bab iii1

17
BAB IV TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIS, BIDANG GARAPAN DAN PROFESI A. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIS. Teknologi Pendidikan sebagai konstruk teoritik (theoretical construct) mencakup serangkaian ide dan prinsip bagaimana cara pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan dengan menggunakan teknologi. Istilah teori yang dalam pembicaraan sehari-hari sering digunakan sebagai lawan kata praktek, mempunyai arti yang jelas, yaitu: suatu prinsip umum yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah fakta, suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil baru berdasarkan fakta tersebut. Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar manusia. Karakteristik teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Adanya gejala yang belum dipahami, Harus masih ada beberapa gejala yang belum dipahami sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang. 2. Menjelaskan,Sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau bagaimana gejala itu terjadi (sebagai

Upload: b4rret

Post on 06-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III1

BAB IV

TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIS, BIDANG

GARAPAN DAN PROFESI

A. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI KONSTRUK TEORITIS.

Teknologi Pendidikan sebagai konstruk teoritik (theoretical construct) mencakup

serangkaian ide dan prinsip bagaimana cara pendidikan dan pembelajaran harus dilaksanakan

dengan menggunakan teknologi. Istilah teori yang dalam pembicaraan sehari-hari sering

digunakan sebagai lawan kata praktek, mempunyai arti yang jelas, yaitu: suatu prinsip umum

yang didukung oleh data sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala atau suatu

pernyataan tentang hubungan yang berlaku terhadap sejumlah fakta, suatu prinsip atau

serangkaian prinsip yang menerangkan hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil

baru berdasarkan fakta tersebut.

Teknologi Pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang,

prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan merancang,

melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar

manusia. Karakteristik teori dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Adanya gejala yang belum dipahami, Harus masih ada beberapa gejala yang belum

dipahami sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang.

2. Menjelaskan,Sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau bagaimana

gejala itu terjadi (sebagai kebalikan dari penegasan sederhana terhadap eksistensi

suatu gejala).

3. Merangkum, Sebuah teori memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui,

tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empirik konsep dan generalisasi.

4. Memberikan orientasi, Menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan diteliti

(dipelajari) serta membedakan antara data relevan dengan data yang tidak relevan.

5. Mensistematiskan, Memberikan skema untuk mensistematiskan, mengklasifikasikan

dan menghubungkan segala gejala, postulat dan segala dalil yang serasi.

6. Mengidentifikasi kesenjangan, Mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan

atau belum dipecahkan pada masa kini maupun untuk studi di masa mendatang.

7. Melahirkan strategi untuk keperluan riset, Memberikan dasar untuk merumuskan

hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam bedasar atas penjelasan

tersebut.

Page 2: BAB III1

8. Prediksi, Dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa diketahui bedasar

atas data empirik sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi fakta yang baru

dan hipotesis yang belum diketahui pada saat sekarang.

Teknologi Pendidikan suatu proses terpadu yang melibatkan orang, prosedur,

gagasan, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah-masalah pendidikan dan cara

pemecahan, mengimplementasikan,mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang

berkenaan dengan semua aspek belajar manusia. Pemecahan masalah teknologi pendidikan

adalah bagaimana sumber belajar itu didesain, dipilih dan digunakan untuk menciptakan

kegiatan belajar.

Paradigma baru pada teknologi pendidikan memberikan suatu pendekatan baru dalam

memecahkan masalah-masalah pendidikan, namun demikian pendekatan baru tersebut

merupakan penjabaran dan perluasan dari konsep-konsep terdahulu. Dengan demikian secara

langsung masih berhubungan dengan definisi dan deskripsi bidang teknologi pendidikan yang

dihasikan sebelumnya.

B. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI BIDANG GARAPAN.

Teknologi Pendidikan sebagai bidang garapan merupakan aplikasi dari ide dan prinsip

teoritik untuk memecahkan masalah kongkrit dalam bidang pendidikan dan pembelajaran

(teknik yang digunakan, aktivitas yang dikerjakan, informasi dan sumber yang yang

digunakan dan klien yang dilayani). Lingkungan kegiatan yang merangkum komponen

konsep, keterampilan dan prosedur serta memadukannya dalam bentuk aplikasi baru.

Ada tiga persyaratan atau karakteristik tambahan pada bidang garapan, yaitu :

1. Teknik Intelektual.

Adalah pendekatan yang digunakan oleh seseorang dalam mencri pemecahan

masalah. Tiap fungsi pengembangan dan manajeman mempunyai teknik tersendiri yang

berkaitan dengannya. Teknik tersendiri dari teknologi pendidikan adalah lebih dari jumlah

bagian-bagiannya. Teknik itu melibatkan perpaduan sistematik masing-masing teknologi dari

fungsi-fungsi tersebut dan saling keterhubungannya dalam satu proses terpadu dan kompleks

untuk mengadakan analisis keseluruhan masalah-masalah dan kemudian menciptakan

metode-metode pemecahan baru.

Page 3: BAB III1

Teknologi ini menghasilkan suatu akibat sinergistik, dengan menghasilkan keluaran-

keluaran diluar dugaan berbeda jika didasarkan pada unsur-unsur yang bekerja secara

terpisah dan sendiri-sendiri. Teknik intelektual yang asli itu merupakan suatu yang khas dari

teknologi pendidikan dan tidak ada bidang lain yang mempergunakannya.

2. Aplikasi Praktis.

Mencakup usaha merealisasikan atau mengoperasionalkan pikiran, ide, dan proses.

Aplikasi itu menghasilkan produk yang dapat dilihat. Sebagai contoh, seseorang yang benar-

benar melaksanakan eksperimen ilmiah atau melaksanakan kegiatan pengembangan

instruksional sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam mengaplikasikan

teknik intelektual. Kecuali itu aplikasi praktis menunjukkan bagaimana teknis intelektual itu

dioperasionalkan dalam konteks struktur organisasi dan institusi dimana bidang garapan itu

beroperasi.

3. Keunikan.

Berhubung definisi tersebut menunjukkan bahwa suatu bidang garapan memadukan

teknik intelektual dan aplikasi praktis yang diidentifikasi oleh definisi tersebut haruslah

merupakan hal unik bagi bidang garapan tersebut. Haruslah tercermin karakteristik khusus

yang tidak bisa dijumpai pada bidang yang lain. Jika definisi tesebut dapat mewujudkan

adanya teknik intelektual dan aplikasi praktis yang unik.

Jadi, definisi teknologi pendidikan sebagai bidang garapan, pertama-tama harus

mendefinisikannya sebagai konstruk teoritik, kemudian mengidentifikasi teknik intelektual

dan aplikasi praktis, serta kesemuanya menunjukkan keunikan bidang garapan teknologi

pendidikan.

C. TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI PROFESI.

Teknologi Pendidikan sebagai profesi adaah suatu kelompok pelaksana yang

diorganisasikan, memenuhi kriteria tertentu, memiliki tugas tertentu, dan bergabung untuk

membentuk bagian tertentu dari bidang tersebut.

Syarat-syarat untuk mendefinisikan semua karakteristik profesi lainnya :

1. Latihan dan Sertifikasi.

Latihan dalam waktu yang lama diperlukan untuk mengembangkan spesialisasi dan

teknisi dalam profesi tersebut. Harus ada beberapa ketentuan tentang sifat-sifat latihan, baik

melalui peraturan pemerintah maupun melalui suatu sistem akreditasi terhadap lembaga-

Page 4: BAB III1

lembaga latihan yang meliputi sifat dan isi pendidikan professional, standar sertifikasi,

standar dan ketentuan penerimaan calon penerima latihan, serta penempatan.

2. Standar dan Etika.

Perumusan etika menunjukkan bagaimana anggota profesi itu harus bertingkah laku.

Seperangkat standar harus memberikan petunjuk mengenai bahan, peralatan, dan fasilitas

yang digunakan oleh orang-orang dalam profesi tersebut. Namun demikian, publikasi kode

etik dan buku petunjuk tentang standar itu sendiri tidaklah dapat memberi jaminan apa-apa.

Profesionalisasi itu terjadi bilamana dimungkinkan adanya pemaksaan yang kuat untuk

melaksanakannya.

3. Kepemimpinan.

Kepemimpinan diperlukan untuk memanfaatkan setepat-tepatnya penemuan-

penemuan yang ada sekarang yang melihat kecenderungan di masa mendatang. Namun

demikian untuk menghindari keadaan banyaknya inovasi yang ada sekarang yang membuat

pusing karena desakan dari luar kita, maka kepemimpinan ini harus datang dari profesi ini

sendiri.

4. Asosiasi dan Komunikasi.

Organisasi profesi yang kuat diperlukan untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan karakteristik lainnya terutama standar dan etika, kepemimpinan dan

latihan. Hanya organisasi yang kuat yang dapat melaksanakan dengan sungguh-sungguh

aplikasi praktis, standar dan etika.

5. Pengakuan Sebagai Profesi.

Anggota profesi harus mempercayai adanya profesi dan bahwa mereka menjadi

anggotanya. Eksistensi suatu profesi tidak dapat dipercayakan begitu saja kepada para

pelaksana. Mereka harus menginginkan berdirinya dan mengakui pentingnya organisasi

profesi. Mereka harus benar-benar menyadari akan keanggotaannya dalam organisasi profesi

tersebut. Kesadaran ini dimanifestasikan dalam bentuk berdirinya asosiasi, terjelmanya ciri-

ciri profesi lainnya dan penghargaan masyarakat umum terhadap para pelaksana bahwa ada

organisasi profesi dimana mereka menjadi anggotanya.

6. Tanggung Jawab Profesi.

Page 5: BAB III1

Tidaklah cukup bahwa suatu profesi itu hanya sekedar menggunakan teknik

intelektual untuk diaplikasikan secara praktis. Profesi harus juga mempertanggungjawabkan

penggunaan teknik intelektual tesebut. Profesi harus bertanggungjawab atas penggunaan

teknik intelektual dalam bekerja di masyarakat. Hendaknya senantiasa diadakan pengkajian

tentang nilai kegunaannya dan jika mungkin mengambil sikap yang pasti tehadap masalah-

masalah sosial yang dipengaruhi oleh hasil pekerjaan profesi tersebut.

7. Hubungan dengan Profesi Lain.

Mungkin saja terdapat lebih dari satu profesi yang bekerja dalam bidang garapan

teknologi pendidikan ini. Masing-masing profesi ini satu sama lain berhubungan baik secara

eksplisit maupun implisit dalam beroperasi di bidang garapan tersebut. Hubungan ini harus

diketahui diidentifikasi dan dikembangkan.

Orang yang dikatakan menjadi anggota profesi TP jika mereka memenuhi kriteria yang

ditentukan oleh profesi TP, yaitu :

a. Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melaksanakan salah satu profesi

TP.

b. Setuju terhadap standard an etika profesi TP.

c. Mendapat latihan dan sertifikasi.

d. Terlibat dalam pengembangan kemampuan.

e. Menjadi anggota asosiasi dan berpartisipasi dalam proses komunikasi.

f. Menyadari bahwa ia menjadi anggota profesi TP.

g. Memperhatikan profesi dengan megkaji hasil-hasil penerapan keterampilan.

h. Menghargai nilai-nilai yang dianut oleh profesi

Kerangka Konseptual Teknologi Pendidikan Asumsi Dasar :

a. Masyarakat modern ditandai dengan tingkat teknologi yang tinggi dan rumit.

b. Kebudayaan teknologi adalah kebudayaan yang mencari pemecahan masalah

dengan memanfaatkan teknologi.

c. Suatu teknologi pembelajaran baru telah dikembangkan melalui riset dasar dan

praktek lapangan.

d. Teknologi pendidikan baru dipandang mampu dan memenuhi syarat untuk

memecahkan masalah-masalah pokok yang berhubungan dengan pembelajaran,

organisasi dan fasilitas dan administrasi di sekolah.

e. Penerapan teknologi baru akan membawa perubahan yang berpengaruh terhadap

administrasi, organisasi dan fasilitas fisik di sekolah.

Page 6: BAB III1

f. Metode pembelajaran akan mengalami perubahan besar, terutama dalam hal

penyampaian informasi dan pengelolaan yang menyangkut pengaturan

kemungkinan penguatan.

g. Peranan dan kegiatan guru/siswa akan mengalami perubahan sehubungan dengan

adanya perubahan teknologi ini.

h. Suatu profesi baru diperlukan untuk berperan sebagai pemimpin dalam

penyusunan desain, implementasi dan evaluasi program pendidikan yang

memanfaatkan teknologi pendidikan.

D. PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN SEBAGAI PENGEMBANG TEKNOLOGI

PEMBELAJARAN.

1. Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan.

Posisi profesi teknologi pendidikan tidak jauh dari pendidikan itu sendiri. Apabila kita

kaitkan definisi teknologi pendidikan menurut AECT 1994 dengan UU No. 20 Tahun 2003,

maka tampak suatu hubungan yang jelas. Dalam AECT 1994 disebutkan bahwa :

“Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan,

pemanfaatan , pengelolaan serta penilaian proses dan sumber untuk belajar”.

Ada beberapa kata dalam definisi di atas terdapat juga di dalam UU No. 20 Tahun

2003 atau yang mempunyai makna yang sama, yaitu pengelolaan, pengembangan dan

pelayanan teknis dan semuanya itu tergolong sebagai tenaga kependidikan.

Tenaga kependidikan yang juga sebagai profesi teknologi pendidikan berada dalam

lingkungan kependidikan. Posisi profesi teknologi pendidikan berdampingan dengan profesi-

profesi lainnya dalam bidang pendidikan. Terlihat juga pendidik dikelilingi oleh profesi-

profesi lainnya.

Fungsi profesi teknologi pendidikan memfasilitasi kegiatan belajar manusia melalui

pendekatan-pendekatan atau cara-cara tertentu. Dengan demikian profesi teknologi

pendidikan dapat menjadikan orang bertambah dalam kegiatan belajar sekaligus menjadikan

orang bertambah cerdas baik dari jumlah orang yang cerdas maupun mutu dari kecerdasan itu

sendiri. Dengan kecerdasan ini berarti akan meningkatkan nilai tambah seseorang sebagai

sumber daya manusia, mengatasi masalah belajar baik individu ataupun kelompok, dan juga

akan meningkatkan kinerja.

Pembelajaran di sekolah, secara umum, fakta yang terjadi adalah masih bersifat

teacher-centered. Dimana guru masih menjadi pemain utama, sementara siswa menjadi

penonton utama (datang, duduk, catat, dengar, ujian, lulus/tidak). Nah, teknolog

Page 7: BAB III1

pembelajaran memiliki posisi dan peran disini dalam meningkatkan efektifitas, efisiensi dan

kemenarikan pembelajaran.

Di sekolah, peran teknolog pembelajaran menjadi change agent untuk hal ini. Ketika

berperan sebagai desainer pembelajaran, teknolog pembelajaran berperan dalam menyusun

KTSP yang baik, menyusun silabus dan RPP yang baik, menyusun strategi pembelajaran

yang menarik, menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif. tentu saja bekerjasama dengan

stakeholders terkait, khususnya guru yang lain.

Begitu pula dari sisi kawasan pemanfaatan, teknolog pembelajaran dapat berperean

dalam memilih, menentukan dan menerapkan media pembelajaran yang relevan untuk

kebutuhan pembelajaran tertentu. Begitu pula halnya dari sisi kawasan pengembangan,

pengelolaan dan evaluasi.

Profesi teknologi pendidikan, sebagaimana halnya semua profesi yang baru,

menghadapi tantangan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah pengakuan atas profesi

teknologi pendidikan. Pengakuan profesi tersebut selalu dikaitkan dengan jabatan fungsional

sebagai pegawai negeri. Padahal pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada prinsipnya

tidak mendidik calon pegawai negeri, melainkan mereka yang mampu mengabdi dan

berkarya untuk mengatasi masalah belajar dimana saja. Jadi kita harus mengikuti pengakuan

profesi sebagai jabatan fungsional pegawai negeri.

2. Aplikasi Teknologi Pendidikan Dalam Pengembangan Teknologi Pembelajaran.

Teknologi pembelajaran memilki lima kawasan yang menjadi bidang garapannya,

yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, evaluasi sumber dan proses belajar.

Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan

tersebut.

Abdul Gafur dalam Dewi Salma (2004), menyatakan bahwa aplikasi teknologi

pembelajaran adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi

pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks.

Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi

teknologi pembelajaran kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran

dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber pembelajaran.

Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar, dan yang secara tegas

dinyatakan, adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan

kemungkinan belajar. Pemecahan ini berbentuk sumber belajar, sumber ini baik yang sengaja

dirancang maupun yang dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang

tersedia untuk berinteraksi dengan si-belajar.

Page 8: BAB III1

Produk ini merupakan bukti penerapan teknologi pendidikan yang paling jelas.

Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga merupakan bukti penerapan praktis

teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi tersebut mempunyai kegiatan dan hasil khusus,

yang dapat diukur dan dilihat.

Dengan demikian orang dapat melihat seseorang yang sedang melakukan penilaian

kebutuhan, memproduksi film, mengkatalogkan bahan-ajaran, berinteraksi dengan si belajar,

mengelola orang lain dan sebagainya. Kegiatan nyata dari kegiatan tersebut yang

membuahkan hasil, juga merupakan bukti bahwa teknologi telah diaplikasikan dalam

pendidikan (AECT,  1977).

Menurut Seels dan Richey (1994), mempraktikan teknologi pembelajaran akan

berhadapan dengan elemen-elemen yang memudahkan atau menyulitkan praktik itu sendiri.

Elemen-elemen tersebut yaitu :

a. Jenis materi pembelajaran.

b. Sifat atau karakteristik pembelajaran.

c. Organisasi dimana pembelajaran berlangsung.

d. Kemampuan sarana yang tersedia.

e. Keahlian para praktisi.

Dimensi praktik teknologi pembelajaran sejalan dengan perkembangan teknologi.

Pada tahun 30-an ketika komputer elektronik pertama berhasil diciptakan, teknologi

pembelajaran berkembang pesat sejalan dengan teknologi tersebut. Teknologi ini melahirkan

berbagai alat yang merubah dunia dalam berbagai aspeknya, mulai dari bom atom dalam

perang dunia II hingga internet sebagai jaringan informasi publik global yang mampu

menghubungkan jutaan orang di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer yang

terhubung dengan jaringan.

Fenomena yang juga banyak disebut sebagai revolusi digital inilah yang mampu

meyakinkan banyak orang bahwa peradaban umat manusia akan segera memasuki sebuah era

baru yang diintrodusir sebagai informasi.

Peluang pekerjaan para teknolog pendidikan biasanya ditentukan oleh struktur dan

tujuan dari lingkungan kerja tertentu dengan merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga

tersebut. Seal dan Glasgow dalam Barbara Seels (1994), menguraikan pangsa pasar kerja

dengan membedakan dua peran yaitu penelliti dan praktisi.

Lingkup teknologi pendidikan yang sangat luas tidak memungkinkan seseorang untuk

menguasai keahlian dalam setiap kegiatan dalam kawasan. Keadaan ini berlaku bagi peneliti

Page 9: BAB III1

maupun praktisi. Kebanyakan teknolog pendidikan mempunyai pekerjaan yang menuntut

keahlian khusus dalam satu atau dua bidang, misalnya desain dan pengembangan teknologi

tertentu atau pemanfaatan media.

Dalam konsep tenaga profesi teknologi pendidikan saat ini sudah ada pengakuannya

oleh pemerintah, dikenal perjenjangan. Jabatan fungsional Pengembang Teknologi

Pendidikan menjabarkan peringkat profesi dalam 13 jenjang, mulai dari assisten Pengembang

Teknologi Pendidikan Pratama hingga Pengembang Teknologi Pendidikan Utama.

Perjenjangan ini dilengkapi dengan persyaratan pendidikan dan pelatihan.

3. Aplikasi Teknologi Pembelajaran.

Teknologi pembelajaran memilki lima kawasan yang menjadi bidang garapannya,

yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, evaluasi sumber dan proses belajar.

Oleh karenanya aplikasi teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan

tersebut.

Abdul Gafur dalam Dewi Salma (2004), menyatakan bahwa aplikasi teknologi

pembelajaran adalah usaha untuk menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur teknologi

pembelajaran dalam suatu situasi atau konteks. Seels dan Richey (1994) menjelaskan bahwa

demi menjaga keutuhan definisi teknologi pembelajaran kegiatan-kegiatan dalam setiap

kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada proses maupun sumber

pembelajaran.

Aplikasi teknologi pendidikan yang paling mendasar, dan yang secara tegas

dinyatakan, adalah menyediakan dan melaksanakan pemecahan masalah dalam memberikan

kemungkinan belajar. Pemecahan ini berbentuk sumber belajar, sumber ini baik yang sengaja

dirancang maupun yang dipilih dan kemudian dimanfaatkan merupakan produk konkrit yang

tersedia untuk berinteraksi dengan si-belajar.

Produk ini merupakan bukti penerapan teknologi pendidikan yang paling jelas.

Fungsi-fungsi pengelolaan dan pengembangan juga merupakan bukti penerapan praktis

teknologi pendidikan. Masing-masing fungsi tersebut mempunyai kegiatan dan hasil khusus,

yang dapat diukur dan dilihat. Dengan demikian orang dapat melihat seseorang yang sedang

melakukan penilaian kebutuhan, memproduksi film, mengkatalogkan bahan-ajaran,

berinteraksi dengan si belajar, mengelola orang lain dan sebagainya. Kegiatan nyata dari

kegiatan tersebut yang membuahkan hasil, juga merupakan bukti bahwa teknologi telah

diaplikasikan dalam pendidikan (AECT,  1977).

Page 10: BAB III1

Masih menurut Seels dan Richey (1994), seiring dengan perkembangan pesat

teknologi pembelajaran tersebut, berkembang pula tempat kerja para teknolog pembelajaran.

Hal ini juga mempunyai dampak terhadap keyakinan, nilai-nilai dan prioritas dalam bidang

teknologi pembelajaran.

Dampak ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan pola dan ragam praktik

teknologi pendidikan, namun hal ini tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap struktur

dasar bidang studi. Kelima kawasan umum dalam teknologi pembelajaran masih tetap sesuai

dengan konteks masing-masing kerja.

Dampak kecil tersebut umumnya dapat diamati pada sumber yang digunakan, isi yang

digarap, dan kadang-kadang proses yang dilaksanakan. Teknologi pembelajaran telah

berkembang dari sekedar keterampilan menjadi profesi dan kemudian menjadi bidang kajian.

E. KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM BIDANG PENELITIAN.

Suatu bidang kajian, seperti halnya teknologi pendidikan, hanya berhak menyatakan

dirinya sebagai suatu disiplin keilmuan apabila ditunjang oleh dan memberikan kesempatan

untuk dilakukannya beragam penelitian yang mengungkapkan objek formal yang menjadi

garapannya, yaitu belajar pada manusia. Karena pada hakikatnya semua penelitian itu

merupakan syarat bagi suatu bidang kajian dari suatu disiplin ilmu, selain itu juga untuk

mengungkap kebenaran (Miarso, 2007: 209).

Kawasan penelitian teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan

hampir tidak terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan pemecahan masalah belajar.

Dasar pertimbangan kesimpulan ini adalah sebagai berikut (Miarso, 2007: 204) :

1. Belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, baik secara perorangan (individu) maupun

secara kelompok.

2. Belajar dapat dilakukan mengenai apa saja, meskipun yang menjadi perhatian utama

kita adalah yang bertujuan, terarah, dan disengaja serta yang sesuai dengan norma dan

nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

3. Belajar dapat berlangsung kapan saja, sejak dalam kandungan hingga akhir hayat.

4. Belajar dapat dilaksanakan dimana saja, di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di

tempat ibadah, di masyarakat luas.

5. Belajar dapat berlangsung dengan cara bagaimana saja (aneka proses), baik dilakukan

secara individu maupun secara massal.

6. Belajar dapat dilakukan dengan rangsangan internal dan eksternal, yaitu dari dalam

diri sendiri atau dari apa dan siapa saja di luar diri (aneka sumber).

Page 11: BAB III1

7. Belajar dapat dilakukan untuk kepentingan apa saja, tentunya yang bermanfaat untuk

diri sendiri dan lingkungannya.

8. Kawasan teknologi pendidikan meliputi teori dan praktik dalam merancang,

mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses, sumber dan sistem

belajar.

Pemecahan masalah belajar secara empirik dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi dan prosedur.