bab iv...dalam bab ini, penulis akan membahas secara mendalam imajinasi masyarakat mollo tentang...

18
59 BAB IV GUNUNG MUTIS DALAM IMAJINASI MASYARAKAT MOLLO DAN PENGARUHNYA DALAM PERILAKU MASYARAKAT Dalam bab ini, penulis akan membahas secara mendalam imajinasi masyarakat Mollo Tentang mitos Gunung Mutis dengan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab II serta data yang di dapatkan di lapangan yang telah di uraikan di bab IIImakapada bagian ini penulis akan membahas pengaruh mitos dan sejarah mengenai Gunung Mutis yang berkembang dalam masyarakat Mollo yang membentuk pola pikir serta perilaku kehidupan mereka. 4.1 Imajinasi Mayarakat Mollo Tentang Gunung Mutis Bertolakdari mitologi yang ada dalam masyarakat Mollo mengenai kedatangan nenek moyang mereka ke Gunung Mutis sehingga menjadi Gunung Mutis menjadi Gunung yang suci maka dapat dilihat bahwa mitos itu mempengaruhi pola pikir masyarakat Mollo sehingga mereka mempunyai imajinasi mengenai Gunung mutis. Menurut Tedjoworo imajinasi adalah daya untuk membentuk gambaran dari hasil indranya, imajinasi terkait dengan kemampuan pikiran seseorang untuk merasakan pengalaman estetik. 1 Masyarakat Mollo sendiri bertolak dari setiap mitos dan cerita yang berkembang dalam budaya masyarakat mereka tentang Gunung Mutis maka mereka mempunyai daya dalam menciptakan sebuah objek dari kenyataan dari apa yang mereka dengarkan dan yang mereka saksikan, mereka mempunyai gambaran bahwa Gunung Mutis adalah sebuah tempat yang suci tempat Uis Neno berada dan juga tempat roh leluhur mereka tinggal, Mutis bagi masyarakat Mollo diibaratkan sorang ibu yang sedang menyusui, Selain itu, masyarakat Mollo juga mempunyai filosofi yang kuat bahwa tanah melambangkan daging mereka, air 1 H. Tedjoworo, imaji dan imajinasi, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisu, 2001), 21

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 59

    BAB IV

    GUNUNG MUTIS DALAM IMAJINASI MASYARAKAT MOLLO DAN

    PENGARUHNYA DALAM PERILAKU MASYARAKAT

    Dalam bab ini, penulis akan membahas secara mendalam imajinasi masyarakat Mollo

    Tentang mitos Gunung Mutis dengan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab II serta data

    yang di dapatkan di lapangan yang telah di uraikan di bab IIImakapada bagian ini penulis

    akan membahas pengaruh mitos dan sejarah mengenai Gunung Mutis yang berkembang

    dalam masyarakat Mollo yang membentuk pola pikir serta perilaku kehidupan mereka.

    4.1 Imajinasi Mayarakat Mollo Tentang Gunung Mutis

    Bertolakdari mitologi yang ada dalam masyarakat Mollo mengenai kedatangan nenek

    moyang mereka ke Gunung Mutis sehingga menjadi Gunung Mutis menjadi Gunung yang

    suci maka dapat dilihat bahwa mitos itu mempengaruhi pola pikir masyarakat Mollo sehingga

    mereka mempunyai imajinasi mengenai Gunung mutis. Menurut Tedjoworo imajinasi adalah

    daya untuk membentuk gambaran dari hasil indranya, imajinasi terkait dengan kemampuan

    pikiran seseorang untuk merasakan pengalaman estetik.1

    Masyarakat Mollo sendiri bertolak dari setiap mitos dan cerita yang berkembang dalam

    budaya masyarakat mereka tentang Gunung Mutis maka mereka mempunyai daya dalam

    menciptakan sebuah objek dari kenyataan dari apa yang mereka dengarkan dan yang mereka

    saksikan, mereka mempunyai gambaran bahwa Gunung Mutis adalah sebuah tempat yang

    suci tempat Uis Neno berada dan juga tempat roh leluhur mereka tinggal, Mutis bagi

    masyarakat Mollo diibaratkan sorang ibu yang sedang menyusui, Selain itu, masyarakat

    Mollo juga mempunyai filosofi yang kuat bahwa tanah melambangkan daging mereka, air

    1 H. Tedjoworo, imaji dan imajinasi, (Yogyakarta: Penerbit Kanisisu, 2001), 21

  • 60

    sebagai darah, batu sebagai tulang, dan pohon sebagai rambut mereka. Hal ini menunjukkan

    bahwa alam Gunung Mutis merupakan bagian dari diri manusia sehingga perlu dijaga.

    Pandangan dan kepercayaan masyarakat Mollo menjadikan Gunung Mutis dan hutan Gunung

    Mutis sebagai tempat sakral dan sangat dilindungi, namun juga merupakan tempat untuk

    memenuhi kebutuhan hidup mereka karena darinya masyarakat Mollo dan sebagian besar

    masyarakat daratan Timor mendapatkan kehidupan yaitu sumber air dan hasil bumi. Bagi

    mereka Mutis adalah sebuah tempat yang sangat indah dimana mereka berasal dan nantinya

    ketika mereka meninggal mereka juga akan kembali ke Gunung Mutis bersama dengan

    leluhur mereka. Dari hasil analisa terhadap temuan di lapangan maka penulis mendapatkan

    beberapa pokok imajinasi dalam masyarakat Mollo.

    4.1.1 Mutis Sebagai Tempat Lahir Kanaf-Kanaf (Marga)

    Mutis dalam imajinasi masyarakat Mollo berfungsi sebagai tempat lahir kanaf-

    kanaf (marga). Pada awalnya nenek moyang datang ke wilayah Gunung Mutis mereka

    belum mempunyai marga, namun dalam perjalanan ke atas Gunung Mutis dan di atas

    Gunung Mutis barulah mereka menemukan marga-marga mereka lewat setiap perilaku

    hidup yang mereka lakukan. Oleh karena itu mereka mempunyai tugas dalam struktur

    masyarakat sesuai dengan marga-marga tersebut. Dalam arti itu Mutis dalam imajinasi

    orang Timor seperti taman Eden oleh karena awalnya manusia pertama yaitu Adam

    ditempatkan di taman Eden dan ia mendapatkan nama di sana, setelah itu ia

    memberikan nama kepada Hawa setelah itudia pun memberikan nama kepada tumbuh-

    tumuhan dan hewan. Dari setiap marga yang mereka dapat dari di Gunung Mutis maka

    mereka menjadikan Gunung Mutis sebagai tampat yang sangat sakral oleh karena di

    sana banyak tempat-tempat suci mereka, misalnya lubang-lubang angin yang dianggap

  • 61

    sakral oleh marga Anin oleh karena dari sana muncul marga mereka artinya Angin.

    Tempat itu menjadi tempat yang disakralkan oleh marga Anin.

    Masyarakat Mollo juga menganggap demikian oleh karena dari gunung tersebut

    terdapat mata air besar yang mengairi sebagin besar pulau Timor, seperti tiga sungai

    yang mengalir di dalam taman Eden, juga Gunung Mutis mempunyai keindahan alam

    yang sangat luar biasa dan di Mutis menyediakan segala keperluan yang mereka

    butuhkan, dan di dalam wilayah Mutis juga terdapat pantangan-pantangan yang harus

    ditaati, sehingga Mutis layaknya taman Eden.

    4.1.2 Mutis Sebagai Tangga ke Sorga

    Mutis di ibaratkan sebagai tangga ke sorga oleh karena Gunung Mutis merupakan

    puncak tertinggi di pulau Timor dan semua pandangan tertuju pada puncak tertinggi

    tersebut seperti awalnya kedatangan nenek moyang masyarakat Timor yang dating ke

    Gunung Mutis karena pandangan mereka tertuju pada puncak tertinggi tersebut, Mutis

    dianggap tangga ke sorga karena menghubungkan masyarakat Timor dengan UisNeno,

    penguasa tertinggi masyarakat Timor. Dari kenyataan tersebut maka masyarakat Mollo

    mempunyai imajinasi bahwa Gunung Mutis merupakan tangga menuju kesorga yang

    menyimpan begitu banyak kekayaan, kelimpahan dan kemakmuran.

    4.1.3 Mutis Sebagai Dapur Atau Gudang

    Mutis sebagai dapur atau gudang oleh karena Gunung Mutis telah menyediakn

    segala sesuatu yang menjadi keperluan masyarakat Mollo. Gunung Mutis serta Hutan

    Gunung Mutis sangat kaya dengan sumberdaya alamnya, Gunung Mutis menyediakan

    segala kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk masyarakat. Misalnya kebutuhan

    pangan, Gunung Mutis mengalirakan air yang memberikan kehidupan pada masyarakat

  • 62

    Mollo dan juga sebagian besar masyarakat Timor, baik manusia hewan dan tumbuh-

    tumbuhan. Dari Gunung Mutis masyarakat dapat mengambil maduhutan yang sangat

    berkualitas, untuk kebutuhan ekonomi mereka, Gunung Mutis juga menyediakan

    banyak bahan makanan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan yang dapat di

    konsumsi, sehingga Gunung Mutis dikatakan sebagaidapur yang menyimpan

    begitubanyak kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat.

    Gunung Mutis juga menyediakan kebutuhan papan yang mana dari Hutan

    Gunung Mutis masyarakat mendapatkan bahanun untuk membuat tempat tinggal,

    sehingga mereka mempunyai tempat tinggal yang layak mereka tempati, mereka

    mendapatkan lahan untuk bertani dan beternak, oleh karena wilayah pemukiman dan

    petanian merupakan wilayah yang mempunyai tanah yang sangat subur, sehingga

    masyarakat dapat bertani dan beternak.

    Gunung Mutis juga meyediakan kebutuhan sandang karena dari Gunung Mutis

    masyarakat mendapatkan bahan untuk pembuatan kain, bahan pewarna dari tumbuh-

    tumbuhan untuk membuat benang yang kemudian ditenun menjadi kain tenun ikat, dan

    menjadi pakaian yang indah untuk masyarakat gunakan dan juga untuk mereka jual

    membantu keperluan ekonomi masyarakat. Dengan demikan maka Gunung Mutis

    menjadi dapur dan gudang bagi masyarakat Mollo karena telah menyediakan semua

    kebutuhan masyarakat Mollo.

    4.1.4 Mutis Sebagai Tempat Transit

    Eliade juga menganalisa tentang bagaimana sejumlah unsur alam secara khusus

    bermain di dalam pengalaman yang sakral. Menurut Eliade hal tersebut merupakan

    simbolisme pusat. Di mana Gunung Mutis dianggap sebagai pusat dunia atau axis

    mundi. Karena melalui axis mundi manusia religius dapat mengadakan hubungan dunia

  • 63

    atas dan dunia bawah. Gunung Mutis dianggap sebagai titik pertemuan antara tiga

    wilayah kosmik: surga, bumi dan neraka.

    Masyarakat Mollo menganggap Gunung Mutis sebagai pusat dunia oleh karena

    mereka beranggapan bahwa leluhur mereka berasal dari Gunung Mutis dan ketika

    mereka meninggal nanti mereka akan kembali ke atas Gunung Mutis, Mutis juga adalah

    tempat transit mereka untuk kembali ke Gunung Mutis namun sebelum giliran mereka

    untuk naik ke Gunung Mutis, jiwa mereka mendiami pohon-pohon besar, batu-batu

    besar, mata air, danjuga di bukit-bukitbatu, oleh karena itu maka setiap marga di Timor

    mempunyai gunung-gunung batu tersendiri. Oleh karena pemahaman yang demikian

    maka Gunung Mutis dianggap sebagai rumah tempat mereka kembali (surga) setelah

    mereka selesai melakukan aktifitas mereka (Bumi). Hal ini terlihat bahwa di atas

    Gunung Mutis terdapat goa bertulis yang mana ketika ada orang yang akan meninggal

    nama mereka akan muncul pada dinding gua tersebut. Dengan demikian terlihat jelas

    bahwa Gunung Mutis adalah pusat dunia dari masyarakat Mollo karena merupakan titik

    pertemuan anatara surga dan bumi seperti yang dikemukakan oleh Mircea Eliade.

    4.2 Mitos Gunung Mutis Dalam Pengetahuan Orang Mollo

    Masyarakat Dawan atau yang sering disebut masyarakat Atoni sangat menghargai

    gunung, oleh karena terkait dengan kebudayaan dan kepercayaan mereka yang telah di

    paparkan di atas, bahwa setiap marga mereka mempunyai gunung batu tersendiri yang sering

    disebut Fut Kanaf, oleh karena itu masyarakat Mollo mempunyai pandangan mengenai

    Gunung Mutis sebagai gunung yang suci yang memberikan kepada mereka sumber

    kehidupan dan kelak mereka akan kembali ke tempat leluhur mereka berasal dari Gunung

    Mutis Tersebut. Dari mitos yang diyakini oleh masyarakat Mollo tentang kedatangan nenek

    moyang mereka pertama kali ke Gunung Mutis dan tinggal di sana dan memberikan kepada

  • 64

    mereka kelimpahan sehingga mereka meyakini bahwa tempat tersebut merupakan tempat

    yang suci yang patut mereka jaga dan hargai oleh karena di sanalah tempat Roh leluhur

    mereka bersemayam. Hal ini juga yang akhirnya berkembang dan mempengaruhi keyakinan

    mereka.

    Banyak obyek yang mereka anggap suci dan dikeramatkan. Mereka kenal sebagai

    tempat tinggal para penguasa atau roh-roh untuk menyatakan diri. Masyarakat mengenal

    obyek-obyek tersebut sebagai simbol yang kelihatan. Pandangan tentang struktur

    kepercayaan dan bentuk religi masyarakat Primitif juga dikembangkan oleh Marett tentang

    kekuatan leluhur yang bisa membawa manusia memiliki keyakinan akan adanya kekuatan di

    luar kemampuan diri dalam hal-hal yang luar biasa dan menjadi sebab timbulnya gejala-

    gejala yang tak dapat dilakukan manusia. Kekuatan-kekuatan tersebut ada dalamsegala hal

    termasuk alam yang tak dapat dikendalikannya. Keyakinan ini disebut emosi keagamaan

    yang timbul karena keyakinan. Tingkah-laku ini kemudian mereka wujudkan melalui

    berbagai bentuk upacara.2

    Dalam kebudayaan masyarakat Atoni mereka mengenal simbol-simbol sebagai

    representasi dari yang tidak kelihatan tetapi sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

    masyarakat Mollo sendiri menjadikan Gunung Mutis sebagai gunung suci yang memberikan

    kehidupan dan kelimpahan kepada mereka. Sering perjalanan ketika kekristenan masuk ke

    dalam budaya Timor dengan begitu banyak kenyataan bahwa masyarakat Atoni khususnya

    masyarakat Mollo masih sangat kental dengan keyakinan mereka terhadap tempat-tempat

    yang dianggap sakaral dan suci yang mereka yakini tempat berdiamnya Roh leluhur mereka

    sala satunya Gunung Mutis dianggap tempat bertatahnya Uis Neno, diterjemakan dalam

    metafora kekristenan yaitu Tuhan bersemayam di Gunung-Nya kudus dan orang yang bersih

    lakunya yang boleh menghampiri ke Gunung Tuhan. Dengan demikian masyarakat Mollo

    2Koentjaraningrat, sejarah Teori Antropologi, Universitas Indonesai Press, Jakarta, 1982. Hal 60

  • 65

    sangat menghargai keberadaan Gunung Mutis karena mereka meyakini bahwa Gunung Mutis

    merupakan tempat yang tinggi dan suci tempat Berdiam Uis Neno yang memberikan kepada

    mereka kelimpahan dan sekaligus juga bisa menimpakan malapetak apabila mereka

    melakukan hal yang melanggar kehendak Uis Neno. Oleh karena itu Mereka meyakini bahwa

    Gunung Mutis merupakan tempat yang suci sehingga orang yang pergi ke Gunung Mutis juga

    harus yang mempunyai motivasi hati yang benar, apabila ada orang yang pergi dengan

    motifasi hati yang buruk maka orang itu tidak akan mencapai gunung tersebut, sebaliknya ia

    akan mendapatkan malapetaka seperti tersesat di jalan atau yang lebih parahnya lagi bisa saja

    orang tersebut akan menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi.

    Dengan kenyataan demikian maka masyarakat Mollo sangat menghargai keberadaan

    gunung tersebut karena bagi mereka gunung tersebut juga menjadi identitas dan kekayaan

    budaya mereka yang patut mereka pertahankan. Oleh karena itu tradisi lisan seperti mitos dan

    legenda selalu diturunkan oleh tokoh-tokoh adat dan orang tua kepada generasi sekarang ini

    agar mereka tetap mempertahankan nilai budaya mereka. Oleh karena itu penting untuk kita

    melihat mitos yang ada dalam masyarakat Mollo yang mempengaruhi pola pikir serta

    perilaku masyarakat Mollo.

    Bagi sebagian kalangan menilai mitos itu selalu berkonotasi negatif, sering

    menganggap bahwa mitos itu sesutu cerita fiktif belaka yang tidak bisah dipertanggung

    jawabkan kebenarannya, akan tetapi bagian analisis ini akan membahas dari sisi yang

    berbeda, penulis melihat dari fungsi mitos dalam budaya yang mempengaruhi pola pikir serta

    perilaku masyarakat tradisonal, khususnya masyarakat Mollo yang akhirnya melahirkan nilai-

    nilai budaya dan nilai agama. Mitos yang ada dalam kepercayaan masyarakat itu mejadi

    patokan untuk mereka bertindak dalam kehidupan sosial mereka. Selain itu mitos juga

    dipahami sebagai pernyataan manusia yang kompleks dan dramatis, yang melibatkan pikiran,

    perasaan, sikap dan sentimen. Dengan demikian mitos itu berada di luar dunia empirik, tetapi

  • 66

    mitos selalu mengaktualkan apa yang telah dikisahkan. Dalam agama primitif kuno, manusia

    dengan objek suci. Bahkan ada yang mengatakan bahwa mitos merupakan salah satu

    komponen universal dari agama. Bagi kebanyakan agama mengandung eksplanasi mitos

    terutama mengenai asal mula jagad raya kelahiran, penciptaan, kematian, dan disintegrasi,

    baik dalam arti individual maupun kemanusiaan.3 Mitos adalah sebuah cerita yang

    memberikan pedoman dan arah tertentu pada kelompok pendukungnya. Oleh karena manusia

    dulu membuat cerita maupun lambang yang mampu mencetuskan lambang kebaikan maupun

    kejahatan melalui mitos.

    Mircea Eliade mengemukankan bahwa mitos hasil dari manusia arkhias dalam

    melukiskan lintasan supranatural ke dalam dunia mitos, yang dalam hal ini telah menguak

    sebuah tabir misteri dengan mewahyukan peristiwa-peristiwa promodial yang sampai

    sekarang ini masih diceritakan kembali. Mitos membicarakan tentang manusia tradisonal

    dalam melihat sejarahnya baik itu tentang asal usul maupun tentang alam sebagai tempat

    kediaman manusia. Mitos juga mengungkapan masalah-masalah religi atau masyarakat

    menyangkut kepercayaan terhadap dewa-dewa sebagai suatu kekuatan supranatural yang

    dipercaya dan alam yang membentuk manusia tradisional. 4

    Dari pernyataan tersebut maka penulis juga menjumpai data yang ada di lapangan

    bahwa masyarakat Mollo sebagai masyarakat tradisonal juga mempunayi mitos yang

    berkembang dalam masyarakat, yang terus diceritakan kembali oleh para leluhur dan tokoh

    adat sampai saat ini, Mitos juga hadir dalam masyarakat Mollo oleh karena Gunung Mutis

    merupakan tempat leluhur mereka tinggal karena itu ketika mereka meninggal mereka akan

    kembali ke atas gunung tersebut. Hal ini juga mempengaruhi sistem kepercayaan mereka,

    yang mana mereka mempercayai roh leluhur mereka masih ada dan tetap tinggal di sekitaran

    Gunung Mutis, dan dapat memberikan kesejahteraan untuk mereka. Mitos itu diyakini oleh

    3Dr. Budi Susanto SJ, Kebudayaan Dan Agama, Yogyakarta; Kanisius,1992, hlm,50

    4Mircea Eliade, „Myth”, sebuah artikel dalam Encylopedia Britanica, xv, 1969, hlm, 1134-5

  • 67

    masyarakat Mollo sebagai suatu kebenaran dan merupakan sebuah kekayaan dan sebagai

    patokan untuk mereka bertindak. Dengan demikian hal ini menjadi benar bahwa mitos adalah

    patokan bagi masyarakat Mollo dalam memahami latar belakang asal usul kehidupan mereka.

    Mitos juga mempengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat dalam menjalani aktifitas

    keseharian mereka. Dari mitos tersebut masyarakat memahami bahwa adanya peraturan yang

    secara tidak langsung mengatur hubungan masyarakat dengan sesama, hubungan masyarakat

    dengan alam maupun dengan leluhur mereka. Dari mitos juga masyarakat Mollo memahami

    tentang nilai-nilai dalam masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Nilai-nilai sakral

    tersebut kemudian membentuk identitas bagi masyarakat Mollo. Oleh sebab itu penulis

    melihat mitos menjadi kekuatan bagi masyarakat mollo dalam mempertahankan eksistensi

    tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki.

    Mitos juga memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Mollo karena

    masyarakat mampu menghayati setiap kegiatan ritual yang dilakukan dengan penuh tanggung

    jawab agar mereka mencapai kesempurnaan yang diinginkan oleh para leluhur mereka. Hal

    ini dapat dilihat ketika masyarakat melalukan ritual kesuburan sebagai salah satu ritual untuk

    meminta kesuburan dari para leluhur. Ritual ini merupakan kewajiban masyarakat dalam

    menjaga alam serta lingkungan mereka. Setiap ritual yang dilakukan dipahami sebagai upaya

    mereka dalam mencari keselamatan. Jadi dapat dikatakan bahwa mitos itu nyata sejauh

    mayarakat menghadirkan pola-pola yang diwariskan sejak dulu, pola-pola tersebut yang

    menjadi isi pikiran dari masyarakat Mollo.

    Mitos yang berkembang dalam masyarakat Mollo adalah sarana untuk menghadirkan

    Yang Kudus melalui bahasa simbolik dalam kehidupan mereka sehari-hari. Melalui

    mitologi,masyarakat Mollo memperoleh suatu kerangka acuan yang memungkinkan mereka

    memberi tempat kepada bermacam-macam kesan dan pengalaman yang telah mereka

    perolehselama hidup. Berkat kerangka acuan yang disediakan mitos, mereka memiliki

  • 68

    orientasi dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, mitos adalah sebuah cerita pemberi

    pedoman dan arah tertentu kepada kehiduapan masyarakat mereka. Maka mitos

    sesungguhnya merupakan pernyataan atas suatu kebenaran yang lebih tinggi dan lebih

    penting tentang realitas asali, yang masih dimengerti sebagai pola dan fondasi dari kehidupan

    masyarakat primitif atau tradisional seperti halnya masyarakat Mollo.5 Dari acuan seperti

    demikian maka masyarakat Mollo dapat memahami semua aturan dan nilai budaya yang ada,

    sehingga dalam keseharian mereka dapat bertindak sesuai dengan aturan budaya yang ada.

    Firth menyatakan bahwa cerita sakral (mitos) tidak mudah dipisahkan dari cerita

    profan. Di dalam mitos sebagai cerita suci, “kata-kata atau dongeng, ataupun cara

    berceritanya itu sendiri dianggap memiliki kekuatan atau daya atau keutamaannya sendiri

    yang penuh arti”6. Hal ini berarti mitos memiliki kekuatan yang menjadikan hal-hal yang

    bersifat sakral dan profan menjadi sesuatu yang dihayati secara mendalam. Pengalaman

    tentang yang sakral menurut Eliade juga berpusat pada sesuatu yang supranatural yang di

    mana ketika orang menjumpai sesuatu yang benar-benar luar biasa atau misterius lalu

    menyadari bahwa hal itu menjadi pengalaman yang berkesan maka hal tersebut dianggap

    sakral. Hal tersebut dapat terlihat ketika masyarakat Mollo mengsakralkan tempat-tempat

    dimana mereka menemukan marga mereka, mereka juga mengsakralkan tempat-tempat

    seperti pohon-pohon, batu-batu dan gua-gua, tempat roh leluhur mereka tinggal untuk

    sementara waktu menunggu giliran mereka naik kembali keatas GunungMutis.

    Masyarakat Mollo menganggap bahwa Gunung Mutis adalah tempat yang sakral oleh

    karena, di Gunung Mutis tempat tinggal Uis Nenosebagai penguasa bumi berada. Oleh karena

    pemahaman yang demikian segala unsur alam yang ada di Gunung Mutis menjadi sangat

    berharga bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat Mollo. Air, Batu, tumbuh-tumbuhan

    5Mariasusai Dhavamony, Fenomologi Agama,Yogyakarta; Penerbit Kanisius,1995, Hal 147

    6R.W.Firsth, history and Tradition of Tikopio, London, 1961,8

  • 69

    hewan, pohon, yang ada di Gunung Mutis merupakan simbol kekayaan yang memberi

    kehidupan bagi sebagian besar masyarakat Timor bukan hanya masyarakat Mollo

    Oleh karena Gunung Mutis dianggap sebagai pusat dunia dan sangat sakral maka ada

    beberapa hal terlarang yang dianggap taboo bagi masyarakat Mollo. Diantaranya ada

    larangan untuk tidak mengambil sembarangan tumbuh-tumbuhan atau binatang yang ada di

    Gunung Mutis oleh karena mereka meyakini bahwa semua yang ada di Gunung Mutis

    merupakan penjelmaan dari leluhur mereka, misalnya larangan untuk tidak menebang

    pohon,oleh karenadi pohon tersebut tempat transit roh leluhur mereka sebelum naik ke atas

    Gunung Mutis. Batu besar juga merupakan tempat persinggahan roh leluhur mereka.

    Binatang yang ada merupakan jelmaan leluhur mereka, misalnya ular, apabila orang asli di

    sana yang bermata jeli melihat itu adalah nenek mereka, kera juga mereka melihat bahwa itu

    adalah kakek mereka, Sehingga ular tersebut tidak boleh dibunuh dan juga larangan untuk

    larangan pemburuan satwa liar, apabila ada yang melanggar larangan tersebut maka mereka

    akan di kenakan sanksi adat yang di berikan oleh tokoh adat maupun sanksi alam.

    4.3 Pengaruh Mitos Gunung Mutis Bagi Perilaku Masyarakat Mollo

    Mitos memainkan peran penting karena memiliki fungsi eksistensial bagi masyarakat

    Mollo. B. Malinowaski sangat menekankan hal ini. Mitos atau cerita-cerita suci dalam

    masyarakat Mollo juga penting untuk dirumuskan menurut Fungsinya, agar supaya

    masyarakat dapat memahami fungsi dan makna sesungguhnya dari mitos tersebut. Mitos

    yang ada dalam masyarakat Mollo fungsinya untuk menetapkan kepercayaan mereka

    terhadap sesuatu hal yang mereka anggap suci. Seperti halnya mitos kedatangan nenek

    moyang masyarakat Timor ke Gunung Mutis, mereka meyakini bahwa oleh karena nenek

    moyang mereka awalnya datang dan Tinggal di atas Gunung Mutis sehingga tempat itu

    menjadi suci oleh karena tempat Uis nenodan Roh leluhur mereka berada, dari hal seperti itu

  • 70

    mitos mempengaruhi masyarakat sehingga mereka menjaga dan melindungi alam mereka

    yaitu Gunung Mutis.

    Setiap mitologi atau tradisi suci dari masyarakat Mollo adalah kumpulan cerita yang

    terjalin dalam kebudayaan mereka, yang menyatakan keyakinan mereka, menentukan ritus

    mereka, yang berlaku sebagai landasan peraturan sosial maupun sebagai model dari tingkah

    laku moral mereka, yang berkembang dalam masyarakat Mollo, sehingga dari mitos tersebut

    mempengaruhi setiap tindakan yang mereka lakukan. Mitos yang ada juga tidak hanya

    semata-mata untuk mengulang kembali kejadian histori di masa lampau, tetapi dari tradisi

    suci ini memberikan dasar dari peristiwa awal dari masa lampau yang jaya untuk diulangi lagi

    di masa kini. Mitologi masyarakat Mollo mengangkat dan merumuskan kepercayaan,

    melindungi dan memperkuat setiap ritus-ritus yang ada dalam masyarakat, serta memberi

    peraturan-peraturan praktis untuk menuntut setiap kehidupan mereka, sehingga dapat

    dikatakan mitos yang ada dalam masyarakat Mollo dapat merupakan kekuatan dan norma

    masyarakat itu sendiri.

    Dari mitos tersebut masyarakat Mollo mengerti sejarah kehidupan mereka, dari cerita

    tersebut juga masyarakat Mollo mendapat nilai budaya dan moral sehingga mereka sangat

    menghargai setisap tradisi leluhur mereka, mereka sangat menaati setiap peratutan dan ritus

    yang ada dalam budaya mereka, semua itu mereka dapatkan dari setiap mitos dan cerita yang

    terus menerus dicerikan kepada mereka sehingga itu semua menjadi landasan dalam

    kehidupan bermasyarakat mereka. dari setiap kisah tersebut masyarakat juga dapat

    mengetahui apa yang menjadi identitas mereka, apa yang patut mereka lindungi dan

    pertahankan sebagai kekayaan budaya leluhur mereka. Dari mitos tersebut sangat menarik

    untuk dibahas, oleh karena dibalik mitos tersebut ternyata menimbulkan berbagai dampak

    yang mempengaruhi kehidupan sosial budaya, kepercayaan, dan pola pikir dan perilaku

    masyarakat Mollo.

  • 71

    4.3.1 Pengaruh Mitos Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Mollo

    Sebuah mitos bisa mengecohkan masyarakat, karena sedikit banyak didukung

    oleh pengalaman atau pengamatan empirik.7 Bukti-bukti pendukung itu sebenarnya

    bukan penyebab terbentuk mitos tetapi akibat dari mitos yang terlanjur diyakini oleh

    masyarakat.8 Mitos ini juga yang diyakini oleh masyarakat Mollo sehingga

    mempengaruhi pola sosial kehidupan mereka dengan lingkungan sekitar dan juga

    hubungan interaksi mereka dengan sesama.

    Demikian halnya yang terjadi dengan mitos yang diyakini oleh masyarakat Mollo

    mengenai Gunung Mutis sebagai gunung yang penuh dengan harta benda dan juga

    tempat Uis Neno berada, serta tempat tinggal leluhur masyarakat Mollo. Dengan

    demikian kontruksi mitos terbentuk di dalam masyarakat sehingga mempengaruhi

    kehidupan sosial budaya mereka. Oleh karena mitos yang ada masyarakat Mollo

    meyakini bahwa semua yang mereka miliki saat ini baik alam yang meyediakan segala

    sesuatu kepada mereka adalah pemberian dari Uis Neno dan para leluhur mereka yang

    berdiam di Gunung Mutis oleh karena itu mereka menjaga keharmonisan antara mereka

    dengan alam serta menjaga hubungan mereka dengan leluhur mereka. Masyarakat

    Mollo menjalin relasi yang baik lewat tindakan kehidupan mereka yaitu mereka

    menjaga dan menghargai Gunung Mutis, tidak boleh sembarangan orang masuk dan ke

    Gunung Mutis terkecuali seijin tokoh adat, apabila tokoh adat mengijinkan untuk

    mereka mengunjungi Gunung Mutis barulah mereka masuk kedalamnya, tetapi dengan

    tujuan yang jelas.

    Dengan adanya peraturan daerah yang menetapkan Gunung Mutis sebagai wisata

    cagar Alam maka siapa saja boleh mengunjungi Gunung Mutis, tetapi tetap dalam

    7 Ariel Haryono, seks dan mitos: Barat-Timur, dalam Johanes Mardimin, jangan tanginsi

    tradisi:transfoemasi budaya menuju masayarakat Indonesia Modern (Yogyakarta :Kanisius, 1994), hlm. 138 8Ariel Haryono, seks dan mitos: Barat-Timur, dalam Johanes Mardimin, jangan tanginsi

    tradisi:transfoemasi budaya menuju masayarakat Indonesia Modern,,,,,138

  • 72

    pengawasan tokoh adat yang ada. Apabila ada oknum yang sengaja merusak tanaman

    ataupun memburuh binatang yang ada di dalamnya maka ia sendiri akan menerima

    sanksi. Oleh karena mereka meyakini bahwa semua unsur yang ada di Gunung Mutis

    merupakan penjelmaan dari leluhur mereka. ketika mereka ingin pergi ke Gunung

    Mutis mereka tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan atau kata-kata

    kotor oleh karena itu akan membuat leluhur mereka marah. Dengan demikian maka

    mitos menciptakan nilai moral yang mempengaruhi kehidupan sosial mereka, dari

    mitos demikian juga mempengaruhi pola perilaku mereka untuk terus menjaga alam,

    hidup sopan dan santun, saling menghargai sesama, semua itu terbentuk dari mitos

    yang ada dalam masyarakat Mollo.Dari semuanya itu maka kehidupan sosial

    masyarakat Mollo tetap terjalin dengan harmonis dan alam mereka tetap terjaga dengan

    baik, tumbuh-tumbuhan dan hewan tetap terjaga kelestariannya.

    Oleh karena masyarakat yang terus mempertahankan keasrian Gunung Mutis

    dengan menjaga alamnya sehingga, gunung tersebut tetap terjaga, sehingga mata air

    yang ada dari Gunung Mutis tidak berkurang walaupun berada pada musim kemarau,

    pepohonannya tetap terlindungi sehingga membuat resapan air tetap terjaga, sehingga

    tanah di wilayah Mollo khususnya di desa Fatumnasi sangat subur, sehingga memenuhi

    segala kebutuhan mereka. Dari semuanya ini kita dapat melihat bahwa mitos

    mempengaruhi ekologi, sehingga masyarakat boleh hidup dengan penuh kecukupan

    yang disediakan oleh alam yang mereka jagai itu.

    Dari Gunung Mutis masyarakat mendapatkan garis struktur social dalam

    masyarakat, makaperilaku yang harus mereka lakukan yaitu,

    1. Setiap masyarakat wajib menjaga kelestarian alam dengan menjaga hutan,

    tidak boleh menebang pohon sembarangan, melainkan tetap menjaga

  • 73

    kelestarian alam dengan tetap memelihara pohon-pohon dan tumbuh-

    tumbuhan di kawasan Gunung Mutis,

    2. Tidak boleh memasuki wilayah hutan larangan yang disakralkan oleh

    masyarakat, oleh karena terdapat banyak tempat-tempat sakral, dan tempat-

    tempat yang di anggap taboo yang tidak boleh sembarang orang masuk ke

    wilayah tersebut.

    3. Tidak boleh memburuh binatang secara berlebihan melainkan melindungi

    binatang-binatang yang ada di kawasan tersebut.

    4. Menaati aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat, menjaga perilaku

    hidup mereka lewat relasi baik mereka dengan sesama, dapat di lihat dari

    kehidupan masyarakat Mollo yang mempunyai sikap penghormatan kepada

    sesama yang sangat tinggi, walaupun mereka hidup di wilayah yang bisa

    dikatakan keras oleh karena alam dan lingkungan yang membentuk mereka

    untuk hidup di tempat yang keras akan tetapi sikap hidup mereka dan perilaku

    mereka tidak sekeras kehidupan mereka. Hal ini yang membedakan

    masyarakat Mollo dengan masyarakat yang ada di wilayah Timor lainnya yang

    mempunyai watak yang lebih keras dan kasar.

    5. Menaati pemimpin mereka seperti tokoh adat atau pemerintah desa, semua

    peraturan adat dan peraturan desa mereka wajib untuk menaati hal ini terlihat

    ketika mereka melakukan kegiatan mereka seperti panen madu hutan mereka

    harus melakukan ritual bersama dengan tokoh adat. Mereka juga harus menaati

    pemerintah dengan tidak melanggar wilayah-wilayah yang telah di tentukan

    oleh pemerintah desa untuk membuka ladang pertanian maupun peternakan.

    Semua di patuhi oleh masyarakat setempat sehingga di wilayah Mollo jarang

    sekali terjadi pertikaian antar masyatakat maupun dengan pemerintah desa.

  • 74

    Hanya pada saat terjadi penambangan di wilayah Gunung Mutis barulah

    mereka bertindak unutk menolak penambangan tersebut untuk

    mempertahankan identitas dan alam mereka.

    4.3.2 Pengaruh Mitos dalam Agama dan Budaya Masyarakat Mollo

    Mitos, agama dan budaya adalah tiga hal dengan konsep yang berbeda namum

    sebenarnya ketiga hal ini memiliki keterkaitan satu dengan yang lain.di mana nilai-nilai

    yang terkandung dalam agama-agama tradisonal adalah nilai-nilai budaya yang

    merupakan warisan para leluhur. Konsep agama tradisonal terdiri dari pola-pola yang di

    dalamnya juga berkaitan dengan mitos sedangkan mitos sendri juga dalah bagian dari

    sistem kebudayaan. Dalam kajian sosiologis, baik agama maupun budaya merupakan

    bagian dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terdapat dalam

    masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

    Mitos merupakan bentuk pengungkapan intektual yang primodial dari berbagai

    sikap dan kepercayaan keagamaan. Mitos telah dianggap sebagai filsafat primitif

    berbentuk pengungkapan pemikiran yang paling sederhana, serangkain usaha untuk

    memahami dunia, untuk menjelaskan kehidupan dan kematian, takdir dan hakikat,

    dewa-dewa dan ibadah.9 Sehubungan dengan hal ini masyarakat Mollo pada umumnya

    telah berpegang pada sistem kepercayaan yang dikategorikan sebagai agama yang

    diakui oleh negara, namun keyakinan yang di dasarkan pada kepercayaan agama yang

    dianut masih dipengaruhi oleh mitos yang telah menjadi tradisi dan sejarah masyarakat

    Mollo. Mitos yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Mollo berkaitan dengan

    kepercayaan tradisional dan nilai-nilai kebudayaan. Pada umumnya, pada masyarakat

    tradisonal, tradisi erat kaitannya dengan mitos dan agama. Mitos lahir dari tradisi yang

    9Thomas F. O‟Dea, Sosiologi Agama,Suatu Pengenalan Awal, Jakarta; CV Rajawali, 1987, hlm 79

  • 75

    sudah mengakar kuat di suatu masyarakat, sementara agama dipahami berdasarkan

    kultur setempat sehingga mempengaruhi tradisi. Secara umum mitos selalu

    dihubungkan dengan masyarakat mistis, namun demikian tidak berarti masyarakat

    modern telah meniadakan mitos ini sama sekali. Karena tidak jarang masyarakat

    modern yang masih percaya pada warisan kuno. Pada hakikatnya mitos selalu muncul

    dalam ranah psikis manusia. Selain itu mitos juga dipahami sebagai pernyataan

    manusia yang kompleks dan dramatis, yang melibatkan pikiran, perasaan, sikap dan

    sentimen. Dengan demikian mitos itu berada di luar dunia empirik, tetapi mitos selalu

    mengaktualisasikan apa yang telah dikisahkan.

    Mitos bagi masyarakat Mollo merupakan gambaran keyakinan mereka mengenai

    rahasia-rahasia alam yang mengatasi segala kehidupan. dalam dunia mitos manusia

    merasa di kelilingi kekuatan roh-roh dan kekuatan-kekuatan alam. Mereka meyakini

    bahwa ada kekuatan-kekuatan lain yang lebih berkuasa di sekeliling mereka yang masih

    berhubungan dengankehidupan mereka, sehingga ketika mereka mengalami peristiwa-

    peristiwa buruk misalnya gagal panen, sakit penyakit, bencana alam, mereka akan

    menghubungkan dengan roh leluhur dan Uis Neno sebagai penguasa yang sedang

    murka atas perbuatan mereka, oleh karena itu mereka harus melakukan ritual adat agar

    mereka terhindar dari mara bahaya. Misalnya salah satu tradisi ritus agraris yang masih

    hidup dan terus dikembangkan dalam masyarakat Mollo sampai sekarang ini adalah

    Tradisi Fua Pah, sebuah tradisi pemujaan roh yang dilaksanakan di tempat-tempat

    tertentu seperti di kebun-kebun, gunung-gunung dan bukit-bukit.Untuk mengambil hati

    dan menghindari kemarahan Pah Tuaf, masyarakat Mollo seringkali memberikan

    berbagai korban persembahan dalam upacara adat yang disebut Fua Pah. Upacara Fua

    Pah merupakan sebuah tradisi pemujaan kepada Uis Pah (Raja Dunia, Sang Penguasa

  • 76

    Tanah dan makhluk di atas alam raya yang dianggap menyimpan kekuatan jahat atau

    kekuatan setan) dengan cara memberikan sesaji berupa hewan korban.

    Tradisi pemujaan Fua Pah sampai sekarang masih hidup dan berkembang dalam

    masyarakat Mollo. Tradisi ini telah menjadi semacam simbol konstitutif yang

    membentuk kepercayaan-kepercayaan, simbol kognitif yang membentuk ilmu

    pengetahuan, simbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai moral dan aturan-

    aturan, dan simbol-simbol ekspresif pengungkapan perasaan.Sebagai sebuah sistem

    simbol, tradisi ini memuat berbagai makna yang penting bagi masyarakat

    pendukungnya.

    Ritus-ritus yang dilaksanakan dalam masyarakat tradisional biasanya berkaitan

    secara emosional dengan mitologi dan sistem kepercayaan masyarakatnya mengenai

    Tuhan, roh, alam semesta, bumi, kerja. Khusus menyangkut pemujaan terhadap roh-roh

    leluhur maupun roh-roh lainnya. Disini kita dapat melihat bahwa walaupun masyarakat

    Mollo sudah mempunyai keyakinan agama sah oleh negara namun mereka masih

    mempercayai keyakinan tradisonal yang mereka yakini dari leluhur mereka. Semua itu

    mereka yakini dari setiap mitologi yang ada dalam budaya mereka. Dengan demikian

    maka mitos yang berkembang dalam budaya masyarakat Mollo mempunyai pengaruh

    yang besar dalam kepercayaan masyarakat Mollo dan sudah menjadi kekayaan budaya

    mereka.