bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Ngadirejo dan SD Negeri 2
Ngadirejo Gugus Merbabu Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Kelas
yang digunakan untuk penelitian adalah kelas 5 yang dibagi menjadi dua kelas
yaitu kelas 5 A untuk kelas eksperimen 1 dan kelas 5 B untuk kelas eksperimen 2.
Adapun jumlah siswa di SD Negeri Ngadirejo 1 berjumlah 67 siswa sedangkan
jumlah siswa di SD Negeri Ngadirejo 2 berjumlah 45 siswa. Penelitian ini
menggunakan beberapa jenis ntrumen yaitu instrumen tes dan instrumen
observasi. Pada instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini telah diujik
terlebih dahulu untuk mengetahui kevalidan dari soal intrumen tes. Hasil analisis
pengujian instrumen tes menggunakan program anates menunjukkan soal uji coba
terdapat 23 soal yang valid dari 35 soal. Dari 23 soal yang valid akan digunakan
20 soal sebagai instrumen tes dalam penelitian ini. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar sebagai variabel terikat, model
pembelajaran sebagai variabel bebas dan pretes sebagai variabel kovariat.
Pada bab IV ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
yang meliputi hasil penelitian pada implementasi pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Snowball Throwing sebagai kelompok eksperimen 1, hasil
penelitian pada implementasi pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Talking Stick sebagai kelompok eksperimen 2, deskripsi komparasi hasil
pengukuran, hasil uji beda penelitian, hasil uji hipotesis, hasil pembahasan dan
keterbatasan penelitian
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA menggunakan Model Snowball
Throwing sebagai Kelompok Eksperimen 1
Validitas adalah suatu hal yang krusial pada suatu penelitian, baik itu
validitas internal maupun eksternal. Keduanya harus dikontrol secara ketat untuk
menghasilkan suatu hasil yang valid. Kelompok eksperimen 1 maupun kelompok
eksperimen 2 adalah kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya, bukan
58
kelompok yang anggotanya ditentukan secara acak. Perlu adanya sebuah kontrol
yang dapat mengontrol validitas yang berasal dari kelompok-kelompok yang
sudah terbentuk sebelumnya itu atau validitas internal. Validitas internal pada
penelitian ini akan dikontrol dengan pretest. Pretest pada penelitian ini digunakan
sebagai variabel kovariat. Selain itu, instrumen tes yang digunakan juga perlu
diuji kevalidannya. Instrumen tes diuji kelayakan dan kevalidannya dengan diuji
cobakan terlebih dahulu di SD yang tidak digunakan untuk penelitian. Soal yang
tidak valid tidak akan digunakan pada penelitan sebenarnya.
Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing sebagai kelompok eksperimen 1 dilaksanakan pada tanggal 22, 23, 24
dan 26 Maret 2016 di kelas 5A di SD Negeri 1 Ngadirejo dan SD Negeri 2
Ngadirejo dengan jumlah responden 56 siswa. Pertemuan pembelajaran
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 2 x 35 menit.
Kelompok eksperimen 1 dengan mata pelajaran IPA mengambil standar
kompetensi tentang memahami perubahan yang terjadi dari alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam, kompetensi dasar
Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya.
Dalam penelitian eksperimen ini yang bertindak sebagai pelaku penelitian
adalah peneliti sendiri. Adapun yang bertindak sebagai observer adalah guru kelas
dari kelas yang menjadi objek eksperimen yaitu Endang Handayani dan Sri
Mawarti.
4.1.1.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mata Pelajaran IPA
A. Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016 di SD Negeri 1
Ngadirejo dan tanggal 24 Maret 2016 di SD Negeri 2 Ngadirejo. Pada pertemuan
pertama ini kehadiran siswa yang berangkat sesuai dengan jumlah presensi di
daftar hadir. Sebelum memulai pembelajaran peneliti mengajak siswa untuk
mengerjakan pretes, pretes dilaksanakan selama kurang lebih 15 menit. Untuk
menjaga agar siswa tidak saling mencontek, peneliti mengemukakan bahwa pretes
digunakan untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa itu sendiri. Selain
59
ditekankan untuk mengukur pengetahuan siswa peneliti juga berkeliling untuk
menjaga siswa agar tidak saling mencontek. Apabila ada siswa yang ketahuan
mencontek maka peneliti tidak segan-segan untuk menegurnya.
Pada pertemuan pertama ini sintak pembelajaran yang digunakan adalah
Tahap pertama adalah penyajian kelas adapun yang dilakukan antara lain peneliti
menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi yang akan diajarakan pada pertemuan
pertama selain itu untuk memancing pemahaman awal siswa peneliti memberikan
apersepsi, adapun siswa mendengarkan peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan antusias. Peneliti mendeskripsikan menjelaskan pentingnya
air, menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia yang
mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air.
Adapun siswa mendengarkan peneliti saat menjelaskan pentingnya air, proses
daur ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara
menghemat penggunaan air dengan tertarik. Pada tahap penyajian kelas ini
banyak siswa yang tidak malu untuk bertanya kepada peneliti apabila ada hal-hal
yang kurang dimengerti oleh siswa.
Tahap kedua adalah belajar kelompok dalam tahap ini kegiatan yang
dilakukan antara lain, peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara
heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar yang
sudah ada. Peneliti memberikan instruksi pada siswa untuk menunjuk salah satu
temannya sebagai ketua kelompok, siswa berdiskusi untuk menunjuk salah satu
anggota sebagai ketua kelompok. Setelah ketua kelompok sudah terbentuk,
peneliti memberi instruksi kepada ketua kelompok untuk maju kedepan kelas
untuk diberikan penjelasan tentang materi yang didapatkannya, sedangkan siswa
yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah mendapat instruksi dari peneliti
mengenai materi menjelaskan kembali kepada anggota kelompoknya.
Tahap ketiga adalah pembagian tugas, dalam tahap ini peneliti
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan
penjelasan peneliti mengenai materi yang akan dipelajari daur air. Peneliti
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi
60
daur air, sedangkan siswa mendapat kesempatan dari peneliti untuk membaca dan
mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah.
Pertemuan pertama pada model pembelajaran Snowball Throwing siswa
mengikuti pembelajaran dengan baik. Sebagian besar siswa memperhatikan
penjelasan dari peneliti walaupun ada beberapa anak yang kurang memperhatikan
proses pembelajaran. Pada saat pemapaparan materi siswa sangat tertarik dan
antusias untuk memperhatikan penjelasan mengenai daur air.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing (pertemuan pertama) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
Pertemuan pertama
1 Guru memberikan pretes √
2 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
3 Guru melakukan apersepsi untuk memancing
semangat siswa mengikuti KBM
√
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
5 Guru menjelaskan materi dengan video pembelajaran √
6 Guru meminta siswa untuk membuat urutan proses
daur air
√
7 Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi kegiatan
manusia yang berhubungan dengan daur air
√
8 Guru memberikan umpan balik √
9 Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi √
10 Guru menyimpulkan dan menjelaskan kembali
materi
√
11 Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan
motivasi untuk belajar dengan rajin
√
12 Doa akhir pelajaran √
61
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing (pertemuan pertama) di SD N 2 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
Pertemuan pertama
1 Guru memberikan pretes √
2 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
3 Guru melakukan apersepsi untuk memancing
semangat siswa mengikuti KBM
√
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
5 Guru menjelaskan materi dengan video pembelajaran √
6 Guru meminta siswa untuk membuat urutan proses
daur air
√
7 Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi kegiatan
manusia yang berhubungan dengan daur air
√
8 Guru memberikan umpan balik √
9 Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi √
10 Guru menyimpulkan dan menjelaskan kembali
materi
√
11 Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan
motivasi untuk belajar dengan rajin
√
12 Doa akhir pelajaran √
Tabel 4.3 Hasil Obserasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing (pertemuan pertama) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Peneliti Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
Pertemuan pertama
1 Siswa mengerjakan pretes √
2 Siswa berdoa dan absen √
3 Siswa melakukan apersepsi untuk memancing
semangatnya dalam mengikuti KBM
√
4 Siswa mendengarkan peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
5 Siswa mendengarkan peneliti menjelaskan materi
dengan video pembelajaran
√
6 Siswa membuat urutan proses daur air √
7 Siswa mengidentifikasi kegiatan manusia yang
berhubungan dengan daur air
√
62
8 Siswa mendengarkan peneliti ketika memberikan
umpan balik
√
9 Siswa melakukan refleksi √
10 Siswa mendengarkan dan mencatat saat peneliti
menyimpulkan dan menjelaskan kembali materi
√
11 Siswa mendengarkan peneliti saat motivasi untuk
belajar dengan rajin
√
12 Doa akhir pelajaran √
Tabel 4.4 Hasil Obserasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing (pertemuan pertama) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Siswa berdoa dan absen √
2 Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi
sebelumnya
√
3 Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
4 Siswa membuat kelompok secara heterogen terdiri
dari 4-6 anak
√
5 Siswa duduk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya
√
6 Siswa memilih salah satu temannya menjadi ketua
kelompok
√
7 Ketua kelompok menerima pembagian tugas atau
materi kelompok sesuai instruksi guru
√
8 Siswa mendengarkan guru ketika memberikan
umpan balik
√
9 Siswa melakukan refleksi √
10 Siswa memahami materi yang telah diberikan √
11 Siswa menulis pertanyaan menyangkut materi pada
selembar kertas yang diberikan guru
√
12 Siswa melempar bola pertanyaan kepada kelompok
lain
√
11 Siswa yangmendapat membacakan jawaban dari
pertanyaan yang tertulis dalam kertas secara
bergantian
√
12 Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan
bimbingan guru
√
13 Siswa mendapat soal posttest atau evaluasi √
63
14 Doa akhir pelajaran √
Untuk persiapan pembelajaran pada pertemuan kedua peneliti
mengingatkan siswa untuk belajar kembali materi yang telah disampaikan pada
pertemuan pertama. Peneliti tidak lupa memberikan arahan pada siswa cara
belajar dengan menggunakan model Snowball Throwing sehingga siswa pada
pertemuan kedua sudah siap menerima pembelajaran.
B. Pertemuan 2
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 23 Maret 2016 di SD Negeri 1
Ngadirejo dan tanggal 26 Maret 2016 di SD Negeri 2 Ngadirejo. Pada pertemuan
pertama ini kehadiran siswa yang berangkat sesuai dengan jumlah presensi di
daftar hadir. Pada pertemuan kedua ini sintak pembelajaran yang digunakan
dimulai dari tahap keempat yang merupakan tanya jawab, dalam tahap ini
sebelum tanya jawab antar kelompok dimulai peneliti memberikan arahan kepada
siswa untuk membuat bola dari kertas berisi satu buah pertanyaan yang nantinya
akan dilempar kepada kelompok yang lain. Setelah kelompok membuat bola dari
kertas, peneliti mengintruksi siswa untuk melempar bola pada siswa lain diluar
kelompoknya untuk menjawab pertanyaan, sedangkan siswa yang mendapatkan
bola dari kelompok yang melempar harus menjawab pertanyaan yang tertera
dalam bola kertas tersebut, apabila siswa yang mendapat lemparan bola tersebut
tidak dapat menjawab pertanyaan yang ada dalam kertas maka anggota
kelompoknya dapat membantu untuk menjawabnya. Kegiatan tanya jawab antar
kelompok ini dilakukan kurang lebih selama 15 menit sehingga setiap anak dapat
mendapat soal untuk mengasah pengetahuan mereka.
Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. Tahap ini peneliti
memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada
hari itu, siswa tidak lupa membuat rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran.
Peneliti memberi kesempatan bagi siswa untuk bertanya jika ada materi yang
kurang jelas, siswa melakukan tanya jawab pada peneliti mengenai materi yang
belum jelas. Peneliti menjawab pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat
penjelasan peneliti.
64
Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti memberikan lembar posttest kepada
siswa untuk mengukur pengetahuan siswa setelah diberikan materi tentang daur
air. Peneliti memberi penekanan kepada siswa bahwa tidak perlu mencontek buku
atau teman dan menekankan siswa untuk mengerjakan soal posttest sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Peneliti juga memberi penekanan kepada siswa
untuk mengerjakan soal posttest dengan bersungguh-sungguh. Untuk menjaga
agar siswa tidak saling mencontek, peneliti mengawasi siswa saat mengerjakan
posttest dengan berkeliling dan menegur siswa yang melakukan kecurangan
seperti mencontek pekerjaan teman atau bertanya kepada teman.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing (pertemuan kedua) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
2 Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi
sebelumnya
√
3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
4 Guru memberi kesempatan untuk membentuk
kelompok secara heterogen
√
5 Guru memanggil ketua kelompok untuk pembagian
tugas kelompok
√
6 Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
memahami materi
√
7 Guru memberi selembar kertas untuk menulis
pertanyaan menyangkut materi
√
8 Guru mengawasi dan memonitor kegiatan
pembelajaran
√
9 Guru emberikan kesempatan kepada siswa untuk
membacakan jawaban dari pertanyaan yang tertulis
dalam kertas secara bergantian
√
10 Guru memberikan penguatan selama proses
pembelajaran
√
11 Guru memberikan motivasi bagi siswa yang kurang
aktif
√
12 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan √
65
pembelajaran
13 Guru memberikan soal evaluasi atau posttest √
14 Guru mengakhiri pembelajaran √
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing (pertemuan kedua) di SD N 2 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
2 Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi
sebelumnya
√
3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
4 Guru memberi kesempatan untuk membentuk
kelompok secara heterogen
√
5 Guru memanggil ketua kelompok untuk pembagian
tugas kelompok
√
6 Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
memahami materi
√
7 Guru memberi selembar kertas untuk menulis
pertanyaan menyangkut materi
√
8 Guru mengawasi dan memonitor kegiatan
pembelajaran
√
9 Guru emberikan kesempatan kepada siswa untuk
membacakan jawaban dari pertanyaan yang tertulis
dalam kertas secara bergantian
√
10 Guru memberikan penguatan selama proses
pembelajaran
√
11 Guru memberikan motivasi bagi siswa yang kurang
aktif
√
12 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran
√
13 Guru memberikan soal evaluasi atau posttest √
14 Guru mengakhiri pembelajaran √
Tabel 4.7 Hasil Obserasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing(pertemuan kedua) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Peneliti Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Siswa berdoa dan absen √
66
2 Siswa bertanya jawab dengan peneliti tentang materi
sebelumnya
√
3 Siswa mendengarkan peneliti menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
4 Siswa membuat kelompok secara heterogen terdiri
dari 4-6 anak
√
5 Siswa duduk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya
√
6 Siswa memilih salah satu temannya menjadi ketua
kelompok
√
7 Ketua kelompok menerima pembagian tugas atau
materi kelompok sesuai instruksi peneliti
√
8 Siswa memahami materi yang telah diberikan √
9 Siswa mendengarkan penjelasan peneliti tentang
fungsi tongkat
√
10 Siswa yang memegang tongkat mendapat soal dari
peneliti
√
11 Siswa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan
√
12 Siswa mendengarkan penjelasan peneliti √
13 Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan
bimbingan peneliti
√
14 Siswa mendapat soal posttest atau evaluasi √
15 Doa akhir pelajaran √
Tabel 4.8 Hasil Obserasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Model Snowball Throwing (pertemuan kedua) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Siswa berdoa dan absen √
2 Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi
sebelumnya
√
3 Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
4 Siswa membuat kelompok secara heterogen terdiri
dari 4-6 anak
√
5 Siswa duduk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya
√
6 Siswa memilih salah satu temannya menjadi ketua
kelompok
√
7 Ketua kelompok menerima pembagian tugas atau √
67
materi kelompok sesuai instruksi guru
8 Siswa mendengarkan guru ketika memberikan
umpan balik
√
9 Siswa melakukan refleksi √
10 Siswa memahami materi yang telah diberikan √
11 Siswa menulis pertanyaan menyangkut materi pada
selembar kertas yang diberikan guru
√
12 Siswa melempar bola pertanyaan kepada kelompok
lain
√
11 Siswa yangmendapat membacakan jawaban dari
pertanyaan yang tertulis dalam kertas secara
bergantian
√
12 Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan
bimbingan guru
√
13 Siswa mendapat soal posttest atau evaluasi √
14 Doa akhir pelajaran √
4.1.1.2 Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Ngadirejo dan
SD Negeri 2 Ngadirejo kelas ekperimen 1
Tingkat hasil belajar ini berisi mengenai pemaparan statistik deskriptif dari
hasil pretest dan posttest yang terdiri dari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi
(max), nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan penyajiannya
dalam bentuk grafik.
Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen 1
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Nilai Pre-Test 56 25.00 75.00 49.82 11.637
Nilai Post-Test 56 30.00 90.00 67.05 11.976
Valid N
(listwise) 56
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan model
Snowball Throwing sebesar 49.82 dengan standar deviasi 11.976. Sedangkan
68
setelah diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Snowball
Throwing didapatkan nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 67.05
dengan standar deviasi 11.976. Hal lain yang tampak adalah nilai tertinggi yang
dicapai pada pretest adalah 75 dan nilai terendahnya adalah 25. Sedangkan pada
posttest nilai tertinggi yang berhasil dicapai adalah 90 dan nilai terendahnya
adalah 50. Jumlah siswa yang mengikuti pretest dan posttest ini sebanyak 30
siswa.
Karena jumlah data yang disajikan cukup banyak, maka data disusun
menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajiannya lebih efisien dan
komunikatif. Penyajian tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas interval
yang diperoleh dari selisih skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi jumlah
kelas. Dalam menentukan jumlah kelas, menggunakan rumus Sturges (Sugiyono,
2013:35) yaitu K= 1 + 3,3 log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah
banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka diperoleh K = 1+ 3,3 log 56
= 1+3,3.1,74= 6.76 atau dibulatkan menjadi 7. Sedangkan interval kelas
didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas
yaitu
9. Untuk melihat hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest
kelompok eksperimen 1 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen 1
No.
Kelas Kelas Interval
Nilai Pretest Nilai Posttest
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. 25-34 5 09.90% - -
2. 35-44 10 17.80% 1 01.80%
3. 45-54 18 32.10% 6 10.70%
4. 55-64 15 26.80% 12 21.50%
5. 65-74 7 12.50% 18 32.10%
6. 75-84 1 01.80% 13 23.20%
7 85-94 6 10.70%
Jumlah 56 100% 56 100%
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa pada nilai pretest terdapat 5
siswa yang mendapatkan nilai antara 25-34 dengan persentase 09.90%, 10 siswa
69
yang mendapatkan nilai antara 35-44 dengan persentase 17,80%, 18 siswa
mendapatkan nilai antara 45-54 dengan persentase 32,10%, 15 siswa
mendapatkan nilai antara 55-64 dengan persentase 26,80%, 7 siswa mendapatkan
mendapatkan nilai antara 65-74 dengan presentase 12,50% dan 1 siswa dengan
rentang nilai 75-84 dengan presentase 01,80%. Sedangkan pada nilai posttest
mengalami peningkatan yaitu tidak ada siswa yang mendapat nilai 35-44 dengan
persentase 01.80%. Kemudian yang mendapatkan nilai antara 45-54 sebanyak 6
siswa dengan persentase 10,70%, yang mendapatkan nilai antara 55-64 sebanyak
12 siswa dengan persentase 21,50%, yang mendapatkan nilai antara 65-74
sebanyak 18 siswa dengan persentase 32,10% , sebanyak 13 siswa mendapatkan
nilai antara 75-84 dengan persentase 23,20% yang mendapatnilai 85-94 sebanyak
6 siswa dengan presentase 10,70%. Untuk lebih memperjelas daftar distribusi
frekuensi nilai pretest dan posttest di atas maka disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut.
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen 1
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75-84 85-94
frek pre
frek pos
70
4.1.2 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA menggunakan Model Talking
Stick sebagai Kelompok Eksperimen 2
Validitas adalah suatu hal yang krusial pada suatu penelitian, baik itu
validitas internal maupun eksternal. Keduanya harus dikontrol secara ketat untuk
menghasilkan suatu hasil yang valid. Kelompok eksperimen 1 maupun kelompok
eksperimen 2 adalah kelompok yang sudah terbentuk sebelumnya, bukan
kelompok yang anggotanya ditentukan secara acak. Perlu adanya sebuah kontrol
yang dapat mengontrol validitas yang berasal dari kelompok-kelompok yang
sudah terbentuk sebelumnya itu atau validitas internal. Validitas internal pada
penelitian ini akan dikontrol dengan pretest. Pretest pada penelitian ini digunakan
sebagai variabel kovariat. Selain itu, instrumen tes yang digunakan juga perlu
diuji kevalidannya. Instrumen tes diuji kelayakan dan kevalidannya dengan diuji
cobakan terlebih dahulu di SD yang tidak digunakan untuk penelitian. Soal yang
tidak valid tidak akan digunakan pada penelitan sebenarnya.
Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Talking
Stick sebagai kelompok eksperimen 2 dilaksanakan pada tanggal 22, 23, 24 dan 26
Maret 2016 di kelas 5A di SD Negeri 1 Ngadirejo dan SD Negeri 2 Ngadirejo
dengan jumlah responden 52 siswa. Pertemuan pembelajaran dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 2 x 35 menit. Kelompok
eksperimen 2 dengan mata pelajaran IPA mengambil standar kompetensi tentang
memahami perubahan yang terjadi dari alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam, kompetensi dasar Mendeskripsikan proses daur
air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.
Dalam penelitian eksperimen ini yang bertindak sebagai pelaku penelitian
adalah peneliti sendiri. Adapun yang bertindak sebagai observer adalah peneliti
kelas dari kelas yang menjadi objek eksperimen yaitu Keminem dan Nuryanto.
4.1.2.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran Mata Pelajaran IPA
A. Pertemuan 1
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 22 Maret 2016 di SD Negeri 1
Ngadirejo dan tanggal 24 Maret 2016 di SD Negeri 2 Ngadirejo. Pada pertemuan
pertama ini kehadiran siswa yang berangkat sesuai dengan jumlah presensi di
71
daftar hadir. Sebelum memulai pembelajaran peneliti mengajak siswa untuk
mengerjakan pretes, pretes dilaksanakan selama kurang lebih 15 menit. Untuk
menjaga agar siswa tidak saling mencontek, peneliti mengemukakan bahwa pretes
digunakan untuk mengukur kemampuan pengetahuan siswa itu sendiri. Selain
ditekankan untuk mengukur pengetahuan siswa peneliti juga berkeliling untuk
menjaga siswa agar tidak saling mencontek. Apabila ada siswa yang ketahuan
mencontek maka peneliti tidak segan-segan untuk menegurnya.
Pada pertemuan pertama ini sintak pembelajaran yang digunakan adalah
Tahap pertama adalah penyampaian kompetensi yang dilakukan antara lain
peneliti menjelaskan Kompetensi Dasar dan materi yang akan disampaikan pada
petemuan pertama selain itu untuk memancing pemahaman awal siswa peneliti
memberikan apersepsi, adapun siswa mendengarkan peneliti menyampaikan
tujuan pembelajaran. Peneliti mendeskripsikan menjelaskan pentingnya air,
menjelaskan proses daur ulang air, menjelaskan kegiatan manusia yang
mempengaruhi daur air dan menjelaskan cara menghemat penggunaan air.
Adapun siswa mendengarkan peneliti saat menjelaskan pentingnya air, proses
daur ulang air, kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air dan cara
menghemat penggunaan air dengan antusias.
Tahap kedua adalah pembentukan kelompok dalam tahap ini kegiatan yang
dilakukan antara lain, peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara
heterogen sedangkan siswa berkelompok sesuai dengan kelompok belajar yang
sudah ada. Peneliti memberikan instruksi pada siswa untuk menunjuk salah satu
temannya sebagai ketua kelompok, siswa berdiskusi untuk menunjuk salah satu
anggota sebagai ketua kelompok. Setelah ketua kelompok sudah terbentuk,
peneliti memberi instruksi kepada ketua kelompok untuk maju kedepan kelas
untuk diberikan penjelasan tentang materi yang didapatkannya, sedangkan siswa
yang dipilih menjadi ketua kelompok setelah mendapat instruksi dari peneliti
mengenai materi menjelaskan kembali kepada anggota kelompoknya.
Tahap ketiga adalah penyajian materi, dalam tahap ini peneliti
menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, siswa mendengarkan
penjelasan peneliti mengenai materi yang akan dipelajari daur air. peneliti
72
memberi kesempatan kepada kelompok untuk membaca dan mempelajari materi
daur air, sedangkan siswa mendapat kesempatan dari peneliti untuk membaca dan
mempelajari materi dan siswa dapat berdiskusi menyelesaikan masalah.
Pertemuan pertama pada model pembelajaran Talking Stick siswa mengikuti
pembelajaran dengan baik. Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan dari
peneliti walaupun ada beberapa anak yang kurang memperhatikan proses
pembelajaran. Pada saat pemapaparan materi siswa sangat tertarik dan antusias
untuk memperhatikan penjelasan mengenai daur air.
Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Talking Stick (pertemuan pertama) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Talking Stick Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Guru memberikan pretes √
2 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
3 Guru melakukan apersepsi untuk memancing
semangat siswa mengikuti KBM
√
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
5 Guru menjelaskan materi dengan video pembelajaran √
6 Guru meminta siswa untuk membuat urutan proses
daur air
√
7 Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi kegiatan
manusia yang berhubungan dengan daur air
√
8 Guru memberikan umpan balik √
9 Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi √
10 Guru menyimpulkan dan menjelaskan kembali
materi
√
11 Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan
motivasi untuk belajar dengan rajin
√
12 Doa akhir pelajaran √
Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Talking Stick (pertemuan pertama) di SD N 2 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Talking Stick Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Guru memberikan pretes √
73
2 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
3 Guru melakukan apersepsi untuk memancing
semangat siswa mengikuti KBM
√
4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
5 Guru menjelaskan materi dengan video pembelajaran √
6 Guru meminta siswa untuk membuat urutan proses
daur air
√
7 Guru meminta siswa untuk mengidentifikasi kegiatan
manusia yang berhubungan dengan daur air
√
8 Guru memberikan umpan balik √
9 Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi √
10 Guru menyimpulkan dan menjelaskan kembali
materi
√
11 Guru mengakhiri pelajaran dengan memberikan
motivasi untuk belajar dengan rajin
√
12 Doa akhir pelajaran √
Tabel 4.13 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Model Talking Stick (pertemuan pertama) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
Pertemuan pertama
1 Siswa mengerjakan pretes √
2 Siswa berdoa dan absen √
3 Siswa melakukan apersepsi untuk memancing
semangatnya dalam mengikuti KBM
√
4 Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
5 Siswa mendengarkan guru menjelaskan materi
dengan video pembelajaran
√
6 Siswa membuat urutan proses daur air √
7 Siswa mengidentifikasi kegiatan manusia yang
berhubungan dengan daur air
√
8 Siswa mendengarkan guru ketika memberikan
umpan balik
√
9 Siswa melakukan refleksi √
10 Siswa mendengarkan dan mencatat saat guru
menyimpulkan dan menjelaskan kembali materi
√
11 Siswa mendengarkan guru saat motivasi untuk √
74
belajar dengan rajin
12 Doa akhir pelajaran √
Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Model Talking Stick (pertemuan pertama) di SD N 2 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Siswa mengerjakan pretes √
2 Siswa berdoa dan absen √
3 Siswa melakukan apersepsi untuk memancing
semangatnya dalam mengikuti KBM
√
4 Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
5 Siswa mendengarkan guru menjelaskan materi
dengan video pembelajaran
√
6 Siswa membuat urutan proses daur air √
7 Siswa mengidentifikasi kegiatan manusia yang
berhubungan dengan daur air
√
8 Siswa mendengarkan guru ketika memberikan
umpan balik
√
9 Siswa melakukan refleksi √
10 Siswa mendengarkan dan mencatat saat guru
menyimpulkan dan menjelaskan kembali materi
√
11 Siswa mendengarkan guru saat motivasi untuk
belajar dengan rajin
√
12 Doa akhir pelajaran √
Untuk persiapan pembelajaran pada pertemuan kedua peneliti tidak lupa
mengingatkan siswa untuk belajar kembali materi yang telah disampaikan pada
pertemuan pertama. Peneliti tidak lupa memberikan arahan pada siswa cara
belajar dengan menggunakan model Talking Stick sehingga siswa pada pertemuan
kedua sudah siap menerima pembelajaran.
B. Pertemuan 2
Pertemuan pertama dilakukan pada tanggal 23 Maret 2016 di SD Negeri 1
Ngadirejo dan tanggal 26 Maret 2016 di SD Negeri 2 Ngadirejo. Pada pertemuan
kedua ini kehadiran siswa yang berangkat sesuai dengan jumlah presensi di daftar
75
hadir. Pada pertemuan kedua ini sintak pembelajaran yang digunakan dimulai dari
tahap keempat yaitu penanaman konsep. Tahap ini sebelum memasuki penanaman
konsep peneliti menjelaskan kembali fungsi dan aturan main menggunakan
tongkat, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan peneliti mengenai aturan
main dan fungsi tongkat yang diperlihatkan peneliti. Peneliti memberikan tongkat
pada salah satu siswa setelah itu peneliti memberikan pertanyaan pada siswa yang
memegang tongkat. Adapun kegiatan yang dilakukan siswa yang mendapat
tongkat harus akan mendapat pertanyaan dari peneliti dan harus menjawab
pertanyaan tersebut, begitu seterusnya.
Tahap kelima adalah kesimpulan dan evaluasi. Tahap ini peneliti
memberikan kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan,
siswa membuat rangkuman dari hasil kegiatan pembelajaran. Peneliti bertanya
atau memberi kesempatan siswa jika ada materi yang kurang jelas, siswa
melakukan tanya jawab pada peneliti mengenai materi yang belum jelas. Peneliti
menjawab pertanyaan siswa, sedangkan siswa mencatat penjelasan peneliti.
Peneliti memberi penguatan dengan memberikan soal-soal, adapun siswa
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh peneliti sebagai penguatan.
Adapun soal-soal penguatan ini merupakan soal evaluasi atau posttest.
Proses evaluasi posttest hampir sama dengan pretes, siswa diberi waktu kurang
lebih 15 menit untuk mengerjakan soal.
Tabel 4.15 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Talking Stick (pertemuan kedua) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Talking Stick Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
2 Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi
sebelumnya
√
3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
4 Guru memberi kesempatan untuk membentuk
kelompok secara heterogen
√
5 Guru memanggil ketua kelompok untuk pembagian
tugas kelompok
√
6 Guru memberikan waktu kepada siswa untuk √
76
memahami materi
7 Guru menyiapkan tongkat √
8 Guru mengawasi dan memonitor kegiatan
pembelajaran
√
9 Guru memberikan soal pada siswa yang
mendapatkan tongkat
√
10 Guru memberikan penguatan selama proses
pembelajaran
√
11 Guru memberikan motivasi bagi siswa yang kurang
aktif
√
12 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran
√
13 Guru memberikan soal evaluasi atau posttest √
14 Guru mengakhiri pembelajaran √
Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktifitas Peneliti pada Pembelajaran IPA dengan
Model Talking Stick (pertemuan kedua) di SD N 2 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Talking Stick Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Guru membuka pelajaran dengan berdoa dan
presensi
√
2 Guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi
sebelumnya
√
3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran √
4 Guru memberi kesempatan untuk membentuk
kelompok secara heterogen
√
5 Guru memanggil ketua kelompok untuk pembagian
tugas kelompok
√
6 Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
memahami materi
√
7 Guru menyiapkan tongkat √
8 Guru mengawasi dan memonitor kegiatan
pembelajaran
√
9 Guru memberikan soal pada siswa yang
mendapatkan tongkat
√
10 Guru memberikan penguatan selama proses
pembelajaran
√
11 Guru memberikan motivasi bagi siswa yang kurang
aktif
√
77
12 Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran
√
13 Guru memberikan soal evaluasi atau posttest √
14 Guru mengakhiri pembelajaran √
Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA dengan
Model Talking Stick (pertemuan kedua) di SD N 1 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Siswa berdoa dan absen √
2 Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi
sebelumnya
√
3 Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
4 Siswa membuat kelompok secara heterogen terdiri
dari 4-6 anak
√
5 Siswa duduk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya
√
6 Siswa memilih salah satu temannya menjadi ketua
kelompok
√
7 Ketua kelompok menerima pembagian tugas atau
materi kelompok sesuai instruksi guru
√
8 Siswa memahami materi yang telah diberikan √
9 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang fungsi
tongkat
√
10 Siswa yang memegang tongkat mendapat soal dari
guru
√
11 Siswa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan
√
12 Siswa mendengarkan penjelasan guru √
13 Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan
bimbingan guru
√
14 Siswa mendapat soal posttest atau evaluasi √
15 Doa akhir pelajaran √
78
Tabel 4.18 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Pembelajaran IPA
dengan Model Talking Stick (pertemuan kedua) di SD N 2 Ngadirejo
No Kegiatan Guru Snowball Throwing Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Siswa berdoa dan absen √
2 Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi
sebelumnya
√
3 Siswa mendengarkan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
√
4 Siswa membuat kelompok secara heterogen terdiri
dari 4-6 anak
√
5 Siswa duduk berkelompok sesuai dengan
kelompoknya
√
6 Siswa memilih salah satu temannya menjadi ketua
kelompok
√
7 Ketua kelompok menerima pembagian tugas atau
materi kelompok sesuai instruksi guru
√
8 Siswa memahami materi yang telah diberikan √
9 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang fungsi
tongkat
√
10 Siswa yang memegang tongkat mendapat soal dari
guru
√
11 Siswa yang memegang tongkat wajib menjawab
pertanyaan
√
12 Siswa mendengarkan penjelasan guru √
13 Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan
bimbingan guru
√
14 Siswa mendapat soal posttest atau evaluasi √
15 Doa akhir pelajaran √
4.1.2.2 Tingkat Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Ngadirejo dan SD
Negeri 2 Ngadirejo pada Kelas Eksperimen 2
Tingkat hasil belajar ini berisi mengenai pemaparan statistik deskriptif dari
hasil pretest dan posttest yang terdiri dari rata-rata nilai (mean), nilai tertinggi
(max), nilai terendah (min), standar deviasi, distribusi frekuensi dan penyajiannya
dalam bentuk grafik.
79
Tabel 4.19 Statistik Deskriptif Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen 2
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Nilai Pre-Test 52 25.00 80.00 53.17 13.757
Nilai Post-Test 52 55.00 90.00 74.23 8.307
Valid N
(listwise) 52
Berdasarkan tabel 4.19 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen 2 (nilai pretest) sebelum proses pembelajaran dengan perlakuan
model Talking Stick sebesar 53.17 dengan standar deviasi 13.757. Sedangkan
setelah diberikan proses pembelajaran dengan perlakuan model Talking Stick
didapatkan nilai rata-rata (nilai posttest) meningkat menjadi 74.23 dengan standar
deviasi 8.307. Hal lain yang tampak adalah nilai tertinggi yang dicapai pada
pretest adalah 80 dan nilai terendahnya adalah 25. Sedangkan pada posttest nilai
tertinggi yang berhasil dicapai adalah 90 dan nilai terendahnya adalah 55. Jumlah
siswa yang mengikuti pretest dan posttest ini sebanyak 52 siswa.
Karena jumlah data yang disajikan cukup banyak, maka data disusun
menggunakan tabel distribusi frekuensi agar penyajiannya lebih efisien dan
komunikatif. Penyajian tabel distribusi frekuensi menggunakan kelas interval
yang diperoleh dari selisih skor maksimal dikurangi skor minimal dibagi jumlah
kelas. Dalam menentukan jumlah kelas, menggunakan rumus Sturges (Sugiyono,
2013: 35) yaitu K= 1 + 3,3 log n. K merupakan jumlah kelas dan n adalah
banyaknya data/siswa. Dengan rumus tersebut maka diperoleh K = 1+ 3,3 log
52= 1+3,3 .1,716= 6.66 atau dibulatkan menjadi 7. Sedangkan interval kelas
didapatkan dari hasil rentang (skor maksimal-skor minimal) dibagi jumlah kelas
yaitu
9. Untuk melihat hasil distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest
kelompok eksperimen 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
80
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen 2
No.
Kelas Kelas Interval
Nilai Pretest Nilai Posttest
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. 25-34 4 07.20% - -
2. 35-44 8 14.20% - -
3. 45-54 12 21.40% - -
4. 55-64 15 26.80% 5 08.90%
5. 65-74 8 14.20% 17 30.30%
6. 75-84 5 09.00% 20 35.70%
7 85-94 - - 10 17.90%
Jumlah 52 100% 52 100%
Dari tabel 4.20 di atas dapat diketahui bahwa pada nilai pretest terdapat 4
siswa yang mendapatkan nilai antara 25-34 dengan persentase 07.20%, 8 siswa
yang mendapatkan nilai antara 35-44 dengan persentase 14,20%, 12 siswa
mendapatkan nilai antara 45-54 dengan persentase 21,40%, 15 siswa
mendapatkan nilai antara 55-64 dengan persentase 26,80%, 8 siswa mendapatkan
mendapatkan nilai antara 65-74 dengan presentase 14,20% dan 5 siswa dengan
rentang nilai 75-84 dengan presentase 09,00%. Sedangkan pada nilai posttest
mengalami peningkatan yaitu yang mendapat nilai yang mendapatkan nilai antara
55-64 sebanyak 5 siswa dengan persentase 08,90%, yang mendapatkan nilai
antara 65-74 sebanyak 17 siswa dengan persentase 30,30% , sebanyak 20 siswa
mendapatkan nilai antara 75-84 dengan persentase 35,70% yang mendapat nilai
85-94 sebanyak 10 siswa dengan presentase 17,90%. Untuk lebih memperjelas
daftar distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest di atas maka disajikan dalam
bentuk grafik sebagai berikut.
81
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest
Kelompok Eksperimen 2
4.1.3 Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh rerata
untuk pretes dan posttest baik rata-rata kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen
2. Dibawah ini disajikan hasil perbandingan pretes dan posttest untuk kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dalam bentuk tabel dan grafik.
Tabel 4.21 Tabel Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Eksperimen 2
Tahap
pengukuran
Rerata skor (mean) kelompok Keterangan selisih
skor Eksperimen 1 Eksperimen 2
Pretes
Posttest
49,82
67,05
53,17
74,23
3.35
7.18
Dari tabel 4.21 diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata
tahap pengukuran awal yang ditunjukkan oleh adanya selisih skor antara
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 sebesar 3.35 dimana nilai
rata-rata kelompok eksperimen 2 lebih unggul. Sedangkan pada tahap pengukuran
akhir juga terdapat perbedaan nilai rata-rata yang ditunjukkan adanya selisih skor
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 7.18 dimana nilai
0
5
10
15
20
25
25-34 35-44 45-54 55-64 65-74 75-84 85-94
frek pre
frek pos
82
rata-rata kelompok eksperimen 2 lebih unggul. Secara ringkas deskripsi
komparasi hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.3 Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok
Eksperimen 1 dan Kelompok Eksperimen 2
4.1.4 Hasil Uji Perbedaan Rerata Hasil Belajar Menggunakan Snowball
Throwing dan Talking Stick
Dalam hasil uji beda penelitian ini dipaparkan mengenai teknik analisis
data yang digunakan yaitu uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat terdiri atas
uji normalitas dan homogenitas yang digunakan untuk mengetahui distribusi
kenormalan data dan tingkat kesetaraan dari data yang akan diuji Anakova (beda
rata-rata). Pengujian normalitas dan homogenitas data dianalisis dengan
menggunakan bantuan SPSS 16 for windows.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dengan bantuan SPSS
16 for windows yaitu dengan cara klik analyze-nonparametric tests-1 sample KS-
masukan variabel pada jendela variabel-klik normal pada test distribution-ok.
Pengujian normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan
data dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitas/signifikansi > 0,05.
Hasil dari uji normalitas data-data yang digunakan adalah sebagai berikut.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
PRE POS
EXP
EXP2
83
Tabel 4.22 Hasil uji Normalitas Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Eksperimen 2
Tests of Normality
model
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pretes ST .113 56 .071 .977 56 .343
TS .101 52 .200* .975 52 .347
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil pretes kelompok eksperimen 1
dan kelompok eksperimen 2 adalah 0,071 dan 0,200. Karena nilai
signifikan/probabilitas data tersebut .0,05`maka dapat disimpulkan bahwa
populasi hasil pretes kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
berdistribusi normal.
Setelah dilakukan pengjian normalitas terhadap data pretes kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, kemudian dilanjutkan dengan
pengujian normalitas data posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok
eksperimen 2. Berikut hasil uji normalitas data nilai posttest kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
84
Tabel 4.23 Hasil uji Normalitas Nilai Posttestt Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Eksperimen 2
Tests of Normality
model
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
posttest ST .102 56 .200* .973 56 .253
TS .118 52 .069 .959 52 .068
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil posttest kelompok eksperimen 1
dan kelompok eksperimen 2 adalah 0,200 dan 0,069. Karena nilai
signifikan/probabilitas data tersebut .0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
populasi hasil pretes kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2
berdistribusi normal.
Setelah syarat uji normalitas berupa distribusi kenormalan data terpenuhi,
kemudian dilanjutkan syarat kedua yaitu tentang homogenitas atau tingkat
kesetaraan data dengan melakukan uji homogenitas menggunakan Levene Test
dengan ketentuan apabila nilai probabilitas/signifikansi > 0.05 maka dapat
dikatakan bahwa populasi data memiliki varian yang sama atau dengan kata lain
data homogen. Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan
SPSS 20 for windows yang langkah-langkahnya adalah masukkan data-analyze-
descriptive statistic-explore-masukkan variabel X2 (nilai pretest) dan X3 (nilai
posttest) ke dependent list dan X1 ke factor-klik tombol plots hingga muncul
kotak dialog explore:plots-klik power estimation-continue-pada tombol display
pilih both-ok. Hasil dari uji homogenitas data kelompok eksperimen dan kontrol
adalah sebagai berikut.
85
Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelompok Eksperimen 1 dan
Kelompok Eksperimen 2
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
pretes Based on Mean 1.617 1 106 .206
Based on Median 1.361 1 106 .246
Based on Median and
with adjusted df 1.361 1 102.901 .246
Based on trimmed mean 1.616 1 106 .206
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil output test of
homogeneity of variance nilai pretest menunjukkan angka signifikansi yang ada
adalah untuk probabilitas based on mean = 0,206, untuk based on median = 0,246,
probabilitas based on median ang with adjusted df = 0,246 dan probabilitas based
on trimmed mean = 0,206. Sehingga dapat dikatakan bahwa data nilai pretest
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 memiliki varian yang sama
atau homogen, karena nilai probabilitas populasi data > 0,05.
Tabel 4.25 Hasil Uji Homogenitas Koefisien Regresi Linear
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
posttest Based on Mean 2.948 1 106 .089
Based on Median 2.862 1 106 .094
Based on Median and
with adjusted df 2.862 1 99.334 .094
Based on trimmed mean 2.964 1 106 .088
Sedangkan untuk nilai posttest menunjukkan bahwa angka signifikansi
yang diperoleh adalah untuk probabilitas based on mean = 0,089 , untuk based on
median = 0,094, probabilitas based on median ang with adjusted df = 0,094 dan
probabilitas based on trimmed mean = 0,088. Karena nilai probabilitas populasi
86
data > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data nilai posttest kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol SD Inti memiliki varian yang sama atau homogen.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi data nilai pretest-posttest kelompok
eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 memiliki varian yang sama atau
homogen.
Berdasarkan hasil dari uji normalitas yang menunjukkan bahwa persebaran
data posttest berdistribusi normal dan uji homogenitas yang menunjukkan bahwa
data posttest homogen, maka dengan demikian uji prasyarat telah terpenuhi
sehingga populasi data posttest tersebut dapat dikenakan untuk uji ancova (uji
beda rata-rata) sebagai acuan menguji hipotesis yaitu ada/tidak perbedaan rata-rata
nilai posttest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Di bawah ini disajikan hasil uji ancova (uji beda rata-rata) kelompok eksperimen
1 dan kelompok eksperimen 2.
Tabel 4.26 Hasil Uji Ancova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Variable:POSTTEST
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Partial
Eta
Squared
Corrected
Model 10891.901
a 2 5445.951 300.156 .000 .851
Intercept 6328.696 1 6328.696 348.809 .000 .769
PRETES 9502.981 1 9502.981 523.762 .000 .833
MODEL 579.930 1 579.930 31.963 .000 .233
Error 1905.089 105 18.144
Total 549725.000 108
Corrected Total 12796.991 107
a. R Squared = ,851 (Adjusted R Squared = ,848)
Ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar model
Snowball Throwing dan model Talking Stick dilihat dari empat sumber yaitu
87
corrected model, intercept, pretest, dan model pembelajaran. Corrected model
adalah parameter apakah pretest dan model pembelajaran secara simultan berbeda
dampaknya terhadap hasil belajar atau tidak. Intercept adalah nilai konstanta dari
ada tidaknya dampak pretest dan model pembelajaran. Pretest menunjukkan ada
tidaknya dampak terhadap hasil belajar. Model pembelajaran adalah yang paling
utama, ini menunjukkan ada tidaknya dampak yang berbeda dari model
pembelajaran terhadap hasil belajar. Jika signifikansi keempatnya < 0.05 maka
ada perbedaan yang signifikan. Hasil uji di atas menunjukkan bahwa keempat
sumber memiliki nilai signifikansi < 0.05, berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil belajar menggunakan model Snowball Throwing dan
Talking Stick
4.1.5 Hasil Uji Hipotesis
Hasil uji Anakova (uji beda rata-rata) terhadap nilai posttest kelompok
eksperimen 1 dan kelompok ekxperimen dapat dijadikan acuan untuk menguji
hipotesis. Hipotesis yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut.
1. H0: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan
model pembelajaran Snowball Throwing dan Talking Stick ditinjau dari hasil
belajar IPA siswa kelas 5 SD Gugus Merbabu Ngadirejo.
2. Ha: Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model
pembelajaran Snowball Throwing dan Talking Stick ditinjau dari hasil belajar
IPA siswa kelas 5 SD Gugus Merbabu Ngadirejo.
Berdasarkan uji anakova (uji beda rata-rata) yang telah dilakukan terhadap
nilai posttest kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, diperoleh hasil
uji yaitu nilai uji ancova sebesar 0.000. Karena angka signifikansi/probabilitas
menunjukkan nilainya < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yaitu terdapat
perbedaan hasil belajar yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran
Snowball Throwing dan Talking Stick ditinjau dari hasil belajar IPA siswa kelas 5
SD Gugus Merbabu Ngadirejo.
88
4.2 Pembahasan Penelitian
Uji keefektifan model hakikatnya adalah sebuah eksperimen untuk
menguji keampuhan model pembelajaran Snowball Throwing dan Talking Stick
dalam meningkatkan kompetensi hasil belajar siswa dibandingkan dengan model
lain. Dengan demikian pembahasan ini difokuskan pada rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu apakah ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada
peserta didik kelas 5 di Gugus Merbabu dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dengan tipe Talking Stick?
Menjawab rumusan masalah dari topik pembahasan mengenai hasil belajar
yang telah dilakukan dalam pembelajaran IPA siswa kelas 5 kelas eksperimen 1
dan kelas kelas eksperimen 2, diperoleh rata-rata tahap pengukuran awal pada
kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 49,82 dan 53,17. Sedangkan
tahap pengukuran akhir kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebesar 67,05
dan 74,23. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kedua model yang dipakai pada
kelas eksperimen 1 dan kelas ekperimen 2 dalam tahap akhir keduanya sama-
sama memberikan peningkatan hasil belajar.Akan tetapi perbedaan yang nampak
jelas telihat pada kelas eksperimen 2.
Distribusi frekuensi data yang tertera dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui
bahwa pada nilai pretest terdapat 5 siswa yang mendapatkan nilai antara 25-34
dengan persentase 09.90%, 10 siswa yang mendapatkan nilai antara 35-44 dengan
persentase 17,80%, 18 siswa mendapatkan nilai antara 45-54 dengan persentase
32,10%, 15 siswa mendapatkan nilai antara 55-64 dengan persentase 26,80%, 7
siswa mendapatkan mendapatkan nilai antara 65-74 dengan presentase 12,50%
dan 1 siswa dengan rentang nilai 75-84 dengan presentase 01,80%. Sedangkan
pada nilai posttest mengalami peningkatan yaitu tidak ada siswa yang mendapat
nilai 35-44 dengan persentase 01.80%. Kemudian yang mendapatkan nilai antara
45-54 sebanyak 6 siswa dengan persentase 10,70%, yang mendapatkan nilai
antara 55-64 sebanyak 12 siswa dengan persentase 21,50%, yang mendapatkan
nilai antara 65-74 sebanyak 18 siswa dengan persentase 32,10% , sebanyak 13
siswa mendapatkan nilai antara 75-84 dengan persentase 23,20% yang
mendapatnilai 85-94 sebanyak 6 siswa dengan presentase 10,70%. Dari 56 siswa
89
keseluruhan, hanya terdapat 4 siswa yang di atas KKM pada nilai pretest dan 25
siswa yang mendapat nilai posttest di atas KKM >69.
Dari tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa pada nilai pretest terdapat 4
siswa yang mendapatkan nilai antara 25-34 dengan persentase 07.20%, 8 siswa
yang mendapatkan nilai antara 35-44 dengan persentase 14,20%, 12 siswa
mendapatkan nilai antara 45-54 dengan persentase 21,40%, 15 siswa
mendapatkan nilai antara 55-64 dengan persentase 26,80%, 8 siswa mendapatkan
mendapatkan nilai antara 65-74 dengan presentase 14,20% dan 5 siswa dengan
rentang nilai 75-84 dengan presentase 09,00%. Sedangkan pada nilai posttest
mengalami peningkatan yaitu yang mendapat nilai yang mendapatkan nilai antara
55-64 sebanyak 5 siswa dengan persentase 08,90%, yang mendapatkan nilai
antara 65-74 sebanyak 17 siswa dengan persentase 30,30% , sebanyak 20 siswa
mendapatkan nilai antara 75-84 dengan persentase 35,70% yang mendapat nilai
85-94 sebanyak 10 siswa dengan presentase 17,90%. Dari keseluruhan siswa yang
berjumlah 52 siswa yang mencapai KKM >69 pada nilai posttest di atas KKM ada
40 siswa.
Keampuhan kedua model pembelajaran yaitu Talking Stick dan Snowball
Throwing yang memberikan pengaruh positif terhadap kenaikan hasil belajar
siswa. Model Snowball Throwing memiliki sintak yang hampir sama dengan
Talking Stick. Adapun sintak yang digunakan dalam Snowball Throwing adalah
penyajian kelas, belajar kelompok, pembagian tugas, tanya jawab dan kesimpulan
dan evaluasi. Dalam sintak model Snowball Throwing dalam sintak keempat yaitu
tanya jawab, dalam sintak ini siswa diajak membuat soal dalam kelompok dan
setelah soal dibuat soal ini dilemparkan kepada kelompok lain untuk dijawab
begitu seterusnya. Pada sintak keempat ini pemahaman konsep benar-benar
ditekankan sehingga anak lebih memahami materi.
Model Talking Stick tidak kalah ampuh untuk meningkatkan hasil belajar
IPA, sintak yang digunakan penyampaian kompetensi, pembentukan kelompok,
penyajian materi, penanaman konsep, dan kesimpulan dan evaluasi. Dalam model
Talking Stick sintak keempat yaitu penanaman konsep siswa diajak untuk
90
mengekplorasi pengetahuan mereka dengan diberi pertanyaan-pertanyaan dari
guru yang dijawab dalam kelompok.
Hasil analisis persyaratan kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen 1
dan eksperimen 2 homogen karena nilai posttest hasil belajar adalah 0,206 > 0,05.
Sedangkan uji normalitas untuk posttest hasil belajar kelompok eksperimen 1
adalah 0,200>0,05 dan posttest hasil belajar kelompok eksperimen 2 adalah
0,069>0,05. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai posttest hasil belajar
kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 berdistribusi normal.
Berdasarkan uji beda nilai posttest kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing danmodel pembelajaran Talking Stick menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar pada pembelajaran IPA. Hal ini
ditinjau dari uji ancova hasil belajar siswa mempunyai nilai probabilitas
signifikansi 0,021>0,05 yang artinya bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, jadi tidak
terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan model Snowball Throwing dan
Talking Stick terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 pada kelas eksperimen 1
dan kelas eksperimen 2.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pramukantaro (2013) menunjukkan bahwa terdapat hasil yang cukup signifikan
dari perpaduan model pembelajaraan kooperatif tipe Talking Stick dengan
Snowball Throwing. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata hasil pretest sebesar
52,7406 dan rata-rata hasil posttes sebesar 77,984. Berdasarkan hal tersebut hasil
belajar siswa menunjukkan peningkatan yang signifikas sebesar 25,24375. Jadi
dapat disimpulkan bawa hasil belajar setelah menggunakan perpaduan model
Snowball Throwing dan Talking Stick lebih baik dari hasil belajar sebelum
menggunakan perbaduan dua model tersebut.
Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Riris Arianti (2013)
menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Talking Stick dan Snowball
Throwing dapat meningkatkan pemahaman pembelajaran peserta didik. Hal ini
dibuktikan dengan adanya peningkatan daya serap terhadap bahan pengajaran,
pemahaman peserta didik dalam diskusi kelas dan diskusi kelompok, serta peserta
91
didik benar dalam membuat pertanyaan dan menyelesaikan soal tes dari guru.
Pada pra tindakan persentase peserta didik yang memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) sebesar 28% (11 peserta didik) dan peserta didik yang belum
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 32,14% (9 peserta
didik) dan peserta didik yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) sebesar 67,86% (19 peserta didik).
Penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Herawati dan
Zulkarnain (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata- rata prestasi
belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick lebih
tinggi dari rata-rata prestasi belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ratna Danar Sari, Satrijo
Budi Wibowo, Juli Murwani penelitian mereka menyatakan bahwa ada perbedaan
prestasi belajar peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Snowball Throwing dengan tipe Talking Stick. Penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing lebih sesuai dari pada
penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick dalam
peningkatan prestasi belajar peserta didik, karena adanya peningkatan keaktifan
belajar peserta didik dari segi kerjasama, bertanya dan menjawab pertanyaan dan
juga adanya peningkatan prestasi hasil belajar dengan model pembelajaran baik
dengan teknik tanya jawab berpasangan maupun dengan diskusi kelompok.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ira Ratnasari (2014)
menunjukkan terjadi perbedaan posttest hasil belajar matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diperoleh rata-rata 84,93
sedangkan hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Talking Stick diperoleh rata-rata 70,00.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Danik Risnawati
Wijiastuti (2014) menyatakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick lebih baik dibandingkan hasil belajar dengan menggunkan Snowball
Throwing. Hal ini terlihat berdasarkan nilai rata-rata posttes kelas eksperimen
yaitu 81,454 dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 70,818 maka menunjukkan
92
bahwa hasil belajar yang menggunakan metode Talking Stick lebih baik
dibandingkan hasil belajar dengan menggunakan metode Snowball Throwing.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Dewi Yuni Akhiriyah
(2011) menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Snowball
Throwing kualitas pembelajarannya semakin meningkat. Hal tersebut dapat
diketahui dengan melihat hasil aktivitas belajar siswa. Untuk siklus 1 rata-rata
aktivitas siswa adalah 3,0 dengan kriteria baik, siklus 2 diperoleh aktivitas siswa
3,53 dengan kriteria sangat baik dan pada siklus 3 adalah 3,56 dengan kriteria
sangat baik. Jadi ada peningkatan aktivitas belajar dari siklus 1 sampai siklus 3.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Monna Sisca
Eka Wati, Erman Har, Wince Hendri (2013) menyatakan bahwa dengan
menerapkan model pembelajaran Talking Stick hasil pembelajaran lebih tinggi
dari pada yang tidak menerapkan model pembelajaran Talking Stick. Nilai rata-
rata pada kelas eksperimen lebih tinggi yaitu rata-rata 69,06 dari pada kelas
kontrol yaitu 59,64.
Penelitan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haji
Wirahana menyatakan bahwa model kooperatif learning tipe Talking Stick dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Terbukti dengan adanya
peningkatan pada siklus 1 dan siklus nilai rata-rata aktivitas belajar yaitu dengan
peningkatan 20,13. Adapun hasil belajar siswa pada siklus 1 hingga siklus 2
mengalami peningkatan sebesar 55,55.
Pemaparan hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan nilai awal dan akhir penggunaan model pembelajaran Snowball
Throwing dan model pembelajaran Talking Stick dalam pencapaian hasil belajar
IPA siswa kelas 4 SD Gugus Merbabu Kecamatan Ngadirejo dan terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil akhir kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2.
93
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan di SD Gugus Merbabu Kecamatan Ngadirejo
berjalan dengan lancar. Meskipun demikian, peneliti mengalami beberapa kendala
selama proses penelitian berlangsung. Adapun yang menjadi kendala dalam
penelitian ini diantaranya kurangnya alat bantu daur air sehingga peneliti hanya
memaparkan lewat video dan powerpoint saja. Sampel yang digunakan juga
terbatas 1 SD inti dan 1 SD impas, dikarenakan keterbatasan waktu yang
digunakan dalam penelitian ini sehingga hanya dua sekolah yang digunakan.
Selain alat bantu dan sampel, penelitian ini hanya meneliti hasil belajar pada
ranah kognitif.