bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum SDN Dadapayam 02
Jumlah murid di SD ini ada 117 siswa. Penelitian ini dilakukan di SDN
Dadapayam 02 Kecamatan Suruh semester II tahun pelajaran 2012/2013 dengan
subyek penelitian kelas 5 dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang. SDN
Dadapayam 02 Kecamatan Suruh terletak di Desa Dadapayam Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang. Dengan letaknya yang jauh dari jalan raya menjadikan
SDN Dadapayam 02 ini memiliki suasana yang tenang dan nyaman sehingga
cocok untuk dijadikan tempat belajar.
Fasilitas pembelajaran di SDN Dadapayam 02 masih terbatas, yakni masih
kurangnya alat peraga, masih kurangnya laboratorium baik multimedia maupun
ilmu pengetahuan. Buku paket di SD ini cukup menunjang untuk sarana belajar
siswa dan terdapat juga buku-buku lain yang dapat dijadikan sumber bacaan bagi
siswa yang tersedia di perpustakaan.
Adapun tenaga mengajar di SDN Dadapayam 02 terdiri dari guru kelas
dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan setiap kelas diampu oleh 1 guru, 1 guru
olahraga, 1 guru agama, dan 1 guru Bahasa Inggris.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas
dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas 5 SDN
Dadapayam 02 yang berjumlah 24 siswa pada mata pelajaran IPA, terlihat bahwa
hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi siswa
pada mata pelajaran IPA yang telah dilakukan, dimana sebagian besar peserta
didik memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan ( 65).
32
Gambar 3
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
Perbandingan siswa yang mencapai KKM adalah 9 siswa atau 37.5% dan
siswa yang belum mencapai KKM berjumlah 15 siswa atau 62.5%. Nilai rata-rata
yang diperoleh kelas adalah 60,62, dengan perolehan nilai terendah yaitu 50 dan
tertinggi 70.
Mengacu pada KKM 65, maka persentase keseluruhan siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan maupun belum tuntas belajar, disajikan pada tabel
berikut ini:
Tabel 4
Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan
Keterangan Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 < 65 15 62.5 Belum tuntas
2 ≥ 65 9 37.5 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 60,62
Nilai tertinggi 70
Nilai terendah 50
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Dadapayam 02
sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai
kurang dari Kriteria ketuntasan minimal yaitu (KKM = 65) sebanyak 15 siswa
atau 62.5% dari total keseluruhan siswa; sedangkan siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal sebanyak 9 siswa atau 37.5% dari total seluruh siswa.
Berpatokan pada data hasil belajar awal atau data hasil belajar sebelum
dilakukan tindakan, penulis melakukan sebuah penelitian tindakan kelas (PTK)
Belum Tuntas
Tuntas
33
sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Dalam penelitian di SDN Dadapayam 02, penulis akan menggunakan model
pembelajaran mind mapping. Penelitian ini akan dilakukan dalam dua siklus,
dimana tiap siklus akan dilakukan dua pertemuan.
4.2.2. Deskripsi Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan tindakan, ada beberapa langkah yang
dilakukan oleh penulis, antara lain:
1) Memeriksa RPP yang telah disusun, sambil mencermati
kembali setiap butir yang direncakan akan dilaksanakan pada
pelaksanaan tindakan.
2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan
digunakan.
3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat
pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah disepakati
dengan guru yang mendampingi sebagai observer.
b. Pelaksanaan Tindakan
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
pengajar bersama observer menyepakati untuk melakukan kegiatan
pembelajaran yang terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi
beberapa kegiatan seperti yang telah didesain dalam rencana
pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam,
berdoa, mengabsen, dan melakukan apersepsi. Kegiatan
apersepsi yang dilakukan untuk memancing minat belajar
siswa tentang materi yang akan dajarkan.
34
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan oleh pengajar adalah
menjelaskan materi pembelajaran yaitu tentang jenis – jenis
batuan, siswa diminta untuk mendiskusikan tentang macam –
macam batuan. Setelah selesai berdiskusi perwakilan siswa
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, guru mencatat
hal – hal penting yang diungkapkan dalam presentasi. Dari
kata – kata penting atau kata – kata kunci yang ditulis oleh
guru siswa diminta menyusun Mind Mapping sesuai dengan
materi dengan bimbingan guru.
Persoalan muncul ketika siswa diminta untuk mulai
melakukan pembelajaran dengan model Mind Mapping.
Suasana menjadi agak ribut, karena masih banyak siswa belum
memahami dengan benar bagaimana menggunakan model
mind mapping, sehingga kelas menjadi gaduh karena siswa
saling bertanya kepada temannya bagaimana memulai sebuah
ide dengan kata kunci tertentu. Untuk mengendalikan suasana
agar tidak terlalu ribut, pengajar meminta siswa untuk
menanyakan apa yang belum dipahami. Pengajar kemudian
mendampingi para siswa, memperhatikan cara kerja mereka
dengan menggunakan model mind mapping, sambil
memberikan stimulus yang dapat memicu pengetahuan-
pengetahuan siswa terkait dengan materi.
3) Kegiatan penutup
Pengajar bersama-sama dengan siswa mengambil
kesimpulan tentang materi yang ditelah dipelajari dengan
menggunakan model mind mapping, sekaligus memberikan
kesempatan kepada siswa yang masih belum memahami materi
pelajaran yang diberikan, guru memberikan pesan kepada
siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut di rumah, karena
masih akan dilakukan lagi pertemuan berikutnya.
35
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa,
mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi dengan
mengulang materi sebelumnya.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini, yang dilakukan oleh
penulis hampir sama dengan langkah – langkah pertemuan
pertama dengan perbedaaan materi yaitu tentang pelapukan
batuan. Pengajar mendampingi selama siswa melakukan
pemetaan materi tersebut, sambil membantu siswa mengaitkan
materi tersebut dengan pengetahuan – pengetahuan yang telah
didapatkan sebelum – sebelumnya untuk mempermudah
mengembangkan konsep-konsep. Pada pertemuan kedua ini,
siswa sudah lebih tenang, dimana masing – masing sudah lebih
fokus untuk mengerjakan bagiannya sendiri-sendiri.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan penutup pengajar memberi kesempatan
kepada siswa untuk bertanya, pengajar juga memberikan
kesimpulan daripenyampaian materi. Memberi soal evaluasi
untuk mengukur keberhasilan ketercapaian tujuan
pembelajaran, dan memberi motivasi kepaada siswa untuk
tetap rajin belajar.
c. Observasi
Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan
menggunakan lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada
kegiatan guru pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi
digunakan sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana
tindakan pada pertemuan berikutnya.
36
Berdasarkan data hasil lembar observasi aktivitas guru (terlampir)
yang dilakukan oleh observer disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 5
Rekapitulasi Skor Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I
NO PERTEMUAN SKOR JUMLAH
TOTAL 1 2 3 4
1 Pertemuan I - 3 15 15 111
2 Pertemuan II - 2 11 20 117
Catatan:
Skor maksimal = 132
Sesuai dengan tabel 5 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
jumlah total skor lembar observasi aktivitas guru yang menandakan bahwa
proses perbaikan mengajar berhasil dilakukan.
Observasi atau pengamatan juga dilakukan kepada siswa ketika
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data yang didapat dari
lembar observasi aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 6
Rekapitulasi Skor Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
NO PERTEMUAN SKOR JUMLAH
TOTAL 1 2 3 4
1 Pertemuan I - 5 7 11 75
2 Pertemuan II - 2 4 17 84
Catatan:
Skor maksimal = 92
d. Deskripsi Hasil Belajar Siklus I
Hasil prestasi belajar siswa pada siklus I yang diperoleh setelah
proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model mind mapping
kelas 5 SDN Dadapayam 02, adalah sebanyak 12 siswa atau 50%
sedangkan siswa yang belum mencapai kentuntasan belajar sebanyak 12
siswa atau 50%. Pada kondisi awal, diketahui bahwa ada 15 siswa atau
62% dari total siswa yang memperoleh nilai di bawah 65. Kondisi ini
37
berubah setelah diberikan tindakan pada siklus I. Siswa yang mendapatkan
nilai pada rentang 50 – 54, 60 – 64 dan 65 – 69 berjumlah 12 siswa. Nilai
rata-rata siswa meningkat dari awal sebelum tindakan yaitu 60.62 menjadi
63.95 pada siklus I. Nilai terendah dicapai dengan nilai 50 dan nilai
tertinggi adalah 70.
Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SDN Dadapayam 02,
sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai
kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 15 siswa atau 62.5%;
sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 9 siswa
dengan persentase 37.5%. Kondisi ini berubah setelah dilaksanakan
tindakan pada siklus I, dimana siswa yang berhasil lulus KKM meningkat
dan yang sudah berhasil berimbang yaitu masing – masing sebanyak 12
siswa atau 50%.
Tabel 7
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No Nilai Setelah Tindakan
Keterangan Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 < 65 12 50 Belum tuntas
2 ≥ 65 12 50 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 63.95
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 55
Berikut ini disajikan dalam bentuk diagram lingkaran persentase
ketuntasan siswa berdasarkan data tabel 7 yang menggambarkan hasil dari
tindakan siklus I:
38
Gambar 4
Persentase Ketuntasan Siswa Siklus I
e. Refleksi
Walaupun secara langsung meningkatkan hasil belajar IPA siswa
SDN Dadapayam 02, namun pelaksanaan siklus I masih jauh dari kata
sempurna karena hanya mampu meningkatkan ketuntasan menjadi 50%
yang berarti hanya 12 anak yang mampu tuntas. Hasil diskusi dengan
observer memberi gambaran kekurangan – kekurangan yang masih
dialami pada pelaksanaan siklus I.
Hasil refleksi siklus I pertemuan 1 :
1. Suasana kelas yang masih gaduh saat siswa diminta untuk
menyusun mind mapping.
2. Pengajar harus membimbing satu persatu langkah – langkah
pembelajaran mind mappig, karena siswa baru pertama kali
mendapatkan pengajaran dengan model pembelajaran mind
mapping.
Hasil refleksi siklus I pertemuan 2 :
1. Saat berdiskusi belum semua siswa berperan aktif.
Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran mind mapping dapat menigkatkan hasil
belajar IPA siswa SDN Dadapayam 02 sebesar 12.5% pada siklus I.
Berdasarkan kekurangan – kekurangan yang terurai akan diperbaiki pada
siklus II dengan cara:
39
1. Membimbing siswa secara perlahan dan membantu siswa
mengeksplor konsep – konsep yang mereka ketahui untuk
kemudian dikembangkan pada mind mapping yang sesuai
dengan materi.
2. Memberi penguatan tentang konsep mind mapping agar tidak
terjadi miss konsepsi tentang mind mapping.
3. Mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan tanya jawab
maupun diskusi kelas.
4.2.3. Deskripsi Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Bersama-sama observer penulis yang berperan sebagai pengajar
merevisi RPP dan menyiapkan kembali skenario tindakan yang akan
dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil
diskusi dengan observer dan refleksi siklus I maka penulis selaku pengajar
melakukan upaya perbaikan pembelajaran sesuai dengan masalah –
masalah yang ditemui pada siklus I.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa,
mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Apersepsi
menggunakan benda riil yang ada disekitar sekolah agar anak
mudah menangkap makna apersepsi tersebut.
2) Kegiatan inti
Melalui diskusi kelompokkecil 2 – 3 siswa, siswa dituntut
untuk menjawab permasalahan yang disajikan oleh pengajar.
Setelah selesai berdiskusi perwakilan beberapa
kelompokmaju ke depan kelas untuk mempreentasikan hasil
diskusi. Siswa yang tidak maju mempunyai tugas
40
utukmncatat kata – kata penting atau kata- kata kunci yang
akan disusun menjadi mind mapping nantinya. Guru
membimbing penyusunan mind mapping dan membantu
mengeksplor konsep – konsep yang diketahui siswa yang
sesuai dengan materi.
3) Kegiatan akhir
Pada kegiatan ini tugas pengajar adalah membuat
kesimpulan dari materi yang telah diajarkan dan mmeri
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal – hal
yang belum dipahaminya. Memberikan pekerjaan ruah dan
memotivasi siswa akan giat belajar.
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Seperti pada kegiatan awal pada pertemuan sebelum –
sebelumnya yaitu memberi salam, doa, mempersiapkan kelas,
absensi, apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Melanjutkan materi sebelumnya yaitu tentang jenis – jenis
tanah dan manfaatnya. Pada pertemuan kedua siklus II ini,
terlihat siswa sangat tenang dalam mengerjakan tugasnya,
siswa paham menggunakan model mind mapping, ini terlihat
dengan beragam warna yang digunakan siswa dalam
membuat cabang-cabang dan ranting-ranting dari konsep
utama yang diberikan. Siswa mulai menemukan kesenangan
dari penyusunan mind mapping.
3) Kegiatan akhir
Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya, penulis
memberikan kesempatan siswa untuk bertanya pada hal-hal
yang belum dipahami. Memberikan evaluasi sebagai alat
ukur ketercapaian tujuan pembelajaran.
41
c. Observasi
Bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar,
pengajar meminta observer untuk melakukan observasi dengan
menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah disiapkan
sebelumnya. Berdasarkan data hasil lembar observasi aktivitas guru
(terlampir) yang dilakukan oleh observer disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 8
Rekapitulasi Skor Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II
NO PERTEMUAN SKOR JUMLAH
TOTAL 1 2 3 4
1 Pertemuan I - 2 15 16 113
2 Pertemuan II - 1 12 20 118
Catatan:
Skor maksimal = 132
Hasil lembar observasi seperti pada tabel 8 didapat dari proses
belajar mengajar yang telah disesuaikan dengan hasil refleksi pada
kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya.
Observasi atau pengamatan juga dilakukan kepada siswa ketika
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan data yang didapat dari
lembar observasi aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 9
Rekapitulasi Skor Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
NO PERTEMUAN SKOR JUMLAH
TOTAL 1 2 3 4
1 Pertemuan I - 5 7 11 75
2 Pertemuan II - 2 4 17 84
Catatan:
Skor maksimal = 92
d. Deskipsi Hasil Belajar Siklus II
Hasil prestasi belajar siswa pada siklus II dengan menggunakan
model mind mapping kelas 5 SDN Dadapayam 02, adalah diketahui bahwa
terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II
42
dibandingkan dengan pada siklus I. Pada siklus ini semua siswa
mengalami ketuntasan dengan nilai rata – rata 74.58 dengan nilai terendah
65 dan tertinggi 90.
Persentase ketuntasan belajar siklus II siswa SDN Dadapayam 02
Kecamatan Suruh disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 10
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai
Setelah Tindakan
Keterangan Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 < 65 - - -
2 ≥ 65 24 100 Tuntas
Jumlah 24 100
Rata-rata 74.58
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 65
Untuk memperjelas persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas
5 SDN Dadapayam 02 pada siklus II dapat dilihat pada gambar 5 diagram
lingkaran di bawah ini:
Gambar 5
Persentase Ketuntasan Siswa Siklus II
43
e. Perbandingan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan pengamatan setelah diadakanya penelitian tindakan
siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Terjadinya
kenaikan hasil belajar siswa tersebut karena siswa merasa senang dalam
proses pembelajaran, sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa
siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM
= 65) sebanyak 15 siswa pada siklus I kemudian terjadi penurunan
menjadi 12 siswa setelah dilakukan siklus II tidak ada lagi siswa yang
tidak berada pada di bawah KKM. Sedangkan, yang mencapai ketuntasan
minimal sebelum dilaksanakan tindakan yaitu sebanyak 9 siswa pada
siklus I kemudian meningkat menjadi 12 siswa dan pada siklus II
mengalami peningkatan lagi menjadi 100% tuntas dalam belajar IPA.
Di bawah ini akan disajikan dalam tabel, perbandingan
keseluruhan ketuntasan hasil belajar mulai dari kondisi awal, siklus I,
sampai siklus II.
Tabel 11
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus
II
No Pembelajaran
Tuntas Belum tuntas
Jumlah
siswa Persentase
Jumlah
siswa Porsentase
1 Kondisi Awal 9 37.5% 15 62.5%
2 Siklus I 12 50% 12 50%
3 Siklus II 24 100% - -
Berdasarkan tabel 11, diketahui bahwa terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar baik pada siklus I maupun ke siklus II. Pada
kondisi awal menuju siklus I, terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar
sedangkan ketuntasan hasil belajar pada siklus I ke siklus II meningkat
hasil ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model mind
44
mapping berhasil pada pelajaran IPA pada siswa kelas 5 SDN Dadapayam
02 Kecamatan Suruh semester II tahun pelajaran 2012/2013.
Diagram perbandingan ketuntasan siswa pra tindakan, siklus I, dan
siklus II:
Gambar 6
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar
f. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran, pengajar bersama
observer melakukan refleksi. Ternyata hasil perbaikan pembelajaran
memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana semua siswa pada
siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya. Hasil ini tidak terlepas dari
perbaikan – perbaikan yang dilakukan berdasarkan refleksi pada siklus
pertama.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di SDN Dadapayam 02 Kecamatan Suruh pada
kelas 5 dengan jumlah siswa 24. Pada studi awal atau pra siklus ditemukan
masalah yaitu rendahnya hasil belajara IPA siswa kelas 5. Dari 24 siswa hanya 9
orang yang mampu melebihi KKM yang telah ditentukan untuk mata pelajaran
IPA yaitu 65. Sedangkan 15 orang lainnya belum tuntas secara akademik dalam
45
mata pelajaran IPA. Pembelajaran yang monoton merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.
Penggunaan model pembelajaran Mind Mapping karena model
pembelajaran ini salah satu dari strategi pembelajaran yang mengupayakan
seorang peserta didik mampu menggali ide – ide kreatif dan aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menjadi
lebih hidup, variatif, dan membiasakan siswa memecahkan permasalahan dengan
cara memaksimalkan daya pikir dan kreatifitas. Ada beberapa kelebihan model
Mind Mapping antara lain meningkatkan kemampuan siswa untuk melihat dan
mengingat suatu informasi secara detail, memicu kreatifitas siswa dalam
mengelola informasi, membantu menjadikan belajar menjadi suatu kegiatan yang
menyenangkan dan menghemat waktu. Dengan demikian tujuan pembelajaran
yang sudah ditentukan dapat tercapai dan mampu meningkatkan hasil belajar
siswa.
Terlihat dari aktifitas siswa ketika pembelajaran siklus I dan siklus II,
siswa yang semula pasif ketika pembelajaran – pembelajaran lampau berubah
menjadi aktif dengan mulai aktif bertanya dan aktif berdiskusi ketika pengajar
menggunakan model pembelajaran Mind Mapping. Penggunaan model
pembelajaran Mind Mapping juga berpengaruh signifikan dengan hasil belajar
IPA siswa SDN Dadapayam 02. Terlihat dari hasil evaluasi yang meningkat dari
pra siklus atau sebelum tindakan rata – rata kelas memperoleh nilai 60,62, ketika
siklus I dengan penerapan model pembelajaran Mind Mapping rata – rata kelas
naik menjadi 63, 95 dengan persentase ketuntasan 50%, siklus II terjadi
peningkatan yang signifikan yaitu 100% siswa mendapat nilai di atas KKM yang
telah ditentukan yaitu 65 dengan rata – rata kelas 74,58.
Peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Dadapayam 02 tidak
lepas dari beberapa faktor, antara lain pemilihan model pembelajaran yang tepat,
faktor intern dari siswa itu sendiri maupun faktor ekstern. Faktor intern yang
berperan besar dalam peningkatan hasil belajar dalam penelitian ini adalah faktor
psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan dengan minat dan perhtian siswa yang tinggi terhadap pelajaran yang
46
berlangsung berdampak terhadap hasil belajar yang meningkat.minat dan
perhatian tersebut juga tidak lepas dari faktor pemilihan model pembelajaran yang
tepat, Mind Mapping merubah pembelajaran yang monoton menjadi pembelajaran
yang riang dan menyenangkan dengan penggunaan catatan yang penuh warna dan
bebas dalam segi bentuk yang nudah diingat oleh siswa.
Mind Mapping akan dapat mengaktifkan seluruh otak, membereskan akal
dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan,
membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling
terpisah, memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian,
memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita
membandingkannya, dan mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada
pokok bahasan atau materi yang membantu mengalihkan informasi tentang hal
yang ada dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.
Pengaruh penerapan model pembelajarn Mind Mapping terlihat dari
peningkatan hasil belajar IPA siswa SDN Dadapayam 02. Dengan model
peembelajaran Mind Mapping siswa lebih mudah dalam mengingat materi yang
telah diajarkan. Siswa lebih termotivasi dalam belajar, belajar menjadi kegiatan
yang lebih menyenangkan dengan Mind Mapping. Pemilihan kata – kata kunci
tentang materi yang diajarkan dan kemudian disusun menjadi Mind Mapping
dengan warna – warna yang menarik akan memotivasi siswa daam belajar, belajar
menjadi kegiatan yang mengasyikkan. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh John
W. Budd bahwa “A Mind Map is an outline in which the major categories radiate
from a central image and lesser categories are portrayed as branches of larger
branch”. Dapat diartikan peta pikiran (mind mapping) merupakan garis besar dari
kategori utama dan pikiran-pikiran kecil yang digambarkan sebagai cabang dari
cabang pikiran yang lebih besar. Dengan peta pikiran daftar informasi yang
panjang dapat dialihkaan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan
mudah diingat yang bekerja selaras dengan cara kerja alami otak dalam
melakukan berbagai hal. Dengan mudahnya siswa mengingat materi atau kata –
kata penting dalam bentuk Mind Mapping, ketika dilakukan evaluasi siswa akan
47
mudah menjawab dengan membayangkan konsep – konsep materi yang telah
dibuat menjadi Mind Mapping ketika proses pembelajaran.
Hasil penelitian yang didapat sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
Oktoyuana Hardian Perwitasari dengan judul ”Penggunaan mind map (peta
pikiran) untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Bareng 5 Malang”.
Penelitian kedua oleh Susiyati dengan judul “PENERAPAN MODEL MIND MAP
(PETA KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
PESAWAT SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V
SDN SOROPADAN KECAMATAN LAWEYAN TAHUN PELAJARAN
2011/2012”.