bab iii sejarah pembangunan bendung suwatu dan ... · 60 bab iii sejarah pembangunan bendung suwatu...
TRANSCRIPT
60
BAB III
SEJARAH PEMBANGUNAN BENDUNG SUWATU
DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI WADUK KETRO
A. Tinjauan Umum Keputusan Pemerintah Pusat Repelita I dan II Serta
Sasaran Pembangunan
Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berbagai
langkah ditempuh oleh pemerintahan zaman Presiden Soeharto. salah satunya
adalah dengan peningkatan produksi pertanian masyarakat. Masyarakat Indonesia
yang sebagaian besar menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, kemudian
membutuhkan dukungan penuh dari berbagai pihak agar sektor pertanian ini dapat
berjalan dengan baik. Pemerintah sebagai faktor yang menentukan kebijakan
bertanggung jawab untuk mengarahkan perangkat penyelenggaraan pertanian,
baik yang berupa perundangan, pelaksana teknis maupun penyuluhan kepada
masyarakat.
Faktor krusial dalam pengusahaan pertanian adalah penjaminan
infrastruktur yang dapat mendukung pengusahaan pertanian. Pembangunan
infrastuktur berupa: waduk, bendungan, dan bendung harus menjadi fokus
pembangunan di berbagai daerah dengan potensi pertanian. Bangunan-bangunan
ini sangat diperlukan sebagai sarana pendorong penyediaan air yang cukup dalam
usaha produksi sektor pertanian.
Pembangunan infrastuktur bangunan air yang dilakukan dalam rangka
penyediaan air guna mendorong produksi pertanian tidak dilakukan begitu saja.
Pembangunan yang dilakukan harus disesuaikan dengan keadaan dan potensi
61
alam yang tersedia. Pengenalan daerah dan curah hujan yang terjadi harus menjadi
patokan dalam pembangunan infrastuktur pertanian yang ada. Keseimbangan
antara supplay dan demand kebutuhan air harus sesuai dengan potensi dan
keadaan alam yang ada agar hasil produksi dari sektor pertanian bisa optimal.
Pada periode tahun 1975-1985 pemerintah fokus terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Berbagai kebijakan digalakkkan demi terwujudnya
kesejahteraan itu. Wujud kesejahteraan yang ingin diterapkan mengacu kepada
kebutuhan pokok berupa: pangan, sandang, dan papan. Kebijakan pemerintah saat
itu adalah meningkatkan daya beli masyarakat dengan investasi besar-besaran
dalam sektor pertanian. Sektor ini dipilih dikarenakan potensi alam yang paling
dapat dijangkau oleh penduduk Indonesia.
Keseriusan pemerintah kemudian diwujudkan dengan terbitnya Keputusan
Presiden Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang Rentjana
Pembangunan Lima Tahun yang berisi visi pembangunan kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian. Strategi pendobrakan
ekonomi yang menjadi rencana andalan pemerintah untuk mengatasi
ketertinggalan ekonomi bangsa Indonesia. Dibawah ini merupakan potongan dari
kepres tentang visi pembangunan kesejahteraan masyarakat yang diterbitkan
pemerintah melalui Departemen Penerangan RI:
Adapun sasaran pembangunan jang hendak ditjapai sangatlah sederhana,
jaitu: pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan Rakjat, perluasaan
lapangan pekerdjaan dan kesedjahteraan rochani. Dalam melaksanakan
pembangunan ini maka titik beratnja dipusatkan pada bidang pertanian.
Dengan demikian medan-djuang jang dipilih adalah medan pertanian.
Disinilah sasaran sentral diletakkan, ichtiar dipusatkan dan hasil diharapkan.
Pilihan pada sektor pertanian bukanlah sekedar pilihan belaka. Pilihan
didasarkan pada strategi pembangunan untuk mendobrak keterbelakangan
ekonomi kita melalui proses pembaharuan dibidang pertanian. Keadaan
iklim, tanah dan persediaan tenaga kerdja memungkinkan adanja
62
kemadjuan pesat dibidang pertanian. Lebih-lebih berkat adanja tehnologi
baru, bibit-bibit baru, dan tjara-tjara baru. Peningkatan produksi dibidang
pertanian-pangan ini pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Harga pangan dalam negeri dapat lebih dimantapkan, dan dengan begitu
turut memberi pengaruh jang positif pada stabilisasi ekonomi. Dan hanja
dalam ekonomi jang stabillah dapat diharapkan pertumbuhan ekonomi jang
pesat.1
Berdasarkan kepres di atas, maka dapat dilihat keseriusan pemerintah
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi
pertanian. Peningkatan produksi pertanian didorong dalam berbagai proyek
pengerjaan sarana dan prasarana pertanian. Setelah turunnya kepres, maka di
berbagai daerah yang memiliki potensi pertanian dilakukanlah pembangunan-
pembangunan.
Pada periode Repelita I pembangunan meliputi perbaikan dan
penyempurnaan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru dan perbaikan serta
pengembangan sungai dan daerah rawa untuk mengamankan daerah pertanian dan
daerah padat penduduk terhadap bencana banjir. Periode ini pemerintah kemudian
melakukan fokus pembangunan berbagai macam sarana pendukung bangunan
bangunan air.
Proses pembangunan kesejahteraan yang telah dilakukan pemerintah
selama periode Repelita I kemudian dilanjutkan dalam tahan selanjutnya juga
meliputi proses pemerataan. Program yang berkelanjutan terhadap pembangunan
kesejahteraan masyarakat memerlukan rentang waktu yang cukup panjang dalam
1Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang
Rentjana Pembangunan Lima Tahun, Departemen Penerangan R.I. halaman,15.
Data tentang keppres di ambil dari internet dengan alamat:
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8438/1709/. Diakses
pada tanggal 16-03-2015 pada pukul 22.30 WIB.
63
pelaksanaannya. Penyempurnaan yang telah dicapai pada Repelita I mendorong
pemerintah kemudian melanjutkan Repelita II.
Pada Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia yang disampaikan di
depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat "Pelaksanaan Repelita II" 16 Agustus
1979 (1974/75-1978/79), Presiden Soeharto menyampaikan pertanggung jawaban
dan laporan kemajuan terhadap Repelita II. Pada pidatonya presiden
menyampaiakan keberhasilan program yang dijalankan pemerintah terhadap DPR.
Berikut ini merupakan sebagian dari pidato presiden dalam sidang itu:
Selama tahun 1978/79 dan selama Repelita II masing-masing telah
diselesaikan perbaikan dan penyempurnaan irigasi seluas 70.498 Ha dan
513 ribu Ha, pembangunan jaringan irigasi baru seluas 41.715 Ha dan 255
ribu Ha, perbaikan dan pengamanan sungai se-luas 62.228 Ha dan 431 ribu
Ha, dan pengembangan daerah rawa serta daerah pasang surut seluas
122.604 Ha dan 200 ribu Ha.
Rehabilitasi irigasi dalam areal seluas 70.498 Ha dan pembuatan irigasi baru
dalam areal seluas 41.715 Ha belum berarti bahwa areal itu akan langsung
berguna secara efektif, sebab baik rehabilitasi maupun pembangunan
saluran tertiernya belum selesai seluruhnya. Kegiatan pembangunan
pengairan dalam Repelita II masih berupa kelanjutan kegiatan-kegiatan
pekerjaan yang dilaksanakan dalam Repelita I yang meliputi perbaikan dan
penyempurnaan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru dan perbaikan
serta pengembangan sungai dan daerah rawa untuk mengamankan daerah
pertanian dan daerah padat penduduk terhadap bencana banjir. Selama tahun
1978/79 dan selama Repelita II masing-masing telah diselesaikan perbaikan
dan penyempurnaan irigasi seluas 70.498 Ha dan 513 ribu Ha,
pembangunan jaringan irigasi baru seluas 41.715 Ha dan 255 ribu Ha,
perbaikan dan pengamanan sungai se- luas 62.228 Ha dan 431 ribu Ha, dan
pengembangan daerah rawa serta daerah pasang surut seluas 122.604 Ha
dan 200 ribu Ha.
Pembangunan saluran-saluran tertier dan kwarter pada dasarnya harus
dilaksanakan oleh masyarakat yang memperoleh manfaat dari irigasi. Tetapi
hasil dari pembangunan saluran-saluran yang dilaksanakan oleh masyarakat
tersebut tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan. Untuk mengatasi
persoalan ini maka sejak tahun 1976/77 telah ditempuh kebijaksanaan baru,
di mana biaya bangunan air dan sebagian biaya penggalian ditanggung oleh
Pemerintah.2
2 Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia Di Depan Sidang Dewan
Perwakilan Rakyat "Pelaksanaan Repelita II" 16 Agustus 1979 (1974/75 -
1978/79) Departemen Penerangan RI. Data tentang keppres di ambil dari internet
64
Laporan pertanggungjawaban ini memberikan wawasan tentang program
yang dilakukan pemerintah. Program yang terencana dari pusat yang secara
bertahap turun sampai ke daerah terkecil. Pembangunan saluran irigasi tersier
merupakan saluran terkecil yang langsung menuju petak-petak petani. Perbaikan
dan pembentukan saluran irigasi bersamaan dengan penanganan sungai-sungai
besar.
Pembangunan pada tahap-tahap ini, tidak hanya berhenti pada infrastruktur
sarana pertanian yang berupa bangunan. Pembangunan sistem yang diperlukan
untuk mempermudah pembangunan juga dilakukan. Meningkatkan kesuksesan
program melalui survey, penyelidikan, dan perancangan pengembangan sumber-
sumber air. Selain pengusahaan irigasi yang disusun dengan pola induk seperti
dari danau, waduk, bendungan, dll dikembangankan pula air tanah untuk irigasi.
B. Pembangunan Bendung Suwatu
1. Pengertian Bendung
Dalam proses pembangunan jaringan irigasi, pemerintah pusat memiliki
standar yang kemudian dilaksanakan oleh instansi pemerintah terkait.
Perencanaan jaringan irigasi merupakan bagian dari tugas dari Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air. Dalam proses selanjutnya, sebagai eksekutor lapangan, ada
instansi-instansi pembantu lainnya. Pada pengerjaan proyek rekonstruksi waduk
Ketro, pengawasan dan pengerjaan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Sumber
dengan alamat http://www.bappenas.go.id/data-dan-informasi-utama/dokumen-
perencanaan-dan-pelaksanaan/pidato-kenegaraan-tahun-1979/ Akses pada tanggal
16-03-2015 pada pukul 22.35 WIB.
65
Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dengan eksekutor proyek
adalah Balai Pengelolaan Sumber daya Air Bengawan Solo.3 Untuk pengerjaan
bendung Suwatu, pengerjaan proyek dari Balai Pengelolaan Sumber daya Air
Bengawan Solo, diserahkan langsung kepada Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Pengairan, Kabupaten Sragen.4
Pembangunan sistem irigasi memiliki standar dalam pembuatan
bangunannya. Bangunan tersebut terdiri dari bangunan utama, bangunan
pendukung yang sudah ditetapkan standarnya yaitu: “Semua bangunan yang
direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokan air ke dalam
jaringan saluran irigasi agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi, biasanya
dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi sedimen yang
berlebihan serta kemungkinan untuk mengukur air masuk”.5
Pembangunan sarana pendorong produksi pertanian dimulai dari sebuah
bangunan yang disebut bendung. Bendung sendiri adalah suatu bangunan yang
dibangun melintang sungai untuk meninggikan permukaan air sungai dan
membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke jaringan irigasi daerah yang membutuhkan.6
Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali,
bronjong atau beton yang terletak melintang pada sebuah sungai yang berfungsi
3 Wawancara dengan Vega tanggal 7 November 2014
4 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
5 Direktur Jenderal Pengairan., Standar Perencanaan Irigasi Kriteria
Perencanaan Bagian Bangunan Utama Kp–02, (Jakarta, Perpustakaan PU, 1986),
Halaman 1.
6Ibid, Halaman 3.
66
meninggikan muka air agar dapat dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan.
Tentu saja bangunan ini dapat digunakan pula untuk keperluan lain selain irigasi,
seperti untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk penggelontoran
suatu kota.
Dalam Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik menyatakan bahwa
untuk bangunan di sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun
sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat
berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian
sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien
sesuai dengan kebutuhannya. Bendung ini dibagi dalam dua tipe, yaitu :
a. Bendung Tetap : Bendung yang dibangun secara permanen.
b. Bendung Gerak (Barrage) adalah bangunan berpintu yang dibuka selama
aliran besar; masalah yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja.
Bendung gerak dapat mengatur muka air di depan pengambilan agar air
yang masuk tetap sesuai dengan kebutuhan irigasi.7
2. Gambaran Umum Wilayah Bendung Suwatu
Rangkaian kebijakan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat dengan memprioritaskan pembangunan ekonomi melalui sektor
pertanian. Tiga agenda besar pemerintah pada sektor ini adalah pencetakan sawah
baru, pembentukan jaringan irigasi baru, dan juga perawatan jaringan irigasi lama.
Fokus pembangunan disesuaikan dengan potensi dan keadaan daerah
pembangunan. Pada tahun 74-an Kecamatan Tanon memiliki fasilitas irigasi yang
7 Ibid, halaman 8.
67
tidak berjalan dengan baik yaitu waduk Ketro dan juga masih dalam tahap
pembangunan yaitu bendung Suwatu8.
Bendung Suwatu adalah satu dari sekian banyak jaringan irigasi baru yang
dibangun oleh pemerintahan Presiden Soeharto pada periode tahun 1974 – 1979.
Secara bangunan, Bendung Suwatu terletak di Dukuh Suwatu, Kelurahan Tanon,
Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Bendung Suwatu / daerah irigasi Suwatu
membentang dari Kelurahan Trombol, Kelurahan Bendo, Kelurahan Suwatu,
Kelurahan Tanon, dan Kelurahan pengkol. Bendung / Daerah Irigasi Suwatu ini
termasuk daerah pengaliran "Kali Kedung Dowo" yang hilirnya terdapat di
Bengawan Solo.
Dalam pembangunannya, Daerah Irigasi Suwatu dirancang untuk
mangaliri dua daerah, Daerah Irigasi Suwatu kiri yang mengaliri daerah
persawahan di Kelurahan Trombol Kecamatan Mondokan juga Kelurahan Bendo
Kecamatan Sukodono, sedangkan daerah irigasi Suwatu kanan yang mengaliri
Kelurahan Suwatu, Kelurahan Pengkol dan Kelurahan Tanon di wilayah
Kecamatan Tanon. Panjang sungai Kali Kedung Dowo dari hulu hingga
bendungan Bendung kurang lebih 3 km. Jarak bendungan sampai daerah sungai
Bengawan Solo kurang lebih berjarak 4 km. Daerah yang akan direncanakan
bangunan air merupakan daerah pertanian dengan kondisi medan datar. Berikut
ini penjelasan lebih mendalam terkait bendung.
8 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
68
3. Pemilihan Lokasi Bendung
Faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi bendung yaitu :
a. Keadaan topografi daerah yang akan diairi sedemikaian rupa sehingga
seluruh daerah rencana tersebut dapat terairi secara gravitasi.
b. Penempatan lokasi bendung yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan
dan angkutan sedimen yang masuk ke intake dapat terhindari. Untuk
menjamin aliran lancar masuk intake, salah satu syaratnya yaitu bendung
harus terletak di tikungan luar aliran atau di bagian sungai yang lurus dan
harus dihindari penempatan bendung di tikungan sebelah dalam aliran.
c. Bendung harus ditempatkan di lokasi yang tanah pondasinya cukup baik
sehingga bangunan akan stabil.9
4. Kronologi Pembangunan Bendung / Daerah Irigasi Suwatu
Cikal bakal pembangunan bendung Suwatu dimulai dari sebuah
muasyawarah mufakat yang dilakukan oleh masyarakat dari tiga kelurahan di
Kecamatan Tanon. Kelurahan yang terlibat dalam musyawarah itu adalah, 1.
Kelurahan Suwatu, 2. Kelurahan Tanon, 3. Kelurahan pengkol. Musyawarah ini
dilakukan pada tahun 1954 dan pada tahun itu juga dimulai pengerjakan proyek
pengerukan. Latar belakang pembahasan dari ketiga kelurahan dalam menggagas
pembangunan bendung adalah peningkatan pengelolaan tanah pertanian. Pertanian
saat itu masih sulit karena terlalu menggantungkan pada tadah hujan.10
9 Sosrodarsono, Suyono, dan Masateru Tominaga., Perbaikan Dan
Pengaturan Sungai, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), Halaman 207.
10
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
69
Musyawarah dilakukan oleh beberapa tokoh masyarakat dari ketiga
kelurahan. Di bawah ini tabel tokoh-tokoh penggagas pembangunan bendung
Suwatu.
Tabel 13
Nama Tokoh Masyarakat Penggagas Pembangunan Bendung Suwatu Tahun 1954:
No. Nama Kelurahan Peran dalam Pembangunan
1 Atmo Sukarto Suwatu Lurah
2 Muhammad Umar Suwatu Pujangga
3 Damari Suwatu Pujangga
4 Kumaidi Suwatu Masyarakat
5 Endro Karsono Suwatu Masyarakat
6 Waridi Suwatu Masyarakat
7 Gito Wiyono Pengkol Lurah
8 Pawiro Sumarto Tanon Lurah
9 Darmo Tanon Masyarakat
Sumber: Wawancara dengan Bapak Sardju 19 Maret 2015
Tokoh masyarakat tersebut diatas merupakan orang-orang yang terlibat
aktif dalam pembangunan bendung Suwatu. Peran yang diambil beberapa orang
termasuk sangat penting, diantaranya Atmo Sukarta yang merupakan lurah dari
desa Suwatu, Gito Wiyono lurah dari desa Pengkol dan Pawiro Sumarto adalah
Lurah dari desa Tanon. Para lurah ini yang kemudian mengatur pembagian peran
dan kerja dari masyarakat masing-masing desa.
Peran yang sangat awal dijalankan oleh para Lurah yang menjadi awal dari
konsolidasi yang berjalan dari ketiga Desa. Ide awal dari pembangunan Bendung
70
Suwatu dicetuskan oleh ”Lurah” dari Ketiga desa. Ide yang bersambung antar
”Lurah” kemudian menjadi pembicaraan dan musyawarah desa. Penyepakatan ini
kemudian diteruskan menjadi perencanaan pembangunan. Lurah sebagai simbol
desa, peran dalam pembangunannya adalah memastikan setiap masyarakat di
daerahnya hadir dan ikut bekerjasama dalam pembangunan Bendung Suwatu.
Peran penting dari ”Lurah” yang harus selalu hadir dan menjaga semangat dari
masyarakatnya. Atmo Sukarto sebagai ”Lurah” dari Kelurahan Suwatu dalam
menjalankan perannya dibantu oleh Kumaidi, Endro Karsono, dan Waridi.11
Pengaturan tenaga dalam pembangunan, baik meliputi sumberdaya manusia, alat,
konsumsi dll, merupakan bagian dari peran ketiga asisten dari lurah Suwatu pada
pembangunan Bendung Suwatu. Pembangunan Bendung Suwatu merupakan
pekerjaan yang sangat banyak membutuhkan banyak pembagian kerja agar
semakin efisien tenaga yang dikeluarkan.12
Demikian halnya dengan ”Lurah” dari desa yang lain, memiliki peran yang
sama di masyarakat masing-masing daerah. Peran sebagai simbol daerah dan
masyarakat yang harus selalu hadir dalam pembangunan Bendung Suwatu. Pawiro
Sumarto sebagai ”Lurah” desa Tanon perannya di bantu oleh Darmo, salah satu
masyarakat yang dekat dan dapat membantu pekerjaanya. Letak desa yang sedikit
lebih jauh dari Bendung Suwatu, membuat ”Lurah” desa Pengkol saat itu yaitu
Gito Wiyono memiliki beban yang lebih ringan, sehingga peran dan tanggung
jawabnya dalam pembangunan Bendung Suwatu dapat dikerjakan sendiri.13
11
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
12 Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
13
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
71
Peran sentral yang lain dalam pembangunan bendung dari Muhammad
Umar dan Damari sebagai ”pujangga” pembangunan bendung Suwatu.
”Pujangga” merupakan penasehat pembangunan, orang ”pintar” yang memiliki
kapasitas lebih dalam menentukan kebijakan menurut perhitungan Jawa.
Muhammad umar dan Damari adalah orang yang melakukan ”tirakat” demi
lancarnya pengerukan Bendung Suwatu. Menurut penuturan bapak Sardju,
Muhammad Umar dan Damari membuat garis diatas tanah yang telah
direncanakan untuk di keruk. Garis itu yang kemudian menjadi dasar pengerjaan
pengerukan saluran irigasi bendung Suwatu.14
Pengerjaan pengerukan bendung Suwatu yang dimulai pada tahun 1954
mengerjakan saluran penampungan sepanjang 3 kilo meter. Pengerjaan bendung
ini memakan waktu sekitar 1 tahun pengerukan. Pengerukan dikerjakan oleh
seluruh warga masyarakat di tiga kelurahan, yaitu Suwatu, Tanon dan Pengkol.
Penggalian saluran ini berlangsung siang-malam dengan pembagian kerja
bergiliran. penggalian saluran irigasi ini bisa dikatakan dalam, bahkan masyarakat
yang melakukan penggalian menamai saluran Bendung Suwatu dengan nama
”Sentono” dikarenakan dalamnya galian saluran tampung bendung. Pada
pengerjaan pengerukan waktu malam hari, masyarakat membawa penerangan
berupa Petromaks. Perempuan memperoleh pembagian kerja sebagai penyedia
konsumsi. Konsumsi disediakan oleh masing-masing desa itu sendiri, dengan
lokasi dapur umum di Kelurahan Suwatu.15
14
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
15
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
72
Bendung Suwatu dibangun secara swadaya sepenuhnya oleh masyarakar
dari Kelurahan Tanon, Suwatu dan pengkol. Bendung Suwatu dibangun pada
tahun 1954 dan selesai pada tahun 1958. Pembangunan dilakukan diatas tanah kas
desa dan beberapa pembebasan lahan yang biayai oleh ketiga kelurahan tersebut.
Satu tahun pengerjaan, saluran bendung sepanjang tiga kilo meter berhasil
diselesaikan. Pada tahun 1955 - 1958 fokus pengerjaan pada pembuatan konstuksi
bendung. Pengerjaan konstuksi memakan waktu yang lama dikarenakan saat itu
belum ada tenaga ahli dan teknologi bangun yang memadai.16
Pada tahun 1955-1956, bahan yang digunakan untuk menahan air adalah
tanah padas. Dalam beberapa bulan, bendung masih dapat bertahan, namun
memasuki puncak musim penghujan, penahan air jebol karena tidak mampu
menahan limpahan air hujan. Memasuki tahun berikutnya yaitu 1956-1957,
masyarakat bersama membangun kembali bendungan yang jebol dengan bahan
yang lebih kuat, yaitu dengan campuran batu dan aspal. Memasuki musim
penghujan tahun 1958, bangunan penahan air berhasil diselesaikan dan berfungsi
dengan baik.17
Bendungan penahan air dapat berfungsi dengan baik sehingga air dapat
dialirkan kedaerah yang lebih rendah. Pada tahun 1958, bendung Suwatu
dilakukan uji alir air bendung, sesuai dengan rencana aliran air sampai ke
kelurahan paling jauh yaitu Kelurahan Pengkol sekaligus uji saluran buang yang
dialirkan ke sungai Bengawan Solo. Dalam perencanaan pembangunan, air akan
dialirkan untuk kebutuhan pertanian dari 3 kelurahan, yaitu Tanon, Suwatu dan
16
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015 17
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015
73
Pengkol. Saluran irigasi hanya diperuntukkan dari ketiga daerah yang
merencanakan pembangunan.18
Setelah Pengerukan dan pembangunan bendung selesai dikerjakan,
masyarakat ketiga kelurahan Tanon, Suwatu dan Pengkol mengadakan syukuran.
Syukuran diadakan pada pertengahan musim panas tahun 1958. Penyelenggaraan
syukuran dilakukan atas suksesnya pembangunan Bendung Suwatu dan telah lulus
uji alir. Syukuran diselenggarakan di sekitar Bendung Suwatu agar masyarakat
sekitar juga merasakan kebahagiaan. Syukuran berupa penyembelihan satu ekor
kerbau dan pentas wayang kulit semalam suntuk. Pementasan wayang digelar
dengan lakon “Romo Bendung” oleh dalang “Ki Kabul” dari Desa Tanon.19
Bendung atau daerah irigasi Suwatu pada akhir tahun 1973 mendapat
kunjungan dari Dinas PU Kabupaten Sragen. Kunjungan ini bermaksud untuk
menjadikan bendungan lebih baik dan dapat digunakan untuk lebih banyak
wilayah lagi.20
Pemerintah Sragen merencanakan untuk menjadikan Bendung
Suwatu mengaliri dua wilayah. Wilayah Kanan, adalah daerah yang memang
sejak awal memiliki Bendung Suwatu yaitu Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon
dan Kelurahan Pengkol. Wilayah Kiri adalah wilayah dari Kecamatan Mondokan
yaitu Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo yang merupakan wilayah dari
Kecamatan Sukodono.
Bendung Suwatu kemudian diambil alih oleh Dinas Pekerjaan Umum Kab.
Sragen untuk kemudian dibangun Bendungan dan pintu pembagi air.
18
Wawancara dengan Sardju tanggal 19 Maret 2015 19
Wawancara dengan Mursidan tanggal 26 Oktober 2014
20
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
74
Pembangunannya oleh pemerintah Kabupaten Sragen melalui Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Sragen di bawah pengawasan Balai Pengelolaan Sumber Daya
Air Bengawan Solo pada tahun 1974.21
Pengerjaan Bendung Suwatu selesai pada
awal tahun 1975 dan telah mendapatkan uji coba aliran pada bulan Januari-
Februari tahun 1975. Pada bulan Maret tanggal 25 tahun 1975, bendung ini
diresmikan oleh Kepala Dinas P.U. Prov. Dati I Jateng Wilayah Surakarta seksi
Sragen yang kebetulan saat itu dijabat oleh Bp. Moengin.22
Menurut penuturan Bapak Edi Widodo, latar belakang pengambilalihan
pembangunan Bendung Suwatu dikarenakan Kelurahan Trombol masih kering
dan belum memiliki sumber daya air untuk pertanian yang letak wilayahnya
hanya berada disebelah kiri Bendung Suwatu. Dari situiasi ini kemudian
pemerintah Kab. Sragen melalui Dinas Pekerjaan Umum mengupayakan
pembangunan pintu pembagi dan penguatan bendungan air agar kapasitas dari
Bendung Suwatu lebih optimal .
Pertanian di wilayah Sragen utara Bengawan Solo hanya bergantung pada
musim hujan. Sedang saat itu tanaman padi masih memiliki masa tanam yang
cukup lama, setelah 6 bulan baru bisa dipanen. Kondisi seperti ini kemudian
mendorong pemerintah Kab. Sragen, khususnya Dinas Pekerjaan Umum untuk
semakin banyak melakukan langkah pembangunan sarana irigasi pertanian.
Langkah yang ditempuh pemerintah Kab. Sragen saat itu adalah dengan banyak
21
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014 22
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
75
melakukan survey atas laporan masyarakat terhadap kondisi pertanian di daerah
masing-masing.23
Untuk kasus pada Bendung Suwatu proses konsultasi dari masyarakat
sekitar Kelurahan Trombol yang melaporkan belum adanya sumber daya air untuk
kepentingan pertanian. Sementara letak Kelurahan Trombol Kecamatan
Mondokan dekat Bendung Suwatu. Pada saat itu, Bendung Suwatu memang
hanya untuk masyarakat Kelurahan Suwatu, Kelurahan Tanon dan Kelurahan
Pengkol. Karena masyarakat dari ketiga desa tersebutlah yang memiliki sejarah
dalam pembangunannya.24
Berdasarkan laporan masyarakat Kelurahan Trombol, kemudian Dinas
P.U. mengirimkan tim yang ditugaskan untuk mensurvei daerah di sekitar
bangunan Bendung. Dari survei ini ditemukan fakta bahwa memang daerah
Kelurahan Trombol merupakan daerah kering yang membutuhkan jaringan irigasi
baru guna keperluan pertanian. Pembangunan jaringan irigasi sangat
memungkinkan bila diambilkan dari Bendung Suwatu. Maka kemudian pada awal
tahun „74an, proyek pembangunan bendungan air dan pintu pembagi air, bendung
Suwatu resmi dikerjakan.25
Proyek ini bernama "Bendung Gotro". Pemberian nama ini berdasarkan
proses pembangunan yang dilakukan bersama antara pemerintah Kab. Sragen dan
masyarakat di Kelurahan Tanon, Kelurahan Suwatu, Kelurahan Pengkol,
Kelurahan Trombol dan kelurahan Bendo. Bendung Gotro merupakan singkatan
23
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014 24
Wawancara dengan Sardju tanggal 9 Maret 2015
25 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
76
dari bendung gotong royong, pembangunan oleh pemerintah Kab. Sragen bersama
masyarakat kelima Kelurahan tersebut .26
Pembangunan ini terlebih dahulu melewati proses musyawarah mufakat.
Menurut keterangan Bp. Edi Widodo, musyawarah ini adalah untuk
membicarakan pengelolaan Bendung Suwatu. Selama ini, pengelola Bendung
Suwatu adalah perwakilan dari masyarakat Kelurahan Tanon, Keluahan Suwatu
dan Kelurahan Pengkol. Tokoh-tokoh masyarakat dari masing-masing kelurahan
yang terlewati oleh jalur air dari sungai Kedung Dowo. Tokoh masyarakat yang
harus menyatakan kesetujuanya adalah ketiga Lurah. Dari desa Tanon Pawiro
Sumarto, dari desa Suwatu Atmo Sukarto dan dari desa Pengkol Gito Wiyono.
Tokoh ini yang menjadi penggerak pembangunan Bendung Suwatu.27
Pertemuan ini difasilitasi oleh pemerintah dengan mempertemukan tokoh
masyarakat dari Kelurahan Tanon, Suwatu, Pengkol, Trombol, dan Bendo.
Agenda dalam pertemuan itu adalah membahas persetujuan masing-masing
Kelurahan terutama dari desa yang telah memiliki Bendung Suwatu terlebih
dahulu yaitu Suwatu, Tanon dan Pengkol. Setelah mendapat persetujuan dari tiga
desa tersebut, selanjutnya diadakan pembahasan pelaksanaan pengerukan tanah
untuk dijadikan sungai dan pembebasan tanah. Proses ini dilaksanakan agar tidak
terjadi kendala saat proses pengerjaan, baik bagi masyarakat maupun pemerintah
saat pengerjaan proyek.28
26
Wawancara dengan Wagiman tanggal 25 Oktober 2014
27
Wawancara dengan Sardju tanggal 9 Maret 2015
28
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
77
Hasil musyawarah dari tokoh-tokoh masyarakat diatas menghasilkan
kesepakatan dalam proses pengerjaan proyek. Pemerintah bekerja sama dengan
masyarakat sekitar dalam pengerukan sungai. Pemerintah sebagai penyelenggara
proyek dan masyarakat menyediakan tenaga pekerja proyek. Tenaga proyek
diambil dari masyarakat ke-tiga kelurahan. Kelurahan tersebut adalah Suwatu,
Tanon dan Pengkol sebagai pekerja saluran buang menuju Bengawan Solo,
sedang masyarakat Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo mengerjakan
“saluran kiri”. Masing-masing masyarakat mengerjakan pembangunan di
wilayahnya. Setelah itu, pemerintah melakukan seleksi terhadap calon-calon
tenaga. Tenaga yang terpilih menjadi pekerja tetap dalam proyek pembangunan.
Proses pengerjaan dibantu pula oleh masyarakat dengan sistem kerja bakti. Kerja
bakti dilaksanakan berdasarkan daerah yang dilewati proyek. Tenaga kerja bakti
diambilkan dari masyarakat dearah sekitar itu.29
Pembangunan bendung diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Kab.
Sragen melalui Dinas Pekerjaan Umum dengan melibatkan profesional di
dalamnya. Pengerjaan bangun bendungan penampung air memakan waktu sekitar
6 bulan. Pengerjaannya meliputi bangun utama dan saluran pembagi air, baik
yang menuju saluran Bendung Suwatu saluran kanan maupun Bendung Suwatu
saluran kiri. Dikerjakan pula pemasangan pintu kuras pada bangun utama. Pintu
pembagi air di kedua sisi bendung utama yang berfungsi mengatur air untuk
wilayah saluran kanan dan saluran kiri Bendung Suwatu30
.
29
Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
30 Wawancara dengan Edi Widodo tanggal 27 Oktober 2014
78
Di bawah ini merupakan gambar situasi dari Bendung Suwatu saluran
kanan dan Bendung Suwatu saluran kiri.
Gambar. 3
Situasi dari Bendung Suwatu Saluran Kanan 1981-1982
Sumber: Inventarisasi Tanah Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen.
79
Gambar. 4
Situasi dari Bendung Suwatu Saluran Kanan 1981-1982
Sumber: Inventarisasi Tanah Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sragen.
Kesepakatan selanjutnya adalah mengenai pembebasan lahan. Proses
pembebasan lahan dilakukan dengan menjalin komunikasi kepada masyarakat
yang terdampak proyek pembangunan saluran. Komunikasi ini dilakukan di
kantor kelurahan masing-masing desa, Suwatu, Pengkol Trombol dan Bendo.
Untuk Kelurahan Tanon tidak ada tanah dari masyarakatnya yang terdampak,
sehingga tidak ada komunikasi pembebasan lahan. Menurut penuturan Bp. Isban,
masyarakat diberi pengertian berupa kewajiban mengabdikan diri kepada negara.
Negara membutuhkan rakyatnya untuk bisa menjadi kuat. Selain wujud
80
pengabdian kepada negara, perbuatan ini (memberikan tanah kepada negara)
merupakan wujud amal jariyah yang pahalanya tidak terputus bahkan setelah anda
sekalian meninggal dunia.31
Komunikasi pengabdian kepada negara dan agama
yang dilakukan oleh jajaran pemerintah Kab. Sragen ini, terbukti mampu
mengkondisikan masyarakat kedalam sikap yang penuh penghayatan akan makna
pengabdian.
Melalui komunikasi yang dibangun dengan baik antara pemerintah Kab.
Sragen dengan masyarakat pada proyek pembangunan Bendung Suwatu maka
pengerjaan proyek dapat berjalan dengan baik. Dalam komunikasi yang
berlangsung itu, disepakati pula bahwa pemerintah Kab. Sragen akan memberikan
ganti rugi sebesar Rp. 200,./m2 untuk setiap tanah yang masuk dalam
pembangunan saluran Bendung Suwatu. Dengan demikian, masyarakat yang
memiliki tanah untuk pembangunan saluran air tidak merasa dirugikan.32
Tanah lahan kemudian dikeruk untuk dijadikan sungai. Tanah-tanah yang
kemudian berada di jalur sungai, dibeli pemerintah untuk kemudian dijadikan
sungai. Pembebasan tanah ini, berlangsung cukup baik antara pemerintah dan
masyarakat karena telah terbangun kesadaran bersama akan arti pentingnya
bangunan bendung Bendung Suwatu untuk kemaslahatan hidup bersama.
Kesadaran akan pentingnya saluran irigasi untuk pertanian. Bahwa saluran ini
akan digunakan oleh masyarakat banyak dan turun tenurun akan menjadi
penopang kegiatan pertanian.33
Di bawah ini merupakan nama-nama penduduk
31
Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015
32
Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015
33
Wawancara dengan Isban tanggal 25 Maret 2015
81
yang dibebaskan tanahnya oleh pemerintah untuk kepentingan pembangunan
Bendung Suwatu.
Tabel 14
Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu,
Kelurahan Trombol, Kecamatan Mondokan
No. Nama Pemilik Alamat Macam Tanah Luas/ M2
1 Loso al Kasmuri Pondok Sawah 292,50
2 Kasan Munangin Kadisono Sawah 1365,02
3 Dulsirin Pondok Sawah 496,80
4 Sarikun Pondok Sawah 261,60
5 Sumardi Pondok Sawah 912,08
6 Sumbudi Pondok Sawah 1460,11
Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975
Tabel 15
Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu,
Kelurahan Tanon, Kecamatan Tanon
No Nama Pemilik Alamat Macam Tanah Luas/ M2
1 Kasan Munangin Suwatu Pekarangan 414,37
2 Isban/salinem Suwatu Pekarangan 135,40
Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975.
82
Tabel 16
Daftar Pembebasan Tanah dalam Proyek Pembangunan Bendung/D.I. Suwatu,
Kelurahan Bendo, Kecamatan Sukodono
No Nama Pemilik Alamat Macam Tanah Luas/M2
1 Dwijidimedjo Mayah Sawah 1.711,02
2 Sukamto/Atmo Mayah Sawah 3.228,75
3 Wiryosurono Sampang Sawah 3.548,76
4 Siti pariyatun Ngablak Sawah 45,.
5 Kartosetu Ganggangan Sawah 2.500,75
6 Sabarsu jarwo Ngablak Sawah 2.500
7 Ibu Mordjo Mayah Sawah 2.435.
8 Maridjo Ganggangan Sawah 32,30
9 Dirjodimedjo Mayah Sawah 288,61
10 Marsono Mayah Sawah 3.341,60
11 Wiryokarsono Mayah Sawah 85,80
12 Martoredjo/Rebo Ngablak Sawah 230,51
13 Djoyosumarno/Marno Ganggangan Sawah 1.455,40
14 Wiryosuwito Ganggangan Sawah 1.455,40
15 Partodikromo Ganggangan Sawah 78,75
16 Supadmi/Sarwanto Ganggangan Sawah 263,29
17 Kartosentono Ganggangan Sawah 620,20
18 Tugiyo Mantup Sawah 56,10
19 Djoyorebin Mayah Sawah 1.112,50
83
20 Narto/B.Suminem Mayah Pekarangan 54
21 Djojorebin Mayah Pekarangan 576
22 Martotaruno Mayah Pekarangan 259,87
23 Parmin Mayah Pekarangan 88
24 Darno/Sapar Mayah Pekarangan 84
25 Samingun/Sodinomo Mayah Pekarangan 1215
26 Kartono Mayah Pekarangan 233,60
27 Tjiptowidodo Mayah Pekarangan 243
Sumber: Peta Pembebasan Tanah Bendung/D.I. Suwatu. DPU Kab. Sragen 1975.
Dengan demikian, Bendung Suwatu dapat diselesaikan pengerjaanya.
Bendung Suwatu, menjadi penopang kegiatan pertanian di wilayah Kelurahan
Suwatu, Kelurahan Tanon, Kelurahan Pengkol dan pada perkembangannya
diperluas ke wilayah Kelurahan Trombol dan Kelurahan Bendo. Dari data diatas,
maka dapat menjadi sebuah contoh model perubahan sistem pertanian pada daerah
kering.
C. Pemeliharaan Sistem Irigasi Waduk Ketro Tahun 1980an
1. Gambaran Umum Waduk Ketro
Kali Ketro seperti sungai-sungai lainnya di pulau Jawa, pada musim
kemarau debit air yang mengalir kecil sedangkan pada musim penghujan air
melimpah. Dengan kondisi demikian, diperlukan sebuah perencanaan yang baik
dalam pengelolaan potensi sumber daya airnya. Pengelolaan disesuaikan dengan
potensi yang ada, sehingga pemanfaatannya bisa maksimal. Pemanfaatan tersebut
dapat berupa bangunan pengairan. Pada ruas Kali Ketro tersebut terdapat
84
bendungan Ketro yang berfungsi untuk pengairan dan perikanan darat, sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Bendungan Ketro tersebut dibangun pada zaman kependudukan Belanda.
Pembangunan masa itu merupakan pembangunan pengairan dengan perluasan
jaringan irigasi yang berguna untuk menyeimbangkan pemanfaatan air,
melindungi areal produksi, menghindari kerusakan akibat banjir dan kekeringan,
serta mendukung pemanfaatan areal pertanian dan perikanan bagi masyarakat.34
Perjalanan waktu yang terjadi pada waduk ketro sejak dibangun pada zaman
kependudukan Belanda sampai tahun „70an adalah rentang waktu yang cukup
lama. Perubahan yang terjadi tentu saja tidak menguntungkan antara bagi
perkembangaan dunia pertanian di sekitar Waduk Ketro. Potensi sumber air dan
kebutuhan air tidak lagi bisa dicukupi seperti diawal pembangunan. Waktu yang
cukup panjang tanpa pemeliharaan yang cukup, mendorong terjadinya perubahan
kondisi fisik daerah pengaliran sungai.
Kemampuan waduk yang semakin menurun akibat pengelolaan yang buruk.
Banyak dari badan bangunan bendung rusak dan kebocoran yang terjadi di banyak
titik dari bangunan bendungan mengakibatkan banyak terjadi rembesan. Kondisi
ini menyebabkan potensi sumber air dan kapasitas penampunganya semakin
menurun. Sedangkan pada sisi yang lain, kebutuhan air semakin meningkat
dengan pesat. Perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan pola hidup
masyarakat mendorong semakin banyaknya kebutuhan air pertanian untuk
menjamin kelangsungan pertanian dan pertahanan pangan.
34 Surono, Tunggul H.N, “Evaluasi Waduk Dan Perencanaan Bendungan
Ketro Kabupaten Sragen Propinsi Jawa Tengah”, Skripsi Jurusan Teknik Sipil
Ekstensi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, 2005, Halaman 1.
85
Memelihara berfungsinya sumber daya air, maka perlu adanya langkah-
langkah perbaikan oleh pemerintah. Selain itu peran aktif masyarakat baik secara
swadaya maupun dengan bantuan pemerintah, merupakan sebuah usaha bersama
yang harus dilakukan. Di samping itu, pengelolaan sumber air yang tidak benar
kadang-kadang dapat mengakibatkan bencana dan kekeringan.35
2. Perbaikan Kondisi Fisik Waduk Ketro
Fungsi utama sebagai penyedia kebutuhan air pertanian, waduk Ketro
tidak mampu untuk menyediakan. Kebutuhan petani dan masyarakat tidak akan
dapat dicapai untuk kepentingan peningkatan pangan di masa selanjutnya, apalagi
kebutuhan pangan masyarakat terus meningkat. Waduk Ketro tidak maksimal
dalam peran dan fungsinya, sehingga harus diperbaiki guna mendapatkan fungsi
maksimal dari waduk Ketro.
Masalah yang terjadi pada bendungan dalam masa sampai tahun 1970an di
bendungan Ketro adalah :
a. Adanya sedimen yang tinggi berupa pasir pada bendungan.
b. Terjadinya rembesan di tubuh bendungan.
c. Selama kurun waktu ±40 tahun masa operasional bendungan, sudah terjadi
perubahan tata guna lahan baik di hulu waduk maupun di lingkungan
waduk itu sendiri.
Pada program Repelita I dan II seperti pada pembahasan sebelumnya,
fokus Pemerintah Soeharta adalah pembangunan kesejahteraan masyarakat,
35
Ibid.
86
dengan meningkatkan produksi bidang pertanian.36
Tiga agenda besar pemerintah
pada sektor ini adalah pencetakan sawah baru, pembentukan jaringan irigasi baru,
dan juga perawatan jaringan irigasi lama. Pada kasus di Waduk Ketro, maka
agenda pemerintah melalui program Repelita demi mensejahterakan rakyat adalah
perawatan jaringan irigasi lama.
Proyek pembangunan kembali Waduk Ketro kemudian dimulai pada tahun
1975. Re-konstruksi Waduk Ketro dalam pengawasan dari Balai PSDA Bengawan
Solo yang berada langsung dalam pengawasan Dinas PSDA Jawa Tengah.
Pembangunan kurang lebih berjalan selama 9 tahun, yaitu dari 1975-1984.
Pembangunan meliputi re-kontruksi pintu-pintu air dan memperbaiki badan
bendung yang rusak. Pengerukan sedimen-sedimen yang berada di dasar waduk.
Sedimen-sedimen ini dikeruk agar penyimpanan air dapat optimal. Dengan
mengatasi masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang timbul pada proses
pemanfaatan debit air khususnya di bendungan Ketro untuk sarana irigasi
diminimalisir.
3. Data Topografi Waduk Ketro
Waduk Ketro terletak di Desa Ketro, Kecamatan Tanon, Kabupaten
Sragen. Bendungan ini termasuk daerah pengaliran sungai Ketro yang hulunya
36
Adapun sasaran pembangunan jang hendak ditjapai sangatlah sederhana,
jaitu: pangan, sandang, perbaikan prasarana, perumahan Rakjat, perluasaan
lapangan pekerdjaan dan kesedjahteraan rochani. Dalam melaksanakan
pembangunan ini maka titik beratnja dipusatkan pada bidang pertanian. Dengan
demikian medan-djuang jang dipilih adalah medan pertanian. Keputusan Presiden
Republik Indonesia, Nomor 319 Tahun 1968 Tentang Rentjana Pembangunan
Lima Tahun, Departemen Penerangan R.I. halaman, 15. Data bersumber pada
http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8438/1709/. Diakses
pada tanggal 16-03-2015 pada pukul 22.30 WIB.
87
terdapat di Bengawan Solo. Panjang sungai Ketro hingga bendungan Ketro
kurang lebih 5 km dengan kemiringan dasar sungai kurang lebih 0,0125. Daerah
yang akan direncanakan bangunan air merupakan daerah pertanian dengan kondisi
medan datar.37
4. Data Teknis Bendungan Ketro
Data-data teknis Waduk Ketro :
a. Umum
- Nama bendungan : Ketro
- Lokasi desa/Kecamatan : Ketro/Tanon
- Nama sungai : Ketro
- Manfaat : DO 557,5 ha
b. Hidrologi
- Catchment Area : 5 km2
- Curah hujan tahunan : 2500 mm/thn
c. Waduk
Elevasi dan luas muka air (MA) waduk :
- MA banjir : EL + 100 m, Luas genangan: 110 ha
- MA normal : EL + 99 m, Luas genangan: 81.60 ha
- MA minimum : EL + 92,1 m, Luas genangan: 8.00 ha
d. Volume Waduk
- MA banjir : 3.77 juta m3
- MA normal : 2.80 juta m3
- Volume mati : 0,10 juta m3
37
Wawancara dengan Bapak Hartono pada tanggal 14 Maret 2015
88
- Volume efektif : 2.70 juta m3
e. Bendungan
- Tipe : Komposit pasangan batu dan urugan tanah
- Tinggi di atas dasar sungai : 11 m
- Tinggi di atas galian : 15 m
- Panjang puncak : 1200 m
- Lebar puncak : 3 m
- Elevasi puncak : EL + 102 m dpl
f. Pelimpah
- Tipe : “Ogee” tanpa pintu
- Kapasitas : 22 m3/detik
- Elevasi mercu : El + 99 m.dpl
- Panjang mercu bersih : 11 m
g. Bangunan Pengeluaran untuk Irigasi
- Tipe : Konduit
- Bentuk : Lingkaran
- Garis tengah : 1,20 m
- Jumlah : 1 buah
- Panjang : 35 m
- Tipe alat operasi : Pintu sorong (type romiyn)
- Kapasitas : 0,612 m3/detik38
Upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat melalui kebijkakan yang
kemudian dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan langkah nyata dalam
38
Data teknis waduk ketro. Balai PSDA Bengawan Solo.
89
peningkatan kesejahteraan masyarakat memalui pertanian. Pembangunan sektor
pertanian merupakan pembangunan yang efektif dan efisien mengingat potensi
yang ada di Indonesia khusus di pulau Jawa. Dengan mengenali potensi pertanian
dan melakukan pembangunan berdasarkan potensi tanah tersebut menjadi kunci
pembangunan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan pada zaman
pemerintahan Presiden Soeharto.