bab iv hasil dan pembahasan pt. merupakan salah satu...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PT. Borneo Palm Plantation
PT. Borneo Palm Plantation merupakan salah satu produsen minyak
kelapa sawit dan inti sawit di Indonesia, Perusahaan tersebut tidak hanya
memfokuskan diri pada produksi inti kelapa sawit saja, namun berencana pula
untuk memproduksi CPO untuk meningkatkan keuntungan. Perusahaan ini
merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang ada di Indonesia.
PT. Borneo Palm Plantation juga telah memperoleh ijin usaha dari pemerintahan
sekitar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Hal tersebut dilakukan agar
usaha yang dijalankan dapat berlangsung secara berkelanjutan.
PT. Borneo Palm Plantation membangun kerja sama melalui kemitraan
dengan Koperasi Unit Desa (KUD), yaitu KUD Sejahtera. KUD Sejahtera yang
berada di Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan
Selatan dibangun sebagai jembatan penghubung antara perusahaan dengan petani
yang terlibat. Dengan adanya KUD ini diharapkan perusahaan dapat menjalin
komunikasi yang baik dengan anggota koperasi yang menjadi bagian dari
kemajuan perusahaan, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisir.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini memiliki wilayah operasi di
Kalimantan Selatan tepatnya berlokasi disekitar Kecamatan Kusan Hulu dan
sekitaran Kecamatan Karang Bintang. Lokasi perkebunan ini berada di Kabupaten
39
Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan. PT. Borneo Palm Plantation
memiliki lahan sekitar 4.000 hektar yang tersebar disekitar Kecamatan Kusan
Hulu dan sekitaran Kecamatan Karang Bintang. Lokasi rencana proyek
perkebunan kelapa sawit plasma KUD Sejahtera secara administratif
pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Desa Karang Sari, Kecamatan Kusan
Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, untuk lebih jelasnya lokasi perkebunan kelapa
sawit PT. Borneo Palm Plantation dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tambahan rencana lokasi plasma dan inti masih dimungkinkan di luar
areal yang telah diajukan perijinannya, hal ini dimaksudkan untuk menambah
keuntungan perusahaan yang pada akhirnya dapat memajukan perusahaan dan
juga daerah sekitar perkebunan. Tambahan rencana lokasi tersebut masih berada
disekitar Desa Karang Rejo, Desa Rejiwinangun, Desa Pacakan, Desa Binawara,
Desa Batu Balang dan Desa Selaseliau, Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan
Karang Bintang, Kabupaten Tanah Bumbu, Proponsi Kalimantan Selatan. Lokasi
kebun plasma dan inti diletakan berdekatan agar tandan buah segar (TBS) dapat
diolah dengan efektif dan efisien mengingat TBS jika dibiarkan lebih dari 24 jam
dan tidak diolah akan cepat basi, sehingga tandan tersebut tidak dapat diolah
menjadi minyak, apabila diolah hasilnya kurang baik, dan buahnya pun tidak
dapat dijual. PT. Borneo Palm Plantation yang beroperasi di wilayah Kalimantan
Selatan ini merupakan salah satu pengelola kebun inti dan pembina petani plasma
yang mencoba menjadi perusahaan sukses di Indonesia dengan rencana
menghimpun kurang lebih 1.300 petani sebagai anggota KUD Sejahtera yang
akan dibina oleh perusahaan.
40
4.1.1 Sejarah PT. Borneo Palm Plantation
PT. Borneo Palm Plantation berdiri pada tahun 2010, bidang usaha yang
dijalani oleh perusahaan adalah dalam bidang perkebunan kelapa sawit.
Perusahaan yang memiliki kantor pusat di daerah Jakarta sesuai Akte pendirian
No. 8 Notaris Imran Ilyas Syamsidar Guchita, SH Notaris di Jakarta tanggal 1
Agustus 2010, telah berdiri dengan susunan kepemilikan saham perseroan dan
susunan anggota Direksi dan Komisaris perseroan, sebagai berikut :
a) PT. Java Perdana Capital sebanyak 468 lembar saham, dengan nilai
nominal Rp 468.000.000,- .
b) Haposan Herberd P sebanyak 52 lembar saham dengan nilai nominal Rp
52.000.000,- .
1. Visi Misi PT. Borneo Palm Plantation
Visi : Untuk menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang profesional.
Misi : Membangun perusahaan perkebunan kelapa sawit yang profesional
dengan membangun tim manajemen perkebunan yang profesional dan
berdedikasi, memperluas area perkebunan pada lahan yang cocok untuk
pengembangan kelapa sawit, dan meningkatkan pendapatan masyarakat
dengan ekspansi plasma.
2. Struktur Organisasi PT. Borneo Palm Plantation
Komisaris Utama : Endang Kosasih
Komisaris : Zaldhy Zainul
Direktur Utama : Wiji Astuti
41
Direktur : Haposan Herberd P, Aries Tresna Perdana, Muhammad
Hidayat, Sri Mulyani, Kurniawan DP
PT. Borneo Palm Plantation saat ini memiliki 14 orang tenaga kerja ahli
tetap dan 35 tenaga yang bertugas untuk menangani seluruh kebutuhan
perusahaan. Tenaga kontrak ini dipakai oleh perusahaan sesuai kebutuhan
perusahaan, sehingga perusahaan terlebih dahulu menghubungi mereka bila ada
pekerjaan yang harus diselesaikan. Perusahaan ini baru berjalan sekitar lebih 2
tahun, sehingga belum menerapkan manajemen yang baik karena setiap
karyawannya masih banyak yang memiliki pekerjaan ganda, maksudnya adalah
satu karyawan memiliki pekerjaan lebih dari satu bidang. Hal tersebut dilakukan
untuk mengefektifkan dan mengefisienkan biaya tenaga kerja. Pada kenyataannya,
hal tersebut tidak selamanya baik karena masing-masing karyawan disini memiliki
loyalitas yang berbeda, sehingga terjadi penumpukan tugas pada sebagian
karyawan dan pada akhirnya karyawan merasa kesulitan terhadap prioritas
pekerjaan yang dilakukannya.
4.1.2 Perijinan Perusahaan
PT. Borneo Palm Plantation yang berkantor pusat di Jakarta, di E-Trade
Building Jl. Wahid Hasyim No.55, Menteng, Jakarta Pusat telah memiliki surat-
surat kelengkapan usaha yang antara lain :
1. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Jakarta Pusat.
2. Tanda Daftar Usaha Perdagangan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Jakarta Pusat.
42
3. Nomor Pokok Wajib Pajak 02.881.696.5-076.000 atas nama PT. Borneo
Palm Plantation yang beralamat di E-Trade Building Jl. Wahid Hasyim
No.55, Menteng, Jakarta Pusat.
4.2 Keadaan Umum Daerah Penelitian
Propinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu propinsi yang memiliki
perkembangan yang sangat pesat. Pesatnya perkembangan propinsi Kalimantan
Selatan ditunjukkan oleh salah satu indikatornya yaitu pertumbuhan penduduk.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, Propinsi Kalimantan Selatan menjadi
Propinsi Agroindustri. Perkembangan tersebut menyebabkan kebutuhan akan
pertanian, perkebunan, dan kehutanan harus dipersiapkan secepat mungkin.
Berkembangnya agroindustri khususnya perkebunan kelapa sawit di Propinsi
Kalimantan Selatan menjadikan salah satu komoditi penghasil devisa bagi negara
dan pemerintah daerah tersebut.
4.2.1 Riwayat Lahan
Lahan yang diperuntukkan sebagai lokasi pembangunan perkebunan
kelapa sawit adalah semak belukar dan ladang masyarakat yang menyebar di areal
sekitar Desa Karang Sari di Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu,
Propinsi Kalimantan Selatan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena
itu, PT. Borneo Palm Plantation berkeinginan mengelola lahan untuk dijadikan
perkebunan kelapa sawit. Selain itu juga, lokasi tersebut memiliki status APL
(Areal Penggunaan Lain) sehingga sesuai dengan areal untuk pengembangan
perkebunan berdasarkan penunjukan kawasan Hutan SK Menhut No. 435 Tahun
43
2009 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Kalimantan Selatan yang telah
disahkan. Atas dasar pertimbangan tersebut, pemanfaatan sumber daya alam dan
usaha pelestariannya, maka areal tersebut layak bila diperuntukkan bagi
pengembangan perkebunan yang dapat berfungsi memperbaiki kondisi lingkungan
di daerah tersebut.
4.2.2 Areal cadangan dan Proses Hak Atas Lahan
Berdasarkan pada surat permohonan Ijin lokasi seluas ± 4.000 hektar
kepada Bupati Tanah Bumbu, disebutkan bahwa:
1. Rencana areal inti seluas kurang lebih 1.500 hektar didalam areal ijin
lokasi seluas kurang lebih 4.000 hektar yang diajukan oleh PT Borneo
Palm Plantation.
2. Rencana areal plasma seluas kurang lebih 2.500 hektar didalam areal ijin
lokasi seluas kurang lebih 4.000 hektar di Desa Karang Sari yang
tergabung dalam Koperasi Unit Desa (KUD) Sejahtera.
3. Rencana areal plasma tambahan seluas kurang lebih 6.000 hektar diluar
areal ijin lokasi di Desa Sarimulya, Desa Karya Bhakti, Desa Bulurejo
dan Desa Sukadamai, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu.
Lahan plasma pengembangan/tambahan seluas kurang lebih 6.000 hektar
yang berada diluar ijin lokasi PT. Borneo Palm Plantation tersebut akan
dibuat permohonan legalitas lahan plasma oleh perusahaan melalui surat
rekomendasi Bupati Tanah Bumbu dan surat rekomendasi Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu tersebut, maka
lahan dapat dibuatkan MoU (Memorandum of Understanding) lebih lanjut
44
dan legalitas tanahnya diurus menjadi Sertifikat Hak Milik atas nama
masing-masing anggota plasma.
4.2.4 Kondisi Geografis Daerah Penelitian
Rencana lokasi kebun kelapa sawit yang akan dibangun oleh PT. Borneo
Palm Plantation untuk Kebun Inti dan Plasma tersebut memiliki gambaran
sebagai berikut:
1. Geografis
Lintang dan Bujur : 3,27o – 3,41o LS dan 115,69o – 115,78o BT
Universal Transverse Mecator (UTM) : Zone 50 S 354150 – 364935 mT
dan 9623190 – 9638370 mU
2. Bentang Alam
Arealnya terletak di antara Sungai Batulicin di bagian utara dan
Kecamatan Kusan Hulu di bagian Selatan.
3. Ketinggian
Ketinggian lahan perkebunan sekitar 30 m diatas permukaan laut (dpl)
sampai dengan 90 m dpl.
4. Topografi
Berdasarkan data yang ada fisiografi dominan adalah areal datar sampai
berombak (0-8 persen) umumnya terdapat di areal 4 desa tersebut.
4.2.5 Aksesibilitas
Lokasi areal perkebunan dapat ditempuh dari Ibukota Kabupaten Tanah
Bumbu, Batulicin dengan jarak ± 18 km, melalui jalan simpang empat. Secara
45
rinci aksesibilitas areal disajikan pada Tabel. 4 Batu licin juga merupakan
pelabuhan untuk pengapalan CPO dan batubara.
Tabel 4. Jalur dan Rute ke Lokasi dari Batulicin
Rute Jarak
(±Km) Waktu
Tempuh Keterangan
Batu Licin - Simpang Empat
5 5 menit Jalan tanah diperkeras kondisi baik, akses jalan umum
Simpang Empat - Desa Karang Sari
18 60 menit Kondisi jalan tanah dan batu diperkeras
4.2.6 Batas Wilayah Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
Batas-batas lahan yang menjadi daerah kerja kegiatan perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit PT. Borneo Palm Plantation secara, adalah:
1. Sebelah utara berbatasan langsung dengan Sungai Sela yang berfungsi
sebagai transportasi air dan lokasi penangkapan ikan dan disamping itu
terdapat Kuasa Pertambangan (KP) PT. Lianganggang Cemerlang.
Permukiman penduduk Desa Suka Damai Kecamatan Mentewe sangat
berdekatan dengan jalan akses kebun di sebelah utara.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan kegiatan budidaya tanaman perkebunan
karet yang merupakan kebun masyarakat serta kebun inti PTPN XIII.
Selain itu, terdapat juga desa Rejowinangun Kecamatan Karang Bintang
dan Desa Karangsari Kecamatan Kusan Hulu yang juga digunakan sebagai
lokasi pertanian pangan dan perkebunan.
3. Sebelah timur berbatasan dengan kawasan budidaya tanaman tahunan
(KBTT) yang merupakan milik PTPN XIII. Selain itu, juga terdapat
46
permukiman Desa Pandansari dan Desa Pematang Ulin Kecamatan Karang
Bintang.
4. Sebelah barat berbatasan langsung kawasan budidaya tanaman tahunan
(KBTT) kelapa sawit yang merupakan milik PT. Singaland Asetama,
dimana terdapat juga pemukiman penduduk dan lahan kebun karet
masyarakat.
4.2.7 Kesesuaian Lahan
Areal yang direncanakan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit
apabila dilihat dari peta kesesuaian lahan dan sejarah penggunaan lahan, ternyata
sesuai untuk pembudidayaan tanaman kelapa sawit. Berdasarkan sifat fisik dan
morfologi tanah, areal rencana perkebunan dengan berdasarkan kriteria penilaian
kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian dan tanaman kehutanan dari Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor Tahun 1983, maka areal tersebut dinilai
S2 dan S3 (sesuai sedang dan sesuai marginal) seluas 86 persen dan areal yang
tidak sesuai (N) seluas 14 persen.
4.2.8 Iklim
Menurut analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang dilakukan
oleh perusahaan, diketahui areal rencana perkebunan berdasarkan klasifikasi iklim
Schmidt dan Fergusson areal survei termasuk Type B (Tropik Basah) dengan
vegetasi alami hutan hujan tropik. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar ± 2.198
mm/th dengan rata-rata hari hujan tahunan sebesar 96 hari hujan. Berdasarkan
curah hujan rata-rata dan analisis neraca air, areal survei memiliki defisit air pada
bulan Oktober sebesar 50 mm. Analisis neraca air disajikan pada Tabel 5.
47
Tabel 5. Neraca Air
BULAN HH CH Cadangan Evpt. Neraca CD. Akhir Drainase Defisit APWL
Jan 14 204 150 120 234 150 84 0 0 Feb 12 180 150 120 210 150 60 0 0 Mar 13 176 150 120 206 150 56 0 0 Apr 13 159 150 120 189 150 39 0 0 Mei 11 147 150 120 177 150 27 0 0 Jun 11 169 150 120 199 150 49 0 0 Jul 9 131 150 150 131 131 0 0 0
Agst 7 106 131 150 87 87 0 0 0 Sept 6 83 87 150 20 20 0 0 0 Okt 7 81 20 150 -50 0 0 -50 -50 Nov 12 167 0 120 47 47 0 0 0 Des 14 183 47 120 110 110 0 0 0
Jumlah 129 1785 1335 1560 1560 1295 315 -50 -50 Keterangan : Kapasitas tanah menahan air 150 mm dengan tekstur dominan Lempung liat berpasir APWL : Accumulation Potential Water Loss (Akumulasi Potensi Kehilangan Air)
Sumber : Data Curah Hujan Stasiun Cantung 1990 – 2001
Penyinaran matahari minimal yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa
sawit adalah 1.500 jam per tahun dengan rata-rata harian 5 – 7 jam. Sedangkan
penyinaran matahari rata-rata dan tahunan dari data di stasiun pengamatan masing-
masing adalah 6,3 jam dan 2.299 jam.
Kelembaban rata-rata 83 persen, sedangkan kelembaban optimum yang
diharapkan oleh tanaman kelapa sawit adalah sekitar 75 persen dan tidak melebihi
85 persen. Kelembaban udara yang terlalu tinggi akan merangsang pertumbuhan
penyakit tanaman. Kecepatan angin diperlukan oleh tanaman kelapa sawit untuk
membantu penyerbukan. Kecepatan angin rata-rata adalah 11 km/jam, sedangkan
kecepatan angin yang baik adalah sekitar 6 km/jam, selain itu angin yang juga
mempengaruhi tegakan tanaman, terutama tanaman muda.
48
Tabel 6. Data Curah Hujan Desa Karang Sari
Bulan
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
HH MM HH MM HH MM HH MM HH MM Januari 17 293.4 10 240.8 16 430.28 13 258.32 10 156.6 Februari 15 364.4 16 361.3 9 233.69 11 352.7 13 304.5 Maret 12 323.1 16 396.23 7 177.37 17 419.96 15 307 April 19 454.6 20 357.2 12 436.88 12 286.4 Mei 7 189.7 12 250.8 4 110.78 13 252.45 Juni 14 482.6 4 119.2 3 120.25 11 324.13 Juli 4 73 4 11.19 9 111.44 5 231.9
Agustus 2 17.6 3 18 - - 8 163.18 September 2 22.7 4 46.88 3 71.4 6 127.6 Oktober 1 9.7 7 344.9 - - 10 132.01
Nopember 19 307.5 4 66.07 12 258.6 9 173.8 Desember 11 253.7 11 305.17 10 97.75 7 142.59 Jumlah 123 2792 111 2518 85 2048 122 2865 38 768
Rata-rata 10 233 9 210 9 205 10 239 13 256 Rata-rata Tahunan 10 228.6
Sumber : Data curah hujan Suka Damai Tahun 2002-2006
Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa curah hujan bulanan di lokasi
untuk pembangunan kebun kelapa sawit rata-rata bulanan adalah 228,6 mm/bln
dengan 10 hari hujan. Berdasarkan curah hujan rata-rata dan analisa neraca air,
areal survei memiliki defisit air pada bulan Oktober sebesar 50 mm.
4.2.9 Keadaan Tanah
a. Jenis Tanah
Berdasarkan hasil tinjaun perusahaan, klasifikasi tanah pada areal perkebunan
didominasi oleh jenis tanah Kambisol. Jenis tanah kambisol ini adalah tergolong
jenis tanah mineral yang sedang berkembang, tanah ini tersebar pada landform
dataran aluvial dan koluvial, dataran berombak dan perbukitan. Bahan induk
tanah ini bervariasi yaitu dari bahan endapan aluvium, koluvium, breksi, tufa,
dasit, batu pasir, batu lempung dan batu granit.
49
b. Kemampuan tanah
Klasifikasi Kemampuan Tanah adalah penilaian tanah secara sistimatik dan
pengelompokannya dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang
merupakan penghambat bagi penggunaannya. Klasifikasi ini selanjutnya
menetapkan jenis usaha tani yang sesuai dan macam perlakuan yang diperlukan
agar dapat dipergunakan untuk berproduksi dalam jangka waktu yang tidak
terbatas. Kemampuan tanah lokasi perkebunan ini memiliki kedalaman yang
efektif diperkirakan sekitar 120 cm atau lebih, bertekstur lempung, liat berpasir
sampai liat berdebu.
4.2.10 Mata Pencaharian Penduduk
Gambaran mata pencaharian penduduk di suatu wilayah dapat
menggambarkan kesempatan kerja dan usaha di wilayah tersebut. Berdasarkan
data jumlah penduduk menurut mata pencaharian menunjukan sebagian besar
penduduk desa (lebih dari 50 persen) bermata pencaharian sebagai petani. Petani
yang dimaksud disini adalah petani pangan, perkebunan serta peternakan.
Menurut data kajian AMDAL yang dilakukan oleh PT. Borneo Palm Plantation
62,5 persen bermata pencaharian sebagai petani (pemilik lahan pertanian) yang
kebanyakan adalah transmigran dari Pulau Jawa, hal ini disebabkan pada jaman
dahulu para transmigran diberikan lahan gratis oleh pemerintah sehingga
masyarakat banyak memiliki lahan garapan, 22,5 persen bermata pencaharian di
bidang jasa dan perdagangan, 10 persen sebagai karyawan perusahaan, dan 5
persen bermata pencaharian lainnya.
50
Berdasarkan hasil kajian AMDAL oleh perusahaan di lapangan hampir
semua rumah tangga tidak memiliki pola nafkah atau pencaharian ganda selain
bertani. Umumnya usaha yang mereka lakukan adalah menyadap karet di kebun.
Petani atau penyadap karet banyak dilakuan masyarakat sebagai mata
pencaharian, dengan rata-rata pendapatan Rp1.947.500,-/bulan.
4.3 Kelayakan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit
4.3.1 Biaya Investasi
Pembiayaan yang termasuk ke dalam investasi pembangunan kebun adalah
pembiayaan dari tanaman dan juga non-tanaman. Pembiayaan dari tanaman
tersebut mulai dari biaya pembukaan lahan dan persiapan lahan, biaya penanaman
Legume Cover Crop (LCC), penanaman kelapa sawit, dan pemeliharaan tanaman
belum menghasilkan tahun pertama (TBM 1) sampai tanaman belum
menghasilkan tahun ketiga (TBM 3). Pembiayaan dari non-tanaman tersebut
mulai dari biaya perijinan dan sertifikasi lahan, bangunan, kendaraan, sarana dan
prasarana dan ada pula biaya overhead yang dihitung sebesar 5 persen dari total
keseluruhan biaya tanaman dan juga non-tanaman.
Pembukaan lahan adalah kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan
tata ruang dan tata letak lahan sampai pembukaan lahan secara fisik (Iyung Pahan,
2011). Pembukaan lahan ini akan mudah dikerjakan bila tersedia alat, bahan dan
juga sumberdaya manusia yang cukup. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit
yang dilakukan oleh PT. Borneo Palm Plantation dilakukan dengan teknik zero
burning, yaitu suatu teknik pembukaan lahan tanpa proses bakar. Pada umumnya
51
para petani masih menggunakan metode pembukaan lahan dan pematangan tanah
melalui proses pembakaran karena hal tersebut merupakan proses dengan biaya
yang termurah, walaupun efeknya akan sangat besar karena akan meningkatkan
emisi gas karbon monoksida dan mempengaruhi iklim global (Iyung Pahan,
2011). Beberapa hal yang dilakukan oleh PT. Borneo Palm Plantation untuk
pembukaan lahan diantaranya adalah:
1. Pembabatan awal atau disebut babat pendahuluan yaitu, teknik pembersihan
lahan dari tumbuhan liar yang berada di areal perkebunan.
2. Membuka saluran drainase, pembuatan saluran drainase dapat dilakukan
dengan alat berat excavator. Pembuatan saluran ini dimaksudkan untuk
penataan jalur air di dalam wilayah perkebunan. Saluran air dibuat bermuara
secara bertingkat dan dibuatkan tanggul-tanggulnya.
3. Pengimasan dan penumbangan, proses imas adalah pekerjaan memotong
rapat semak dan pohon-pohon kecil yang diameternya kurang dari 7,5 cm
(Iyung Pahan, 2011). Proses ini ditujukan untuk mempermudah proses
penumbangan. Penumbangan dilakukan setelah pengimasan dengan
menggunakan gergaji rantai dan juga kampak.
4. Penumpukan 1 dan penumpukan 2, penumpukan 1 dilakukan terhadap kayu
yang berdiameter besar atau lebih dari 15 cm, penumpukan 2 dilakukan
terhadap kayu yang berdiameter lebih kecil dari 15 cm dan dilakukan setelah
penumpukan 1. Kayu yang telah dipisahkan langsung dilakukan proses perun
dengan menggunakan bulldozer. Kayu yang memiliki nilai ekonomis
52
dieksploitasi, tetapi harus memperoleh izin dari pemerintah setempat sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
5. Pembersihan jalur tanam dan pasar tikus, pasar tikus merupakan jalan rintisan
yang dibuat diantara 2 barisan tanaman yang digunakan untuk perawatan,
jalan panen, dan pengontrolan di lapangan.
6. Pemberantasan alang-alang yang tumbuh di areal perkebunan, dilakukan saat
kegiatan pembersihan lahan berlangsung.
Alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan untuk pembukaan lahan
belukar adalah kapak, parang imas, round up, Sprayer, penyediaan alat berat
seperti bulldozer dan excavator untuk pembukaan lahan dan jalan, dan juga untuk
pembuatan parit, dan yang terakhir tanggul. Penyediaan alat berat yang
digunakan untuk pembukaan lahan belukar ini dilakukan dengan menyewa alat
untuk meminimalisasikan biaya. Pembukaan lahan belukar ini memerlukan waktu
sekitar 46 hari kerja. Masing-masing pekerjaan rata-rata dilakukan oleh satu
orang satu hektarnya. Total biaya dari pembukaan lahan dan persiapan lahan
perkebunan ini sebesar Rp 6.183.000,- per hektar dengan rincian biaya ada pada
Lampiran 9.
Penanaman Legume Cover Crop (LCC) merupakan penanaman kacang-
kacangan sebagai penutup tanah yang bertujuan untuk menutupi permukaan tanah,
sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma dan mengurangi hara saat kelapa
sawit ditanam. Tumbuhan yang digunakan oleh PT. Borneo Palm Plantation
sebagai penutup tanah adalah Pueraria javanica (PJ); Calopogonium mucunoides
(CM); dan Centrosema pubescens (CP). Adapun beberapa manfaat kacang-
53
kacangan dalam perkebunan kelapa sawit menurut Iyung Pahan (2011) adalah:
Menambah bahan organik sehingga memperbaiki struktur tanah, memperbaiki
status hara tanah, terutama nitrogen, memperbaiki sifat-sifat tanah akibat
pembakaran (bila melakukan pembakaran saat pembukaan lahan), melindungi
permukaan tanah dan mengurangi bahaya erosi, terutama pada tanah yang curam,
mengurangi biaya pengendalian gulma, mendorong pertumbuhan tanaman dan
mengingkatkan produksi.
Beberapa hal yang sebaikanya dilakukan perusahaan untuk penanaman
Legume Cover Crop menurut Iyung Pahan diantaranya adalah:
1. Persiapan benih atau bibit kacang-kacangan
Perlakuan benih kacang-kacangan untuk meningkatkan hasil dan
mempercepat kecambah dapat dilakukan dengan perendaman dalam air panas
bertemperatur 75o C selama 2 jam. Setelah dingin, benih diangkat dan
disimpan selama satu malam dapat juga dengan cara dibasahi dengan asam
sulfat (Iyung Pahan, 2011). Inokulasi bakteri Rhizobium digunakan untuk
peningkatan daya fiksasi nitrogen pada kacang-kacangan yang akan ditanam.
Rhizobium dilarutkan didalam air. Campuran benih kacang-kacangan ini
kemudian dicampurkan dengan Rhizobium lalu diaduk hingga rata, agar
semua benih basah. Setelah dicampurkan benih tersebut dikeringkan.
Selanjutnya diberikan pupuk Rock Phosphate.
54
Gambar 2. Proses Inakulasi Kacang-kacangan
2. Penanaman kacang-kacangan
Penamanam kacang-kacangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1) Cara campuran
2) Cara murni
PT. Borneo Palm Plantation sendiri akan menggunakan cara campuran yang
merupakan kombinasi penanaman benih Pueraria javanica (PJ);
Calopogonium mucunoides (CM); dan Centrosema pubescens (CP) dalam
larikan.
3. Pemeliharaan kacang-kacangan
Pada saat penanaman kacang-kacangan dilakukan juga pemberian pupuk
Rock Phosphate (RP). Kacang-kacangan ini harus diberi pupuk agar tumbuh
subur dan cepat menutupi tanah. Pada masa pemeliharaan ini penyiangan
dilakukan secara intensif baik dengan cara manual ataupun kimia. PT. Borneo
Palm Plantation rencananya akan melakukan pemeliharaan dengan cara
manual. Pemeliharaan secara manual dilakukan dengan pembuangan rumput
dan gulma-gulma pengganggu lainnya. Tujuan dilakukannya pembuangan
rumput manual ini yaitu agar menghilangkan persaingan dalam pengambilan
Rhizobium + air Benih kacang-kacangan
Kacang-kacangan + Rhizobium
Kacang-kacangan terinokulasi
Kacang-kacangan terinokulasi + pupuk RP
Pupuk Rock Phosphate
55
air dan unsur hara di dalam tanah. Pemeliharaan dengan cara manual ini
dilakukan dengan cara:
1) Membersihkan semua gulma lunak yang tumbuh di areal kacang-
kacangan dengan garu dan mencabut atau menggulung tumbuhan
pengganggu yang menjalar.
2) Membongkar gulma keras.
3) Menata kacang-kacangan dengan menarik kacang-kacangan yang
menjalar ke pohon.
Alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk penanaman LCC yaitu,
bibit kacang-kacangan atau disebut biji LCC; Pueraria javanica (PJ);
Calopogonium mucunoides (CM); dan Centrosema pubescens (CP), pupuk untuk
LCC yaitu; Rock phosphate (RP); dan Rhizobium. Penanaman LCC ini dilakukan
selama 47 hari kerja. Total biaya dari penanaman LCC untuk perkebunan kelapa
sawit ini sebesar Rp2.067.000,- per hektar dengan rincian biaya ada pada
Lampiran 10.
Investasi yang sebenarnya dari suatu perusahaan perkebunan adalah bibit
yang ditanam di lapangan. Bibit yang ditanam di lapangan akan menentukan
produksi dalam satu generasi yang akan datang (25-30 tahun) (Iyung pahan,
2011). Meskipun bibit yang ditaman sudah memiliki kualitas yang baik, bila tidak
melakukan penanaman yang baik dan perawatan secara perkelanjutan maka bibit
dengan kualitas yang baik pun tidak akan menghasilkan buah secara optimal. Oleh
karena itu, diperlukan penanaman dan perawatan yang baik untuk penghasilan
yang optimal pada setiap produksinya. Pada saat penanaman kelapa sawit
56
dilapangan umur bibit yang paling optimal untuk ditanam berkisar antara 10-14
bulan (Iyung Pahan, 2011). Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk
penanaman kelapa sawit yaitu:
1. Pemancangan
Pemancangan dilakukan untuk memberikan tanda-tanda yang selanjutkan
akan dibuat lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditentukan.
Pemancangan juga digunakan untuk pembuatan jalan, parit, dan penanaman
kacang-kacangan penutup tanah.
2. Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan secara manual oleh PT. Borneo Palm
Plantation. Pembuatan lubang tanam juga bisa dilakukan secara mekanis
dengan mengunakan alat post hole digger (Iyung Pahan, 2011). Pembuatan
lubang tanam dilakukan 1 bulan sebelum tanam yang bertujuan untuk
mengurangi kemasaman tanah dan mengontrol ukuran lubang yang dibuat.
Pengontrolan penting dilakukan karena ukuran lubang adalah satu aspek
penting dalam penanaman kelapa sawit. pembuatan lubang ini juga
dimaksudkan untuk menggemburkan tanah sehingga penyerapan unsur hara
yang diberikan lebih mudah tersedia bagi tanaman. Pembuatan lubang secara
manual dilakukan dengan cara:
1) Persiapan lubang tanam 1 bulan sebelun tanam
2) Pancang tidak boleh diangkat sebelum diberi tanda untuk pembuatan
lubang. Pancang berada di tengah-tengah lubang.
3) Ukuran lubang 90 x 90 x 60 cm
57
4) Keseragaman ukuran lubang tanam dilengkapi dengan patron/mal
berukuran 90 dan 60 cm.
5) Dinding lubang harus tegak lurus
6) Setelah pembuatan lubang tanam, pancang dikembalikan ke tempat
semula.
3. Pemberian pupuk dasar
Dosis per lubang yang akan digunakan oleh PT. Borneo Palm Plantation
pada saat penanaman kelapa sawit yaitu 128 gram RPRP tersebut
dicampurkan dengan top soil, yang kemudian dimasukan ke dalam lubang
tanam.
4. Menanam bibit yang telah disiapkan
Pekerjaan menanam kelapa sawit ini menurut Iyung Pahan dapat dibagi
menjadi 5 kegiatan terpisah, yaitu:
1) Persiapan di pembibitan
Bibit sawit yang akan dipindahkan harus disiram sampai tanahnya jenuh
air. Pemindahan bibit ke lapangan harus dilakukan per kelompok bibit.
Biasanya manajer kebun dan asisten kebun menyusun peta rencana
penanaman di lapangan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pekerjaan
di lapangan.
2) Administrasi dan transportasi
Kecepatan pengangkutan bibit ke lapangan harus disesuaikan dengan laju
penanaman. Asisten harus mengajukan permintaan bibit ke kantor sebagai
58
administrasi, setelah disetujui barulah bibit dipindahkan. Setelah bibit
sampai maka bibit harus disahkan oleh penerima bibit di lapangan.
3) Transportasi bibit ke lapangan
Pengangkutan tanaman harus dilakukan secara hati-hati agar bibit tidak
mengalami kerusakan. Asisten yang bertanggung jawab terhadap
penanaman di lapangan harus membuat tanda-tanda dimana lokasi
pembongkaran bibit. Lokasi pembongkaran ini biasanya dibuat disetiap
ujung rintisan jalan dan harus jelas berapa bibit yang diturunkan di setiap
titiknya.
4) Penanaman
Setelah lubang tanam ditimbun, selanjutnya kantong plastik dikoyak
dengan pisau, kemudian dengan hati-hati dimasukan ke dalam lubang.
Penimbunan dilakukan dengan lapisan tanah paling atas dan selanjutnya
diinjak-injak agar tanah tersebut padat, sehingga tanaman dapat tegak
berdiri.
5) Konsolidasi pokok doyong dan penyisipan
Perawatan yang perlu dilakukan pada tanaman yang baru ditanam di
lapangan hanya sedikit, disamping pekerjaan rutin. Pekerjaan rutin yang
dimaksud adalah pengendalian gulma, pemupukan, dan ablasi
(pembuangan infloresen bunga dan tandan buah yang masih muda).
Pekerjaan pokok doyong dilakukan 1 rotasi setelah satu minggu
penanaman, tapi tidak perlu dilakukan bila penanaman telah dilakukan
dengan benar. Terlalu sering melakukan konsolidasi dapat menyebabkan
59
stagnansi, oleh sebab itu perlu dipasang kaki tiga (ajir). Penyisipan
merupakan hal yang penting dilakukan di perkebunan kelapa sawit supaya
semua titik tanam hidup dan menghasilkan produksi maksimal serta
menekan pertumbuhan gulma. Penyisipan harus dilakukan sedini
mungkin untuk mencegah kegagalan karena penyisipan yang terlambat
akan menjadi sia-sia karena tanaman sisipan tersebut tidak dapat mengejar
pertumbuhan tanaman awal. Proses penyisipan dilakukan sama seperti
penanaman tetapi, perencanaan, persiapan, dan penguasaannya harus
dilakukan lebih teliti lagi mengingat resiko yang lebih besar untuk terjadi
kegagalan. Penyisipan pokok-pokok yang mati harus dilakukan pada
tanaman belum menghasilkan dan sudah selesai dilakukan pada saat akhir
tahun pertama dan juga harus dipelihara lebih intensif.
Alat-alat dan bahan yang dibutuhkan untuk penanaman kelapa sawit ke
lapangan, adalah bibit, pancang utama, pancang tanam, pupuk Rock Phosphate,
Round up, pestisida dan fungisida, dan perlalatan lainnya yang dibutuhkan.
Penanaman kelapa sawit ini dilakukan selama 47 hari kerja. Total biaya dari
penanaman penanaman kelapa sawit untuk perkebunan kelapa sawit ini sebesar
Rp4.936.000,- per hektar dengan rincian biaya ada pada Lampiran 13.
Perawatan tanaman belum menghasilkan berlangsung antara 30 sampai 36
bulan. Perawatan tanaman belum menghasilkan tahun pertama (TBM 1)
berlangsung pada bulan 0 sampai dengan 12. Pekerjaan yang harus dilakukan saat
pertumbuhan tanaman belum menghasilkan pada tahun pertama, adalah:
60
1. Penyiangan rumput-rumput dan gulma
Pengendalian gulma merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing
tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Pemberantasan gulma
dilakukan di dua tempat, yaitu di piringan dan gawangan. Ada tiga jenis
gulma yang perlu dikendalikan, yaitu :
1) Ilalang pinggiran gawangan, tujuannya untuk menghentikan
perkembangbiakannya karena pertumbuhan populasi ilalang yang sangat
cepat, kurang memberikan kontribusi dari segi penyediaan bahan organik,
pada kondisi populasi yang tinggi, ilalang sangat berperan sebagai
penyulut terjadinya kebakaran, dan ilalang menyerap unsur hara dalam
Rhizoma.
2) Rumput-rumputan di pinggiran, tujuan pengendalian rumput di pinggiran
pada tanaman belum menghasilkan, adalah mengurangi kompetisi unsur
hara, dan memudahkan kontrol dalam pemupukan.
3) Tumbuhan pengganggu di gawangan, tujuan dari pengendalian gulma di
gawangan sendiri, adalah untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan sinar
matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke
gawangan lain, dan menekan populasi hama (Iyung Pahan, 2011).
2. Pengendalian ilalang
Menurut Iyung Pahan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Pengendalian ilalang sheet
Metode pengendalian ilalang sheet yang efektif adalah dengan cara kimia,
yaitu dengan penyemprotan menggunakan herbisida secara menyeluruh.
61
2) Pengendalian ilalang sporadis dan ilalang kontrol
Pertumbuhan ilalang sporadis (terpencar-pencar) lebih efektif bila
diberatas dengan metode spot spraying. Sementara untuk kebung yang
kondisinya sudah normal (ilalang kontrol) diberantas dengan cara wiping
yaitu, dengan cara diusap dengan kain yang dibalut dengan jari.
3. Pemeliharaan piringan, pasar rintis, dan tempat pengumpulan hasil (TPH)
Piringan, pasar rintis, dan TPH merupakan beberapa sarana terpenting dari
produksi dan perawatan. Piringan merupakan tempat untuk penyebaran pupuk
dan daerah tandan yang jatuh. Pasar rintis merupakan jalan pengangkutan
buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya. TPH sendiri
adalah merupakan tempat pengumpulan hasil panen sebelum diangkut ke
perkebunan kelapa sawit. Piringan, pasar rintis dan juga THP harus dirawat
agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
4. Pemberantasan hama dan penyakit
Pendeteksian hama dan penyakit harus dilakukan pada waktu yang lebih dini.
Hal ini harus dilaksanakan agar masih bisa dikendalikan. Beberapa hama
yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya, adalah ulat api dan
ulat kantong, tikus, rayap, Adoretus dan Apogonia, dan babi hutan. Beberapa
penyakit yang biasa menjadi masalah di perkebunan kelapa sawit, adalah
penyakit-penyakit daun pada pembibitan, penyakit busuk pangkal batang,
penyakit busuk tandan buah, penyakit busuk pucuk. Pestisida adalah salah
satu bahan yang digunakan untuk membuhun organisme pengganggu
tanaman.
62
5. Pemupukan
Pupuk yang digunakan untuk membantu penyediaan unsur hara tanaman
kelapa sawit adalah dengan Urea, Rock Phospat (RP), Muriate of
Phosphat (MOP), Kieserite, dan Borate. PT. Borneo Palm Plantation
hanya menggunakan pupuk anorganik untuk pemeliharaan tanaman belum
menghasilkannya. Penentuan jenis pupuk ini dilakukan dengan mengetahui
kandungan unsur hara utama pupuk tersebut, unsur hara tambahan reaksi
kimia pupuk didalam tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim
(Pahan, 2011).
Pada dasarnya pemeliharaan tanaman belum menghasilkan pada tahun
pertama sampai tahun ketiga secara keseluruhan hampir sama. Berikut ini alat-alat
dan bahan-bahan yang diperlukan untuk pemeliharaan tanaman belum
menghsalikan pada tahun pertama, yaitu bibit yang digunakan untuk penyulaman,
round up, pestisida (fungicida, herbisida), pupuk (urea, RP, MOP, Kieserite,
Borate), dan sprayer. Alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
pemeliharaan tanaman belum menghsilkan pada tahun kedua, yaitu round up,
Pestisida, dan pupuk (urea, RP, MOP, Kieserite, Borate). Alat-alat dan bahan-
bahan yang diperlukan untuk pemeliharaan tanaman belum menghsilkan pada
tahun ketiga, yaitu round up, Insectisida, Rodentisida, pupuk (urea, RP, MOP,
Kieserite, Borate), Ally, pasir, kerikil, dan titipanen. Pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan pada tahun pertama dibutuhkan waktu kurang lebih 61 hari kerja.
Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan pada tahun kedua dibutuhkan waktu
kurang lebih 57 hari kerja. Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan pada tahun
63
pertama dibutuhkan waktu kurang lebih 58 hari kerja. Total biaya dari
pemeliharaan tanaman belum menghasilkan tahun pertama sampai ketiga untuk
perkebunan kelapa sawit ini Rp4.757.000,- per hektar, Rp5.957.000,- per hektar,
Rp6.023.000,- per hektar dengan rincian biaya ada pada Lampiran 14, Lampiran
15, Lampiran 16.
Biaya non-tanaman sendiri diantaranya adalah biaya perijinan dan
sertifikasi lahan, bangunan, kendaraan, sarana prasarana dan biaya overhead yaitu
sebesar 5 persen dari jumlah keseluruhan biaya total tanaman dan non tanaman.
Total biaya investasi untuk seluruh perkebunan kelapa sawit PT. Borneo Palm
Plantation yang diperlukan adalah Rp131.296.000.000,- tanpa biaya pengolahan
kelapa sawit (PKS). Total investasi seluruh perkebunan kelapa sawit PT. Borneo
Palm Plantation ditambah dengan biaya pengolahan kelapa sawit (PKS) adalah
Rp182.860.800.000,-.
Tabel 7. Rekapitulasi Perkiraan Biaya Investasi Kebun Inti
No. Uraian Biaya Investasi (Rp)
1 Ha 1600 Ha
I Tanaman 1 Pembukaan lahan dan persiapan 6.183.000 9.274.500.000
2 Penanaman LCC 2.067.000 3.100.500.000
3 Penanaman Kelapa Sawit 4.936.000 7.404.000.000
4 Pemeliharaan
- TBM-1 4.757.000 7.135.500.000
- TBM-2 5.957.000 8.935.500.000
- TBM-3 6.023.000 9.034.500.000
Jumlah tanaman 29.923.000 44.884.500.000
II Non Tanaman
1 Perijinan & Sertifikasi Lahan 2.000.000 3.000.000.000
2 Bangunan, Kendaraan, Prasarana 3.000.000 4.500.000.000
Jumlah Non Tanaman tanpa PKS 5.000.000 7.500.000.000
Jumlah Tan dan Non Tan tanpa PKS 34.923.000 52.384.500.000 III Biaya Umum/Overhead Cost 5% 1.746.150 2.619.225.000 IV Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (30 Ha) 45.000.000.000
Total tanpa PKS 36.669.150 100.003.725.000
64
Pembangunan perkebunan kelapa sawit ini dilakukan secara bertahap oleh
PT. Borneo Palm Plantation. Selanjutnya jumlah kebutuhan investasi dari kebun
inti sendiri berasal dari jumlah total tanaman dan non tanaman ditambah dengan
biaya overhead dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Masing – masing total biaya
didapat dari hasil proyeksi biaya yang dibutuhkan untuk 1 hektar lahan. Dari
keseluruhan biaya tersebut didapat total perkiraan biaya investasi kebun inti
sebesar Rp100.003.725.000,-, sedangkan untuk kebutuhan investasi kebun plasma
sendiri dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Perkiraan Biaya Investasi Kebun Plasma
No. Uraian Biaya Investasi (Rp)
1 Ha 2500 Ha
I Tanaman
1 Pembukaan lahan dan persiapan 6.183.000 15.457.500.000
2 Penanaman LCC 2.067.000 5.167.500.000
3 Penanaman Kelapa Sawit 4.936.000 12.340.000.000
4 Pemeliharaan
- TBM-1 4.757.000 11.892.500.000
- TBM-2 5.957.000 14.892.500.000
- TBM-3 6.023.000 15.057.500.000
Jumlah tanaman 29.923.000 74.807.500.000
II Non Tanaman
1 Perijinan & Sertifikasi Lahan 2.000.000 5.000.000.000
Jumlah Non Tanaman tanpa PKS 2.000.000 5.000.000.000
Jumlah Tan dan Non Tan tanpa PKS 31.923.000 Total
III Biaya Umum/Overhead Cost 5% 1.596.150 3.990.375.000
Total tanpa PKS 33.519.150 83.797.875.000
Perhitungan untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit plasma tidak
jauh berbeda dengan perhitungan pembangunan perkebunan kelapa sawit inti.
Jumlah kebutuhan investasi kebun plasma sendiri berasal dari jumlah total
tanaman dan non tanaman ditambah dengan biaya overhead dan pabrik
pengolahan kelapa sawit. Perhitungan perkebunan plasma kelapa sawit
65
PT. Borneo Palm Plantation sedikit berbeda dari investasi kebun ini,
perbedaannya terlihat dari biaya bangunan, kendaraan, prasarana, dan pabrik
pengolahan kelapa sawit. Pada perkebunan kelapa sawit plasma tidak dibutuhkan
biaya bangunan, kendaraan, prasarana, dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
Biaya-biaya tersebut hanya dimasukan ke perhitungan kebun inti kelapa sawit.
Masing–masing total biaya didapat dari hasil proyeksi biaya yang dibutuhkan
untuk 1 hektar lahan. Dari keseluruhan biaya tersebut didapat total perkiraan biaya
investasi kebun inti sebesar Rp.83.797.875.000,-.
4.3.2 Proyeksi Biaya Operasiaonal
Biaya Operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
meliputi biaya retribusi, pajak pendapatan, dan biaya penyusutan. Biaya variabel
meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya pemeliharaan.
Selanjutnya pada subab ini akan dibahas proyeksi biaya operasional PT. Borneo
Palm Plantation. Biaya variabel disini akan dibahas per kegiatan kerja.
Biaya operasional perkebunan kelapa sawit PT. Borneo Palm Plantation
diantaranya adalah biaya retribusi retribusi pemerintah daerah setempat. Retribusi
adalah pembayaran yang dilakukan untuk mendapatkan fasilitas tertentu yang
pada pembahasan kali ini adalah izin perkebunan kelapa sawit. Besarnya retribusi
pemerintah daerah diasumsikan yaitu Rp5,- per kilogram dari jumlah tandan buah
segar yang dipanen. Setiap tahun retribusi pemerintah daerah ini naik dan
berbanding lurus dengan kenaikan jumlah tandan buah segar yang dipanen.
Jumlah biaya retribusi pertahunnya dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.
66
Tabel 9. Biaya Retribusi Per Tahun Kebun Inti Jumlah Retribusi Pemda
Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
TBM-0 TBM-1 TBM-2 TBM-3 TM-1 TM-2 TM-3 TM-4 (Rp.000)
13.500 30.600 58.050 85.500 108.300 Jumlah Retribusi Pemda
Satuan 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
TM-5 TM-6 TM-7 TBM-8 TM-9 TM-10 TM-11 (Rp.000) 132.525 158.175 176.700 183.825 185.250 185.250 185.250
Biaya retribusi mulai dibayarkan setelah perkebunan kelapa sawit
menghasilkan inti kelapa sawit. Pembayaran retribusi pemerintah daerah setiap
tahunnya meningkat. Peningkatan biaya retribusi pemerintah daerah ini
berbanding lurus dengan peningkatan hasil produksi perkebunan kelapa sawit.
Pada perkebunan inti kelapa sawit PT. Borneo Palm Plantation biaya retribusi
yang dibayarkan kepada pemerintah daerah setempat ini berkisar antara Rp
13.500.000,- sampai dengan Rp 185.250.000,-. Biaya retribusi terendah yaitu pada
tahun 2014, hal ini terjadi karena pada tanaman belum menghasilkan tandan buah
segar sudah mulai berbuah dan dapat dipanen tetapi jumlah tandan yang
dihasilkan masih relatif rendah. Sedangkan biaya retribusi tetinggi yaitu pada
tahun 2023 sampai 2025, hal ini terjadi karena pada tanaman menghasilkan tahun
ke 9 sampai ke 11 jumlah tandan yang dihasilkan jumlahnya banyak dan rata-rata
jumlah tandan yang dihasilkan sama.
Tabel 10. Biaya Retribusi Per Tahun Kebun Plasma Jumlah Retribusi Pemda
Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
TBM-0 TBM-1 TBM-2 TBM-3 TM-1 TM-2 TM-3 TM-4 (Rp.000)
20.250 45.900 83.700 123.975 153.900 Jumlah Retribusi Pemda
Satuan 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
TM-5 TM-6 TM-7 TBM-8 TM-9 TM-10 TM-11 (Rp.000) 188.100 225.150 249.375 257.925 259.350 259.350 259.350
Pada perkebunan plasma kelapa sawit PT. Borneo Palm Plantation biaya
retribusi yang dibayarkan kepada pemerintah daerah setempat ini berkisar
67
antara Rp25.250.000,- sampai dengan Rp259.350.000,-. Biaya retribusi terendah
yaitu pada tahun 2014, hal ini terjadi karena pada tanaman belum menghasilkan
tandan buah segar sudah mulai berbuah dan dapat dipanen tetapi jumlah tandan
yang dihasilkan masih relatif rendah. Sedangkan biaya retribusi tetinggi yaitu
pada tahun 2023 sampai 2025, hal ini terjadi karena pada tanaman menghasilkan
tahun ke 9 sampai ke 11 jumlah tandan yang dihasilkan jumlahnya banyak dan
rata-rata jumlah tandan yang dihasilkan sama.
Biaya operasional selanjutnya adalah biaya pajak pendapatan dari
penghasilan penjualan hasil kelapa sawit. Pajak adalah iuran wajib yang
dibayarkan oleh perseorangan atau badan hukum wajib pajak sesuai dengan
norma-norma hukum tanpa balasan jasa secara langsung. Besarnya pajak yang
dibayarkan yaitu 25 persen dari pendapatan. Pajak yang dibayarkan setiap
tahunnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Biaya Pajak Per Tahun Kebun Inti
Jumlah Pajak
Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TBM-0 TBM-1 TBM-2 TBM-3 TM-1 TM-2 TM-3 (Rp.000)
875.765 914.535 - 627.315 162.849
Jumlah Pajak
Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 TM-4 TM-5 TM-6 TM-7 TBM-8 TM-9 TM-10
(Rp.000) 2.116.899 4.447.952 7.009.174 9.093.768 10.351.334 11.228.128 12.236.386
Jumlah Pajak
Satuan 2025
TM-11 (Rp.000) 13.382.465
Pembayaran biaya pajak sama hampir sama dengan retribusi yaitu mulai
dibayarkan setelah perkebunan kelapa sawit memiliki penghasilan dan usaha
kelapa sawitnya. Pembayaran pajak setiap tahunnya meningkat kecuali pada tahun
2016, hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut bunga masa pembangunan
harus dibayarkan sedangkan penghasilan yang didapat masih belum mencukupi.
68
Pada tahun berikutnya penghasilan sudah mulai meningkat sehingga pajak
penghasilannya pun meningkat dan begitu pun pada tahun-tahun selanjutnya.
Peningkatan pajak ini berbanding lurus dengan peghasilan dari perusahaan. Pada
perkebunan inti kelapa sawit PT. Borneo Palm Plantation pajak yang dibayarkan
berkisar antara Rp162.849.000,- sampai dengan Rp13.382.465.000,-.
Tabel 12. Biaya Pajak Per Tahun Kebun Plasma
Jumlah Pajak
Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
TBM-0 TBM-1 TBM-2 TBM-3 TM-1 TM-2 TM-3 (Rp.000)
1.313.648 2.215.552 2.405.234 4.143.281
Jumlah Pajak
Satuan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 TM-4 TM-5 TM-6 TM-7 TBM-8 TM-9 TM-10
(Rp.000) 6.494.533 9.718.786 13.357.913 15.981.459 17.373.762 18.250.555 19.476.554
Jumlah Pajak
Satuan 2025
TM-11 (Rp.000) 19.432.440
Hampir sama dengan pembayaran biaya pajak di perkebunan ini yang
mulai dibayarkan setelah perkebunan kelapa sawit memiliki penghasilan dan
usaha kelapa sawitnya. Pembayaran pajak setiap tahunnya meningkat sedikit
berbeda dengan perkebunan inti karena lahan plasma lebuh luas maka pada tahun
2016 tidak ada permasalahan untuk pembayaran pajaknya. Pada perkebunan
plasma kelapa sawit PT. Borneo Palm Plantation pajak yang dibayarkan berkisar
antara Rp1.313.648.000,- sampai dengan Rp19.432.440.000,-.
Biaya penyusutan disini terdiri dari depresiasi dan amortisasi. Depresiasi
adalah penyusutan dari pengeluaran harta berwujud (kecuali tanah berstatus hak
milik, hak guna bangunan, hak usaha dll.). penyusutan untuk pertama kali dimulai
pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam
proses pengerjaan. Pada perkebunan kelapa sawit ini penyusutan baru terjadi pada
69
tahun 2014 dan untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada Lampiran 35 untuk
perkebunan inti dan Lampiran 36 untuk perkebunan plasma.
Pada awal sub-bab ini telah dijelaskan bahwa biaya variabel untuk biaya
operasional ini akan dibahas per kegiatan. Dibawah ini akan dijelaskan biaya
pemeliharaan, sarana produksi, dan tenaga kerja sebagai biaya operasional
perkebunan kelapa sawit.
Pemeliharaan dihitung sesuai dengan jumlah lahan yang telah ditanami
kelapa sawit. Perusahaan berencana membuka lahan secara bertahap dengan 3
tahapan. Perkebunan inti berencana akan menanami lahan pada tahapan pertama
adalah sebesar 600 hektar yang ditanam pada tahun 2011 (TT 2011), tahapan
kedua adalah 600 hektar yang akan ditanam pada tahun 2012 (TT 2012), tahapan
ketiga adalah 300 hektar yang akan ditanam pada tahun 2013 (TT 2013).
Perkebunan plasma berencana akan menanami lahan pada tahapan pertama adalah
sebesar 900 hektar yang ditanam pada tahun 2011 (TT 2011), tahapan kedua
adalah 900 hektar yang akan ditanam pada tahun 2012 (TT 2012), tahapan ketiga
adalah 700 hektar yang akan ditanam pada tahun 2013 (TT 2013). Pada tabel 12
dapat dilihat biaya pemeliharaan kelapa sawit kebun inti dan kebun plasma PT.
Borneo Palm Plantation. Lebih rinci pemeliharaan kelapa sawit ini data dilihat
pada Lampiran 33 dan 34, sedangankan untuk lebih jelasnya lagi rincian
kebutuhan pemeliharaan kelapa sawit ini ada padal Lampiran 18 sampai 20.
70
Tabel 13. Proyeksi Biaya Pemeliharaan Kebun Inti dan Plasma (Rp.000,-) Tahun Biaya Inti Biaya Plasma
2015 3.059.400 4.589.100
2016 6.118.800 9.178.200
2017 8.004.300 13.281.200
2018 8.360.100 13.814.900
2019 8.538.000 14.230.000
2020 8.538.000 14.230.000
2021 8.538.000 14.230.000
2022 8.538.000 14.230.000
2023 8.538.000 14.230.000
2024 8.678.400 14.440.600
2025 8.818.800 14.651.200
Biaya pemeliharaan pada perkebunan inti dan plasma kelapa sawit pada
tahun 2015 didapat dari luas lahan TT 2011 dikalikan dengan biaya pemeliharaan
tanaman menghasilkan per hektar tahun pertama. Biaya pemeliharaan perkebunan
pada tahun 2016 adalah jumlah luas lahan TT 2011 dikalikan biaya pemelihraan
per hektar tahun kedua dan TT 2012 dikalikan dengan biaya pemeliharaan per
hektar tahun pertama. Biaya pemeliharaan perkebunan pada tahun 2017 didapat
dari jumlah luas lahan TT 2011 dikalikan biaya pemelihraan per hektar tahun
ketiga dan TT 2012 dikalikan dengan biaya pemeliharaan per hektar tahun kedua
dan TT 2013 dikalikan dengan biaya pemeliharaan per hektar tahun pertama,
untuk tahun selanjutnya perhitungan biaya pemeliharaan hampir sama dengan
tahun 2017 yang dihitung berdasarkan tahun tanam dan biayanya sesuai dengan
tahun pemeliharaan masing-masing tanaman. Terlihat peningkatan biaya dari
tahun 2015 sampai 2025, hal ini dikarenakan lahan yang dipelihara semakin
meningkat.
71
Proses pembukaan lahan belukar sampai dengan proses tanaman belum
menghasilkan telah di jelaskan pada sub-bab sebelumnya. Pemeliharaan tanaman
menghasilkan sendiri tidak jauh beda dengan pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan. Pada proses pemeliharaan tanaman ini juga panen sudah dapat
dilakukan. Pekerjaan panen kelapa sawit biasanya adalah pekerjaan potong buah.
Pekerjaan potong buah ini merupakan pekerjaan yang utama karena merupakan
sumber penghasilan dari perkebunan kelapa sawit tersebut melalui penjualan
minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Menurut Iyung Pahan (2011) persiapan
yang harus dilakukan sebelum melakukan panen adalah mempersiapkan kondisi
areal, menyediakan tenaga kerja untuk melakukan pemanenan, pembagian seksi
potong buah, dan penyediaan alat pekerjaan. Kondisi areal panen yang harus
diperhatikan, adalah perbaikan jalan, pembersihan piringan tanaman, pasar
tikus/rintis, dan rintis malang/tengah, pemasangan titi pasar tikus/rintis,
pembuatan tempat pengumpulan hasil. Penyediaan tenaga kerja akan disesuaikan
dengan kondisi tanaman yang dipanen nantinya. Penetapan seksi potong buah
dilakukan secara searah atau berlawanan arah jarum jam. Alat kerja untuk potong
buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Biaya panen
tandan buah segar diasumsikan sebesar Rp60,- per kilogramnya. Biaya
operasional selanjutnya adalah biaya pengangkutan panen. Setelah kelapa sawit
dipanen makan selanjutnya tandan buah segar tersebut dibawa ke tempat
pengumpulan hasil. Biaya angkut tersebut diasumsikan sebesar Rp50,- per
kilogramnya, untuk lebih rincinya jumlah biaya panen dan angkut dapat dilihat
72
pada Lampiran 33 untuk perkebunan inti dan Lampiran 34 untuk perkebunan
plasma.
Biaya sarana produksi yang diperlukan pada pembangunan perkebunan
kelapa sawit ini dibagi per kegiatan. Biaya ini diuraikan pada Tabel 13 dibawah
ini. Lebih rincinya biaya sarana produksi perkebunan kelapa sawit dapat dilihat
pada Lampiran 9 sampai dengan Lampiran 20.
Tabel 13. Biaya Sarana Produksi Kegiatan Biaya
Pembukaan Lahan belukar 4.585.000 Penanaman LCC 252.440 Pembibitan 114.616.500 Pembibitan main nursery 45.993.500 Penanaman kelapa sawit 3.345.202 Pemeliharaan TBM 1 2.703.823 Pemeliharaan TBM 2 4.035.667 Pemeliharaan TBM 3 4.069.480 Pemeliharaan TM 1-2 2.880.987 Pemeliharaan TM 3-9 3.804.020 Pemeliharaan TM > 10 4.367.568
Total 190.654.187
Biaya sarana produksi telah banyak di jelaskan pada sub-bab sebelumnya.
Sarana produksi untuk perkebunan kelapa sawit akan mempengaruhi optimalisasi
hasil perkebunan itu sendiri. Penggunaan sarana produksi yang memadai akan
mendukung produktivitas perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Pada tabel diatas
dapat kita ketauhi bahwa total dari biaya sarana produksi perkebunan kelapa sawit
proyeksinya adalah sebesar Rp190.654.187,- per hektar.
73
Tabel 14. Biaya Tenaga Kerja Kegiatan Biaya
Pembukaan Lahan belukar 1.518.000 Penanaman LCC 1.591.000 Perawatan 3.809.000 Pembibitan main nursery 14.541.000 Penanaman kelapa sawit 1.591.000 Pemeliharaan TBM 1 2.053.000 Pemeliharaan TBM 2 1.921.000 Pemeliharaan TBM 3 1.954.000 Pemeliharaan TM 1-2 2.218.000 Pemeliharaan TM 3-9 1.888.000 Pemeliharaan TM > 10 1.558.000
Total 34.642.000
Biaya tenaga kerja yang diperlukan pada pembangunan perkebunan kelapa
sawit ini dibagi per kegiatan. Biaya ini diuraikan pada Tabel 8 diatas. Kebutuhan
tenaga kerja lebih disini lebih ditekankan pada hari kerja karena perusahaan
memiliki target-terget khusus untuk pencapaian kerja untuk kemajuan PT. Borneo
Palm Plantation. Pada setiap pekerjaan di lapangan dibutuhkan 1 sampai 10 orang
tenaga kerja. Selanjutnya dihitung target kerja dari masing-masing pekrja,
sehingga didapat target selesainya pekerjaan. Pekerja disini mulai kerja dari jam
07.00 sampai sekitar jam 05.00 waktu setempat dengan upah per orangnya sekitar
Rp33.000,- dan untuk mandornya sekitar Rp40.000,- Lebih rincinya biaya tenaga
kerja perkebunan kelapa sawit ini dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai dengan
Lampiran 20.
Total biaya operasional kebun kelapa sawit ini setiap tahunnya berbeda.
Biaya operasional ini lebih rincinya dijelaskan pada biaya rekapitulasi rencana
kerja dan proyek yang dapat dilihat pada Lampiran 21 sampai 24. Total biaya
74
operasional perkebunan kelapa sawit inti dan plasma juga masing-masing
berbeda. Total biaya operasional ini untuk lebih ringkas dan mudah dapat di lihat
pada Lampiran 33 untuk perkebunan inti dan Lampiran 34 untuk perkebunan
plasma. Total biaya operasional keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 8.
4.3.3 Analisis Finansial
Kelayakan usaha perkebunan kelapa sawit dapat diketahui dengan
melakukan analisis financial dengan metode perhitungan NPV, IRR, dan Payback
Period. Hasil perhitungan kelayakan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat secara
rinci pada Lampiran 41. Secara garis besar kesimpulan hasil perhitungan analisis
finansial kelayakan kelapa sawit sampai tahun 2025 dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Analisis Kelayakan Finansial Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2025 1. Nilai Investasi Jumlah - Tanaman 4.000 Ha Rp. 99.650.925
- I D C (Bunga Masa Pembangunan)
Rp. 37.695.312
- PKS Rp. 45.000.000 Total Nilai Rp 137.346.237
2. Sumber Pembiayaan Investasi
a. Refinancing Bank 65 persen : Hutang Pokok Investasi
Rp. 64.773.101
IDC Rp. 37.695.312
Total Pinjaman bank
Rp. 102.468.413
b. Self Financing 35 persen : Untuk Investasi Rp. 34.877.824 IDC Rp. - Total Pinjaman Rp. 34.877.824
3. Tingkat Suku Bunga - Kredit Investasi
IDC (bunga masa pembangunan)
12 persen
Bunga Bank setelah IDC 12,00 persen
- Kredit Modal Kerja -
4. Analisa Finansial : Internal Rate of Return (IRR) 23,91 persen Net Present Value (Rp.000,-) Rp162.221.208
Payback Period 13 Tahun (termasuk Grace Period 5 Tahun)
75
Berdasarkan Tabel 15, nilai NPV yang didapatkan pada tingkat bunga
masa pembangunan sebesar 12 persen per tahun adalah sebesar Rp162.221.208,-.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa pada tingkat bunga masa pembangunan 12
persen nilai NPV>0, maka kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit ini
dinyatakan layak untuk diusahakan. Nilai IRR yang didapat sebesar 23,91 persen,
nilai tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku. Kemampuan untuk
pengembalian modal usaha perkebunan kelapa sawit ini adalah selama 13 tahun
sudah termasuk grace period 5 tahun. Grace period adalah kesempatan yang
diberikan oleh bank untuk tidak membayar pokok pijaman. Pada kasus ini grace
period diberikan di awal tahun karena kelapa sawit belum dapat menghasilkan
tandan buah segar.
4.3.4 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk dapat melihat sejauhmana tingkat
kepekaan perkebunan kelapa sawit terhadap kondisi diluar asumsi yang telah
dibuat pada saat perencanaan. Analisis ini dilakukan pada indikator terjadinya
kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen. Penetapan kenaikan biaya produksi
sebsar 20 persen dikarenakan pada data inflasi tahunan di Indonesia dalam satu
dekade terakhir tidak pernah melebihi dari 10 persen. Pada analisis ini semua
biaya variabel produksi dinakian sebesar 10 persen. Berdasarkan hasil analisis
sensitivitas yang dilakukan bila terjadi kenaikan produksi 10 persen, diberoleh
nilai NPV Rp. 156.645.326,- , nilai IRR adalah 23,49 persen dan Payback Period
(PP) adalah 13,3 tahun dan sudah termasuk didalamnya grace periode.
Berdasarkan hasil yang ditunjukan dapat diartikan bahwa dengan tingkat toleransi
76
kenaikan biaya produksi 10 persen maka perkebunan kelapa sawit tersebut masih
dikatakan layak karena sesuai dengan kriteria kelayakan analisis finansial, untuk
perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran .
4.4 Corporate Social Responsibility (CSR)
Kesempatan kerja dan berusaha bagi penduduk sekitar perkebunan selain
menggarap lahan pertanian melalui perkebunan dan pertanian pangan, juga
tersedia beberapa peluang kerja tetapi sifatnya tidak formal. Peluang kerja yang
sifatnya tidak formal ini seperti bekerja pada berbagai perusahaan ataupun
pekerjaan jasa lainnya. Kesempatan bekerja dan berusaha secara formal bisa
dikatakan hampir tidak ada.
Walaupun kesempatan bekerja pada perusahaan formal relatif sangat kecil,
namun dengan adanya kegiatan-kegiatan perusahaan atau usaha non-formal
seperti usaha pertambangan betubara dan perkebunan kelapa sawit telah mampu
membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar seperti usaha warung makan,
kios, ojek, dan berbagai usaha perdangan dan jasa lainnya.ojek dan angkutan
transportasi lainnya merupakan salah satu peluang kerja yang cukup berkembang
di setiap desa karena ojek dan angkutan mobil merupakan sarana transportasi yang
praktis dilingkungan desa maupun antar desa.
Kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit yang
rencananya akan dilakukan PT. Borneo Palm Plantation akan menyerap puluhan
tenaga kerja lokal minimal 60 persen berdasarkan kebutuhan tenaga kerja yang
diperlukan oleh perusahaan. Hal ini akan menambah terbukanya kesempatan kerja
77
dan kesempatan berbagai usaha ekonomis yang berkaitan dengan kegiatan
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit tersebut, yang seharusnya dapat
dimanfaatkan oleh orang-orang dari wilayah desa sekitar perkebunan. Penduduk
lokal yang ingin bekerja di perusahaan perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa
sawit PT. Borneo Palm Plantation ini tentunya harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh PT. Borneo Palm Plantation serta mampu bersaing dengan tenaga
kerja luar daerah.
Layaknya suatu perusahaan dapat dinilai dari seberapa mampu perusahaan
itu dapat berjalan secara sustainable atau berkelanjutan. Suatu perusahaan dapat
berjalan secara sustainable atau berkelanjutan apabila perusahaan tersebut mampu
mengelola perusahaan dengan menggunakan prinsip triple bottomline dengan
memperhatikan ekonomi, sosial dan juga lingkungan. PT. Borneo Palm
Plantation percaya akan pentingnya menjaga kesaimbangan antara kegiatan
operasional, lingkungan, dan masyarakat setempat. Selain bantuan dan partisipasi
perusahaan dalam program plasma atau kemitraan dengan petani setempat,
perusahaan juga ikut serta dalam sejumlah program kesejahteraan masyarakat
yang saat ini masih dalam tahap perencanaan untuk merealisasikan. Mereka
merasa berkewajiban untuk menjalankan program yang telah direncanakan setelah
mereka mendapatkan keuntungan yang selanjutnya dapat disisihkan untuk
melakukan program-program CSR yang telah dibuat. Program CSR yang telah
direncanakan akan dilakukan secara bertahap. Program ini akan mulai
pelaksanaanya pada tahun 2018 setelah perusahaan dirasa telah mendapatkan
keuntungan yang dapat sedikit disisihkan untuk program ini barulah
78
dipublikasikan kepada masyarakat dan dimusyawarahkan untuk selanjutnya dapat
dijalankan.
Pada perencanaan program yang akan mereka jalankan dapat terlihat
bahwa mereka mengutamakan keberlanjutan dalam segi ekonomi, sosial dan
lingkungan melalui program CSR. Berikut ini adalah beberapa program CSR yang
akan dijalankan dan telah digolongkan berdasarkan triple bottomline.
1. Ekonomi
1) Program kemitraan dengan program plasma yang selanjutnya akan
meningkatkan jumlah pendapatan petani plasma.
2) Efektifnya sistem perekonomian masyarakan dengan dibangunnya
koprasi yang akan menjembatani petani plasma dengan perusahaan.
2. Sosial
1) Mengurangi pengangguran masyarakat sekitar dengan melibatkan
masyarakat dalam pengelolaan perusahaan.
2) Bantuan renovasi rumah ibadah.
3) Beasiswa untuk anak berprestasi di daerah perkebunan.
4) Pelatihan kelompok kerja masyarakat dalam bidang pendukung
perkebunan kelapa sawit dan pendukung perekonomian bidang lainnya.
3. Lingkungan
1) Terkontrolnya sumber daya alam, ekologi, dan ekosistem dengan
mengikuti aturan-aturan amdal yang menjadi acuan keberlanjutan.
2) Pembangunan transportasi lintas daerah antara kecamatan karang bintang
dengan kecamatan kusan hulu.
79
3) Perbaikan sarana infrastruktur daerah sekitar perkebunan.
4) Melaksanakan kegiatan bebas limbah di areal perkebunan dan sekitarnya.
Ada beberapa konsep dasar dari CSR yang dapat dijadikan acuan program
sebuah perusahaan. Konsep Kotler dan Lee dapat kita analisis apakah perusahaan
ini mampu menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan layak dari segi sosial.
Berikut ini adalah 6 kosep yang dapat menjadi indikator sustainable perkebunan
kelapa sawit PT. Borneo Palm Plantation:
1. Cause Promotions
Berdasarkan literatur mengenai Cause Promotion perusahaan saat ini
belum mampu melakukan program kesadaran masyarakat terhadap
masalah sosial tertentu. Program Cause Promotion adalah program, seperti
kegiatan gerak jalan untuk masyarakat sebagai upaya peningkatan
kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kegiatan penghijauan juga
gerakan penanaan kembali hutan gundul sebagai upaya peningkatan
kesadaran masyarakat agar tidak menebang pohon sembarangan dan
bertanggung jawab untuk menanam kembali pohon yang telah ditebang.
Perusahaan pada saat pembuatan program belum melibatkan masyarakat,
sehingga perusahaan belum mengetahui apa masalah sosial yang bisa
ditangani dengan kampanye sosial untuk masyarakat sekitar. Dalam
kaitannya pada perencanaan program CSR yang telah dipaparkan
sebelumnya, perusahaan ini telah memasukan program ini ke dalam daftar
perencanaan program yang selanjutnya akan dilaksanakan secara bertahap,
tetapi terdapat beberapa kekurangan karena tidak melibatkan
80
masyarakatnya. Sebaiknya perusahaan melakukan pendekatan sosial
terlebih dahulu untuk mengetahui masalah sosial yang sedang berkembang
di masyarakat lalu dibuat programnya, sehingga program tepat sasaran.
2. Cause-Related Marketing
Program Cause-Related Marketing adalah program, seperti kegiatan
mengajak konsumen untuk membeli produk dimana sebagian keuntungan
akan didonasikan untuk mencegah masalah tertentu. Perusahaan belum
dapat melakukan program yang dibutuhkan dari pemberian donasi
langsung dari penjualan. Hal ini disebabkan karena perusahaan belum
melakukan transaksi jual beli, sehingga perusahaan belum bisa
menjalankan program dari donasi penjualan produk. Dalam program ini
pun belum ada pelibatan masyarakat dalam hal perencanaan.
3. Corporate Social Marketing
Program Corporate Social Marketing adalah program, seperti penyuluhan
upaya pengurangan penggunaan pestisida. Pada program ini perusahaan
belum melakukan pembangunan fasilitas atau perbaikan fasilitas yang
dibutuhkan masayrakat untuk pembangunan diri bagi masyarakat sekitar.
Perusahaan saat ini masih dalam tahap awal dalam pembangunan
perkebunan itu sendiri sehingga belum mampu melakukan program CSR
ini. Dalam kaitannya pada perencanaan program CSR yang telah
dipaparkan sebelumnya, perusahaan ini telah memasukan program ini ke
dalam daftar perencanaan program yang selanjutnya akan dilaksanakan
secara bertahap. Program ini belum bisa dijalankan oleh perusahaan dan
81
belum disosialisasikan kepada masyarakat sehingga belum ada keterlibatan
masyarakat didalamnya.
4. Corporate Philanthropy
Program Corporate Social Marketing adalah program pemberian
sumbangan-sumbangan secara langsung, seperti sumbangan pembangunan
tempat ibadah, sumbangan beasiswa kepada anak yang berprestasi di
sekitar perkebunan, memberikan bantuan berupa alat tulis kepada anak-
anak yang kurang mampu. Pada program ini perusahaan telah melakukan
salah satu program yang menjadi indikator pelaksanaan Corporate Social
Marketing dengan memberikan sumbangan kepada masyarakat yaitu
dengan pemberian dana amal untuk perbaikan masjid, tetapi keterlibatan
masyarakatnya belum dilibatkan seperti program-program lainnya.
Program ini dilaksanakan pada saat awal pembangunan perkebunan kelapa
sawit. Perusahaan melakukan program ini sebagai strategi agar mendapat
kepercayaan dari masyarakat daerah perkebunan. Pada kenyataannya
sebenarnya program ini adalah program yang paling tidak sustainable
karena membuat masyarakat bergantung pada dana amal pemberian dari
perusahaan.
5. Community Volunteering
Pada program ini perusahaan belum berencana mendorong para karyawan
untuk melakukan kegiatan sukarela bersama-sama untuk membantu
kegiatan sosial di daerah perkebunan. Program Community Volunteering
adalah program, seperti mengorganisir karyawan untuk terlibat langsung
82
dalam kegiatan CSR, memberikan dukungan dan informasi
penyelenggaraan CSR sesuai dengan minat dan keinginan karyawan,
memberikan waktu kepada karyawan untuk terlibat langsung dalam
kegiatan CSR, dan memberikan dana ditempat dimana karyawan
mengikuti kegiatan CSR. Perusahaan baru memiliki sedikit karyawan tetap
sehingga perusahaan masih harus konsen terhadap kegiatan internal
perusahaan itu sendiri demi berkembangnya perusahaan. Dalam kaitannya
pada perencanaan program CSR yang telah dipaparkan sebelumnya,
perusahaan ini telah memasukan program ini ke dalam daftar perencanaan
program yang selanjutnya akan dilaksanakan secara bertahap. Dalam
program ini karyawan belum terlibat langsung untuk mengetahui
kebutuhan dari masyarakat sendiri, sehingga pelibatan masyarakat pada
program ini pun belum ada.
6. Socially Responsible Business Practices
Pada program ini perusahaan belum mampu melaksanakan adopsi praktik
bisnis untuk memecahkan masalah tertentu yang sedang menjadi
fenomena, seperti contoh programnya yaitu, membuat penangkaran hewan
yang diangap hama, seperti harimau, orang utan atau babi hutan.
Perusahaan belum terfikir untuk melakukan program Socially Responsible
Business Practices, karena program ini belum termasuk ke dalam
perencanaan program CSR yang akan dilakukan oleh perusahaan.
Dalam melakukan CSR sendiri perusahaan belum melibatkan masyarakat.
Mereka baru melihat areal perkebunan saja yang layak untuk diperbantukan.
83
Masyarakat sekitar juga belum dilibatkan langsung dalam perencanaan CSR ini,
hal ini dikarenakan perusahaan tidak ingin masyarakat hanya terfokus pada
bantuan yang diberikan dan pada akhirnya akan mengganggu keberlanjutan
perusahaan. Program perencanaan tersebut akan dimusyawarahkan di balai
pertemuan setelah perusahaan dirasa telah bisa memenuhi dan bisa langsung
dilaksanakan setelah musyawarah selesai dengan pengawasan juga oleh
perusahaan nantinya. Keterlibatan masyarakat sekitar saat ini masih dalam tahap
pembudidayaan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit perusahaan saja. Dari
program-program di atas dapat diketahui bahwa hanya 1 perencanaan program
yang telah dibuat oleh perusahaan yang telah dilaksanakan.