bab iv hasil
TRANSCRIPT
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran umum PPPTMGB “LEMIGAS”
4.1.1 Sejarah PPPTMGB LEMIGAS
PPPTMGB “LEMIGAS” yang pada awalnya disebut sebagai Lembaga Minyak dan
Gas Bumi, berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 17/M/Migas/65 tanggal
11 Juni 1965 dan Surat Keputusan Menteri Migas Nomor 208a/M/Migas/65 dengan
memiliki 3 tugas pokok yaitu Riset, Pendidikan dan Pelatihan, serta Dokumentasi dan
Publikasi di bidang perminyakan.
Seiring dengan berkembangnya industri minyak dan gas bumi di dunia, para pendiri
Lembaga Minyak dan Gas Bumi telah mempelajari dari pihak-pihak luar atas kebutuhan
suatu lembaga yang melakukan penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas
bumi untuk disesuaikan dan diterapkan. Maka sejak tahun 1977, Lembaga Minyak dan
Gas Bumi berubah nama menjadi PPTMGB “LEMIGAS” berdasarkan Keputusan
Menteri Pertambangan Nomor 646 Tahun 1977, tanggal 26 Desember 1977. Kemudian
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1092 Tahun
1984, tanggal 5 Nopember 1984, PPTMGB “LEMIGAS” menjadi PPPTMGB
“LEMIGAS”.
Sebagai pelaksana dan Keputusan no.17/M/Migas/65 khusus untuk LEMIGAS,
maka dikeluarkanlah Keputusan Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi
46
47
No.2088a/M/Migas/65 tanggal 16 Desember 1665 tentang Tugas dan Susunan
Organisasi LEMIGAS.
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan
No.261/Kpst/M/Pertamb/68 tanggal 22 Agustus 1968 dibentuklah Lembaga Minyak dan
Gas Bumi, yang didasarkan pada Instruksi Presiden No.17 tahun 1967 tanggal 28
Desember 1967 untuk segera mengadakan persiapan atau penyempurnaan usaha atau
proyek Negara yang diarahkan kepada salah satu dari tiga bentuk pokok usaha Negara
yaitu kedalam bentuk perusahaan (Negara) Jawatan. Dalam keputusan ini disebutkan
bahwa lapangan usaha LEMIGAS adalah pendidikan atau latihan, riset dan dokumentasi
atau publikasi. LEMIGAS berkedudukan di Jakarta.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1748 tahun 1992
Tanggal 31 Desember 1992 maka struktur organisasi Departemen Pertambangan dan
Energi mengalami penyempurnaan lagi. Dengan ditetapkan keputusan presiden No. 177
tahun 2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang susunan dan organisasi dan tugas
Departemen dan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 tahun
2001 tanggal 2 Maret 2001 tentang organisasi dan tata kerja Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, maka PPPTMGB “LEMIGAS” dibawah Badan Penelitian
Pengembangan Energi Sumber Daya dan Mineral.
4.1.2 Visi dan Misi PPPTMGB “LEMIGAS”
Visi yang ingin dicapai oleh PPPTMGB LEMIGAS adalah menjadi lembaga
penelitian dan pengembangan yang unggul, profesional dan bertaraf internasional di
bidang minyak dan gas.
48
Sedangkan misi PPPTMGB “LEMIGAS” diantaranya adalah :
1. Meningkatkan peran lemigas dalam memberikan masukan kepada pemerintah guna
meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri migas.
2. Meningkatkan kualitas jasa litbang untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
3. Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan.
4. Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi koordinasi serta penerapan
sistim manajemen secara konsisten.
4.1.3 Tugas Pokok PPPTMGB “LEMIGAS”
Tugas pokok suatu kegiatan seputar penelitian dari PPPTMGB “LEMIGAS” adalah
melaksanakan :
1. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan meliputi Kelompok Program Riset Teknologi
Eksplorasi, Ekspoitasi, Proses, Aplikasi Produk dan Teknologi Gas bagi
perindustrian minyak dan gas bumi. Terdapat tujuh program utama dari penelitian
minyak dan gas bumi, yaitu :
a. Penelitian Peningkatan Cadangan
b. Penelitian Peningkatan pengurasan
c. Penelitian Peningkatan Nilai Tambah Migas
d. Penelitian Konservasi Migas
e. Penelitian bahan Bakar Alternatif
f. Penelitian Lingkungan
g. Penelitian Teknologi Material
49
2. Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
Tugasnya mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh PPPTMGB
“LEMIGAS” seperti perayaan hari-hari besar agama, workshop, kegiatan-kegiatan
olahraga, penelitian dan pengembangan dan lainnya serta memberikan informasi
dalam bentuk publikasi dan situs internet.
3. Pelayanan Jasa Teknologi di Bidang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi.
Tugas ini merupakan tugas utama dalam memberikan layanan konsultasi teknologi
dalam industri Migas. Layanan teknologi yang disediakan oleh PPPTMGB
“LEMIGAS” antara lain :
a. Pelayanan jasa penelitian.
b. Pelayanan jasa laboratorium.
c. Perbantuan tenaga ahli.
d. Jasa komputer.
e. dan jasa layanan lainnya.
4. Aktifitas PPPTMGB “LEMIGAS”
Berbagai aktifitas penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh PPPTMGB
“LEMIGAS” di fokuskan pada kegiatan di bidang Migas, hal tersebut direalisasikan
dalam tujuan program penelitian, yaitu :
a. Mengidentifikasi cadangan sumber Migas.
b. Meningkatkan penemuan kembali sumber-sumber Migas.
c. Meningkatkan kualitas dari produk Migas.
d. Melakukan Konservasi.
e. Mencari energi alternatif.
50
f. Pemanfaatan lingkungan.
g. Menyediakan alat-alat teknologi.
4.1.4 Sumber Daya Manusia (SDM) PPPTMGB “LEMIGAS”
Karyawan merupakan sumber daya penggerak utama dalam kegiatan di PPPTMGB
“LEMIGAS”. Total sumber daya manusia yang ada di PPPTMGB “LEMIGAS” adalah
sebanyak 775 orang. Berikut adalah distribusi karyawan berdasarkan pendidikan
terakhirnya :
Tabel 4.1
Distribusi SDM PPPTMGB “LEMIGAS”
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tahun 2011
Pendidikan JumlahS3 11S2 88S1 222D3 31
SLTA/dll 192Tenaga Honorer (90 % S1) 235
TOTAL 775Sumber : Bidang Afiliasi Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas karyawan tetap yang dimiliki PPPTMGB “LEMIGAS”
paling banyak adalah lulusan S1 yaitu sebanyak 222 orang. Kemudian lulusan SLTA/dll
sebanyak 192 orang, lulusan S2 sebanyak 88 orang, lulusan D3 sebanyak 31 orang dan
lulusan S3 sebanyak 11 orang. Sedangkan untuk tenaga honorer sebanyak 235 orang.
51
4.1.5 Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”
Pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi LEMIGAS
terdiri dari :
1. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan,
rumah tangga kantor, serta pemeliharaan sarana dan prasarana di lingkungan Pusat.
2. Bidang Program
Bidang program mempunyai tugas melaksanakan penyusunan serta kerja sama
penelitian dan pengembangan.
3. Bidang Afiliasi
Bidang Afiliasi mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dokumentasi dan
publikasi di bidang teknologi minyak dan gas bumi..
4. Bidang Sarana Penelitian dan Pengembangan
Bidang Sarana Laboratorium dan Mutu mempunyai tugas melaksanakan
Pengembangan dan pemeliharaan sarana laboratorium serta perumusan dan evaluasi
pelaksanaan sistem mutu.
5. Kelompok Program Riset dan Teknologi (KPRT)
Kelompok Program Riset dan Teknologi (KPRT) atau kelompok-kelompok
fungsional mempunyai tugas melaksanakan dan memberikan pelayanan jasa
penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi, yang terdiri dari :
a. Kelompok Program Riset Teknologi Eksplorasi
b. Kelompok Program Riset Teknologi Eksploitasi
c. Kelompok Program Riset Teknologi Proses
KAPUSWakil Manajemen
Komite LK3Komite Pengembangan
Usaha
KPRT Eksplorasi
KPRT Eksploitasi
KPRT Proses
Bidang Program
Bidang Sarana
LITBANG
Bidang Afiliasi
KPRT Aplikasi Produk
KPRT Gas
Bagian Tata Usaha
52
d. Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi
e. Kelompok Program Riset Teknologi Gas
Struktur organisasi PPPTMGB “LEMIGAS” dapat dilihat dalam bagan 4.1 berikut.
Sumber : Bidang Afiliasi Tahun 2011
Bagan 4.1
Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
4.1.6 Gambaran Umum LK3 PPPTMGB “LEMIGAS”
Sebagai lembaga yang memberikan pelayanan jasa dalam penelitian dan
pengembangan di bidang minyak dan gas bumi, PPPTMGB “LEMIGAS” mempunyai
komitmen terhadap aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dalam
menghasilkan produk atau jasa litbang dan selalu konsisten dalam menerapkan Sistem
53
manajemen LK3 (SMLK3) yang mengacu pada standar ISO 14001:2004 dan OHSAS
18001:2007, serta berusaha menjadi organisasi yang efektif, efisien dan professional.
K3 telah dilaksanakan dengan sepenuhnya mulai dari awal didirikannya LEMIGAS
sebagai lembaga minyak dan gas bumi tahun 1965, untuk memenuhi standard safety
sebagaimana dipersyaratkan di dunia industri perminyakan. Tahun 2002 LEMIGAS
mulai menerapkan ISO 17025, kemudian ISO 9000-2001 mulai tahun 2003 dan pada
tahun 2004-2005 LEMIGAS mulai dibentuknya SMLK3 berdasarkan OHSAS 18001
dan ISO 14001. PPPTMGB ”LEMIGAS” mempunyai komitmen terhadap aspek mutu,
keselamatan dan lindungan dalam menghasilkan produk atau jasa dan berusaha menjadi
organisasi yang efektif dan efisien dan professional.
4.1.7 Kebijakan LK3 PPPTMGB “LEMIGAS”
Berdasarkan Visi dan Misi organisasi yang telah ditetapkan untuk memberikan
kepuasan terhadap pelanggan maupun stakeholder, maka kepala PPPTMGB
”LEMIGAS” menetapkan kebijakan K3 sebagai berikut :
PPPTMGB ”LEMIGAS” menjamin bahwa dalam melaksanakan kegiatannya selalu
berupaya memenuhi persyaratan standar serta peraturan yang berlaku menyangkut
aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk pencegahan terhadap
luka (injury) maupun gangguan kesehatan (ill health) serta larangan penggunaan
narkotika dan obat-obatan psikotropika lainnya, melaksanakan perbaikan berkelanjutan
terhadap keefektifan sistem manajemen lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja,
dan kinerja LK3 serta memastikan bahwa seluruh personil berperan aktif dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan dan sasaran LK3 sesuai tugas
fungsinya.
Ka. PPPTMGB “LEMIGAS”
Koordinator Komite LK3
Sub Unit Konservasi Lingkungan (KL)
Sub Unit pengelolaan dan Pengolahan Limbah (PPL)
Sub Unit TI
Unit Lindungan Lingkungan (LL)Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Unit Administrasi
Sub Unit Kecelakaan Kerja dan Kesiagaan Tanggap Darurat (KKTD)
Sub Unit Hygene dan Kesehatan Kerja (HKK)
54
4.1.8 Struktur Organisasi Komite LK3 PPPTMGB “LEMIGAS”
Setiap unit di LK3 membawahi sub unit dibidangnya. Unit Administrasi
membawahi Sub Unit TI yang mengurus masalah administrasi dan pendokumentasian.
Sub unit Kecelakaan Kerja dan Kesiagaan Tanggap Darurat (KKTD) bersama dengan
Sub Unit Hygene dan Kesehatan Kerja (HKK) berada di bawah naungan Unit K3. Unit
LL membawahi Sub unit Pengelolaan dan Pengolahan Limbah (PPL) dan Sub Unit
Konservasi Lingkungan (KL). Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi Komite
LK3 dapat dilihat dalam bagan 4.2 berikut.
Sumber : Bidang Afiliasi Tahun 2011
Bagan 4.2
Struktur Organisasi Komite LK3 PPPTMGB ”LEMIGAS” Tahun 2011
55
4.1.9 Gambaran Umum KPRT Eksploitasi PPPTMG “LEMIGAS”
Kelompok Program Riset dan Teknologi (KPRT) Eksploitasi termasuk dalam salah
satu organisasi di PPPTMGB “LEMIGAS”. KPRT Eksploitasi bertugas untuk
melakukan pengujian percontohan pemboran untuk kepentingan pengembangan,
penyelidikan, pengkajian dan perekayasaan bidang teknologi minyak dan gas bumi.
KPRT Eksploitasi terdiri dari 4 unit struktural dan 5 kelompok fungsional. Unit
struktural tersebut terdiri dari unit Mutu, unit LK3, unit Pemtek dan unit Administrasi.
Serta kelompok fungsional yang terdiri dari kelompok Pemboran, kelompok Produksi,
kelompok Evaluasi Formasi, kelompok Reservoir dan kelompok Pengurasan.
Laboratorium yang terdapat di KPRT Eksploitasi sebanyak 14 laboratorium yang
tersebar dalam 5 kelompok fungsional, yaitu :
1. Kelompok Pemboran
a. Laboratorium Material Pemboran
b. Laboratorium Teknologi Pemboran
2. Kelompok Produksi
a. Laboratorium Teknologi Produksi
b. Laboratorium Uji Peralatan Produksi
3. Kelompok Evaluasi Formasi
a. Laboratorium Coal Bed Methane (CBM)
b. Laboratorium Mekanika Batuan
c. Laboratorium Kerusakan Formasi
d. Laboratorium Integrated Special Core
56
e. Laboratorium Routine Core
4. Laboratorium Reservoar
a. Laboratorium Pemodelan Reservoir
b. Laboratorium Komposisi Fluida Reservoir
c. Laboratorium Pressure Valium dan Temperatur (PVT)
5. Kelompok Peningkatan Pengurasan
a. Laboratorium Chemical Flooding
b. Laboratorium Gas Flooding
Untuk lebih jelas mengenai struktur organisasi KPRT Eksploitasi dapat dilihat
dalam bagan 4.3 berikut.
Sumber : Unit Administrasi KPRT Eksploitasi Tahun 2011
Bagan 4.3
Struktur Organisasi KPRT Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
46
Koord KPRT Eksploitasi
Dr. Ir. Usman M.Eng (Pit)Unit
Pemasaran Teknologi
Unit L K 3
Unit Mutu
Unit Administrasi
Sub unit Pemasaran
Sub unit Pemasaran
Sub unit Lindungan Lingkunga
n
Sub unit LK3
Sub unit Audit
Internal & Pengendalian Mutu
Sub unit Kalibrasi & Pemeliharaan Alat
Sub unit Administr
asi Umum
Sub unit Administra
si Percontoha
n & TIKelompok
Evaluasi FormasiKelompokProduksi
Kelompok Pemboran
Kelompok Reservoir
Kelompok Peningkatan Pengurasan
LaboratoriumMaterial
PemboranLaboratoriumTeknologi Pemboran
LaboratoriumUji Peralatan
ProduksiLaboratoriumTeknologi Produksi
LaboratoriumRoutine Core
Analysis
LaboratoriumPVT
Laboratorium Gas FloodingLaboratorium
Chemical FloodingLaboratorium
Kerusakan FormasiLaboratorium
Mekanika BatuanLaboratorium
CBM
LaboratoriumSpecial Core
Analysis
LaboratoriumKomposisi
Fluida Reservoir
LaboratoriumPemodelan Reservoir
Sumber daya penggerak utama dalam kegiatan di KPRT Eksploitasi sebanyak 118
orang. Berikut adalah distribusi karyawan KPRT Eksploitasi berdasarkan pendidikan
terakhirnya :
Tabel 4.2
Distribusi SDM KPRT Eksploitasi Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tahun 2011
Pendidikan JumlahS3 3S2 15S1 37D3 7
SLTA/dll 31Tenaga Honorer (90 % S1) 25
TOTAL 118Sumber : Unit Administrasi KPRT Eksploitasi Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas karyawan tetap yang berada di KPRT Eksploitasi paling
banyak adalah lulusan S1 dengan jumlah 37 orang. Kemudian lulusan SLTA/dll
sebanyak 31orang, lulusan S2 sebanyak 15 orang, lulusan D3 sebanyak 7 orang dan
lulusan S3 sebanyak 3 orang. Sedangkan untuk tenaga honorer sebanyak 25 orang,
sebagian besar lulusan S1.
46
59
4.1.10 Klasifikasi Gedung KPRT Eksploitasi PPPTMG “LEMIGAS”
(a) (b) Gambar 4.1
Gedung Eksploitasi PPPTMG “LEMIGAS” (a) Gedung Eksploitasi I & II
(b) Gedung Eksploitasi III
Gedung Eksploitasi berbatasan dengan koperasi di sebelah utara, gedung
BALKESMAS di sebelah barat, gedung BALITBANG di sebelah timur, serta gedung
Eksplorasi di sebelah selatan. KPRT Eksploitasi memiliki 2 gedung. Gedung Eksploitasi
I dan II bergabung menjadi satu dan gedung Eksploitasi III terpisah dari gedung
Eksploitasi I dan II. Namun demikian, terdapat jalan penghubung yang menghubungkan
gedung Eksploitasi I dan II dengan gedung Eksploitasi III.
Gambar 4.2
Jalan Penghubung Gedung Eksploitasi
60
Gedung Eksploitasi I dan II direnovasi pada tahun 2007 dan mulai aktif digunakan
kembali pada tahun 2008. Sedangkan untuk gedung Eksploitasi III direncanakan bulan
Juli 2011 baru akan di renovasi. Dengan dilakukannya renovasi gedung tersebut,
sehingga diperlukan pengklasifikasian terhadap gedung Eksploitasi.
Pengklasifikasian gedung bertujuan untuk menentukan sarana proteksi kebakaran
dan menentukan jalur evakuasi saat terjadi kebakaran. Pengklasifikasi gedung juga
berguna untuk memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran. Berikut
adalah klasifikasi gedung Eksploitasi berdasarkan jumlah lantai yang ada dan
berdasarkan peruntukannya :
1. Klasifikasi Berdasarkan Jumlah Lantai
Gedung Eksploitasi I & II terdiri dari 5 lantai sedangkan gedung Eksploitasi III
terdiri dari 3 lantai. Bila diklasifikasikan berdasarkan Perda DKI Jakarta No.3
Tahun 1992 bangunan gedung Eksploitasi I dan II masuk dalam kategori D
(Menengah). Klasifikasi bangunan kelas D (menengah) merupakan ketinggian
bangunan sampai dengan 40 m atau 8 lantai. Sedangkan berdasarkan Perda DKI
Jakarta No.3 Tahun 1992 bangunan gedung Eksploitasi III masuk dalam kategori
kelas C (rendah). Klasifikasi bangunan kelas C (rendah) merupakan ketinggian
bangunan sampai dengan 14 m atau 4 lantai.
2. Klasifikasi Berdasarkan Peruntukan
Gedung Eksploitasi mempunyai 14 laboratorium yang digunakan untuk melakukan
pengujian percontohan pemboran untuk kepentingan pengembangan, penyelidikan,
pengkajian dan perekayasaan bidang teknologi minyak dan gas bumi. Selain
laboratorium, gedung Eksploitasi juga digunakan sebagai gedung perkantoran
61
seperti pengurusan administrasi, ruang rapat atau pertemuan dan ruang kerja. Bila di
klasifikasikan berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000, gedung Eksploitasi
masuk ke dalam klasifikasi bangunan kelas 9b. Klasifikasi bangunan kelas 9b
merupakan bangunan pertemuan, bengkel kerja, bangunan peribadatan,
laboratorium atau sejenisnya.
4.2 Identifikasi Bahaya Kebakaran di Gedung Eksploitasi PPPTMGB
“LEMIGAS”
Identifikasi bahaya dimulai dengan melakukan identifikasi semua sumber bahaya
pada area kerja. Dalam sebuah identifikasi bahaya dibutuhkan metode yang logis dan
terstruktur untuk memastikan bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Struktur
tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara imajinatif
tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana itu dapat terjadi. Sehingga sebelum
melakukan identifikasi bahaya, perlu diketahui klasifikasi bahaya kebakaran apa saja
yang mungkin timbul.
Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan
yang dapat terbakar. Dengan klasifikasi kebakaran ini, maka akan didapatkan jenis
bahan pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran. Klasifikasi kebakaran
sangat membantu dan diperlukan dalam pengembangan bahan pemadam dan teknik
pemadaman kebakaran. Tujuan dari pengklasifikasian kebakaran adalah agar
memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran. Klasifikasi kebakaran juga
digunakan untuk menentukan sarana proteksi kebakaran dan untuk menjamin
keselamatan nyawa tim pemadam kebakaran (Ramli, 2010).
62
Berdasarkan laporan IAB (Identifikasi dan Analisis Bahaya), potensi bahaya
kebakaran di gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” dapat berasal dari
penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, pengunaan listrik, penguapan gas,
kebocoran tabung gas dan bahan padat.
Klasifikasi kebakaran di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” berdasarkan
Permenaker No.04 tahun 1980 dapat di kategorikan ke dalam kebakaran kelas A, B, dan
C. Kebakaran kelas A adalah kebakaran yang berasal dari bahan padat selain logam
yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya. Kebakaran kelas B adalah
kebakaran yang berasal dari cairan dan gas. Sedangkan kebakaran kelas C adalah
kebakaran yang berasal dari aparat listrik yang bertegangan.
Gedung Eksploitasi memiliki 14 laboratorium yang aktif melakukan kegiatan.
Kegiatan di laboratorium tersebut banyak menggunakan bahan-bahan kimia yang
bersifat eksplosif, gas yang mudah menguap, mesin yang mengunakan listrik
bertegangan tinggi, serta bahan padat seperti plastik dan majun untuk membersihkan
ceceran bahan kimia. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya kebakaran, maka kebakaran
yang dapat terjadi di laboratorium-laboratorium gedung Eksploitasi adalah kelas A, B
dan C.
Di dalam gedung Eksploitasi juga terdapat ruang administrasi, ruang rapat atau
pertemuan, dan ruang kerja. Kegiatan di ruangan tersebut mengunakan LCD diruang
rapat, komputer dan AC yang membutuhkan tenaga listrik yang cukup banyak. Selain itu
di dalam ruangan terdapat bahan-bahan padat yang apabila kontak dengan api akan
mudah terbakar seperti kertas, dokumen, taplak meja serta peralatan yang terbuat dari
63
furniture. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya kebakaran, maka dapat dikategorikan
sebagai kebakaran kelas A dan C.
Dari hasil laporan kejadian kebakaran dan lembar kesesuaian, penyebab kebakaran
di lingkungan perkantoran PPPTMGB “LEMIGAS” disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya dari bahan yang mudah terbakar seperti bahan-bahan kimia yang bersifat
eksplosif, gas yang menguap, percikan api dari komponen peralatan laboratorium yang
rusak, percikan api saat melakukan pengujian di laboratorium, dan human error seperti
puntung rokok yang dibuang sembarangan, pengujian yang tidak sesuai prosedur dan
lupa mematikan kayu bakar.
Untuk lebih jelas mengenai potensi bahaya di gedung Eksploitasi PPPTMGB
“LEMIGAS” dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
64
Tabel 4.3
Identifikasi Bahaya Kebakaran di Gedung Eksploitasi
PPPTMG “LEMIGAS” Tahun 2011
No LokasiPotensi Bahaya
KebakaranKelas
KebakaranPengendalian
1 Laboratorium Material Pemboran
Bahan padat (majun)
ADijauhkan dari sumber api
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
2 Laboratorium Teknologi Pemboran
Bahan padat (majun)
ADijauhkan dari sumber api
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
3 Laboratorium Teknologi Produksi
Kebocoran gas dari alat
B
Inspeksi dan pemeliharaan alat secara rutin
Kebocoran bahan cair (minyak, oli, grease) dari alat
Inspeksi dan pemeliharaan alat secara rutin
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
4 Laboratorium Uji Peralatan Produksi Listrik C
Pelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
5 Laboratorium CBM
Bahan kimia cair
B Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat
65
No LokasiPotensi Bahaya
KebakaranKelas
KebakaranPengendalian
B
yang aman dan jauh dari sumber api
Penguapan gas (methane)
Gas-gas berbahaya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
6 Laboratorium Mekanika Batuan : listrik
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
7 Laboratorium Kerusakan Formasi
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
Kebocoran bahan cair (oli) dari alat
Inspeksi dan pemeliharaan alat secara rutin
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
8 Laboratorium Integrated Special Core
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
Kebocoran bahan cair (oli) dari alat
Inspeksi dan pemeliharaan alat secara rutin
Listrik C Pelaksanaan program hemat energi listrik dan
66
No LokasiPotensi Bahaya
KebakaranKelas
KebakaranPengendalian
pemeliharaan air9 Laboratorium
Routine CorePenguapan gas (Hg)
B
Gas-gas berbahaya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api,Pemasangan mercuri Analyzer
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
10 Laboratorium Pemodelan Reservoir
Bahan padat (kemasan atau plastik)
ADijauhkan dari sumber api
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
Penguapan gas (Cl2,N)
Gas-gas berbahaya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
11 Laboratorium Komposisi Fluida Reservoir
Bahan padat (kemasan atau plastik)
ADijauhkan dari sumber api
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
67
No LokasiPotensi Bahaya
KebakaranKelas
KebakaranPengendalian
BPenguapan gas (Cl2,N)
Gas-gas berbahaya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
12 Laboratorium Pressure Valium dan Temperatur (PVT)
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Ceceran atau tumpahan minyak
Dijauhkan dari sumber api
Kebocoran gas
Gas-gas berbahaya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
13 Laboratorium Chemical Flooding
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
14 Laboratorium Gas Flooding
Bahan kimia cair
B
Bahan kimia yang bersifat eksplosif disimpan di tempat yang aman dan jauh dari sumber api
Kebocoran tabung gas
Penyimpanan tabung gas di ruangan khusus tabung gas dan diikat
Listrik C Pelaksanaan program
68
No LokasiPotensi Bahaya
KebakaranKelas
KebakaranPengendalian
hemat energi listrik dan pemeliharaan air
15 Laboratorium CT Scan Listrik C
Pelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
16 Ruang Administrasi
Bahan mudah terbakar (dokumen,kertas)
A
Jauhkan dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
17 Ruang Rapat Bahan mudah terbakar (dokumen, kertas)
A
Jauhkan dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
18 Ruang kerja Bahan mudah terbakar (dokumen, kertas)
A
Jauhkan dari sumber api
Listrik CPelaksanaan program hemat energi listrik dan pemeliharaan air
Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
69
4.3 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di Gedung Eksploitasi PPPTMGB
“LEMIGAS”
4.3.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Gambar 4.3
APAR di Gedung Eksploitasi
Gedung Eksploitasi memiliki 72 buah APAR yang tersebar disetiap lantai. Pada
gedung Eksploitasi I dan II terdapat 58 buah APAR dengan pembagian jumlah APAR di
setiap lantai berbeda-beda. Jumlah APAR pada lantai dasar sebanyak 14 buah, lantai 2
sebanyak 13 buah, lantai 3 sebanyak 13 buah, lantai 4 sebanyak 10 buah dan lantai 5
sebanyak 8 buah. Lantai 5 memiliki jumlah APAR yang lebih sedikit, hal tersebut
dikarenakan sebagian ruangan di lantai 5 tidak digunakan untuk kegiatan. Jumlah APAR
disetiap lantai disesuaikan dengan tingkat resiko kebakaran.
Adapun jenis APAR yang tersedia di gedung Eksploitasi I dan II yaitu APAR jenis
dry chemical sebanyak 36 buah, APAR jenis solkaflam sebanyak 20 buah dan APAR
jenis CO2 sebanyak 2 buah. APAR jenis dry chemical mempunyai berat isi 2,5 kg dan 20
kg, digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A, B dan C. APAR jenis solkaflam
mempunyai berat isi 5 kg dan digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas A, B dan
70
C. Sedangkan APAR jenis CO2 mempunyai berat isi 6,8 kg dan digunakan untuk
memadamkan kebakaran kelas B dan C. Masing-masing jenis APAR ditempatkan sesuai
dengan tingkat resiko kebakaran.
(a) (b) (c)
Gambar 4.4
Jenis APAR (a) Solkaflam (b) Dry Chemical (c) CO2
Pada gedung Eksploitasi III terdapat 20 buah APAR, dengan pembagian jumlah
APAR di setiap lantai sebagai berikut : lantai 1 sebanyak 6 buah, lantai 2 sebanyak 7
buah dan lantai 3 sebanyak 7 buah. Jenis APAR yang tersedia di gedung Eksploitasi III
yaitu APAR jenis dry chemical sebanyak 10 buah, APAR jenis solkaflam sebanyak 1
buah, APAR jenis CO2 sebanyak 2 buah dan APAR jenis halon 1211 sebanyak 7 buah.
APAR jenis halon 1211 masih digunakan di gedung Eksploitasi III. Seharusnya
APAR jenis halon tersebut sudah tidak boleh digunakan lagi, karena APAR jenis halon
mengandung O3 dan dampaknya sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Larangan penggunaan halon juga tertulis dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No.110 tahun 1998 yang berisikan larangan memproduksi dan
memperdagangkan bahan perusak lapisan ozon serta memproduksi dan
71
memperdagangkan barang baru yang mengunakan bahan perusak lapisan ozon (Ozone
Depleting Substances).
Menurut hasil wawancara, masih adanya APAR jenis halon 1211 di gedung
Eksploitasi III, dikarenakan dana dari pemerintah belum mencukupi untuk mengganti
semua APAR jenis halon dengan APAR jenis solkaflam. Tetapi direncanakan pada
Desember 2011 semua APAR jenis halon 1211 yang ada di gedung Eksploitasi III akan
diganti dengan APAR jenis solkaflam yang lebih ramah lingkungan.
Gambar 4.5
APAR Jenis Halon 1211
APAR jenis solkaflam di gedung Eksploitasi merupakan pengganti APAR jenis
halon yang sudah tidak diizinkan pengunaannya. Adapun kelebihan dari APAR jenis
solkaflam yaitu sifatnya nonconductive (tidak menghantar arus listrik), lebih ramah
lingkungan, tidak meninggalkan bekas selesai penggunaannya dan dapat digunakan
sebagai alat pencegah kebakaran untuk alat-alat komputer, peralatan elektronik dan
laboratorium.
Selain APAR jenis solkaflam, gedung Eksploitasi juga menggunakan patriot sebagai
pengganti halon. Patriot merupakan alat pemadam api otomatis, yang tidak mengandung
halon, CFC dan bromine sehingga lebih ramah lingkungan dan tidak membahayakan
72
manusia. Alat ini bekerja secara otomatis dengan bantuan detector panas dan detector
asap, ketika smoke detektor mendeteksi adanya kebakaran yang berasal dari asap atau
panas dalam ruangan mencapai suhu 68oC, maka detektor akan mengalirkan sinyal ke
alarm dan patriot akan bereaksi dengan mengeluarkan gas disekitar lokasi kebakaran.
Pada gedung Eksploitasi I dan II terdapat 35 buah patriot yang tersebar di setiap lantai,
sedangkan pada gedung Eksploitasi III terdapat 2 buah patriot yang diletakkan di
laboratorium lantai 1.
Berdasarkan hasil observasi, penempatan APAR di gedung Eksploitasi ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan. Pemasangan dan penempatan APAR di gedung
Eksploitasi sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran, selain itu jarak
penempatan APAR yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu jauh yaitu dengan jarak
± 3 meter.
Penempatan APAR untuk jenis dry chemical, halon dan solkaflam jaraknya ± 120 cm
dan CO2 jaraknya ± 25 cm dari permukaan lantai. Penempatan APAR tidak terlalu tinggi
dari lantai bertujuan agar tulang belakang manusia tidak dipaksa untuk membungkuk
kearah lebih dalam saat pengambilan APAR. Semua APAR dipasangkan menggantung
pada dinding dengan penguatan sengkang yang tidak dikunci, hal tersebut bertujuan agar
ketika terjadi kebakaran mudah untuk mengambil APAR tanpa harus membuka kunci
terlebih dahulu.
APAR jenis CO2 di gedung Eksploitasi berwarna merah hijau. Berdasarkan
Kepmenakertrans No.4 Tahun 1980 semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah,
hal tersebut bertujuan untuk memberikan warna mencolok pada APAR, sehingga orang
73
mudah mengenalinya. Tetapi berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
02 Tahun 1985, warna tabung APAR harus mudah dilihat (hijau, merah, biru, kuning),
jadi warna tabung APAR jenis CO2 di gedung Eksploitasi sesuai, selama warna tersebut
mencolok dan mudah dilihat dengan jelas.
Semua APAR di gedung Eksploitasi tidak ditempatkan dalam lemari atau box.
Menurut hasil wawancara dengan salah satu orang LK3, penempatan APAR dalam
lemari atau box bukan suatu keharusan. APAR dalam gedung Eksploitasi tidak
ditempatkan dalam lemari atau box agar mudah untuk di ambil dan mempercepat
gerakan saat pengambilan APAR, selain itu agar tidak melukai tangan saat memecahkan
lemari kaca untuk mengambil APAR.
Semua APAR di gedung Eksploitasi dalam kondisi baik, tidak berlubang-lubang
ataupun cacat karena karat. Hal tersebut dikarenakan setiap 6 bulan sekali dilakukan
pemeriksaan APAR secara berkala oleh bagian LK3 KPRT Eksploitasi. Semua
penjelasan hasil observasi di atas sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja dan
Transmigrasi No.4 Tahun 1980 dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02
Tahun 1985.
Ketidaksesuaian terkait pencatatan tanggal, bulan serta tahun pengisian saat inspeksi
APAR, terdapat 32 APAR yang tidak dicatat tanggal, bulan serta tahun pengisiannya.
Seharusnya setiap inspeksi APAR, tanggal, bulan serta tahun pengisian APAR dicatat
dengan baik di kartu inspeksi APAR yang mengantung pada setiap APAR. Hal tersebut
penting untuk mengetahui kapan APAR tersebut diisi, karena setiap APAR mempunyai
masa kadaluarsa yang berbeda-beda. Seperti APAR jenis asam soda, busa, bahan kimia,
74
harus diisi setahun sekali; APAR jenis cairan busa yang dicampur harus diisi 2 (dua)
tahun sekali; APAR jenis tabung gas hydrocarbon berhalogen harus diisi 3 (tiga) tahun
sekali dan APAR jenis Iainnya diisi selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sekali. Jika
tanggal pengisian APAR tidak tercatat di kartu lembar inspeksi, maka tidak dapat
diketahui kapan pengisian awal APAR tersebut. Seperti APAR jenis powder, jika
melewati batas waktu pengisiannya, maka APAR tersebut akan beku dan tidak dapat
digunakan kembali. Maka ketika terjadi kebakaran, APAR tidak dalam kondisi siap
pakai. Seharusnya juga perlu adanya peningkatan kesadaran pada masing-masing tim
yang bertugas melakukan inspeksi APAR, agar selalu teliti dalam pengecekan APAR
dan tidak lupa pula untuk mencatat pengisian terakhir semua APAR di gedung
Eksploitasi.
Ketidaksesuaian juga terdapat pada APAR jenis halon 1211 yang masih
ditempatkan di laboratorium gedung Eksploitasi III. Seharusnya APAR jenis tersebut
sudah tidak boleh digunakan lagi karena mengandung CFC dan dampaknya sangat
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Diharapkan semua APAR jenis halon 1211
dapat segera digantikan dengan APAR yang lebih ramah lingkungan.
Untuk lebih jelas mengenai tingkat pemenuhan APAR di gedung Eksploitasi
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No.4 Tahun 1980 dan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02 Tahun 1985, dapat dilihat pada tabel 4.4
berikut.
75
Tabel 4.4
Skor Pemenuhan APAR di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS Tahun 2011
Berdasarkan Kepmenakertrans No.4 Tahun 1980 dan KEPMEN PU No. 02/KPTS/1985
No Standar Kondisi di lapangan Skor Kesesuaian Keterangan1 Setiap satu atau kelompok
APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
Semua APAR mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
2 Terdapat tanda pemasangan APAR tepat diatas satu atau kelompok APAR bersangkutan.
Pada semua APAR terdapat tanda atau tulisan “ALAT PEMADAM API” berwarna putih dengan dasar merah tepat di atas APAR tersebut digantungkan, selain itu juga terdapat cara penggunaan APAR pada badan APAR.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
3 Pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
APAR jenis halon masih digunakan dan ditempatkan di laboratorium.
90,3 % Tidak sesuai 7 dari 72 APAR tidak sesuai dengan kriteria,tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
4 Penempatan APAR yang satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
Penempatan APAR yang satu dengan yang lain ± 3 meter.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
76
No Standar Kondisi di lapangan Skor Kesesuaian Keterangan5 Semua tabung APAR
sebaiknya berwarna merah atau warna tabung APAR harus mudah dilihat (hijau, merah, biru, kuning)
Tabung APAR jenis solkaflam, dry chemical dan halon berwarna merah, sedangkan tabung APAR jenis CO2 berwarna merah hijau.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
6 Dilarang memasang APAR yang sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
Semua APAR dalam kondisi baik, tidak berlubang-lubang atau cacat karena karat.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
7 Setiap APAR harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
Semua APAR dipasang menggantung padadinding dengan penguatan sengkang.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
8 Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak bolehdikunci atau digembok atau diikat mati.
Semua sengkang APAR hanya di segel, tidak dikunci atau digembok.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
9 Pemasangan APAR harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai, kecuali jenis CO2 dan tepung kering (dry chemical) dapat
Penempatan APAR untuk jenis dry chemical, halon dan solkaflam jaraknya ± 120 cm dan CO2
jaraknya ± 25 cm dari permukaan lantai.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
77
No Standar Kondisi di lapangan Skor Kesesuaian Keteranganditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai .
11 APAR yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.
Semua APAR dilindungi dengan tutup pengaman dan tidak ada APAR yang di tempatkan di alam terbuka.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
12 Setiap APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun, yaitu:a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;b. pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan.
Pemeriksaan APAR dilakukan setiap 6 bulan sekali.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
13 Tanggal, bulan dan tahun pengisian harus di catat pada badan APAR tersebut.
Ada beberapa APAR yang tidak dicatat tanggal, bulan serta tahun pengisiannya.
55,6 % Tidak sesuai 32 dari 72 APAR tidak sesuai dengan kriteria, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
Skor Pemenuhan APAR 88,2%Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
78
4.3.2 Hidran
Gedung Eksploitasi memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran
lapangan. Letak hidran mudah dilihat, mudah dijangkau, dan diletakkan pada dinding
beton yang datar. Hal tersebut sesuai dengan KepMen PU No.10/KPTS/2000 yang
berisikan bahwa setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung dan
hidran halaman, serta letak hidran mudah dilihat, mudah dijangkau, dan diletakkan pada
dinding beton yang datar. Hidran gedung merupakan hidran yang terletak di dalam suatu
bangunan, sedangkan hidran halaman merupakan hidran yang terletak di luar bangunan.
Hidran gedung yang terdapat di gedung Eksploitasi berjumlah 18 buah dan tersebar
di setiap lantai. Gedung KPRT Eksploitasi I dan II memiliki 9 buah hidran gedung. Pada
lantai 1 sampai 4 terdapat 3 buah hidran gedung di setiap lantai tersebut, sedangkan pada
lantai 5 hanya terdapat 2 buah hidran gedung. Di dalam gedung KPRT Eksploitasi III
terdapat 4 buah hidran gedung yang terletak di setiap lantai termasuk basement.
Berdasarkan hasil observasi, hidran gedung di Eksploitasi ditempatkan dalam suatu
kotak hidran baja berwarna merah dengan tulisan putih, yang tepasang pada dinding
dengan penyangga beton kecil. Kotak hidran baja tersebut berisi selang dengan panjang
selang 30 meter dan diameter 1,5 inchi, sambungan selang, nozzle (pemancar air), keran
pembuka, serta kopling yang dapat disambungkan dengan Dinas Pemadam Kebakaran.
Kondisi selang dalam keadaan baik (tidak membelit) dan katub pembuka baik (tidak
bocor). Setiap kotak hidran dalam gedung KPRT Eksplotasi mudah dibuka dan tidak
terkunci, hal tersebut bertujuan agar mudah dalam pengambilan hidran saat dibutuhkan.
Hasil observasi hidran gedung diatas sesuai dengan KepMen PU No.10/KPTS/2000.
79
Gambar 4.6
Hidran gedung KPRT Eksploitasi
Hidran halaman gedung Eksploitasi terdapat di luar gedung dengan sistem
pemipaan dan sistem pompa otomatis yang lokasinya berdekatan dengan sumber air.
Gedung Eksploitasi memiliki 3 buah hidran lapangan yang terletak di depan gedung
Eksploitasi sebelah kiri, depan gedung Eksploitasi sebelah kanan dan belakang gedung
Eksploitasi sebelah kiri.
Kotak hidran halaman yang terletak di depan gedung Eksploitasi sebelah kanan
tidak ada isinya. Menurut hasil wawancara, hidran halaman tersebut pernah digunakan
pada saat terjadi kebakaran di sekitar lokasi, tetapi sampai sekarang belum diisi kembali.
Sebaiknya semua kotak hidran halaman setelah penggunaan segera diisi kembali
kelengkapannya, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran di sekitar gedung. Sehingga
saat terjadi kebakaran semua hidran dalam konsisi siap pakai.
80
Gambar 4.7
Hidran halaman yang tidak ada isinya
Dari hasil observasi, hidran halaman Eksploitasi berada di dalam suatu kotak hidran
baja berwarna merah dengan tulisan putih dan diletakkan pada dinding beton yang datar.
Di dalam kotak hidran baja terdapat selang dan nozzle (pemancar air). Hidran halaman
mempunyai panjang selang 30 meter dengan diameter 2,5 inchi. Kondisi selang dalam
keadaan baik (tidak membelit) dan katub pembuka baik (tidak bocor). Hidran halaman
gedung Eksploitasi juga mempunyai sambungan kembar yang sesuai dengan mobil
pemadam kebakaran. Hasil observasi hidran halaman gedung Eksploitasi sesuai dengan
KepMen PU No.10/KPTS/2000.
Gambar 4.8
Hidran halaman KPRT Eksploitasi
Sumber air untuk hidran di PPPTMGB “LEMIGAS” berasal dari sumur yang
kemudian akan dialirkan ke ground water tank dengan bantuan mesin summersible.
Mesin summersible tersebut berfungsi untuk mensuplai air dari sumur ke ground water
81
tank. Berdasarkan hasil wawancara, sumur yang merupakan sumber air hidran memiliki
kedalaman lebih dari 200 meter dan terdaftar di PAM (Perusahaan Air Minum).
(a) (b)Gambar 4.9
Sumber Air Hidran (a) Sumur (b) Ground Water tank
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian LK3, PPPTMGB “LEMIGAS”
memiliki 5 buah ground water tank yang dilengkapi dengan sistem pemompaan. Sistem
pemompaan tersebut berfungsi untuk mengatur tekanan air, sehingga air dapat
menjangkau api yang lokasinya cukup tinggi, hingga mencapai ketinggian 40 meter jika
selang diarahkan 45o. Kelima unit pompa berada dalam masing-masing ruangan yang
dinamakan rumah pompa. Masing-masing pompa tersebut saling berhubungan satu
dengan yang lainnya dan dihubungkan oleh sebuah pipa dengan ukuran 4 inchi. Pipa-
pipa tersebut dihubungkan satu dengan yang lainnya disepanjang area perkantoran
PPPTMGB “LEMIGAS” dan mudah terlihat karena letaknya di atas tanah. Hal tersebut
baik untuk mengetahui kondisi pipa dan jika terjadi kebocoran dapat langsung
terdeteksi.
82
Gambar 4.10
Rumah Pompa dan Pipa Penghubung
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian utilitis sub bidang pemeliharaan dan
perawatan kantor, kapasitas pompa hidran di PPPTMGB “LEMIGAS” dapat
mengalirkan air sebanyak 300 liter/detik, maka bila dalam hitungan menit kapasitas
pompa hidran dapat mengalirkan air sebanyak 18.000 liter/menit. Hal tersebut sesuai
dengan ketentuan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 yaitu kapasitas pompa minimal
mengalirkan air sebesar 1892 liter/menit, dengan tujuan agar semprotan air hidran yang
keluar dari selang lebih kencang dan banyak, sehingga api dapat lebih cepat
dipadamkan.
Ketidaksesuaian terdapat pada kapasitas persediaan air yang dibutuhkan untuk
hidran. Berdasarkan hasil wawancara, PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki 5 buah ground
water tank, satu ground water tank memiliki kapasitas persediaan air sebanyak 95.000
liter, jadi kapasitas persediaan air keseluruhan untuk hidran sebanyak 475.000 liter. Jika
dilihat dari jumlah hidran yang terdapat di gedung Eksploitasi, yaitu sebanyak 21 hidran.
Kapasitas persediaan air untuk satu hidran menjadi 22.620 liter, dengan catatan
perhitungan ini tanpa mempertimbangkan luas bangunan dan struktur bangunan gedung
Eksploitasi. Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000, kapasitas persediaan air untuk
83
satu hidran minimal 30.000 liter. Sebaiknya PPPTMGB “LEMIGAS” dapat
menyediakan kapasitas persediaan air untuk satu hidran minimal 30.000 liter, sesuai
dengan peraturan yang ada.
Untuk lebih jelas mengenai tingkat pemenuhan hidran di gedung Eksploitasi
berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
84
Tabel 4.5
Skor Pemenuhan Hidran di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS Tahun 2011
Berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000
No Standar Kondisi di Lapangan Skor Kesesuaian Keterangan
1 Setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran halaman.
Gedung Eksploitasi memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung dan hidran halaman.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
2 Kotak hidran berwarna merah dan tulisan warna putih.
Semua kotak hidran gedung dan hidran halaman berwarna merah dengan tulisan berwarna putih.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
3 Hidran harus mempunyai selang, sambungan selang, nozzle (pemancar air), keran pembuka, serta kopling yang sesuai dengan sambungan Dinas Pemadam Kebakaran.
Di dalam semua kotak hidran terdapat selang, sambungan selang, nozzle (pemancar air), keran pembuka, serta kopling yang sesuai dengan sambungan Dinas Pemadam Kebakaran.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
4 Letak hidran mudah dilihat, mudah dijangkau, dan diletakkan pada dinding beton yang datar.
Semua hidran diletakkan di tempat yang mudah dilihat, mudah dijangkau, dan diletakkan pada dinding beton yang datar.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
5 Minimal panjang selang 15 m dan maksimal 30 m dengan diameter selang 1,5 inchi atau 2,5 inchi.
Hidran gedung memiliki panjang selang 30 meter dengan diameter 1,5 inchi dan hidran halaman memiliki panjang selang 30 meter dengan diameter 2,5 inci.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
85
No Standar Kondisi di Lapangan Skor Kesesuaian Keterangan
6 Selang dalam keadaan baik (tidak membelit) dan katub pembuka baik (tidak bocor).
Semua selang hidran tidak membelit dan katub pembuka tidak bocor.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
7 Hidran halaman mempunyai sambungan kembar yang sesuai dengan sambungan mobil pemadam kebakaran.
Semua hidran halaman mempunyai sambungan kembar yang sesuai dengan sambungan mobil pemadam kebakaran.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
8 Kapasitas pompa minimal mengalirkan air 1892 liter/menit.
Kapasitas pompa mengalirkan air 18.000 liter/menit.
100 % Sesuai Semua kriteria tidak terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
9 Kapasitas persediaan air minimal untuk 1 hidran 30.000 liter.
Kapasitas persediaan air untuk 1 hidran sebanyak 22.620 liter.
0 % Tidak sesuai
Semua kriteria tidak terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
Skor Pemenuhan Hidran 89 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
86
4.3.3 Alarm Kebakaran
Gedung Eksploitasi memiliki 2 jenis alarm kebakaran yaitu alarm kebakaran
otomatis dan alarm tombol tekan yang tersebar di setiap lantai. Pada gedung Eksploitasi
I dan II terdapat 54 buah alarm kebakaran otomatis dan alarm tombol tekan, sedangkan
gedung Eksploitasi III terdapat 5 buah alarm kebakaran otomatis dan alarm tombol
tekan. Sistem alarm kebakaran otomatis terhubung dengan smoke atau head detektor dan
sprinkler. Jika dalam ruangan terdeteksi adanya kebakaran dengan timbulnya asap atau
panas dalam ruangan mencapai suhu 68oC, maka detektor akan memberikan sinyal ke
alarm, kemudian secara otomatis alarm akan berbunyi dan sprinkler akan
menyemprotkan air.
Selain bekerja secara otomatis, sistem alarm di gedung Eksploitasi juga dapat
digunakan secara manual dengan menekan tombol fire alarm. Alarm tombol tekan ini
bertujuan untuk kegiatan simulasi kebakaran dan pengecekan fungsi alarm. Dengan
diadakannya simulasi kebakaran, dapat melatih seluruh penghuni di gedung Eksploitasi,
untuk siap siaga meninggalkan gedung melalui jalur evakuasi ketika alarm berbunyi.
Simulasi kebakaran di PPPTMGB “LEMIGAS” dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Pada saat simulasi, alarm kebakaran dibunyikan sebagai peringatan adanya bahaya
kebakaran. Tetapi setelah gedung Eksploitasi direnovasi, alarm kebakaran tidak dapat
digunakan, dikarenakan spiker alarm tidak berfungsi. Diharapkan segera dilakukan
perbaikan terhadap spiker alarm di gedung Eksploitasi, karena sistem alarm kebakaran
sangat penting untuk memberikan peringatan atau tanda pada saat awal terjadinya suatu
kebakaran, sehingga kerugian yang berdampak pada perusahaan khususnya keselamatan
jiwa orang yang berada di area gedung tersebut dapat terselamatkan.
87
Gambar 4.11
Sistem Alarm Kebakaran KPRT Eksploitasi
Berdasarkan hasil observasi, setiap lantai di gedung Eksploitasi dilengkapi dengan
kelompok alarm kebakaran, dengan indikator alarm berupa lampu berwarna merah. Pada
satu kelompok sistem alarm kebakaran dipasang detektor panas dan detektor asap secara
bersamaan dengan tegangan yang sama. Satu kelompok sistem alarm kebakaran
dipasang 20 buah detektor panas.
Berdasarkan hasil wawancara, pemeriksaan dan pengujian alarm kebakaran
dilakukan oleh bagian utilitis sub bidang pemeliharaan dan perawatan kantor, secara
berkala setiap 1 bulan sekali dan pemeriksaan oleh konsultan kebakaran atau organisasi
yang telah diakui dilakukan setiap 1 tahun sekali. Semua penjelasan hasil observasi dan
wawancara diatas, sesuai dengan Permenaker No. 2 tahun 1983.
Untuk lebih jelas mengenai tingkat pemenuhan alarm kebakaran di gedung KPRT
Eksploitasi, berdasarkan Permenaker No. 2 tahun 1983, dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut.
88
Tabel 4.6
Skor Pemenuhan Alarm Kebakaran di Gedung Eksploitasi PPPTMGB Tahun 2011
“LEMIGAS” Berdasarkan Permenaker No.2 tahun 1983
No Standar Kondisi di Lapangan Rumus Skor Kesesuaian Keterangan1 Indikator alarm yang
berupa lampu berwarna merah.
Semua lampu alarm kebakaran berwarna merah
59 x 100 %59
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
2 Setiap lantai harus ada kelompok alarm tersendiri.
Setiap lantai mempunyai alarm kebakaran
59 x 100 %59
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
3 Pada suatu kelompok sistem alarm kebakaran tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah detektor panas.
Satu kelompok sistem alarm kebakaran dipasang 20 buah detektor panas.
59 x 100 %59
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
4 Dalam satu sistem alarm kebakaran boleh dipasang detektor panas, asap dan nyalasecara bersama dengan syarat tegangannya harus sama.
Pada satu sistem alarm kebakaran dipasang detektor panas dan detektor asap secara bersamaan dengan tegangan yang sama
59 x 100 %59
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
5 Alarm kebakaran automatik harus dilakukan pemeliharaan danpengujian berkala
Pemeriksaan dan pengujian alarm kebakaran oleh bidang utilitis dilakukan secara berkala setiap 1 bulan
59 x 100 %59
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
89
No Standar Kondisi di Lapangan Rumus Skor Kesesuaian Keterangansecara mingguan, bulanan dan tahunan oleh konsultan kebakaran atauorganisasi yang telah diakui oleh Direktur atau pejabat yang ditunjuk.
sekali dan pemeriksaan oleh konsultan kebakaran atauorganisasi yang telah diakui dilakukan setiap 1 tahun sekali
Skor Pemenuhan Alarm Kebakaran 100 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
90
4.4.4 Detektor Kebakaran
Gedung Eksploitasi memiliki 2 jenis detektor, yaitu detektor panas dan detektor asap.
Detektor asap bekerja dengan cara mendeteksi kebakaran melalui timbulnya asap di
sekitar ruangan dan detektor panas bekerja dengan cara mendeteksi kebakaran melalui
panas yang diterimanya.
Pada gedung Eksploitasi I dan II terdapat 179 buah detektor. Detektor panas
berjumlah 143 buah dan detektor asap berjumlah 36 buah. Detektor tersebut terpasang
disetiap lantai, dengan pembagian sebagai berikut : pada lantai 1 terdapat 27 buah
detektor, pada lantai 2 terdapat 40 buah detektor, pada lantai 3 terdapat 35 buah detektor,
pada lantai 4 terdapat 46 buah detektor dan pada lantai 5 terdapat 23 buah detektor.
Sedangkan pada gedung Eksploitasi III terdapat 35 buah detektor. Detektor panas
berjumlah 24 buah dan detektor asap berjumlah 11 buah. Detektor tersebut terpasang
disetiap lantai, dengan pembagian sebagai berikut : lantai 1 terdapat 7 buah detektor,
lantai 2 terdapat 17 buah detektor dan lantai 3 terdapat 17 buah detektor. Detektor-
detektor di gedung Eksploitasi ditempatkan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja, agar
tidak terjadi kesalahan pendeteksian.
(a) (b)
Gambar 4.12
Detektor Kebakaran (a) Detektor Asap (b) Detektor Panas
91
Detektor panas di gedung Eksploitasi terpasang di semua laboratorium, ruang kerja,
koridor, dapur dan tempat panel listrik. Sedangkan detektor asap terpasang di ruang
kerja, koridor, dapur, tempat panel listrik dan beberapa laboratorium yang tidak banyak
melakukan kegiatan dengan mengeluarkan asap. Laboratorium-laboratorium yang
banyak melakukan kegiatan dengan mengeluarkan asap, tidak di pasangkan detektor
asap. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari false alarm, yaitu kesalahan suatu alarm
berbunyi karena kesalahan detektor ketika mendeteksi adanya kebakaran.
Masing-masing detektor kebakaran di gedung Eksploitasi dihubungkan langsung
dengan Main Control Fire Alarm (MCFA) yang terletak di lantai 1 dekat pintu keluar.
Ketika detektor mendeteksi adanya bahaya kebakaran dari timbulnya asap atau panas,
maka MCFA akan memonitor lokasi detektor tersebut, sehingga dapat diketahui lokasi
terjadinya kebakaran.
Gambar 4.13
Main Control Fire Alarm (MCFA)
Berdasarkan hasil observasi, detektor kebakaran di Eksploitasi ditempatkan di
langit-langit, dengan jarak antar detektor yang satu dengan yang lain ± 3 meter. Detektor
tersebut terhubung dengan instalasi alarm otomatis. Ketika detektor mendeteksi adanya
92
bahaya kebakaran dari timbulnya asap atau panas, detektor akan memberikan sinyal ke
sistem alarm dan secara otomatis alarm akan berbunyi. Pada satu sistem alarm
kebakaran dipasang detektor panas dan detektor asap secara bersamaan dengan tegangan
yang sama. Pada satu kelompok sistem alarm kebakaran dipasang 20 buah detektor
panas. Semua penjelasan hasil observasi di atas sesuai dengan Permenaker No. 2 tahun
1983.
Untuk lebih jelas mengenai tingkat pemenuhan detektor kebakaran di gedung
Eksploitasi, berdasarkan Permenaker No. 2 tahun 1983, dapat dilihat pada tabel 4.7
berikut.
93
Tabel 4.7
Skor Pemenuhan Detektor Kebakaran di Gedung Eksploitasi PPPTMGB Tahun 2011
“LEMIGAS” Berdasarkan Permenaker No.2 tahun 1983
No Standar Kondisi di Lapangan Rumus Skor Kesesuaian Keterangan1 Instalasi proteksi otomatis
dihubungkan dengan instalasi alarm kebakaran otomatis.
Semua detektor kebakaran terhubung langsung dengan instalasi alarm otomatis.
214 x 100 %214
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
2 Dalam satu sistem alarm kebakaran boleh dipasang detektor panas, asap dan nyalasecara bersama dengan syarat tegangannya harus sama.
Pada satu sistem alarm kebakaran dipasang detektor panas dan detektor asap secara bersamaan dengan tegangan yang sama.
214 x 100 %214
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi., tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
3 Pada satu kelompok sistem alarm kebakaran tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah detektor panas.
Pada satu kelompok sistem alarm kebakaran dipasang 20 buah detektor panas.
214 x 100 %214
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
4 Jarak antara detektor panas tidak boleh > 7m untuk ruangan biasa dan tidak boleh > 10m untuk ruangan koridor.
Jarak antar detektor yang satu dengan yang lain di ruangan biasa dan koridor ± 3 meter.
214 x 100 %214
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi, tanpa mempertimbang kan luas bangunan gedung.
Skor Pemenuhan Detektor Kebakaran 100 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
94
4.3.5 Sprinkler
Gambar 4.14
Sprinkler di Gedung Eksploitasi
Gedung Eksploitasi memiliki sprinkler yang dipasangkan pada langit-langit atau
plafon. Seluruh lantai di gedung Eksploitasi dilengkapi dengan sprinkler, hal tersebut
sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992. Sprinkler atau pemercik air
merupakan peralatan pemadam kebakaran yang bekerja secara otomatis. Sprinkler
terpasang pada langit-langit yang dihubungkan dengan instalasi air dan di tempatkan di
atas plafon yang terhubung dengan sumber air.
Sprinkler di gedung Eksploitasi banyak terpasang di koridor. Hal tersebut bertujuan
untuk memberikan rasa dingin dengan percikan air yang dikeluarkan oleh sprinkler pada
saat menuju jalur evakuasi ketika terjadi kebakaran. Sprinkler tidak terdapat di dalam
laboratorium yang termasuk kelas kebakaran B dan C. Memadamkan api dengan
menggunakan air sangat berbahaya untuk kebakaran kelas C dan kurang efisien bahkan
akan memperbesar api apabila memadamkan kebakaran kelas B. Maka dari itu, di dalam
laboratorium menggunakan patriot, yang merupakan alat pemadam api otomatis untuk
memadamkan kebakaran kelas A, B dan C. Sistem kerja alat ini hampir sama dengan
sprinkler, tetapi yang dikeluarkan dari alat ini berupa gas fluida.
95
Gambar 4.15
Koridor yang dilengkapi dengan sprinkler
Sprinkler di gedung Eksploitasi berhubungan langsung dengan alat detektor dan
instalasi alarm. Jika dalam ruangan terdeteksi adanya kebakaran dengan timbulnya panas
dalam ruangan, maka detektor akan memberikan sinyal ke alarm, yang kemudian secara
otomatis alarm akan berbunyi dan sprinkler akan menyemprotkan air. Hal tersebut
sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, yang menyebutkan bahwa instalasi
pemercik harus dihubungkan dengan instalasi alarm kebakaran otomatis.
Sprinkler di gedung Eksploitasi juga dilengkapi dengan sensor yang sensitif
terhadap panas dan asap. Pada suhu tertentu, secara otomatis ujung kepala sprinkler
akan pecah dan air akan disemprotkan sesuai dengan tekanan yang di atur. Hal tersebut
sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, yang menyebutkan bahwa kepala
sprinkler harus mempunyai kepekaan terhadap suhu.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran sistem sprinkler di gedung Eksploitasi,
berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
96
Tabel 4.8
Skor Pemenuhan Sprinkler di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992
No Standar Kondisi di Lapangan Rumus Skor Kesesuaian Keterangan1 Instalasi pemercik harus
dihubungkan dengan instalasi alarm kebakaran otomatis.
Sprinkler berhubungan langsung dengan alat detektor dan instalasi alarm.
214 x 100 %214
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
2 Kepala sprinkler mempunyai kepekaan terhadap suhu yang ditentukan berdasarkan perbedaan warna pada segel atau cairan dalam tabung.
Sprinkler peka terhadap suhu tertentu.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
3 Seluruh lantai dilindungi dengan pemercik.
Seluruh lantai dilindungi dengan sprinkler.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
Tingkat Pemenuhan Sprinkler 100 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
97
4.3.6 Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif
Tabel 4.9
Tingkat Pemenuhan Sarana Proteksi Kebakaran Aktif di Gedung
Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
No Sarana Proteksi AktifPersentase
(%)Keterangan
1 APAR 87,8 % Tiga dari tigabelas kriteria yang di ajukan tidak terpenuhi
2 Hidran 68,2 % Tiga dari sembilan kriteria yang di ajukan tidak terpenuhi
3 Alarm Kebakaran 100 % Semua kriteria yang di ajukan terpenuhi
4 Detektor Kebakaran 100 % Semua kriteria yang di ajukan terpenuhi
5 Sprinkler 100 % Semua kriteria yang di ajukan terpenuhi
Rata-rata 91,2 %Rata-rata keseluruhan sarana proteksi aktif
Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas tiga dari lima sarana proteksi aktif yang terdapat di gedung
Eksploitasi memenuhi seluruh kriteria yang diajukan dengan persentase sebesar 100 %.
Sarana proteksi aktif tersebut yaitu alarm kebakaran, detektor kebakaran dan sprinkler.
Sedangkan dua sarana lainnya belum memenuhi seluruh kriteria yang diajukan. Kedua
sarana tersebut yaitu APAR dengan persentase sebesar 87,8 % dan hidran dengan
persentase sebesar 68,2 %.
APAR mendapatkan persentase sebesar 87,8 % atau tiga dari tigabelas kriteria yang
di ajukan tidak terpenuhi. Ketiga kriteria yang belum terpenuhi tersebut yaitu masih
terdapat 7 APAR jenis halon yang ditempatkan di laboratorium, 4 buah APAR jenis CO2
berwarna merah hijau, dan 32 APAR tidak dicatat tanggal, bulan serta tahun
pengisiannya.
98
Hidran mendapat persentase sebesar 68,2 % atau tiga dari sembilan kriteria yang di
ajukan tidak terpenuhi. Kedua kriteria yang belum terpenuhi yaitu kapasitas pompa
mengalirkan air sebesar 300 liter/menit dan kapasitas persediaan air untuk satu hidran
hanya 22.620 liter.
Dari seluruh penilaian sarana proteksi kebakaran aktif yang terdapat di gedung
Eksploitasi, diperoleh nilai rata-rata sebesar 91,2 %. Hal tersebut berarti masih perlu
adanya peningkatan kesesuaian sarana yang belum terpenuhi sebesar 8,8 %. Tingkat
pemenuhan ini dihitung berdasarkan kesesuaian standar sarana proteksi aktif yang
terdapat di gedung Eksploitasi, dengan perolehan persentase dari jumlah sarana yang
sesuai dibagi total sarana kemudian dikali 100 % untuk masing-masing kriteria.
4.4 Sarana Penyelamatan Jiwa di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS”
4.4.1 Tangga Darurat
Gambar 4.16
Tangga Darurat di Gedung Eksploitasi
Gedung Eksploitasi memiliki tangga darurat yang dapat digunakan untuk evakuasi
dari dalam gedung menuju area yang aman (assembly point) pada saat keadaan darurat.
Pada gedung Eksploitasi I terdapat 2 buah tangga darurat yang terletak di sebelah kanan
99
dan kiri gedung. Pada gedung Eksploitasi II juga terdapat 2 buah tanga darurat yang
terletak di tengah dan sebelah kanan gedung. Sedangkan pada gedung Eksploitasi III
hanya terdapat 1 buah tangga darurat yang terletak di tengah gedung. Hal tersebut sesuai
dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, yaitu terdapat fasilitas tangga darurat
dalam bangunan.
Tangga darurat yang terletak di sebelah kanan dan kiri gedung terbuat dari baja dan
berhubungan langsung dengan tempat terbuka serta dilengkapi dengan pintu darurat, hal
tersebut sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992. Tetapi tangga darurat yang
terletak di tengah gedung terbuat dari kayu dengan dasar keramik dan tidak terhubung
langsung dengan tempat terbuka serta tidak dilengkapi dengan pintu darurat. Hal
tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang ada, karena kayu merupakan bahan yang
mudah terbakar dan tidak tahan panas, sehingga saat terjadi kebakaran tidak dapat
menjaga penghuni dari bahaya api. Seharusnya semua tangga darurat di gedung
Eksploitasi terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar atau tahan panas dan langsung
berhubungan dengan tempat terbuka serta dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan
api, sehingga proses evakuasi lebih cepat dan dapat langsung menuju tempat yang lebih
aman.
Semua tangga darurat di gedung Eksploitasi berbentuk U dan dilengkapi dengan
pegangan tangan yang kuat setinggi 1,10 m. Pegangan tersebut berfungsi untuk
menghindari bahaya terjatuh atau terpelesetnya penghuni pada saat proses
menyelamatkan diri. Selain dilengkapi dengan pegangan tangan yang kuat, tangga
darurat Gedung Eksploitasi juga dilengkapi dengan penerangan darurat yang cukup. Hal
tersebut sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992.
100
Menurut Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, lebar tangga kebakaran minimal 1
meter dan tidak boleh menyempit ke arah bawah, dengan tinggi maksimal anak tangga
17,5 cm dan lebar injakan minimal 22,5 cm. Tangga darurat yang terletak di tengah
gedung sudah sesuai dengan peraturan tersebut, yaitu lebar tangga kebakaran 118 cm
tidak menyempit ke arah bawah dengan tinggi anak tangga 16 cm dan lebar injakan 29
cm. Tetapi tangga darurat yang terletak di sebelah kanan dan kiri gedung memiliki lebar
tangga 72 cm (< 1 m) dengan tinggi anak tangga 8 cm dan lebar injakan 27 cm. Hal
tersebut tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan oleh Perda DKI Jakarta No. 3
Tahun 1992. Lebar tangga darurat dibelah kanan dan kiri gedung Eksploitasi terlalu
sempit untuk kapasitas jumlah penghuni di gedung tersebut, sehingga dapat
mengakibatkan proses evakuasi lebih lama, karena menumpuknya penghuni pada saat
menyelamatkan diri.
Ketidaksesuaiaan juga terdapat pada ruang kosong di bawah tangga darurat yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan barang serta parkir kendaraan. Seharusnya
menurut Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, ruang kosong di bawah tangga kebakaran
tidak boleh dipergunakan untuk kegiatan.
Gambar 4.17
Ruang kosong di bawah tangga darurat
101
untuk tempat penyimpanan barang dan parkir
Untuk lebih jelas mengenai gambaran tangga darurat di gedung Eksploitasi,
berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
102
Tabel 4.10
Skor Pemenuhan Tangga Darurat di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992
No Standar Kondisi di Lapangan Persentase Kesesuaian Keterangan1 Terdapat fasilitas tangga darurat
dalam bangunan.Gedung Eksploitasi memiliki tangga darurat di dalam gedung.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
2 Tangga kebakaran/darurat tidak boleh berbentuk spiral.
Tangga darurat di gedung Eksploitasi berbentuk U.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
3 Tangga kebakaran atau darurat terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar atau tahan panas.
Tangga darurat yang terletak di sebelah kanan dan kiri gedung terbuat dari baja, sedangkan tangga darurat yang terletak di tengah gedung terbuat dari kayu dengan dasar keramik.
60 % Tidak sesuai
2 dari 5 tangga darurat tidak sesuai dengan kriteria.
4 Ruang kosong di bawah tangga kebakaran tidak boleh dipergunakan untuk kegiatan.
Ruang kosong di bawah tangga darurat digunakan sebagai tempat penyimpanan barang serta parkir kendaraan.
0 % Tidak sesuai
Semua kriteria tidak terpenuhi.
5 Harus berhubungan langsung dengan tempat terbuka atau halaman dan harus dilengkapi dengan pintu tahan api dengan arah bukaan ke tangga kebakaran dan dapat menutup secara otomatis.
Tangga darurat yang terletak di sebelah kanan dan kiri gedung berhubungan langsung dengan tempat terbuka dan dilengkapi dengan pintu darurat, sedangkan tangga darurat yang terletak di tengah gedung tidak terhubung langsung dengan tempat terbuka dan tidak dilengkapi dengan pintu
60 % Tidak sesuai
2 dari 5 tangga darurat tidak sesuai dengan kriteria.
103
No Standar Kondisi di Lapangan Persentase Kesesuaian Keterangandarurat.
6 Lebar tangga kebakaran minimal 1 m dan tidak boleh menyempit ke arah bawah, dengan tinggi maksimal anak tangga 17,5 cm dan lebar injakan minimal 22,5 cm.
Lebar tangga darurat yang terletak di tengah gedung 118 cm tidak menyempit ke arah bawah dengan tinggi anak tangga 16 cm dan lebar injakan 29 cm, sedangkan lebar tangga darurat yang terletak di sebelah kanan dan kiri gedung 72 cm tidak menyempit ke arah bawah dengan tinggi anak tangga 8 cm dan lebar injakan 27 cm.
40 % Tidak sesuai
3 dari 5 tangga darurat tidak sesuai dengan kriteria.
7 Tangga darurat harus dilengkapi dengan pegangan tangan (hand roll) yang kuat setinggi 1,10 m.
Semua tangga darurat dilengkapi dengan pegangan tangan yang kuat setinggi 1,10 m.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
8 Tangga darurat harus dilengkapi dengan penerangan darurat yang cukup.
Semua tangga darurat dilengkapi dengan lampu darurat.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
Tingkat pemenuhan tangga darurat 70 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
104
4.4.2 Pintu Darurat
Gedung Eksploitasi memiliki 15 pintu darurat yang tersebar di setiap lantai. Pada
gedung Eksploitasi I terdapat 10 pintu darurat yang terletak di sebelah kanan dan kiri
gedung. Pintu tersebut tersebar di setiap lantai, mulai dari lantai 1 sampai dengan lantai
5. Pada gedung Eksploitasi II terdapat 5 pintu darurat yang terletak di sebelah kanan
gedung. Pintu tersebut tersebar di setiap lantai, mulai dari lantai 1 sampai dengan lantai
5. Sedangkan gedung Eksploitasi III tidak memiliki pintu darurat, hal tersebut
dikarenakan gedung Eksploitasi III belum dilakukan renovasi dan direncanakan bulan
Juli 2011 akan dilakukan renovasi pada gedung tersebut.
Pintu darurat di gedung Eksploitasi I berwarna abu-abu, dengan tulisan “PINTU
DARURAT” berwarna kuning dengan dasar hitam tepat di atas pintu darurat. Semua
pintu darurat di gedung Eksploitasi I dilengkapi dengan panic bar yang terdapat di
tengah pintu darurat. Panic bar tersebut dipasangkan pada pintu darurat dengan tujuan
agar lebih mudah membuka pintu (dengan langsung mendorong Panic bar) ketika terjadi
keadaan darurat dan kemudian pintu tersebut akan menutup kembali secara otomatis.
Ketidaksesuaian terkait pintu darurat di gedung Eksploitasi I terdapat pada warna
pintu darurat, sebaiknya semua pintu darurat berwarna merah dengan tulisan
“EMERGENCY EXIT DOOR” pada bagian pintu, hal tersebut bertujuan agar penghuni
mudah mengenali pintu darurat karena warnanya mencolok dan berbeda dari pintu
keluar masuk biasa.
105
Gambar 4.18
Pintu Darurat Gedung Eksploitasi I
Pintu darurat di gedung Eksploitasi II berwarna merah, dengan tulisan “PINTU
DARURAT” berwarna kuning dengan dasar hitam tepat di atas pintu darurat. Semua
pintu darurat di gedung Eksploitasi II ini belum dilengkapi dengan panic bar. Hal
tersebut tidak sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, sebaiknya semua
pintu darurat di gedung Eksploitasi dilengkapi dengan panic bar, agar lebih mudah
membuka pintu dengan langsung mendorong panic bar ketika terjadi keadaan darurat
sehingga proses evakuasi lebih cepat.
Gambar 4.19
Pintu Darurat Gedung Eksploitasi II
106
Namun demikian, terdapat beberapa kesesuaian terkait pintu darurat di gedung
Eksploitasi berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, diantaranya : gedung
Ekploitasi dilengkapi dengan 15 pintu darurat dengan kapasitas penghuni 118 orang,
pintu darurat di gedung Eksploitasi mempunyai lebar 93-94 cm dan bukan merupakan
pintu dorong atau pintu roda, semua pintu darurat berhubungan langsung dengan jalan
penghubung, tangga darurat dan halaman luar, serta daun pintu darurat membuka ke
arah jalan keluar, mudah dibuka dan tidak dikunci.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran pintu darurat di gedung Eksploitasi,
berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.
107
Tabel 4.11
Skor Pemenuhan Pintu Darurat di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992
No Standar Kondisi di Lapangan Persentase Kesesuaian Keterangan1 Pintu darurat berwarna merah,
pada bagian pintu terdapat tulisan “EMERGENCY EXIT DOOR” yang berwarna putih.
Pintu darurat di gedung Eksploitasi II berwarna merah dengan tulisan “PINTU DARURAT” di atas pintu, sedangkan pintu darurat di gedung Eksploitasi I berwarna abu-abu dengan tulisan “PINTU DARURAT” di atas pintu.
33,3 % Tidak sesuai
10 dari 15 pintu darurat tidak sesuai dengan kriteria.
2 Setiap ruangan yang digunakan oleh lebih dari 60 orang, harus dilengkapi dengan minimum 2 pintu keluar yang ditempatkan berjauhan satu dengan yang lainnya.
Jumlah karyawan di gedung Eksploitasi sebanyak 118 orang dan dilengkapi dengan 15 pintu darurat.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
3 Pintu darurat harus berhubungan langsung dengan jalan penghubung, tangga darurat dan halaman luar dan tidak merupakan pintu dorong atau pintu roda.
Semua pintu darurat bukan merupakan pintu dorong dan berhubungan langsung dengan jalan penghubung, tangga darurat dan halaman luar.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
4 Lebar pintu darurat minimal 90 cm dan maksimam 120 cm.
Lebar pintu darurat di gedung Eksploitasi I yaitu 94 cm dan lebar pintu darurat di gedung Eksploitasi II yaitu 93 cm.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
5 Daun pintu darurat membuka ke arah jalan keluar, mudah dibuka tanpa dikunci.
Semua daun pintu darurat membuka ke arah jalan keluar, mudah dibuka dan tidak dikunci.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
108
No Standar Kondisi di Lapangan Persentase Kesesuaian Keterangan6 Terdapat panic bar. Pintu darurat di gedung
Eksploitasi I dilengkapi dengan panic bar, sedangkan Pintu darurat di gedung Eksploitasi II tidak dilengkapi dengan panic bar.
66,7 % Tidak sesuai
5 dari 15 pintu darurat tidak sesuai dengan kriteria.
Tingkat pemenuhan pintu darurat 83,3 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
109
4.4.3 Petunjuk Arah Keluar
Tanda petunjuk arah berfungsi untuk menunjukan arah keluar atau evakuasi pada
saat terjadi keadaan darurat. Tanda petunjuk arah keluar di gedung Ekploitasi
bertuliskan “EXIT” berwarna putih dengan dasar hijau yang mengantung di atas dinding
atau plafon. Tanda yang bertuliskan “EXIT” tersebut terpasang di setiap arah keluar
menuju pintu darurat. Tanda “EXIT” yang terpasang di setiap arah jalan keluar
mendapatkan penerangan terus menerus pada permukaan tanda. Jarak titik tanda
petunjuk arah dan jalan keluar ± 10 meter serta mudah terlihat dan terbaca.
Gambar 4.20
Tanda Petunjuk Arah Keluar
Di gedung Eksploitasi juga terdapat tanda petunjuk jalan keluar menuju arah
evakuasi. Tanda petunjuk tersebut terpasang pada dinding bertuliskan “ARAH
EVAKUASI" berwarna putih dengan dasar hijau. Apabila terjadi keadaan darurat, tanda
“ARAH EVAKUASI” akan menyala dan terlihat dengan jelas dalam keadaan gelap.
Tanda “ARAH EVAKUASI” terpasang di sepanjang jalan menuju arah evakuasi.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kejelasan arah jalan sehingga mengurangi keraguan
dan respon yang terlambat saat menuju jalan keluar. Karena selain penghuni gedung
baru yang kemungkinan tidak mengetahui arah jalan keluar, terdapat pula pengunjung
yang sedang mengunjungi bangunan tersebut yang membutuhkan petunjuk jalan keluar.
110
Gambar 4.21
Tanda Arah Evakuasi
Selain tanda jalan keluar dan tanda arah evakuasi, di gedung Eksploitasi juga
terdapat tanda yang menunjukan arah menuju tangga darurat. Tanda tersebut bertuliskan
“TANGGA DARURAT” dengan arah panah menuju tangga darurat. Tulisan berwarna
putih dengan dasar hijau ini di tempatkan pada jalur evakuasi dengan jarak ± 10 meter
dari tangga darurat.
Gambar 4.22
Tanda Arah Tangga Darurat
Semua tanda petunjuk arah keluar memuat kata dalam huruf yang sederhana dengan
tulisan putih dan berwarna dasar hijau. Tanda panah sebagai petunjuk arah jalan keluar
tersebut ditempatkan disetiap titik dan arah jalan menuju jalan keluar, pada posisi yang
mudah terlihat dan terbaca. Jarak terjauh antara titik tanda petunjuk arah dan jalan keluar
terdekat sekitar 10 meter serta mendapat penerangan terus menerus pada permukaan
111
tanda petunjuk arah. Semua hasil observasi diatas sesuai dengan Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor. 3 Tahun 1992.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran petunjuk arah keluar di gedung Eksploitasi,
berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.
112
Tabel 4.12
Skor Pemenuhan Petunjuk Arah Keluar di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992
No Standar Kondisi di Lapangan Persentase Kesesuaian Keterangan1 Tanda jalan keluar dan tanda yang
menunjukan jalan keluar harus mudah terlihat dan terbaca.
Semua tanda petunjuk arah di gedung Eksploitasi mudah terlihat dan terbaca.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
2 Tanda panah sebagai petunjuk arah jalan keluar harus ditempatkan disetiap titik bila arah jalan keluar tidak nampak jelas.
Semua tanda petunjuk arah keluar ditempatkan disetiap titik dan arah jalan menuju jalan keluar nampak jelas.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
3 Jarak titik tanda petunjuk arah dan jalan keluar maksimal 30 m.
Jarak terjauh antara titik tanda petunjuk arah dan jalan keluar terdekat ±10 meter.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
4 Tanda jalan keluar minimal harus memuat kata “KELUAR” dalam huruf yang sederhana, mudah terlihat dan mudah terbaca.
Tanda jalan keluar memuat kata “EXIT” dan “ARAH EVAKUASI” dalam huruf yang sederhana, mudah terlihat dan terbaca.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
5 Tanda jalan keluar dan petunjuk arah harus berwarna dasar putih dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih.
Semua tanda petunjuk arah berwarna dasar hijau dengan tulisan putih.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
6 Setiap tanda jalan keluar harus mendapat penerangan terus menerus pada permukaan tanda.
Tanda jalan keluar mendapat penerangan terus menerus pada permukaan tanda.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
Tingkat pemenuhan tanda petunjuk arah 100 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
113
4.4.4 Koridor Jalan
Gambar 4.23
Koridor Jalan Gedung Eksploitasi
Koridor dan jalan keluar sangat diperlukan untuk memperlancar jalannya para
penghuni untuk keluar meninggalkan daerah kebakaran menuju tempat aman, apabila
terjadi kebakaran. Gedung Eksploitasi memiliki koridor jalan keluar dengan lebar jalan
± 2,7 meter. Koridor jalan keluar tersebut memiliki lantai yang tidak licin serta tidak
terhalang oleh benda maupun barang apapun. Koridor jalan keluar juga tidak digunakan
untuk keperluan lain.
Koridor jalan langsung menuju pintu darurat dan tangga darurat yang berhubungan
langsung dengan jalan, halaman atau tempat terbuka. Sepanjang koridor jalan keluar di
lengkapi dengan penerangan yang berasal dari PLN serta penerangan darurat yang
berasal dari genset.
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, koridor jalan keluar di gedung
Eksploitasi sudah sesuai dengan standart yang ditentukan. Untuk lebih jelas mengenai
tingkat pemenuhan koridor jalan keluar di gedung Eksploitasi, berdasarkan Perda DKI
Jakarta No. 3 Tahun 1992, dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.
114
Tabel 4.13
Skor Pemenuhan Koridor Jalan Keluar di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992
No Standar Kondisi di Lapangan Persentase Kesesuaian Keterangan1 Sarana jalan keluar tidak licin dan
harus bebas dari rintangan dan selalu siap untuk digunakan.
Koridor jalan keluar di gedung Eksploitasi tidak licin, bebas dari rintangan dan selalu siap untuk digunakan.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
2 Tidak menggunakan ruang jalan keluar untuk keperluan lain.
Koridor jalan keluar tidak digunakan untuk keperluan lain.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
3 Sarana jalan keluar di atur sedemikian rupa sehingga semua jurusan menuju tangga.
Koridor jalan keluar langsung menuju pintu darurat dan tangga darurat.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
4 Lebar minimum jalan keluar 1,2 meter.
Lebar koridor jalan keluar ±2,7 meter.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
5 Berhubungan langsung dengan jalan, halaman atau tempat terbuka, yang berhubungan langsung dengan jalan umum.
Koridor jalan keluar Berhubungan langsung dengan jalan, halaman atau tempat terbuka.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
6 Penerangan berasal dari PLN dan penerangan darurat.
Koridor jalan keluar mendapat penerangan yang berasal dari PLN dan penerangan darurat.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
Tingkat pemenuhan koridor jalan keluar 100 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
115
4.4.5 Lampu Darurat
Gambar 4.24
Lampu Darurat Gedung Eksploitasi
Lampu darurat berfungsi untuk memberikan penerangan jalan keluar dan tanda
petunjuk arah pada saat terjadi keadaan darurat. Sehingga memudahkan para penghuni
untuk menyelamatkan diri menuju jalur evakuasi. Gedung Eksploitasi memiliki lampu
darurat yang berasal dari beterai dan genset.
Sepanjang jalur evakuasi (tangga darurat) gedung Eksploitasi dilengkapi dengan
lampu darurat yang berasal dari baterai yang di charge. Lampu darurat juga terpasang di
sepanjang koridor dan setiap ruangan di gedung Ekspoitasi. Untuk koridor dan ruangan,
lampu darurat berasal dari genset yang letaknya terpisah dari gedung Eksploitasi. Lampu
darurat di tangga darurat sudah mencukupi, hanya saja perlu ada penambahan lampu
darurat di koridor evakuasi.
Di gedung Eksploitasi, sistem penerangan darurat yang berasal dari genset bekerja
secara otomatis bila terjadi keadaan darurat atau pemadaman listrik. Sedangkan Sistem
penerangan darurat yang berasal dari baterai di sepanjang tangga darurat selalu dalam
keadaan menyala dan dilakukan pengecekan secara berkala setiap 6 bulan sekali oleh
bagian utilitis sub bidang pameliharaan dan perawatan kantor.
116
Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian LK3, sistem penerangan darurat di
gedung Eksploitasi bekerja secara otomatis bila terjadi gangguan, hal tersebut sesuai
dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992. Kondisi lampu darurat di gedung
Eksplotasi juga sesuai dengan Kepmen PU No.10/KPTS/2000, yang menyatakan bahwa
sumber penerangan darurat dapat berupa baterai dan generator yang terpisah dari gedung
utama.
Untuk lebih jelas mengenai tingkat pemenuhan lampu darurat di gedung Eksploitasi,
berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut.
117
Tabel 4.14
Skor Pemenuhan Lampu Darurat di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
Berdasarkan Kepmen PU No.10/KPTS/2000 dan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992
No Standar Kondisi di LapanganPersentas
eKesesuaian Keterangan
1 Sumber penerangan darurat berupa baterai dan generator
Lampu darurat berasal dari baterai dan generator
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
2 Penempatan generator terpisah dari gedung utama
Generator terpisah dari gedung 100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
3 Sistem penerangan darurat harus bekerja secara otomatis bila terjadi gangguan.
Lampu darurat bekerja secara otomatis bila terjadi gangguan.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
Tingkat pemenuhan lampu darurat 100 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
118
4.4.6 Lokasi Berhimpun
Gambar 4.25
Lokasi Berhimpun Gedung Eksploitasi
Gedung Eksploitasi memiliki tempat berhimpun yang terletak di sebelah selatan
gedung. Assembly point atau tempat berhimpun yaitu lokasi yang dijadikan sebagai
tempat berkumpul setelah proses evakuasi saat terjadi keadaan darurat. Jarak dari
gedung menuju tempat berhimpun cukup jauh, yaitu dengan jarak ± 88 meter dari
gedung Eksploitasi. Berdasarkan ketentuan yang ada, sebaiknya tempat berhimpun
disediakan pada jarak 20 meter dari gedung terdekat.
Pada hari biasa tempat berhimpun ini digunakan sebagai lahan parkir kendaraan,
karena memang letak lokasi tempat berhimpun gedung Eksploitasi di area parkir.
Sebaiknya tempat berhimpun atau assembly point tidak dihalangi oleh apapun atau bebas
dari benda yang akan mempengaruhi kapasitas tempat berkumpul.
Menurut Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, tempat berhimpun harus dapat
menampung kapasitas penghuni 0,3 m2 per orang. Kenyataan di lapangan, tempat
berhimpun gedung Eksploitasi memiliki luas ± 350 m2, dengan jumlah pegawai
sebanyak 118 orang. Hal tersebut sesuai dengan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992,
karena tempat berhimpun gedung Eksploitasi cukup luas dengan kapasitas daya tampung
119
lebih dari 1.000 orang, sedangkan jumlah penghuni di gedung Eksploitasi hanya 118
orang.
Untuk lebih jelas mengenai gambaran lokasi berhimpun di gedung Eksploitasi,
berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.
120
Tabel 4.15
Skor Pemenuhan Lampu Darurat di Gedung Eksploitasi PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992
No Standar Kondisi di Lapangan Persentase Kesesuaian Keterangan1 Tersedia tempat berkumpul
dengan luas lantai harus dapat menampung kapasitas penghuni (0,3, m2/orang).
Tersedia tempat berkumpul dengan luas ± 350 m2 dan dapat menampung 118 penghuni di gedung Eksploitasi.
100 % Sesuai Semua kriteria yang diajukan terpenuhi.
Tingkat Pemenuhan Lampu Darurat 100 %Sumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
121
4.4.7 Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa
Tabel 4.16
Tingkat Pemenuhan Sarana Penyelamatan Jiwa di Gedung Eksploitasi
PPPTMGB “LEMIGAS” Tahun 2011
NoSarana
Penyelamatan JiwaPersentase (%) Keterangan
1 Tangga darurat 70 % Empat dari delapan kriteria yang di ajukan tidak terpenuhi
2 Pintu darurat 83,3 % Dua dari enam kriteria yang di ajukan tidak terpenuhi
3 Petunjuk arah keluar 100 % Semua kriteria yang di ajukan terpenuhi
4 Koridor jalan 100 % Semua kriteria yang di ajukan terpenuhi
5 Lampu darurat 100 % Semua kriteria yang di ajukan terpenuhi
6 Tempat berhimpun 100 % Semua kriteria yang di ajukan terpenuhi
Rata-rata92,3 % Rata-rata keseluruhan sarana
penyelamatan jiwaSumber : Hasil Olah Data Tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas empat dari enam sarana penyelamatan jiwa yang terdapat
di gedung Eksploitasi memenuhi seluruh kriteria yang diajukan dengan persentase
sebesar 100 %. Sarana penyelamatan jiwa tersebut yaitu petunjuk arah keluar, koridor
jalan, lampu darurat dan tempat berhimpun. Sedangkan dua sarana lainnya belum
memenuhi seluruh kriteria yang diajukan. Kedua sarana tersebut yaitu tangga darurat
dengan persentase sebesar 70 % dan pintu darurat dengan persentase sebesar 83,3 %.
Tangga darurat di gedung Eksploitasi mendapatkan persentase sebesar 70 % atau
empat dari delapan kriteria yang di ajukan tidak terpenuhi. Keempat kriteria yang belum
terpenuhi tersebut yaitu 2 tangga darurat yang terletak di tengah gedung terbuat dari
122
kayu dengan dasar keramik, tidak terhubung langsung dengan tempat terbuka serta tidak
dilengkapi dengan pintu darurat, 3 tangga darurat di sebelah kanan dan kiri gedung
memiliki lebar kurang dari 1 m dan ruang kosong di bawah tangga darurat yang
digunakan sebagai tempat penyimpanan barang serta parkir kendaraan.
Pintu darurat di gedung Ekploitasi mendapat persentase sebesar 83,3 % atau dua
dari enam kriteria yang di ajukan tidak terpenuhi. Kedua kriteria yang belum terpenuhi
tersebut yaitu 10 pintu darurat di gedung Eksploitasi I berwarna abu-abu dan 5 pintu
darurat di gedung Eksploitasi II ini belum dilengkapi dengan panic bar.
Dari seluruh penilaian sarana penyelamatan jiwa yang terdapat di gedung
Eksploitasi, diperoleh nilai rata-rata sebesar 92,3 %. Hal tersebut berarti perlu adanya
peningkatan kesesuaian sarana yang belum terpenuhi sebesar 7,7 %. Tingkat pemenuhan
ini dihitung berdasarkan kesesuaian standar sarana proteksi aktif yang terdapat di
gedung Eksploitasi, dengan perolehan persentase dari jumlah sarana yang sesuai dibagi
total sarana kemudian dikali 100 % untuk masing-masing kriteria.