bab iv hasil dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Organisasi
1. Profil Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
Secara umum gambaran pendidikan saat ini di Kabupaten Bone Bolango
yaitu sebagai berikut :
a. Keadaan Sekolah;
Menurut jenjang jumlah sekolah dapat diperinci sebagai berikut : TK
sebanyak 102 unit, SD sebanyak 129 unit, MI sebanyak 9 unit, SMP sebanyak 31
unit, MTs sebanyak 8 unit, SMA sebanyak 7 unit, MA sebanyak 5 unit, dan SMK
sebanyak 5 unit, yang penyebarannya cenderung belum merata pada tiap
kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Penyebaran sekolah ini
cenderung berada pada kecamatan-kecamatan yang berada di sekitar pusat-pusat
kecamatan.
b. Keadaan Siswa;
1) Jenjang Pendidikan Prasekolah (Taman Kanak-kanak)
Jumlah siswa TK sebanyak 3.094 siswa. Jumlah siswa Kelompok A
berjumlah 1.490 sebagai siswa baru dan dari Kelompok B sebanyak 1604 siswa.
Jumlah lulusan pada Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 2004 siswa
2) Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI)
Jumlah siswa SD/MI sebanyak 18.189 siswa, yang terdiri dari kelas I = 4.362
siswa, kelas II = 3.008 siswa dan kelas III = 2.971, kelas IV = 2.854 siswa, kelas
23
V = 2.612 siswa dan kelas VI = 2.382 siswa. Dibandingkan dengan jumlah
rombongan belajar sebanyak 912 rombongan belajar maka rasio siswa perkelas
sebesar 1 : 20, namun dengan konsentrasinya siswa hanya pada sekolah-sekolah di
sekitar ibukota kecamatan, sehingga rasio siswa pada sekolah-sekolah tertentu
menjadi 1 : 14, sehingga pada sekolah-sekolah tersebut sangat kekurangan ruang
belajar.
3) Jenjang Pendidikan Dasar (SMP/SMPT/MTs)
Jumlah siswa SMP/SMPT/Mts sebanyak 6.065 siswa yang terdiri dari kelas
I = 2.185 siswa, kelas II = 2.123 siswa dan kelas III = 1.757 siswa. Dibandingkan
dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 249 rombongan belajar maka rasio
siswa perkelas sebesar 1 : 24, namun dengan konsentrasinya siswa hanya pada
sekolah-sekolah di sekitar ibukota kabupaten, sehingga rasio siswa pada sekolah-
sekolah tertentu menjadi 1 : 40, sehinggga pada sekolah-sekolah tersebut sangat
kekurangan ruang belajar.
4) Jenjang Pendidikan Menengah (SM/MA)
Jumlah siswa SMA/SMK/MA sebanyak 3.363 siswa yang terdiri dari kelas I
= 1.464 siswa, kelas II = 1.054 siswa dan kelas III = 845 siswa. Dibandingkan
dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 145 rombongan belajar maka rasio
siswa perkelas sebesar 1 : 23, namun dengan konsentrasinya siswa hanya pada
sekolah-sekolah di sekitar ibukota kabupaten, sehingga rasio siswa pada sekolah-
sekolah tertentu menjadi 1 : 46 sehingga pada sekolah-sekolah tersebut sangat
kekurangan ruang belajar.
24
c. Keadaan Guru
Jumlah Guru SMA/SMK/MA di Kabupaten Bone Bolango sejumlah 390
yang terdiri dari PNS = 304 dan GTT = 86 guru, yang layak mengajar hanya
sejumlah 84 %, semi layak sebesar 8.3 % dan tidak layak sebesar 5,2 %. Guru
yang tidak layak mengajar ini disebabkan oleh kualifikasi pendidikan tidak
memenuhi syarat yang ideal.
25
2. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Strutur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
KABID PMPTK
MANSUR PAKAJA, S.Pd, MM
NIP. 19660306 198902 1 003
25
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1) Analisis Sistem
a) Deskripsi Sistem
Dari hasil penelitian dan pengamatan yang telah penyusun lakukan, proses
pemilihan pengawas sekolah kurang objektif, baik dari segi waktu maupun dari
segi kualitas. Hal ini dikarenakan proses pemilihan pengawas sekolah terkadang
tidak sesuai dengan prosedur yang ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah. Proses pemilihan pengawas sekolah masih dilakukan secara
manual.
Berdasarkan kasus tersebut dibangun sebuah Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Pengawas Sekolah yang tujuannya untuk membantu pihak
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango lebih khusus bagian PMPTK
(Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) untuk menyelesaikan
permasalahan pemilihan pengawas sekolah berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Analisis sistem dalam penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap
yakni analisis sistem, analisis permasalahan, analisis kebutuhan sistem pendukung
keputusan, analisis pemecahan masalah dengan metode AHP dan nalisis proses.
Berikut akan dijelaskan masing-masing dari analisis tersebut.
26
b) Bagan Alir Sistem Yang Sedang Berjalan
c) Analisis Permasalahan
Pengawas sekolah merupakan salah satu pendidik dan tenaga
kependidikan yang posisinya memegang peran yang signifikan dan strategis
dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di Sekolah.
Begitu pentingnya peran pengawas sekolah dalam memajukan mutu pendidikan
Membuat Usulan Untuk Kepala
Dinas
Gambar 4.2 Bagan Alir Sistem Berjalan
Sistem
Membuat SK Pengawas Sekolah
Mulai
Menerima Usulan dari
Pengawas
Membuat Usulan kepada
Koordinator Pengawas
Mengadakan Rapat Untuk
Membahas Calon Pengawas
Mengajukan Usulan Untuk
Bupati
Selesai
27
nasional hingga tak terasa tuntutan dan tanggungjawab yang harus dipikul
pengawas sekolah juga menjadi besar pula.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupkan metode yang tepat
digunakan untuk permasalahan pemilihan pengawas sekolah karena bersifat
multikriteria. Dalam menentukan seseorang layak atau tidak menjadi pengawas
sekolah semata-mata tidak hanya terletak pada kemampuannya saja, tetapi juga
hal-hal yang menyangkut sosial masyarakat, sikap dan tingkah laku yang baik
juga turut andil dalam mengambil keputusan siapa yang layak atau tidak menjadi
seorang pengawas sekolah. untuk itulah digunakan metode AHP yang dapat
merepresentasikan persepsi manusia sebagai masukan dalam pengambilan
keputusan.
Dari berbagai analisis tersebut, maka penyusun akan merancang sebuah
sistem yang dapat memberikan suatu urutan prioritas calon pengawas sekolah
yang berhak menjadi pengawas sekolah berdasarkan masukan dari pengawas-
pengawas sekolah dengan menerapkan metode AHP. Diharapkan, dengan adanya
urutan prioritas tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango khususnya
bagian PMPTK dapat lebih mudah dalam mengambil keputusan siapa yang layak
menjadi pengawas sekolah dan siapa yang tidak yang tentunya sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
d) Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan
yang diperlukan dalam sebuah sistem pendukung keputusan. Kebutuhan-
kebutuhan yang dimaksud antara lain :
28
a. Kebutuhan Data Masukan
Yaitu data-data yang dimasukkan ke dalam sistem untuk diolah / diproses.
Data-data tersebut antara lain berupa nilai matriks perbandingan
berpasangan baik antar kriteria maupun antar subktiteria calon pengawas
untuk setiap kriteria.
b. Kebutuhan Data Keluaran
Yaitu data-data yang dikeluarkan sistem setelah diolah / diproses untuk
kemudian ditampilkan kepada pengguna sisttem. Data keluaran dari sistem
ini adalah urutan prioritas calon pengawas yang layak menjadi seorang
pengawas sekolah dari nilai yang tertinggi hingga terendah.
e) Analisis Pemecahan Masalah dengan Metode AHP
1) Mentukan Prioritas Kriteria
Dalam penyelesaian permasalahan dengan menggunakan metode AHP ada
beberapa langkah-langkah pemecahannya, yaitu :
1. Menentukan jenis-jenis Kriteria, dalam objek penelitian ini penyusun
melakukan penelitian pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango yaitu
tentang Pemilihan Pengawas Sekolah. Adapun yang menjadi acuan kriteria-
kriteria untuk pemilihan Pengawas Sekolah ini berdasarkan pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
C1 : Pendidikan
C2 : Jabatan
C3 : Pengalaman Kerja
29
C4 : Pangkat / Golongan
C5 : Usia
Menyusun Kriteria-kriteria calon pengawas sekolah dalam matriks berpasangan.
Cara mengisi elemen-elemen matriks, adalah sebagai berikut :
a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 5.
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
Dalam mengisi elemen-elemen ini, perlu dilakukan analisis perbandingan
elemen yang diprioritaskan, yaitu membandingkan elemen secara
berpasangan sesuai kriteria yan g diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.1.
c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :
d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada
matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1
Table 4.1 Matriks Perbandingan Berpasangan
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5
C1 1,00 3,00 3,00 5,00 3,00
C2 0,33 1,00 1,00 3,00 3,00
C3 0,33 1,00 1,00 3,00 3,00
C4 0,20 0,33 0,33 1,00 1,00
C5 0,33 0,33 0,33 1,00 1,00
Jumlah 2,20 5,67 5,67 13,00 11,00
30
e. Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah
selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan
jumlah masing-masing kolom. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
Table 4.2 Matriks Nilai Kriteria
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah Prioritas
C1 0,45 0,53 0,53 0,38 0,27 2,17 0,43
C2 0,15 0,18 0,18 0,23 0,27 1,01 0,20
C3 0,15 0,18 0,18 0,23 0,27 1,01 0,20
C4 0,09 0,06 0,06 0,08 0,09 0,38 0,08
C5 0,15 0,06 0,06 0,08 0,09 0,44 0,09
Matriks nilai kriteria ini diperoleh dengan menggunakan rumus :
a. Nilai baris kolom baru = Nilai baris kolom lama / jumlah masing-masing
pada kolom lama, atau dapat pula dijabarkan sebagai berikut :
Nilai 0,33 pada kolom C1 baris C1 tabel 4.2 diperoleh dari nilai kolom C1
dan baris C1 pada tabel 4.1 dibagi dengan jumlah kolom C1 tabel 4.1, dan
seterusnya.
b. Nilai pada kolom jumlah yang ada pada tabel 4.2 diperoleh dari
penjumlahan pada setiap barisnya.
c. Sedangkan nilai pada kolom prioritas yang ada pada tabel 4.2 diperoleh
dengan cara nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria. Dalam
penelitian ini kriteria yang digunakan sebanyak 6 kriteria atau n=6.
Kriteria C1 atau pendidikan adalah kriteria paling penting dalam kasus
ini, karena memiliki nilai prioritas paling tinggi dibandingkan dengan kriteria
yang lainnya.
31
f. Langkah selanjutnya yaitu mengukur konsistensi, adapun langkah-langkah
yaitu sebagai berikut :
2. Membuat matriks penjumlahan setiap baris
Matriks ini dibuat dengan cara mengalikan elemen pertama pada tabel 4.1
perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas kriteria elemen pertama
pada tabel 4.2, nilai matriks elemen kedua dengan nilai prioritas elemen
kedua dan seterusnya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
3. Jumlahkan setiap baris
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.
Table 4.3 Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah
Baris
C1 0,43 0,60 0,60 0,38 0,26 2,28
C2 0,14 0,20 0,20 0,23 0,26 1,04
C3 0,14 0,20 0,20 0,23 0,26 1,04
C4 0,09 0,07 0,07 0,08 0,09 0,38
C5 0,14 0,07 0,07 0,08 0,09 0,44
4. Perhitungan rasio konsistensi
Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi
9CR) <=0,1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka matriks
perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi,
dibuat tabel seperti terlihat pada tabel 4.4.
32
Table 4.4 Perhitungan Rasio Konsistensi
Kriteria Jumlah
Baris Prioritas Lamda
C1 2,28 0,43 5,26
C2 1,04 0,20 5,14
C3 1,04 0,20 5,14
C4 0,38 0,08 5,10
C5 0,44 0,09 5,05
Total 25,69
Lamda Max 5,14
Kolom jumlah baris diperoleh dari tabel 4.3 matriks penjumlahan setiap
baris, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari tabel 4.2 matriks nilai kriteria dan
kolom lamda diperoleh dari jumlah baris pada tabel 4.4 dibagi dengan nilai
prioritas pada tabel 4.4.
Untuk nilai total diperoleh dari hasil penjumlahan dari kolom lamda dan
nilai yang ada pada kolom lamda max diperoleh dari nilai yang ada pada total
dibagi dengan banyaknya elemen, dalam hal ini n=6.
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai
Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :
- CI :
- CR : CI / RI
33
Setelah dihasilkan prioritas kriteria, langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas sub kriteria. Perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-
sub dari semua kriteria. Dalam hal ini terdapat 5 kriteria yang berarti akan ada 5
perhitungan prioritas sub kriteria. Langkah-langkah penyelesaianya seperti pada
penentuan prioritas kriteria sebelumnya.
2) Menentukan Prioritas Subkriteria
Ada 5 kriteria yang mendasari pengambilan keputusan pada calon
pengawas sekolah dan semua kriteria memiliki subkriteria yang harus
dibandingkan dalam matriks berpasangan.
a) Subkriteria Pendidikan
Proses perhitungan atau cara untuk mencari nilai konsistensi subkriteria
cara penyelesaianya sama dengan proses perhitungan untuk mencari nilai
konsistensi kriteria pada langkah-langkah sebelumnya. Dalam mengisi elemen-
elemen ini, perlu dilakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan,
yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai subkriteria yang
ditentukan.
a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 2.
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :
d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada
matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
34
Table 4.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pendidikan
C1 S2 S1
S2 1,00 2,00
S1 0,50 1,00
Jumlah 1,50 3,00
Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah
selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah
masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk
mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan
jumlah elemen (n=2) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk
mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada
tabel 4.6 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.6.
Table 4.6 Matriks Nilai Kriteria Pendidikan
C1 S2 S1 Jumlah Prioritas Nilai Prioritas Sub
Kriteria
S2 0,67 0,67 1,33 0,67 1,00
S1 0,33 0,33 0,67 0,33 0,50
e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.
Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama
pada tabel 4.5 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas
elemen pertama pata tabel 4.6, nilai matriks elemen kolom kedua
dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.
f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
35
Table 4.7 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pendidikan
C1 S2 S1 Jumlah Baris
S2 0,67 0,67 1,33
S1 0,33 0,33 0,67
g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.
h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut .
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8.
Table 4.8 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pendidikan
C1 Jumlah
Baris Prioritas Lamda
S2 1,33 0,67 2,00
S1 0,67 0,33 2,00
Total 4,00
Lamda
Max 2,00
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai
Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :
- CI :
- CR : CI / RI
36
b) Subkriteria Jabatan
Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama
dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan
nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9. Sama seperti langkah sebelumnya melakukan
analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu membandingkan elemen
secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya adalah sebagai berikut :
a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 2.
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :
d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Table 4.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jabatan
C2 Kepala Sekolah Guru
Kepala Sekolah 1,00 5,00
Guru 0,20 1,00
Jumlah 1,20 6,00
Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah
selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah
masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk
mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan
jumlah elemen (n=2) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk
37
mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada
tabel 4.10 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.10.
Table 4.10 Matriks Nilai Kriteria Jabatan
C2 Kepala Sekolah Guru Jumlah Prioritas Nilai Prioritas
Subkriteria
Kepala Sekolah 0,83 0,83 1,67 0,83 1,00
Guru 0,17 0,17 0,33 0,17 0,20
e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.
Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama
pada tabel 4.9 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas
elemen pertama pata tabel 4.10, nilai matriks elemen kolom kedua
dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.
f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.11.
Table 4.11 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jabatan
C2 Kepala Sekolah Guru Jumlah
Baris
Kepala
Sekolah 0,83 4,17
5,00
Guru 0,03 0,17 0,20
g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.
h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut .
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.12.
38
Table 4.12 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Jabatan
C2 Jmlh Baris Prioritas Lamda
Kepala
Sekolah 5,00 0,83
6,00
Guru 0,20 0,17 1,20
Total 7,20
Lamda
Max 3,60
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai
Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :
- CI :
- CR : CI / RI
c) Subkriteria Pengalaman Kerja
Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama
dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan
nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13. Sama seperti langkah sebelumnya
melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu
membandingkan elemen secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya
adalah sebagai berikut :
39
a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 4.
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :
d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Table 4.13 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pengalaman Kerja
C3 10 Tahun 8 Tahun 6 tahun 4
Tahun
10 Tahun 1,00 3,00 5,00 7,00
8 Tahun 0,33 1,00 3,00 5,00
6 Tahun 0,20 0,33 1,00 3,00
4 Tahun 0,14 0,20 0,33 1,00
Jumlah 1,68 4,53 9,33 16,00
Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah
selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah
masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk
mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan
jumlah elemen (n=4) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk
mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada
tabel 4.14 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.14.
40
Table 4.14 Matriks Nilai Kriteria Pengalaman Kerja
C3 10
Tahun
8
Tahun
6
Tahun
4
Tahun Jumlah Prioritas
Nilai
Prioritas
Subkriteria
10 Tahun 0,60 0,66 0,54 0,44 2,23 0,56 1,00
8 Tahun 0,20 0,22 0,32 0,31 1,05 0,26 0,47
6 Tahun 0,12 0,07 0,11 0,19 0,49 0,12 0,22
4 Tahun 0,09 0,04 0,04 0,06 0,23 0,06 0,10
e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.
Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama
pada tabel 4.13 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas
elemen pertama pata tabel 4.14, nilai matriks elemen kolom kedua
dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.
f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.15.
Table 4.15 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pengalaman Kerja
C3 10 Tahun 8 Tahun 6 tahun 4 Tahun Jumlah
Baris
10 Tahun 0,56 0,79 0,61 0,40 2,36
8 Tahun 0,19 0,26 0,37 0,28 1,10
6 Tahun 0,11 0,09 0,12 0,17 0,49
4 Tahun 0,08 0,05 0,04 0,06 0,23
g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.
h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut .
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.16.
41
Table 4.16 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pengalaman Kerja
C3 Jmlh
Baris Prioritas Lamda
10 Tahun 2,36 0,56 4,22
8 Tahun 1,10 0,26 4,17
6 Tahun 0,49 0,12 4,04
4 Tahun 0,23 0,06 4,04
Total 16,47
Lamda Max 4,12
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai
Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :
- CI :
- CR : CI / RI
d) Subkriteria Pangkat / Golongan
Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama
dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan
nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.17. Sama seperti langkah sebelumnya
melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu
membandingkan elemen secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya
adalah sebagai berikut :
42
a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 4.
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :
d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Table 4.17 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pangkat / Golongan
C4 Pembina IV/b Pembina IV/a Penata III/d Penata III/c
Pembina IV/b 1,00 3,00 5,00 7,00
Pembina IV/a 0,33 1,00 1,00 5,00
Penata III/d 0,20 1,00 1,00 3,00
Penata III/c 0,14 0,20 0,33 1,00
Jumlah 1,68 5,20 7,33 16,00
Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah
selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah
masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk
mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan
jumlah elemen (n=4) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk
mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada
tabel 4.18 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.18.
43
Table 4.18 Matriks Nilai Kriteria Pangkat / Golongan
C4 Pembina
IV/b
Pembina
IV/a
Penata
III/d
Penata
III/c Jumlah Prioritas
Nilai
Prioritas
Subkriteria
Pembina
IV/b 0,60 0,58 0,68 0,44
2,29 0,57 1,00
Pembina
IV/a 0,20 0,19 0,14 0,31
0,84 0,21 0,37
Penata
III/d 0,12 0,19 0,14 0,19 0,64
0,16 0,28
Penata
III/c 0,09 0,04 0,05 0,06 0,23
0,06 0,10
e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.
Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama
pada tabel 4.17 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas
elemen pertama pata tabel 4.18, nilai matriks elemen kolom kedua
dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.
f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.19.
Table 4.19 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pangkat / Golongan
C4 Pembina
IV/b
Pembina
IV/a
Penata
III/d
Penata
III/c Jumlah Baris
Pembina IV/b 0,57 0,63 0,79 0,41 2,40
Pembina IV/a 0,19 0,21 0,16 0,29 0,85
Penata III/d 0,11 0,21 0,16 0,17 0,66
Penata III/c 0,08 0,04 0,05 0,06 0,23
g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.
h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut .
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.20.
44
Table 4.20 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pangkat / Golongan
C4 Jmlh Baris Prioritas Lamda
Pembina
IV/b 2,40 0,57 4,19
Pembina
IV/a 0,85 0,21 4,05
Penata III/d 0,66 0,16 4,14
Penata III/c 0,23 0,06 4,05
Total 16,43
Lamda Max 4,11
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai
Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :
- CI :
- CR : CI / RI
e) Subkriteria Usia
Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama
dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan
nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.21. Sama seperti langkah sebelumnya
melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu
45
membandingkan elemen secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya
adalah sebagai berikut :
a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 4.
b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.
c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :
d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.21.
Table 4.21 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Usia
C5 30 Tahun 35 Tahun 40 tahun 50
Tahun
30 Tahun 1,00 3,00 3,00 5,00
35 Tahun 0,33 1,00 1,00 3,00
40 Tahun 0,33 1,00 1,00 3,00
50 Tahun 0,20 0,33 0,33 1,00
Jumlah 1,87 5,33 5,33 12,00
Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah
selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah
masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk
mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan
jumlah elemen (n=4) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk
mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada
tabel 4.22 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel 4.22.
46
Table 4.22 Matriks Nilai Kriteria Usia
C5 30
Tahun
35
Tahun
40
Tahun
50
Tahun Jumlah Prioritas
Nilai
Prioritas
Subkriteria
30 Tahun 0,54 0,56 0,56 0,42 2,08 0,52 1,00
35 Tahun 0,18 0,19 0,19 0,25 0,80 0,20 0,39
40 Tahun 0,18 0,19 0,19 0,25 0,80 0,20 0,39
50 Tahun 0,11 0,06 0,06 0,08 0,32 0,08 0,15
e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.
Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama
pada tabel 4.21 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas
elemen pertama pata tabel 4.22, nilai matriks elemen kolom kedua
dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.
f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.23.
Table 4.23 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Usia
C5 30 Tahun 35 Tahun 40 tahun 50
Tahun
Jumlah
Baris
30 Tahun 0,52 0,60 0,60 0,39 2,12
35 Tahun 0,17 0,20 0,20 0,24 0,81
40 Tahun 0,17 0,20 0,20 0,24 0,81
50 Tahun 0,10 0,07 0,07 0,08 0,32
g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.
h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya
elemen yang ada, hasilnya disebut .
Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.24.
47
Table 4.24 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Usia
C5 Jmlh
Baris Prioritas Lamda
Pembina
IV/b 2,12 0,52 4,08
Pembina
IV/a 0,81 0,20 4,04
Penata III/d 0,81 0,20 4,04
Penata III/c 0,32 0,08 4,02
Total 16,17
Lamda Max 4,04
Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai
Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :
- CI :
- CR : CI / RI
3) Menentukan Hasil Akhir
Langkah selanjutnya adalah prioritas hasil perhitungan pada kriteria dan
subkriteria per kriteria atau langkah 1 dan 2 kemudian dituangkan dalam matriks
hasil yang terlihat dalam tabel 4.25.
48
No Pendidikan Jabatan
Pengalaman
Kerja Pangkat / Gol Usia
0,43 0,20 0,20 0,08 0,09
1 S2 Kepala Sekolah 10 Tahun Pembina IV/b 30 Tahun
1,00 0,83 0,56 0,57 0,52
2 S1 Guru 8 Tahun Pembina IV/a 35 Tahun
0,50 0,17 0,26 0,21 0,20
3 -
- 6 Tahun Penata III/d 40 Tahun
0,12 0,16 0,20
4 -
- 4 tahun Penata III/c 50 Tahun
0,06 0,06 0,08
Cara penyelesaiannya, jika diberikan data minimal 5 orang calon
pengawas sekolah yang akan diseleksi menjadi pengawas sekolah.
Alternatif C1 C2 C3 C4 C5
CP1 S1 Guru
6
Tahun Penata III/d
40
Tahun
CP2 S2 Kepala Sekolah
10
Tahun Pembina IV/a
35
Tahun
CP3 S1 Guru
4
Tahun Penata III/c
50
Tahun
CP4 S1 Guru
6
Tahun Penata III/c
30
Tahun
CP5 S2 Kepala Sekolah
8
Thaun Pembina IV/b
40
Tahun
Maka hasil akhirnya akan tampak pada tabel 4.27.
Alternatif C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah
CP1 0,22 0,03 0,02 0,01 0,02 0,30
CP2 0,43 0,17 0,11 0,02 0,02 0,75
CP3 0,22 0,03 0,01 0,00 0,01 0,27
CP4 0,22 0,03 0,02 0,00 0,05 0,32
CP5 0,43 0,17 0,05 0,04 0,02 0,72
Tabel 4.25 Matriks Hasil
Tabel 4.26 Data Calon Pengawas Sekolah
Tabel 4.27 Hasil Akhir
49
Nilai 0,22 pada kolom C1 (pendidikan) baris CP1 diperoleh dari nilai CP1
untuk C1, yaitu status ‘pendidikan’ dengan nilai prioritas subkriteria 1 (tabel
4.25), dikalikan dengan nilai prioritas kriteria pendidikan sebesar 0,43 (tabel
4.25), demikian seterusnya berdasarkan data calon pengawas sekolah.
Kolom jumlah pada tabel 4.27 diperoleh dari penjumlahan masing-masing
barisnya. Nilai dari kolom jumlah inilah yang dipakai sebagai dasar untuk
merangking prestasi alternatif dalam hal ini calon pengawas sekolah. Semakin
besar nilainya, maka calon pengawas sekolah tersebut akan layak untuk menjadi
pengawas sekolah.
Jadi, berdasarkan simulasi melalui metode AHP diperoleh informasi bahwa
dari kelima alternatif yang paling layak menjadi pengawas sekolah adalah
alternatif CP2. Hal ini karena CP2 memiliki nilai paling tinggi dari alternatif
lainnya.
f. Analisis Proses
Pada proses penanganan sistem, user akan berhubungan langsung dengan
sistem. User terbagi dalam dua kategori, yang pertama user sebagai operator
sekaligus user yang bertindak sebagai pengambil keputusan (Decision Maker).
Sistem akan mengolah data inputan data calon pengawas dan output yang
dihasilkan berupa laporan hasil pemilihan pengawas sekolah yang dilakukan
dengan menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
50
2. Perancangan Sistem
Seteleh melakukan tahapan analisis sistem, maka langkah selanjutnya
penyusun membuat gambaran yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan.
Tujuan dari pembangunan sistem pendukung keputusan ini yaitu dapat
membantu dalam menyelesaikan masalah tentang pemilihan pengawas sekolah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penyusun harus dapat mencapai sasaran-
sasaran, yakni desain sistem harus mudah dipahami dan nantinya mudah
digunakan oleh user.
Adapun sistem pendukung keputusan pemilihan pengawas sekolah yang
diusulkan nantinya dihrapkan dapat membantu bagian PMPTK lebih khusus pihak
pengambil keputusan dalam proses pemilihan pengawas sekolah. Dengan adanya
sistem ini, bagian PMPTK tidak perlu lagi melakukan pemilihan pengawas
sekolah secara manual. Selain itu dengan pembangunan sistem ini operator dan
pihak pengambil keputusan dapat langsung menginputkan data pengawas dan
kritetia-kriteria sebagai variabel penentu dalam pemilihan pengawas sekolah
sehingga dapat memudahkan pihak pengambil keputusan dalam menentukan
pengawas sekolah yang berkualitas. Kemudian data hasil seleksi tersebut
disimpan serta dapat dikeluarkan dalam bentuk laporan. Berikut adalah
perancangan Flowchart sistem yang diusulkan dengan menerapkan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP) :
Perancangan flowchart atau diagram alir akan memudahkan penyusun
untuk mengimplementasikan sistem ke dalam bahasa pemrograman, karena akan
menjelaskan bagaimana cara kerja sistem dari awal hingga akhir. Flowchart yang
51
akan dirancang pada sistem pendukung keputusan ini terdiri dari flowchart
penentuan prioritas kriteria, penentuan prioritas calon pengawas tiap subkriteria
dan penentuan prioritas global. Berikut masing-masing flowchart untuk proses
tersebut.
52
a. Perancangan Flowchart Sistem untuk Menentukan Prioritas Kriteria
Gambar 4.3 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria Pengawas Sekolah
Selesai
Matriks kriteria konsisten
CR < 0,1
Tidak
Hitung CR
Hitung CI
Hitung ƛ maks
Matriks ƛ
Bagikan tiap hasil penjumlahan diatas dengan masing-
masing nilai prioritas pengawas tiap kriteria
Jumlahkan setiap baris dari hasil perkalian diatas
Kalikan nilai setiap inputan matriks pengawas tiap kriteria dengan
nilai masing-masing prioritas pengawas tiap kriteria
Matriks prioritas pengawas tiap kriteria
Bagikan hasil penjumlahan baris dengan n
Jumlahkan semua elemen tiap baris pada matriks normalisasi pengawas tiap kriteria
Normalisasi matriks pengawas tiap kriteria
Jumlahkan semua elemen pada setiap kolom matriks pengawas tiap kriteria
Input nilai matriks pengawas tiap kriteria n X n
n = banyak pengawas & n = banyak kriteria
Input data pengawas
Ya
Selesai
Input nilai kriteria
Mulai
53
b. Perancangan Flowchart Sistem untuk Menentukan Prioritas
Subkriteria
Gambar 4.4 Flowchart Penentuan Prioritas Subkriteria Pengawas Sekolah
Selesai
Matriks kriteria konsisten
CR < 0,1
Tidak
Hitung CR
Hitung CI
Hitung ƛ maks
Matriks ƛ
Bagikan tiap hasil penjumlahan diatas dengan masing-
masing nilai prioritas pengawas tiap subkriteria
Jumlahkan setiap baris dari hasil perkalian diatas
Kalikan nilai setiap inputan matriks pengawas tiap subkriteria
dengan nilai masing-masing prioritas pengawas tiap subkriteria
Matriks prioritas pengawas tiap subkriteria
Bagikan hasil penjumlahan baris dengan n
Jumlahkan semua elemen tiap baris pada matriks normalisasi pengawas tiap subkriteria
Normalisasi matriks pengawas tiap subkriteria
Jumlahkan semua elemen pada setiap kolom matriks pengawas tiap subkriteria
Input nilai matriks pengawas tiap subkriteria n X n
n = banyak pengawas & n = banyak subkriteria
Input data pengawas
Ya
Mulai
Selesai
Input nilai subkriteria
54
c. Perancangan Flowchart Sistem untuk Menentukan Prioritas Global
Gambar 4.5 Flowchart Penentuan Nilai Prioritas Global
d. Diagram Arus Data
Adapun diagram arus data dari sistem pendukung keputusan pemilihan
pengawas sekolah yaitu :
1) Identifikasi External Entity
Tabel 4.28 Identifikasi External Entity
No
Eksternal Entity
Input
Output
1. Admin - Data User
- Data Pengawas
Hasil Data Pengawas
- Verifikasi User
- Hasil Data Pengawas
2. Kabid PMPTK - Data User
- Data Kriteria
- Data Nilai Matriks
Kriteria
- Verifikasi User
- Hasil Data Register
- Hasil Data Kriteria
- Hasil Nilai Prioritas
Mulai
Nilai prioritas pengawas tiap kriteria
Nilai prioritas pengawas tiap subkriteria
Kalikan masing-masing nilaii prioritas pengawas tiap kriteria dengan
masing-masing nilai prioritas subkriterianya
Jumlahkan semua elemen tiap baris pada matriks prioritas tujuan
Nilai prioritas global
Urutkan nilai prioritas global dari nilai tertinggi hingga terendah
Selesai
55
- Data Nilai Matriks Tiap
Subkriteria
- Hasil Nilai Keputusan
Kriteria
- Hasil Nilai Prioritas
Subkriteria
- Hasil Nilai Keputusan
- Laporan Data Pengawas
- Laporan Nilai Hasil
Keputusan
3. Kadis Bone
Bolango
- Laporan Data Pengawas
- Laporan Nilai Hasil
Keputusan
e. Diagram Konteks
Data User
Data Pengawas
Verifikasi User
Hasil Data Pengawas
Sistem Pendukung
Keputusan
Pemilihan Pengawas
Sekolah
Data Kriteria
Data Nilai Matriks Kriteria
Data Nilai Matriks Subkriteria
Data Nilai Hasil Keputusan
Verifikasi User
Hasil Data Kriteria
Hasil Nilai Prioritas Kriteria
Hasil Nilai Prioritas Subkriteria
Hasil Nilai Keputusan
Lap. Data Pengawas
Lap. Hasil Keputusan
0
Admin
Gambar 4.6 Diagram Konteks
Kabid
PMPTK
Kadis
Bone Bolango
Lap. Data Pengawas
Lap. Hasil Keputusan
56
5.0
Penentuan
Nilai
Keputusan
3.0.P
Penentuan
Prioritas
Kriteria
4.0.P
Penentuan
Prioritas
Subkriteria
.P
6.0.P
Pembuatan
Laporan
f. DAD Level 0
1.0.P
Login
2.0
Input
Data
Kabid
PMPTK
User
Pengawas
Kriteria
Subkriteria
Data User
Hasil data pengawas
Nilai Matriks Kriteria
Nilai Prioritas Kriteria
Nilai Matriks Tiap Subkriteria
Nilai PrioritasSubkriteria
Nilai Keputusan
Hasil Nilai Keputusan
Data User
Data User
Data User
Hasil data user
Hasil data pengawas
Data pengawas
Nilai Matriks Kriteria
Nilai Prioritas Kriteria
Data pengawas
Nilai Prioritas Tiap Subkriteria
Nilai Keputusan
Hasil Nilai Keputusan
Data pengawas
Gambar 4.7 Dad Level 0
Hasil Keputusan
Data pengawas
Hasil Nilai Keputusan
Kadis Bone Bolango
Hasil Nilai Keputusan
Admin
Data User
Verifikasi User
Verifikasi User
Lap. Data Pengawas
Lap. Hasil Keputusan
Lap. Data Pengawas
Lap. Hasil Keputusan
57
g. Relasi Tabel
Pengawas
PK
nm_pengawas
alamat
pendidikan
jabatan pengalaman_kerja
pangkat_golongan
usia
Kriteria
nm_kriteria
nilai_kriteria
Subkriteria
Kode_Sub PK
nm_sub
nilai_sub
N
Kode_pengawas Kode_Kriteria PK
Hasil
kode_pengawas
kode_kriteria
kode_sub
nilai_kriteria
nilai_sub
nilai_akhir
Kode_hasil PK
FK
FK
FK
1
1
1
N
Gambar 4.8 Relasi Tabel
58
h Hubungan Antar Tebel (Entity Relationalship Diagram / ERD)
Gambar 4.9 Hubungan Antar Tabel (Entity Relationship Diagram/Erd)
Memenuhi
Memiliki
1
Kriteria
kode_kriteria nm_kriteria
nilaiKriteria
Subkriteria
kode_sub Nm_sub
nila_sub
1
N
N
Hasil
kode_pengawas kode_hasil
kode_kriteria nila_kriteria
Kode_sub nilai_sub
nilai_akhir
Pengawas
Kode_pengawas Nama_pengawas
alamat
pendidikan
jabatan
Pengalaman_kerja
Pangkat_golongan usia
59
i. Rancangan Database
Tabel 4.29 Rancangan Tabel Pengawas
Field Type Size Index Keterangan
Kode_pengawas Text 10 Primary key Kode pengawas
Nip Text 25 - Nip Pengawas
Nm_pengawas Text 50 - Nama pengawas
Alamat Text 255 - Alamat pengawas
Tabel 4.30 Rancangan Tabel Kriteria
Field Type Size Index Keterangan
Kode_kriteria Text 5 Primary key Kode kriteria
Nm_kriteria Text 255 - Nama kriteria
Nilai Number 2 - Nilai kriteria
Tabel 4.31 Rancangan Tabel Subkriteria
Field Type Size Index Keterangan
Kode_sub Text 5 Primary key Kode subkriteria
Nm_sub Text 255 - Nama subkriteria
Nilai Text 255 - Nilai subkriteria
Tabel 4.32 Rancangan Tabel Hasil
Field Type Size Index Keterangan
Kode_pengawas Text 10 Primary key Kode pengawas
Kode_kriteria Text 5 Foreign key Kode kriteria
Kode_subkriteria Text 5 Foreign key Kode subkriteria
Nilai_kriteria Text 5 - Nilai kriteria
Nilai_subkriteria Text 5 - Nilai subkriteria
Nilai_akhir Text 5 Nilai akhir
60
j. Rancangan Input
Rancangan form input data pengawas
Gambar 4.10 Rancangan Form Input Data Pengawas
Kode
Pengawas
Nama
Pengawas Nip Alamat Pendidikan Jabatan
Pengalaman
Kerja
Pangkat
Golongan Usia
Data Pengawas
Kode Pengawas
Alamat
Nama Pengawas
SIMPAN HAPUS KELUAR
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
Nip
Pendidikan
Jabatan
Pengalaman Kerja
Pangkat / Golongan
Usia
61
k. Rancangan Proses
1) Rancangan form proses matriks perbandingan berpasangan
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6
C1
C2 C3 C4 C5 C6
Jumlah
NEXT
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
C1 : Pendidikan
C2 : Nilai Tes
C3 : Jabatan
C4 : Pengalaman Kerja
C5 : Pangkat / Golongan
C6 : Usia
Matriks Perbandingan Berpasangan
Random Indeks
1,2 = 0,00 9 = 1,45
3 = 0,58 10 = 1,49
4 = 0,90 11 = 1,51
5 = 1,12 12 = 1,48
6 = 1,24 13 = 1,56
7 = 1,32 14 = 1,57
8 = 1,41 15 = 1,59
Gambar 4.11 Rancangan Form Proses Matriks Perbandingan
Berpasangan
62
2) Rancangan form proses matriks nilai Kriteria
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah Prioritas C1
C2 C3 C4 C5 C6
NEXT
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
C1 : Pendidikan
C2 : Nilai Tes
C3 : Jabatan
C4 : Pengalaman Kerja
C5 : Pangkat / Golongan
C6 : Usia
Matriks Nilai Kriteria
Random Indeks
1,2 = 0,00 9 = 1,45
3 = 0,58 10 = 1,49
4 = 0,90 11 = 1,51
5 = 1,12 12 = 1,48
6 = 1,24 13 = 1,56
7 = 1,32 14 = 1,57
8 = 1,41 15 = 1,59
BACK
Gambar 4.23 Rancangan Form Proses Matriks Nilai Kriteria Gambar 4.12 Rancangan Form Proses Matriks Nilai Kriteria
63
3) Rancangan form proses matriks penjumlahan setiap baris
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah Baris C1
C2 C3 C4 C5 C6
NEXT
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
C1 : Pendidikan
C2 : Nilai Tes
C3 : Jabatan
C4 : Pengalaman Kerja
C5 : Pangkat / Golongan
C6 : Usia
Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Random Indeks
1,2 = 0,00 9 = 1,45
3 = 0,58 10 = 1,49
4 = 0,90 11 = 1,51
5 = 1,12 12 = 1,48
6 = 1,24 13 = 1,56
7 = 1,32 14 = 1,57
8 = 1,41 15 = 1,59
BACK
Gambar 4.13 Rancangan Form Proses Matriks Penjumlahan Setiap
Baris
64
4) Rancangan form proses perhitungan rasio konsistensi
Rancangan form proses untuk subkriteria, rancangan formnya sama
dengan rancangan form yang ada pada rancangan form proses kriteria. Jika pada
kriteria terdapat rancangan form matriks perbandingan berpasangan maka pada
subkriteria juga terdapat rancangan form untuk matriks perbandingan
Gambar 4.14 Rancangan Form Proses Perhitungan Rasio Konsistensi
Kriteria Jumlah Baris Prioritas Lamda C1
C2 C3 C4 C5 C6
Total
Lamda Max
NEXT
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
C1 : Pendidikan
C2 : Nilai Tes
C3 : Jabatan
C4 : Pengalaman Kerja
C5 : Pangkat / Golongan
C6 : Usia
Perhitungan Rasio Konsistensi
Random Indeks
1,2 = 0,00 9 = 1,45
3 = 0,58 10 = 1,49
4 = 0,90 11 = 1,51
5 = 1,12 12 = 1,48
6 = 1,24 13 = 1,56
7 = 1,32 14 = 1,57
8 = 1,41 15 = 1,59
BACK
65
berpasangan, begitu pula dengan rancangan form proses untuk matriks nilai
kriteria, rancangan form proses untuk matriks penjumlahan setiap baris dan
rancangan form proses untuk perhitungan rasio konsistensi.
5) Rancangan form proses perhitungan nilai akhir
6)
Kd_hasil Kd_pengawas Kd_kriteria Kd_sub Nilai_sub Nilai_akhir
Gambar 4.15 Rancangan Form Proses Perhitungan Hasil Akhir
Kode Calon Pengawas
Nama Calon Pengawas
Pendidikan
Jabatan
Pengalaman Kerja
Pangkat / Golongan
Usia
NEXT BACK NEXT BACK
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
Perhitungan Hasil Akhir
66
l. Rancangan Output
1) Rancangan Form Untuk Laporan
Jenis Laporan
Ok Batal
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
Laporan
Gambar 4.16 Rancangan Form Output Untuk Laporan
67
2) Laporan Hasil Akhir
LAPORAN HASIL AKHIR
No Kode Pengawas Nama Pengawas Hasil Keputusan
1
2
3
4
5
Gorontalo, Tanggal – Bulan – Tahun
Kabid PMPTK
Mansur Pakaja, S.Pd.MM
Nip. 19660306 198902 1 003
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
Gambar 4.17 Laporan Hasil Akhir
68
3) Laporan Pengawas TK / SD
LAPORAN PENGAWAS TK / SD
No Kode Pengawas Nama Pengawas Hasil Keputusan
1
2
3
4
5
Gorontalo, Tanggal – Bulan – Tahun
Kabid PMPTK
Mansur Pakaja, S.Pd.MM
Nip. 19660306 198902 1 003
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
Gambar 4.18 Laporan Pengawas TK / SD
69
4) Laporan Pengawas SMP / SMA
LAPORAN PENGAWAS SMP / SMA
No Kode Pengawas Nama Pengawas Hasil Keputusan
1
2
3
4
5
Gorontalo, Tanggal – Bulan – Tahun
Kabid PMPTK
Mansur Pakaja, S.Pd.MM
Nip. 19660306 198902 1 003
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
PENGAWAS SEKOLAH
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango
Gambar 4.19 Laporan Pengawas SMP / SMA
70
3. Testing dan Implementasi
1) Implementasi
a) Tampilan Form Login
b) Tampilan Form Menu Utama
Gambar 4.18 Tampilan Form Login
Gambar 4.19 Tampilan Menu Utama
71
c) Tampilan Form Input Data User
d) Tampilan Form Input Data Pengawas
Gambar 4.20 Tampilan Form Input Data User
Gambar 4.21 Tampilan Form Input Data User
72
e) Tampilan Form Matriks Perbandingan Berpasangan
f) Tampilan Form Matriks Nilai Kriteria
Gambar 4.22 Tampilan Form Matriks Perbandingan Berpasangan
Gambar 4.23 Tampilan Form Matriks Nilai Kriteria
73
g) Tampilan Form Matriks Penjumlahan Setiap Baris
h) Tampilan Form Perhitungan Rasio Konsistensi
Gambar 4.24 Tampilan Form Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Gambar 4.25 Tampilan Form Perhitungan Rasio Konsistensi
74
i) Tampilan Form Penilaian Hasil Akhir
j) Tampilan Laporan Hasil Penilaian Akhir
Gambar 4.26 Tampilan Form Matriks Nilai Kriteria
Gambar 4.27 Laporan Hasil Akhir
76
2) Testing
a. Pengujian Black Box
Pengujian selanjutnya dilakukan untuk memastikan bahwa suatu event atau
masukan akan menjalankan proses yang tepat dan menghasilkan output yang
sesuai dengan desain. Rencana pengujian sistem dapat dilihat pada tabel 4.33.
Tabel 4.33 Rencana Pengujian Sistem
No Item Uji Detail Pengujian Jenis Pengujian
1 Login Konfirmasi login Blackbox
2 Input Data User Simpan, Hapus Blackbox
3 Input Data
Pengawas
Simpan, Hapus Blackbox
4 Proses Nilai
Kriteria dan
Subkriteria
Next, Simpan Blackbox
5 Proses Nilai Akhir Simpan, Update, Hapus Blackbox
a. Hasil pengujian sistem
1) Pengujian login
Tabel 4.34 Pengujian login (data normal)
Data Masukan Username, password, level
Yang Diharapkan Pada saat menekan tombol ok, pengguna dapat
masuk ke menu utama dan dapat menggunakan
system.
Pengamatan Pengguna dapat masuk ke dalam system dengan
username dan password yang terdaftar pada system.
Kesimpulan Sukses
Tabel 4.35 Pengujian login (data salah)
Data Masukan Username, password, level
Yang Diharapkan Pada saat menekan tombol ok, pengguna tidak
dapat masuk ke menu utama dan akan tampil pesan
username tidak tersedia ataupun password salah.
Pengamatan Pengguna tidak dapat masuk ke dalam sistem
karena username ataupun password tidak terdaftar.
Kesimpulan Sukses
77
2) Pengujian Input Data User
Tabel 4.36 Pengujian Input Data User (data normal)
Simpan
Data Masukan Data user sesuai dengan atribut yang disediakan
Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil, data user tersimpan
pada database yang disediakan.
Pengamatan Data berhasil disimpan pada database dan
ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Hapus
Data Masukan Pilih data yang akan dihapus
Yang Diharapkan Proses hapus data berhasil
Pengamatan Data yang dihapus tidak muncul pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Tabel 4.37 Pengujian Input Data User (data salah)
Simpan
Data Masukan Kode user dikosongkan
Yang Diharapkan Proses simpan data tidak berhasil, data user tidak
tersimpan pada database yang disediakan, tampil
pesan peringatan kode user harus diisi.
Pengamatan Data gagal disimpan pada database, tampil perintah
untuk mengisi atribut kode user.
Kesimpulan Sukses
Hapus
Data Masukan Tidak memilih data yang yang akan dihapus
Yang Diharapkan Data gagal dihapus dari database, menampilkan
pesan untuk memilih data yang ingin dihapus
Pengamatan Gagal dihapus, tampil pesan untuk memilih data
yang akan dihapus
Kesimpulan Sukses
3) Pengujian Input Data Pengawas
Tabel 4.38 Pengujian Input Data Pengawas (data normal)
Simpan
Data Masukan Data pengawas sesuai dengan atribut yang
disediakan
Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil, data pengawas
tersimpan pada database yang disediakan.
Pengamatan Data berhasil disimpan pada database dan
ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
78
Hapus
Data Masukan Pilih data yang akan dihapus
Yang Diharapkan Proses hapus data berhasil
Pengamatan Data yang dihapus tidak muncul pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Tabel 4.39 Pengujian Input Data Pengawas (data salah)
Simpan
Data Masukan Kode pengawas dikosongkan
Yang Diharapkan Proses simpan data tidak berhasil, data pengawas
tidak tersimpan pada database yang disediakan,
tampil pesan peringatan kode pengawas harus diisi.
Pengamatan Data gagal disimpan pada database, tampil perintah
untuk mengisi atribut kode pengawas.
Kesimpulan Sukses
Hapus
Data Masukan Tidak memilih data yang yang akan dihapus
Yang Diharapkan Data gagal dihapus dari database, menampilkan
pesan untuk memilih data yang ingin dihapus
Pengamatan Gagal dihapus, tampil pesan untuk memilih data
yang akan dihapus
Kesimpulan Sukses
4) Pengujian Proses Nilai Kriteria & Subkiteria
Tabel 4.40 Pengujian Nilai Kriteria & Subkriteria (data normal)
Next
Data Masukan Nilai Matriks Perbandingan Berpasangan
Yang Diharapkan Proses mengisi nilai matriks perbandingan
berpasangan berhasil
Pengamatan Data berhasil diisi pada matriks perbandingan
berpasangan dan ditampilkan
Kesimpulan Sukses
Simpan
Data Masukan Nilai Matriks Kriteria
Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil
Pengamatan Data yang disimpan ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Next
Data Masukan Nilai Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Yang Diharapkan Nilai ditampilkan pada tabel matriks penjumlahan
setiap baris.
Pengamatan Nilai ditampilkan pada tabel matriks penjumlahan
setiap baris.
79
Kesimpulan Sukses
Next
Data Masukan Perhitungan Rasio Konsistensi
Yang Diharapkan Nilai ditampilkan pada tabel perhitungan rasio
konsistensi dan mendapatkan nilai CI dan CR.
Pengamatan Nilai ditampilkan pada tabel perhitungan rasio
konsistensi.
Kesimpulan Sukses
Tabel 4.41 Pengujian Nilai Kriteria & Subkriteria (data salah)
Next
Data Masukan Nilai Matriks perbandingan berpasagan tidak diisi
Yang Diharapkan Proses untuk melanjutkan ke matriks nilai kriteria
gagal dan tidak dapat melanjutkan untuk
perhitungan rasio konsistensi, tampil pesan salah
satu data tidak bisa kosong.
Pengamatan Nilai matriks perbandingan berpasangan kosong.
Kesimpulan Sukses
5) Pengujian Proses Nilai Hasil Penilaian
Tabel 4.42 Pengujian Nilai Hasil Penilaian (data normal)
Simpan
Data Masukan Pilih pengawas yang akan dinilai
Yang Diharapkan Proses mengisi nilai akhir berhasil
Pengamatan Data berhasil disimpan pada database nilai akhir.
Kesimpulan Sukses
Update
Data Masukan Pilih data yang akan diupdate
Yang Diharapkan Proses update data berhasil
Pengamatan Data diperbaharui dan ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
Hapus
Data Masukan Pilih data yang akan dihapus
Yang Diharapkan Proses hapus data berhasil
Pengamatan Data yang dihapus tidak ditampilkan pada datagrid.
Kesimpulan Sukses
80
Tabel 4.43 Pengujian Nilai Hasil Penilaian (data salah)
Simpan
Data Masukan Data pengawas dikosongkan
Yang Diharapkan Proses mengisi nilai akhir gagal
Pengamatan Data tidak berhasil disimpan pada database nilai
akhir.
Kesimpulan Sukses
4. Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, proses pemilihan
pengawas sekolah kurang objektif, baik dari segi waktu maupun dari segi kualitas.
Hal ini dikarenakan prosedur dalam pemilihan pengawas sekolah belum sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah / Madrasah.
Proses pemilihan pengawas sekolah masih dilakukan secara manual yaitu
koordinator pengawas menerima usulan calon pengawas sekolah dari beberapa
pengawas sekolah, kemudian koordinator pengawas dan bagian PMPTK
melakukan rapat untuk membahas pemilihan pengawas sekolah. Setelah
melakukan rapat, nama calon pengawas sekolah tersebut diberikan kepada Kepala
Dinas, selanjutnya Kepala Dinas membuat usulan nama calon pengawas sekolah
ke Bupati untuk mengeluarkan SK pengawas sekolah. Tetapi terkadang
nama-nama pengawas sekolah yang mendapatkan SK pengawas sekolah tidak
sesuai dengan nama-nama yang telah diusulkan sebelumnya oleh Kepala Dinas.
Hal ini mengakibatkan pemilihan pengawas sekolah tidak objektif dan
membutuhkan waktu yang lama dalam menentukan pemilihan pengawas sekolah
dan hasilnya tidak akurat.
81
Setelah melakukan penelitian tersebut maka penyusun mengusulkan suatu
sistem pendukung keputusan dengan menerapkan metode Analitycal Hierarchy
Process (AHP) yang dapat menjadi alat bantu dalam pemilihan pengawas sekolah.
Karena dengan menerapkan metode AHIP informasi yang dihasilkan lebih akurat,
dimana pada metode AHP, prosesnya dilakukan perbandingan berpasangan antara
kriteria dan kriteria serta subkriteria dan subkriteria. Hasil perbandingan
berpasangan dibagi dengan jumlah elemen yang ada, sehingga diperoleh nilai
prioritas kriteria dari setiap kriteria dan subkriteria yang dimaksud. Setelah
mendapatkan nilai prioritas kriteria dan subkriteria, selanjutnya nilai prioritas
dikalikan dengan nilai keadaan alternatif untuk mendapatkan nilai akhir. Calon
pengawas sekolah yang memiliki nilai tertinggi berhak untuk menjadi pengawas
sekolah.
Dengan menerapkan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dalam
menentukan pemilihan pengawas sekolah, hasilnya lebih akurat serta pemilihan
pengawas sekolah lebih objektif. Karena proses pemilihan pengawas sekolah
dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam undang-undang
yaitu : C1 = Pendidikan
C2 = Jabatan
C3 = Pengalaman Kerja
C4 = Pangkat / Golongan
C5 = Usia
Berdasarkan kriteria tersebut, maka dilakukan pemilihan pengawas
sekolah. Dengan terlebih dahulu menentukan prioritas kriteria dan prioritas
82
subkriteria seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pengawas sekolah yang
terpilih dilihat dari nilai tertinggi yang didapatkan oleh pengawas tersebut, karena
pada sistem pendukung keputusan ini, pengawas sekolah terpilih diurutkan dari
nilai tertinggi hingga nilai terendah. Seperti dilihat pada gambar 4.28 :
Gambar 4.28 Laporan Hasil Akhir Pemilihan Pengawas Sekolah
Berdasarkan penelitian tersebut, maka penyusun menyimpulkan bahwa
sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP), dapat membantu dalam pemilihan pengawas sekolah dan hasilnya
lebih akurat dibandingkan dengan proses pemilihan pengawas sekolah
sebelumnya, yang masih membutuhkan waktu dalam proses penentuan pemilihan
pengawas sekolah.