bab iv hasil dan pembahasan penelitian 4.1 hasil penelitian

49
48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMK Negeri 1 Sayung SMK Negeri 1 Sayung berdiri pada tahun 2004, yang pada awalnya sekolah ini hanya disebut dengan ‘SMK kecil’. Karena pada saat itu, SMK Negeri 1 Sayung adalah embrio dari SMP Negeri 2 Sayung, yang belum ada pengembangan apapun dari pemerintah Kabupaten Demak.Tujuan awal diselenggarakannya SMK Negeri 1 Sayung hanya untuk memfasilitasi anak- anak jalanan di sekitar kecamatan Sayung yang putus sekolah untuk dilatih dan diberi ketrampilan/ kecapakapn hidup (life skill). Dengan persetujuan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak dan bupati Demak, tepatnya pada tanggal 11 Agustus 2004, dengan nomor SK 421/ 709/ 2004, ‘SMK kecil’ resmi menjadi SMK Negeri 1 Sayung dengan NIS/NSS Nomor 400100/34.1.0321.04.12 dengan luas tanah ± 2000 m 2 .Kepala sekolah yang pertama bernama Dr. Dra. Rr Noer Endah Apriyanti, M. Pd.menjabat selama 2 tahun. Setelah itu, digantikan oleh Gigis Mohamad Afnan, S. Pd, M. Pd. dengan pendidikan terakhir Pasca Sarjana Pendidikan (S2). Beliau menjabat sebagai kepala sekolah dari 2006 dengan SK

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil SMK Negeri 1 Sayung

SMK Negeri 1 Sayung berdiri pada tahun 2004,

yang pada awalnya sekolah ini hanya disebut dengan

‘SMK kecil’. Karena pada saat itu, SMK Negeri 1 Sayung

adalah embrio dari SMP Negeri 2 Sayung, yang belum

ada pengembangan apapun dari pemerintah Kabupaten

Demak.Tujuan awal diselenggarakannya SMK Negeri 1

Sayung hanya untuk memfasilitasi anak- anak jalanan

di sekitar kecamatan Sayung yang putus sekolah untuk

dilatih dan diberi ketrampilan/ kecapakapn hidup (life

skill). Dengan persetujuan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Demak dan bupati Demak,

tepatnya pada tanggal 11 Agustus 2004, dengan nomor

SK 421/ 709/ 2004, ‘SMK kecil’ resmi menjadi SMK

Negeri 1 Sayung dengan NIS/NSS Nomor

400100/34.1.0321.04.12 dengan luas tanah ± 2000

m2.Kepala sekolah yang pertama bernama Dr. Dra.

Rr Noer Endah Apriyanti, M. Pd.menjabat selama 2

tahun. Setelah itu, digantikan oleh Gigis Mohamad

Afnan, S. Pd, M. Pd. dengan pendidikan terakhir

Pasca Sarjana Pendidikan (S2). Beliau menjabat

sebagai kepala sekolah dari 2006 dengan SK

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

49

Pengangkatan Nomor 821:2/ 25/ 2006 sampai

sekarang.

Dalam perkembangannya, lebih dari satu dekade,

SMK Negeri 1 Sayung kurang mendapatkan perhatian

dari pemerintah kabupaten Demak, karena dari segi

lokasi, SMK Negeri 1 Sayung belum mempunyai

sertifikat tanah sendiri atau masih menempati lahan

SMP Negeri 2 Sayung yang relatif sempit. Padahal,

dilihat dari animo masyarakat dari tahun ke tahun

meningkat, tetapi karena keterbatasan ruang kelas,

SMK Negeri 1 Sayung hanya menerima sedikit

siswa.SMK Negeri satu- satunya di Kecamatan Sayung

ini pada tahun pertama hanya membuka 2 kelas, yaitu

kelas Teknik Pengelasan dan kelas Tata Busana. Pada

tahun 2010, SMK Negeri1 Sayung membuka tiga

jurusan/ program keahlian yaitu, Rekayasa

Perangkat Lunak, Teknik Sepeda Motor, dan Jasa

Boga. Masing- masing jurusan memiliki satu kelas,

sehingga jumlah kelas sampai tahun 2015 ini,

berjumlah 15 kelas, sehingga komposisi kelas saat

ini, kelas XII 5 kelas, kelas XI 5 kelas, dan kelas X 5

kelas. Masing- masing jurusan sudah terakreditasi B.

Program produktif yang diberikan di SMK

Negeri1 Sayung sudah sesuai dengan kurikulum

spektrum. Dipilihnya SMK Negeri 1 Sayung sebagai

tempat penelitian dikarenakan SMK Negeri 1Sayung

telah melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin)

kurang lebih selama 7 tahun. SMK Negeri 1 Sayung

yang terletak di daerah pesisir, tepatnya di jalan raya

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

50

Semarang- Demak KM. 14, kecamatan Sayung,

Kabupaten Demak ini sangat menarik untuk diteliti,

karena karakter siswa siswi yang beragam.

4.1.2 Analisis

Tabel 4.1.

Matrik Hasil Evaluasi Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung

Tahun 2014

Variabel Sub Variabel

Indikator Deskriptor (Hasil)

Evaluasi Praktik Kerja

Industri (Prakerin)

Context Visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung

Visi dan misi sekolah difahami oleh kepala sekolah, guru, dan siswa.

Definisi konteks Prakerin

Topik kegiatan prakerin difahami oleh kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua

Tujuan Program Prakerin

Tujuan diselenggarakan prakerin difahami oleh kepala sekolah, guru, dan siswa

Identifikasi kebutuhan kompetensi sekolah dan kompetensi pasar

Kebutuhan kompetensi sekolah sebagian sudah terjabarkan, tetapi masih belum ada link and match dengan kebutuhan kompetensi pasar

Peserta prakerin

Peserta yang terlibat dalam prakerin adalah siswa, guru, panitia, DU/DI.

Input Strategi pelaksanaan prakerin

Perencanaan panitia yang matang, sasaran siswa kelas XI, kesepakatan dengan

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

51

DU/DI yang sudah terealisasi hampir 100%. Tetapi masih perlu menambah kerjasama dengan DU/DI khususnya di jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).

Prosedur penempatan siswa

Desain langkah-langkah untuk penempatan siswa: disesuaikan dengan jarak rumah (bagi yang berkeberatan), tetapi diharapkan mind set itu akan berubah seiring pemikiran siswa dan orang tua. Guru produktif berperan dalam penempatan siswa di DU/DI.

Penjadwalan program prakerin

Lamanya prakerin diawali dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang sudah dirancang oleh panitia.

Pengelolaan Anggaran

Sumber biaya untuk prakerin diperoleh dari dana komite dan pengelolaan anggarannya oleh bendahara prakerin yang biasanya dipegang oleh guru BK selaku bendahara Prakerin.

Process Identifikasi proses pelaksanaan

Kesiapan panitia untuk melaksanakan prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya masalah dalam pelaksanaan prakerin. DU/DI juga

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

52

cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang sudah harus siap dengan adanya prakerin.

Keterlaksanaan program prakerin

Keterlaksanaan program prakerin dapat dilihat dari ketepatan waktu penerjunan, monitoring oleh guru pembimbing, serta penarikan peserta prakerin oleg guru pembimbing. Presensi dan keaktifan siwa juga menjadi acuan untuk keterlaksanaan program prakerin. Selain itu,nilai dari DU/DI juga sudah menggambarkan praktik kerja siswa SMK Negeri 1 Sayung di DU/DI.

Informasi perbaikan program prakerin

Hambatan- hambatan dalam proses pelaksanaan prakerin adalah masih adanya siswa yang berpikiran bahwa prakerin tidak penting. Sekolah kurang bisa memantau siswa karena jauh dari sekolah dan bimbingan atau monitoring dilakukan hanya empat kali selama pelaksanaan prakerin.Selanjutnya untuk perbaikan, sekolah harus lebih sering memonitoring secara langsung atau tidak

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

53

langsung, misalnya lewat telepon.

Product Penilaian hasil capaian dengan tujuan prakerin

Evaluasi program prakerin untuk siswa dalam bentuk laporan sesuai dengan DU/DI yang ditempatinya. Tetapi masih perlu penyempurnaan dalam pelaporannya. Yang bertanggung jawab adalah guru pembimbing.Hasil kegiatan prakerin belum diukur dengan tujuan yang direncanakan oleh pihak sekolah. Masih merupakan kegiatan rutin tahunan yang belum ada perubahan dari tahun ke tahun sehingga belum ada inovasi baru. Tetapi dari pihak guru, sudah berupaya untuk memperluas jalinan kerjasama dengan DU/DI.

Interpretasi keunggulan dan kelemahan program prakerin

Keunggulan program prakerin di SMK Negeri 1 Sayung adalah sudah adanya buku panduan siswa, pembimbing, DU/DI. Selain itu, adanya koordinasi kerjasama yang bagus dari pihak sekolah dan DU/DI sehingga siswa mempunyai kesempatan yang bagus untuk bisa langsung ditarik bekerja di tempat tersebut setelah

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

54

lulus.Selain itu, siswa mendapatkan banyak pengalaman dari praktik kerja.Kelemahan program tersebut dari segi siswa, siswa cenderung malas untuk kembali ke sekolah karena sudah merasakan bekerja yang nyaman.Kelemahan yang lain dari segi panitia yaitu belumdiselenggarakan dalam siklus manajemen program yang baik sehingga terkesan kegiatan rutin dan monoton tanpa bisa diukur capaiannya. Belum tersedia laporan evaluasi program prakerin yang terstruktur.

4.1.3 Aspek Konteks (Context) Program Praktik

Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Aspek konteks ini meliputi program praktik

kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung

dari visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung, definisi

praktik kerja industri (Prakerin), tujuan atau hasil

yang diharapkan, identifikasi kebutuhan

kompetensi sekolah, dan kompetensi pasar, serta

personil yang terlibat di dalamnya.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

55

Visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung yang

seharusnya menjadi tonggak untuk SMK Negeri 1

Sayung berkembang lebih maju, dan sepertinya

harus lebih dipahami oleh semua guru yang ada.

Visi SMK Negeri 1 Sayung adalah: “Menjadi Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Terdepan dalam

mempersiapkan sumber daya manusia

berkepribadian unggul, religius, handal,

professional, dan mampu berkompetisi di pasar

kerja global”. Dari visi di atas, dapat disimpulkan

bahwa SMK Negeri 1 Sayung nantinya akan

mencetak orang- orang yang siap untuk

berkompetisi di pasar global. Seperti yang

diungkapkan oleh Kepala SMK Negeri 1 Sayung

yang sudah menjabat sebagai kepala sekolah

selama lebih dari delapan tahun adalah sebagai

berikut:

“…visi dan misi seharusnya selalu dipahami dan diingat oleh bapak ibu guru serta karyawan, bagaimana kita mau maju, kalau kita saja sudah tidak punya visi. Apalagi visi SMK harus merujuk pada kompetensi lulusan.Kita semua kan tahu, kalau lulusan SMK itu harus punya keahlian sesuai kompetensi yang dimiliki, mandiri, pastinya juga professional dalam hal apapun”.

Dari pendapat di atas, tentunya misi SMK Negeri 1 Sayung juga harus segera diwujudkan dengan tindakan nyata. Misi SMK Negeri 1 Sayung adalah (1) Menuju Sekolah Menengah Kejuruan Unggul; (2) Menyiapkan tamatan yang bertaqwa dan

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

56

berbudi luhur, mempunyai etos kerja dan berjiwa wirausaha; (3) Meningkatkan daya serap tamatan di dunia usaha/ dunia industri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; (4) Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional. Dari misi tersebut, terlihat bahwa SMK memang menyiapkan lulusan yang beretos kerja, terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional. Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Manajemen Mutu:

“…banyaknya tantangan di era sekarang, misi sekolah harus tercapai, salah satunya yaitu lulusan kita harus bermutu, beretos kerja tinggi, dan bisa diterima di pasar kerja”.

Disamping itu, ada beberapa program di SMK

Negeri 1 Sayung yang bertujuan untuk

mempersiapkan siswa agar bisa mendapatkan

pengalaman di dunia kerja yaitu dengan program

praktik kerja industri (Prakerin). Praktik kerja

industri (Prakerin) merupakan program tahunan

yang wajib dilaksanakan.

Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK

Negeri 1 Sayung dilaksanakan sejak tahun

pembelajaran 2006/ 2007. Hal ini dibenarkan

oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa:

“Sejak sekolah ini berdiri, telah ditetapkan kegiatan praktek kerja industri yang terintegrasi dalam kurikulum.Dalam praktik kerja industri atau yang biasa kita sebut dengan prakerin, siswa kelas sebelas

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

57

magang atau berlatih untuk kerja di sebuah industri atau lebih tepatnya dunia usaha/ dunia industri biasa juga disebut denganDU/DI.”

Dalam hal ini, wakil kepala sekolah bidang

kurikulum menambahkan bahwa bentuk- bentuk

praktek industri bervariasi sesuai kebijakan

pemerintah. Beberapa guru memberikan

penjelasan tentang praktek kerja industri sebagai

berikut:

- Muhammad Amron menyatakan bahwa di SMK Negeri 1 Sayung terdapat tiga bentuk praktek kerja industri yaitu pendidikan sistem ganda, magang, dan kunjungan industri. Menurutnya ketiga kegiatan ini sangat membantu kesiapan siswa memasuki dunia kerja.

- Khusniati Khotimah memberikan penjelasan bahwa praktek kerja industri perlu dikondisikan sejak awal melaluiproses belajar mengajar(PBM) di kelas. Guru memberikan motivasi agar siswa mampu bekerja dengan baik dan tumbuh motivasi dan kemandiriannya.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa

perencanaan sebelum pelaksanaan sangat

penting. Dari ketiga bentuk praktik kerja industri

yang disampaikan oleh ketua program keahlian

Teknik Sepeda Motor, Muhammad Amron, selalu

berhubungan dengan institusi pasangan atau

dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

58

Perbedaannya yaitu pada peran institusi

pasangan. Pada Program Pendidikan Sistem

Ganda (PSG), keseluruhan program pendidikan

dari awal perencanaan hingga penilaian

dilakukan bersama secara terkoodinasi antara

pihak institusi pasangan (DU/DI). Sementara itu

pada sistem magang atau praktik kerja lapangan,

institusi pasangan lebih bersifat pasif karena

mereka tidak terlibat sejak awal dalam proses

perencanaan. Dalam sistem magang, institusi

pasangan (DU/DI) hanya bertindak sebagai

pemilik usaha yang perusahaannya dijadikan

sebagai tempat praktik anak- anak sekolah.

Program praktik kerja industri (Prakerin) di

SMK Negeri 1 Sayung memang didesain untuk

membentuk disiplin kerja siswa di tempat praktik

kerja industri (Prakerin). Menurut Wakil kepala

sekolah bidang Humas (Hubungan Masyarakat)

adalah sebagai berikut:

“Ya pada dasarnya tujuan prakerin kan memang untuk melatih anak bekerja secara professional, sesuai kompetensi keahliannya, melatih disiplin kerja, menambah pengalaman, serta lebih melatih kemampuan mereka yang tidak hanya didapatkan dari sekolah”.

Dengan demikian tujuan dari praktik kerja

industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung yaitu:

(1) Melatih siswa bekerja secara professional

sesuai dengan kompetensi keahliannya; (2)

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

59

Melatih disiplin siswa di tempat praktik; (3)

Menambah pengalaman siswa tentang bekerja;

dan (4) Melatih kemampuan siswa sesuai

kompetensi keahliannya yang tidak hanya bisa di

dapatkan di sekolah, tetapi juga bisa didapatkan

di dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).

Hal ini juga dikuatkan dengan dijabarkan

pula tujuan praktik kerja industri (Prakerin) yang

dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sayung sesuai

dengan buku panduan Prakerin (2013) adalah

sebagai berikut: (1) Menghasilkan tenaga kerja

yang memiliki keahlian dan kompetensi yang

professional dengan pengetahuan, keterampilan

dan etos kerja sesuai dengan tuntutan lapangan

kerja; (2) Memperkokoh hubungan kerjasama “link

and match” antara sekolah dengan dunia kerja; (3)

Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan

pelatihan tenaga kerja tingkat menengah yang

professional; (4) Memberi pengakuan dan

penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai

bagian dari proses pendidikan.

Untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolah,

pada awalnya memang hanya menempatkan siswa

untuk bekerja di tempat DU/DI. Sehingga

terkadang antara sekolah dengan pihak DU/DI

tidak sinkron atau tidak link and match. Salah

satu bukti nyata yaitu siswa tidak mengerti apa

yang harus dilakukan, sedangkan DU/DI juga

tidak paham apa yang harus diberikan. Seperti

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

60

yang diungkapkan oleh siswa kelas XI program

keahlian Rekayasa Perangkat Lunak:

“Saya hanya disuruh foto kopi, kadang mencat surat, kadang ngetik, atau sesekali memasukkan data base”.

Jawaban dari siswa lain, yaitu kelas XI

program keahlian Jasa Boga:

“Kami diminta untuk mengiris bahan, mempacking, apa lagi ya…ya paling kalau ada resepsi kami diminta untuk membantu”.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa tidak semua pekerjaan yang dikerjakan

siswa sesuai dengan kompetensinya.Karena

selama ini tidak ada sinkronisasi kurikulum

antara pihak sekolah dengan dunia usaha/ dunia

industri (DU/DI).Belum adanya identifikasi

kebutuhan kompetensi sekolah maupun pasar

kerja.

Menurut Wakil Kepala Sekolah bidang

Humas, prakerin dikhususkan untuk kelas XI, hal

ini bertujuan untuk agar siswa mampu untuk

bersosialisasi serta cukup mempunyai kompetensi

keahlian untuk berlatih bekerja di dunia usaha/

dunia industri. Pernyataan ini sesuai yang

duingkapkan oleh guru BK sekaligus bendahara

prakerin berikut ini:

“…kalau kelas X, kan masih terlalu dini, masih kecil dan belum cukup kompetensinya. Kelas XII, konsentrasi di ujian nasional dan

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

61

UKK (Ujian Kompetensi Keahlian), nah yang sesuai ya kelas XI.Mereka sudah mampu untuk kita lepas”.

Menurut guru BK 2, manajemen program

praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1

Sayung diselenggarakan oleh panitia praktik kerja

industri (Prakerin) atau biasa disebut dengan Pokja

Prakerin dan guru- guru produktif

“…panitia prakerin kita (guru BK), Waka Humas, dan pastinya guru produktif atau Ketua program keahlian”.

Dalam wawancara berikutnya, sebelum

kegiatan praktik kerja industri dilaksanakan,

pastinya kesiapan siswa sangat diperlukan, selain

kesiapan prakerin dan DU/DI untuk menerima

siswa praktik. Seperti yang diungkapkan oleh

Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor

berikut ini:

“…setiap ada praktik, pasti saya selingi dengan menanyakan kesiapan anak, karena prakerin itu kan ya seperti kerja, nah mental siswa juga harus tangguh, dan siap menerima pekerjaan dari instruktur. Kan mereka biasa dengan situasi kerja”.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil

kepala sekolah bidang sarana dan prasarana:

“…sebenarnya mudah saja kok, buat anak-anak untuk memilih tempat prakerin, di sekolah juga bisa, asal ada unit produksinya.Atau dicarikan gurunya.Yang pasti disesuaikan atau diserahkan dengan

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

62

anak lagi.Yang bertanggung jawab ya panitia dan K3”.

Dengan demikian, dalam praktik kerja

industri (Prakerin) kesiapan siswa dari segi mental

sangat diperlukan serta yang bertanggung jawab

dengan masalah penempatan tempat praktik yaitu

panitia dan terutama Ketua Kompetensi Keahlian

(K3).

4.1.4 Aspek Masukan (Input) Program Praktik

Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Dalam aspek masukan (input) ini mencakup

empat hal: pertama, strategi pelaksanaan program

praktik kerja industri (Prakerin) meliputi panitia,

sasaran, dan kesepakatan dengan dunia usaha/

dunia industri (DU/DI). Kedua, prosedur

penempatan siswa meliputi desain atau langkah-

langkah penempatan siswa. Ketiga, penjadwalan

program praktik kerja industri (Prakerin). Keempat,

pengelolaan anggaran meliputi sumber biaya dan

pengelolaannya.

Program praktik kerja industri (Prakerin)

merupakan kegiatan pembelajaran praktik

langsung di dunia kerja berdasarkan program

pelatihan di institusi pasangan secara terarah dan

terprogram sehingga siswa mempunyai keahlian

profesional dan siap untuk bekerja sesuai dengan

kompetensi keahliannya. Hal ini sesuai dengan

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

63

pernyataan dari Guru BK di SMK Negeri 1 Sayung

sekaligus panitia prakerin:

“Prakerin adalah agenda tahunan yang wajib ada dan pesertanya adalah kelas XI. Program ini melibatkan dunia usaha atau dunia industri yang biasa disebut DU/DI.Tempat prakerin menjadi tempat untuk anak- anak mencari pengalaman bekerja, jadi anak harus siap dengan segala konsekuensi.Persiapan mental penting sebelum berangkat magang”.

Pelaksanaan program praktik kerja industri

(Prakerin) melibatkan dua pihak yaitu pihak

sekolah yang menempatkan siswa sebagai peserta

magang dengan pihak dunia usaha/ dunia industri

(DU/DI) sebagai institusi pasangan untuk tempat

siswa melakukan magang/ praktik.

Terkait dengan hal tersebut, maka pihak

sekolah bekerjasama dengan pihak DU/DI untuk

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

melalui program praktik kerja industri (Prakerin)

yang dapat mendorong tercapainya tujuan

pendidikan SMK yang baik. Dengan adanya tujuan

program praktik kerja industri (Prakerin) yang jelas

maka pelaksanaan program praktik kerja juga

dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Sesuai dengan konsep, penyelenggaraan

program praktik kerja industri (Prakerin) akan

berjalan lancar dengan hasil memuaskan apabila

penyelenggaraannya sesuai dengan prosedur yang

telah ditentukan sebelumnya. Untuk tahap

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

64

persiapan yang harus dilaksanakan SMK Negeri 1

Sayung sebagai penyelenggara program praktik

kerja industri (Prakerin) yaitu menyusun program

praktik kerja industri (Prakerin) dan menentukan

waktu pelaksanaan program praktik kerja industri

(Prakerin) dengan baik. Pelaksanaan program

praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1

Sayung diselenggarakan melalui satu tahap yaitu

pada waktu kelas XI semester 2 sekitar bulan

April-Juli, jadi terhitung empat bulan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dari wakil kepala

sekolah bidang kurikulum:

“…prakerin tahun ajaran 2013/ 2014 diselenggarakan dengan sistem block, selama empat bulan dari bulan April sampai dengan bulan Juli. Sekitar bulan Juni, anak kita tarik untuk mengikuti tes semester genap”

Dalam praktik kerja industri (Prakerin),

penentuan waktu diterjunkan seperti itu

merupakan salah satu model penyelenggaraan

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada SMK yaitu

sistem block release dimana pada model ini telah

ditentukan bahwa pada bulan- bulan tertentu

siswa akan melaksanakan praktik di dunia usaha/

dunia industri (DU/DI). Sistem block release

mendekati ideal untuk diterapkan karena siswa

akan lebih berkonsentrasi pada pekerjaan mereka

di lokasi praktik kerja industri (Prakerin) dan

setelah dikembalikan pada sekolah mereka akan

berkonsentrasi pada materi pembelajaran.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

65

Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu

istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI) yang ditempati

siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin). Hal

serupa disampaikan oleh wakil kepala sekolah

bidang kehumasan:

“…kita lebih suka dengan sistem block, karena anak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya, tidak terganggu dengan kegiatan lain. Sekolah hanya menarik anak kurang lebih selama 2 minggu untuk mengikuti ujian semester genap”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan:

“…selama prakerin anak harus konsentrasi di dunia usaha/ dunia industri. Masalah waktu libur, waktu kerja, waktu istirahat sepenuhnya diserahkan oleh tempat magang masing- masing”.

SMK Negeri 1 Sayung menjalin kerjasama

dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI)

dalam memilih dan menentukan DU/DI sebagai

institusi pasangan dengan pertimbangan yang

telah ditentukan sebelumnya yaitu lokasi, jarak,

kesesuaian antara kompetensi sekolah dengan

pekerjaan di dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),

kesediaan pihak DU/DI menerima siswa yang akan

praktik kerja di DU/DI, serta ada beberapa

pertimbangan dari pihak DU/DI seperti harus

mengikuti tes seleksi.

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

66

Uraian di atas juga diperkuat dengan

pernyataan dari guru BK sekaligus panitia

prakerin:

“…biasanya anak SMK Negeri 1 Sayung kalau dapat tempat magang yang jauh dari rumah, mereka enggan. Maunya di daerah sendiri.Mungkin masalah mental. Tapi orang tua juga terkadang ada yang complain kalau anaknya ditempatkan agak jauh dari rumah. Mungkin sudah mind set-nya begitu”.

Jadi, menurut beberapa guru, hal itu

dibenarkan. Bahwa orang tua juga berperan

penting dalam hal perijinan siswa untuk

melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin).

Dari masalah penempatan yang ada, selain dari

siswa sendiri yang keberatan dengan jarak tempat

praktik, orang tua juga terkadang masih belum

mau mengijinkan anaknya praktik di tempat yang

agak jauh dari tempat tinggal. Padahal seharusnya

orang tua memberi dukungan ke anaknya untuk

mandiri. Sesuai yang diungkapkan oleh guru

produktif jurusan rekayasa perangkat lunak (RPL):

“…anak sini memang masih kurang pemahaman tentang prakerin, orang tua cenderung ingin anaknya di tempatkan di dekat- dekat saja. Nah, pemetaan awal du/di ini ya harus guru produktif yang berperan untuk memberi pengetahuan awal bagi anak-anak”.

Karena pemetaan siswa untuk tempat praktik

kerja industri (Prakerin) adalah bagian dari

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

67

perencanaan awal dari panitia praktik kerja

industri (Prakerin) dan guru produktif masing-

masing program keahlian.

Seperti yang diungkapkan oleh bendahara

praktik kerja industri (Prakerin) sekaligus guru BK

mengenai biaya prakerin adalah sebagai berikut:

“…untuk meringankan biaya, anak- anak setiap bulannya diwajibkan membayar uang komite, yang dijadikan satu dengan iuran kegiatan prakerin sebesar lima belas ribu sebulan. Jadi agak ringan. Iuran itu dipakai untuk operasional prakerin dan kenang-kenangan juga buat du/di dan juga untuk transport monitoring guru pembimbing”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

biaya yang dikeluarkan oleh siswa kelas XI

diperoleh dari iuran bulanan yang mengikat

dengan iuran komite, sehingga bisa, meringankan

beban orang tua siswa. Untuk penggunaannya,

anggaran dipakai untuk pembelian kenang-

kenangan (souvenir) yang diserahkan ke dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI). Selain itu,

anggaran dana juga dipakai untuk transport

pembimbing ketika memonitoring siswa di tempat

praktik.

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

68

4.1.5 Aspek Proses (Process) Program Praktik

Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Dalam aspek proses ini mencakup tiga hal

yaitu pertama, identifikasi proses pelaksanaan

yang meliputi kesiapan panitia dan dunia usaha/

dunia industri (DU/ DI), strategi yang digunakan,

dan monitoring pelaksanaan prakerin. Kedua,

keterlaksanaan program praktik kerja industri

(Prakerin) meliputi ketepatan waktu pelaksanaan,

ketepatan prakerin, dan melihat dari segi presensi

siswa. Ketiga, informasi perbaikan program praktik

kerja industri meliputi hambatan- hambatan

dalam proses pelaksanaan, perbaikan serta

pengembangan program praktik kerja industri

(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.

Kesiapan panitia untuk melaksanakan

prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya

masalah dalam pelaksanaan prakerin. DU/DI juga

cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang

sudah harus siap dengan adanya prakerin.

Identifikasi proses pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) dimulai dari kesiapan panitia

untuk melaksanakan praktik kerja industri

(Prakerin) dan juga hambatan – hambatan yang

ditemui selama pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan

oleh salah satu guru BK SMK Negeri 1 Sayung:

“…siap tidak siap ya harus siap. Kita kan sudah berjalan beberapa tahun, jadi tidak ada masalah yang berarti, dari tahun ke

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

69

tahun sudah bagus, bisa dilihat dari presensi anak di du/di. Juga jarang ada masalah. Paling juga masalah anak tidak betah atau tidak nyaman di du/di.Itu aja”.

Persiapan dimulai dengan mempersiapkan

perangkat administrasi praktik kerja industri

(Prakerin), pembentukan guru pembimbing untuk

melakukan kegiatan pembimbingan, monitoring

dan evaluasi terhadap siswa serta mempersiapkan

siswa-siswanya melalui persiapan teori, praktikum

serta pembekalan mengenai materi praktik kerja

industri (Prakerin) dari pihak sekolah.

Tahapan awal dari pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) yang dilakukan oleh SMK Negeri

1 Sayung adalah pembentukan panitia yang

dikoordinir oleh bagian Humas SMK Negeri 1

Sayung. Pembentukan panitia ini bertujuan untuk

mempermudah dalam pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin), terutama yang berkaitan

dengan pembagian tugas dan tanggung jawab dari

semua pihak yang terkait dengan prakerin.

Susunan kepanitiaan atau organisasi

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di

SMK Negeri 1 Sayung sebagaimana tertuang dalam

diagram di bawah ini:

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

70

------

Gambar 4.1.Susunan Organisasi/ Kepanitiaan

Pelaksanaan Prakerin SMK Negeri 1 Sayung(Pokja Prakerin, 2013)

Berdasarkan diagram/ gambar di atas nampak

bahwa ketua kompetensi keahlian atau yang biasa

disebut dengan K3, berperan penting dalam praktik kerja

industri (Prakerin) yang bekerja sama dengan

koordinator praktik kerja industri (Prakerin). Selain itu,

dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) mempunyai peran

dalam tahapan pelaksanaan prakerin di SMK Negeri 1

Sayung. Peran tersebut diwujudkan dalam bentuk

DU/DIPenanggung Jawab

(Kepala Sekolah) Komite Sekolah

Ketua (Waka Bidang Humas)

Sekretaris Bendahara

Koordinator Pelaksana (Pokja

Prakerin)Ketua

Kompetensi Keahlian

Guru pembimbing

Praktikan

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

71

koordinasi yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan

DU/DI.

Melalui tahapan pembentukan panitia ini, SMK

Negeri 1 Sayung mulai melibatkan peran serta dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI). Menurut Wakil kepala

sekolah bidang kehumasan SMK Negeri 1 Sayung, peran

DU/DI dalam kepanitiaan tersebut antara lain

diimplementasikan melalui beberapa hal sebagai berikut:

(a) pemberian informasi dari DU/DI kepada pihak

sekolah terutama berkaitan dengan kompetensi keahlian

yang dibutuhkan oleh DU/DI; (b) pemberian kesempatan

oleh sekolah kepada DU/DI untuk berperan dalam setiap

tahapan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin).

Tahapan selanjutnya yaitu pemetaan terhadap

DU/DI yang akan dijadikan tempat magang. Pemetaan

tersebut bertujuan untuk mengetahui sebaran DU/DI

yang sesuai dengan kompetensi atau program keahlian

yang ada di SMK Negeri 1 Sayung. Pemetaan dilakukan

untuk menghindari adanya penumpukan siswa pada

DU/DI tertentu.

Tahapan selanjutnya yaitu mengirimkan

permohonan ke dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),

sesuai dengan kemitraan dengan DU/DI yang telah

menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Sayung.

Permohonan tersebut dilakukan sebagai salah satu

upaya menjalin kembali informasi dengan institusi

pasangan.

Tahapan yang terakhir sebelum penerjunan, yaitu

pemetaan peserta praktik kerja industri (Prakerin) ke

Page 25: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

72

DU/DI. Pemetaan peserta prakerin bertujuan untuk

mengetahui jumlah dan kompetensi siswa yang akan

melaksanakan praktik. Hal tersebut disesuaikan dengan

jumlah DU/DI yang tersedia. Pemetaan ini bertujuan

agar tidak terjadi penumpukan siswa pada salah satu

DU/DI. Selain itu juga mengetahui keterkaitan

kompetensi/ keahlian siswa dengan DU/DI yang akan

menjadi tempat magang atau praktik. Di sinilah DU/DI

dituntut berperan lebih banyak, karena melalui

keterlibatan DU/DI dalam pemetaan peserta akan dapat

diketahui peserta yang layak untuk bersaing di dunia

kerja. Seperti yang diungkapkan oleh Pimpinan atau

pemilik dari Bengkel Bubut Manunggal (Wawancara

tanggal 28 Nopember 2014):

“…kami kapanpun siap, tapi jangan banyak-banyak. Bukannya apa- apa, nanti malah ga jadi kerja, banyak ngobrol. Jadi sedikit saja yang kami bisa terima”

Hal senada juga disampaikan oleh pimpinan Mekar

Indah Motor (Wawancara tanggal 24 Juli 2014):

“…karena banyaknya permintaan untuk magang dari sekolah lain, jadi kami minta tidak lebih dari tiga orang. Karena kalau banyak- banyak malah mereka gak bisa bener- bener bekerja, dan pasti anak- anak malah gak mudeng”.

Dari uraian di atas, DU/ DI memang perlu

dilibatkan dalam penentuan jumlah anak, penempatan,

dan profil kompetensi keahlian masing- masing jurusan.

Tahapan akhir dari pelaksanaan Praktik kerja

industri adalah penilaian dan sertifikasi. Evaluasi

Page 26: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

73

program praktik kerja industri (Prakerin) sangat

diperlukan sebagai perbaikan dan pengembangan dalam

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di SMK

Negeri 1 Sayung.

4.1.6 Aspek Hasil (Product) Program Praktik Kerja

Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Dalam aspek hasil (product) mencakup penilaian

hasil capaian dengan tujuan praktik kerja industri

(Prakerin) yang meliputi evaluasi program dan tindak

lanjut, serta interpretasi keunggulan dan kelemahan

program praktik kerja industri.

Hasil wawancara dengan siswa Rekayasa

Perangkat Lunak adalah sebagai berikut:

“…di butik Anna Avantie, kami hanya disuruh mayet, tapi ya lumayan bu, buat menambah pengalaman.Walaupun kita sih inginnya mendesain kebaya sendiri dan menjahitnya sendiri”.

Siswa yang lain dari jurusan Rekayasa Perangkat

Lunak juga berpendapat:

“…saya tidak begitu suka buk dengan pekerjaan di disperindag, soalnya saya hanya diminta buat fotokopi dan bantu- bantu apapun itu lah. Paling juga disuruh ngetik bu”.

Sebenarnya tujuan program praktik kerja industri

(Prakerin) yang ditetapkan sudah tercapai tapi hanya

sebagian, tidak secara menyeluruh.

Untuk penilaian hasil program praktik kerja

industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung belum ada

Page 27: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

74

formula yang pasti. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh

guru BK:

“…belum ada evaluasi yang baku. Yang pasti anak diminta untuk pelaporan yang dibimbing oleh guru pembimbing. Untuk dunia usaha/ dunia industri, mereka kami minta untuk menilai siswa selama prakerin, tapi format sudah kita siapkan. Untuk kami panitia, hanya laporan pertanggungjawaban keuangan, dan secara lisan kadang kami tanyakan ke anak. Bagaimana prakerinnya, lancar tidak, ada maslah atau tidak, dan apa lagi ya…kurang lebih ya tentang pengalaman selama mereka di sana”.

Dari penjelasan di atas, di ketahui bahwa panitia

belum ada aturan khusus tentang laporan praktik kerja

industri. Untuk siswa, hanya membuat laporan selama

mereka di tempat praktik. Untuk dunia usaha/ dunia

industi (DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang

sudah di berikan oleh panitia praktik kerja industri

(Prakerin).

Dalam melaksanakan praktik kerja industri

(Prakerin) siswa dituntut untuk dapat mengaplikasikan

profil kompetensi yang ditetapkan oleh sekolah.

Kompetensi ini disusun oleh pihak- pihak sekolah

berdasarkan standar kompetensi yang telah ada sejak

KTSP. Hal ini sesuai dengan dengan yang diungkapkan

oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum:

“…sebenarnya kurikulum untuk Prakerin harus benar- benar direalisasikan, jadi kita bisa sesuaikan antara pihak du/di dengan sekolah. Hal ini penting, karena banyak tempat praktik yang tidak sesuai dengan keahlian siswa”.

Page 28: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

75

Hal senada juga disampaikan oleh guru produktif

Rekayasa Perangkat Lunak:

“…mengirimkan siswa ke tempat du/di seharusnya sesuai dengan kompetensi keahlian, tetapi terkadang sekolah belum memperkenalkan semua kompetensi, sehingga banyak yang tidak match. Perusahaan minta anak siap kerja, tetapi siswa masih perlu belajar dan bimbingan.”

Dari pendapat di atas, dalam penyusunan standar

kompetensi yang harus dipenuhi oleh para siswa

tersebut, pihak sekolah tidak melibatkan institusi

pasangan (dunia usaha/ dunia industri). Meskipun

demikian, pihak sekolah tidak hanya membatasi institusi

pasangan (dunia usaha/ dunia industri) untuk

memberikan pekerjaan yang sesuai dengan standar

kompetensi, tetapi diharapkan bisa lebih dari itu.

Lebih lanjut disampaikan oleh Wakil kepala sekolah

bidang Humas:

“…kami menyadari sepenuhnya, bahwa prakerin tahun lalu, profil kompetensi yang selama ini ditetapkan merupakan profil kompetensi yang sudah ada dalam buku panduan, dan belum dirubah. Jadi masih harus ada perubahan, minimal dievaluasi yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja”.

Dari uraian di atas, bagian Hubungan Masyarakat

(Humas) selaku leading sector pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) menyadari sepenuhnya bahwa profil

kompetensi yang selama ini ditetapkan merupakan profil

kompetensi yang telah ada sejak dahulu di dalam buku

panduan Prakerin. Profil tersebut masih tetap

Page 29: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

76

dipergunakan pada praktik kerja industri (Prakerin) di

SMK Negeri 1 Sayung. Profil keahlian atau kompetensi

(terlampir) tersebut sudah selayaknya dievaluasi dan

disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua

Kompetensi Keahlian Tata Busana:

“…sudah saatnya kurikulum untuk prakerin di sinkronkan, nah, tim pengembang kurikulum harus bisa mensinkronkan dengan dunia usaha/ dunia industri”.

Dalam praktik kerja industri (Prakerin), kurikulum

untuk prakerin sangat sangat penting, sehingga prakerin

bisa berjalan dengan lancar. Untuk itu, tim pengembang

kurikulum di SMK Negeri 1 Sayung harus mulai

mensinkronkan kurikulum sekolah dengan dunia

industri/ dunia usaha sesuai dengan pasar kerja.

Dalam pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin), apabila kegiatan peserta di institusi pasangan

(DU/DI) melakukan kegiatan/ bekerja di luar profil

kemampuan masing- masing program keahlian, maka

kegiatan tersebut termasuk perolehan kemampuan

produktif sebagai muatan lokal dari masing- masing

institusi pasangan(DU/DI). Hal serupa disampaikan oleh

Ketua Kompetensi Keahlian Tata Boga:

“…memang kadang kala anak diminta untuk mengerjakan selain kompetensinya, tapi ya itu kansudah jadi kewenangan du/di. Malah terkadang ada yang tidak sesuai sama sekali dengan keahliannya”.

Page 30: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

77

Hal di atas bermakna bahwa dalam pelaksanaan

praktik kerja industri (Prakerin) tidak semua profil

kompetensi tersebut dapat dikerjakan oleh siswa di

institusi pasangan atau dunia usaha/ dunia industri

(DU/ DI) pada saat praktik kerja industri (Prakerin).

Prosentase keterlaksanaan profil kompetensi harapan

yang dapat dikerjakan siswa di dunia usaha/ dunia

industri berbeda- beda.

Pembimbingan atau monitoring dalam praktik kerja

industri (Prakerin) juga penting dalam pelaksanaan

prakerin. Mengenai monitoring, hal ini disampaikan oleh

Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan:

“…dengan adanya monitoring, siswa akan lebih bersemangat dalam pelaksanaan prakerin. Mereka merasa diperhatikan oleh gurunya. Selain itu, pihak du/ di juga pastinya menyambut baik dengan adanya kunjungan atau monitoring dari guru.Kerjasama juga pastinya terjalin dengan baik”.

Dari uraian di atas, dapat diketahui, bahwa

monitoring siswa di tempat DU/ DI sangat penting agar

siswa merasa diperhatikan oleh sekolah. Selain itu, guru

pembimbing juga bisa menjadi salah satu jembatan

untuk menjalin kerja sama yang baik antara pihak

sekolah dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI).

Walaupun begitu, peran guru pembimbing dalam

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) lebih

bersifat normatif, karena guru pembimbing tidak

memiliki peran untuk memberikan pembelajaran/

pelatihan kepada siswa selama melaksanakan praktik

kerja industri (Prakerin) di dunia usaha/ dunia industri.

Page 31: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

78

Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Panitia Prakerin

SMK Negeri 1 Sayung:

“…guru pembimbing prakerin bisa berasal dari guru produktif, normatif, adaptif,maupun dari guru BK. Tidak harus dari guru produktif saja. Tapi ya begitulah, kadang guru selain guru produktif tidak begitu mengetahui tentang prakerin, jadi ya sekedar menerjunkan atau menarik anak.Mungkin hanya dari segi presensi saja, guru (selain guru produktif) bisa melihat anak- anak yang rajin atau tidak”.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu siswa

jurusan Teknik Sepeda Motor:

“guru pembimbing hampir tidak pernah memberikan pembelajaran. Hanya sekedar mengantar ke tempat magang, monitoring sesuai jadwal di buku panduan saya, trus menarik dari perusahaan. Dan pihak industri juga jarang memberi pengarahan, karena sibuk atau karena pekerjaannya masih sama seperti hari- hari sebelumnya”.

Seperti yang sudah disampaikan di atas, model

pembimbingan semacam ini pada gilirannya akan

menimbulkan kesulitan dalam pemantauan, karena guru

pembimbing non-produktif tidak memiliki kompetensi

untuk membimbing praktik. Hal tersebut pada akhirnya

akan berimbas pada proses dan pembimbingan yang

sekedar formalitas. Selain itu, dari pihak DU/DI,

pembimbingan yang dilakukan oleh unsur DU/DI juga

dirasakan belum optimal. Tetapi dalam kenyataannya,

ada juga DU/ DI yang memberi arahan atau

pembimbingan juga. Hal ini disampaikan siswa dari

jurusan jasa boga:

Page 32: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

79

“kami diajari beberapa teknik dalam pembuatan roti tart, mereka (pihak DU/ DI) sangat baik dan ramah”.

Terkait dengan peran DU/ DI, dalam

pembimbingan, hal berbeda ditemukan di beberapa

instansi atau dunia usaha/ dunia industri.Seperti

contoh kecil di atas, siswa diberi pengarahan dan

pembimbingan dari instruktur DU/ DI. Sesuai yang

diungkapkan oleh salah satu guru produktif Tata

Busana SMK Negeri 1 Sayung:

“…perbaikan dari segi apapun harus tetap ada, agar prakerin mencapai hasil yang maksimal dan yang kita inginkan, apalagi kalau anak kita diminta langsung bekerja, seneng banget, berarti kompetensi siswa sudah mumpuni. Tindak lanjut prakerin harus tetap ada. Salah satunya yaitu melakukan ekspansi untuk menjalin kerjasama yang baik dan lebih luas agar jaringan pasar kerja kita bagus. Rencana ke depan harusnya lebih matang dalam perencanaan prakerin”.

Hal serupa disampaikan oleh Kepala SMK Negeri 1

Sayung:

“…kekurangan pasti ada. Tapi perbaikan lebih penting. Belum adanya evaluasi secara menyeluruh, karena keterbatasan waktu dari panitia, dan ni kan program tahunan yang wajib ada, jadi ya evaluasinya belum optimal”.

Pernyataan di atas berarti bahwa evaluasi itu

penting.Beberapa tempat praktik sudah sesuai dengan

kompetensi keahliannya. Tetapi, sebagian juga masih

kurang sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. Belum

Page 33: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

80

adanya evaluasi tentang praktik kerja industri secara

menyeluruh dikarenakan masih dianggap sebagai

program tahunan yang wajib diselenggarakan.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penjelasan hasil penelitian di atas,

maka evaluasi praktik kerja industri (Prakerin) di SMK

Negeri 1 Sayung dapat diuraikan di bawah ini.

4.2.1 Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri

1 Sayung

Evaluasi konteks praktek kerja industri

(Prakerin) dilakukan untuk mengetahui apakah visi

dan misi SMK Negeeri 1 Sayung sesuai dengan

kebutuhan siswa. Dalam evaluasi aspek konteks ini

meliputi program praktik kerja industri (Prakerin) di

SMK Negeri 1 Sayung dari visi dan misi SMK Negeri

1 Sayung, definisi praktik kerja industri (Prakerin),

tujuan atau hasil yang diharapkan, identifikasi

kebutuhan kompetensi sekolah, dan kompetensi

pasar, serta personil yang terlibat di dalamnya.

Berdasarkan hasil wawancara dan studi

dokumentasi dapat disimpulkan bahwa visi dan

misi SMK Negeri 1 Sayung yang seharusnya menjadi

tonggak untuk SMK Negeri 1 Sayung berkembang

lebih maju, dan sepertinya harus lebih dipahami

oleh semua guru yang ada. Visi SMK Negeri 1

Page 34: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

81

Sayung adalah: “Menjadi Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Terdepan dalam mempersiapkan sumber

daya manusia berkepribadian unggul, religius,

handal, professional, dan mampu berkompetisi di

pasar kerja global”. Dari visi di atas, dapat

disimpulkan bahwa SMK Negeri 1 Sayung nantinya

akan mencetak orang- orang yang siap untuk

berkompetisi di pasar global. Selain itu, SMK Negeri

1 Sayung juga harus segera diwujudkan dengan

tindakan nyata. Misi SMK Negeri 1 Sayung adalah

(1) Menuju Sekolah Menengah Kejuruan Unggul; (2)

Menyiapkan tamatan yang bertaqwa dan berbudi

luhur, mempunyai etos kerja dan berjiwa

wirausaha; (3) Meningkatkan daya serap tamatan di

dunia usaha/ dunia industri dan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; (4)

Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing

di pasar kerja nasional maupun internasional. Dari

misi tersebut, terlihat bahwa SMK Neger 1 Sayung

memang menyiapkan lulusan yang beretos kerja,

terampil yang mampu bersaing di pasar kerja

nasional maupun internasional.

Definisi konteks praktik kerja industri

(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung difahami oleh

siswa, guru, orang tua, serta dunia usaha/ dunia

industri (DU/DI). Program praktik kerja industri

(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung memang

didesain untuk membentuk disiplin kerja siswa

di tempat praktik kerja industri (Prakerin)

Page 35: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

82

Program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK

Negeri 1 Sayung memang didesain untuk

membentuk disiplin kerja siswa di tempat praktik

kerja industri (Prakerin). Dengan demikian,

tujuan dari praktik kerja industri (Prakerin) di

SMK Negeri 1 Sayung yaitu: (1) Melatih siswa

bekerja secara professional sesuai dengan

kompetensi keahliannya; (2) Melatih disiplin

siswa di tempat praktik; (3) Menambah

pengalaman siswa tentang bekerja; dan (4)

Melatih kemampuan siswa sesuai kompetensi

keahliannya yang tidak hanya bisa di dapatkan

di sekolah, tetapi juga bisa didapatkan di dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI).

Sementara dalam aspek identifikasi

kebutuhan kompetensi sekolah dan kompetensi

pasar kerja masih butuh di kembangkan.

Kebutuhan kompetensi sekolah sebagian sudah

terjabarkan, tetapi masih belum ada link and

match dengan kebutuhan kompetensi pasar. Salah

satu bukti nyata yaitu siswa tidak mengerti apa

yang harus dilakukan, sedangkan DU/DI juga

tidak paham apa yang harus diberikan.Salah satu

bukti nyata yaitu siswa tidak mengerti apa yang

harus dilakukan, sedangkan DU/DI juga tidak

paham apa yang harus diberikan. Dari penjelasan

di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua

pekerjaan yang dikerjakan siswa sesuai dengan

kompetensinya. Karena selama ini tidak ada

Page 36: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

83

sinkronisasi kurikulum antara pihak sekolah

dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).

Belum adanya identifikasi kebutuhan kompetensi

sekolah maupun pasar kerja.

Sementara sasaran peserta praktik kerja

industri (Prakerin) dikhususkan untuk kelas XI,

hal ini bertujuan untuk agar siswa mampu untuk

bersosialisasi serta cukup mempunyai kompetensi

keahlian untuk berlatih bekerja di dunia usaha/

dunia industri.

Dilihat dari manajemen praktik kerja industri

(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung diselenggarakan

oleh panitia praktik kerja industri (Prakerin) atau

biasa disebut dengan Pokja Prakerin dan guru-

guru produktif. Sebelum kegiatan praktik kerja

industri dilaksanakan, pastinya kesiapan siswa

sangat diperlukan, selain kesiapan prakerin dan

DU/DI untuk menerima siswa praktik.

Dengan demikian, dalam praktik kerja

industri (Prakerin) kesiapan siswa dari segi mental

sangat diperlukan serta yang bertanggung jawab

dengan masalah penempatan tempat praktik yaitu

panitia dan terutama Ketua Kompetensi Keahlian

(K3).

Page 37: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

84

4.2.2 Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Program Praktik Kerja Industri di SMK

Negeri 1 Sayung

Evaluasi input dilaksanakan untuk

mempertimbangkan sumber daya yang ada,

mengidentifikasi dan mencari tahu kemampuan

atau daya dukung sistem, alternatif strategi

program, desain prosedur program, pengelolaan

anggaran dan penjadwalan program.

Program praktik kerja industri (Prakerin)

merupakan kegiatan pembelajaran praktik

langsung di dunia kerja berdasarkan program

pelatihan di institusi pasangan secara terarah

dan terprogram sehingga siswa mempunyai

keahlian professional dan siap untuk bekerja

sesuai dengan kompetensi keahliannya.

Pelaksanaan program praktik kerja

industri (Prakerin) melibatkan dua pihak yaitu

pihak sekolah yang menempatkan siswa sebagai

peserta magang dengan pihak dunia usaha/

dunia industri (DU/DI) sebagai institusi

pasangan untuk tempat siswa melakukan

magang/ praktik.

Terkait dengan hal tersebut, maka pihak

sekolah bekerjasama dengan pihak DU/DI

untuk menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan melalui program praktik kerja industri

(Prakerin) yang dapat mendorong tercapainya

tujuan pendidikan SMK yang baik. Dengan

Page 38: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

85

adanya tujuan program praktik kerja industri

(Prakerin) yang jelas maka pelaksanaan program

praktik kerja juga dapat berjalan sebagaimana

mestinya.

Sesuai dengan konsep, penyelenggaraan

program praktik kerja industri (Prakerin) akan

berjalan lancar dengan hasil memuaskan

apabila penyelenggaraannya sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.

Untuk tahap persiapan yang harus

dilaksanakan SMK Negeri 1 Sayung sebagai

penyelenggara program praktik kerja industri

(Prakerin) yaitu menyusun program praktik

kerja industri (Prakerin) dan menentukan waktu

pelaksanaan program praktik kerja industri

(Prakerin) dengan baik. Pelaksanaan program

praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1

Sayung diselenggarakan melalui satu tahap

yaitu pada waktu kelas XI semester 2 sekitar

bulan April-Juli, jadi terhitung empat bulan.

Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu

istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI) yang ditempati

siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin).

Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu

istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI) yang ditempati

siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin).

Page 39: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

86

Dalam prosedur penempatan siswa untuk

praktik kerja industri, SMK Negeri 1 Sayung

menjalin kerjasama dengan dunia usaha/ dunia

industri (DU/DI) dalam memilih dan

menentukan DU/DI sebagai institusi pasangan

dengan pertimbangan yang telah ditentukan

sebelumnya yaitu lokasi, jarak, kesesuaian

antara kompetensi sekolah dengan pekerjaan di

dunia usaha/ dunia industri (DU/DI), kesediaan

pihak DU/DI menerima siswa yang akan praktik

kerja di DU/DI, serta ada beberapa

pertimbangan dari pihak DU/DI seperti harus

mengikuti tes seleksi.

Dalam prosedur penempatan siswa, orang

tua juga berperan penting dalam hal perijinan

siswa untuk melaksanakan praktik kerja

industri (Prakerin). Dari masalah penempatan

yang ada, selain dari siswa sendiri yang

keberatan dengan jarak tempat praktik, orang

tua juga terkadang masih belum mau

mengijinkan anaknya praktik di tempat yang

agak jauh dari tempat tinggal. Padahal

seharusnya orang tua memberi dukungan ke

anaknya untuk mandiri.Bahwa orang tua juga

berperan penting dalam hal perijinan siswa

untuk melaksanakan praktik kerja industri

(Prakerin). Dari masalah penempatan yang ada,

selain dari siswa sendiri yang keberatan dengan

jarak tempat praktik, orang tua juga terkadang

Page 40: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

87

masih belum mau mengijinkan anaknya praktik

di tempat yang agak jauh dari tempat tinggal.

Padahal seharusnya orang tua memberi

dukungan ke anaknya untuk mandiri.

Pada aspek anggaran dan pengelolaan

dapat disimpulkan bahwa biaya yang

dikeluarkan oleh siswa kelas XI diperoleh dari

iuran bulanan yang mengikat dengan iuran

komite, sehingga bisa, meringankan beban

orang tua siswa. Untuk penggunaannya,

anggaran dipakai untuk pembelian kenang-

kenangan (souvenir) yang diserahkan ke dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI). Selain itu,

anggaran dana juga dipakai untuk transport

pembimbing ketika memonitoring siswa di

tempat praktik.

4.2.3 Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Program Praktik Kerja Industri di SMK

Negeri 1 Sayung

Dalam proses program praktik kerja

industri di SMK Negeri 1 Sayung dilakukan

untuk mengetahui apakah proses dalam

pelaksanaan program praktik kerja industri

sudah sesuai dengan strategi yang telah

direncanakan. Dalam aspek proses ini mencakup

tiga hal yaitu identifikasi proses pelaksanaan

yang meliputi kesiapan panitia dan dunia usaha/

dunia industri (DU/ DI), strategi yang digunakan,

Page 41: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

88

dan monitoring pelaksanaan prakerin.

Selanjutnya, keterlaksanaan program praktik

kerja industri (Prakerin) yang meliputi ketepatan

waktu pelaksanaan, ketepatan prakerin, dan

melihat dari segi presensi siswa. Setelah itu,

informasi perbaikan program praktik kerja

industri meliputi hambatan- hambatan dalam

proses pelaksanaan, perbaikan serta

pengembangan program praktik kerja industri

(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.

Kesiapan panitia untuk melaksanakan

prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya

masalah dalam pelaksanaan prakerin.DU/DI juga

cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang

sudah harus siap dengan adanya prakerin.

Identifikasi proses pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) dimulai dari kesiapan panitia

untuk melaksanakan praktik kerja industri

(Prakerin) dan juga hambatan – hambatan yang

ditemui selama pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin).

Persiapan dimulai dengan mempersiapkan

perangkat administrasi praktik kerja industri

(Prakerin), pembentukan guru pembimbing untuk

melakukan kegiatan pembimbingan, monitoring

dan evaluasi terhadap siswa serta mempersiapkan

siswa-siswanya melalui persiapan teori, praktikum

serta pembekalan mengenai materi praktik kerja

industri (Prakerin) dari pihak sekolah.

Page 42: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

89

Tahapan awal dari pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) yang dilakukan oleh SMK Negeri

1 Sayung adalah pembentukan panitia yang

dikoordinir oleh bagian Humas SMK Negeri 1

Sayung. Pembentukan panitia ini bertujuan untuk

mempermudah dalam pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin), terutama yang berkaitan

dengan pembagian tugas dan tanggung jawab dari

semua pihak yang terkait dengan prakerin. Melalui

tahapan pembentukan panitia ini, SMK Negeri 1

Sayung mulai melibatkan peran serta dunia

usaha/ dunia industri (DU/DI). Menurut Wakil

kepala sekolah bidang kehumasan SMK Negeri 1

Sayung, peran DU/DI dalam kepanitiaan tersebut

antara lain diimplementasikan melalui beberapa

hal sebagai berikut: (a) pemberian informasi dari

DU/DI kepada pihak sekolah terutama berkaitan

dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh

DU/DI; (b) pemberian kesempatan oleh sekolah

kepada DU/DI untuk berperan dalam setiap

tahapan pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin).

Tahapan selanjutnya yaitu pemetaan

terhadap DU/DI yang akan dijadikan tempat

magang. Pemetaan tersebut bertujuan untuk

mengetahui sebaran DU/DI yang sesuai dengan

kompetensi atau program keahlian yang ada di

SMK Negeri 1 Sayung. Pemetaan dilakukan untuk

Page 43: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

90

menghindari adanya penumpukan siswa pada

DU/DI tertentu.

Tahapan selanjutnya yaitu mengirimkan

permohonan ke dunia usaha/ dunia industri

(DU/DI), sesuai dengan kemitraan dengan DU/DI

yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri

1 Sayung. Permohonan tersebut dilakukan sebagai

salah satu upaya menjalin kembali informasi

dengan institusi pasangan.

Tahapan yang terakhir sebelum penerjunan,

yaitu pemetaan peserta praktik kerja industri

(Prakerin) ke DU/DI. Pemetaan peserta prakerin

bertujuan untuk mengetahui jumlah dan

kompetensi siswa yang akan melaksanakan

praktik. Hal tersebut disesuaikan dengan jumlah

DU/DI yang tersedia. Pemetaan ini bertujuan agar

tidak terjadi penumpukan siswa pada salah satu

DU/DI. Selain itu juga mengetahui keterkaitan

kompetensi/ keahlian siswa dengan DU/DI yang

akan menjadi tempat magang atau praktik. Di

sinilah DU/DI dituntut berperan lebih banyak,

karena melalui keterlibatan DU/DI dalam

pemetaan peserta akan dapat diketahui peserta

yang layak untuk bersaing di dunia kerja.

Tahapan akhir dari pelaksanaan Praktik

kerja industri adalah penilaian dan sertifikasi.

Evaluasi program praktik kerja industri (Prakerin)

sangat diperlukan sebagai perbaikan dan

Page 44: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

91

pengembangan dalam pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.

4.2.4 Evaluasi Hasil (Product Evaluation)

Program Praktik Kerja Industri di SMK

Negeri 1 Sayung

Evaluasi ini dilaksanakan untuk

mengetahui apakah produk/ hasil sudah sesuai

dengan tujuan program praktik kerja industri

(Prakerin). Yang perlu dilakukan yaitu

mengumpulkan deskripsi dan penilaian mengenai

hasil yang dicapai dan membandingkannya

dengan tujuan prakerin. Dalam aspek hasil

(product) mencakup penilaian hasil capaian

dengan tujuan praktik kerja industri (Prakerin)

yang meliputi evaluasi program dan tindak lanjut,

serta interpretasi keunggulan dan kelemahan

program praktik kerja industri.

Sebenarnya tujuan program praktik kerja

industri (Prakerin) yang ditetapkan sudah

tercapai tapi hanya sebagian, tidak secara

menyeluruh. Dari penjelasan di atas, di ketahui

bahwa panitia belum ada aturan khusus tentang

laporan praktik kerja industri.Untuk siswa, hanya

membuat laporan selama mereka di tempat

praktik. Untuk dunia usaha/ dunia industi

(DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang

sudah di berikan oleh panitia praktik kerja

industri (Prakerin).

Page 45: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

92

Dalam melaksanakan praktik kerja industri

(Prakerin) siswa dituntut untuk dapat

mengaplikasikan profil kompetensi yang

ditetapkan oleh sekolah. Kompetensi ini disusun

oleh pihak- pihak sekolah berdasarkan standar

kompetensi yang telah ada sejak KTSP. Dari

penjelasan di atas, di ketahui bahwa panitia

belum ada aturan khusus tentang laporan

praktik kerja industri. Untuk siswa, hanya

membuat laporan selama mereka di tempat

praktik.Untuk dunia usaha/ dunia industi

(DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang

sudah di berikan oleh panitia praktik kerja

industri (Prakerin).

Dalam penyusunan standar kompetensi yang

harus dipenuhi oleh para siswa tersebut, pihak

sekolah tidak melibatkan institusi pasangan

(dunia usaha/ dunia industri). Meskipun

demikian, pihak sekolah tidak hanya membatasi

institusi pasangan (dunia usaha/ dunia industri)

untuk memberikan pekerjaan yang sesuai dengan

standar kompetensi, tetapi diharapkan bisa lebih

dari itu.

Bagian Hubungan Masyarakat (Humas)

selaku leading sector pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) menyadari sepenuhnya bahwa

profil kompetensi yang selama ini ditetapkan

merupakan profil kompetensi yang telah ada

sejak dahulu di dalam buku panduan Prakerin.

Page 46: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

93

Profil tersebut masih tetap dipergunakan pada

praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1

Sayung. Profil keahlian atau kompetensi

(terlampir) tersebut sudah selayaknya dievaluasi

dan disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja.

Dalam praktik kerja industri (Prakerin),

kurikulum untuk prakerin sangat sangat penting,

sehingga prakerin bisa berjalan dengan lancar.

Untuk itu, tim pengembang kurikulum di SMK

Negeri 1 Sayung harus mulai mensinkronkan

kurikulum sekolah dengan dunia industri/ dunia

usaha sesuai dengan pasar kerja.

Dalam pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin), apabila kegiatan peserta di institusi

pasangan (DU/DI) melakukan kegiatan/ bekerja

di luar profil kemampuan masing- masing

program keahlian, maka kegiatan tersebut

termasuk perolehan kemampuan produktif

sebagai muatan lokal dari masing- masing

institusi pasangan(DU/DI).

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan

bahwa dalam pelaksanaan praktik kerja industri

(Prakerin) tidak semua profil kompetensi tersebut

dapat dikerjakan oleh siswa di institusi pasangan

atau dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI) pada

saat praktik kerja industri (Prakerin). Prosentase

keterlaksanaan profil kompetensi harapan yang

dapat dikerjakan siswa di dunia usaha/ dunia

industri berbeda- beda.

Page 47: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

94

Pembimbingan atau monitoring dalam

praktik kerja industri (Prakerin) juga penting

dalam pelaksanaan prakerin. Dari hasil

wawancara dapat diketahui, bahwa monitoring

siswa di tempat DU/DI sangat penting agar siswa

merasa diperhatikan oleh sekolah. Selain itu,

guru pembimbing juga bisa menjadi salah satu

jembatan untuk menjalin kerjasama yang baik

antara pihak sekolah dengan dunia usaha/ dunia

industri (DU/ DI). Walaupun begitu, peran guru

pembimbing dalam pelaksanaan praktik kerja

industri (Prakerin) lebih bersifat normatif, karena

guru pembimbing tidak memiliki peran untuk

memberikan pembelajaran/ pelatihan kepada

siswa selama melaksanakan praktik kerja

industri (Prakerin) di dunia usaha/ dunia

industri. Model pembimbingan semacam ini pada

gilirannya akan menimbulkan kesulitan dalam

pemantauan, karena guru pembimbing non-

produktif tidak memiliki kompetensi untuk

membimbing praktik. Hal tersebut pada akhirnya

akan berimbas pada proses dan pembimbingan

yang sekedar formalitas. Selain itu, dari pihak

DU/DI, pembimbingan yang dilakukan oleh

unsur DU/DI juga dirasakan belum optimal.

Tetapi dalam kenyataannya, ada juga DU/ DI

yang memberi arahan atau pembimbingan juga.

Terkait dengan peran DU/ DI, dalam

pembimbingan, hal berbeda ditemukan di

Page 48: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

95

beberapa instansi atau dunia usaha/ dunia

industri. Seperti contoh kecil di atas, siswa diberi

pengarahan dan pembimbingan dari instruktur

DU/ DI. Beberapa tempat praktik sudah sesuai

dengan kompetensi keahliannya. Tetapi, sebagian

juga masih kurang sesuai dengan kompetensi

keahlian siswa. Belum adanya evaluasi tentang

praktik kerja industri secara menyeluruh

dikarenakan masih dianggap sebagai program

tahunan yang wajib diselenggarakan.

Dari hasil analisis data wawancara dan

dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa

Keunggulan program prakerin di SMK Negeri 1

Sayung adalah sudah adanya buku panduan

siswa, pembimbing, DU/DI. Selain itu, adanya

koordinasi kerjasama yang bagus dari pihak

sekolah dan DU/DI sehingga siswa mempunyai

kesempatan yang bagus untuk bisa langsung

ditarik bekerja di tempat tersebut setelah lulus.

Selain itu, siswa mendapatkan banyak

pengalaman dari praktik kerja.Sedangkan

kelemahan program praktik kerja industri

(Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung dilihat dari

segi siswa, siswa cenderung malas untuk kembali

ke sekolah setelah prakerin karena sudah

merasakan bekerja di tempat yang nyaman.

Kelemahan yang lain dari segi panitia yaitu belum

diselenggarakan dalam siklus manajemen

program yang baik sehingga terkesan kegiatan

Page 49: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

96

rutin dan monoton tanpa bisa diukur capaiannya.

Belum tersedia laporan evaluasi program prakerin

yang terstruktur.