bab iv formaldehyd
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
1/41
37
BAB IV
UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM
4.1 Unit Pendukung Proses
Unit pendukung proses atau unit utilitas merupakan bagian penting untuk
menunjang berlangsungnya suatu proses dalam pabrik. Unit pendukung proses dalam
pabrik formaldehid terdiri dari unit pengadaan dan pengolahan air, unit pengadaan
pendingin reaktor, unit pembangkit tenaga listrik, unit penyediaan steam (pemanas),
unit pengadaan bahan bakar dan unit pengolahan limbah.
1. Unit pengadaan dan pengolahan air
Unit ini berfungsi untuk menyediakan air mulai dari pengolahannya hingga siap
digunakan sebagai air pendingin, air sanitasi, air proses dan air umpan boiler .
2. Unit penyediaan steam
Unit ini berfungsi menghasilkan fluida pemanas pada alat-alat perpindahan panas.
3. Unit pengadaan listrik
Unit ini menyediakan listrik yang berfungsi untuk tenaga penggerak dari peralatan
proses maupun untuk penerangan.
4. Unit pengadaan bahan bakar
Unit ini berfungsi untuk menyediakan bahan bakar yang digunakan di generator.
5. Unit pengadaan pendingin reaktor
Unit berfungsi menyediakan pendingin reaktor (R-01) agar suhu reactor
dipertahankan pada suhu 250-400˚C. Pendingin yang digunakan adalah unit
Dowterm A.
6.
Unit penyediaan udara tekan
Unit ini berfungsi untuk menyediakan udara tekan guna menjalankan instrumentasi
di beberapa peralatan proses.
7. Unit pengolahan limbah
Unit ini berfungsi untuk mengolah limbah yang dihasilkan dari seluruh area pabrik.
8. Unit pengolahan pencemaran air dan udara
Unit ini berfungsi untuk pengendalian proses dalam hal pencemaran air dan udara.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
2/41
38
4.1.1 Unit Pengadaan dan Pengolahan Air
4.1.1.1 Unit Pengadaan Air
Dalam pemenuhan kebutuhan air, suatu industri atau pabrik pada umumnya
menggunakan air sumur, air sungai atau air laut sebagai sumber air. Pada prarancangan
pabrik formaldehid ini, kebutuhan air proses dipenuhi dengan mengambil air laut dari
Selat Makassar. Fresh Water diambil dari badan air laut Selat Makassar melalui sistem
pemompaan dan pemipaan langsung masuk ke unit pengolahan air di dalam pabrik.
Selain itu, digunakan juga air sumur hasil pengeboran yang telah diolah terlebih dahulu
untuk keperluan sanitasi atau keperluan rumah tangga pabrik. Pertimbangan digunakan
air sumur untuk keperluan sanitasi dan keperluan rumah tangga pabrik adalah :1.
Mempunyai kualitas yang relatif sudah baik dibandingkan dengan air
permukaan, ditinjau dari segi kontaminasi maupun pencemaran lingkungan.
2. Merupakan sumber air yang kontinuitasnya relatif tinggi sehingga kekurangan
air dapat dihindari.
3.
Air sumur tidak memerlukan pengolahan yang rumit apabila digunakan sebagai
air sanitasi, karena telah memenuhi persyaratan dan telah memiliki kualitas
yang relatif baik.
Air yang diperlukan di lingkungan pabrik, yaitu meliputi :
1. Air Umpan Boiler
Merupakan air yang digunakan untuk menghasilkan steam dan untuk
kelangsungan proses. Air yang digunakan sebagai umpan boiler diperoleh dari air laut.
Air untuk umpan boiler memiliki persyaratan yang sangat ketat. Meskipun kelihatan
jernih, tetapi pada umumnya air hasil dari unit pengolahan air masih mengandung
garam atau mineral-mineral terlarut dan asam yang dapat merusak metal pada system
pembangkit steam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan air umpan
boiler adalah sebagai berikut :
Zat-zat yang menyebabkan korosi.
Korosi yang terjadi didalam boiler disebabkan air mengandung larutan-larutan
asam, gas terlarut seperti O2, CO2, H2S, dan NH3.
Zat yang menyebabkan foaming.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
3/41
39
Air yang diambil dari proses pemanasan bisa menyebabkan foaming pada boiler
karena adanya zat-zat organik, anorganik dan zat-zat yang tidak larut dalam
jumlah besar. Efek pembusaan terjadi pada air yang kadar alkalinitasnya tinggi.
Zat yang menyebabkan kerak ( scale forming ).
Pembentukan kerak disebabkan karena adanya kesadahan dan suhu tinggi, yang
biasanya berupa garam-garam karbonat dan silikat.
Oleh karena itu air umpan boiler harus melewati pengolahan lebih lanjut untuk
mengendalikan jumlah zat-zat tersebut. Umumnya air umpan boiler diolah dengan cara
demineralisasi menggunakan ion-exchange dan dilanjutkan dengan proses deaerasi dan
stripping untuk menghilangkan gas terlarut.
2. Air Proses
Merupakan air yang digunakan sebagai air proses dimanfaatkan pada absorber
sebagai absorbent. Air akan mengabsorb (menyerap / melarutkan) sebagian besar gas
formaldehid yang terbentuk pada reaktor. Selain itu air proses ini juga digunakan pada
alat yang memerlukan sistem pendingin cooling water seperti Cooler. Pemenuhan
kebutuhan air proses berasal dari air laut Selat Makassar. Penggunaan sumber air
tersebut untuk keperluan air proses dengan berbagai pertimbangan antara lain :
a. Air laut dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dengan biaya murah
b.
Mudah dalam pengaturan dan pengolahannya
c. Dapat menyerap sejumlah panas per satuan volume yang tinggi
d. Tidak terdekomposisi
e. Tidak dibutuhkan cooling tower , karena air laut langsung dibuang ke laut
kembali dengan melewatkannya pada Waterfall
3. Air Sanitasi
Air sanitasi untuk perkantoran dan laboratorium juga harus memenuhi
persyaratan tertentu. Air untuk perkantoran akan dikonsumsi karyawan pabrik,
sehingga diperlukan air yang bersih dan bebas kandungan ion – ion yang berbahaya.
Sedangkan untuk laboratorium, diperlukan air yang juga bebas kandungan ion – ion
sehingga hasil analisa menjadi lebih tepat. Air sanitasi ini diperoleh dari air sumur hasil
pengeboran yang telah diolah terlebih dahulu. Syarat air sanitasi meliputi :
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
4/41
40
1. Syarat fisik :
Tidak berwarna (jernih)
Tidak mempunyai rasa
Tidak berbau
2. Syarat kimia :
Tidak mengandung zat organik maupun zat anorganik
Tidak beracun
3. Syarat bakteriologis :
Tidak mengandung bakteri-bakteri, terutama yang merugikan (patogen)
4. Air Hidran
Air ini digunakan mencegah atau memadamkan kebakaran. Pada umumnya air
ini tidak memiliki persyaratan yang spesifik.
4.1.1.2 Pengolahan Air
Pengolahan air bertujuan untuk memenuhi syarat-syarat air untuk dapat
digunakan. Pengolahan tersebut dapat meliputi pengolahan secara fisik dan kimia,
penambahan desinfektan maupun dengan penggunaan ion exchanger .
Air laut sebagai bahan baku untuk kebutuhan air proses di pabrik diambil dari air
laut Selat Makassar dan harus memenuhi beberapa persyaratan kualitas, yaitu:
Bebas dari kotoran yang bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan di
sepanjang aliran perpipaan dan peralatan.
Air laut tidak mengandung mikroorganisme, zat pencemar, dan binatang laut
lainnya
1. Unit Air Umpan Boiler
Air sebagai umpan boiler diambil dari Boiler feed water (air umpan boiler) yang
berasal dari air laut Selat Makassar. Air umpan boiler adalah air yang dimasukkan atau
ditambahkan ke dalam boiler untuk mengganti kehilangan air karena penguapan selama
operasi berjalan. Jika umpan air boiler mutunya rendah, maka dapat dapat menimbulkan
kerak pada permukaan pipa atau seluruh sistem boiler. Sedangkan mutu air umpan
boiler, ditentukan oleh kandungan bahan yang ada di dalam air tersebut. Persyaratan
mutu air umpan boiler dapat dilihat pada Tabel 4.1.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
5/41
41
Tabel 4.1 Persyaratan Air Umpan Boiler
No Parameter Satuan Persyaratan Maksimum (Psig)
0 – 150 150-700 700 – 1500
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1213
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Suhu
pH
daya hantar listrik
Total kesadahan
Kadar bikarbonat
Total alkaliniti
Kesadahan Ca/Mg
Kadar cholrida
Kadar sulfat
Kadar silika
Kadar carbonat
Kadar hidroksidaKadar amonium
Kadar H2S
Kadar besi
Kadar aluminium
kadar mangan
Padatan tersuspensi
Padatan terlarut
Total padatan
Oksigen terlarut
Stability index
Kadar tembaga
oC
unit
-oD
ppm,CaCO3
ppm,CaCO3
ppm
ppm,Cl
ppm,SO4
ppm,SiO4
ppm,CO3
ppm,OH ppm,NH4
ppm,H2S
ppm,Fe
ppm,Al
ppm,Mn
ppm
ppm
ppm
ppm,O2
-
ppm,Cu
-
8-10
-
1,12
50
140
0
0
0
30
200
500,1
5
1
5
0,3
20
700
720
1,4
6-7
0,5
-
8,2-10
-
0
5
70
0
0
0
10
40
300,1
0
0,2
0,1
0,1
5
150
155
0
6-7
0,05
-
8,2-9
-
0
0
40
0
0
0
0,7
20
150,1
0
0,05
0,01
0,01
0
50
50
0
6-7
0,05(Sumber: Sukartinah, 1992)
Secara umum proses pengolahan air laut untuk dijadikan air umpan boiler
ditunjukkan pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Air Umpan Boiler
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
6/41
42
a. Sea Water I ntake
Air laut dihisap dari laut ke kolam penampungan yang langsung berada di pinggir
pantai dengan menggunakan pompa. Sebelum masuk pompa air dilewatkan pada unit
penyaring-unit penyaring diantaranya :
1. Coarse Bar Screen
Coarse Bar Screen terdapat di sea water intake, unit penyaring ini berfungsi untuk
menahan kototan/sampah yang besar seperti kayu dan ubur-ubur serta binatang laut
lainnya.
2. Rake Screen
Rake Screen ini berfungsi untuk membersihkan kotoran/sampah yang lebih kecil.
Peralatan rake screen adalah sebuah penggaruk yang bisa membuka dan menutup,
digerakkan oleh sistem hydroulik (tekanan oli).
3. Rotary Screen
Rotary Screen ini berfungsi untuk menyaring kotoran/sampah yang lebih kecil lagi
seperti daun-daun, udang-udang kecil yang maih lolos di unit penyaring kedua.
Setelah melalui ketiga unit penyaring tersebut, diharapkan air laut bebas dari
kotoran/sampah padat.
b. Unit Klorinasi
Selanjutnya air laut masuk ke Unit Klorinasi. Chlorination berfungsi untuk
memproduksi larutan NaOCl (natrium hipoklorit) dengan konsentrasi antara 1.000 –
2.000 ppm. NaOCl ini berfungsi sebagai desinfektan guna mencegah atau mengurangi
pertumbuhan ganggang, dan mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya kerak ( scaling) atau karang yang akan menyumbat pipa dan mengganggu
proses transfer panas di alat-alat penukar panas.
Injeksi larutan NaOCl dilakukan secara normal (continuous dosing ) dengan kadar
dalam air laut masuk basin mencapai 1 ppm untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Karena selama injeksi continuous dosing ada beberapa
mikroorganisme yang cenderung kebal, maka injeksi juga dilakukan secara shock
dosing dengan konsentrasi 10 ppm di sea water header. Sea water header merupakan
tempat penampungan air laut setelah klorinasi.
Pembuatan larutan NaOCl dilakukan dengan cara elektrolisis air laut. Kemudian
air laut dialirkan ke sel elektrolisis.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
7/41
43
Reaksi yang terjadi pada proses khlorinasi di Electrolizer adalah sebagai berikut:
NaCl Na+ + Cl- (4.5)
Anoda : 2Cl- Cl2 + 2e- (4.6)
Katoda : 2H2O + 2e- 2OH- + H2 (4.7)
2Na+ + 2OH- 2NaOH (4.8)
Reaksi keseluruhan terjadi di ruang antara elektroda-elektroda:
NaCl + H2O NaOCl + H2 (4.9)
Kinerja Unit Chlorination sangat dipengaruhi oleh kebersihan masing-masing cell .
Untuk mencegah terbentuknya endapan garam dan kerak pada sel elektrolisis maka
diperlukan Acid cleaning secara berkala.
Acid cleaning dilakukan setiap bulan pada kondisi normal, meskipun kondisi-
kondisi sebagaimana tersebut di atas tidak terjadi. Acid cleaning dilakukan dengan
menggunakan larutan asam khlorida (HCl 5%) dengan cara mensirkulasikannya ke
seluruh cell elektrolisis selama 4 jam.
c. Unit Desalinasi
Pada pabrik formaldehid ini, sistem desalinasi air laut dirancang menggunakan
teknologi proses thermal dimana pada penggunaan tenaga panas ini, air laut dievaporasi
secara bertahap dalam tiga buah heat exchanger evaporator. Uap air yang dihasilkan
dari evaporator ini kemudian dikondensasikan dan ditampung dalam tangki air
desalinasi. Kualitas air distilat lebih kecil dari 2,5 μS/cm3. Bahan-bahan kimia yang
diinjeksikan di unit ini adalah :
H2SO4 untuk mengontrol pH dan mengontrol M-alkalinitas.
Sodium Bisulfit untuk menghilangkan klorin bebas dari air laut agar tidak terjadi
korosi.
Anti foam untuk menghilangkan busa yang terjadi pada evaporator.
Beberapa parameter yang harus diperhatikan pada air desalinasi ditunjukkan pada Tabel
4.2.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
8/41
44
Tabel 4.2 Kontrol Parameter pada Air Desalinasi
Parameter Range
Electro Conductivity < 0,1μS/cm
pH 6,5-7,5TDS < 12 ppm
Cl < 5 ppm
Dari tangki air desalinasi ini, air didistribusikan untuk air umpan boiler.
2. Unit Air Pendingin
Air pendingin yang digunakan dalam proses sehari-hari berasal dari air laut
Selat Makassar yang telah diklorinasi. Air pendingin harus mempunyai sifat-sifat yang
tidak korosif, tidak menimbulkan kerak dan tidak mengandung organisme yang dapat
mengurangi efektifitas perpindahan panas seperti kerang. Untuk mengatasi hal tersebut
maka ke dalam air pendingin diinjeksikan bahan kimia seperti klorin untuk membunuh
organisme (kerang). Sistem pendinginan yang digunakan adalah sistem satu kali
lewatan (one through) dan pada air buangannya dibuat air terjun (water fall ) yang
berfungsi untuk melepaskan gas klorin karena gas klorin mematikan biota laut selain itu
juga untuk pendinginan. Secara umum proses pengolahan air laut untuk dijadikan air
pendingin adalah sebagai berikut
Gambar 4.2 Diagram Alir Pengolahan Air Pendingin
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
9/41
45
a. Sea Water I ntake
Air laut dihisap dari laut ke kolam penampungan yang langsung berada di pinggir
pantai dengan menggunakan pompa. Sebelum masuk pompa air dilewatkan pada unit
penyaring-unit penyaring diantaranya :
1. Coarse Bar Screen
Coarse Bar Screen terdapat di sea water intake, unit penyaring ini berfungsi untuk
menahan kototan/sampah yang besar seperti kayu dan ubur-ubur serta binatang laut
lainnya.
2. Rake Screen
Rake Screen ini berfungsi untuk membersihkan kotoran/sampah yang lebih kecil.
Peralatan rake screen adalah sebuah penggaruk yang bisa membuka dan menutup,
digerakkan oleh system hydroulik (tekanan oli).
3.
Rotary Screen
Rotary Screen ini berfungsi untuk menyaring kotoran/sampah yang lebih kecil lagi
seperti daun-daun, udang-udang kecil yang maih lolos di unit penyaring kedua.
Setelah melalui ketiga unit penyaring tersebut, diharapkan air laut bebas dari
kotoran/sampah padat.
b. Unit Klorinasi
Selanjutnya air laut masuk ke Unit Klorinasi. Chlorination berfungsi untuk
memproduksi larutan NaOCl (natrium hipoklorit) dengan konsentrasi antara 1.000 –
2.000 ppm. NaOCl ini berfungsi sebagai desinfektan guna mencegah atau mengurangi
pertumbuhan ganggang, dan mikroorganisme lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya kerak ( scaling) atau karang yang akan menyumbat pipa dan mengganggu
proses transfer panas di alat-alat penukar panas.
Injeksi larutan NaOCl dilakukan secara normal (continuous dosing ) dengan kadar
dalam air laut masuk basin mencapai 1 ppm untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Karena selama injeksi continuous dosing ada beberapa
mikroorganisme yang cenderung kebal, maka injeksi juga dilakukan secara shock
dosing dengan konsentrasi 10 ppm di sea water header. Sea water header merupakan
tempat penampungan air laut setelah klorinasi.
Pembuatan larutan NaOCl dilakukan dengan cara elektrolisis air laut. Kemudianair laut dialirkan ke sel elektrolisis.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
10/41
46
Reaksi yang terjadi pada proses khlorinasi di Electrolizer adalah sebagai berikut:
NaCl Na+ + Cl- (4.10)
Anoda : 2Cl- Cl2 + 2e- (4.11)
Katoda : 2H2O + 2e- 2OH- + H2 (4.12)
2Na+ + 2OH- 2NaOH` (4.13)
Reaksi keseluruhan terjadi di ruang antara elektroda-elektroda:
NaCl + H2O NaOCl + H2 (4.14)
Kinerja Unit Chlorination sangat dipengaruhi oleh kebersihan masing-masing cell .
Untuk mencegah terbentuknya endapan garam dan kerak pada sel elektrolisis maka
diperlukan Acid cleaning secara berkala.
Acid cleaning dilakukan setiap bulan pada kondisi normal, meskipun kondisi-
kondisi sebagaimana tersebut di atas tidak terjadi. Acid cleaning dilakukan dengan
menggunakan larutan asam khlorida (HCl 5%) dengan cara mensirkulasikannya ke
seluruh cell elektrolisis selama 4 jam. Persyaratan untuk air pendingin dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Syarat Mutu Air Pendingin
Parameter Jumlah
pH 6,5 – 7,5
Konduktivitas 11 μs/cm
Klorida 2,25 ppm
Total Fe 0,005 ppm
Total Cu 0,03 ppm
SiO2 0,02 ppm
Sodium 1,20 ppm
Potasium 0,05 ppm
Mg 0,15 ppm
Bikarbonat 0,60 ppm
Sulfat 0,40 ppmTotal Dissolved Solid 5 ppm
(Sumber: PT Pupuk Kalimantan Timur, 2014)
3. Unit Air Sanitasi
Air sanitasi digunakan untuk kebutuhan air minum, laboratorium, kantor dan
domestik. Air sanitasi yang digunakan dalam pabrik berasal dari air sumur hasil
pengeboran yang telah diolah terlebih dahulu. Persyaratan mutu air minum dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
11/41
47
Tabel 4.4 Syarat Mutu Air Minum
No Parameter Satuan
Syarat-syarat
KeteranganMin
diijinkan
max
diijinkan
A. FISIKA1 Bau tidak berbau
2 TDS mg/L 1000
3 Kekeruhan Skala NTU 5
4 Rasa tidak berasa
5 Suhu 63 oC
6 Warna Skala TCU 15
B.KIMIA
1.Kimia Anorganik
1 Air raksa mg/L 0,001
2 Alumunium mg/L 0,23 Arsen mg/L 0,05
4 Balium mg/L 1
5 Besi mg/L 0,3
6 Flouridda mg/L 1,5
7 Kadmium mg/L 0,05
8 Kesadahan mg/L 500
9 Klorida mg/L 250
10 Kromium mg/L 0,05
11 Mangan mg/L 0,1
12 Natrium mg/L 200
13 Nitrat mg/L 10-Jan14 Nitrit mg/L 1
15 Perak mg/L 0,05
16 PH 9,5
17 Selenium mg/L 0,01
18 Seng mg/L 5
19 Sianida mg/L 0,1
20 Sulfat mg/L 400
21 Sulfida mg/L 0,05
22 Tembaga mg/L 1
23 Timbal mg/L 0,05
2.Kimia Organik
1 Aldrin mg/L 0,0007
2 Benzena mg/L 0,01
3 Benzo mg/L 0,00001
4 Chlrodane mg/L 0,0003
5 Chloroform mg/L 0,03
6 2,4 D mg/L 0,1
7 DDT mg/L 0,03
8 1,2 Dichloroethane mg/L 0,01
9 1,1 Dichloroethane mg/L 0,0003
10 Heptachlor mg/L 0,003
11 Hexachlorobenzene mg/L 0,00001
12 Lindane mg/L 0,004
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
12/41
48
13 Hethychlor mg/L 0,03
14 Pentachlorophenol mg/L 0,01
15 Pestisida total mg/L 0,1
16 2,4,6 trichlorophenol mg/L 0,01
17 Zat organic mg/L 10
3 Mikrobiologi
1 Koliform tinja Jml/100ml 0
2 Total koliform Jml/100ml 0
4. Radio aktivitas
1 Aktivitas alpha mg/L 0,1
2 Aktivitas beta mg/L 1
(Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/mENKES/PER/II/1990)
Proses pengolahan air sumur menjadi air sanitasi terdiri atas beberapa tahap :
1. Well Water
Sumber air tanah yang digunakan untuk keperluan air proses, dan air sanitasi
disuplai dari beberapa sumur.
2. Aerator
Air sumur dipompakan ke aerator secara counter current dengan udara yang
dihembuskan oleh blower dan turun melalui tumpukan raschig ring . Ferro (Fe
2+
)yang larut dalam air sumur hasil pengeboran dioksidasi menjadi Ferri (Fe3+)
yang mudah mengendap sehingga mudah dipisahkan. Proses oksidasi dapat
berjalan sempurna pada pH 7, karena itu pada aerator diinjeksikan NaOH
untuk menetralkan air sumur yang bersifat asam.
3. Iron Removal Filter
Berfungsi untuk menyaring endapan-endapan dan mengurangi kadar besi yang
dapat menimbulkan korosi pada peralatan. Kadar besi pada air keluar dari filter
ini tidak boleh lebih dari 0,2 ppm. Iron removal filter berisi Manganese Dioxide
Coated Filter . Media yang diperkuat oleh lapisan batu kerikil di bawahnya.
Manganese dioxide ini berfungsi untuk menyempurnakan oksidasi ion-ion ferro
menjadi ion-ion ferri. Selain itu dengan adanya media padat seperti pasir, zat
padat yang mengambang dalam air ( suspended solid ) akan tertahan secara
mekanis. Air yang melewati iron removal filter dipompakan ke filtered water
tank , sebagian digunakan sebagai air sanitasi setelah diinjeksikan chlorine 1,5
ppm dan ditampung di water tank .
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
13/41
49
Air Sanitasi
Gambar 4.3. Pengolahan Air Sanitasi
4.1.1.3 Menghitung Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk pelarut pada absorber
Air digunakan sebagai pelarut pada absorber. Air sebagai ”mass separating agent ”
akan melarutkan sebagian besar formaldehid dan sedikit metanol yang berasal dari
campuran gas produk reaktor.
Kebutuhan air sebagai pelarut = 1327,056 kg/jam
Diperkirakan air hilang 10 % sehingga make up air sebesar :
= 132,7056 kg/jam
Densitas air pada T = 30 oC = 995,680 kg/m3
(Geankoplis, 1983)
Total kebutuhan air sebagai pelarut = (1327,056 + 132,7056) kg/jam
= 1459,7616 kg/jam
= 35,1863 m3/hari
Kebutuhan air untuk steam
Kebutuhan air guna membangkitkan steam (BFW) untuk operasional pabrik
berdasarkan data dari neraca panas adalah :Total kebutuhan air untuk steam = 1075,630 kg/jam
Well Water
Aerator
Iron Removal Filter
Chlorine Injection
Water Tank
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
14/41
50
Diperkirakan air hilang 20 % sehingga make up air sebesar :
= 215,126 kg/jam
Total kebutuhan air untuk steam = (1075,630+ 215,126) kg/jam
= 1290,756 kg/jam
= 31,1125 m3/hari
Kebutuhan air untuk pendingin
Kebutuhan air untuk pendingin adalah sebagai berikut :
HE 1, Cooler (C-01) = 27511,1029 kg/jam
HE 2, Cooler Dowtherm (C-02) = 53653,5434 kg/jam
Kebutuhan air untuk pendingin = 81164,6463 kg/jam
Diperkirakan air hilang 10 % sehingga make up air sebesar
= 8116,46463 kg/jam
(Perry, et al., 2007)
Densitas air pada 30oC = 995,680 kg/m3
(Geankoplis, 1983)
Total kebutuhan air untuk pendingin = 89281,11093 kg/jam
= 2152,0435 m3/hari
Kebutuhan air untuk sanitasi
Kebutuhan air sanitasi untuk perkantoran dan rumah tangga dapat diperkirakan
sebagai berikut :
Air untuk karyawan kantor
Kebutuhan air untuk setiap karyawan sebesar 40 liter/ hari
Sehingga, untuk 140 orang diperlukan air sebanyak :
= 140 x 40 Liter/hari = 5600 Liter/hari = 5,6 m3/hari
Air untuk keperluan laboratorium diperkirakan 3 m3/hari
Air untuk kebersihan, pertamanan, dll diperkirakan sebesar 10 m3/hari
Total kebutuhan air sanitasi = (5,6 + 3 + 10) m3/hari = 18,6 m3/hari
Jadi, total kebutuhan air:
Air sebagai pelarut + Air untuk steam + Air untuk pendingin + Air untuk
sanitasi
35,1863 m3/hari + 31,1125 m3/hari + 2152,0435 m3/hari + 18,6 m3/hari =
2263,9423 m3/hari
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
15/41
51
4.1.2 Unit Penyediaan Steam
Kebutuhan steam pada pabrik formaldehid digunakan untuk mensuplai
kebutuhan panas pada vaporizer. Steam terbentuk dari air yang diuapkan dalam alat
boiler .
Steam yang digunakan untuk pemanas pada vaporizer adalah steam low
pressure pada suhu 110 oC dan tekanan 1,41 atm dengan = 532,626 kkal/kg sehingga
steam yang dibutuhkan adalah 909,679 kg/jam.
Untuk menjaga kebocoran pada saat distribusi jumlah steam dilebihkan
sebanyak 10 %. Jadi jumlah steam yang dibutuhkan adalah 1000,6469 kg/jam.
Untuk menyediakan steam bertekanan 1064 mmHg (1,41 atm) dan suhu 110 oC
digunakan Waste Heat Boiler (WHB-01) dengan memanfaatkan panas produk keluar
reaktor. Steam yang dihasilkan dari WHB-01 adalah 1075,630 kg/jam.
WHB yang digunakan adalah boiler jenis pipa api karena mempunyai
keuntungan sebagai berikut :
- Tidak memerlukan tembok dari batu tahan api
- Tidak memerlukan plate tebal untuk shell yang tebal sehingga harganya lebih murah
-
Tinggi permukaan air tidak memerlukan pengawasan seteliti mungkin seperti pada
boiler pipa air
- Memerlukan ruang dengan ketinggian rendah
-
Beroperasi dengan baik pada beban yang naik turun
Steam Yang Dihasilkan = 1075,630 kg/jam = 2845,6299 lb/jam
Blow down = 10% dari steam yang dihasilkan
= 0,1 x 2845,6299 lb/jam
= 284,56299 lb/jam
Umpan air masuk boiler = blow down + steam yang dihasilkan
= 284,56299 lb/jam + 2845,6299 lb/jam
= 3130,19289 lb/jam
Kondensat yang kembali = 70 % dari steam yang dihasilkan
= 0,7 x 2845,6299 lb/jam
= 1991,94093 lb/jam
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
16/41
52
Kondensat yang hilang = steam yang dihasilkan – kondensat yang kembali
= 2845,6299 lb/jam - 1991,94093 lb/jam
= 853,68897 lb/jam
Make-up air untuk boiler = kondensat yang hilang + blow down
= 853,68897 lb/jam + 284,56299 lb/jam
= 1138,25196 lb/jam
% make-up air =
=
= 36,3636 %
% make up kondensat =
=
= 63,6363 %
1. Perhitungan kapasitas boiler
Dari hal.140 Severn, 1964
Q = ms (h-hf) (4.15)
Dimana :
Q = kapasitas boiler
ms = massa steam (lb/jam)
h = entalpi steam pada P dan T tertentu (Btu/lb)
hf = entalpi steam pada 1 atm (Btu/lb)
Kondisi steam (Tabel F.1 Smith et al ., ed 6, 2001) :
a. Temperatur = 453,15 K pada P = 9,9 atm
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
17/41
53
Hgas = 2776,3 kJ/kg = 1193,57 Btu/lb
b. Make-up air pada suhu 403,15 K
Hliq = 546,3 kJ/kg = 234,86 Btu/lb
c. Kondensat kembali pada suhu 449,15 K
Hliq = 745,5 kJ/kg = 320,93 Btu/lb
Karena steam yang masuk terdiri dari 25% fresh feed (make up water) dan 75%
kondesat, maka :
hf = (0,25 x Hliq make up water )+ (0,75 x Hliq kondensat) (4.16)
hf = (0,25 x 234,86) + (0,75 x 320,93)
= 299,41 Btu/lb
Q = 2845,6299 x (1193,57 – 234,86)
= 2728133,841 Btu/jam
Efisiensi boiler 80 % jadi panas yang diperlukan untuk pembentukan steam
Q = 2728133,841 / 0,80
= 3410167,302 Btu/jam
2. Menentukan luas perpindahan panas.
Dari Severn hal.140, konversi panas menjadi daya adalah :
Hp =34,5x3,970
Q (4.17)
= 3410167,302 / (970,3 x 34,5)
= 101,8710 Hp
Dari severn hal 126 :
Ditentukan luas bidang pemanasan adalah 10 ft2/Hp
Jadi total heating surface = 1018,710 ft2
3.
Perhitungan kebutuhan bahan bakar
Bahan bakar yang digunakan adalah solar
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
18/41
54
Dari Hougen volume 1, hal 519 :
Heating value fuel oil grade 4 = 19440 Btu/lb
= 59,14 lb/ft
3
Massa bahan bakar
mf =f .
Q
(4.18)
mf = massa bahan bakar yang dipakai, lb/jam
Q = kapasitas boiler, Btu/jam
= effisiensi boiler (80%)
f = heating value, Btu/lb
mf = 3410167,302 /(0,8 x 19440)
= 219,2751 lb / jam
vf =
mf (4.19)
= 219,2751 /59,14
= 3,7077 ft3/jam
= 104,9904 liter/jam
Spesifikasi Boiler
Tipe : Fire tube Boiler
Jumlah : 1 buah
Heat Surface : 1018,710 ft2
Tekanan : 1002,7 kPa
Temperatur : 453,15 K
Bahan bakar : fuel oil grade 4
Rate bahan bakar : 104,9904 liter/jam
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
19/41
55
4.1.3 Unit Pengadaan Listrik
Kebutuhan tenaga listrik dapat diperoleh dari :
Suplai dari Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Pembangkit tenaga listrik sendiri (Generator Set)
Pada prarancangan pabrik formaldehid ini kebutuhan akan tenaga listrik
dipenuhi dari pembangkit listrik PLN dan generator sebagai cadangan. Generator yang
digunakan adalah generator arus bolak-balik (AC) dengan pertimbangan :
Tenaga listrik yang dihasilkan cukup besar
Tegangan dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan dengan
menggunakan transformator.
Generator AC yang digunakan jenis generator AC 3 phase yang mempunyai
keuntungan :
Tegangan listrik stabil
Daya kerja lebih stabil
Kawat penghantar yang digunakan lebih sedikit
Motor 3 phase harganya relatif murah dan sederhana
Kebutuhan listrik untuk pabrik meliputi :
Listrik untuk keperluan proses dan utilitas.
Listrik untuk penerangan dan AC.
Listrik untuk laboratorium dan instrumentasi
4.1.3.1 Kebutuhan Listrik untuk Keperluan Proses dan Utilitas
a. Kebutuhan listrik untuk peralatan proses
Kebutuhan listrik untuk peralatan proses dapat diperkirakan melalui tabel berikut :
Tabel 4.5. Kebutuhan listrik untuk proses
No. Kode Alat Nama Alat HP
1.
2.
3.
4.
5.
P-01
P-02
B-01
B-02
B-03
Pompa reaktan methanol
Pompa hasil bawah absorber
Blower udara fresh feed
Blower umpan reaktor
Blower Recycle
2
6
12
1
0,5
Kebutuhan listrik untuk keperluan proses = 21,5 HP
Maka total power yang dibutuhkan = 25,5 HP x 0,746 KW/HP = 16,039 KW
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
20/41
56
b. Kebutuhan listrik untuk utilitas
Kebutuhan listrik untuk keperluan utilitas dapat diperkirakan melalui tabel berikut :
Tabel 4.6. Kebutuhan listrik untuk Utilitas
No. Nama Alat HP Jumlah Total HP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pompa air pendingin
Pompa air pelarut
Pompa air sanitasi
Pompa kondensat
Pompa deaerasi
Pompa Dowterm A
Pompa Boiler Feed Water
5
2
2
4
7
1
2
2
1
1
1
1
1
1
10
2
2
4
7
1
2
Jumlah 28
Power yang dibutuhkan = 28 HP x 0,746 KW/HP = 20,888 KW
c. Kebutuhan listrik untuk pengolahan limbah diperkirakan = 35 HP
Power yang dibutuhkan = 35 HP x 0,746 = 26,11 KW
Total kebutuhan listrik untuk proses, utilitas, dan pengolahan limbah adalah
(16,039 + 20,888 + 26,11) KW = 63,037 KW
4.1.3.2 Kebutuhan Listrik untuk Penerangan dan AC
Perkiraan besarnya tenaga listrik yang dibutuhkan untuk keperluan penerangan
dapat ditentukan dengan melakukan pendekatan menggunakan konsep Luminous
Efficacy, yaitu tenaga radiasi cahaya yang dikeluarkan oleh lampu dalam bentuk lumen.
Kebutuhan pencahayaan per luas area dapat ditentukan sebagai berikut :
dimana :
Area = luas daerah yang membutuhkan pencahayaan (m2
)lux = kebutuhan energi cahaya per satuan luas (lumen/m2)
Besarnya lux nilainya berbeda tergantung pada area yang akan diberi
penerangan. Dalam perancangan ini digunakan nilai lux standar menurut AUS.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
21/41
57
Tabel 4.7. Kebutuhan listrik untuk penerangan
No Bangunan Indoor Luas
(m2)
Lux
(lumen/m2)
Lumen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pos Keamanan
Pos Pemeriksaan
Kantor Pusat (2 lantai)
Masjid
Poliklinik
Kantin dan koperasi
Kantor RnD & Perpustakaan
Kantor K3
Ruang control
Laboratorium
Bengkel
Gudang
Proses
18
12
9002
150
300
150
600
600
200
400
500
450
2500
80
80
200
160
160
160
200
200
200
200
100
100
100
1440
960
360000
24000
48000
24000
120000
120000
40000
80000
50000
45000
250000
Total 7680 1940 1163400
No Bangunan Outdoor Luas
(m2)
lux
(lumen/m2)
Lumen
1
2
3
4
5
6
7
Area Parkir
Area Utilitas
Area pengolahan limbah
Fire Station
Power station
Taman dan jalan
Area Perluasan
2000
2500
2000
100
300
3000
2000
70
100
100
100
100
60
60
140000
250000
200000
10000
30000
180000
120000
Total 14400 630 930000
Lampu yang direncanakan untuk semua area di dalam bangunan menggunakan
lampu Light-emitting diode (LED) Philips 30 watt. Lumen output tiap lampu adalah
1830 lumen.
Jumlah lumen di dalam ruangan = 1163400 lumen
Jumlah lampu yang dibutuhkan = 1617120/1830
= 636 lampu
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
22/41
58
Area outdoor digunakan lampu Mercury 250 W. Output tiap lampu adalah
10000 lumen ( Perry, 1578)
Jumlah lampu yang dibutuhkan = 930000/10000
= 93 lampu
Total daya penerangan :
Indoor = (30 watt x 636) = 19080 watt = 19,08 kW
Outdoor = (250 watt x 93) = 23250 watt = 23,25 kW
Air Conditioner direncanakan menggunakan AC inverter LG. Sebuah AC 1 pKa
LG memerlukan daya listrik sebesar 520 watt. Luas area yang memerlukan AC
adalah 1700 m2. Sebuah AC diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan
ruangan seluas 77 meter. Sehingga dibutuhkan AC sejumlah 35 buah.
Kebutuhan listrik untuk 35 AC adalah :
Total Kebutuhan listrik untuk penerangan dan AC
= (18,2 + 19,08 +23,25) KW
= 60,53 kW
Total Kebutuhan Listrik = (60,53 + 47,371) KW
= 107,901 kW
4.1.3.3 Generator
Digunakan generator dengan effisiensi 80 %, maka input generator :
= 107,901 KW / 0,8
= 134,87625 KW
Ditetapkan input generator 600 kW, sehingga untuk keperluan lain masih tersedia
= (600 – 134,87625) kW
= 465,12375 kW
Spesifikasi generator :
Tipe : AC generator
Kapasitas : 600 KW
Tegangan : 220/360 volt
Efisiensi : 80 %
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
23/41
59
Phase : 3
Jumlah : 1 buah
Bahan bakar : solar
Diagram alir penyediaan tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 4.2
Gardu PLN
(2000 V)
Generator Set
(380/220 V)
Unit Unit 1 Phase :
1. Unit Instrumentasi
2. Unit Penerangan
3. Unit Kontrol Instrumen
Panel Distribusi
Unit 1 phase (220 V)
Panel Distribusi
Sumber Listrik Pabrik
(380/220 V)
Panel Distribusi
Unit 3 phase (380 V)
Unit Unit 3 Phase :
1. Unit Proses
2. Unit Utilitas
3. Unit Pengolahan Limbah
TransformatorCircuit
Breaker
Circuit
Breaker
Circuit
Breaker
Circuit
Breaker
Circuit
Breaker
Circuit
Breaker
Gambar 4.2. Diagram Alir Penyediaan Tenaga Listrik
4.1.4 Unit Pengadaan Bahan Bakar
Unit pengadaan bahan bakar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
pada generator. Pada perancangan ini digunakan bahan bakar jenis solar pada generator
karena mudah didapat, harganya murah dan mudah penyimpanannya.
Spesifikasi bahan bakar :
Jenis bahan bakar : solar
Heating value : 19.440 Btu/lb
Massa jenis : 54,26 lb/ft3
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
24/41
60
Effisiensi bahan bakar : 80 %
Kebutuhan solar untuk generator :
Kapasitas input generator = 600 KW = 600.000 W
= 600.000 / 0,029407
= 20403305,34 Btu/jam
Kebutuhan solar = 20403305,34 / (0,8 x 19.440)
= 1311,94 lb
= 1311,94 / 54,26
= 24,18 ft3/jam
4.1.5
Unit Pengadaan Pendingin Reaktor
Media yang digunakan sebagai pendingin reactor adalah Dowterm A. Dowterm A
tidak memerlukan treatment secara fisis, kimia ataupun biologis.
Kebutuhan Dowterm A sebesar 142729,753 kg/jam. Diperkirakan kehilangan akibat
kebocoran selama sirkulasi sebesar :
= 0,001 x 142729,753 kg/jam
= 142,729753 kg/jam
Jadi diperlukan total Dowterm A sebesar 142872,483 kg/jam
Dowterm A yang digunakan sebagai pendingin reaktor, panasnya digunakan
sebagai media pemanas di heat exchanger (HE-01) kemudian diumpankan kembali
untuk mendinginkan reaktor.
4.1.6 Unit Penyediaan Udara Tekan
Pada perancangan ini, udara tekan digunakan untuk menjalankan instrumentasi
dan udara plant di peralatan proses, seperti untuk menggerakkan control valve yang
dikendalikan dengan sistem DCS serta untuk pembersihan peralatan pabrik. Peralatan
yang menggunakan udara tekan ini adalah filter air. Udara terkompresi disuplai oleh
IA/PA Compressor dengan jenis screw tipe pakage. Udara dari IA/PA reservoir dibagi
menjadi dua, yaitu untuk kebutuhan plant dan instrumentasi. Udara untuk kebutuhan
instrumentasi terlebih dahulu disaring dengan prefilter dryer yang berbentuk pakage,
lalu dikeringkan. Hal ini dilakukan karena udara tekan untuk instrumentasi tidak boleh
mengandung air. Media pada dryer dapat berupa activated alumina atau silika gel.
Udara yang keluar dari drier disaring dulu dengan dust filter untuk menghilangkan
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
25/41
61
kotoran yang mungkin terbawa, kemudian ditampung dalam IA reservoir dan disalurkan
untuk kebutuhan instrumentasi. Salah satu penggunaannya adalah sebagai transmisi
pneumatic untuk instrumen kontrol. Sedangkan untuk kebutuhan plant air, udara
terlebih dahulu masuk ke filter pada screw compressor untuk kemudian dikompressi.
4.1.7 Unit Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari pabrik formaldehid ini diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu limbah cair dan limbah gas. Limbah gas dari pabrik formaldehid ini berupa
gas purging keluar absorber. Limbah gas ini tidak mengalami pengolahan lebih lanjut.
Skema pengolahan air limbah secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.4. Skema Unit Pengolahan Limbah
Limbah cair dari pabrik formaldehid ini berupa :
Unit Pengolahan Air Buangan dan Limbah Proses
Air buangan sanitasi yang berasal dari seluruh toilet di kawasan pabrik dan air
limbah proses dikumpulkan dan diolah dalam unit stabilisasi dengan
menggunakan lumpur aktif, aerasi dan desinfektan Ca-hypochlorite.
Air Berminyak dari Mesin Proses
Air berminyak berasal dari buangan pelumas pada pompa dan alat lain.
Pemisahan dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Minyak di bagian
LIMBAH
CAIR GAS
Air buangan Air berminyak Sisa proses
Lumpur aktif
Aerasi
Disinfektan
natrium
hipoklorit
Bag.atas Bag. Bawah
Tangki
pembakaran
Penampung
an minyak
Penampung
an akhir
Penetralan
Kolam
Penampungan
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
26/41
62
atas dialirkan ke penampungan minyak dan pengolahannya dengan pembakaran
di dalam tungku pembakar, sedangkan air di bagian bawah dialirkan ke
penampungan akhir kemudian dibuang.
Air Sisa Proses
Limbah air sisa proses merupakan limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan
proses produksi seperti air sisa regenerasi. Air sisa regenerasi dari unit penukar
ion dan unit demineralisasi dinetralkan dalam kolom penentralan. Penetralan
dilakukan dengan menggunakan larutan H2SO4 jika pH buangannya lebih dari
7,0 dan dengan menggunakan larutan NaOH jika pH buangannya kurang dari
7,0. Air yang netral dialirkan ke kolam penampungan akhir bersama-sama
dengan aliran air dari pengolahan yang lain.
4.1.7 Unit Pengolahan Pencemaran Air dan Udara
4.1.7.1 Pencemaran Air
Air limbah industri mengandung bahan pencemaran yang dapat berupa bahan
pencemaran umum dan bahan beracun. Bahan pencemaran umum adalah bahan-bahan
yang secara tidak langsung membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik,
lumpur, minyak, asam dan alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna, bau, panas,
dan bahan anorganik. Air limbah yang mengandung bahan-bahan pencemaran tersebut
apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi akan mengganggu pengguna air, membuat
kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman, atau merusak ekosistem
. Tujuan pengolahan air limbah industri adalah sebagai berikut :
a.
Melindungi kesehatan masyarakat
b. Melindungi pasokan air masyarakat
c.
Melindungi kehidupan lingkungan airBahan beracun adalah bahan-bahan yang dapat memberikan pengaruh langsung
terhadap manusia meskipun diberikan dalam jumlah sedikit. Manusia akan keracunan
bahan tersebut apabila bahan-bahan tersebut terkandung dalam air yang diminum, atau
dalam produk laut dan produk pertanian yang dimakan. Menurut jenisnya bahan
beracun dari industri manufaktur dapat digolongkan dalam 5 kelompok, yaitu:
Logam berat : Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn), Khrom total (Cr), Nikel
(Ni), Raksa (Hg), Sianida (CN), Khrom hexavalen (Cr(VI)) dan Total Chrom,
Cadmium (Cd), Mangan (Mn), Titanium (Ti), Barium (Ba), Stanum (Sn), Arsen
(As), Selenium (Se), Cobalt (Co), Radioaktivitas.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
27/41
63
Bahan-bahan hasil sintesa kimia, seperti bahan farmasi, sianida, pestisida, PCB,
deterjen, katalis, dan lain-lain.
Bahan hasil samping (by product ) dari suatu proses kimia yang bersifat racun,contohnya dioxin dari pembakaran bahan organik.
Polutan anorganik : TSS, Cl2 tersisa (khlor), Sulfida (sbg S), Zat padat terlarut*,
Besi terlarut (Fe)*, Fluorida (F)*, Ammonia, TKN, Zat padat terlarut*, Nitrat,
Nitrit, Fosfat (PO4).
Polutan organik: BOD5, COD, Minyak & lemak.
Dikarenakan pabrik produksi dimethyl eter dengan proses dehidrasi methanol ini tidak
menghasilkan bahan beracun baik berupa senyawa berbahaya, logam berat serta hasil
samping yang beracun maka proses pengolahan pencemarannya tidak terlalu rumit.
Setiap jenis industri mempunyai karakteristik limbah cair yang spesifik, yang
berbeda dengan jenis industri lainnya, walaupun mungkin suatu jenis industri
mempunyai beberapa parameter pencemar yang sama dengan industri lainnya.
Perbedaan karakteristik limbah cair industri akan menyebabkan proses pengolahan
limbah cair industri tersebut berbeda antara satu industri dengan industrilainnya. Limbah cair industri harus diolah sedemikian rupa sehingga tidak akan
mencemari badan air setempat dimana limbah cair tersebut akan dibuang.
Pemilihan suatu proses pengolahan limbah cair industri tergantung dari:
1. Karakteristik limbah cair industri yang bersangkutan. Dalam hal ini penting
dipertimbangkan bentuk dari zat pencemar, misalnya materi tersuspensi, koloid
atau terlarut, kemampuan polutan tersebut untuk dapat terurai secara biologis
(biodegradability); dan toksiksitas senyawa organik dan inorganik.
2. Kualitas efluen yang diinginkan. Perlu dipertimbangkan pula kemungkinan
dilakukannya batasan di masa yang akan datang, seperti misalnya batasan
toksisitas kehidupan perairan bioassayefluen.
3. Biaya dan ketersediaan lahan yang tersedia. Satu atau lebih kombinasi
pengolahan dapat menghasilkan efluen yang diinginkan. Akan tetapi hanya satu
dari alternatif tersebut yang paling efektif biayanya.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
28/41
64
Seberapa jauh kualitas effluent yang diharapkan juga akan menentukan jenis dan tingkat
pengolahan yang akan dilakukan. Semakin baik kualitas effluent yang diharapkan yang
akan dibuang ke badan air penerima, semakin tinggi tingkat pengolahan yang harus
dilakukan, yang pada akhirnya membuat biaya pengolahan akan semakin tinggi.
Berdasarkan pengelompokan karakteristik limbah cair industri, jenis pengolahan
yang akan diterapkan untuk industri dapat dikelompokkan menjadi:
Pengolahan Awal
Pengolahan Fisika-kimia (Pengolahan Primer)
Pengolahan Biologi (Pengolahan Sekunder)
Pengolahan Lanjutan (Pengolahan Tersier)
1.
Pengolahan Awal
Air limbah yang keluar dari industri umumnya pertamakali harus melalui
pengolahan awal, yang bertujuan untuk menyiapkan air limbah untuk pengolahan
selanjutnya. Detailnya adalah agar beban limbah bisa berkurang, pemisahan material
pengotor yang mungkin bisa merusak peralatan dan menganggu jalannya proses.
a. Screening digunakan untuk menghilangkan materi-materi kasar (coarse
material ) seperti plastik, daun-daunan, kertas, kayu dan lain-lain, dan materi-
materi halus ( fine material ) seperti benang fiber, serta zat padat tersuspensi.
b.
Grit removal digunakan untuk menghilangkan pasir. Pasir diendapkan dan
dibuang dengan cara mengalirkan air limbah industri dengan kecepatan sekitar
0,4 m/det di dalam suatu grit chamber . Materi kasar dan halus, seperti pasir
kasar dan halus harus dihilangkan terlebih dahulu, karena jika tidak, akan
mempersulit pengolahan selanjutnya. Pengolahan awal akan mengurangi beban
polutan, besarnya sangat tergantung dari jenis air limbah industri.
c. Proses ekualisasi digunakan untuk meredam fluktuasi karakteristik air limbah.
Karakter yang berfluktuatif akan menyulitkan pengolahan diproses selanjutnya
dan boros dalam pemakaian bahan kimia. Fasilitas yang ada adalah bak dengan
volume yang cukup dan mixer sebagai pengaduk. Dengan fasilitas tersebut
karakteristik air limbah relatif konstan.
d.
Proses netralisasi, jika diperlukan, diletakkan setelah proses ekualisasi, karena
sebagian dari aliran dengan pH yang berbeda akan saling menetralisasi satu
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
29/41
65
sama lainnya di bak ekualisasi. Proses neutralisasi bertujuan untuk menyiapkan
kondisi yang sesuai untuk proses berikutnya.
2.
Pengolahan Fisika-KimiaPengolahan fisika-kimia artinya mengolah air limbah secara fisik atau kimia.
Dalam proses pengolahan ini, obyek yang akan dibuang, dibuat lebih besar
ukurannya sehingga dapat dengan mudah diendapkan (coagulation &flocculation
process) di bak sedimentasi (bak pengendap), diapungkan ( flotation process) serta
disaring ( filtration process). Memperbesar ukuran partikel dengan menambahkan
koagulan diproses koagulasi sehingga terbentuk flok. Agar flok lebih besar lagi
ukurannya bisa dengan penambahan flokulan (polymer) di proses flokulasi. Dengan
lebih besar ukurannya, pemisahan dapat lebih mudah.
3. Pengolahan Biologi
Sebagian besar karakteristik air limbah mengandung kotoran bahan organik
yang disebut dengan COD atau BOD. Pengolahan yang paling baik adalah dengan
menguraikan bahan organik tersebut dengan bantuan mikroorganisme. Pengolahan
secara biologi bisa dilakukan secara aerobik (memerlukan udara) atau secara
anaerobik (tidak boleh ada udara). Metoda yang digunakan pada proses pengolahan
biologis baik aerobik maupun anaerobik bisa secara tersuspensi ( suspended growth)
ataupun terlekat (attached growth). Pada umumnya, proses pengolahan biologis
yang digunakan untuk limbah cair industri adalah proses lumpur aktif (activated
sludge).
Proses sedimentasi merupakan proses dimana benda-benda halus yang sudah
menggumpal dan siap mengendap, sebagai hasil dari proses koagulasi & flokulasi
atau dari lumpur biologi, dilewatkan dalam sebuah tanki/bak pengendap dengan
waktu detensi tertentu, sehingga dapat mengendap dan tepisah dari air bersihnya.
Adakalanya setelah proses sedimentasi baik dari proses fisika-kimia maupun
biologi, masih terdapat materi-materi halus yang tidak dapat mengendap. Pada kasus
ini diperlukan fasilitas tambahan yaitu saringan atau filter. Saringan umumnya
terbuat dari pasir ( single media) dengan diameter yang seragam (uniform), atau pasir
dengan diameter yang tidak seragam (un-uniform), ataupun kombinasi dari pasir dan
anthrasit (dual media) atau lainnya.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
30/41
66
4. Pengolahan Lanjutan
Terkadang meskipun telah diterapkan sistem pengolahan awal, primer (fisika-
kimia) dan sekunder (biologi), namun kualitas hasil olahan masih belum memenuhi
persyaratan. Oleh karena itu pada sistem itu ditambahkan pengolahan lanjutan
(pengolahan tersier). Biasanya pengolahan lanjutan diterapkan pada satu atau
beberapa parameter saja. Pengolahan tersier juga biasanya diberlakukan terhadap air
hasil olahan yang akan dipakai kembali (daur ulang/recycling) baik untuk dipakai di
proses produksi, cuci lantai atau siram taman danlain-lain. Unit proses pengolahan
lanjutan untuk keperluan recycling juga tergantung dari kualitas air yang akan
digunakan.
4.1.7.2 Pencemaran Udara
Pengertian dari pencemaran udara itu sendiri ialah peristiwa pemasukan dan/atau
penambahan senyawa, bahan, atau energi ke dalam lingkungan udara akibat kegiatan
alam dan manusia sehingga temperatur dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk
tujuan pemanfaatan yang paling baik. Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa nilai
lingkungan udara tersebut telah menurun.
1.
Proses Pencemaran Udara
Sumber pencemar udara diklasifikasikan menjadi 2 kategori menurut cara
cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu :
a. Sumber pencemar primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung
dari sumber cemaran
b.
Sumber pencemar sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses
kimia di atnosfer
Sumber pencemar dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan sumber
pencemar udara primer ke atmosfer.
Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu:
a.
Sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan
bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain
b. Sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan
kereta api.
Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima senyawa yang paling
sering dikaitkan dengan pencemaran udara ialah: karbonmonoksida (CO), oksida
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
31/41
67
nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu).
Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan
dari 6 (enam) sumber utama, yaitu:
1.
pengangkutan dan transportasi
2. kegiatan rumah tangga
3. pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil
4.
pembakaran sampah
5. pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
6. pembakaran bahan bakar dan emisi proses
Pada waktu proses pengolahan, gas juga timbul sebagai akibat reaksi kimia
maupun fisika. Sebagian besar gas maupun partikel terjadi pada ruang
pembakaran, sebagai sisa yang tidak dapat dihindarkan dan karenanya harus
dilepaskan melalui cerobong asap. Banyak jenis gas dan partikel gas lepas dari
pabrik melalui cerobong asap ataupun penangkap debu harus ditekan sekecil
mungkin dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan. Pada umumnya limbah
gas dari pabrik bersumber dari penggunaan bahan baku, proses, dan hasil serta
sisa pembakaran. Pada saat pengolahan pendahuluan, limbah gas maupun
partikel timbul karena perlakuan bahan-bahan sebelum diproses lanjut. Limbah
yang terjadi disebabkan berbagai hal antara lain; karena reaksi kimia, kebocoran
gas, dan lain-lain.
Oleh karena itu konsentrasi bahan pencemar dalam udara perlu ditetapkan
sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap manusia dan makhluk lain
sekitarnya. Jenis industri yang menghasilkan partikel dan gas adalah sebagai
tertera dalam tabel 4.8.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
32/41
68
Tabel 4.8. Jenis Industri dan Limbahnya
No. Jenis Industri Jenis Limbah
1. Industri Pupuk Uap asam, NH3, bau, partikel
2. Pabrik Pangan (ikan, daging, minyak makan,
bagasse, bir)
Hidrokarbon, bau, partikel, CO,
H2S dan uap asam
3. Industri Pertambangan (mineral) semen, asam,
aspal, kapur, batu bara, karbida, serat gelas
NOx, SOx, CO, Hidrokarbon,
bau, partikel
4. Industri Metalurgi (tembaga, baja-seng, timah
hitam, alumunium)
NOx, SO, CO, Hidrokarbon, H2S,
Chlor, bau dan partikel
5. Industri Kimia (sulfat, serat rayon PVC,
ammonia, cat, bahan kimia dan lain-lain)
Hidrokarbon, CO, NH3, bau dan
partikel
6. Industri Pulp SOx, CO, NH3, H2S, bau
Jenis gas yang bersifat racun antara lain SO2, CO, NO, timah hitam,
amoniak, asam sulfida dan hidrokarbon. Pencemaran yang terjadi dalam udara
dapat merupakan reaksi antara dua atau lebih zat pencemar. Misalnya reaksi
fotokimia, yaitu reaksi yang terjadi karena bantuan sinar ultra violet dari sinar
matahari.
2. Baku Mutu Udara Ambien
Baku mutu kualitas udara lingkungan/ambien ditetapkan untuk cemaran
yaitu: O3 (ozon), CO (karbon monoksida), NOx (nitrogen oksida), SO2 (sulfur
oksida), hidrokarbon non-metana, dan partikulat. Baku mutu primer ditetapkan
untuk melindungi pada batas keamanan yang mencukupi (adequate margin
safety) kesehatan masyarakat dimana secara umum ditetapkan untuk melindungi
sebagian masyarakat (15- 20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Baku
mutu sekunder ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material,
tumbuhan, hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah
diketahui atau yang dapat diantisipasi. Berikut merupakan tabel baku mutu
kualitas udara nasional.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
33/41
69
Tabel 4.9. Baku Mutu Kualitas Udara
Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu emisi
berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku mutu dan
adanya proses transportasi, konversi, dan penghilangan cemaran maka kualitas
udara ambien tidak akan melampaui baku mutunya.
3. Limbah Gas dan Partikel
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu
partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat
dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan
pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas
tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2,
hidrokarbon dan lain-lain.
Dalam pabrik dimethyl eter ini limbah gas yang dihasilkan berupa partikulat
debu yang cemaran partikulatnya meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10
μm. Partikel dengan ukuran > 10 μm akan diendapkan secara gravitasi dari
atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya tidak
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
34/41
70
menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang
penting adalah dengan kisaran ukuran 0,1 – 10 μm. Sumber utama partikulat
adalah pembakaran bahan bakar ± 13% – 59% dan insinerasi. Partikel
merupakan zat dispersi terdapat dalam atmosfer,berbagai larutan, mempunyai
sifat fisis dan kimia.
Partikel dalam udara terdiri dari :
Asap, merupakan hasil dari suatu pembakaran.
Debu, partikel kecil dengan diameter 1 mikron.
Kabut, partikel cairan dengan garis tengah tertentu.
Aerosol, merupakan inti dari kondensasi uap.
Fume, merupakan hasil penguapan.
4. Pengendalian Pencemaran
Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan
karena hal tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik,
kenyamanan hidup lingkungan sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih
rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang paling penting ialah kerusakan
lingkungan yang rendah. Berikut ini adalah cara-cara pengendalian pencemaran
udara yang umum dilakukan.
Atmosfer memiliki kemampuan alami yang dikenal “self cleansing”
Perlengkapan pengendalian pencemaran udara prinsipnya mengikuti proses
penyisihan partikel dan gas pencemar di atmosfer
Pendekatan dalam pengendalianpencemaran udara adalah pengenceran dan
pengendalian pencemar pada sumber
Gambar 4.5. Pengendalian Pencemaran Limbah Gas
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
35/41
71
Sistem pengendalian pencemaran udara mencakup pengendalian partikulat atau
debu dan pengendalian fasa gas. Pemilihan alat harus didasarkan pada hal-hal
seperti: ukuran partikel, efisiensi penyisihan yang ingin dicapai, besarnya aliran
gas, waktu pembersihan, dan karakteristik partikel.
1. Alat Pengendali Partikulat : Gravity Settling Chambers
Alat ini digunakan sebagai penangkap debu awal untuk menghilangkan
(menangkap) partikel dengan ukuran besar. Prinsip penyisihan partikulat
dalam Gravity Settler adalah gas yang mengandung partikulat dialirkan
melalui suatu ruang (chamber) dengan kecepatan rendah sehingga
memberikan waktu yang cukup bagi partikulat untuk mengendap secara
gravitasi ke bagian pengumpul debu (dust collecting hoppers).
Gravity Settling Chambers cara bekerjanya tergantung pada kecepatan
mengendap secara gravitasi. Alat ini juga digunakan untuk menyisihkan
partikel ukuran besar (sangat kasar, supercoarse) sekitar >=75 mikrometer.
Faktor penentunya adalah Vs atau kecepatan mengendap (terminal settling
velocity).
Gambar 4.6. Gravity Settling Chambers
Kelebihan dari gravity settler adalah:
Desain alat sederhana, mudah untuk dibuat konstruksinya
Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangat rendah
Kekurangan dari gravity settler adalah:
Ukurannya besar, memerlukan lahan yang luas
Harus dibersihkan secara manual dalam interval waktu tertentu
Hanya dapat menyisihkan partikel berukuran besar (10-50m)
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
36/41
72
Gambar 4.7. Cara Kerja Gravity Settler
2.
Alat Pengendali Partikulat: Electrostatic Presipitator (ESP)
Alat ini menggunakan medan listrik voltase tinggi untuk memberikan
muatan listrik terhadap partikulat. Partikulat yang sudah bermuatan bergerakmelewati permukaan pelat pengumpul yang bermuatan berlawanan, sehingga
partikulat akan tertarik dan menempel di pelat pengumpul.
Jenis-Jenis ESP
1. Negatively charged dry precipitators, jenis ini paling sering digunakan di
PLTU batubara, pabrik semen, atau kraft pulp mills
2. Negatively charged wetted-wall precipitators, jenis ini sering digunakan
untuk mengumpulkan mist atau partikulat yang sedikit basah
3. Positively charged two-stage precipitators, jenis ini digunakan untuk
menyisihkan mist atau partikulat yang sedikit basah
Gambar 4.8 Electrostatic Presipitator (ESP)
Prinsipnya alat ini terbagi dalam beberapa field dimana pemberian
muatan terhadap partikulat akan dilakukan. Biasanya ESP terdiri dari 3
sampai 10 field yang disusun seri searah aliran gas. Pada unit yang besar,
ESP dibagi pada beberapa chamber secara parallel yang masing-masing
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
37/41
73
memiliki jumlah field yang sama. Berikut adalah penyusunan field dan
chamber dalam sebuah ESP.
Gambar 4.9. Susunan fields dan chambers dalam ESP
Kekurangan dan kelebihan ESP:
ESP memiliki efisiensi sangat tinggi krn adanya daya tarik listrik
terhadap partikulat ukuran kecil
Dapat digunakan jika aliran gas tidak explosive dan tidak mengandung
bahan yang mudah melekat
Karakteristik partikulat sangat penting krn mempengaruhi konduktansi
elektrik dalam lapisan partikulat yang terkumpul di pelat pengumpul
4.2 Laboratorium
4.2.1 Peranan Laboratorium
Laboratorium mempunyai peranan penting dalam menunjang kelancaran proses
produksi, menentukan tingkat efisiensi dan menjaga mutu produksi. Selain itu,
laboratorium juga berperan dalam pengendalian pencemaran lingkungan, baik udara
maupun limbah cair.
Pengendalian mutu di dalam suatu pabrik pada hakikatnya dilakukan untuk
mengendalikan mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan standar yang
diinginkan. Penyediaan mutu dilakukan sejak mulai bahan baku, saat proses
berlangsung dan juga pada produk akhir. Laboratorium kimia merupakan sarana untuk
mengadakan penelitian bahan baku, proses maupun produksi.
Tugas laboratorium antara lain :
1. Menganalisa bahan baku dan bahan penolong yang akan digunakan.
2.
Menganalisa dan meneliti produk yang akan dipasarkan.3.
Melakukan penelitian yang ada kaitannya dengan proses produksi.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
38/41
74
4.2.2 Program Kerja Laboratorium
1. Analisa mutu bahan baku
Analisa dilakukan terhadap bahan baku yang digunakan, yaitu methanol. Analisa
dilakukan pada saat bahan datang, sehingga pabrik dapat menolak bahan baku yang
akan dibeli apabila hasil analisa tidak memenuhi syarat. Analisa meliputi : densitas,
warna dan kekeruhan.
2. Analisa mutu produksi
Analisa dilakukan setiap 4 jam sekali, yaitu analisa kemurnian formaldehid.
4.2.3 Alat-alat Laboratorium
Alat-alat laboratorium utama yang dilakukan di dalam laboratorium antara lain :
Spektofotometri
Digunakan untuk mengukur kadar methanol dan formaldehid dalam gas buang.
PH meter
Digunakan untuk mengukur pH pada unit utilitas seperti pH air sumur, pH air
demin, dan lain-lain.
Viscosimeter
Digunakan untuk mengukur viskositas formaldehid produk.
Hydrometer
Digunakan untuk mengukur spesific gravity formaldehid produk.
4.2.4 Prosedur Analisa
Prosedur analisa yang dilakukan pada laboratorium produksi antara lain :
1. Analisa bahan baku (methanol)a. Densitas
Penentuan densitas dilakukan dengan menggunakan picnometer atau langsung
menentukan spesific gravity dengan menggunakan hydrometer. Cara kerja :
1. Picnometer dikeringkan dalam oven pada suhu 100 oC selama 10 menit.
2. Picnometer ditimbang (misal w1)
3. Diisi aquadest sampai penuh dan ditimbang (misal w2)
4. Dengan menggunakan densitas air pada literatur (misal x) maka volume
picnometer (V)
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
39/41
75
V = x
ww 12
4.
Ulangi cara di atas dengan diganti sample dan ditimbang (misal w3)
5. Densitas dihitung dengan :
=V
ww 13
b. Warna dan kenampakan
Cara kerja :
Sampel dimasukkan dalam tabung gelas transparan kemudian diamati warna dan
kenampakan.
c. Analisa ada atau tidaknya reduktor
Cara kerja :
Masukkan 25 ml methanol dalam tabung reaksi lalu tambahkan 0,02 % KMnO4
1 ml, direndam dalam air (15 oC) kemudian catat waktu terjadinya perubahan
warna seperti warna larutan standar (larutan standar adalah 0,01 N HCl 4 ml
yang ditambahkan 0,2 N 0,1 % methyl orange) perlakuan ini dikatakan methanol
bebas dari zat reduktor jika dalam waktu 60 menit. Baru menunjukkan
perubahan warna seperti larutan standar.
d. Analisa ada tidaknya sulfur
Mengambil 5 ml methanol ditambahkan H2SO4, sedikit demi sedikit dengan
mengamati perubahan warna coklat. Bila terjadi perubahan warna coklat maka
methanol mengandung sulfur.
e.
Analisa kadar methanol
Mengambil 100 ml methanol dalam gelas ukur, lalu celupkan hydrometer ke
dalamnya dan baca skala yang menunjukkan spesific gravity methanol.
Kemudian ukur suhu methanol dan dengan membaca grafik spesific gravity
versus temperatur akan didapat kadar methanol dalam % berat.
f. Analisa kadar non volatile
Menimbang berat krus porselin kosong ( a gr ) lalu masukkan 50 ml methanol
dan panaskan dalam water bath hingga methanol teruapkan ( T 150 oC)
endapan yang terjadi ditimbang dalam keadaan dingin ( b gr ) lalu dikeringkan
dalam oven sampai berat konstan ( c gr )
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
40/41
76
% zat non volatile =V Sg
xacab
.
%100)()(
Sg = spesific gravity
V = volume methanol
2. Analisa produk
a. Analisa kadar formaldehid
Kualitas standar : kemurnian 37 %
Cara kerja :
1.
Sampel larutan formaldehid dengan volume tertentu ditambah dengan
larutan Natrium Hidroksida 1 N sebanyak 50 ml dan 25 ml Hidrogen
Peroksida.
2.
Kemudian campuran ini dipanaskan dalam water bath sampai suhu 60 oC
selama 5 menit sambil digojog agar campuran homogen.
3. Setelah pemanasan campuran didinginkan dan dititrasi dengan H2SO4 1 N
dengan indikator Thymolphtaline.
4.
Titrasi dihentikan jika perubahan warna dari biru menjadi hijau
5.
Percobaan diulang dengan blangko test yang terdiri dari 50 ml larutan
Sodium Hidrogen Peroksida.
6.
Kandungan formaldehid dapat dihitung :
% berat CH2O =sampel berat
3,003xasam Nxsampel)titik- blangko(titik
b. Analisa kadar methanol sisa
Cara kerja :
Dari kadar formaldehid diperoleh :
% methanol sisa =0025,0
)007,1003,0.(% Sg formalin
Sg = spesific gravity diukur pada suhu 20 oC.
Laboratorium mempunyai tugas melakukan analisa secara fisik dan kimia
terhadap semua stream. Mengeluarkan certificate of quality untuk menjelaskan
hasil pengamatan.
-
8/18/2019 BAB IV Formaldehyd
41/41
3. Analisa untuk utilitas
Analisa untuk utilitas meliputi :
a. Air lunak proses kapur dan proses penjernihan yang dianalisa pH silikat sebagai
SiO2, Ca sebagai CaCO3, sulfur sebagai SO4 2-,klor sebagai Cl2 dan zat padat
terlarut.
b. Penukar ion yang dianalisa kesadahan CaCO3, silikat sebagai SiO2
c.
Air bebas mineral, analisa sama dengan penukar ion
d. Air umpan boiler, yang dianalisa meliputi pH, kesadahan, jumlah O2 terlarut dan
kadar Fe
e.
Air dalam boiler, yang dianalisa meliputi pH, jumlah zat padat terlarut, kadar Fe,
kadar CaCO3, SO3, PO4, dan SiO2
f. Air minum, yang dianalisa meliputi pH klor sisa dan kekeruhan.