bab iii pertimbangan pemilihan restorasi gigi...

28
15 BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Beberapa penelitian menyatakan bahwa kegagalan perawatan endodontik sering terjadi akibat restorasi yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan restorasi yang tepat menjadi lebih penting dibandingkan dengan penutupan apikal (Baumgardneer et al., 1995) 3.1. Dasar Pertimbangan dalam Menetapkan Restorasi Gigi setelah Perawatan Endodontik Perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Ford menyatakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan restorasi adalah: 1. Banyaknya jaringan gigi tersisa Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi dari gigi. Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi yang telah hilang sangat dipengaruhi oleh banyaknya struktur gigi tersisa (Garg, 2011). 2. Fungsi gigi Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah yang diterima gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi (Segovic, 2004).

Upload: dinhdung

Post on 01-Feb-2018

440 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

15

BAB III

PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK

Beberapa penelitian menyatakan bahwa kegagalan perawatan endodontik

sering terjadi akibat restorasi yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan restorasi

yang tepat menjadi lebih penting dibandingkan dengan penutupan apikal

(Baumgardneer et al., 1995)

3.1. Dasar Pertimbangan dalam Menetapkan Restorasi Gigi setelah Perawatan Endodontik

Perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa

pertimbangan. Ford menyatakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam

menentukan restorasi adalah:

1. Banyaknya jaringan gigi tersisa

Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan

resistensi dari gigi. Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi

yang telah hilang sangat dipengaruhi oleh banyaknya struktur gigi tersisa

(Garg, 2011).

2. Fungsi gigi

Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah

yang diterima gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi

(Segovic, 2004).

Page 2: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

16

3. Posisi atau lokasi gigi

Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih dibandingkan

dengan gigi posterior. Restorasi pada gigi anterior harus memiliki niali estetik

yang baik (Cheung, 2011).

4. Morfologi atau anatomi saluran akar

Morfologi saluran akar berpengaruh dalam pemilihan restorasi. Morfologi

akar yang bengkok dapat menjadi pertimbangan jika ingin direstorasi dengan

mahkota pasak (Cheung, 2011)

Semakin sedikit sisa dari struktur gigi dan semakin besar fungsi gigi dalam

lengkung rahang, pemilihan restorasi harus dilakukan dengan lebih hati-hati. Gigi

dengan sisa struktur gigi yang sedikit dan beban kunyah yang besar memiliki

risiko fraktur yang lebih tinggi, sehingga perencanaan harus dilakukan dengan

lebih baik (Ford, 2004)

3.2. Menetapkan Restorasi Gigi setelah Perawatan Endodontik

Kegagalan restorasi setelah perawatan endodontik yang sering terjadi

diantaranya adalah kebocoran tepi, lepasnya restorasi, fraktur restorasi, atau

fraktur dari gigi yang telah direstorasi. Terdapat beberapa dasar pertimbangan

dalam memilih restorasi setelah perawatan endodontik agar restorasi dapat

bertahan dalam jangka waktu yang lama (Suprastiwi, 2006).

Page 3: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

17

3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh restorasi setelah perawatan

endodontik:

1. Menutupi koronal secara menyeluruh

Restorasi pada gigi yang telah dirawat endodontik harus dapat menutupi

koronal secara menyeluruh agar dapat mencegah terjadinya infeksi berulang

(Ford, 2004).

2. Melindungi struktur gigi yang tersisa

Gigi yang telah dirawat endodontik seringkali kehilangan jaringan keras

dalam jumlah besar, sehingga gigi menjadi rentan terhadap fraktur. Restorasi

harus dapat melindungi struktur gigi yang tersisa, agar gigi terhindar dari

risiko fraktur (Ford, 2004)

3. Memiliki retensi agar restorasi tidak lepas

Bentuk retensi adalah suatu bentuk preparasi kavitas sedemikian rupa

sehingga restorasi tidak terlepas dari gigi. Pemilihan restorasi dilakukan

dengan mempertimbangkan bentuk retensi dari gigi (Roberson et al., 2006 ;

Segovic, 2004).

4. Memiliki resistensi agar mampu menahan daya kunyah

Bentuk resistensi adalah suatu bentuk kavitas sedemikian rupa sehingga

gigi bersama restorasi dapat menahan beban kunyah (Walmsley et al., 2007).

Semakin lebar istmus kavitas oklusoproksimal, resistensi gigi terhadap

fraktur semakin rendah. Bentuk resistensi sangat penting, karena bentuk

resistensi yang kurang menyebabkan restorasi atau gigi pecah. Masing-

Page 4: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

18

masing restorasi memiliki bentuk resistensi untuk mencegah pecahnya

restorasi. Resistensi gigi terhadap fraktur menurun dengan semakin lebarnya

istmus dari kavitas oklusoproksimal (Ford, 2004)

5. Mampu mengembalikan fungsi gigi, yaitu fungsi pengunyahan, estetik,

bicara, dan menjaga gigi antagonis dan gigi sebelahnya (Cohen, 2011 ;

Segovic et al., 2004 ; Sisthaningsih & Suprastiwi, 2006).

3.2.2. Jenis Restorasi untuk Gigi setelah Perawatan Endodontik

Macam-macam restorasi setelah perawatan endodontik dapat berdasarkan

beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan adalah berdasarkan lokasi gigi,

yaitu anterior dan posterior (Ford, 2004 ; Weine, 2004)

3.2.2.1. Jenis Restorasi setelah Perawatan Endodontik untuk Gigi Anterior

Gigi anterior yang telah dirawat endodontik dan memiliki struktur

jaringan gigi yang sehat masih banyak, serta retensi yang cukup, dapat direstorasi

secara langsung dengan komposit resin atau semen glass ionomer (Garg, 2011).

Restorasi komposit dan glass ionomer tedapat pada Gambar 3.1. dan 3.2.

Page 5: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

19

(a) (b)

Gambar 3.1. Restorasi Komposit Resin Gigi Anterior (Brenna et al., 2009) a. Gigi sebelum direstorasi b. Gigi setelah direstorasi dengan komposit resin

(a) (b)

Gambar 3.2. Restorasi Glass Ionomer pada Gigi Anterior (Brenna et al.,

2009) a. Gigi sebelum direstorasi b. Gigi setelah direstorasi dengan semen glass ionomer

Gigi anterior dengan pewarnaan yang meliputi lebih dari setengah atau

seluruh koronal, dapat direstorasi dengan veneer komposit atau porselen, seperti

pada Gambar 3.3. Pilihan perawatan lain untuk pewanaan gigi adalah bleaching

(Garg, 2011 ; Segovic, 2004).

Page 6: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

20

(a) (b)

Gambar 3.3. Gigi dengan Pewarnaan yang Direstorasi dengan Veneer (Brenna et al., 2009) a. Gigi dengan pewarnaan b. Gigi yang telah direstorasi dengan veneer

Gigi anterior dengan sisa jaringan keras gigi sedikit, retensi dari jaringan

gigi yang tersisa tidak adekuat, dan tidak dapat digunakan restorasi lain, maka

aspasak dan inti menjadi pilihan. Restorasi komposit menjadi kontraindikasi jika

sisa jaringan kurang dari sepertiga koronal (Cheung, 2011 ; Garg, 2011). Restorasi

pasak terdapat pada /Gambar 3.4.

(a) (b) (c)

Gambar 3.4. Gigi setelah Perawatan Endodontik dengan Struktur Gigi Sehat yang Tersisa Sedikit (Brenna et al., 2009)

a. Gigi sebelum direstorasi b. Penempatan pasak pada gigi c. Gigi yang telah direstorasi

Page 7: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

21

Gigi anterior rahang atas harus menahan stress lateral dari gigi rahang

bawah, yang akan diteruskan sepanjang pasak sehingga memiliki kecenderungan

untuk patah. Hal ini menyebabkan penempatan pasak harus dilakukan dengan

tekanan seminimal mungkin (Segovic, 2004).

Gigi anterior rahang bawah memiliki anatomi akar yang menyulitkan

dalam penempatan pasak. Bentuk akar gigi yang sempit secara dimensi

mesiodistal menyebabkan penempatan pasak harus dilakukan dengan hati-hati

(Cheung, 2011).

Mahkota pasak merupakan suatu restorasi indirek. Restorasi ini terdiri dari

dua komponen, yaitu inti dan pasak. Inti dapat dibuat dengan bahan dental

amalgam, komposit resin, semen glass ionomer, atau logam cor (Qualthrough,

2005 ; Walmsley, 2007). Restorasi mahkota pasak gigi anterior terdapat pada

Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Restorasi Mahkota Pasak Gigi Anterior (Brenna et al., 2009)

Pasak dan inti yang ideal harus memenuhi beberapa sifat, diantaranya

modulus elastisitas, compresive strength, dan koefisien ekspansi termal yang sama

Page 8: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

22

dengan dentin. Sifat lain yang harus dimiliki adalah ketahanan terhadap korosi

dan kemampuan untuk berikatan yang baik (Cheung, 2011).

Mahkota pasak digunakan terutama pada gigi dengan kehilangan struktur

mahkota dalam jumlah besar. Pembuangan kamar pulpa pada perawatan

endodontik menyebabkan gigi membutuhkan dukungan baik, dari internal

maupun eksternal, karena itu mahkota pasak menjadi indikasi (Weine, 2004).

Mahkota pasak diindikasikan menjadi restorasi setelah perawatan endodontik

pada gigi anterior jika jaringan keras gigi yang tersisa tidak memiliki bentuk

retensi yang adekuat, yaitu pada gigi dengan sisa kehilangan struktur gigi dalam

jumlah besar dan membutuhkan penutupan menyeluruh (Garg, 2011 ; Weine,

2004).

Mahkota pasak menjadi kontraindikasi pada keadaan seperti terdapat tanda

kegagalan perawatan endodontik, retensi, dan resistensi cukup untuk direstorasi

menggunakan bahan plastis, serta jika terdapat lateral stress akibat bruxism atau

heavy incisal stress (Garg, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi pasak antara lain adalah

panjang, diameter, preparasi, bentuk dan tekstur permukaan pasak, serta luting

agent atau bahan perekat. Pasak dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu

prefabricated dan custom made (Fradani, 2008 ; Paula et al., 2011)

1. Pasak Prefabricated

Pasak prefabricated dapat diklasifikasikan menjadi aktif dan pasif. Pasak

aktif atau screw type secara mekanik berikatan dengan dinding saluran akar dan

memiliki retensi yang baik, namun selama penempatan dan pengunyahan akan

Page 9: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

23

menimbulkan tekanan pada saluran akar. Pasak pasif atau cemented tidak

berikatan dengan dinding saluran akar dan lebih tidak retentif dibandingkan pasak

aktif, namun tekanan yang dihasilkan selama penempatan dan pengunyahan juga

lebih minimal (Cheung, 2011 ; Garg, 2011).

Pilihan bahan untuk pasak prefabricated adalah alloy, stainless steel,

titanium, gold plated brass, porselen, dan fiber reinforced polymer. Pasak metal

seringkali menyebabkan terjadinya bayangan abu-abu (grey zone) pada daerah

servikal gingival dan dalam penggunaannya masih diperlukan pembuangan daerah

undercut untuk adaptasi pasak. Pasak fiber banyak dipakai sekarang ini (Cheung,

2011 ; Garg, 2011). Berbagai macam pilihan bahan pasak terdapat pada Gambar

3.6.

Gambar 3.6. Pilihan Bahan Pasak (Walmsley, 2007) a. Pasak dan inti custom made logam b. Pasak metal dari bahan titanium dan alloy c. Pasak zirconia d. Pasak fiber

Keuntungan penggunaan pasak fiber adalah non galvanis, tidak rentan

korosi, dan mencegah risiko kebocoran mikro. Pasak fiber memiliki sifat fisik,

Page 10: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

24

modulus elastisitas, compressive strength, dan koefisien ekspansi termal yang

hampir sama dengan dentin. Kemampuan menyerap dan menyalurkan gaya sama

dengan gigi, sehingga mencegah fraktur pada akar. Nilai estetik lebih baik

dibandingkan dengan pasak logam, tidak ada risiko korosi dan diskolorasi.

Keuntungan lain dari pasak fiber adalah dapat dikerjakan dengan sekali

kunjungan. (Adanir, 2007 ; Gaikwad, 2011 ; Uddanwadiker, 2007).

Pasak fiber dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari komposit.

Beberapa tipe fiber diantaranya adalah glass, karbon, KevlarTM, VectranTM, dan

polyethylene (Barutcigil et al., 2009).

Pasak fiber digunakan pada konsep yang tengah berkembang saat ini, yaitu

konsep monoblok. Monoblok merupakan konsep menggunakan bahan adhesif

sebagai keseluruhan restorasi pada gigi setelah perawatan endodontik, seperti

pada Gambar 3.7. Sealer, bahan pengisi adhesif, sistem pasak adhesif yaitu

dengan menggunakan pasak fiber, dan inti atau restorasi dari bahan adhesif.

Semen yang digunakan merupakan resin dual cure (Belli et al., 2011).

3.7. Ilustrasi Konsep Monoblok (Brenna et al., 2009) a. Perlekatan pasak dengan inti b. Perlekatan pasak dengan semen luting c. Perlekatan dentin dengan semen luting

Page 11: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

25

Konsep ini dapat memberi perlindungan yang lebih pada gigi yang telah

dirawat endodontik dan dapat memperkuat akar gigi. Hal ini dikarenakan

keseluruhan bahan yang digunakan homogen secara mekanis dengan dentin pada

akar (Belli et al., 2011 ; Tay et al., 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan Sonya (2007), didapatkan kekuatan retensi

pasak fiber yang disemen dengan semen resin lebih besar dibandingkan dengan

pasak fiber yang disemen dengan semen glass ionomer. Baru-baru ini telah

banyak dilaporkan bahwa sistem semen resin adhesif menghasilkan retensi yang

paling baik untuk desain pasak fiber maupun metal (Buttel et al., 2009 ; Vallittu,

1999).

2. Pasak Custom made

Bahan pilihan untuk pasak custom made adalah alloy dan porselen.

Mahkota pasak custom made dan inti logam emas sudah digunakan dalam

beberapa dekade sebagai restorasi setelah perawatan endodontik. Alloy logam lain

juga dapat digunakan sebagai bahan pasak, namun tingkat kekerasannya dapat

menyebabkan fraktur akar, sehingga klinisi lebih memilih pasak dan inti emas

sebagai restorasi gigi anterior. Kelemahan bahan alloy emas adalah nilai

estetiknya yang rendah, sehingga sekarang tengah berkembang penggunaan

restorasi all porcelain dan metal porselen (Cheung, 2011 ; Garg, 2011).

Custom made diindikasikan untuk gigi dengan akar tunggal terutama pada

gigi dengan sisa mahkota yang minimal, karena pada kondisi yang demikian

pasak yang digunakan harus mampu menahan terjadinya rotasi pada saat

penempatan dan pengunyahan (Garg, 2011).

Page 12: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

26

3.2.2.2. Jenis Restorasi setelah Perawatan Endodontik untuk Gigi Posterior

Gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan dengan

gigi anterior, karena itu pertimbangan dalam pemilihan restorasi juga berbeda.

Faktor yang paling utama dalam menentukan restorasi adalah banyaknya jaringan

gigi sehat yang tersisa (Garg, 2011).

Gigi yang tidak berisiko fraktur dan memiliki sisa jaringan cukup banyak,

diindikasikan menggunakan restorasi sederhana. Kavitas yang tidak meliputi

proksimal dapat direstorasi dengan komposit high strength untuk gigi posterior

(Cheung, 2011 ; Cohen, 2011 ; Garg, 2011), seperti pada Gambar 3.8.

(a) (b)

Gambar 3.8. Restorasi Direk Komposit setelah Perawatan Endodontik (Brenna et al., 2009)

a. Sebelum gigi direstorasi b. Setelah gigi direstorasi dengan komposit resin

Logam cor sepeti alloy emas, mahkota emas, makota metal porselen, dan

restorasi all porcelain, merupakan restorasi pilihan pada gigi posterior yang telah

dirawat endodontik, seperti pada Gambar 3.9 dan 3.10. Restorasi ini melindungi

gigi dengan baik, walaupun membutuhkan pembuangan jaringan dan biayanya

cukup besar (Cheung, 2011 ; Garg, 2011).

Page 13: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

27

(a) (b)

Gambar 3.9. Restorasi Onlay Logam Cor (Sedyaningsih, 2010)

a. Sebelum gigi direstorasi b. Setelah gigi direstorasi dengan onlay logam cor

(a) (b)

Gambar 3.10. Restorasi Mahkota Porselen (Aschheim & Dale, 2001)

a. Gigi sebelum direstorasi b. Gigi setelah direstorasi dengan mahkota porselen

Gigi posterior selalu membutuhkan perlindungan koronal karena beban

kunyahnya yang besar. Premolar lebih rentan terhadap fraktur dibandingkan

dengan gigi molar dan harus direstorasi minimal dengan onlay pada kedua bonjol

(Segovic, 2004), seperti pada Gambar 3.11.

Page 14: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

28

Gambar 3.11. Restorasi Onlay Indirek pada Gigi Premolar (Walmsley, 2007).

Gigi posterior secara umum tidak menggunakan mahkota pasak sebagai

restorasi. Ukuran kamar pulpa yang besar menyebabkan gigi posterior lebih baik

direstorasi dengan onlay atau mahkota penuh (Johnson, 2002 ; Stock et al., 2007 ;

Weine, 2004).

Mahkota pasak, seperti pada Gambar 3.12. menjadi pilihan jika restorasi

yang lain tidak memiliki retensi yang cukup untuk menggantikan struktur gigi

yang hilang, karena beberapa penelitian menyatakan bahwa restorasi mahkota

pasak dapat meningkatkan risiko fraktur (Cheung, 2005 ; Schwartz, 2004 ;

Tronstad, 2003).

Gambar 3.12. Restorasi Mahkota Pasak (Johnson, 2002)

Page 15: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

29

3.2.3. Jenis Bahan Restorasi untuk Gigi setelah Perawatan Endodontik

Terdapat beberapa jenis restorasi yang dapat digunakan untuk gigi setelah

perawatan endodontik. Bahan restorasi tersebut diantaranya adalah komposit

resin, semen glass ionomer, porselen, dental amalgam, dan logam cor (Suprastiwi,

2006).

3.2.3.1. Komposit Resin

Resin komposit terdiri dari empat komponen utama, yaitu matriks organik,

filler anorganik, coupling agent, dan sistem inisiatior-akselerator (Powers and

Sakaguchi, 2006). Ukuran dan filler bermacam-macam (Roberson, et al., 2006).

Filler jenis hybrid muncul sekitar tahun 1980. Ukuran partikel filler rata-

rata 0,5-1 µm dengan 75%-80% dari berat. Komposit ini kuat dan mempunyai

permukaan yang lebih halus dari microfill setelah pemolesan (Gladwin and

Bagby, 2009).

Filler nanofill terdiri dari zirkonia-silika, nanocluster dan partikel nano

silika. Filler ini mempunyai ukuran yang sangat kecil, yaitu kurang dari 20 nm

atau berkisar antara 0,05-0,01µm, sehingga komposit ini lebih mudah dipoles

(Mitra, et al., 2003; Roberson, et al., 2006).

Beberapa sifat bahan komposit resin diantaranya adalah memiliki nilai

estetik yang baik, koefisien ekspansi termal tiga kali lebih besar dibandingkan

struktur gigi, dan modulus elastisitas rendah, yaitu 2.000 lbs/in2 (Roberson et al.,

2006 ; Scianamblo, 2002). Restorasi dengan bahan komposit terdapat pada

Gambar 3.13.

Page 16: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

30

Gambar 3.13. Restorasi Komposit pada Gigi yang telah Dirawat Endodontik (Brenna et al., 2009)

Komposit resin merupakan campuran resin polimerisasi yang diperkuat

oleh filler anorganik. Memiliki compressive strength sekitar 280 Mpa dengan

modulus elastisitas sekitar 10-16 Gpa, yang mendekati dentin. Ketahanan fraktur

dari restorasi bonded sama dengan gigi. Resin komposit dengan penyinaran yang

tepat memiliki sifat mekanis baik dan dapat memperkuat stuktur gigi melalui

mekanisme bonding (Cohen, 2011).

Kekurangan dari komposit adalah penyusutan yang terjadi selama

polimerisasi. Penyusutan ini mengakibatkan masalah dalam jangka waktu yang

lama. Perkembangan dental komposit resin menyebabkan restorasi ini menjadi

bahan alternatif sebagai pengganti dari dental amalgam untuk gigi posterior, yaitu

dengan menggunakan komposit hight strength untuk gigi posterior (Cohen, 2011 ;

Walmsley, 2007).

Bahan ini menjadi pilihan jika pasien tidak mengiginkan pembuangan

jaringan gigi yang lebih banyak. Komposit resin ini dapat digunakan sebagai

restorasi gigi setelah perawatan endodontik (Walmsley, 2007 ; Garg, 2011 ;

Manhart, 2011).

Page 17: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

31

Restorasi setelah perawatan endodotik dengan menggunakan bahan

komposit dapat dibuat secara direk maupun indirek. Restorasi direk menjadi

pilihan pada kavitas yang kecil, yaitu kehilangan satu linggir proksimal dan

kehilangan satu atau dua bonjol (Brenna et al., 2009 ; Walmsley, 2007).

Restorasi indirek menjadi pilihan pada gigi yang kehilangan struktur gigi

dalam jumlah besar. Resin komposit indirek dikerjakan di laboraturium dapat

meningkatkan conversion rate dari polimer dan sifat fisik dari bahan restorasi.

Komposit indirek memiliki kekuatan dan wear resistance yang lebih baik.

Keuntungan komposit resin yang dibuat secara indirek diantaranya adalah

menurunkan risiko penyusutan polimer, memudahkan dalam insersi, dan hasil

estetik yang lebih baik (Settembrini, 1998 ; Walmsley, 2007).

3.2.3.2. Semen Glass Ionomer

Semen Glass Ionomer merupakan materi plastis yang terdiri dari glass

aluminosilikat dengan kandungan fluor yang tinggi, berinteraksi dengan asam

polialkenoic. Semen glass ionomer memberikan estetik yang baik, terutama

sebagai restorasi pada gigi anterior (Mount, 1994).

Compressive strength dan kekerasan dari Glass Ionomer rendah.

Compressive stregth glass ionomer adalah yaitu 150 Mpa atau 22.000 psi. Tensile

strength semen glass ionomer sebesar 6,6 Mpa atau 960 psi. Besarnya kekerasan

semen glass ionomer adalah 48 KHN. Semen glass ionomer bersifat rapuh

sehingga tidak digunakan untuk tambalan di bagian oklusal yang menahan daya

kunyah besar (Suprastiwi, 2006 ; Annusavice, 1996).

Page 18: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

32

Glass ionomer bersifat biokompatibel, yaitu menunjukkan efek biologis

yang baik terhadap struktur gigi. Ketahanan terhadap reaksi pulpa lebih tinggi

daripada zinc oxida-eugenol, tetapi lebih rendah daripada semen zinc phospate

(Qualtrough, 2005).

Kelebihan dari semen glass ionomer adalah bersifat adhesif. Semen glass

ionomer mampu berikatan dengan enamel dan dentin secara kimia. Ikatan tersebut

bersifat adhesif dan memerlukan ikatan mekanik dengan kavitas yang telah

dipreparasi sehingga menghasilkan penutupan yang baik (Suprastiwi, 2006).

Keunggulan lain dari semen glass ionomer adalah bersifat antikariogenik,

yaitu dapat mencegah terjadinya karies, disebabkan terjadinya pembebasan

flouride oleh semen. Demikian halnya dengan enamel yang berkontak dengan

restorasi semen tersebut, akan memperoleh flouride sehingga dapat meningkatkan

daya tahan terhadap asam (Qualtrough, 2005).

Kekurangan dari semen glass ionomer adalah ketahanan terhadap abrasi

yang kurang. Semen glass ionomer kurang kuat, tidak dapat menahan gaya

mastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan

dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik

(Roberson, 2006).

Restorasi glass ionomer merupakan indikasi pada gigi setelah perawatan

endodontik dengan beban kunyah minimal, seperti pada gigi anterior dengan

kerusakan jaringan yang tidak terlalu banyak. Restorasi ini merupakan

kontraindikasi pada gigi dengan beban kunyah yang besar, seperti pada gigi

posterior (Mount, 1994 ; Roberson et al., 2006 ; Suprastiwi, 2006).

Page 19: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

33

3.2.3.3. Porselen

Komposisi dari porselen konvensional adalah Silika (SiO2), felsdpar potas

(K2O.Al2O3.6SiO2), feldspar soda (Na2O.Al2O3.6SiO2), dan pigmen. Silika

terdapat dalam empat bentuk, yaitu quartz kristalin, kristobalit kristalin, trydimite

kristalin, dan silika gabungan non kristal (Anusavice, 1996).

Porselen dapat diklasifikasikan menurut temperatur pembakaran, aplikasi,

teknik pembuatan, dan fase kristalin. Berdasarkan temperatur pembakaran,

porselen diklasifikasikan menjadi high fusing, medium fusing, low fusing, dan

ultra low fusing (Craig, 2002).

High fusing merupakan porselen paling kuat dibandingkan dengan ketiga

lainnya, translusensi baik, dan dapat menjaga keakuratan bentuk dalam proses

pembakaran berulang. Tipe ini digunakan sebagai elemen gigi tiruan (Craig,

2002).

Medium dan low fusing memiliki homogenitas bubuk yang baik,

menguntungkan selama proses pembakaran. Tipe ini digunakan untuk restorasi all

porcelain dan metal porselen. Ultra low dan low fusing digunakan sebagai

restorasi mahkota dan jembatan (Craig, 2002).

Berdasarkan aplikasi, porselen dibedakan menjadi porselen untuk mahkota

dan jembatan, all porcelain sebagai restorasi inlay, onlay, mahkota, veneer, dan

porselen untuk gigi tiruan. Berdasarkan bentuk kristalin, porselen dibedakan

menjadi dua fase, yaitu fase glassy dan fase kristalin.

Nilai estetika dental porselen sangat tinggi, sehingga menjadi pilihan

bahan restorasi untuk gigi anterior. Porselen bersifat rapuh dengan tingkat

Page 20: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

34

kekerasan yang sangat tinggi, melebihi enamel, sehingga dapat mengikis gigi

antagonisnya, dan memiliki tensile strength rendah. Material ini resisten terhadap

korosi dan abrasi (Kidd, 2003 ; Qualthrough, 2005 ; Park, 2002 ; Walmsley,

2007).

Terdapat dua pilihan dalam penggunaan bahan porselen, yaitu seluruhnya

porselen (all porcelain), atau metal porselen. All porcelain digunakan untuk

kavitas gigi yang dalam, sehingga restorasi porselen memiliki ketebalan yang

cukup untuk menahan tekanan kunyah (Qualthrough, 2005). Salah satu bahan inti

dari all porcelain yang sedang berkembang saat ini adalah Zirconia. Zirconia

merupakan bahan dengan sifat biokompatibel yang baik dan adhesi bakteri pada

bahan minimal. Sifatnya rapuh namun memiliki daya transformation toughening,

yang menyebabkan Zirconia memiliki ketahanan terhadap fraktur yang lebih baik

sebagai bahan all porcelain dibandingkan dengan porselen lainnya. Bahan ini

menjadi salah satu pilihan pada restorasi mahkota all porcelain (Raigrodski et al.,

2006).

All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam sehingga restorasi

porselen memiliki ketebalan yang cukup untuk menahan tekanan kunyah

(Qualthrough, 2005). Bahan baru untuk porselen adalah porselen felspathic seperti

In-Ceram, Cerec, IPS Empress, atau fabricated dari sistem keramik lain

diantaranya alumina, zirconia, atau silika. Bahan yang lebih baru adalah lithium

disilicate yang memiliki kekuatan lebih baik, ketahanan terhadap fraktur yang

lebih baik, dan tingkat translusensi yang lebih tinggi. Bahan-bahan ini dapat

menahan tekanan yang besar sebagai restorasi pada gigi posterior yang telah

Page 21: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

35

dirawat endodontik (Raigrodski et al., 2006). Restorasi onlay dengan bahan

porselen terdapat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14. Restorasi Onlay Porselen pada Gigi Molar Pertama (Aschheim & Dale, 2001)

Metal porselen merupakan restorasi yang menggabungkan sifat baik dari

logam dan porselen. Memiliki kekuatan dari logam dan sifat estetik dari porselen

(Cohen, 2011 ; Walmsley, 2007). Bahan yang sering digunakan untuk metal

porselen adalah emas-porselen. Bentuk restorasi dengan bahan porselen dapat

berupa inlay, onlay, dan mahkota prostetik (Brenna et al., 2009 ; Segovic, 2004).

Bahan yang dapat digunakan untuk restorasi metal porselen salah satunya adalah

emas porselen, pengurangan jaringannya sebanyak 1,8 hingga 2 mm. Metal

porselen kuat terhadap fraktur karena didukung oleh logam (Brenna et al., 2009 ;

Walmsley, 2007).

Indikasi pemilihan bahan porselen disesuaikan dengan kebutuhan gigi dan

keinginan pasien. Gigi posterior secara umum tidak membutuhkan restorasi

dengan nilai estetika yang tinggi, namun jika pasien mengiginkan restorasi yang

estetis maka bahan ini menjadi pilihan (Suprastiwi, 2006).

Page 22: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

36

Porselen merupakan indikasi pada gigi yang membutuhkan nilai estetika

tinggi, sebagai mahkota pada restorasi mahkota pasak, dan gigi dengan

pewarnaan. Veneer merupakan pilihan restorasi pada gigi yang mengalami

pewarnaan (Brenna et al., 2009). Veneer merupakan restorasi yang meliputi

seluruh permukaan labial, incisal edge hingga seluruh kontak proksimal (Chong,

2004).

Penggunaan restorasi mahkota setelah perawatan endodontik perlu

pertimbangan karena membutuhkan pembuangan dinding, sehingga dinding yang

tersisa pada gigi setelah dirawat endodontik cukup tipis. Terdapat beberapa

keadaan yang menyebabkan restorasi porselen menjadi kontraindikasi. Gigi

dengan oklusi edge to edge dan gigi dengan mahkota klinis yang pendek tidak

diindikasikan untuk direstorasi dengan porselen. (Suprastiwi, 2006 ; Walmsley,

2007).

Pembuatan porselen dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi

CAD/CAM (computer-aided design/ computer-assisted manufacturing).

(Raigrodski et al., 2006 ; Rimondini et al., 2002 ; Scarano et al., 2004).

CAD/CAM merupakan suatu teknologi dengan membuat gambar gigi yang sudah

dipreparasi, untuk kemudian dirancang ukuran serta bentuk restorasi oleh

komputer (CAD) dan untuk pembuatan restorasi dengan bantuan komputer

(CAM). Teknologi ini dapat digunakan pada restorasi dengan bahan porselen atau

logam (Anusavice, 1996).

Page 23: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

37

3.2.3.4. Dental Amalgam

Dental amalgam merupakan campuran beberapa logam (alloy) yang

dikombinasikan dengan merkuri menjadi satu kesatuan hingga membentuk massa

yang plastis dan solid. Campuran logam dan merkuri ini disebut dental amalgam.

Hasil campuran ini memiliki kekerasan dan kekuatan yang lebih besar

dibandingkan bahan tambal lainnya (Anusavice, 2003; Manappallil, 2003).

Alloy yang terdapat pada dental amalgam konvensional yaitu campuran

dari silver, tin, cooper, zinc. Silver meningkatkan kekuatan, setting expansion, dan

resistensi terhadap tarnis, namun menurunkan creep. Tin mengurangi kekuatan,

kekerasan, dan ketahanan terhadap tarnis, namun mengendalikan reaksi antara

silver dan merkuri. Tanpa tin reaksi pengerasan akan terlalu cepat terjadi

(Anusavice, 1996)

Copper meningkatkan ekspansi saat pengerasan, serta meningkatkan

kekuatan dan kekerasan. Zinc dapat menyebabkan terjadinya delay expansion bila

campuran amalgam terkontaminasi oleh cairan selama proses manipulasi. Zinc

dapat mencegah oksidasi dari unsur – unsur penting seperti silver, copper ataupun

tin. Alloy yang dibuat tanpa zinc akan menjadi lebih rapuh, sedangkan amalgam

yang dibuat dengan penambahan zinc akan menjadi kurang palstis (Anusavice,

1996).

Sifat penting dari amalgam diantaranya adalah koefisien ekspansi termal

2,5 kali lebih besar dibandingkan struktur gigi. Kekuatan tekan amalgam

sangatlah penting karena restorasi amalgam harus dapat menahan daya kunyah

dari gigi selama proses pengunyahan berlangsung. Kurangnya kekuatan tekan

Page 24: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

38

amalgam berpengaruh terhadap kerusakan marginal dari restorasi ataupun

terjadinya fraktur. Hal ini dapat meningkatkan resiko korosi, terjadinya karies

sekunder dan kegagalan klinis yang lain (Roberson et al., 2006).

Kekuatan amalgam dapat dipengaruhi dari tipe amalgam itu sendiri dan

juga fase yang terjadi pada reaksi pengerasan. Dental amalgam memiliki kekuatan

tekan yang lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tariknya. Oleh karena itu

bentuk kavitas harus dapat meminimalisir tensile stress yang terjadi (Van Noort,

2007; Gladwin and Bagby, 2009; Anusavice, 2003; Powers, 2006).

Compressive strength dari high-copper amalgam sama dengan gigi, dan

tensile strength lebih rendah dari struktur gigi (Garg, 2011 ; Roberson et al.,

2006). Aliran amalgam dipengaruhi oleh perubahan beban selama restorasi berada

dalam gigi. Amalgam merupakan konduktor suhu yang baik (Roberson et al.,

2006). Modulus elastisitas dari amalgam adalah 4.000 lbs/in2 (Scianamblo, 2002).

Amalgam merupakan restorasi kontroversial, karena kandungan merkuri

yang terdapat di dalamnya. Suatu penelitian menemukan bahwa hasil evaluasi

restorasi amalgam setelah tiga tahun pemakaian terbukti baik, namun setelah lima

tahun ditemukan lebih banyak terjadi fraktur pada gigi yang direstorasi dengan

amalgam setelah perawatan endodontik dibandingkan dengan restorasi komposit

resin dan pasak fiber (Manocci et al., 2005).

Amalgam digunakan sebagai bahan tambal direk karena mudah ditempatkan

pada kavitas dan setelah mengeras akan mengembalikan bentuk dan fungsi gigi

seperti semula. Preparasi gigi tidak hanya membuang bagian yang rusak dan

Page 25: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

39

struktur yang lemah pada gigi, tetapi harus membuat tambalan amalgam tersebut

berfungsi secara baik (Roberson, 2006).

Amalgam menjadi pilihan restorasi karena memiliki kekuatan yang baik,

harga terjangkau, dan mudah dalam proses manipulasi (Andrew & McCoy, 1993).

Indikasi dari dental amalgam diantaranya adalah pada gigi yang tidak

membutuhkan pertimbangan estetika seperti pada gigi posterior (Garg 2011 ;

Roberson et al., 2006).

Kontraindikasi dari dental amalgam adalah gigi yang membutuhkan nilai

estetika yang tinggi seperti pada gigi anterior, dan gigi dengan retensi yang

rendah. Hal ini menyebabkan amalgam tidak menjadi pilihan utama sebagai

restorasi gigi setelah perawatan endodontik, karena sisa jaringan keras gigi yang

tersisa seringkali tidak memiliki retensi yang dibutuhkan oleh restorasi amalgam

(Suprastiwi, 2006).

Amalgam bukan pilihan terbaik dalam merestorasi gigi setelah perawatan

endodontik, hilangnya bonjol dalam preparasi kavitas perawatan endodontik

menyebabkan gigi rentan terhadap fraktur vertikal, restorasi intrakoronal seperti

amalgam tidak dapat melindungi gigi dari risiko ini (Brenna et al., 2009 ; Weine,

2004). Fraktur mahkota akibat restorasi yang tidak adekuat terdapat pada Gambar

3.15.

Page 26: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

40

Gambar 3.15. Fraktur Mahkota dan Akar akibat Bonjol yang Tidak Terlindung (www.iosc.com, 2010)

3.2.3.5. Logam Cor

Logam cor merupakan campuran dari dua atau lebih dari logam. Bahan

yang dapat digunakan pada logam cor, yaitu alloy emas, alloy cobalt-chromium,

alloy perak-palladium, alloy alumnium-tembaga, stainless steel, alloy nickel-

chromium, dan alloy nikel-titanium (Anusavice, 1996).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa logam cor yang mengandung alloy

emas lebih rendah dari 65% hingga 75% rentan terhadap korosi. Alloy emas

sendiri memiliki sifat lunak, karena itu harus diperkuat dengan tembaga, perak,

atau platinum. Palladium juga dapat ditambahkan untuk mencegah potensi karat

dari perak. Penambahan platinum dan palladium dalam emas akan menurunkan

koefisien akspansi termal (Anusavice, 1996).

Sifat yang diharapkan logam cor adalah biokompatibel, mudah dicairkan,

dicor, dan dipoles. Sifat lainnya adalah mengalami penyusutan yang sedikit ketika

memadat, mempunyai ketahanan abrasi yang baik, kekuatannya tinggi, tahan

terhadap tekanan dan korosi (Anusavice, 1996).

Page 27: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

41

Bahan logam cor diindikasikan untuk gigi posterior karena kekuatannya

yang baik. Logam cor merupakan pilihan bahan restorasi untuk gigi setelah

perawatan endodontik. Bentuk restorasinya dapat berupa inlay, onlay, dan

mahkota penuh. Inlay merupakan restorasi indirek intra koronal yang tidak

melindungi bonjol gigi (Qualtrough, 2005).

Inlay sebagai restorasi indirek, merupakan restorasi yang dapat menahan

beban kunyah yang lebih besar dibandingkan dengan restorasi yang dibuat secara

direk. Inlay bukan restorasi pilihan pada gigi setelah perawatan endodontik,

karena daya dukung intrakoronalnya tidak dapat melindungi gigi dari risiko

fraktur (Heasman, 2003 ; Suprastiwi, 2006 ; Weine, 2004).

Onlay merupakan restorasi indirek yang menutupi sebagian permukaan

ekstra koronal gigi dan tetap mengikuti kontur dari gigi. Onlay merupakan pilihan

restorasi pada perawatan endodontik (Qualtrough, 2005).

Onlay digunakan secara luas pada gigi setelah perawatan endodontik,

terutama pada gigi posterior karena menyatukan dinding-dinding gigi dan

melindungi bonjol. Pembuangan kamar pulpa pada perawatan endodontik

menyebabkan gigi membutuhkan dukungan, baik dari intrakoronal maupun

ekstrakoronal, karena itu restorasi onlay menjadi pilihan (Stock et al., 2007 ;

Suprastiwi, 2006 ; Weine, 2004).

Restorasi mahkota penuh logam, seperti pada Gambar 3.16 merupakan

restorasi indirek ekstra koronal yang meliputi permukaan luar gigi dan

membentuk kembali kontur anatomi gigi secara menyeluruh. Restorasi mahkota

Page 28: BAB III PERTIMBANGAN PEMILIHAN RESTORASI GIGI …media.unpad.ac.id/thesis/160110/2007/160110070077_3_2149.pdf · 17 3.2.1. Syarat Ideal untuk Restorasi setelah Perawatan Endodontik

42

merupakan restorasi yang meliputi seluruh permukaan gigi (Qualtrough, 2005 ;

Walmsley, 2007).

Gambar 3.16. Restorasi Mahkota Penuh Logam (Johnson, 2005)

Restorasi ini diindikasikan pada kavitas yang meliputi permukaan

proksimal dan gigi dengan beban oklusal yang tinggi, untuk mengurangi tekanan

pada gigi, seperti pada gigi posterior. Hal ini akan mencegah gigi dari risiko

fraktur (Johnson, 2002). Prosedur pembuatan logam cor membutuhkan waktu

pengerjaan yang panjang dan kunjungan berulang (Walmsley, 2007).