bab iii tinjauan pustaka - perpustakaan digital · pdf fileair yang dapat terbuat dari...
TRANSCRIPT
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Umum
Metode pembuangan air buangan domestik (Masduki, 2000) ada dua jenis yaitu
sistem sanitasi setempat (on-site sanitation) dan sistem sanitasi terpusat (off-site
sanitation). Masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan yang akan
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan sistem pembuangan.
Sistem perencanaan penyaluran air buangan bertujuan untuk mengalirkan air
buangan dari suatu pemukiman secara cepat ke suatu tempat yang tidak akan
menimbulkan bahaya atau kerusakan bagi manusia dan lingkungan, dalam hal ini
adalah suatu instalasi pengolahan air buangan domestik. Sistem perencanaan
penyaluran air buangan ini menggunakan suatu metode pembuangan air buangan yang
dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Sedangkan sistem pengolahan
direncanakan mencapai efisiensi yang menghasilkan efluen yang aman bagi badan air
penerima.
III.2 Sistem Sanitasi Setempat
Sistem sanitasi setempat (on-site sanitation) adalah sistem pembuangan air
buangan dimana air buangan tidak dikumpulkan dan tidak disalurkan ke dalam suatu
jaringan saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan ataupun badan
air melainkan dibuang di tempat. Sistem ini dipakai bila syarat-syarat teknis lokasi
dapat dipenuhi dan biaya relatif rendah.
Sistem ini sudah umum karena telah banyak dipergunakan di Indonesia. Kelebihan
sistem ini adalah :
a) Biaya pembuatan relatif murah.
b) Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi
c) Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana.
d) Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.
Disamping itu, kekurangan sistem ini adalah :
a) Umumnya tidak disediakan untuk air buangan dari dapur, mandi dan cuci.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 2
b) Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan pemeliharaan
tidak dilakukan sesuai aturannya.
Pada penerapan sistem setempat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
(DPU, 1989), antara lain :
a) Kepadatan penduduk < 200 jiwa/ha.
b) Kepadatan penduduk 200 � 500 jiwa / ha masih mungkin dengan syarat
penduduk tidak menggunakan air tanah.
c) Tersedia truk tinja untuk penyedotan.
Beberapa contoh fasilitas setempat antara lain :
a) Cubluk
Pit privy atau cubluk merupakan sistem pembuangan tinja yang paling sederhana.
Terdiri atas lubang yang digali secara manual dengan dilengkapi dinding rembes
air yang dapat terbuat dari pasangan batu bata berongga, anyaman bambu, dan
lain-lain. Cubluk biasanya berbentuk bulat atau kotak, dengan potongan melintang
sekitar 0,5 � 1 m2 dengan kedalaman 1 � 3 m. Hanya sedikit air yang digunakan
untuk menggelontorkan tinja ke dalam cubluk. Cubluk ini biasanya didesain untuk
waktu 5 � 10 tahun.
Cubluk terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
1. Cubluk Tunggal
- Muka air tanah lebih dari 1 m dari dasar cubluk.
- Penduduk mampu membangunnya.
- Cocok untuk daerah dengan kepadatan < 200 jiwa/ha.
- Pemakaian dihentikan setelah terisi 75%
2. Cubluk Kembar
- Muka air tanah lebih dari 2 m dari dasar cubluk.
- Cocok untuk daerah dengan kepadatan < 50 jiwa/ha.
- Lokasi pemukiman tidak dilengkapi jalan raya untuk kendaraan roda 4.
- Pemakaian lubang cubluk pertama dihentikan setelah terisi 75 % dan
selanjutnya lubang cubluk kedua dapat difungsikan. Jika lubang cubluk
kedua telah terisi 75 %, maka lumpur tinja yang ada di lubang pertama
dapat dikosongkan secara manual dan dapat digunakan untuk pupuk
tanaman. Setelah itu lubang cubluk dapat difungsikan kembali.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 3
b) Beerput
Sistem ini merupakan gabungan antara bak septik dan peresapan. Oleh karena
itu bentuknya hampir sama seperti sumur peresapan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem beerput antara lain :
o Tinggi air pada sumur beerput pada musim kemarau tidak kurang dari 1,2
m dari dasar.
o Jarak dengan sumur minimal 8 m.
o Volume air dalam sumuran harus lebih besar dari 1m3.
o Apabila sumur tersebut dibuat bulat, maka diameternya tidak boleh kurang
dari 1 m dan apabila dibuat segi empat maka sisi harus lebih besar dari 0,9
m.
c) Septic tank
Septic tank merupakan suatu ruangan yang terdiri atas beberapa kompartemen
yang berfungsi sebagai bangunan pengendap untuk menampung kotoran padat
agar mengalami pengolahan biologis oleh bakteri anaerob dalam jangka waktu
tertentu. Untuk menjaga operasi yang baik, sebuah septic tank harus hampir
terpenuhi dengan cairan, oleh karena itu septic tank harus kedap air.
Prinsip operasi septic tank dilengkapi sarana pengolahan efluen berupa bidang
resapan atau sumur resapan. Septic tank dengan peresapan merupakan jenis
fasilitas pengolahan air buangan rumah tangga yang paling banyak digunakan
di Indonesia. Pada umumnya diterapkan di daerah perumahan yang
berpenghasilan menengah ke atas, perkantoran, perdagangan serta pelayanan
umum.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan septic tank adalah :
- Diterapkan di daerah dengan kepadatan penduduk < 500 jiwa/ha.
- Kecepatan daya resap tanah > 0,0146 cm/menit dan < 1,25 cm/menit.
- Dapat dijangkau oleh truk penyedot tinja.
- Tersedia lahan untuk bidang peresapan.
III.3. Sistem Sanitasi Terpusat
Sistem sanitasi terpusat (off-site sanitation) merupakan sistem yang pembuangan
air rumah tangga (mandi, cuci, dapur dan limbah kotoran) disalurkan keluar dari
lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 4
selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum
di buang ke badan air penerima.Sistem penyaluran air buangan dapat dilakukan secara
terpisah, tercampur, maupun kombinasi antara saluran air buangan dengan saluran air
hujan (Masduki, 2000).
III.3.1 Sistem Penyaluran Terpisah
Sistem ini dikenal dengan full sewerage, dimana air buangan domestik dan air
hujan dialirkan secara terpisah melalui saluran yang berbeda. Sistem ini digunakan
dengan pertimbangan antara lain :
- Periode musim hujan dan kemarau lama.
- Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik.
- Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air
hujan harus secepatnya dibuang ke badan air penerima.
- Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim
kemarau dan musim hujan relatif besar.
- Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat
berupa polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch).
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi
yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan
pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk
jaringan masing-masing sistem saluran.
Beberapa alternatif dari sistem penyaluran air buangan secara terpisah adalah
sebagai berikut :
III.3.1.1 Sistem Penyaluran Konvensional
Merupakan suatu jaringan perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat
yang berupa bangunan pengolahan atau tempat pembuangan air seperti badan air.
Sistem ini terdiri dari jaringan persil, pipa servis, pipa lateral, dan pipa induk yang
melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup luas. Setiap
jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa manhole yang ditempatkan pada
lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 m, maka air
buangan harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi
ke lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan diri.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 5
Untuk membangun sistem penyaluran secara konvensional memerlukan biaya
yang tinggi sehingga sistem ini hanya cocok bila masyarakat menginginkan dan
mampu untuk membiayai pengoperasian dan pemeliharaannya serta tidak ada
pilihan lain. Daerah yang cocok untuk penerapan sistem ini antara lain (DPU,
1989) :
- Daerah yang sudah memiliki sistem jaringan saluran konvensional atau dekat
dengan daerah yang memiliki sistem ini.
- Daerah yang memiliki kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah
pariwisata.
- Lokasi pemukiman baru dimana penduduknya berpenghasilan cukup tinggi
dan mampu membiayai operasi dan pemeliharaan sistem tersebut.
- Di pusat kota dimana terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak
dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan
pengolahan sendiri.
- Di pusat kota dimana kepadatan penduduk sudah melampaui 300 jiwa/ha dan
umumnya penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan
sistem setempat sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.
Gambar 3.1 Layout Pipa Sistem Penyaluran Konvensional (International Source Book On
Environmentally Sound Technologies for Wastewater and Stormwater Management, 2007)
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 6
III.3.1.2 Sistem Shallow Sewer
Shallow sewerage disebut juga sebagai simplified sewerage atau condominial
sewerage (Mara, 1996). Sistem ini telah banyak diterapkan di Brazil, negara-negara
Amerika Selatan dan beberapa negara Asia.
Pada intinya sistem ini sama dengan sistem konvensional yaitu menyalurkan air
buangan domestik baik padatan maupun cairan. Berbeda dengan sistem konvensional,
sistem ini mengangkut air buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan
kemiringan lebih landai. Peletakan sistem ini biasanya diterapkan pada blok-blok
rumah (Gambar 3.2). Untuk mengangkut air buangan diperlukan air pembilas.
(A) (B)
Gambar 3.2 Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage pada Perumahan Tak Teratur (A) dan Teratur
(B) (Mara, 1996)
Gambar 3.3 Layout Pipa Shallow Sewer System/Condominium Sewer System (International Source
Book On Environmentally Sound Technologies for Wastewater and Stormwater Management, 2007)
Biaya pembuatan shallow sewerage lebih murah bila dibandingkan dengan
penyaluran secara konvensional dan bahkan mungkin lebih murah daripada sistem
sanitasi setempat (Gambar 3.2). Biaya murah ini bisa mencapai 30-50% dari biaya
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 7
sistem penyaluran konvensional (UNEP, 2007) disebabkan oleh penggalian yang
dangkal, pipa yang digunakan berdiameter kecil dan unit pengawasan yang sederhana
dalam tempat manhole yang tidak besar.
Gambar 3.4 Biaya Shallow Sewerage di Natal, Brazil (Mara, 1996)
Sistem ini lebih cocok sebagai jaringan sekunder di daerah perkampungan dengan
kepadatan tinggi dan tidak dilewati oleh kendaraan berat. Sistem ini melayani air
buangan dari kamar mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral, tanpa pipa induk sistem
dilengkapi dengan pengolah mini.
Tabel 3.1 Perbandingan Panjang Pipa Conventional dan Condominium sewerage (International Source Book On Environmentally Sound Technologies for Wastewater and Stormwater Management, 2007)
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 8
Gambar 3.5 Perbedaan Partisipasi Komunitas Conventional dan Condominial Sewerage (International Source Book On Environmentally Sound Technologies for Wastewater and Stormwater Management, 2007)
III.3.1.3 Sistem Small Bore Sewer
Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya
untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur dan
limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat. Saluran
tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini lebih murah
dibandingkan dengan sistem konvensional.
Daerah pelayanannya relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa persil
dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa induk tidak
diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan dengan kepadatan penduduk
sangat tinggi dan timbulan air buangan yang sangat besar. Sistem ini dilengkapi
dengan instalasi pengolahan sederhana.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini :
Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan,
tangki ini biasanya tangki septik.
Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan
Aliran yang terjadi dapat bervariasi.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 9
Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self cleansing
karena tidak harus membawa padatan.
Kecepatan maksimum 3 m/detik.
Gambar 3.6 Skema Small Bore Sewer (TAG UNDP, 1985)
Kelebihan Sistem Riol Ukuran Kecil :
Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai tinggi
terutama daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya
sudah tidak mampu lagi menyerap effluen tangki septik.
Biaya pemeliharaan relatif murah
Mengurangi kebutuhan air, karena saluran tidak mengalirkan padatan
Mengurangi kebutuhan pengolahan misalnya screening
Biasanya dibutuhkan di daerah yang tidak mempunyai lahan untuk bidang
resapan atau bidang resapannya tidak efektif karena permeabilitasnya jelek.
Kekurangan Sistem Riol Ukuran Kecil :
Memerlukan lahan untuk tangki
Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang kecil
Karena saluran hanya menerima air buangan baku, maka rancangannya sangat
berbeda dari konvensional. Small bore sewer mempunyai daerah pelayanan relatif
lebih kecil dibandingkan dengan jaringan saluran secara konvensional. Pipa yang
dipasang hanya pipa persil dan pipa servis yang menuju ke lokasi pembuangan akhir,
sedangkan pipa lateral dan pipa induk tidak diperlukan. Sistem ini dilengkapi dengan
instalasi pengolahan sederhana.
Small bore sewer cocok diterapkan di daerah dengan kepadatan penduduk > 200
jiwa/ha, kemiringan tanah cenderung datar < 2% dan pada umumnya sudah memiliki
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 10
septic tank akan tetapi tidak ada lahan untuk membuat bidang resapan atau bidang
resapannya tidak efektif karena permeabilitas tanah tidak memenuhi syarat.
III.3.2. Sistem Penyaluran Tercampur
Pada sistem ini, air buangan disalurkan bersama dengan limpasan air hujan dalam
satu saluran tertutup. Dasar pertimbangan diterapkan sistem ini antara lain :
- Debit air hujan dan air buangan secara umum relatif kecil sehingga dapat
disatukan.
- Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran
air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis.
Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan karena adanya
pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya
perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu karena
salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang diperlukan berdiameter
besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan
air buangan.
III.3.3. Sistem Kombinasi
Sistem ini dikenal dengan istilah �interceptor� dimana air buangan dan air hujan
disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka
maupun saluran tertutup tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi pengolahan
antara air buangan dan air hujan dipisahkan melalui bangunan regulator.
Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi
pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air penerima.
Pada musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa induk dan tidak
akan mencemari badan air.
Sistem ini diterapkan pada :
Daerah yang dilalui sungai yang airnya dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu, misalnya sebagai bahan baku penyediaan air bersih
sehingga penting untuk dilindungi dari pencemaran.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 11
Daerah yang untuk program jangka panjang direncanakan akan diterapkan
sistem saluran secara konvensional. Karena itu pada tahap awal dapat
dibangun saluran pipa induk yang untuk sementara dapat dimanfaatkan
sebagai saluran air hujan.
III.4. Sistem Saluran
Jenis saluran pengumpul dapat dikategorikan sebagai berikut (Masduki, 2000):
A. Pipa persil
Yaitu pipa yang ada di pekarangan rumah / tanah milik. Pipa ini merupakan
sambungan dari plambing rumah. Diameter pipa persil 100 � 150 mm atau
sekurang-kurangnya sama dengan diameter akhir plambing rumah.
B. Pipa service / pelayanan
Merupakan sambungan dari sistem persil dan biasanya berada di jalan.
Kapasitas ideal yang ditampung adalah 50 rumah. Kemiringan saluran 0,5�
1%. Diameter paling sedikit 150 mm dengan lebar galian pemasangannya
minimum 0,45 m dengan kedalaman benam awal paling sedikit 0,6 m. Ada
dua sistem :
1. Sistem brandgang
Sistem jalur riol diarahkan ke belakang rumah menuju brandgang, dimana
riol service penerima diletakkan.
2. Sistem trotoir
Semua lajur riol persil diarahkan ke depan rumah menuju trotoir, dimana
riol service penerima diletakkan.
C. Pipa lateral
Yaitu pipa yang menerima aliran air buangan dari sistem pipa service untuk
dialirkan ke pipa cabang / terletak memanjang di sepanjang jalan sekitar
daerah pelayanan. Diameternya sama dengan 200 mm.
D. Pipa cabang
Yaitu pipa yang menerima aliran air buangan dari sistem pipa lateral untuk
dialirkan ke pipa induk. Kriteria lainnya ditentukan berdasarkan Persamaan
Manning pada jam puncak.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 12
E. Pipa induk
Yaitu pipa yang menerima aliran air buangan dari sistem pipa cabang untuk
dialirkan ke badan air penerima (akhir dari sistem penyaluran air buangan).
Kriteria lainnya ditentukan berdasarkan Persamaan Manning pada jam puncak.
III.5. Pola Jaringan Saluran
Sistem jaringan riol mayor dimulai dari pipa cabang sampai pipa induk. Pola
jaringan riol mayor mengikuti pola sistem riol keseluruhannya. Ada empat pola
jaringan riol mayor, yaitu :
a) Pola Interceptor
Merupakan pola sistem campuran terkendali dimana sejumlah tertentu air
hujan dimasukkan ke dalam pipa riol hulu dengan pemasukan terkendali.
Ketika pemasukan air hujan terjadi, pipa riol hulu penuh dan bertekanan dari
awal sampai pipa riol interceptor, tetapi dibatasi tidak mempunyai gradien
hidrolis yang mengakibatkan peluapan atau air balik (back water) pada
perlengkapan saniter daerah pelayanan. Hal ini identik dengan gradien hidrolis
pada sistem small bore sewer. Riol biasanya dipasang sejajar dengan sungai
besar dan berakhir di IPAB.
b) Pola Zona / Wilayah
Merupakan pola yang diterapkan di daerah pelayanan yang terbagi-bagi oleh
sungai pembagi sehingga pipa perlintasannya tidak mungkin atau sangat mahal
untuk dibangun. Pada akhir riol induknya dibuat IPAB.
c) Pola Kipas
Merupakan pola yang diterapkan di daerah pelayanan yang terletak pada suatu
lembah. Pengumpulan aliran dapat melalui lebih dari dua cabang saluran yang
kemudian menyatu dalam pipa utama menuju 1 IPAB.
d) Pola Radial
Merupakan pola yang menerapkan pengumpulan aliran dilakukan ke segala
arah luar dimulai dari daerah tertinggi. Jalur yang ditempuh pendek-pendek
sehingga diperlukan banyak IPAB. Pola ini diterapkan pada daerah bukit.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 13
Dalam desain seluruh sistem jaringan pipa riol, diperlukan pengetahuan hidrolika
untuk menghitung ukuran pipa yang diperlukan. Untuk lebih jelasnya, pola
jaringan riol ini dapat dilihat pada Gambar 3.3
a) Pola Interceptor
b) Pola Zona / Wilayah
d) Pola Kipas
d) Pola Radial
Gambar 3.7 Pola Jaringan Riol (Masduki, 2000)
III.6. Bentuk dan Bahan Saluran
III.6.1. Bentuk Saluran
Pertimbangan dalam pemilihan bentuk saluran adalah :
- Segi hidrolis pengaliran untuk menjamin pengaliran air buangan, kedalaman
berenang minimum dan kecepatan pada aliran minimum harus terpenuhi.
- Segi konstruksi.
- Ketersediaan tempat bagi penanaman saluran.
- Segi ekonomis dan teknis, termasuk kemudahan memperoleh materialnya.
Bentuk saluran yang banyak digunakan dalam jaringan pengumpul air buangan
adalah bulat lingkaran dan bulat telur.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 14
Bulat lingkaran
Bentuk saluran ini banyak dipakai pada kondisi debit konstan dengan saluran
tertutup dimana :
- Kondisi kecepatan maksimum tercapai saat d = 0,815 D
- Kondisi debit maksimum tercapai saat d = 0,925 D
Biasanya pipa persil dan pipa service berbentuk bulat lingkaran
d D
Gambar 3.8 Pipa Bulat Lingkaran (Henny Wardhani, 2003)
Bulat telur
Bentuk saluran ini biasa dipakai pada kondisi debit tidak konstan dengan saluran
tertutup dimana :
- Kondisi kecepatan maksimum tercapai saat d = 0,89 D
- Kondisi debit maksimum tercapai saat d = 0,94 D
Umumnya pipa bulat telur ini digunakan untuk pipa lateral, cabang, dan induk.
d D
Gambar 3.9 Pipa Bulat Telur (Henny Wardhani, 2003)
Dari segi hidrolis, bentuk bulat telur ini memberikan keuntungan :
- Kedalaman renang aliran lebih terjamin.
- Dapat mengatasi fluktuasi aliran dengan baik.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 15
Sedangkan kerugiannya :
- Sukar diperoleh
- Pemasangan lebih rumit dan lebih lama, mempunyai resiko tidak kedap yang
lebih tinggi setelah penyambungan.
- Harga pipa lebih mahal.
- Satuan panjang pipa bulat telur lebih pendek daripada pipa bulat lingkaran,
sehingga pemasangan tidak efisien.
III.6.2. Bahan Saluran
Bahan pipa yang biasanya digunakan (Masduki, 2000) adalah :
A. Pipa Beton
Pipa beton dapat dibuat setempat dari bahan campuran semen, pasir, dan
kerikil. Kualitasnya perlu diperhatikan secara khusus, terutama terhadap asam
sehingga dinding pipa bagian dalam diberi lapisan email. Kualitas pipa beton
coran lebih jelek daripada cast concrete centrifugal karena cast concrete
resisten terhadap korosi, lebih mulus, dan lebih kedap. Pipa beton dapat dibuat
dari berbagai macam ukuran dan kekuatan yang diperlukan. Untuk saluran
dengan ukuran sedang ke besar (lebih dari 24 inchi), biasanya digunakan
reinforce concrete karena lebih ekonomis.
B. Pipa Keramik Tanah Liat
Sudah dipakai sejak zaman Babilonia, ukurannya berkisar antara 18 � 24 inchi
(450 � 600 mm). Terbuat dari tanah liat atau lempung yang setelah dicetak
dikeringkan dengan cara dibakar. Pipa ini sangat resisten terhdap korosi, tidak
membutuhkan pelapisan khusus sebagai pelindung dari asam. Kekurangannya
adalah panjangnya yang biasanya pendek-pendek, mudah patah dalam transit
dan penanganan.
C. Pipa Semen � Asbes
Sangat tahan terhadap korosi oleh asam, buangan yang sangat septik, dan
tanah dengan alkalinitas yang sangat tinggi. Keuntungan yang lainnya adalah
biaya yang rendah, sambungan yang kedap air, infiltrasi rendah, karakteristik
aliran yang baik, ringan, mudah dalam penanganan, serta mudah dalam
pemotongan dan pemasangan untuk sambungan. Pipa ini dibuat dengan
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 16
panjang yang lebih dari pipa lainnya sehingga jarang membutuhkan
sambungan. Terbuat dari bahan serat asbes, semen, dan silika dalam tekanan
yang tinggi. Kekurangannya adalah harganya lebih mahal daripada pipa beton
dan verified clay pipa, serta tidak mudah dipindahkan. Selain itu, debu asbes
dapat menyebabkan asbestosis.
D. Pipa Plastik
Pipa plastik banyak sekali digunakan karena ringan, mudah dalam
pemasangan dan penanganan. Kelebihannya adalah terbebas dari korosi,
resistensi yang baik terhadap shock, fleksibel, karakteristik aliran sangat baik,
ringan sehingga mudah dalam transportasi dan penanganan, serta lebih
panjang sehingga mengurangi jumlah sambungan. Selain itu pemasangan
sambungan rumah lebih mudah dan tanpa peralatan khusus. Tetapi pipa jenis
ini tidak dianjurkan untuk digunakan dalam air minum, karena mungkin
mengandung bahan beracun yang dapat larut dalam air disebabkan kurang
tahan terhadap sinar UV.
E. Pipa Besi Tuang
Keuntungan dari penggunaan pipa jenis ini adalah umur yang panjang,
karakteristik aliran yang baik, dapat toleran terhadap tekanan dalam yang
tinggi dan muatan luar yang besar, juga resisten terhadap korosi pada hampir
semua jenis tanah. Pipa ini terlalu mahal jika digunakan untuk sewer, bahkan
untuk negara-negara industri sekalipun.
F. Pipa Kayu
Dapat terbuat dari kayu gelondongan ataupun bambu, jika materi lain tidak
tersedia. Sambungannya sukar untuk dibuat kedap air. Ukurannya terbatas,
karakteristik aliran yang buruk, kurang seragam, dan tidak dijamin
kelangsungannya untuk kondisi-kondisi khusus.
III.7. Penempatan dan Pemasangan Saluran
Ada beberapa cara untuk menempatkan saluran (DPU, 1986), yaitu :
a) Penempatan saluran pada sisi jalan dengan elevasi yang lebih tinggi yaitu bila
jalan-jalan dengan rumah atau bangunan di satu sisi lebih tinggi dari sisi lain.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 17
b) Di tepi jalan, sebaiknya di bawah trotoir atau tanggul jalan untuk menjaga
kemungkinan dilakukan penggalian di kemudian hari untuk perbaikan.
c) Penempatan di tengah, bawah jalan, bila jalan tidak terlalu lebar dan
penerimaan air buangan dari dua arah yaitu kanan dan kiri jalan.
d) Saluran ditempatkan di tepi jalan pada bagian yang paling banyak memberikan
beban air buangan, bila beban penerimaan air buangan dari kanan dan kiri jalan
tidak sama.
e) Saluran bisa diletakkan di kedua sisi jalan, bila di sebelah kanan dan kiri jalan
terdapat banyak sekali rumah atau bangunan.
f) Penempatan saluran bisa di tengah jalan bila jalan tersebut mempunyai jumlah
rumah atau bangunan sama banyak di kedua sisinya dan mempunyai elevasi
lebih tinggi daripada jalanan.
Gambar 3.10 Penempatan dan Pemasangan Saluran (DPU, 1986)
III.8. Kedalaman Penanaman Saluran
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memasang pipa :
- Diusahakan sedangkal mungkin agar lebih ekonomis.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 18
- Menjaga pola aliran gravitasi.
- Dapat mengantisipasi sambungan di masa depan.
Kedalaman maksimumnya pipa lateral, pipa cabang, dan terutama pipa induk
ditetapkan sebesar 7 m dari permukaan tanah (Masduki, 2000). Bila kedalaman
maksimumnya lebih dari 7 m, harus dilakukan pemompaan untuk mendapatkan
aliran secara gravitasi.
III.9. Kemiringan Saluran
Kemiringan pipa riol ditentukan agar memperoleh kecepatan swabersih (Masduki,
2000). Dalam hal ini unsur penting yang harus diketahui diantaranya adalah
fluktuasi debit, kandungan benda padat, BOD , dan Sulfat. Untuk teknologi small
bore sewer, batas kecepatan pembersihan sendiri tidak ada. Hal ini disebabkan air
buangan yang mengalir dalam pipa tidak mengandung padatan atau solid, karena
telah disisihkan dalam tangki interseptor. Sehingga padatan yang ada dalam aliran
air buangan hanya berupa partikel-partikel kecil seperti pasir. Berdasarkan kondisi
diatas, maka batas kecepatan pada debit puncak yang ditetapkan untuk aliran
dalam pipa pada sistem ini adalah 0,3 m/detik. Diasumsikan pada kecepatan 0,3
m/detik, partikel atau pasir tidak akan mengendap.
Kemiringan pipa riol dapat didekati dengan persamaan (Metcalf and Eddy, 1981)
sebagai berikut :
3
2
RxVxnS ������������������.(3.1)
Sedangkan untuk conventional sewer dan shallow sewerage, kemiringan saluran
mempertimbangkan dua unsur penting yang perlu dipakai sebagai pengendali atau
kontrol (Paintal, 1977), yaitu :
Kontrol Sulfida, berdasarkan Palmeroy Indeks, Z = 7500
2
31
pbQZ
EBODx3xbP
S
���������������.(3.2)
Kontrol endapan, berdasarkan gaya geser kritis (óc) yang dianjurkan (Paintal,
1977), óc bernilai 0,33 � 0,38 kg/m2.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 19
1316
83
pbm
c
QDR
ó0,0191S
����������...(3.3)
Dimana :
S = Kemiringan pipa riol (m/m)
óc = Gaya geser kritis (kg/m2)
Rm = Jari-jari hidrolis saat debit minimum (m)
Rf = Jari-jari hidrolis saat aliran penuh (m)
Qpb = Debit maksimum musim basah (l/detik)
P = Keliling basah pada saat debit maksimum (m)
B = Lebar basah pada saat debit maksimum (m)
Z = Palmeroy Indeks = 7500
EBOD = BOD Efektif = BOD5 X 1,07(T-20)
Dari kedua persamaan tersebut, dipilih harga S terbesar.
III.10. Beban Di Atas Saluran
Setiap saluran yang dibenam di bawah lajur jalan akan menerima beban. Besarnya
beban pada saluran dipengaruhi oleh (Masduki, 2000) :
Beban tanah penimbun.
Kedalaman benam saluran atau pipa.
Lebar galian.
Volume beban bergerak di atas pipa.
Ada dua beban yang harus diperhitungkan, yaitu :
a. Beban diam (Wd)
Beban yang diterima saluran akibat timbunan tanah diatasnya. Dapat dihitung
dengan bantuan formula Martson yang ditulis sebagai berikut :
2ddd BxñxCx0,8W �������������.(3.4)
dimana : Wd = beban vertikal
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 20
Cd = koefisien pembebanan
ñ = berat jenis tanah penimbun
Bd = lebar galian saluran
b. Beban bergerak (Wm)
Beban bergerak dalam prakteknya dihitung sebagai prosentase dari beban
diam. Total pembebanan yang diterima saluran (Wt) adalah :
mst WWW ������������������.(3.5)
III.11. Perlengkapan Saluran
Perlengkapan saluran air buangan adalah semua bangunan yang ikut
menunjang kelancaran penyaluran air buangan selama pengalirannya. Adapun
perlengkapan-perlengkapan yang umum digunakan adalah sebagai berikut
(Masduki, 2000):
III.11.1. Manhole
Fungsi manhole pada air buangan adalah :
Pembersihan, pemeliharaan, perbaikan dan pemeriksaan saluran.
Mempertemukan beberapa cabang saluran baik yang mempunyai ketinggian
sama maupun tidak sama.
Manhole ditempatkan pada :
Jarak tertentu pada pipa lurus, tergantung diameter pipa. Penempatan manhole
pada pipa lurus dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Penempatan Manhole Pada Pipa Lurus (Masduki, 2000)
Diameter Manhole (mm) Jarak Manhole (m)
150
200
500
1000
2000
> 2000
25-50
50-100
100-125
125-150
150-200
>200
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 21
Di setiap perubahan kemiringan pipa, diameter dan perubahan arah aliran baik
vertikal maupun horizontal.
Di setiap pertemuan atau percabangan saluran.
Di setiap titik masuk dan titik keluar bangunan lain.
Manhole biasanya berbentuk lingkaran dengan dimensi didalamnya sehingga
pengawasan dan pembersihan dapat dilakukan tanpa kesulitan. Diameter
minimum di dalam adalah 4 ft (1,2 m) dengan tutup 2 ft (0,6 m).
Tabel 3.4 Ukuran Diameter Menurut Kedalaman (DPU, 1986)
Kedalaman Saluran (m) Diameter Manhole (mm)
< 0,8
0,8-2,5
> 2,5
0,75
1-1,2
1,2-1,8
Dimensi pondasi, dinding, dan komponen lain dari manhole tergantung dari
kedalaman, kondisi tanah, muatan dan materi yang digunakan. Dinding manhole
setidaknya mempunyai tebal 5-9 inchi (125 - 225 mm), tergantung dari material
yang digunakan. Untuk deep manhole atau kondisi tanah yang khusus, dibutuhkan
dinding yang lebih tebal. Dasar manhole biasanya dibuat dari beton dan sedikit
dimiringkan menjadi saluran terbuka. Sisi pada saluran berbentuk U harus cukup
tinggi untuk mencegah overflow dari air buangan pada lantai yang miring pada
manhole.
Materi yang biasa digunakan untuk membuat dinding manhole adalah batu bata,
blok beton solid, beton coran, dan precast concrete rings. Pada bagian ujung atas
dari dinding beton biasanya dibuat dari precast concrete. Hal ini untuk
memungkinkan satu ujung dari tutup diletakkan langsung di atas dinding manhole,
sehingga meningkatkan aksesibilitas.
Pemeliharaan dan perawatan merupakan faktor penting yang harus dimasukkan
dalam proses perancangan manhole. Pengawasan harus dilakukan agar manhole
tidak dapat dimasuki anak-anak dan orang lain yang tidak berkepentingan. Kotak
manhole dan tutup harus dibuat dari materi-materi yang kuat seperti reinforce-
concrete atau cast iron dengan berat 200 � 300 kg untuk menahan beban lalu lintas
jalan dan mencegah gangguan dari orang-orang yang tidak berkepentingan.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 22
Tutup biasanya mempunyai pori-pori yang berfungsi untuk ventilasi dan
melepaskan gas-gas yang terakumulasi. Tapi jika tutup manhole akan terendam
oleh run off, sebaiknya tidak menggunakan tutup berpori. Tutup manhole ini harus
jelas-jelas terlihat sehingga dapat dibedakan. Jika terjadi perbedaan penempatan
antara manhole dan pipa saluran yang tersambungkan, maka dapat digunakan
flexible joints untuk membantu mencegah pipa patah ataupun kebocoran pada
sambungan.
Faktor pemilihan manhole (Masduki, 2000) adalah sebagai berikut :
o Mudah diperbaiki atau diganti jika rusak akibat lalu lintas.
o Kuat menahan beban lain.
o Tersedia di pasaran.
o Dapat berfungsi sebagai ventilasi.
Persyaratan manhole :
o Bersifat padat dan kokoh.
o Kuat menahan gaya-gaya dari luar.
o Accessibility tinggi, tangga dari bahan anti korosi.
o Dinding terbuat dari beton atau pasangan batu bata atau batu kali. Jika
diameternya lebih dari 2,5 m, konstruksinya beton bertulang.
o Bagian atas dinding manhole sebagai peletakan tutup manhole merupakan
konstruksi yang fleksibel, agar dapat selalu disesuaikan dengan level
permukaan jalan yang mungkin berubah.
Cleanout dan manhole diperlukan untuk membersihkan dan menjaga sewer.
Cleanout disarankan pada manhole karena flushing hidrolis cukup untuk
membersihkan saluran dari timbunan organic solid, kecuali pada sambungan
utama, karena mahal dan sumber infiltrasi inflow dan pasir. Cleanout ditempatkan
pada seluruh upstream, interseksi jalur saluran, perubahan arah utama, titik
tertinggi dan interval 150 � 200 m pada bagian datar yang panjang.
III.11.2. Drop Manhole
Drop manhole digunakan apabila saluran yang datang (biasanya lateral),
memasuki manhole pada titik dengan ketinggian lebih dari 2 ft (0,6 m) di atas
saluran selanjutnya. Tujuan digunakannya drop manhole adalah untuk
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 23
menghindari penceburan atau splashing air buangan yang dapat merusak saluran
akibat penggerusan dan pelepasan H2S.
Dua jenis drop manhole yang sering digunakan :
a. Tipe Z (pipa drop 900)
b. Tipe Y (pipa drop 450)
Dua jenis drop manhole ini dapat dilihat pada gambar 3.11.
(A) (B)
Gambar 3.11 Manhole Riol Tipikal (A) dan Drop Manhole (B) (Masduki, 2000)
III.11.3. Belokan
Pembuatan belokan harus teliti karena pada belokan dapat terjadi kehilangan
energi yang cukup besar. Persyaratan yang perlu diperhatikan :
o Tidak boleh ada perubahan penampang melintang saluran.
o Dinding saluran selicin mungkin.
o Bentuk saluran harus seragam, baik radius maupun kemiringan saluran.
o Pembuatan manhole untuk mempermudah pemeriksaan terhadap clogging.
o Radius lengkung belokan yang sangat pendek perlu dihindari agar kehilangan
energi aliran dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk mengatasi masalah ini
perlu, ditentukan batas bentuk radius lengkungan dari pusat adalah lebih dari 3
kali diameter saluran.
III.11.4. Junction dan Transition
Junction berfungsi untuk menyambungkan satu atau lebih saluran cabang atau
pada titik temu dengan saluran induk. Junction ini dilengkapi dengan manhole
agar memudahkan pemeliharaan, karena lumpur selalu terakumulasi pada junction
sehingga dapat mengakibatkan penyumbatan.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 24
Transition berfungsi untuk menyambung saluran bila terjadi perubahan diameter
dan kemiringan. Transition ini juga dilengkapi dengan manhole.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh keduanya :
a) Dinding saluran harus selicin mungkin.
b) Kecepatan aliran dari setiap saluran harus seragam.
c) Pada junction diusahakan agar terjadi perubahan arah aliran jangan terlalu
tajam dan sudut pertemuan antara saluran cabang dan saluran induk kurang
dari 450.
III.11.5. Terminal Cleanout
Terminal cleanout ini berfungsi untuk memasukkan alat pembersih ke dalam
saluran dan untuk memasukkan air ke dalam saluran dalam rangka membersihkan
saluran tersebut.
III.11.6. Stasiun Pompa
Sumur pompa (lift station) dibutuhkan dalam situasi dimana posisi tangki berada
di bawah saluran, serta pada situasi dimana penggalian lebih dalam akan lebih
mahal daripada menyediakan lift station. Stasiun pompa (Gambar 3.8) dirancang
sederhana dengan pompa bertekanan dan berkapasitas rendah serta tahan korosi.
Jumlah dan lokasi stasiun pompa biasanya ditentukan dari perbandingan biaya
konstruksi dan operasi serta perawatan, dengan biaya konstruksi dan perawatan
saluran berdiameter besar dan dangkal.
Gambar 3.12 Stasiun Pompa (Mara, 1996)
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 25
III.11.7. Ventilasi
Ventilasi saluran air buangan diperlukan untuk (Metcalf and Eddy, 1981) :
a) Untuk mengeluarkan gas yang berbau yang terkumpul pada saluran.
b) Mencegah timbulnya H2S sebagai hasil proses dekomposisi zat organik di
dalam saluran.
c) Ruangan penampang air penggelontor (berhubungan dengan ujung atau
permulaan saluran pembuangan air kotor). Karena permulaan ini terletak
paling atas, maka terdapat gas-gas yang berbau yang dapat masuk ke tempat
penampungan air penggelontor. Oleh karena itu harus diberi tempat untuk
mengeluarkan gas-gas itu yaitu ventilasi.
d) Ventilasi diperlukan apabila waktu detensi air buangan dalam saluran lebih
dari 18 jam.
e) Diharapkan dapat mengatur tekanan di dalam saluran atau manhole dan
menyelaraskan dengan tekanan udara luar.
III.12. Dasar-Dasar Perhitungan
III.12.1. Debit Air Buangan Domestik Rata-rata
Dalam menentukan besarnya debit air buangan domestik di suatu daerah ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain :
o Proyeksi jumlah penduduk.
o Jenis pemakaian air bersih.
o Standar pemakaian air bersih.
o Faktor reduksi pemakaian air bersih menjadi menjadi air buangan.
Penentuan debit air buangan domestik diperoleh dari besarnya pemakaian air
bersih dengan memperhitungkan faktor kehilangan air (Metcalf and Eddy, 1991),
sehingga dirumuskan sebagai berikut :
amrata Qx85)%(60Q ���������������....(3. 6)
dimana Qrata = Debit air domestik rata-rata (l/detik)
Qam = Kebutuhan rata-rata air minum (l/detik)
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 26
III.12.2. Debit Infiltrasi
Pada pengaliran air buangan, air yang masuk ke dalam jalur perpipaan juga akan
bertambah, yaitu air yang berasal dari infiltrasi tanah, air hujan,dan air permukaan.
Debit infiltrasi air tanah berkisar 1-3 l/detik/1000 m panjang pipa, resapan air
tanah ke dalam sistem diperhitungkan dengan persamaan (Masduki, 2000) :
infinf qxLQ ��������������� �����(3. 7)
dimana Qinf = debit tambahan dari infiltrasi limpasan air hujan (l/detik)
L = panjang lajur pipa (m)
qinf = debit satuan infiltrasi dalam pipa.
Harganya antara 1-3 l/detik/km dari debit, diambil 2 l/detik/km
III.12.3. Debit Harian Maksimum
Besarnya harga debit harian maksimum (Qmd) bervariasi antara 1,1 � 1,25 dari
debit rata-rata air buangan (DPU, 1986). Rumus yang digunakan adalah (Masduki,
2000) :
ratamdmd QxfQ �������������������(3. 8)
dimana : Qmd = Debit air buangan maksimum dalam 1 hari (l/detik)
fmd = Faktor debit hari maksimum = 1,1-1,25
Qrata = Debit rata-rata air buangan (l/detik)
Sistem small bore sewer mempunyai debit maksimum (Qmax) sama besar dengan
debit rata-rata (Qr). Hal ini disebabkan adanya tangki interseptor yang berfungsi
juga sebagai penyeimbang aliran yang masuk ke saluran menjadi aliran rata-rata.
III.12.4. Debit Puncak
Aliran air buangan yang masuk ke saluran akan berkurang dalam tangki. Besarnya
pengurangan ini merupakan fungsi dari luas permukaan cairan tangki dan lamanya
waktu pembuangan ke dalam tangki. Berdasarkan penelitian yang ada, besarnya
faktor puncak (fp) mencapai 1,2-1,3 bahkan 2 (Otis dan Mara, 1986). Rumus yang
digunakan adalah (Masduki, 2000):
prp fxQQ ������������.......��������...(3. 9)
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 27
dimana : Qp = Debit puncak (l/detik)
fp = Faktor puncak = 1,2-2
Dalam perencanaan ini digunakan faktor puncak 1,5 karena merupakan nilai yang
dianjurkan untuk desain (Mara, 1996).
III.12.5. Debit Minimum
Perhitungan debit minimum dari air buangan diperlukan dalam perencanaan
penyaluran dan instalasi pengolahan air buangan, karena pada kondisi ini aliran
akan menjadi kecil. Hal ini dapat menimbulkan pengaruh pada saluran air
buangan yaitu :
o Aliran menjadi lambat dan memungkinkan terjadinya pengendapan partikel di
dalam saluran.
o Adanya pengendapan dan aliran yang lambat akan menimbulkan pembusukan
zat-zat organik yang terdapat di dalam air buangan tersebut oleh aktivitas
bakteri.
o Perlu atau tidaknya suatu bangunan penggelontor dengan mengetahui kondisi
aliran minimum.
Debit minimum diperoleh dari persamaan :
rataminmin QxfQ ������������......������...(3.10)
dimana : Qmin = Debit hari minimum (l/detik)
fmin = Faktor debit hari minimum = 0,3-0,5
III.12.6. Debit Perencanaan
Dalam desain penyaluran dan instalasi pengolahan air buangan debit perencanaan
yang merupakan akumulasi debit puncak dengan debit infiltrasi (Masduki, 2000) :
infpdesain QQQ ������������......������..(3. 11)
III.12.7. Prinsip-Prinsip Hidrolika
Prinsip-prinsip hidrolika yang digunakan (Masduki, 2000) adalah :
A. Persamaan Kontinuitas
Dalam aliran tunak bertekanan, persamaan kontinuitas adalah sebagai berikut :
Q = A1 x V1 = A2 x V2 = tetap������......��..�����.(3. 12)
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 28
B. Persamaan Manning
Persamaan Manning ini paling umum dan cocok dipakai dalam pipa riol aliran
terbuka atau aliran penuh.
21
32
SxRxn
1V ����������.�......�������(3. 13)
Untuk menghitung diameter pipa yang diperlukan, digunakan Persamaan
Manning yang diturunkan hingga diperoleh persamaan :
8
3
desain
Sx0,312
QD
������..�����......�..����..(3. 14)
III.13. Pengaliran Air Buangan
III.13.1. Faktor-Faktor Pengaliran Air Buangan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar air buangan di dalam saluran dapat
mengalir dengan lancar menuju Instalasi Pengolahan Air Buangan adalah :
o Kemiringan saluran (S).
o Luas penampang melintang saluran (A).
o Kekasaran dari permukaan dalam saluran (n).
o Kondisi pengaliran.
o Ada atau tidaknya rintangan-rintangan, belokan-belokan.
o Karakteristik, spesifik gravity dan viskositas dari cairan.
III.13.2. Jenis Pengaliran
Di dalam penyaluran air buangan dikenal dua jenis aliran, yaitu :
1. Pengaliran yang mengalami tekanan.
Yaitu pengaliran yang terjadi dalam pipa akibat adanya pemompaan (tekanan
hidrolis) di dalam saluran tertutup, karena muka air tidak berhubungan secara
bebas dengan tekanan atmosfer.
Kondisi aliran bertekanan ini hanya boleh diterapkan bila keadaan memaksa,
misalnya pada instalasi pemompaan yang berguna untuk meningkatkan
kembali head tekanan akibat kehilangan energi.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 29
Kekurangan pengaliran ini adalah dapat menyebabkan pipa saluran penuh
berisi air buangan yang mengakibatkan kondisi anaerob terjadi. Kondisi
anaerob akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbahaya seperti H2S
(Sulfida) dan CH4 (Metan) akibat proses penguraian.
2. Pengaliran bersifat terbuka dalam saluran tertutup.
Yaitu pengaliran secara gravitasi, karena permukaan air buangan pada saluran
berhubungan dengan udara bebas.
III.13.3. Syarat Pengaliran Di Dalam Saluran
Syarat pengaliran yang harus diperhatikan pada perencanaan jaringan pengaliran
air buangan adalah sebagai berikut :
a) Pengaliran air buangan harus secara gravitasi.
b) Aliran harus dapat membawa material yang ada di dalam saluran meskipun
pada saat kondisi debit minimum.
c) Dianjurkan dapat membersihkan saluran sendiri (self cleansing), dengan
kecepatan yang disyaratkan atau dengan kecepatan yang tidak menimbulkan
kerusakan pada permukaan saluran.
d) Pengaliran dapat mensirkulasikan udara atau gas-gas sehingga tidak
terakumulasi dalam saluran.
e) Waktu detensi air buangan di dalam saluran tidak boleh melebihi 18 jam.
Ketentuan ini didasarkan pada karakteristik mikroorganisme pereduksi yang
dapat melangsungkan dekomposisi sehingga senyawa-senyawa dalam air
buangan dapat menjadi senyawa septik.
III.13.4. Kecepatan Aliran
Persyaratan bagi kecepatan yang mengalir dalam perpipaan air buangan adalah
sebagai berikut :
- Tidak menimbulkan penggerusan pada dinding pipa (abrasi).
- Tidak menimbulkan pengendapan atau pergerakan pada dasar saluran.
- Tidak menimbulkan gas H2S.
Batas kecepatan aliran (Masduki, 2000) pada saat debit puncak (Qp) adalah :
a. Kecepatan maksimum pada saat debit puncak.
o Aliran mengandung pasir atau padatan dengan konsentrasi tinggi,
Vmax = 2,0 m/detik.
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 30
o Aliran mengandung pasir atau padatan dengan konsentrasi rendah,
Vmax = 3,0 m/detik.
b. Kecepatan minimum pada debit puncak.
o Aliran yang mengandung padatan, Vmin = 0,9 m/detik (daerah tropis).
o Aliran yang mengandung pasir berdiameter kecil, Vmin = 0,3 m/detik.
III.13.5 Kedalaman Aliran
Kedalaman aliran sangat berpengaruh terhadap kelancaran airan, karena hal ini
menentukan terangkat tidaknya partikel atau padatan yang ada di dalam air
buangan. Untuk sistem small bore sewer, batasan kedalaman tidak ada karena
padatan atau pertikel yang terdapat dalam aliran sangat kecil sehingga tidak
membutuhkan kedalaman berenang minimum. Sedangkan untuk conventional
sewer ditetapkan batasan kedalaman berenang 5 cm. Jika kedalaman ini tidak
tercapai pada saat Qmin maka saluran perlu digelontor.
Penetapan kedalaman maksimum diambil rasio d/D = 0,8, karena pada batas
tersebut kecepatan aliran adalah maksimum (Masduki, 2000). Sehingga dalam
perencanaan diusahakan pada saat debit puncak kedalaman maksimum ini dapat
tercapai.
Tabel 3.5 Ringkasan Rumus-Rumus Yang Digunakan
No. Parameter Persamaan Sumber
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Debit Rata-rata, Qr
Debit Puncak, Qp
Debit Infiltrasi, Qinf
Debit Desain, Qdes
Kontrol Kecepatan
Kecepatan Minimum
Kecepatan Maksimum
Diameter Pipa, D
Debit saat penuh, Qfull
Kedalaman air pada awal pipa
0,8 X Qam
1,5 X Qr
2 l/detik/1000 m
Qp + Qinf
V = 1/n .R2/3 .S1/2
0,3 m/detik
3,0 m/detik
83
desain
S.0.312
QD
A . Vfull
d/D = 0,6 → SBS
Metcalf and Eddy,1991
Masduki, 2000
Masduki, 2000
Masduki, 2000
Masduki, 2000
Masduki, 2000
Masduki, 2000
Masduki, 2000
Masduki, 2000
Masduki, 2000
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 31
III.14. Kriteria Perencanaan
Kriteria dasar perencanaan sistem ini merupakan parameter utama yang menjadi
dasar untuk memilih sistem pengelolaan air buangan sekaligus teknologi yang sesuai
dengan kondisi masyarakat di Ujung Berung Regency. Ada beberapa kriteria utama
(DPU, 1993) yaitu:
III.14.1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan salah satu kriteria yang diperlukan untuk
menentukan jenis pengolahan air buangan yang berhubungan dengan ketersediaan
air bersih. Ada empat tingkatan kepadatan penduduk, yaitu :
- Rendah : < 150 jiwa / Ha
- Sedang : 150 � 300 jiwa / Ha
- Tinggi : 300 � 500 jiwa / Ha
- Sangat tinggi : > 500 jiwa / Ha
III.14.2. Suplai Air Bersih
Selain kepadatan penduduk yang menentukan jenis pengolahan air buangan,
suplai air bersih kepada penghuni pemukiman juga menjadi kriteria penting dalam
mendesain penyaluran dan pengolahan air buangan. Ada tiga kriteria yang harus
diperhatikan, yaitu :
- Suplai rendah : < 30 %
- Suplai sedang : 30 � 60 %
- Suplai tinggi : > 60 %
Lingkungan dengan kepadatan sangat tinggi mendapat suplai air bersih dari
PDAM. Karena pemakaian air tanah sebagai air bersih yang bebas dari
pencemaran tidak mungkin dilakukan. Untuk lingkungan dengan kepadatan tinggi
perlu disediakan fasilitas keran umum, karena masih adanya resiko pencemaran
air tanah yang digunakan sebagai sumber air bersih. Untuk lingkungan dengan
kepadatan sedang minimum 50 % mendapat suplai air bersih. Untuk lingkungan
dengan kepadatan rendah, penggunaan air tanah sebagai sumber air bersih dapat
dipertahankan jika muka air tanah pada musim hujan kurang dari 4 m, sehingga
kemungkinan pencemaran akibat penerapan sistem on-site sanitation masih dapat
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 32
dihindarkan. Dengan pertimbangan parameter kepadatan penduduk dan suplai air
minum dapat diperoleh kemungkinan sistem yang dipakai serta alasannya yang
disajikan pada Tabel 3.6.
III.14.3. Tinggi Muka Air Tanah
Jika kedalaman air tanah lebih dari 1,5 m dari permukaan pada saat musim hujan,
maka desain cubluk memadai tanpa mengakibatkan pencemaran air tanah. Jika
tinggi muka air tanah kurang dari 10 m, lebih tepat jika digunakan sistem sanitasi
terpusat untuk menghindari pencemaran air tanah. Air tanah tidak akan tercemar
jika jarak sumur penampung dengan sumur gali lebih dari 10 m.
III.14.4. Kemiringan Tanah
Sistem sewerage akan sangat mahal jika slope tanah kurang dari 2,5 %.
III.14.5. Permeabilitas Tanah
Sistem setempat dapat diterapkan di daerah perencanaan jika memiliki angka
permeabilitas tanah (K) kurang dari 10-6 m/detik. Jika tanah sangat kedap air,
maka air tidak bisa dibuang ke bidang resapan. Dianjurkan agar buangan rumah
tangga tidak dialirkan ke septic tank karena septic tank tidak akan mampu
menampung air buangan dan bidang resapan tidak segera menyerap air tanah ke
dalam tanah sesuai tujuan yang diharapkan. Tabel 3.7 di bawah memberikan
angka-angka kecepatan perkolasi dan infiltrasi untuk saluran dan bidang resapan.
Tabel 3.6 Kriteria Dasar Pemilihan Sistem Dengan Metodenya (Dirjen Cipta Karya, 1993)
No. Kepadatan (jiwa/Ha)
Suplai Air Bersih
Metode Alasan Keterangan
1. Rendah (<150)
Rendah (<30%)
On-site sanitation pribadi
Pencemaan kecil
Masyarakat berpendapatan
rendah
2. Sedang
(150-300) Rendah (<30%)
On-site sanitation bersama
Menekan biaya pengelolaan
fasilitas
Masyarakat berpendapatan rendah-sedang
3. Tinggi
(300-500) Rendah (<30%)
On-site sanitation komunal
Menekan biaya pengadaan
fasilitas
Masyarakat berpendapatan
rendah
4. Sangat Tinggi (>500)
Rendah (<30%)
On-site sanitation dengan kakus umum
Lahan terbatas Masyarakat
berpendapatan rendah
5. Rendah (0-150)
Sedang (30-60%)
On-site sanitation pribadi
Lahan ada, pencemaran belum ada
Masyarakat berpendapatan
sedang
6. Sedang
(150-300) Sedang
(30-60%) On-site sanitation pribadi/komunal
Lahan ada, mencegah
pencemaran
Masyarakat berpendapatan
sedang
BAB III � Tinjauan Pustaka
Erika Herliana (15303020) III - 33
No. Kepadatan (jiwa/Ha)
Suplai Air Bersih
Metode Alasan Keterangan
7. Tinggi
(300-500) Sedang
(30-60%)
On-site sanitation dengan pengaliran dan
suplai air
Menghindari pencemaran sekitarnya
Masyarakat berpendapatan sedang, mampu
bayar
8. Sangat Tinggi (>500)
Sedang (30-60%)
On-site sanitation dengan kakus umum dan
off-site sanitation dengan suplai air
Masyarakat tidak mampu
membayar retribusi
Masyarakat berpendapatan
rendah
9. Rendah (0-150)
Besar (>60%)
On-site sanitation pribadi
Lahan ada Masyarakat
berpendapatan tinggi
10. Sedang
(150-300) Besar
(>60%) off-site sanitation dengan sewerage
Lingkungan teratur
Masyarakat berpendapatan sedang-tinggi
11. Tinggi
(300-500) Besar
(>60%) off-site sanitation dengan sewerage
Pemukiman teratur, lahan untuk on-site
Masyarakat berpendapatan
sedang
12. Sangat Tinggi (>500)
Besar (>60%)
off-site sanitation Lahan sedang,
tidak aman untuk on-site
Masyarakat berpendapatan
sedang
Tabel 3.7 Kecepatan Perkolasi dan Infiltrasi Terhadap Susunan Tanah (DPU, 1993)
Susunan Tanah Kecepatan Perkolasi
(menit/cm)
Kecepatan Infiltrasi
(l/m2/hari)
Kerikil kasar
Pasir
Lempung
< 1
1-16
61-120
Tidak cocok
30
5