, jumlah tenaga kerja dan ruangan-ruangan

di dalam tambang. Kebutuhan minimum udara di dalam tambang dapat dilihat

didalam Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Kebutuhan udara minimum di dalam ruangan Tambang Ciurug

RUANG Luas (m2) Vmin (m/s) Debit (m3/s) Gudang 131.67 0.25 32.92 Bengkel 30.85 0.25 7.71 Kantin 129.9 0.25 32.48 Total 73.11

III-2

Page 3: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

Tabel 3.3 Perkiraan kebutuhan udara bersih level 500 dan 600 Tambang Ciurug

Level 500 Blok central dan utara Blok Selatan

(IA, IB,II,III,IV, I North) (II, III,IV) (IA, IB) No Deskripsi

Unit Q (m3/s) Unit Q (m3/s) Peralatan* - LHD 1x136kW 9.52 1x136kW 9.52 2x112 15.68 - Wheel Loader** 1x56kW 3.92

1

- Jumbo Drill 1x44kW 3.08 1x44kW 3.08 Pekerja*)**) 40 orang 1.2 30 orang 0.9 Total 17.72 29.18 Suplai yang tersedia 25.5 31.5

2

Kecukupan 7.78 2.32 Level 600

Blok Utara & Central

Blok Selatan&Central Vein Timur

(II-IV C, I-III Utara) Blok IC, IIIS Blok IV, V, VI No Deskripsi

Unit Q (m3/s) Unit Q (m3/s) Unit Q (m3/s) Peralatan - LHD 1x112kW 7.84 1x136kW 9.52 1x136kW 9.52 - Wheel Loader* 1x56kW 3.92 1x56kW 3.92 - Jumbo Drill 1x44kW 3.08 1x44kW 3.08

1

- Dozer Pekerja*)**) 30 orang 0.9 25 orang 0.75 10 orang 0.3 Total 25.26 13.35 4.22 Suplai yang tersedia 27.7 25.00 17.60

2

Kecukupan 2.44 11.65 13.38 *) Mesin Diesel 0.07m3/s/kW, Manusia 0.03m3/s/orang (Keputusan Menteri

Pertambangan no. 555.K/26/M.PE/1995 Pasal 369(3)) **) Data Jumlah, Type, dan Posisi tidak fixed pada suatu lokasi (berpindah-

pindah), sehingga digunakan asumsi.

3.3 Pengaruh Bilangan Reynolds

Untuk menentukan aliran udara didalam Tambang Ciurug Pongkor apakah aliran

tersebut laminer ataupun turbulen dengan menggunakan bilangan Reynolds

seperti dalam persamaan 2.4

µρvd

=Re

III-3

Page 4: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

Sedangkan untuk mencari kekasaran relatif didefinisikan sebagai nilai e/d

(Gambar 2.2), dimana e adalah tebal bidang kasar (m) dan d adalah diameter dari

pipa (m). Untuk pengukuran tebal dinding pada Tambang Ciurug dapat dilihat

ada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Contoh pengukuran tebal dinding (e) permukaan Tambang Ciurug

Dari hasil pengukuran untuk dinding yang agak halus didapat nilai e berkisar

antara 1-5 cm sedangkan untuk dinding yang kasar didapat nilai e berkisar antara

5-20 cm. Untuk daerah penyanggaan berkisar antara 10-15 cm.

Dari kekasaran relatif dapat dicari nilai dari koefisien friksi dengan menggunakan

Persamaan 2.12

2

10 7.3/log4

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=

def

Dari nilai bilangan Reynolds pada tabel 3.4 mempunyai nilai Re > 4000 sehingga

disimpulkan bahwa aliran didalam tambang adalah aliran turbulen.

III-4

Page 5: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

Untuk menentukan resistansi pada jalur tersebut digunakan persamaan 2.14

32ALperfRturbulen =

Tabel 3.4 Nilai Re dan resistansi pada Tambang Ciurug Pongkor

No Pengukuran Lokasi e/d f Rt

(Ns2/m8) Re

1 Mhl 500 0.0303 0.052923 0.017851 715083.8 2 Kantin 0.0286 0.05052 0.006689 495683.1 3 kompresor 0.0270 0.048397 0.006002 264532.7 4 acc drift II 0.0250 0.045637 0.003476 201117.3 5 R U C sblm XC-1C 0.0217 0.041247 0.005283 80790.72 6 stlh xc 1 a Ramp Up Central 0.0213 0.040628 0.002916 85984.94 7 ru connect 0.0200 0.038923 0.003538 89385.47 8 stlh xc ru 8s (dr r connect) 0.0250 0.045637 0.008289 65363.13 9 XC 3s (RU Sel sblm XC-5) 0.0222 0.041894 0.005146 234636.9

10 ACC loop I 0.0250 0.045637 0.01034 351955.3 11 cap office 0.0303 0.052923 0.030283 234636.9 12 sblm xc rc II 0.0250 0.045637 0.007576 368715.1 13 xc rc iv 0.0217 0.041247 0.002961 809497.2 14 sblm xc 5 0.0333 0.057198 0.034471 199022.3 15 stlh xc 5 0.0250 0.045637 0.007734 245171.6 16 sbllm xc 8(dr ru central) 0.0250 0.045637 0.008824 182681.6 17 ke rc III 0.0286 0.05052 0.002693 65123.7 18 acc drift I 0.0270 0.048397 0.002931 177563 19 XC CURB1 (500) 0.0263 0.047425 0.004406 391920.9 20 portal 600 0.0333 0.057198 0.013741 2657186 21 xc rc V 0.0200 0.038923 0.002834 893854.7 22 xc 3 a 0.0222 0.041894 0.002565 1277095 23 DFW sel 0.0250 0.045637 0.008913 906703.9 24 Access Vent Timtim 0.0200 0.038923 0.000473 235977.7 25 Ramp Up Selatan 0.0250 0.045637 0.007498 359138.1 26 xc 9 sel (CURB) 0.0250 0.045637 0.00098 305027.9 27 ru paralel 0.0250 0.045637 0.000446 167597.8 28 xc ru 3 p 0.0250 0.045637 0.00722 167597.8 29 Sblm xc-7 (dr portal600) 0.0250 0.045637 0.004278 656983.2 30 stlh xc-7 (dr portal600) 0.0250 0.045637 0.006418 464245.8 31 xc-7 fw 0.0250 0.045637 0.004622 89385.47 32 sblm xc rc 8 0.0286 0.05052 0.006076 395530.7 33 dfw central 0.0313 0.05425 0.018886 306464.5 34 r u p c 600 0.0250 0.045637 0.005794 226257 35 arah rc 1 0.0286 0.05052 0.002485 269832.4 36 rc 7 0.0400 0.066957 0.207746 208642.1

* Lokasi dari pengukuran dilihat dalam Gambar 3.3

III-5

Page 6: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

3.4 Model Jaringan

3.4.1 Asumsi Dalam Permodelan

Dalam membuat model jaringan ventilasi tambang menggunakan beberapa asumsi

diantaranya :

• Model jaringan hanya memodelkan jalur utama pada sistem ventilasi Tambang

Ciurug UBPE Pongkor,

• Aliran Udara dipengaruhi oleh adanya friction dan shock loss,

• Nilai dari friction dan shock loss ditentukan dengan mengansumsikan dari

literatur (McElroy, 1935),

• Blower fan dan flexible duct yang berada pada jalur udara maupun pada stope

maupun development tidak dimodelkan,

• Main fan disesuaikan dengan spesifikasi dari manukfakturnya,

• Untuk Main fan digunakan tekanan statik tanpa meperhitungkan tekanan

velositi karena udara langsung terlepas ke atmosfer tanpa penggunaan evase.

3.4.2 Pembuatan Model Jaringan

Pembuatan model jaringan ventilasi dengan perangkat lunak Kazemaru (Inoue

Masahoro) dengan titik-titik nodes sebanyak 236 buah dimana antara titik-titik

tersebut saling berhubungan membentuk 281 buah jalur udara. Adapun

karakteristik dari masing-masing jalur udara direpresentasikan sebagai resistance

(dalam satuan murgue). Adapun resistance tersebut ditentukan dengan

menggunakan rumus Atkinson (Persamaan 2.21). Parameter friction coefficient

ditentukan dengan sesuai dengan bentuk lining dan kekasaran jalur udara.

Parameter Shock Loss akibat bend, contraction dan sebagainya, dikonversikan

sebagai panjang ekivalen (equivalent length) diasumsikan sebagai panjang semu

jalur udara (Hartman, 1997).

III-6

Page 7: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

• Perbandingan model 1 dengan model 2

• Perbandingan tekanan udara

• Perbandingan resistansi

• Perbandingan debit udara

Nilai yang dibandingkan antara hasil dengan model adalah untuk mengetahui

apakah model yang digunakan cukup representatif sehingga akan dapat berguna

untuk penelitian selanjutnya. Nilai yang dibandingkan berupa :

3.4.3 Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Model

Dari Gambar 3.2 Intake Tambang Ciurug Pongkor adalah MHL 500, Portal 600,

dan RC 9 sedangkan exhaust pada RC 4, CURB 1 dan L 700. Dengan hanya

menggunakan main fan pada model jaringan ventilasi Tambang Ciurug Pongkor.

Gambar 3.2 Hasil pemodelan ventilasi Tambang Ciurug

menggunakan program Kazemaru

III-7

Page 8: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

Gambar 3.3 Skema lokasi pengukuran

III-8

Page 9: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

3.4.3.1 Perbandingan Debit Udara

Untuk membandingkan debit udara dari pengukuran dengan model yaitu debit

pengukuran didapat dengan menggunakan rumus Q = VA sedangkan debit model

merupakan output dari program Kazemaru.

Tabel 3.5 Perbandingan debit udara hasil pengukuran dengan model

Airflow (m3/s) No Pengukuran Lokasi Pengukuran Model

Error (%)

1 Mhl 500 35.2 32.9 6.5 2 Kantin 24.4 23.3 4.5 3 kompresor 14.6 13 11.0 4 acc drift II 12 10.5 12.5 5 R U C sblm XC-1C 4.7 3.8 19.1 6 stlh xc 1 a Ramp Up Central 5.9 6.5 -10.2 7 ru connect 6 21.7 -261.7 8 stlh xc ru 8s (dr r connect) 3.9 11.2 -187.2 9 XC 3s (RU Sel sblm XC-5) 13.3 20 -50.4

10 ACC loop I 21 24.4 -16.2 11 cap office 9.8 9.5 3.1 12 sblm xc rc II 22 28.4 -29.1 13 xc rc iv 48.3 52.4 -8.5 14 sblm xc 5 9.5 11.2 -17.9 15 stlh xc 5 12.8 14.3 -11.7 16 sbllm xc 8(dr ru central) 10.9 12.6 -15.6 17 ke rc III 3.4 11.1 -226.5 18 acc drift I 9.8 10.3 -5.1 19 XC CURB1 (500) 15.2 4.6 69.7 20 portal 600 130.8 126.2 3.5 21 xc rc V 32 41.2 -28.8 22 xc 3 a 76.2 77.7 -2.0 23 DFW sel 54.1 43.2 20.1 24 Access Vent Timtim 17.6 18.6 -5.7 25 Ramp Up Selatan 22.5 10.6 52.9 26 xc 9 sel (CURB) 18.2 10.9 40.1 27 ru paralel 10 14.4 -44.0 28 xc ru 3 p 10 14.4 -44.0 29 Sblm xc-7 (dr portal600) 39.2 36.9 5.9 30 stlh xc-7 (dr portal600) 27.7 30.7 -10.8 31 xc-7 fw 4 0.8 80.0 32 sblm xc rc 8 23.6 31.5 -33.5 33 dfw central 16 0.9 94.4 34 r u p c 600 13.5 17.8 -31.9 35 arah rc 1 16.1 29.6 -83.9 36 rc 7 6.1 7.7 -26.2

III-9

Page 10: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

3.4.3.2 Perbandingan Tekanan Udara

Perbandingan tekanan udara dari pengukuran yaitu didapat dari hasil pengamatan

dilapangan sedangkan pada model didapat dari hasil output program Kazemaru..

Tabel 3.6 Perbandingan tekanan udara hasil pengukuran dengan model

No Pengukuran Lokasi P Pengukuran

(Pa) P model

(Pa) Error (%)

1 Mhl 500 365.2 376.2 -0.03 2 Kantin 6.4 3.6 0.44 3 kompresor 1.5 1 0.33 4 dr acc drift II 0.8 0.4 0.50 5 R U C sblm XC-1C 0.1 0.1 0.00 6 ru connect 1.4 1.9 -0.36 7 stlh xc ru 8s (dr r connect) 0.1 0.9 -8.00 8 XC 3s (RU Sel sblm XC-5) 0.2 2.4 -11.00 9 cap office 1.1 2 -0.82

10 xc rc iv 14.8 8.6 0.42 11 ACC loop I 4.6 5.9 -0.28 12 sblm xc rc II 3.2 5.4 -0.69 13 acc drift I 0.3 0.3 0.00 14 XC CURB1 (500) 0.6 0.98 -0.63 15 stlh xc 1 a Ramp Up Ctrl 0.1 0.12 -0.20 16 sblm xc 5 1.6 3.03 -0.89 17 stlh xc 5 1.1 1.41 -0.28 18 sbllm xc 8(dr ru central) 0.7 1.24 -0.77 19 ke rc III 0.2 0.64 -2.20 20 portal 600 81.58 154.69 -0.90 21 xc rc V 142 5.22 0.96 22 xc 9 sel (CURB) 2 0.11 0.95 23 xc 3 a 15.4 15.14 0.02 24 Access Vent Timtim 0.1 0.18 -0.80 25 Ramp Up Selatan 4.9 0.89 0.82 26 ru paralel 0.1 0.11 -0.10 27 xc ru 3 p 0.3 1.26 -3.20 28 DFW sel 7.2 15.31 -1.13 29 Sblm xc-7 (dr portal600) 3.5 7.24 -1.07 30 stlh xc-7 (dr portal600) 2.6 5.67 -1.18 31 xc-7 fw 0.2 3.98 -18.90 32 sblm xc rc 8 2 0.01 1.00 33 dfw central 2.5 0.01 1.00 34 r u p c 600 0.6 2.23 -2.72 35 arah rc 1 1.3 2.02 -0.55 36 rc 7 56.8 1.11 98.05

III-10

Page 11: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

3.4.3.3 Perbandingan Resistansi

Perbandingan resistansi dari pengukuran menggunakan persamaan R = P/Q2

sedangkan pada model menggunakan persamaan 2.21.

Tabel 3.7 Perbandingan resistansi hasil pengukuran dengan model

No Pengukuran Lokasi R Pengukuran

(Ns2/m8) R Model (Ns2/m8)

Error (%)

1 Mhl 500 0.29474 0.32561 -10.5 2 Kantin 0.01075 0.00622 42.1 3 kompresor 0.00704 0.00539 23.4 4 acc drift II 0.00556 0.00319 42.6 5 R U C sblm XC-1C 0.00453 0.00477 -5.3 6 stlh xc 1 a Ramp Up Central 0.00287 0.00269 6.3 7 ru connect 0.03889 0.0037 90.5 8 stlh xc ru 8s (dr r connect) 0.00657 0.00681 -3.7 9 XC 3s (RU Sel sblm XC-5) 0.00113 0.00556 -392.0

10 ACC loop I 0.01043 0.00928 11.0 11 cap office 0.01145 0.02044 -78.5 12 sblm xc rc II 0.00661 0.0063 4.7 13 xc rc iv 0.00634 0.00292 53.9 14 sblm xc 5 0.01773 0.02262 -27.6 15 stlh xc 5 0.00671 0.00639 4.8 16 sbllm xc 8(dr ru central) 0.00589 0.00725 -23.1 17 ke rc III 0.0173 0.0048 72.3 18 acc drift I 0.00312 0.00264 15.4 19 XC CURB1 (500) 0.02597 0.00394 84.8 20 portal 600 0.00477 0.00961 -101.5 21 xc rc V 0.13867 0.00286 97.9 22 xc 3 a 0.00265 0.00233 12.1 23 DFW sel 0.00246 0.00761 -209.3 24 Access Vent Timtim 0.00032 0.00047 -46.9 25 Ramp Up Selatan 0.00968 0.00738 23.8 26 xc 9 sel (CURB) 0.00604 0.00087 85.6 27 ru paralel 0.001 0.00051 49.0 28 xc ru 3 p 0.003 0.00564 -88.0 29 Sblm xc-7 (dr portal600) 0.00228 0.00493 -116.2 30 stlh xc-7 (dr portal600) 0.00339 0.00558 -64.6 31 xc-7 fw 0.0125 0.00371 70.3 32 sblm xc rc 8 0.00359 0.0071 -97.8 33 dfw central 0.00977 0.01375 -40.7 34 r u p c 600 0.00329 0.00647 -96.7 35 arah rc 1 0.00502 0.00213 57.6 36 rc 7 1.52647 0.1411 90.76

III-11

Page 12: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

3.4.3.4 Perbandingan Debit Model 1 Dengan model 2

Perbandingan nilai debit udara antara model 1 dengan menggunakan rumus nilai

resistansi pada persamaan 2.21

3)(AperLLkR eq+=

Dengan model 2 yang menggunakan persamaan 2.20

2QPR =

Tabel 3.8 Perbandingan nilai debit model 1 dan model 2

Airflow (m3/s) No Pengukuran Lokasi

Model 1 Model 2 Error (%)

1 Mhl 500 32.9 33.7 2.4 2 Kantin 23.3 21.9 -6.4 3 kompresor 13 25.1 48.2 4 acc drift II 10.5 20.1 47.8 5 R U C sblm XC-1C 3.8 4.1 7.3 6 stlh xc 1 a Ramp Up Central 6.5 4.1 -58.5 7 ru connect 21.7 13.2 -64.4 8 stlh xc ru 8s (dr r connect) 11.2 12.8 12.5 9 XC 3s (RU Sel sblm XC-5) 20 14.9 -34.2

10 ACC loop I 24.4 21.1 -15.6 11 cap office 9.5 11.8 19.5 12 sblm xc rc II 28.4 25.1 -13.1 13 xc rc iv 52.4 50.8 -3.1 14 sblm xc 5 11.2 16 30.0 15 stlh xc 5 14.3 20.5 30.2 16 sbllm xc 8(dr ru central) 12.6 15.6 19.2 17 ke rc III 11.1 14.6 24.0 18 acc drift I 10.3 3.4 -202.9 19 XC CURB1 (500) 4.6 1.8 -155.6 20 portal 600 126.2 125.4 -0.6 21 xc rc V 41.2 27.6 -49.3 22 xc 3 a 77.7 97.8 20.6 23 DFW sel 43.2 72.8 40.7 24 Access Vent Timtim 18.6 18.5 -0.5 25 Ramp Up Selatan 10.6 29.1 63.6 26 xc 9 sel (CURB) 10.9 11.2 2.7

III-12

Page 13: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

Airflow (m3/s) No Pengukuran Lokasi

Model 1 Model 2 Error (%)

27 ru paralel 14.4 7.3 -97.3 28 xc ru 3 p 14.4 7.3 -97.3 29 Sblm xc-7 (dr portal600) 36.9 55 32.9 30 stlh xc-7 (dr portal600) 30.7 47.9 35.9 31 xc-7 fw 0.8 2.1 61.9 32 sblm xc rc 8 31.5 37 14.9 33 dfw central 0.9 2.1 57.1 34 r u p c 600 17.8 23.8 25.2 35 arah rc 1 29.6 30.6 3.3 36 rc 7 7.7 7.3 5.2

III-13

Page 14: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

3.4.3.5 Nilai Friction Dari Hasil Pengukuran

Perbandingan nilai Friction factor dari pengukuran dengan menggunakan

persamaan 2.21 dengan literatur (Mc Elroy, 1935).

Tabel 3.9 Nilai friction hasil dari pengukuran

node Dari ke

Lokasi k (Kg/m3) Pengukuran

1 2 Mhl 500 0.43693 2 3 Kantin 0.04060 3 4 kompresor 0.02837 4 5 ke RM1 0.01827 5 6 ke acc drift II 0.02146 6 7 acc drift II 0.03647 7 8 R U C sblm XC-1C 0.01767 8 9 stlh xc-1c 0.27205

10 11 ke rup connect 0.11263 11 12 ru connect 0.21389 12 13 stlh ru connect 0.02844 13 14 sblm xc ru 8s 0.09901 14 15 stlh xc ru 8s (dr r connect) 0.01810 15 16 sblm xc ru 6s 0.00930 16 17 stlh xc ru 6s 0.01020 17 18 3 an S RU 0.11696 18 19 XC 3s (RU Sel sblm XC-5) 0.00460 19 20 stlh xc 2 s 0.00636 22 23 cap office 0.01001 23 2 stlh cap office 0.01571 25 26 XC RC II Loading Point Sel 0.02685 26 27 setelah XC RC II 0.01664 27 28 xc rc iv 0.04419 18 30 ACC loop I 0.02302 38 16 di xc ru 6s 0.01160 22 24 sblm cap office 0.01424 24 25 sblm xc rc II 0.01991 20 24 p 4 an deka xc rc II 0.02325

3 21 acc drift I 0.02579 21 39 acc drift I 0.02954 57 58 XC CURB1 (500) 0.13976 58 59 ke curb 515 0.44598 62 10 stlh xc 1 a Ramp Up Central 0.02001

4 68 p 4 an stlh kompresor 0.04051 7 75 p 4 an stlh acc drift II 0.23252

10 93 stlh p3an ru paralel 0.09455 93 94 15 m stlh p3an ru paralel 0.06078

III-14

Page 15: BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran Ventilasi ...digilib.itb.ac.id/files/disk1/619/jbptitbpp-gdl-ninoakhmad-30923-4... · BAB III PENGUKURAN DAN ANALISIS 3.1 Pengukuran

node Dari Ke

Lokasi k (Kg/m3) Pengukuran

95 96 sblm xc 5 0.01471 96 97 stlh xc 5 0.01981 97 98 sbllm xc 8(dr ru central) 0.01524 98 99 stlh xc 8 0.07182 99 100 p3an stlh xc 8 0.61438

100 101 sblm xc 9 0.22145 101 102 xc 9 0.02803 102 103 stlh xc 9 0.13841 103 104 ke rc III 0.16226 105 106 portal 600 0.00992 106 107 30 m stlh portal 0.02013 107 108 xc rc V 0.95240 107 127 stlh xc rc V 0.02355 127 128 sblm RM 3 0.01038 128 129 xc RM 3 0.13134 129 130 RM 3 0.52974 141 143 xc 9 sel (CURB) 0.14052 143 144 stlh xc 9 sel 0.02357 147 148 XC CURB1 (XC9) 0.06195 128 149 xc 3 fw 0.01508 149 150 xc 3 a 0.02166 150 151 xc 3 c 0.01455 151 152 xc 4 fw 0.02645 154 155 sbl intake 9 0.05161 155 156 Access Vent Timtim 0.01327 157 158 Ramp Up Selatan 0.02946 160 161 ru paralel 0.05120 161 162 sblm xc 1 p 0.02226 162 163 xc 1 p 0.00898 166 167 xc ru 3 p 0.04158 151 169 DFW 0.01565 170 171 Sblm xc-7 (dr portal600) 0.01215 171 172 stlh xc-7 (dr portal600) 0.01205 172 173 xc-7 fw 0.06171 172 174 sblm xc rc 8 0.01493 174 175 stlh xc rc 8 0.03815 178 179 dfw central 0.01403 214 215 sblm xc 1 u 0.03514 215 216 xc 1 u 0.14243 224 229 arah rc 1 0.05097 234 181 xc rc 1 central 0.03880 174 248 ke rc 8 0.22211 254 63 rc 7 0.13997

III-15