bab iii1
TRANSCRIPT
BAB IV
TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIS, BIDANG
GARAPAN DAN PROFESI
A. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIS.
Teknologi Pendidikan sebagai konstruk teoritik (theoretical construct) mencakup
serangkaian ide dan prinsip bagaimana cara pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan
dengan menggunakan teknologi. Istilah teori yang dalam pembicaraan sehari-hari sering
digunakan sebagai lawan kata praktek, mempunyai arti yang jelas, yaitu: suatu prinsip umum
yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu
pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah fakta, suatu prinsip atau
serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil
baru berdasarkan fakta tersebut.
Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang,
prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang,
melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar
manusia. Karakteristik teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Adanya gejala yang belum dipahami, Harus masih ada beberapa gejala yang belum
dipahami sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang.
2. Menjelaskan,Sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau bagaimana
gejala itu terjadi (sebagai kebalikan dari penegasan sederhana terhadap eksistensi
suatu gejala).
3. Merangkum, Sebuah teori memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui,
tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empirik konsep dan generalisasi.
4. Memberikan orientasi, Menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan diteliti
(dipelajari) serta membedakan antara data relevan dengan data yang tidak relevan.
5. Mensistematiskan, Memberikan skema untuk mensistematiskan, mengklasifikasikan
dan menghubungkan segala gejala, postulat dan segala dalil yang serasi.
6. Mengidentifikasi kesenjangan, Mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan
atau belum dipecahkan pada masa kini maupun untuk studi di masa mendatang.
7. Melahirkan strategi untuk keperluan riset, Memberikan dasar untuk merumuskan
hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam bedasar atas penjelasan
tersebut.
8. Prediksi, Dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa diketahui bedasar
atas data empirik sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi fakta yang baru
dan hipotesis yang belum diketahui pada saat sekarang.
Teknologi Pendidikan suatu proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur,
gagasan, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan dan cara
pemecahan, mengimplementasikan,mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang
berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah teknologi pendidikan
adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan untuk menciptakan
kegiatan belajar.
Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam
memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun demikian pendekatan baru tersebut
merupakan penjabaran dan perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara
langsung masih berhubungan dengan definisi dan deskripsi bidang teknologi pendidikan yang
dihasikan sebelumnya.
B. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI BIDANG GARAPAN.
Teknologi Pendidikan sebagai bidang garapan merupakan aplikasi dari ide dan prinsip
teoritik untuk memecahkan masalah kongkrit dalam bidang pendidikan dan pembelajaran
(teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang yang
digunakan dan klien yang dilayani). Lingkungan kegiatan yang merangkum komponen
konsep, keterampilan dan prosedur serta memadukannya dalam bentuk aplikasi baru.
Ada tiga persyaratan atau karakteristik tambahan pada bidang garapan, yaitu :
1. Teknik Intelektual.
Adalah pendekatan yang digunakan oleh seseorang dalam mencri pemecahan
masalah. Tiap fungsi pengembangan dan manajeman mempunyai teknik tersendiri yang
berkaitan dengannya. Teknik tersendiri dari teknologi pendidikan adalah lebih dari jumlah
bagian-bagiannya. Teknik itu melibatkan perpaduan sistematik masing-masing teknologi dari
fungsi-fungsi tersebut dan saling keterhubungannya dalam satu proses terpadu dan kompleks
untuk mengadakan analisis keseluruhan masalah-masalah dan kemudian menciptakan
metode-metode pemecahan baru.
Teknologi ini menghasilkan suatu akibat sinergistik, dengan menghasilkan keluaran-
keluaran diluar dugaan berbeda jika didasarkan pada unsur-unsur yang bekerja secara
terpisah dan sendiri-sendiri. Teknik intelektual yang asli itu merupakan suatu yang khas dari
teknologi pendidikan dan tidak ada bidang lain yang mempergunakannya.
2. Aplikasi Praktis.
Mencakup usaha merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide, dan proses.
Aplikasi itu menghasilkan produk yang dapat dilihat. Sebagai contoh, seseorang yang benar-
benar melaksanakan eksperimen ilmiah atau melaksanakan kegiatan pengembangan
instruksional sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam mengaplikasikan
teknik intelektual. Kecuali itu aplikasi praktis menunjukkan bagaimana teknis intelektual itu
dioperasionalkan dalam konteks struktur organisasi dan institusi dimana bidang garapan itu
beroperasi.
3. Keunikan.
Berhubung definisi tersebut menunjukkan bahwa suatu bidang garapan memadukan
teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh definisi tersebut haruslah
merupakan hal unik bagi bidang garapan tersebut. Haruslah tercermin karakteristik khusus
yang tidak bisa dijumpai pada bidang yang lain. Jika definisi tesebut dapat mewujudkan
adanya teknik intelektual dan aplikasi praktis yang unik.
Jadi, definisi teknologi pendidikan sebagai bidang garapan, pertama-tama harus
mendefinisikannya sebagai konstruk teoritik, kemudian mengidentifikasi teknik intelektual
dan aplikasi praktis, serta kesemuanya menunjukkan keunikan bidang garapan teknologi
pendidikan.
C. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI PROFESI.
Teknologi Pendidikan sebagai profesi adaah suatu kelompok pelaksana yang
diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas tertentu, dan bergabung untuk
membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.
Syarat-syarat untuk mendefinisikan semua karakteristik profesi lainnya :
1. Latihan dan Sertifikasi.
Latihan dalam waktu yang lama diperlukan untuk mengembangkan spesialisasi dan
teknisi dalam profesi tersebut. Harus ada beberapa ketentuan tentang sifat-sifat latihan, baik
melalui peraturan pemerintah maupun melalui suatu sistem akreditasi terhadap lembaga-
lembaga latihan yang meliputi sifat dan isi pendidikan professional, standar sertifikasi,
standar dan ketentuan penerimaan calon penerima latihan, serta penempatan.
2. Standar dan Etika.
Perumusan etika menunjukkan bagaimana anggota profesi itu harus bertingkah laku.
Seperangkat standar harus memberikan petunjuk mengenai bahan, peralatan, dan fasilitas
yang digunakan oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Namun demikian, publikasi kode
etik dan buku petunjuk tentang standar itu sendiri tidaklah dapat memberi jaminan apa-apa.
Profesionalisasi itu terjadi bilamana dimungkinkan adanya pemaksaan yang kuat untuk
melaksanakannya.
3. Kepemimpinan.
Kepemimpinan diperlukan untuk memanfaatkan setepat-tepatnya penemuan-
penemuan yang ada sekarang yang melihat kecenderungan di masa mendatang. Namun
demikian untuk menghindari keadaan banyaknya inovasi yang ada sekarang yang membuat
pusing karena desakan dari luar kita, maka kepemimpinan ini harus datang dari profesi ini
sendiri.
4. Asosiasi dan Komunikasi.
Organisasi profesi yang kuat diperlukan untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan karakteristik lainnya terutama standar dan etika, kepemimpinan dan
latihan. Hanya organisasi yang kuat yang dapat melaksanakan dengan sungguh-sungguh
aplikasi praktis, standar dan etika.
5. Pengakuan Sebagai Profesi.
Anggota profesi harus mempercayai adanya profesi dan bahwa mereka menjadi
anggotanya. Eksistensi suatu profesi tidak dapat dipercayakan begitu saja kepada para
pelaksana. Mereka harus menginginkan berdirinya dan mengakui pentingnya organisasi
profesi. Mereka harus benar-benar menyadari akan keanggotaannya dalam organisasi profesi
tersebut. Kesadaran ini dimanifestasikan dalam bentuk berdirinya asosiasi, terjelmanya ciri-
ciri profesi lainnya dan penghargaan masyarakat umum terhadap para pelaksana bahwa ada
organisasi profesi dimana mereka menjadi anggotanya.
6. Tanggung Jawab Profesi.
Tidaklah cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar menggunakan teknik
intelektual untuk diaplikasikan secara praktis. Profesi harus juga mempertanggungjawabkan
penggunaan teknik intelektual tesebut. Profesi harus bertanggungjawab atas penggunaan
teknik intelektual dalam bekerja di masyarakat. Hendaknya senantiasa diadakan pengkajian
tentang nilai kegunaannya dan jika mungkin mengambil sikap yang pasti tehadap masalah-
masalah sosial yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan profesi tersebut.
7. Hubungan dengan Profesi Lain.
Mungkin saja terdapat lebih dari satu profesi yang bekerja dalam bidang garapan
teknologi pendidikan ini. Masing-masing profesi ini satu sama lain berhubungan baik secara
eksplisit maupun implisit dalam beroperasi di bidang garapan tersebut. Hubungan ini harus
diketahui diidentifikasi dan dikembangkan.
Orang yang dikatakan menjadi anggota profesi TP jika mereka memenuhi kriteria yang
ditentukan oleh profesi TP, yaitu :
a. Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melaksanakan salah satu profesi
TP.
b. Setuju terhadap standard an etika profesi TP.
c. Mendapat latihan dan sertifikasi.
d. Terlibat dalam pengembangan kemampuan.
e. Menjadi anggota asosiasi dan berpartisipasi dalam proses komunikasi.
f. Menyadari bahwa ia menjadi anggota profesi TP.
g. Memperhatikan profesi dengan megkaji hasil-hasil penerapan keterampilan.
h. Menghargai nilai-nilai yang dianut oleh profesi
Kerangka Konseptual Teknologi Pendidikan Asumsi Dasar :
a. Masyarakat modern ditandai dengan tingkat teknologi yang tinggi dan rumit.
b. Kebudayaan teknologi adalah kebudayaan yang mencari pemecahan masalah
dengan memanfaatkan teknologi.
c. Suatu teknologi pembelajaran baru telah dikembangkan melalui riset dasar dan
praktek lapangan.
d. Teknologi pendidikan baru dipandang mampu dan memenuhi syarat untuk
memecahkan masalah-masalah pokok yang berhubungan dengan pembelajaran,
organisasi dan fasilitas dan administrasi di sekolah.
e. Penerapan teknologi baru akan membawa perubahan yang berpengaruh terhadap
administrasi, organisasi dan fasilitas fisik di sekolah.
f. Metode pembelajaran akan mengalami perubahan besar, terutama dalam hal
penyampaian informasi dan pengelolaan yang menyangkut pengaturan
kemungkinan penguatan.
g. Peranan dan kegiatan guru/siswa akan mengalami perubahan sehubungan dengan
adanya perubahan teknologi ini.
h. Suatu profesi baru diperlukan untuk berperan sebagai pemimpin dalam
penyusunan desain, implementasi dan evaluasi program pendidikan yang
memanfaatkan teknologi pendidikan.
D. PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI PENGEMBANG TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN.
1. Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan.
Posisi profesi teknologi pendidikan tidak jauh dari pendidikan itu sendiri. Apabila kita
kaitkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994 dengan UU No. 20 Tahun 2003,
maka tampak suatu hubungan yang jelas. Dalam AECT 1994 disebutkan bahwa :
“Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,
pemanfaatan , pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”.
Ada beberapa kata dalam definisi di atas terdapat juga di dalam UU No. 20 Tahun
2003 atau yang mempunyai makna yang sama, yaitu pengelolaan, pengembangan dan
pelayanan teknis dan semuanya itu tergolong sebagai tenaga kependidikan.
Tenaga kependidikan yang juga sebagai profesi teknologi pendidikan berada dalam
lingkungan kependidikan. Posisi profesi teknologi pendidikan berdampingan dengan profesi-
profesi lainnya dalam bidang pendidikan. Terlihat juga pendidik dikelilingi oleh profesi-
profesi lainnya.
Fungsi profesi teknologi pendidikan memfasilitasi kegiatan belajar manusia melalui
pendekatan-pendekatan atau cara-cara tertentu. Dengan demikian profesi teknologi
pendidikan dapat menjadikan orang bertambah dalam kegiatan belajar sekaligus menjadikan
orang bertambah cerdas baik dari jumlah orang yang cerdas maupun mutu dari kecerdasan itu
sendiri. Dengan kecerdasan ini berarti akan meningkatkan nilai tambah seseorang sebagai
sumber daya manusia, mengatasi masalah belajar baik individu ataupun kelompok, dan juga
akan meningkatkan kinerja.
Pembelajaran di sekolah, secara umum, fakta yang terjadi adalah masih bersifat
teacher-centered. Dimana guru masih menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi
penonton utama (datang, duduk, catat, dengar, ujian, lulus/tidak). Nah, teknolog
pembelajaran memiliki posisi dan peran disini dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi dan
kemenarikan pembelajaran.
Di sekolah, peran teknolog pembelajaran menjadi change agent untuk hal ini. Ketika
berperan sebagai desainer pembelajaran, teknolog pembelajaran berperan dalam menyusun
KTSP yang baik, menyusun silabus dan RPP yang baik, menyusun strategi pembelajaran
yang menarik, menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif. tentu saja bekerjasama dengan
stakeholders terkait, khususnya guru yang lain.
Begitu pula dari sisi kawasan pemanfaatan, teknolog pembelajaran dapat berperean
dalam memilih, menentukan dan menerapkan media pembelajaran yang relevan untuk
kebutuhan pembelajaran tertentu. Begitu pula halnya dari sisi kawasan pengembangan,
pengelolaan dan evaluasi.
Profesi teknologi pendidikan, sebagaimana halnya semua profesi yang baru,
menghadapi tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengakuan atas profesi
teknologi pendidikan. Pengakuan profesi tersebut selalu dikaitkan dengan jabatan fungsional
sebagai pegawai negeri. Padahal pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada prinsipnya
tidak mendidik calon pegawai negeri, melainkan mereka yang mampu mengabdi dan
berkarya untuk mengatasi masalah belajar dimana saja. Jadi kita harus mengikuti pengakuan
profesi sebagai jabatan fungsional pegawai negeri.
2. Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Pengembangan Teknologi Pembelajaran.
Teknologi pembelajaran memilki lima kawasan yang menjadi bidang garapannya,
yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, evaluasi sumber dan proses belajar.
Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan
tersebut.
Abdul Gafur dalam Dewi Salma (2004), menyatakan bahwa aplikasi teknologi
pembelajaran adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi
pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks.
Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi
teknologi pembelajaran kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran
dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar, dan yang secara tegas
dinyatakan, adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan
kemungkinan belajar. Pemecahan ini berbentuk sumber belajar, sumber ini baik yang sengaja
dirancang maupun yang dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang
tersedia untuk berinteraksi dengan si-belajar.
Produk ini merupakan bukti penerapan teknologi pendidikan yang paling jelas.
Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga merupakan bukti penerapan praktis
teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi tersebut mempunyai kegiatan dan hasil khusus,
yang dapat diukur dan dilihat.
Dengan demikian orang dapat melihat seseorang yang sedang melakukan penilaian
kebutuhan, memproduksi film, mengkatalogkan bahan-ajaran, berinteraksi dengan si belajar,
mengelola orang lain dan sebagainya. Kegiatan nyata dari kegiatan tersebut yang
membuahkan hasil, juga merupakan bukti bahwa teknologi telah diaplikasikan dalam
pendidikan (AECT, 1977).
Menurut Seels dan Richey (1994), mempraktikan teknologi pembelajaran akan
berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan atau menyulitkan praktik itu sendiri.
Elemen-elemen tersebut yaitu :
a. Jenis materi pembelajaran.
b. Sifat atau karakteristik pembelajaran.
c. Organisasi dimana pembelajaran berlangsung.
d. Kemampuan sarana yang tersedia.
e. Keahlian para praktisi.
Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi.
Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama berhasil diciptakan, teknologi
pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan
berbagai alat yang merubah dunia dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam
perang dunia II hingga internet sebagai jaringan informasi publik global yang mampu
menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer yang
terhubung dengan jaringan.
Fenomena yang juga banyak disebut sebagai revolusi digital inilah yang mampu
meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat manusia akan segera memasuki sebuah era
baru yang diintrodusir sebagai informasi.
Peluang pekerjaan para teknolog pendidikan biasanya ditentukan oleh struktur dan
tujuan dari lingkungan kerja tertentu dengan merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga
tersebut. Seal dan Glasgow dalam Barbara Seels (1994), menguraikan pangsa pasar kerja
dengan membedakan dua peran yaitu penelliti dan praktisi.
Lingkup teknologi pendidikan yang sangat luas tidak memungkinkan seseorang untuk
menguasai keahlian dalam setiap kegiatan dalam kawasan. Keadaan ini berlaku bagi peneliti
maupun praktisi. Kebanyakan teknolog pendidikan mempunyai pekerjaan yang menuntut
keahlian khusus dalam satu atau dua bidang, misalnya desain dan pengembangan teknologi
tertentu atau pemanfaatan media.
Dalam konsep tenaga profesi teknologi pendidikan saat ini sudah ada pengakuannya
oleh pemerintah, dikenal perjenjangan. Jabatan fungsional Pengembang Teknologi
Pendidikan menjabarkan peringkat profesi dalam 13 jenjang, mulai dari assisten Pengembang
Teknologi Pendidikan Pratama hingga Pengembang Teknologi Pendidikan Utama.
Perjenjangan ini dilengkapi dengan persyaratan pendidikan dan pelatihan.
3. Aplikasi Teknologi Pembelajaran.
Teknologi pembelajaran memilki lima kawasan yang menjadi bidang garapannya,
yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, evaluasi sumber dan proses belajar.
Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan
tersebut.
Abdul Gafur dalam Dewi Salma (2004), menyatakan bahwa aplikasi teknologi
pembelajaran adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi
pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa
demi menjaga keutuhan definisi teknologi pembelajaran kegiatan-kegiatan dalam setiap
kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber
pembelajaran.
Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar, dan yang secara tegas
dinyatakan, adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan
kemungkinan belajar. Pemecahan ini berbentuk sumber belajar, sumber ini baik yang sengaja
dirancang maupun yang dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang
tersedia untuk berinteraksi dengan si-belajar.
Produk ini merupakan bukti penerapan teknologi pendidikan yang paling jelas.
Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga merupakan bukti penerapan praktis
teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi tersebut mempunyai kegiatan dan hasil khusus,
yang dapat diukur dan dilihat. Dengan demikian orang dapat melihat seseorang yang sedang
melakukan penilaian kebutuhan, memproduksi film, mengkatalogkan bahan-ajaran,
berinteraksi dengan si belajar, mengelola orang lain dan sebagainya. Kegiatan nyata dari
kegiatan tersebut yang membuahkan hasil, juga merupakan bukti bahwa teknologi telah
diaplikasikan dalam pendidikan (AECT, 1977).
Masih menurut Seels dan Richey (1994), seiring dengan perkembangan pesat
teknologi pembelajaran tersebut, berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran.
Hal ini juga mempunyai dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang
teknologi pembelajaran.
Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan ragam praktik
teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur
dasar bidang studi. Kelima kawasan umum dalam teknologi pembelajaran masih tetap sesuai
dengan konteks masing-masing kerja.
Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan, isi yang
digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan. Teknologi pembelajaran telah
berkembang dari sekedar keterampilan menjadi profesi dan kemudian menjadi bidang kajian.
E. KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM BIDANG PENELITIAN.
Suatu bidang kajian, seperti halnya teknologi pendidikan, hanya berhak menyatakan
dirinya sebagai suatu disiplin keilmuan apabila ditunjang oleh dan memberikan kesempatan
untuk dilakukannya beragam penelitian yang mengungkapkan objek formal yang menjadi
garapannya, yaitu belajar pada manusia. Karena pada hakikatnya semua penelitian itu
merupakan syarat bagi suatu bidang kajian dari suatu disiplin ilmu, selain itu juga untuk
mengungkap kebenaran (Miarso, 2007: 209).
Kawasan penelitian teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan
hampir tidak terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan pemecahan masalah belajar.
Dasar pertimbangan kesimpulan ini adalah sebagai berikut (Miarso, 2007: 204) :
1. Belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, baik secara perorangan (individu) maupun
secara kelompok.
2. Belajar dapat dilakukan mengenai apa saja, meskipun yang menjadi perhatian utama
kita adalah yang bertujuan, terarah, dan disengaja serta yang sesuai dengan norma dan
nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
3. Belajar dapat berlangsung kapan saja, sejak dalam kandungan hingga akhir hayat.
4. Belajar dapat dilaksanakan dimana saja, di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di
tempat ibadah, di masyarakat luas.
5. Belajar dapat berlangsung dengan cara bagaimana saja (aneka proses), baik dilakukan
secara individu maupun secara massal.
6. Belajar dapat dilakukan dengan rangsangan internal dan eksternal, yaitu dari dalam
diri sendiri atau dari apa dan siapa saja di luar diri (aneka sumber).
7. Belajar dapat dilakukan untuk kepentingan apa saja, tentunya yang bermanfaat untuk
diri sendiri dan lingkungannya.
8. Kawasan teknologi pendidikan meliputi teori dan praktik dalam merancang,
mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses, sumber dan sistem
belajar.
Pemecahan masalah belajar secara empirik dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi dan prosedur.