bab iii temuan dan pembahasan a. temuan 1. sejarah …

25
24 BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah Islamic Center Mataram Perencanaan pembangunan Islamic Center Mataram telah lama dilakukan oleh pemerintah NTB. Ide pembangunan ini telah ada sejak Drs. H. Lalu Serinata baru satu tahun menjabat sebagai Gubernur NTB di tahun 2004. Berbagai pertemuan dilakukan pada saat itu seperti study banding keluar daerah dan rapat rapat koordinasi dimana seluruh pembiayaan tersebut didanai oleh APBD Provinsi NTB tahun 2004 dalam sub bidang Agama dan Pendidikan BAPPEDA. Setelah masa jabatan Drs. H. Lalu Serinata berakhir kemudian dilanjutkan oleh Gubernur selanjutnya yaitu Dr. TGKH. M. Zainul Majdi MA atau kerap dipanggil dengan Tuan Guru Bajang (TGB) yang dilantik pada tanggal 8 September 2008. Berdasasrkan wawancara dengan Bp.Sulaiman Ketua Unit Pengelola Islamic Center, dirinya mengklaim bahwa dibangunnya Islamic Center merupakan kebutuhan dari masyarakat Lombok dengan visinya yaitu sebagai Pusat Syiar Islam yang unggul dan Modern. Walaupun Islamic Center mulanya berasal dari Barat, namun setelah di adopsi di Indonesia tentu saja ada pemodifikasian dan adaptasi dengan kebutuhan masyarakat dimana Islamic Center itu dibangun. Selain itu, di Indonesia sendiri juga sudah memiliki panduan terkait pembangunan Islamic Center yang tertulis dalam Petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) proyek Islamic centre di seluruh Indonesia oleh Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (DITJEN BIMAS) Islam, Direktorat Penerangan Agama, 1976 . (Muis, 2010, p. 15) Dalam buku petunjuk ini, Islamic Center di klasifikasikan menjadi empat tingkatan yaitu, Tingkat Pusat, Regional, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Islamic Center Mataram di wacanakan oleh Gubernur karena Islamic Center Mataram berada di Klasifikasi tingkat regional dimana masjidnya bertaraf Provinsi dan dilengkapi dengan fasilitas yang hampir sama dengan taraf Nasional namun berciri regional. Fasilitas taraf nasional yaitu dimana Islamic Center memiliki fasilitas penelitian dan pengembangan, perpustakaan, museum dan pameran, ruang musyawarah, ruang rapat, ruang konferensi, pusat radio dakwah dan sebagainya.

Upload: others

Post on 30-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

24

BAB III

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. TEMUAN

1. Sejarah Islamic Center Mataram

Perencanaan pembangunan Islamic Center Mataram telah lama dilakukan

oleh pemerintah NTB. Ide pembangunan ini telah ada sejak Drs. H. Lalu Serinata

baru satu tahun menjabat sebagai Gubernur NTB di tahun 2004. Berbagai pertemuan

dilakukan pada saat itu seperti study banding keluar daerah dan rapat rapat koordinasi

dimana seluruh pembiayaan tersebut didanai oleh APBD Provinsi NTB tahun 2004

dalam sub bidang Agama dan Pendidikan BAPPEDA. Setelah masa jabatan Drs. H.

Lalu Serinata berakhir kemudian dilanjutkan oleh Gubernur selanjutnya yaitu Dr.

TGKH. M. Zainul Majdi MA atau kerap dipanggil dengan Tuan Guru Bajang (TGB)

yang dilantik pada tanggal 8 September 2008. Berdasasrkan wawancara dengan

Bp.Sulaiman Ketua Unit Pengelola Islamic Center, dirinya mengklaim bahwa

dibangunnya Islamic Center merupakan kebutuhan dari masyarakat Lombok dengan

visinya yaitu sebagai Pusat Syiar Islam yang unggul dan Modern.

Walaupun Islamic Center mulanya berasal dari Barat, namun setelah di

adopsi di Indonesia tentu saja ada pemodifikasian dan adaptasi dengan kebutuhan

masyarakat dimana Islamic Center itu dibangun. Selain itu, di Indonesia sendiri juga

sudah memiliki panduan terkait pembangunan Islamic Center yang tertulis dalam

Petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) proyek Islamic centre di seluruh Indonesia oleh

Departemen Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (DITJEN BIMAS)

Islam, Direktorat Penerangan Agama, 1976 . (Muis, 2010, p. 15) Dalam buku

petunjuk ini, Islamic Center di klasifikasikan menjadi empat tingkatan yaitu, Tingkat

Pusat, Regional, Kabupaten/Kota dan Kecamatan. Islamic Center Mataram di

wacanakan oleh Gubernur karena Islamic Center Mataram berada di Klasifikasi

tingkat regional dimana masjidnya bertaraf Provinsi dan dilengkapi dengan fasilitas

yang hampir sama dengan taraf Nasional namun berciri regional. Fasilitas taraf

nasional yaitu dimana Islamic Center memiliki fasilitas penelitian dan

pengembangan, perpustakaan, museum dan pameran, ruang musyawarah, ruang

rapat, ruang konferensi, pusat radio dakwah dan sebagainya.

Page 2: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

25

Islamic Center NTB sendiri dibangun bersebelahan dengan Masjid Raya

sebelumnya yaitu Masjid At-Taqwa dengan jarak yang lebih kurang 20-30 Meter.

Masjid At Taqwa sendiri dikatakan sebagai “masjid raya sebelumnya” karena

pernyataan dari Bp. Sulaiman Jamsuri bahwa masjid Raya yang ada di Provinsi

Mataram otomatis diganti dari yang sebelumnya masjid At-Taqwa menjadi Masjid

Hubbul Wathan yang ada di Islamic Center setelah Islamic Center di resmikan.

Pembangunan Islamic Center secara resmi dimulai ketika pembuatan Detail

Engineer Desain (DED) pada tahun 2009 yang dilaksanakan oleh PT. Penta

Rekayasa dari bandung. Hasil dari sayembara tersebut adalah Islamic Center akan

terdiri dari beberapa bangunan di antaranya, bangunan masjid, minaret utama masjid,

gedung pertemuan/serbaguna, pusat kajian agama islam serta perpustakaan dan

museum islam.

Pemancangan perdana dilakukan pada tahun 2010 dengan peletakan batu

pertama yang dilakukan oleh TGB dan dihadiri oleh mantan mentri pembangunan

daerah Helmy Faishal Zaini, wakil gubernur pada waktu itu Ir. H. Badrul Munir,

MM, Pimpinan DPRD Provinsi NTB, beberapa Muspida NTB, Pejabat lingkup

pemerintah provinsi, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Sejak pemancangan tahun

2010, kemudian pemabangunan kompleks Islamic Center dilakukan secara bertahap

dan terus menerus sampai sekarang gedung masjid Islamic center telah dibangun juga

beberapa fasilitas umum lainnya.

Kawasan Islamic Center menempati area seluas 74,749 M2/7,75 Ha dimana

area ini dulunya merupakan bangunan gedung SPP/SPMA, SMP 6 Mataram, Gedung

KONI, Masjid Raya Attaqwa Mataram dan Kantor Dinas Perkebunan serta

Disnakertrans.

Awal mula pembangunan Islamic Center Mataram menuai banyak

pertanyaan terutama tentang fungsi Islamic Center di mataram yang bernotabene

pulau seribu masjid dimana masjid bisa kita temui setiap desa disana. Pertanyaan

yang muncul terutama mengapa Islamic Center dibangun bersebelahan dengan

masjid Raya sebelumnya (Najamudin, 2018).

Sulaiman Jamsuri, Ketua Unit Pengelola Islamic Center saat di wawancara

mengklaim bahwa Islamic menjadi kebutuhan untuk warga NTB sebagai pusat

Page 3: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

26

kegiatan dan syiar Islam berdasarkan visi dari Islamic Center dan kemudian warga

NTB juga menikmati Islamic Center baik sebagai tempat ibadah maupun wisata.

Namun saat ditanya apakah Islamic Center sengaja di jadikan tempat untuk

para wisatawan, Bp. Sulaiman mengatakan bahwa kemegahan dari Islamic Center

dan arsiterktur bagus lah yang mungkin membuat orang orang ramai untuk datang.

“kita tidak tahu ee tiba tiba mungkin dari arsitekturnya yang sangat

megah, apa bagus, orang orang ramai ke lombok”. (Wawancara 12

November 2018)

Gambar 3. Sholat berjamaah di Masjid Hubbul Wathan

Gambar 2. Kegiatan Berwisata Foto di

Islamic Center

Page 4: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

27

Teks wawancara di atas dapat dilihat bahwa Islamic Center diwacanakan

sebagai tempat wisata oleh para pengelola berdasarkan praktik praktik yang

dilakukan dalam ruang tersebut. Namun penciptaan ruang Islamic Center sebagai

tempat wisata bukan hanya dititik beratkan kepada pelaku ruang, namun juga kepada

pihak pengelola sebagai penyedia fasilitas wisata untuk para pelancong.

Bangunan pertama yang berdiri di kawasan Islamic center adalah Masjid

Raya Hubbul Wathan yang di klaim oleh kepala unit pengelola Islamic Center

sebagai Masjid Raya pertama di Mataram. Namun Masjid Hubbul Wathan adalah

pengganti masjid Raya sebelumnya yaitu Masjid Attaqwa yang sekarang akan di

jadikan sebagai sub dari Islamic Center yaitu perpustakaan dan musium tetapi masih

dalam tahap perencanaan.

Penggantian Masjid Raya dari At-Taqwa menjadi masjid Hubbul Wathan

menuai banyak kontrofersi terutama dari jamaah tabliq masjid At-Taqwa yang bisa

dibilang telah menguasai Masjid At-Taqwa sebagai pusat kegiatan dakwahnya. Salah

satu masalah yang timbul adalah dualisme pemanfaat yang sangat terasa di Masjid

ini, dimana pemerintah telah mengosongkan kegiatan agama di At-Taqwa dan

mengalokasikannya ke Islamic Center Hubbul Wathan tetapi jamaah tablig yang ada

disana masih menggunakan tempat tersebut.

Peresmian penggunaan Masjid Hubbul Wathan Islamic Center dilakukan

pada hari senin, 12 September 2016 oleh Gubernur NTB pada saat itu Dr. TGKH.

M. Zainul Majdi, MA. ditandai dengan pemukulan bedug usai sholat Idul Adha 1437

H serta penandatanganan prasasti.

Masjid Raya sendiri adalah masjid yang letaknya berada di Ibu Kota Provinsi,

ditetapkannya sebagai masjid raya yaitu oleh Gubernur setempat dan berdasarkan

rekomendasi dari Kepala kantor wilayah kementrian agama Provinsi dan dijadikan

sebagai pusat kegiatan keagaman tingkat Provinsi serta di biaya oleh Pemerintah

Provinsi melalui APBD dan dana Masyarakat Berdasarkan keputusan Gubernur NTB

Nomor : 451.7-91 Tahun 2017 tentang pembentukan Dewan Pengurus Masjid

Hubbul Wathan Islamic center NTB 2017-2022 telah di bentuk Dewan pengurus

Masjid dalam rangka mewujudkan pengelolaan masjid Hubbul Wathan yang baik

dan berkelanjutan (Sumber : Pamflet Islamic Center)

Page 5: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

28

Menurut wawancara dengan Kepala Unit Pengelola Islamic Center, akan ada

bangunan bangunan lain yang akan dibangun di kawasan Islamic Center, Salah

satunya adalah Gedung pendidikan yang masih dalam perencanaan untuk dibangun

musium dan perpustakaan dengan fokus kajiam Islam. Bangunan lainnya yang akan

dibangun adalah Hotel syariah dan taman bekerja sama dengan bank NTB Syariah

untuk menunjang dan mengkoordinir berbagai kegiatan di tingkat Provinsi

(Wawancara 12 November 2018)

Selain itu, di Islamic Center ini rencananya akan dibangun Hotel syariah.

Hotel ini adalah manifestasi dari wisata Halal Lombok, NTB yang mendapatkan

penghargaan oleh Republika sebagai destinasi wisata halal favorit dalam Anugerah

Syariah Republika (ASR) 9 November 2018. Selain itu, Lombok, NTB juga pernah

mendapatkan predikat sebagai destinasi halal terbaik di Indonesia dan destinasi

wisata halal honeymoon didunia. (https://travel.tempo.co/read/1194060/lombok-

memiliki-wisata-halal-terbaik-di-indonesia-versi-imti/full&view=ok Akses14 Mei

2019)

Dengan ini, Halal Tourism adalah wacana yang bergerak dibidang pariwisata,

Ia didefinisikan sebagai sebuah system berpariwisata berdasarkan syari’at, aturan

dan standar standar Islam, artinya Islamic Center di Mataram sebagai tempat

pembinaan keagamaan terhubung dengan wacana pariwisata/leisure, wacana yang

sama sekali lain dari wacana religius. Dengan wacana halal tourism, praktik

rekreasi/bersenang-senang menjadi benar dan sah dilakukan di tempat yang

transenden.

Gambar 4. Masjid sebagai Fasilitas pendukung Wacana Religi

Page 6: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

29

Masjid dan Minaret berada pada satu Kawasan Islamic Center. Kedua

fasilitas ini mempunyai fungsi yang berbeda juga dapat merepresentasi makna yang

berbeda dalam melihat Islamic Center, dimana ketika kita berkunjung ke masjidnya

maka kita akan merasakan Islamic Center sebagai sebuah tempat berdoa dan

menyembah tuhan, namun ketika mengunjungi minaret, kita adalah seorang

wisatawan yang datang tidak lebih hanya untuk menikmati keindahannya bahkan

tanpa motivasi transenden sekalipun. Sampai saat ini, Islamic Center menyediakan

banyak fasilitas dan layanan penunjang wisata religi mereka, mulai dari Ruang sholat

sampai tempat parkir untuk mototr dan mobil. Fasilitas yang disediakan antara lain :

1. Ruang Sholat (Masjid) yang luas di lantai 1 dan lantai Mezzanin yang dapat

menampung 15.000 Jamah

2. Minaret 99 (Asmaul Husna) dengan tinggi 114 meter yang menjadi wisata

favorit pengunjung ketika datang di Islamic Center dengan tarif Rp.5000

3. 4 Ruang Rapat/Pertemuan yang memiliki daya tampung 150 Orang tiap

ruangannya

4. 4 Lantai Gedung Pendidikan

5. Gedung serbaguna dengan daya tampung 3000 Orang

6. Tempat Wudhu yang berada di Lt.1 Sebanyak 242 Keran dan di Lt.2

Sebanyak 80 keran

Gambar 5 . Pemandangan dari atas Minaret 99

Page 7: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

30

7. Kamar mandi dan toilet yang disediakan di Lt.1 damn Lt.2 yang totalnya ada

44 unit

8. Tempat penitipan Sandal dan sepatu

9. Taman halaman dan pelataran masjid, dan Plaza terbuka yang masih masih

dalam perencanaan pembangunan juga tempat parkir yang belum selesai

pembangunannya.

Selain itu, ada beberapa layanan yang disediakan di Islamic Center, antara lain :

1. Penggunaan ruang sholat utama sebagai tempat akad nikah yang dijadwalkan

pukul 08.00-10.00 WITA

2. Penggunaan Gedung serbaguna sebagai tempat diadakannya kegiatan seperti

workshop , seminar, ruang rapat, manasik haji dan lain-lain

3. Wisata religi untuk anak sekolah semua tingkatan, masyarakat sekitar,

mancanegara, study banding, dan sebagainya

4. Tour Minaret 99 Isalmic Center, dimana pengunjung di persilahkan naik

dengan biaya sebesar 5000/orang untuk naik ke Menara Asmaul Husna

Islamic Center masih dipergunakan sebagai pusat kegiatan Islam juga wisata

Religi untuk semua kalangan walaupun Islamic Center kemarin sempat mengalami

kerusakan parah akibat gempa yang melanda Pulau Lombok dari tanggal 29 Juli

sampai Agustus 2018.

Page 8: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

31

2. Mediasi Islamic Center

Mediasi Islamic Center Lombok dilakukan dengan beragam bentuk medium.

Sebagai objek yang di mediasi, ada beberapa media yang akan dianalis dalam sub-

bab ini , diataranya yaitu pamphlet, website, akun Islamic Center di media sosial dan

artikel dari beberapa media online yang memuat berita mengenai Islamic Center.

Gambar diatas merupakan salah satu pamflet yang diproduksi oleh pengelola

Islamic Center yang bertujuan memberikan Informasi terkait kepengurusan, fasilitas,

layanan, profile masjid, kegiatan serta sejarah singkat tentang Islamic Center.

Pamflet ini dibuat semacam Company Profile oleh UPT Islamic Center. Pamflet

tersebut merupakan salah satu cara pengelola menjual fasilitas dan layanan yang ada

di Islamic Center.

Para pembaca pamflet ini disuguhkan informasi bahwa Islamic Center

menyediakan layanan seperti bangunan utama masjid yang bisa dijadikan tempat

akad nikah. Gedung serbaguna bisa disewakan untuk rapat, workshop, seminar,

resepsi pernikahan dan lain lain. Layanan Lainnya adalah wisata religi untuk anak

sekolah semua tingkatan. Konten di pamflet ini memposisikan bahwa Islamic Center

bukan sekedar ruang religi tetapi juga tempat wisata bahkan tempat serbaguna yang

bisa digunakan dan di nikmati untuk mereka yang membayar. Ia adalah

objek/destinasi wisata. Sementara teks tersebut memposisikan jamaah yang datang

sebagai wisatawan.

Gambar 6. Company Profile Islamic Center

Page 9: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

32

Pamflet biasanya di gunakan sebagai medium untuk mempromosikan

sesuatu, pamphlet yang menawarkan fasiltas bahkan sering kita jumpai di tempat

tempat wisata/Heritage. Keberadaan pamphlet ini memposisikan ruang ini menjadi

ruang yang Inklusif dan terkomersialisasikan, karena ada beberapa ruangan di

Islamic Center yang disewakan untuk umum seperti ballroom untuk pesta

pernikahan, begitu juga dengan minaret.

Minaret yang di pungut biaya Rp.5000 untuk naik dan melihat kota mataram.

Fasilitas minaret ini dilengkapi dengan tour guide yang menemani wisatawan untuk

naik keatas, selain itu juga terdapat video profile Lombok dan Islamic Center yang

disediakan saat berada di lift untuk membantu tour gaet memberi penjelasan kepada

pengunjung.

Mediasi yang dilakukan lewat pamflet seperti ini mengambil andil yang besar

dalam mengkonstruk keruangan Islamic Center. Mediasi yang dilakukan menambah

keberagaman sudut pandang pengunjung dalam melihat Islamic Center sebagai suatu

ruang. Model representasi itu tidak hanya memposisikan Islamic Center ini sebagai

tempat pusat kegiatan agama tetapi juga sebagai objek wisata. Konstruk keruangan

subjek pada tempat tersebut dikonstruk oleh mediasi yang dilakukan. Misalnya

pemahaman Muhammad Sofiyuddin, Mahasiswa Universitas Mataram.

“Kalo saya tu tempat e... apa ya, wisatawan menurut saya, menurut

saya. Tempat wisatawan.” (Wawancara tanggal 15 November 2018)

Gambar 7. Lift menuju wisata Minaret

Page 10: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

33

Selain pamphlet, mediasi Islamic Center NTB juga menggunakan website.

Website Islamic Center telah dikunjungi sebanyak 46.531 kali semenjak Postingan

pertama mereka yang meliput Khazanah Ramadhan tahun 2017 dan di posting pada

tanggal 25 mei 2017. Website Islamic Center NTB sangat aktif memposting kegiatan

kegiatan mereka terutama yang bertaraf Nasional namun mereka belum terlihat aktif

memposting kegiatan mereka lagi semenjak Lombok di landa musibah gempa 7,0

SR pada tahun 2018 lalu, terlihat dari postingan terakhirnya pada tanggal 27 Juli

2018, dua hari sebelum gempa terjadi dan mengakibatkan banyak kerusakan

termasuk di Islamic Center.

Website ini sebagian besar berisi kegiatan mereka. Website Islamic Center

di produksi oleh UPT Islamic Center dan dengan tujuan untuk memberikan informasi

mulai dari seputar kegiatan harian disana seperti jadwal sholat, jadwal dialog ba’da

sholat, khotbah jumat sampai kegiatan tahunan seperti Khazanah Ramadhan, Bazaar,

Pameran, Tabligh Akbar, Sholat Idul Fitri, Idul Adha beserta Pemotongan Qurban

dan lain lain.

Namun demikian, tampilan depan dari Website Islamic center

memperlihatkan beberapa logo familiar yang menunjukan identitas Islamic center

sebagai sebuah tempat pariwisata di Nusa Tenggara Barat. Beberapa logo dalam

desain cover website Islamic Center adalah logo Pesona Indonesia dan Pesona

Lombok Sumbawa.

Pesona Indonesia merupakan suatu Country Brand sebagai salah satu upaya

mempromosikan keanekaragaman budaya maupun fasilitas pariwisata indonesia

dimata dunia yang di cetus oleh Mentri Pariwisata, Arief

Gambar 8. Laman awal Website Islamic

Center

Page 11: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

34

Yahya.(https://travel.kompas.com/read/2014/12/24/164500827/Peluncuran.Wonder

ful.Indonesia.dan.Pesona.Indonesia.)

Selain Pesona Indonesia, terdapat juga Logo dari Pesona Lombok Sumbawa

yang merupakan event ajang tahunan yang di selenggarakan oleh Dinas Pariwisata

Nusa Tenggara Barat. Event ini di adakan di pulau Lombok dan Sumbawa dengan

tujuan menarik wisatawan melalui program program kegiatan yang diadakan di

beberapa tempat wisata di Lombok dan Sumbawa. Pesona Lombok sumbawa sudah

memasuki tahun kelimanya di tahun 2018 dan dengan diadakannya event pada tahun

2018 itu juga sekaligus moment untuk NTB sebagai provinisi yang mempunyai

potensi pariwisata bangkit dari keterpurukan mereka setelah musibah gempa yang

melanda.

Dua logo yang terpampang pada laman awal Website Islamic Center

merupakan suatu simbol/tanda yang merepresentasikan Identitas bahwa Islamic

Center bukan hanya sebuah tempat beribadah bahkan Pusat kegiatan Islam, namun

juga sebagai sebuah ruang dimana para pelancong lokal maupun mancanegara dapat

menikmati keindahan, kemegahan juga fasilitas yang disediakan dengan label wisata

halal, dimana wisata halal itu sendiri di definisikan oleh Akademisi M.Battour dan

M.Nazari Ismail yaitu Objek atau tindakan yang melibatkan ummat muslim dalam

Industri Pariwisata terkait apa yang boleh dan tidak diperbolehkan menurut ajaran

Islam. Dalam hal ini hukum dan syariat Islam menjadi dasar untuk menyediakan

produk berupa barang atau jasa.

Gambar 9 adalah bagaimana kemudian Islamic Center yang sudah berdiri

sebagai suatu ruang dimediasi oleh media. Peneliti mengambil dua sampel artikel

yang membahas mengenai Islamic Center. Kedua artikel ini membahas Islamic

Center yang menjadi destinasi wisata religi yang ada di Mataram, NTB. Tempo.co

Gambar 9. Mediasi Islamic Center melalui

krjogja

Page 12: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

35

membahas mengenai salah satu spot wisata yang banyak di kunjungi oleh wisatawan

baik nusantara atu mancanegara yaitu menara 99 Asmaul Husna, mulai dari tiket

masuk, fasilitas dan pelayanan yang disediakan sampai ukuran dari menara 99 itu

sendiri. Dalam Tempo.co, mereka menuliskan kalimat yang di kutip dari ucapan

Kepala Unit Badan pengelola Islamic Center bahwa tiket masuk ke Islamic Center

cukup murah. Kalimat ini merupakan kalimat yang sering digunakan untuk menjual

sesuatu, sehingga kita dapat melihat Islamic Center sebagai sebuah objek komoditas

yang mempunyai nilai jual tersendiri ketika ia di sematkan sebagai sebuah tempat

wisata religi.

Krjogja, pada gambar 10 menulis tentang ramainya Islamic Center yang di

isi oleh banyak kegiatan baik religi maupun non religi yang positif. Pada artikelnya

juga Krjogja menulis bahwa energi NTB sebagai pulau seribu masjid juga telah

terakumulasi dengan adanya Islamic Center yang luas.

Kedua artikel sama sama mengangkat Islamic Center sebagai pilihan

destinasi wisata di NTB yaitu wisata religi yang mempunyai standar untuk itu.

Namun hal yang menarik adalah ketika destinasi wisata dan pusat kegiatan Islam

telah berada dalam suatu ruang yang sama, begitu juga dengan para penikmatnya

yaitu wisatawan dan jamaah yang telah berbagi ruang. Peneliti melihat bahwa telah

tercipta suatu ruang atau bahkan “manusia baru” yang bisa kita definisikan bersama

ataupun sebuah fenomena baru terkait ruang keislaman yang lebih fleksibel.

Gambar 10. Mediasi Islamic Center

melalui krjogja

Page 13: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

36

Mediasi yang dilakukan lewat media online ternyata juga sampai kebeberapa

Informan yang telah peneliti wawancara. Salah satu Informan, Nina Nurwaida

Anggita Pradani, seorang penulis buku anak dari Bima mendapat informasi

mengenai Islamic Center melalui artikel yang didapatnya dari Internet yang

membahas Islamic Center sebagai suatu tempat pariwisata Lombok dan telah

menjadi Icon untuk Kota seribu masjid ini.

”Artikel itu.. mm artikel itu terus bilangnya yaa jadi pariwisata

lombok gitu, yaa tentang pariwisata itu kan salah satunya ini”

Kemudian Informan lain yaitu Baiq Sita Andila masyarakat asli Lombok

yang berkuliah dijogja juga mengatakan bahwa dia mengetahui adanya Islamic

Center lewat media, sehingga dia tertarik untuk datang dan melihat untuk pertama

kalinya.

“…mereka lebih banyak yang tau karena juga melihat dari media

terus saya terpacu mas masa sih saya dari lombok sendiri saja nggak perah

kesini gitu loh…”

Setelah berkeliling, Baiq mengaku bahwa dia tertarik dengan Islamic Center

karena di tempat ini dia bise sekaligus beribadah, berwisata dan juga beristirahat.

Berdasarkan data dan hasil wawancara, Website dan artikel sangat berperan

dalam bagaimana kemudian Islamic Center didefinisikan tanpa merasakan langsung

ruang tersebut, impresi yang dibuat unutuk pembaca sangat cukup sehingga orang

dapat langsung menyebut Islamic Center sebagai tempat wisata, Icon kota dan tentu

saja ruang religi. Hasil wawancara ini juga mengkonfirmasi wacana yang timbul di

Islamic Center yaitu wacana pariwisata dan religi, dua wacana ini muncul dan tidak

terpisahkan karena disatukan dengan sebuah konsep yaitu Wisata Religi. Melalui ini

kita dapat melihat bahwa telah tercipta “kategori konsumen” baru oleh Islamic

Center, yaitu mereka yang mecari keindahan, kenikmatan dunia tanpa harus

kehilangan keislamannya dengan berada didalam ruang ini.

Mediasi Islamic Center NTB lainnya dilakukan melalui media sosial. Islamic

Center mempunyai akun di media sosial yang populer di Indonesia; facebook,

Instagram dan youtube. Offical Facebook Islamic Center tidak banyak

mendeskripsikan sesuatu mengenai Islamic Center di Facebooknya padahal, laman

Page 14: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

37

ini telah di sukai oleh 8.413 akun dan di ikuti oleh 9.656 pengguna facebook

semenjak pertama kali di buat pada tanggal 31 Mei 2017. Akun facebook Islamic

Center memuat sangat banyak dokumentasi ceramah. Informasi yang bisa didapatkan

di akun ini antara lain penceramah ditiap waktu sholat, imam, kajian yang di

sampaikan juga moderator. Sebagian besar konten yang di tampilkan berisi ceramah

yang di isi oleh Ustadz, ulama, syeikh, dan juga tamu tamu besar dari dalam dan luar

negeri.

Berbeda dengan websitenya yang belum aktif memposting, sampai saat ini

akun facebook Islamic Center masih aktif memposting ceramah. Postingan terakhir

yang dilakukan pada Mei 2019 dimana kontennya berisi Live kegiatan Sholat selama

bulan Ramadhan, Sholat 5 Waktu dan kegiatan keagamaan lainnya . (Akun Facebook

Islamic Center)

Dalam akun facebook Islamic Center hampir semua kontennya memuat

tentang kegiatan keagamaan di Masjid Hubbul Wathan. Kita tidak akan mendapati

kegiatan disekitar masjid di official akun Islamic Center kecuali foto foto yang tertaut

dengan akun Instagramnya, artinya mediasi yang dilakukan pengelola lewat akun

Facebooknya menitik beratkan fungsi Islamic Center sebagai tempat Ibadah

ketimbang tempat wisata dan memposisikan pengunjung yang di tuju sebagai jamaah

Masjid Hubbul Wathan, bukan wisatawan. Akun Facebook Islamic Center tertaut

juga dengan akun Instagram mereka sehingga semua postingan foto kegiatan mereka

di Instagram juga dikirim ke album facebook alhasil para pengunjung Instagram pun

dapat melihat foto yang mereka unggah melalui instagram di Facebook Islamic

Gambar 11. Gambar Instagram yang tertaut di FB Isalmic Center

Page 15: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

38

Center. Foto foto kegiatan di Instagram yang tertaut misalnya seperti Bazzar, Tabligh

akbar, Seminar, Jumat Berkah, Wisuda, Olimpiade dan banyak lagi kegiatan lainnya.

Instagram merupakan salah satu media yang sangat aktif digunakan oleh

pengurus Islamic Center dalam memediasi kegiatannya. Kegiatan yang di posting

mulai dari kegiatan religi sampai non religi. Postingan terakhir yang di upload adalah

acara resepsi pernikahan yang dilakukan di bangunan utama Islamic Center yaitu

Masji Hubbul Wathan. Postingan pertama dilakukan pada tanggal 12 mei 2017

bekerjasama dengan Republika Online mengadakan Lomba Foto dan VLOG dengan

hadiah jutaan rupiah. Postingan pertama ini merupakan bentuk ajakan dari Pengelola

Islamic Center agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam lomba tersebut sekaligus

untuk memperkenalkan Islamic Center yang ada di NTB lewat Republika Online.

Pada Gambar.9 terlihat kegiatan di Islamic center yang notabene adalah

bukan kegiatan religi. Pada postingan yang terdapat foto mahasiswa dengan

Almamater UNRAM (Universitas Mataram) adalah konten dengan caption dimana

pihak pengelola mengkonfirmasi kepada publik bahwa Islamic Center sudah siap dan

aman untuk dipergunakan lagi yang dalam tulisannya mencakup kegiatan agama,

tour menara 99 dan kegiatan lainnya. Dalam postingannya ini dapat dilihat bahwa

pengelola ingin meredakan kekhawatiran pelancong untuk datang ke Islamic Center

akibat gempa tahun 2018 lalu yang menimbulkan kerusakan yang cukup parah

sehingga masjid dan fasilitas wisatanya ditutup untuk sementara waktu. Postingan

tersebut menandakan bahwa Islamic Center NTB telah siap di pergunakan lagi, baik

Gambar 12. Gambar Instagram yang tertaut di FB Isalmic Center

Page 16: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

39

sebagai tempat beribadah, wisata, pernikahan ataupun sebagai tempat kegiatan

lainnya.

Dalam Official akun Instagramnya, konten yang diposting cenderung

merupakan kegiatan disekitar masjid Islamic Center dimana wacana ruang pariwisata

menjadi lebih menonjol disini. Melakukan konfirmasi bahwa Islamic Center siap

digunakan kembali setelah pemeriksaan berarti mengajak para jamaah dan

wisatawan untuk “ramai lagi” datang ke Islmic Center. Foto normalnya selalu selaras

dengan caption, walaupun dalam kalimat menunjukkan bahwa Islamic Center aman

untuk kegiatan keagamaan, tour menara dan kegiatan lainnya, namun foto yang

terpampang adalah foto mahasiswa yang sedang berfoto di atas minaret, artinya

medium ini telah melegitimasi Islamic Center sebagai ruang pariwisata

Salah satu Media juga yang digunakan untuk menyebarkan informasi tekait

kegiatan Islamic Center adalah Youtube. Youtube yang dibuat oleh pengelola kurang

lebih mempunyai konten yang sama dengan akun Facebooknya yaitu video siaran

ulang sholat, video ceramah, tilawah, kajian kajian dan video kegiatan lainnya baik

ketika mereka mengundang tamu dari luar maupun dalam negeri. Bukan hanya

mengupload video, Islamic Center juga rutin melakukan live sholat terutama untuk

hari hari besar seperti Idul Fitri, Idul Adha. Kegiatan Live dapat dilakukan karena

didalam masjid terdapat fasilitas berupa wifi yang dapat di akses.

Akun Youtube dari Islamic Center sendiri sampai sekarang belum aktif lagi

dalam memuat konten atau kegiatan mereka. Vedio terakhir di upload satu tahun

Gambar 13. Beranda Youtube Islamic

Center

Page 17: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

40

yang lalu. Sampai saat ini juga video video yang ada di akun Youtube Islamic Center

telah dilihat oleh puluhan ribu orang dengan subscriber sebanyak 1.195 ribu.

Islamic Center di promosikan melalui beberapa official akun sosial media

yang mereka buat, juga di dukung oleh mediasi dari beberapa media yang membahas

Islamic Center sebagai salah satu destinasi wisata yang ada di pulau lombok.

Walaupun pengikut sosial media mereka terbilang banyak, namun ada beberapa

sosial media yang sampai sekarang belum aktif memposting kegiatan di Islamic

center seperti Youtube dan Website.

Berbagai macam mediasi dapat kita temui melalui beberapa Official akun

dari Islamic Center mataram, Bererapa mediasi mewacanakan Islamic Center sebagai

tempat wisata dengan teks teks yang ditunjukan seperti pada akun Instagram dan

media online (Krjogja dan Tempo.co sebagai sample) namun ada beberapa teks juga

yang dimediasi (Akun Youtube dan Facebook) yang melegitimasi wacana Islamic

Center sebagai tempat ibadah dengan hanya memposting kegiatan keagamaan.

Mediasi Islamic Center mengkonstruk sebuah tempat wisata sekaligus religi,

artinya terjadi kontestasi dalam memaknai Islamic Center. Terlepas dari kontestasi

tersebut, ruang ini adalah ruang religious yang termodifikasi sehingga bisa berdamai

dengan ruang Pariwisata dimana dapat dijelaskan oleh Post-Islamis sebagai ruang

yang inklusif , terbuka dan secara moral aman dimana pengguna ruang melakukan

sebuah kegiatan bersenang senang yang aman, artinya tanpa takut kehilangan

keimanan mereka, Namun demikian, ada juga wisatawan yang memaknai Islamic

Center sebagai tempat Ibadah, misalnya Raden Amir Hamzah berpendapat bahwa

dirinya lebih merasakan Islamic Center sebagai tempat Ibadah,. Dalam bidang kaji

mediasi, objek yang diteliti bukan hanya content media, actor dan Istiusi, tetapi juga

penerimaan khalayak terhadap mediasi tersebut (encoding/decoding) (Dhona, 2018,

p. 13).

Sejauh ini, melalui mediasi yang dilakukan lewat beberapa media, ada

wacana kuat yang terkonstruk mengenai ruang Islamic Center yaitu wacana religi

dan wacana pariwisata. Dalam beberapa medium, Islamic Center berusaha di

konstruk dan diposisikan sebagai ruang yang sangat religius, seperti dalam akun

Youtube dan Facebooknya yang memuat konten kegiatan dalam masjid. Ada juga

wacana Islamic Center sebagai ruang Pariwisata ketika di Instagram, konten yang

Page 18: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

41

dimuat adalah kegiatan kegiatan diluar masjid seperti beerkunjung ke Minaret dan

melakukan kegiatan berfoto disana. Kedua wacana ini kemudian di kemas dengan

konsep Wisata Religi.

B. PEMBAHASAN

1. Wacana Wisata Religi Islamic Center

Sejak awal Islamic Center masuk dan berdiri di Indonesia sampai sekarang,

Islamic Center belum memiliki hukum yang memayunginya oleh karena itu Islamic

Center hanya berpacu pada JUKLAK (Petunjuk Pelaksanaan) proyek Islamic centre

di seluruh Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Agama, Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat (DITJEN BIMAS) Islam, Direktorat Penerangan Agama,

1976 . (Muis, 2010, p. 15). Islamic Center dahulunya merupakan tempat

berkumpul,bersilaturahmi ummat muslim,beribadah sekaligus sebagai tempat di

syiarkannya agama Islam. Hal yang sedikit berbeda namun menarik terjadi pada

Islamic Center Mataram yang ada di Pulau Lombok, dimana Islamic Center disana

mempunyai fungsi yang sangat beragam dan fleksibel mulai dari kegiatan ibadah

sholat lima waktu, pengadaan event, rapat, pernikahan, wisuda sampai kegiatan

beribadah.

Lefebvre mengatakan bahwa ruang tidak pernah muncul sebagaimana

dirinya, ruang diproduksi secara sosial dan digunakan sehingga ia memiliki nilai.

Ruang merupakan ajang produksi komoditas sehingga ruang menjadi terdefinisi

secara tidak netral karena ruang diproduksi berdasarkan kepentingan kapitalis. Hal

ini pun pada akhirnya mempengaruhi pengetahuan yang terhegemoni tentang

bagaimana melihat ruang dengan konsekuensi terlupakannya sejarah sosial ruang

tersebut. (Pamungkas, 2016). Produksi ruang Islamic Center yang sangat beragam

merupakan usaha kapitalis dalam membentuk komoditas baru sehingga pengetahuan

tentang Islamic Center mataram dihegemoni menjadi sebuah tempat wisata religi.

Islamic Center sebagai ruang wisata religi adalah bentuk artikulasi kapitalis dalam

menciptakan sebuah komoditas yang mempunyai nilai jual, terlebih Islamic Center

hanya memiliki Petunjuk Pelaksaan (JUKLAK) tanpa payung hukum sehingga

Islamic Center Mataram sebagai sebuah ruang dapat terus terhegemoni sesuai

kepentingan kapitalis. Islamic Center Mataram diklaim oleh pengelolanya sebagai

Page 19: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

42

ICON kota Mataram, hal ini juga merupakan konstruksi pengetahuan oleh kapitalis

terhadap masyarakat lokal maupun wisatawan untuk datang dan menikmati Islamic

Center. Sebab itu, maka adanya Islamic Center di lingkungan yang bernotabene

mayoritas Islam, selain menjadi ruang yang mempunyai nilai jual, ia juga dapat

menjadi ruang yang melegitimasi identitas islam di kota mataram sehingga

memungkinkan megubur identitas agama minoritas yang ada disana.

Sejauh ini, wacana kuat yang timbul kepermukaan dari beragamnya kegiatan

Islamic Center adalah tempat pariwisata dan tempat religi. Selain wacana yang

terbentuk dari pengalaman ketika melancong ke Islamic Center Mataram, Mediasi

turut mengambil peran dalam mengkonstruk ruang Islamic Center Mataram sebagai

tempat wisata maupun religi. Mediasi merupakan bagaimana kemudian ruang

direpresentasikan melalui tanda, symbol atau media lainnya (Dhona, 2018, p. 13).

Islamic Center mataram di Mediasi oleh pengelolanya melalui pamphlet dan

beberapa platform media sosial media mereka seperti Instagram, Facebook, Youtube

juga melalui website.

Konten yang muncul dalam pamphlet Islamic Center lebih menonjolkan

fasilitas ibadah dan pariwisata yang mereka jual seperti bangunan masjid, minaret

99, Gedung serbaguna, ruang pertemuan dan lain lain yang artinya pengelola

memproduksi Islamic Center sebagai ruang wisata religi lewat mediasi (pamphlet)

yang mereka design sendiri. Kemudian hal yang sama juga mereka lakukan pada

websitenya dimana kontennya sebagaian besar diisi dengan informasi kegiatan

jadwal sholat, jadwal dialog ba’da sholat, khotbah jumat sampai kegiatan tahunan

seperti Khazanah Ramadhan, Bazaar, Pameran, Tabligh Akbar, Sholat Idul Fitri, Idul

Adha beserta Pemotongan Qurban dan lain lain. Walaupun konten website berisi

sebagian besar postingan kegiatan ibadah, namun laman awal pada website tersebut

memperlihatkan dua logo yang familiar dibidang pariwisata yaitu logo pesona

Indonesia dan pesona Lombok Sumbawa sehingga mengidentifikasi ruang ini

sebagai ruang pariwisata.

Mediasi lainnya dilakukan lewat akun Official Instagram Islamic center yang

memposting beragam bahkan hampir semua kegiatan baik didalam maupun diluar

masjid. Kegiatan kegiatan luar masjid yang diposting seperti wisuda yang

dilaksanakan di ballroom, resepsi pernikahan, bazaar makanan, lomba MTQ tingkat

Page 20: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

43

nasional, kajian agama sampai kegiatan gotong royong. Namun konten sedikit

berbeda diperlihatkan pada postingan di Official akun Youtube mereka yang

monoton meliput kegiatan didalam masjid seperti siaran ulang ceramah dan kajian

ba’da sholat fardhu 5 waktu, live sholat Ied, Live ceramah dan kegiatan dalam masjid

lainnya. Artinya pengelola memposting konten di berbagai platform media sosialnya

dengan penonjolan representasi yang berbeda, jika pada Instagram dan platform

lainnya mereka merepresentasikan Islamic Center sebagai ruang Wisata dan Religi,

maka di Youtube mereka lebih memperlihatkan Islamic Center Mataram sebagai

tempat yang “Sangat Islami”. Melihat mediasi yang dilakukan oleh pengelola Islamic

Center Mataram, Wacana Islamic Center sangat kuat diperlihatkan sebagai tempat

wisata dan Religi kemudian dibuat berjalan beriringan menjadi Wisata Halal. Wisata

Halal/Wisata religi dalam tulisan ini dapat dilihat sebagai upaya yang dilakukan

untuk memasarkan dan mengembangkan produk yang diperuntukan kepada ummat

Islam meskipun tidak ada kaitannya dengan motivasi terhadap kegiatan transenden

(Jaelani, 2017, p. 9). Melalui pengertian Wisata Religi diatas, peneliti melihat bahwa

dikonstruknya wacana pariwisata dan religi di ruang Islamic Center merupakan

bentuk komodifikasi. Islamic Center dengan penyematan sebagai ruang wisata religi

yang menampung kegiatan beribadah dan berwisata pada akhirnya mempunyai nilai

jual tersendiri mengingat mayoritas masyarakat mataram adalah ummat muslim.

Adanya wacana wisata religi juga memungkinkan jamaah dan wisatawan berada

pada ruang yang sama, sehingga selain menjadi daya tarik untuk umat Islam sebagai

pengguna ruang religi, Islamic Center Mataram juga menjadi daya tarik untuk para

wisatawan baik muslim maupun non muslim sebagai tempat pariwisata.

2. Islamic Center sebagai Ruang Pos-Islamisme

Teori Asef Bayat tentang Pos-Islamisme tidak sepenuhnya dapat diterapkan

di Indonesia karena sejauh ini bayat hanya menganalisa Pos-Islamisme ditimur

tengah yang terbebas dari kekangan Islamism. Walaupun begitu, Peneliti optimis

berpendapat bahwa dengan beberapa penyesuaian dan perubahan, konsep ini dapat

berguna untuk menganalisa fenomena di Indonesia khusunya pada objek dalam

penelitian ini yaitu Ruang Islamic Center Mataram. Unutuk mempertahankan fokus

pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil garis besar dari ruang yang berhasil di

Page 21: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

44

terbentuk akibat gerakan Pos-Islamisme di Iran saat itu yang dibahas dalam tulisan

Bayat, dimana Gerakan Pos-Islamisme berhasil menciptakan ruang yang terbebas

dari Islamisasi, pandangan yang sekuler dan keeksklusifan Islam kemudian

menciptakan ruang Islam yang inklusif, tidak sekuler dimana ruang ini merupakan

pintu bercampurnya kelas sosial, etnik yang berbeda serta tempat rekreasi yang aman

secara moral. Peneliti melihat wisata religi di Islamic Center merupakan bentuk

budaya populer yang hendak dikonstruk oleh pemerintah mengingat Lombok yang

dikenal sebagai pulau seribu masjid dan mempunyai potensi wisata yang menjanjikan

sehingga beribadah sambil berwisata menjadi trend ketika kita mengunjungi Islamic

Center.

Post-Islamisme yang dimaksud Asef Bayat yaitu sebuah Proyek dan Kondisi.

Kondisi Post-Islamisme berkaitan dengan bagaimana kemudian kondisi sosial politik

dimana Islamisme mulai kehabisan sumber daya bahkan mereka yang bersemangat

terhadap Islamisme itu sendiri mulai meninggalkannya, kemudian dalam

menanggapi kondisi tersebut umat terlibat dalam Proyek Post-Islamisme yang tidak

sekuler, tidak anti islam dan tidak juga non Islami. (Heriyanto, 2015, p. 59) Dalam

pengertian ini, artinya Islamism mulai ditinggalkan dan masyarakat menjadi bagian

dari proyek Post-Islamism dimana ia tidak sekuler, dan masyarakat pun mulai

menikmati kebebasannya. Islamisme dalam artian diatas adalah gerakan sosial yang

ingin memaksimalkan penerapan syariat dan ajaran Islam di segala aspek kehidupan.

Walaupun begitu, menurut Bayat dalam (Heriyanto, 2015, p. 60), Dalam

kenyataannya munculnya Post-Islamism tidak menutup kemungkinan kita dapat

menyaksikan proses Islamisasi dan Post-Islamisasi berjalan secara bersamaan,

seperti halnya dalam melihat Islamic Center Mataram sebagai ruang Post-Islamisme.

Ruang Post-Islamisme dalam penelitian ini dilihat sebagai ruang yang sama sekali

tidak eksklusif, tidak sekuler dan terbuka terhadap ideologi lain. Wacana Islamic

Center sebagai tempat religi dan tempat wisata merupakan manifestasi dari ruang

yang inklusif karena menyatukan kegiatan religi yang transenden den kegiatan

“bersenang-senang” yang terkomodifikasi atau biasa kita sebut berwisata. Bukan

hanya itu, Islamic Center membuka gerbangnya untuk umum termasuk untuk para

wisatawan non-muslim, namun dengan syarat menutup aurat. Kita dapat melihat

Islamisasi dan Pos-Islamisasi berjalan bersamaan, ketika wisatawan muslim

diperbolehkan masuk ke dalam Islamic Center untuk berwisata artinya terjadi Pos-

Page 22: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

45

Islamisasi namun di sisi lain mereka harus mematuhi syariat Islam yang berlaku yaitu

menutup aurat. Dalam mengkonstruk ruang Islamic Center, kapitalis

memperkenalkan konsep besar dalam melihat ruang tersebut dalam mendukung

kiprah wisata religinya yaitu “Wisata Halal”. Peneliti melihat bercampurnya ruang

pariwisata dan Religi di Islamic Center Mataram sebagai manifestasi ruang Pos-

Islamis dimana para pelancong datang menikmati Islamic Center bebas memilih dia

datang sebagai jamaah masjid Hubbul Wathan yang taat kepada Allah atau seorang

wisatawan yang hendak menikmati keindahan bangunan dan memenuhi kebutuhan

bersenang senangnya. Namun penyematan wisata halal menjadi praktik Islamism

ketika kegiatan berwisata pun dilakukan berdasarkan syariat Islam. (Graburn, 2001

p. 43) dalam Jaelani pun menyebutkan bahwa pariwisata modern setara dengan

kegiatan religi (ziarah) yang dilakukan oleh masyarakat tradisional yaitu masyarakat

yang takut kepada Allah.

Islamic Center memang terkenal dengan pariwisatanya yang mendunia,

namun terkait wisata halal Islamic Center menjadi ruang baru yang menggabungkan

kegiatan transendental (Religi) dan Bersenang senang (Pariwisata). Dalam (Jaelani,

2017, p. 3) mengatakan bahwa lembaga lembaga agama mempunyai variable

hubungan dengan pariwisata, dimana pada satu sisi wisata religi diidentifikasi

sebagai jenis dari pariwisata yang termotivasi mungkin sebagian atau secara

eksklusif untuk alasan agama. Kemudian di sisi lainnya, Sigaux (1996) dan Vukonic

(1996) dalam (Jaelani, 2017, p. 3) menyebutkan bahwa Wisata Religi/Wisata Halal

merupakan bentuk lama dan tertua dari pariwisata dimana adanya perpindahan

manusia yang diwujudkan dalam keberagaman aktivitas aktivitas wisata religi.

Dalam hal ini perpindahan yang di maksudkan adalah perjalanan jangka panjang atau

ziarah ke pusat keagamaan atau tempat semacamnya. Jika dikaitkan dengan Islamic

Center Mataram, dalam pengertian pertama, Perjalanan ke Islamic Center merupakan

perjalan wisata yang memiliki tujuan utama sebagai bentuk ketaatan terhadap

agama, namun disisi lainnya dapat dilihat sebagai perjalanan ketempat religi

memiliki unsur pemiultifungsian dimana berkunjung ke Islamic Center hanya

berupa sebuah perjalanan wisata untuk memenuhi hasrat menikmati keindahan

duniawi.

Dalam tulisan ini, peneliti melihat bahwa “Wisata Halal” yang di sematkan

pada Islamic Center merupakan upaya kapitalis dalam menciptakan komoditas baru

Page 23: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

46

yang mempunyai nilai jual melihat pariwisata adalah bagian dari industri bisnis

dimana sejatinya dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat dan di

proyeksikan dalam kebijakan pemerintah (Jaelani, 2016b). Pada akhirnya, Wisata

Religi bukan lagi hanya mencakup perjalanan ke tempat Ziarah, tetapi juga

ketersediaan fasilitas untuk mendukung aktivitas berwisata seperti spot foto, kantin

makanan halal dan lainnya yang mengidentifikasi Islamic center sebagai tempat

wisata. Ketika membahas keuntungan ekonomi, yang diuntungkan dalam

pembangunan Islamic Center sebagian besar adalah kapitalis karena mereka

memiliki banyak fasilitas yang dapat mereka jual seperti berwisata ke Minaret yang

dipungut biaya, kemudian penyewaan Ballrom untuk berbagai macam kegiatan

seperti wisuda, resepsi pernikahan dan acara besar semacamnya, kemudian

keuntungan kecil bagi masyarakat yaitu ketika para pedagang “yang diijinkan”

berjualan disitu dapat memanfaatkan keramaian sebagai pasar mereka. Kota mataram

memiliki masyarakat yang mayoritasnya pemeluk agama Islam, kaitannya dengan

itu peneliti melihat Islamic Center sebagai tempat “wisata religi” menjadi sebuah

segmentasi pasar yang dikonstruk oleh kapitalis dalam meraup keuntungan sebesar

besarnya.

Dalam pembangunannya, Islamic Center Mataram menuai beberapa

kontrofersi dari masyarakat mataram. Kontrofersi ini berkaitan dengan tujuan dan

fungsi dibangunnya Islamic Center mataram. Islamic Center dibangun diatas tanah

yang dahulunya merupakan bangunan SMPN 6 Mataram, Gedung KONI, Kantor

dinas perkebunan dan Masjid Raya Attaqwa Mataram. Kontrofersi pertama datang

dari jamaah tabligh Attaqwa yang biasa memanfaatkan masjid Attaqwa sebagai

tempat dakwah mereka. Saat ini, memang segala kegiatan masjid Attaqwa

dipindahkan ke Masjid Hubbul Wathan, Islamic Center, namun jamaah tabligh

Attaqwa masih mempergunakannya untuk beberapa kagiatan keagamaan yang

mereka kelola sendiri. Hal ini memicu timbulnya isu dualisme pemanfaatan masjid

raya di masyarakat. Pemerintah disatu sisi telah mengosongkan kegiatan di masjid

Attaqwa, namun di sisi lainnya para jamah tabligh masih memanfaatkan tempat

tersebut dengan alasan bahwa masjid tersebut masih bisa dimanfaatkan dan tidak

seharusnya ditinggalkan (Najamudin, 2019). Sampai sekarang pengelolaan masjid

Attaqwa telah ditarik oleh pemerintah kota Mataram ke wilayah pengelolaan Islamic

Center. Menurut wawancara dengan Bpk. Sulaiman Jamsuri, Kepala pengelola UPT

Page 24: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

47

Islamic Center, Masjid Attaqwa akan dijadikan musium dan perpustakaan, namun

masih dalam tahap perencanaan. Attaqwa dahulunya merupakan masjid raya satu

satunya yang ada di Provinsi NTB dan dikelola oleh jamaah tabligh, kemudian

setelah dibangunnya masjid Hubbul Wathan di Kawasan Islamic Center, masjid

Attaqwa dialih fungsikan menjadi perpustakaan dan musem yang sampai sekarang

masih dalam tahap perencanaan, dialihfungsikannya Attaqwa sekaligus menjadikan

Masjid Hubbul Wathan sebagai masjid raya satu satunya yang ada di Porvinsi NTB.

Peneliti melihat, ditariknya pengelolaan Attaqwa kedalam wilayah Integrasi Islamic

Center bukan hanya merupakan bentuk langkah pengusa dalam menjadikan Islamic

Center sebagai central pengelolaan kegiatan religi namun juga sebagai pusat

hegemoni pengetahuan Islam di Kota Mataram. Dualisme Attaqwa pun dapat kita

lihat sebagai ekspresi ketidakpuasan dari jamaah tabligh terhadap pengelolaan dan

pembangunan Islamic Center, disisi lain masyarakat yang tidak memiliki

kepentingan di masjid Attaqwa bias saja melihat Islamic Center sebagai suatu

symbol/icon kebanggaan mereka karna telah dibangun Kawasan Islamic Center

dengan masjid yang megah, namun disisi lain ada pihak yang secara frontal

memperlihatkan ketimpangan terhadap pembangunan Islamic Center.

Kontroversi lainnya datang dari minoritas yang ada di Kota mataram yaitu

masyarakat yang beragama Hindu. Salah seorang informan, Negeri Gde Pudja

mengeluhkan tentang lokasi pembangunan Islamic Center Mataram. Menurut Gde,

tanah dimana Islamic Center dibangun sekarang (KONI) adalah tanah yang

ditabukan oleh masyarakat yang beragama Hindu karena pada jaman dahulu, tempat

itu merupakan lokasi pembakaran mayat warga hindu (Mustain, 2018, p. 304). Gde

juga menyebutkan bahwa Pemerintah Mataram juga menunjukkan kurangnya

keberpihakan terhadap ummat hindu di mataram, menurutnya jumlah Lembaga

Pendidikan Islam, guru dan Ustadz yang ada di Mataram tidak sebanding dengan

Lembaga dan pemuka agama hindu, namun saat mengajukan kebutuhan pengadaan

guru agama hindu, ia tidak pernah mendapat respon yang positif dari pemerintah.

Melihat pengakuan tersebut, peneliti melihat bahwa Pembangunan Islamic Center

juga merupakan indikasi bahwa pemerintah Mataram berusaha melegitimasi

identitas Islam di Mataram.

Terlepas dari kontroversi yang ditimbulkan oleh pembangunan Islamic

Center Mataram, sejauh ini dalan pelaksanaan dan fungsinya telah mendapat banyak

Page 25: BAB III TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. TEMUAN 1. Sejarah …

48

apresiasi dari masyarakat Lombok dan telah di nikmati secara universal baik tempat

religi maupun tempat wisata. Pemultifungsian yang dilakukan dengan menyatukan

tempat wisata dan ibadah diruang yang sama juga merupakan manifestasi dari Islam

yang inklusif dimana dalam penelitian ini disebut sebagai ruang Post-Islamisme.

Dengan adanya ruang Post-Islamis seperti ini akan memecah oposisi biner yang

membagi dunia dalam dua kategori yang berhubungan seperti misal kegiatan

berwisata dan kegiatan religi.

Penelitian ini sekaligus mengkritik Rida Mardia, Mahasiswa UIN Alaluddin

Makassar pada tahun 2017 dengan judul PERUBAHAN FUNGSI MASJID

ISLAMIC CENTER DATO TIRO SEBAGAI DESTINASI WISATA DI KOTA

BULUKUMBA, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemultifungsian Islamic

Center Mataram sebagai tempat rekreasi merupakan bentuk ketidaktegasan dari

pengurus masjid dan aturan yang tidak jelas sehingga para pelancong berpotensi

datang hanya untuk menikmati keindahan, bukan untuk beribadah. Berbeda dengan

peneliti, peneliti melihat pemultifungsian Islamic Center sebagai sebuah tempat

religi sekaligus wisata merupakan sesuatu yang harus kita terima bersama sebagai

bentuk pemecahan opisisi biner dan keterbukaan Islam terhadap ideologi pariwisata.

Namun kita juga dapat melihat bahwa ruang ini tidak hadir dengan sendirinya,

melainkan dikonstruk berdasarkan kepentingan kapitalis seperti meraup keuntungan

bahkan untuk melegitimasi identitas tertentu. Secara konseptual, Islam dan

pariwisata juga masih memiliki hubungan ketika kita mengartikan pariwisata sebagai

perjalanan yang didorang oleh iman dan ketaatan kepada tuhan YME. Selain itu

mengawinkan pariwista dengan ruang religi juga bisa dilihat sebagai usaha untuk

menarik masyarakat untuk meramaikan tempat ibadah.