bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1. persiapan...
TRANSCRIPT
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Persiapan Penelitian
Pada tanggal 8 November 2013, penulis mengurus surat permohonan penelitian
dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan yang ditujukan kepada Kepala
Sekolah SD Negeri Bawen 03 di Lingkungan Berokan Bawen. Kemudian pada
tanggal 14 November 2013 penulis menyerahkan surat tersebut kepada Kepala
Sekolah SD Negeri Bawen 03. Kepala Sekolah SD Negeri Bawen 03 memberikan ijin
penelitian kepada penulis.
Tabel 4.1.
Jadwal penelitian di SD Negeri Bawen 03
No Hari Tanggal Keterangan
1. Sabtu 06 Juli 2013 Uji coba instrumen
1. Sabtu 16 November 2013 Pretest penelitian
2. Rabu 20 November 2013 Sesi 1
3. Sabtu 23 November 2013 Sesi 2
5. Senin 25 November 2013 Sesi 3
6. Rabu 27 November 2013 Sesi 4
53
7. Sabtu 30 November 2013 Sesi 5
8. Senin 2 Desember 2013 Sesi 6
9. Rabu 4 Desember 2013 Sesi 7
10. Sabtu 7 Desember 2013 Sesi 8
11. Senin 9 Desember 2013 Post-test penelitian
4.2. Gambaran Subjek Penelitian
SD Negeri Bawen 03 merupakan sekolah yang terletak di lingkungan Berokan
Bawen. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah 16 siswa
kelas VI SDN Bawen 03, yaitu 12 siswa dari kategori tinggi dan 4 siswa dalam
kategori sangat tinggi. Selanjutnya mereka dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 8
siswa pada kelompok eksperimen dan 8 siswa lainnya pada kelompok kontrol.
Dari total 35 siswa terdapat 14 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki.
4.3. Pelaksanaan Penelitian
4.3.1. Pre-test (Tes Awal)
Dalam penelitian ini tes awal (pre-test) dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 16 November 2013 dengan membagikan skala sikap tindakan bullying
yang terdiri dari 23 item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Astia
(2011). Skala sikap ini dibagikan kepada 16 siswa. Selanjutnya siswa tersebut
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 8 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 8
54
siswa lainnya sebagai kelompok kontrol. Kemudian kelompok eksperimen
akan diberi perlakuan/treatment permainan peran psikodrama sedangkan
kelompok kontrol tidak diberi perlakuan sama sekali.
Tabel 4.2
Data Skor Pre Test Bullying Kelompok Eksperimen
No Nama Jenis Kelamin Skor Kategori
1. AG Laki-laki 84 Sangat tinggi
2. NC Laki-laki 75 Tinggi
3. SY Laki-laki 74 Tinggi
4. RF Laki-laki 78 Sangat tinggi
5. KV Laki-laki 67 Tinggi
6. OK Laki-laki 71 Tinggi
7. KP Laki-laki 66 Tinggi
8. AJ Laki-laki 71 Tinggi
Jumlah 586
Rata-rata 73,25
Pada tabel skor pretest bullying jumlah kelompok eksperimen
sebanyak 8 siswa yang terdiri dari laki-laki semua, dengan skor terendah 66
dan skor tertinggi 84. Jumlah skor kelompok eksperimen 586 dengan rata-rata
73,25. Dari 8 siswa terdiri 6 siswa yang masuk dalam kategori tinggi dan 2
siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi.
55
Tabel 4.3.
Data Skor Pre Test Bullying Kelompok Kontrol
No Nama Jenis kelamin Skor Kategori
1. BG Laki-laki 75 Tinggi
2. IB Laki-laki 79 Sangat tinggi
3. DM Laki-laki 70 Tinggi
4. AD Laki-laki 74 Tinggi
5. BN Laki-laki 83 Sangat tinggi
6. HD Laki-laki 67 Tinggi
7. YG Laki-laki 67 Tinggi
8. RD Laki-laki 71 Tinggi
Jumlah 586
Rata-rata 73,25
Pada tabel skor pretest bullying jumlah kelompok kontrol sebanyak 8
siswa yang terdiri dari laki-laki semua, dengan skor terendah 67 dan skor
tertinggi 79. Jumlah skor kelompok kontrol 586 dengan rata-rata 73,25. Dari 8
siswa terdiri dari 6 siswa yang masuk dalam kategori tinggi dan 2 siswa
masuk dalam kategori sangat tinggi.
56
Tabel 4.4
Mean Rank Pre Test Tindakan Bullying
Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Total
Score
kelompok eksperimen 8 8.50 68.00
kelompok kontrol 8 8.50 68.00
Total 16
Pada tabel jumlah subjek untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol masing-masing sebanyak 8 siswa. Skor ranking rata-rata untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol = 8,50. Sedangkan jumlah
ranking untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol = 68,00.
Tabel 4.5
Hasil Uji Mann-Whitney U Pre Test Tindakan Bullying
Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Test Statisticsb
Skor
Mann-Whitney U 32.000
Wilcoxon W 68.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .1000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.1000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
57
Pada tabel diatas dapat diketahui hasil uji Mann-Whitney U= 32.000
dengan koefisien Asymp.Sig.(2-tailed) 0,1000 > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tindakan bullying pada
kelompok eksperimen dengan tindakan bullying pada kelompok kontrol,
sehingga penelitian dapat dilanjutkan dengan pemberian treatment atau
perlakuan dengan metode psikodrama.
4.3.2. Treatment (Perlakuan)
Dalam pelaksanaan eksperimen penulis tidak terikat waktu, sehingga
eksperimen dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan penulis dengan pihak
sekolah, yaitu seminggu 3x pertemuan setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu atau
bisa juga hari lain sesuai dengan kebutuhan penulis dan tidak mengganggu proses
belajar siswa kelas VI. Treatment yang diberikan dengan memberikan layanan
melalui permainan peran psikodrama dengan topik pembahasan seputar bullying.
Kegiatan eksperimen ini dilaksanakan mulai tanggal 20 November 2013 sampai
07 Desember 2013. Berikut ini urutan penyajian topik yang akan diberikan pada
delapan siswa kelas VI SDN Bawen 03 :
58
Tabel 4.6
Topik Layanan
Sesi Frekuensi Topik Yang ingin dicapai Metode
1 1 x 45
menit
- Pengertian bullying.
- Contoh kasus-kasus
bullying di media.
- Menceritakan
pengalaman masing-
masing.
- Memahami arti
bullying.
- Terbuka dalam
menceritakan masalah
yang dialami sebenarnya.
- Ceramah
- Tanya jawab
- Permainan
- Sharing
2-3 2 x 45
menit
- Jenis-jenis bullying.
- Menyebutkan bentuk-
bentuk bullying.
- bermain psikodrama
- Ceramah
- Psikodrama
- Sharing
4-5 2 x 45
menit
- Faktor-faktor
penyebab bullying.
- Karakteristik pelaku
bullying.
- Menyebutkan faktor-
faktor penyebab bullying.
- Menyebutkan sifat-sifat
pelaku bullying.
- Ceramah
- Sharing
- Psikodrama
6-7 2 x 45
menit
- Konsekuensi/
dampak bullying.
- Memahami dampak
bullying.
- Menguraikan dengan
kata-kata sendiri dampak
dan bahaya bullying bagi
korban, pelaku,
penonton, dan nama
sekolah.
- Ceramah
- Tanya jawab
- Psikodrama
8 1 x 45
menit
- Kebijakan sekolah
tentang bullying.
- Menyikapi bullying.
- Menyebutkan kebijakan
sekolah tentang bullying.
- Dapat menyikapi secara
tepat ketika terjadi
bullying.
- reinforcement terhadap
perilaku yang lebih
adaptif.
- Ceramah
- Tanya jawab
- Psikodrama
Adapun sesi-sesi eksperimen melalui metode psikodrama sebagai berikut:
59
1) Sesi Pertama (1 x 45 menit)
Rabu, 20 November 2013.
Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan
dengan menanyakan kabar siswa, memimpin doa dan menjelaskan pengertian
psikodrama sebagai salah satu metode dalam layanan bimbingan kelompok,
tahap-tahapannya, tujuan dan manfaat dari kegiatan yang akan dilaksanakan
tersebut. Pemimpin kelompok memperkenalkan diri kemudian menyuruh para
siswa memperkenalkan diri. Agar suasana menjadi lebih akrap, pemimpin
kelompok memberikan suatu permainan yang disebut “nama rantai”, para
siswa bergiliran memperkenalkan diri dengan nama depan menggunakan
nama sendiri dan diikuti nama teman lain secara berurutan, siswa yang
mendapatkan giliran terakhir akan memperkenalkan diri dengan nama yang
paling panjang karena menyebutkan namanya sendiri dan nama semua
temannya secara berurutan. Setelah terjalin hubungan yang lebih akrab
didalam kelompok tersebut, pemimpin kelompok mengungkapkan kembali
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan dalam sesi pertama ini adalah dengan menggunakan metode
ceramah, diskusi dan sharing. Topik permasalahan yang pertama adalah
“pengertian bullying dan kasus-kasus bullying” di media massa. Tujuan dari
pertemuan pertama ini adalah menarik empati siswa agar bersedia mengikuti
60
kegiatan layanan dan supaya siswa mampu menjelaskan pengertian bullying
dan berbagi pengalaman tentang tindakan bullying yang pernah mereka alami
dan rasakan terutama yang terjadi di sekolahnya secara terbuka.
Awalnya pemimpin kelompok menjelaskan pengertian bullying dari
berbagai pandangan serta kasus-kasus bullying antar siswa yang terjadi di
Indonesia. Anggota kelompok terlihat mendengarkan dengan seksama
kemudian para anggota juga aktif bertanya serta secara bergantian
menceritakan konflik-konflik yang pernah mereka alami dan yang ingin
dikemukakan dalam permainan psikodrama dalam pertemuan berikutnya.
Kesimpulan dalam kegiatan sesi I ini adalah semua anggota kelompok pernah
menjadi pelaku maupun korban dari bullying. Kegiatan terakhir pemimpin
kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi I akan segera berakhir,
pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari para anggota kelompok
dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai
dengan jawaban masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.
2) Sesi Kedua (1 x 45 menit)
Sabtu, 23 November 2013
Pemimpin kelompok, membuka pertemuan dengan menanyakan kabar
siswa, memimpin doa dan menjelaskan maksud serta tujuan pertemuan
tersebut. Pertemuan ini adalah lanjutan dari pertemuan yang pertama.
61
Kegiatan pada pertemuan yang kedua ini adalah membahas mengenai aspek-
aspek/jenis-jenis bullying yang sering terjadi di sekolah. Tujuan pemberian
topik ini agar siswa dapat menyebutkan jenis-jenis dari tindakan bullying.
Sebelum kegiatan ini dimulai pemimpin kelompok mengajak siswa untuk
melakukan permainan “kata berangkai”, dimana salah satu anggota
mengucapkan 1 kata dilanjutkan dengan teman lain yang meneruskan abjad
terakhir menjadi kata baru dengan cepat dan spontan hingga semua selesai
menyebutkannya, permainan ini bertujuan supaya siswa lebih bersemangat
dalam mengikuti kegiatan selanjutnya. Pada tahap proses penulis
memfokuskan pada topik yang akan dibahas. Pembahasan topik menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, dan teknik psikodrama (teknik creative
imagery dan role reverals). Tahap Pertama, penulis menjelaskan jenis-jenis
bullying dan memberikan uraian singkat mengenai hakikat dan tujuan dari
psikodrama. Anggota kelompok diminta untuk mengajukan pertanyaan
apabila ada hal-hal yang belum jelas. Selanjutnya anggota kelompok
membentuk kelompok-kelompok kecil dan diberi waktu beberapa menit untuk
membicarakan konflik-konflik yang pernah mereka alami yang ingin mereka
kemukakan dalam permainan psikodrama. Kemudian penulis membagi peran
kepada tiap kelompok dengan cerita yang berbeda. Kelompok pertama akan
memperagakan cerita pertama dan kelompok kedua akan memperagakan
cerita kedua. Siswa menanggapi uraian dan penjelasan penulis dengan
62
antusias. Tahap Kedua, penulis memberikan skenario psikodrama kepada
kedua kelompok dan memberikan waktu 15 menit untuk mempelajari dan
menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Setelah itu tiap kelompok
bertugas untuk menampilkan cerita yang diberikan oleh penulis. Inti cerita
yang akan dimainkan adalah:
1. Cerita pertama mengisahkan ada siswa yang pendiam dan ukuran
tubuhnya lebih kecil dari siswa lainnya, dia merupakan anak dari
seorang penjual gorengan yang belum mempunyai seragam sekolah.
Teman-teman sering mengejekinya. Dia hanya bisa diam saat teman-
temannya menghinanya, namun suatu ketika dia diejek, ada satu
teman yang membantu siswa tersebut sehingga anak yang sering
diejek menjadi berani menjawab ejekan teman-temannya. Pembagian
pemainnya Kv sebagai korban, Kp sebagai teman yang menengahi, Ok
dan Nc sebagai pelaku.
2. Cerita kedua, ketika jam istirahat ada dua siswa yang sedang berjalan
menuju ke kantin, tetapi tiba-tiba dari belakang ada satu teman yang
iseng menjambak rambutnya. Kemudian ada seorang teman yang
berani menegurnya dengan tegas. Akhirnya anak yang iseng itu
meminta maaf pada teman yang telah ia jambak. Pembagian
pemainnya adalah Ag dan Aj sebagai korban, Rk dan Sy sebagai
pelaku.
63
Setelah permainan peran psikodrama selesai, dilanjutkan pada tahap
terakhir yaitu diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin
kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota
kelompok memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan
yang bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota
kelompok menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “jangan suka
mengejek kalau tidak mau diejek dan jangan suka menjambak kalau tidak mau
dijambak, karena menjadi korban sangatlah menyakitkan, dan suatu saat nanti
apapun yang kita lakukan sekarang, perbuatan atau buruk pasti akan kembali
pada kita sendiri.” Kegiatan terakhir pemimpin kelompok mengiformasikan
bahwa kegiatan sesi II akan segera berakhir, pemimpin kelompok
menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan LAISEG
kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan jawaban masing-masing.
Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.
3) Sesi Ketiga (1 x 45 menit)
Senin, 25 November 2013
Pemimpin kelompok membuka pertemuan dengan menanyakan kabar
siswa, memimpin doa dan memberikan uraian singkat mengenai psikodrama.
Sebelum kegiatan dimulai, pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok
64
untuk melakukan ice breaking “domikado” yaitu dengan menyanyikan lagu
domikado sambil menepuk tangan teman disebelahnya.
Selanjutnya anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok kecil
sesuai yang mereka kehendaki, kemudian pemimpin kelompok memberikan
skenario psikodrama dan meminta kedua kelompok mempersiapkan diri
sekitar 15 menit untuk memperagakan cerita yang sudah dipersiapkan
sebelumnya yang sesuai dengan permasalahan yang pernah dialami.
Kelompok pertama beranggotakan 4 siswa, Ag sebagai pelaku, Kv sebagai
korban dan Sy sebagai pelapor dan Ok sebagai guru. Kelompok pertama
bermain peran dengan jalan cerita. “Cerita pertama mengisahkan ada satu
siswa yang ditakuti karena suka memalak uang jajan dan makanan siswa lain.
Siswa lain tidak berdaya melawan karena tubuh siswa tersebut besar. Suatu
saat akan merampas uang dan makanan teman lain, ada satu siswa yang berani
menegur dan mangadukannya kepada guru dan ia mendapat peringatan jika
tetap seperti itu akan dikeluarkan dari sekolah. Setelah kejadian tersebut siswa
itu tidak lagi memalak uang jajan dan dapat meminta makanan dengan lebih
sopan.”
Kelompok kedua beranggotakan 4 siswa, Rk sebagai pelaku, Kp
sebagai korban, Nc sebagai penegur, dan Aj sebagai penonton. Kelompok
kedua bermain peran dengan jalan cerita. “Ketika jam istirahat ada satu anak
yang iseng menyenggol kemudian menendang kaki temannya dari belakang.
65
Kemudian ada satu teman yang melihat kejadian itu dan berani menegur
temannya secara tegas. Akhirnya pelaku meminta maaf pada korban.” (kedua
kelompok menggunakan teknik cermin dan role reverals).
Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu
diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok
memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang
bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok
menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “janganlah suka memalak kalau
kita tidak mau dipalak dan jangan suka melukai oranglain apabila kita tidak
ingin dilukai (menendang, menyenggol), karena suatu saat nanti apapun yang
kita lakukan sekarang pasti akan kembali pada kita sendiri.” Kegiatan terakhir
pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi III akan segera
berakhir, pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota
kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi
sesuai dengan jawaban masing-masing. Selanjutnya pemimpin kelompok
menutup kegiatan dengan doa.
66
4) Sesi Keempat (1 x 45 menit)
Rabu, 27 November 2013
Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan
dengan doa dan menjelaskan maksud serta tujuan pertemuan tersebut. Sebelum
memulai kegiatan, pemimpin kelompok memberikan ice breaking “angin
berhembus” agar suasana menjadi lebih hangat. Sebelum kegiatan dimulai,
pemimpin kelompok memberikan pemanasan supaya anggota kelompok dapat
masuk dalam masalah yang sedang dibahas dengan memberikan penjelasan
tentang “faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bullying”. Pemimpin
kelompok juga memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk
bertanya apabila ada materi yang belum jelas dan tentang materi-materi yang
sudah dibahas sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang
disampaikan oleh pemimpin kelompok, selanjutnya melanjutkan kegiatan
berikutnya yaitu permainan psikodrama sesi ke IV dengan menggunaka teknik
cermin dan role reverals.
Tahap Pertama, anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok kecil
dan diberi waktu beberapa menit untuk membicarakan konflik-konflik yang
pernah mereka alami yang ingin mereka kemukakan dalam permainan
psikodrama. Kemudian penulis membagi peran kepada tiap kelompok dengan
cerita yang berbeda. Kelompok pertama akan memperagakan cerita pertama
67
dengan 4 orang pemain dan kelompok kedua akan memperagakan cerita kedua
dengan 8 pemain. Siswa menanggapi uraian dan penjelasan penulis dengan
antusias. Tahap Kedua, penulis memberikan skenario psikodrama kepada kedua
kelompok dan memberikan waktu 15 menit untuk mempelajari dan menyiapkan
perlengkapan yang dibutuhkan. Setelah itu tiap kelompok bertugas untuk
menampilkan cerita yang diberikan oleh penulis. Inti cerita yang akan dimainkan
adalah:
1. Cerita pertama, ketika pelajaran dikelas, ada satu anak yang dilempari
bola kertas oleh teman-temannya, lalu anak tersebut tidak meladeninya
dan langsung mengadukan perbuatan teman-temannya kepada gurunya.
Akhirnya teman-temannya ditegur oleh gurunya dan minta maaf kepada
anak itu dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Korbannya Kp,
pelaku Ag dan Rk, sedangkan Sy sebagai penonton.
2. Cerita kedua, pada waktu jam istirahat ada gerombolan siswa kelas VI
yang mendatangi dan mengejar-ngejar beberapa siswa kelas V. Setelah
mendapatkannya, kemudian siswa-siswa kelas V tersebut diblejeti
(dilepasi pakaiannya) oleh siswa kelas VI. Selanjutnya ada satu siswa
kelas V yang melihat kejadian itu langsung melaporkan kepada gurunya.
Akhirnya siswa kelas VI tersebut didatangi guru dan dimarahi sehingga
tidak lagi berani mengerjai adik kelasnya. Pembagian pemainnya Kp, Kv
Sy, Rk sebagai korban, sedangkan Ag, Nc, Aj, Ok sebagai pelaku.
68
Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu
diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok
memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang
bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok
menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “janganlah suka melempari
kertas/ barang apapun ke kepala atau tubuh oranglain dan jangan melecehkan
adik-adik kelas kita dengan cara memblejeti karena ketika menjadi korban
sangat tersiksa dan malu, pikirkan dahulu sebelum berbuat.” Kegiatan terakhir
pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi IV akan segera
berakhir, pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota
kelompok dan membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi
sesuai dengan jawaban masing-masing. Selanjutnya pemimpin kelompok
menutup kegiatan dengan doa.
5) Sesi Kelima ( 1x 40 menit )
Sabtu, 30 November 2013
Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan
dengan doa dan menjelaskan maksud serta tujuan pertemuan tersebut.
Sebelum memulai kegiatan, pemimpin kelompok memberikan ice breaking
“zig-zag” agar suasana menjadi lebih hangat. Sebelum kegiatan dimulai,
69
pemimpin kelompok memberikan pemanasan agar anggota kelompok dapat
masuk dalam masalah yang sedang dibahas dengan memberikan penjelasan
tentang “karakteristik pelaku bullying”. Pemimpin kelompok juga
memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk bertanya apabila
ada materi yang belum jelas dan tentang materi-materi yang sudah dibahas
sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang disampaikan oleh
pemimpin kelompok, selanjutnya melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu
permainan psikodrama sesi ke V dengan menggunakan teknik cermin.
Tahap Pertama, anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok
kecil dan diberi waktu beberapa menit untuk membicarakan konflik-konflik
yang pernah mereka alami yang ingin mereka kemukakan dalam permainan
psikodrama. Kemudian penulis membagi peran kepada tiap kelompok dengan
cerita yang berbeda. Kelompok pertama akan memperagakan cerita kedua dan
kelompok kedua akan memperagakan cerita pertama. Siswa menanggapi
uraian dan penjelasan penulis dengan antusias. Tahap Kedua, penulis
memberikan skenario psikodrama kepada kedua kelompok dan memberikan
waktu 15 menit untuk mempelajari dan menyiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan. Setelah itu tiap kelompok bertugas untuk menampilkan cerita
yang diberikan oleh penulis. Inti cerita yang akan dimainkan dalam cerita
yang pertama adalah “pada saat jam istirahat ada 2 anak kelas VI yang
menghampiri ke kelas V lalu memalak dan mengancam mereka, namun ada
70
anak yang berani menolak dan mengancam juga akan mengadukan kelas VI
tersebut pada guru. Akhirnya kelas VI menjadi takut dan meminta maaf
kepada siswa kelas V. Pembagian pemainnya Sy, Ag sebagai pelaku, Kp
sebagai korban dan Rk sebagai penengah”. Sedangkan inti cerita kedua yaitu
“pada saat istirahat ada 2 anak yang sedang bermain, tiba-tiba ada 1 temannya
yang mengganggu mereka akhirnya mereka pun bertengkar dan segera dilerai
oleh teman lainnya. Pembagian pemainnya Ok sebagai pelaku, Nc dan Kv
sebagai korban, dan Aj sebagai penengah.
Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu
diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok
memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang
bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok
menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “Apapun itu tindakan bullying
yang kita lihat jangan pernah takut untuk mengadukan pada guru kita, karena
dengan begitu kita akan menolong korban dan memutus tindakan bullying
yang tidak baik tersebut.” Kegiatan terakhir pemimpin kelompok
mengiformasikan bahwa kegiatan sesi V akan segera berakhir, pemimpin
kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan
LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan jawaban
masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.
71
6) Sesi Keenam ( 1x 40 menit)
Senin, 02 Desember 2013
Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka dengan doa dan
menjelaskan maksud pertemuan tersebut. Sebelumnya, penulis terlebih dahulu
memberi ice breaking “apa kabar?” agar anggota kelompok dapat merasa
lebih nyaman. Selanjutnya penulis memberikan materi tentang “konsekuensi
bullying” sebelum memasuki sesi ke VI supaya anggota kelompok dapat
masuk dalam masalah yang sedang dibahas. Pemimpin kelompok juga
memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk bertanya tentang
hal yang belum jelas ataupun mengenai materi-materi yang sudah dibahas
sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang disampaikan oleh
pemimpin kelompok, kemudian melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu sesi ke
VI dari psikodrama dengan menggunakan teknik role reverals.
Sebelum psikodrama dilaksanakan, pemimpin kelompok membacakan
anggota dari kelompok masing-masing. Setiap kelompok kembali diberi tugas
seperti pada sesi sebelumnya, tetapi dengan cerita yang berbeda dan karakter
yang bergantian. Dengan tugas yang sama, pada saat kelompok lain yang
maju, kelompok yang lain bertindak sebagai penonton yang bertugas untuk
memberikan saran, masukan, maupun tanggapannya. Urutan bermain peran
diubah, kelompok pertama maju urutan kedua, dan kelompok kedua maju
72
pada urutan pertama. Mereka diberi waktu 15 menit untuk mempelajari dan
menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Inti cerita yang akan dimainkan
adalah:
1) Drama kelompok pertama, pada saat bermain tiba-tiba teman kamu
mengejekmu secara berulang-ulang dengan sebutan yang tidak baik.
Lalu apa yang akan kamu lakukan? Pemainnya Kv sebagai korban, Aj
dan Ok sebagai pelaku, dan Nc sebagai penonton.
2) Drama kelompok kedua, kamu jajan dikantin, saat akan menuju ke
kelas, temanmu mendatangimu dan meminta paksa makanan dan uang
yang kamu punya. Lalu apa yang akan kamu lakukan? Pemainnya Kp
sebagai korban, Sy dan Ag sebagai pelaku dan Rk sebagai penengah.
Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu
diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok
memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang
bersifat menyerang atau menjatuhkan pemain. Selanjutnya anggota kelompok
menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “Apapun itu tindakan bullying
yang kita lihat dan alami jangan pernah takut untuk menegur dan menengahi
mereka, karena dengan begitu kita akan menolong korban dan memutus
tindakan bullying yang tidak baik tersebut.” Kegiatan terakhir pemimpin
kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi VI akan segera berakhir,
73
pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan
membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan
jawaban masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.
7) Sesi Ketujuh (1 x 40 menit)
Rabu, 04 Desember 2013
Pemimpin kelompok membuka pertemuan dengan menanyakan kabar
siswa, dan memimpin doa. Sebelum kegiatan dimulai, pemimpin kelompok
mengajak anggota kelompok untuk melakukan ice breaking “marina menari
di menara”. Selanjutnya anggota kelompok membentuk kelompok-kelompok
kecil sesuai yang mereka kehendaki, kemudian pemimpin kelompok
memberikan skenario psikodrama dan meminta kedua kelompok
mempersiapkan diri sekitar 15 menit untuk memperagakan cerita yang sudah
dipersiapkan sebelumnya yang sesuai dengan permasalahan yang pernah
dialami para anggota kelompok.
Kelompok pertama beranggotakan 4 siswa, Ok dan Rk sebagai pelaku dan
korban, Kv sebagai pelapor, Nc sebagai penonton. Kelompok pertama
bermain peran dengan jalan cerita. Cerita pertama “pada saat pelajaran
dikelas, tiba-tiba ada temanmu yang iseng mendorong kepalamu dari
belakang, apa yang akan kamu lakukan?”
74
Kelompok kedua beranggotakan 4 siswa, Ag dan Sy sebagai pelaku, Kp
sebagai korban, Aj sebagai penengah. Kelompok kedua bermain peran dengan
jalan cerita “ketika berada di dalam kelas kamu melihat ada temanmu sedang
diganggu dan sedang mendapat perlakuan bullying oleh segerombolan teman-
temanmu. Apa yang akan kamu lakukan?” (menggunakan teknik cermin dan
role reverals).
Setelah kedua kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu
diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok
memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang
bersifat menyerang atau menjatuhkan protagonis. Selanjutnya anggota
kelompok menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “janganlah suka
melukai oranglain apabila kita tidak ingin dilukai, karena suatu saat nanti
apapun yang kita lakukan sekarang pasti akan kembali pada kita sendiri cepat
atau lambat.” Kegiatan terakhir pemimpin kelompok mengiformasikan bahwa
kegiatan sesi VII akan segera berakhir, pemimpin kelompok menanyakan
kesan-kesan dari anggota kelompok dan membagikan LAISEG kepada
anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan jawaban masing-masing.
Selanjutnya pemimpin kelompok menutup kegiatan dengan doa.
75
8) Sesi Kedelapan ( 1x 45 menit)
Sabtu, 07 Desember 2013
Penulis bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka dengan doa dan
menjelaskan maksud pertemuan tersebut. Sebelumnya, penulis terlebih dahulu
memberi ice breaking “break the rule” agar anggota kelompok dapat merasa
lebih nyaman. Selanjutnya penulis memberikan materi yang terakhir yaitu
tentang “kebijakan sekolah tentang bullying” sebelum memasuki sesi ke VIII
supaya anggota kelompok dapat masuk dalam masalah yang sedang dibahas.
Pemimpin kelompok juga memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
untuk bertanya tentang hal yang belum jelas ataupun mengenai materi-materi
yang sudah dibahas sebelumnya. Setelah anggota kelompok memahami yang
disampaikan oleh pemimpin kelompok, kemudian melanjutkan kegiatan
berikutnya yaitu sesi ke VIII dari psikodrama.
Sebelum psikodrama dilaksanakan, pemimpin kelompok membacakan
anggota dari kelompok masing-masing. Setiap kelompok kembali diberi tugas
seperti pada sesi sebelumnya, tetapi dengan cerita yang berbeda dan karakter
yang bergantian. Dengan tugas yang sama, pada saat kelompok lain yang
maju, kelompok yang lain bertindak sebagai penonton yang bertugas untuk
memberikan saran, masukan, maupun tanggapannya. Mereka diberi waktu 15
menit untuk mempelajari dan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan.
76
Teknik psikodrama yang digunakan dalam sesi ini adalah teknik cermin dan
role reverals. Inti cerita yang akan dimainkan adalah:
1) Ketika di dalam kelas ada 1 anak yang diejek dan diganggu temanmu
karena tidak bisa mengerjakan tugas dari guru sampai keduanya
bertengkar, lalu apa yang akan kamu lakukan? Pembagian pemainnya, Kp
dan Kv sebagai pemain utama, Ag dan Nc sebagai pelerai.
2) Pada saat istirahat, ada teman sekelasmu yang meminta uang secara paksa
padamu tetapi kamu hanya diam saja, lalu dia mengancam akan
memukulimu sepulang sekolah nanti, apa yang akan kamu lakukan?
Pemain, Aj sebagai pelaku, Sy sebagai korban, Ok sebagai penegah.
3) Ketika jam istirahat kamu melihat teman-temanmu memalak dan
mengejek adik kelasmu, apa yang akan kamu lakukan? Pemain, Kp dan
Kv sebagai korban, Aj dan Sy sebagai pelaku, Ok sebagai penegah.
Setelah ketiga kelompok selesai, dilanjutkan pada tahap terakhir yaitu
diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan. Pemimpin kelompok
memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya. Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang
bersifat menyerang atau menjatuhkan protagonis/pemain utama. Selanjutnya
anggota kelompok menyimpulkan pesan dari cerita diatas bahwa “Apapun itu
tindakan bullying yang kita lihat jangan pernah takut untuk mengadukan pada
guru kita, karena dengan begitu kita akan menolong korban dan memutus
77
tindakan bullying yang tidak baik tersebut.” Kegiatan terakhir pemimpin
kelompok mengiformasikan bahwa kegiatan sesi VIII akan segera berakhir,
pemimpin kelompok menanyakan kesan-kesan dari anggota kelompok dan
membagikan LAISEG kepada anggota kelompok untuk diisi sesuai dengan
jawaban masing-masing. Selanjutnya menutup kegiatan dengan doa.
4.3.3. Post-Test ( Tes Akhir)
Post test diberikan pada hari Senin, 09 Desember 2013 kepada 16 siswa kelas
VI SDN Bawen 03. Pada kegiatan ini, penulis membagikan skala sikap tindakan
bullying yang berjumlah 23 item yang diadaptasi dari Astia (2011) berdasarkan teori
Sejiwa. Penulis kemudian mengolah hasil skala sikap yang telah diisi siswa dengan
menggunakan teknik analisis Mann Whitney.
4.4. Analisis Data
Setelah dilakukan treatment/perlakuan dengan metode psikodrama pada
tanggal 20 November 2013 sampai 07 Desember 2013 dan setelah memberikan post
test, penulis kemudian mengolah skala sikap tersebut dan memperoleh data sebagai
berikut:
78
Tabel 4.7.
Skor Pre Test dan Post Test Bullying Kelompok Eksperimen
No Kode Nama Pre Test Post Test
1. AG 84 66
2. NC 75 59
3. SY 74 58
4. KV 67 51
5. RK 78 52
6. OK 71 57
7. KP 66 56
8. AJ 71 57
Jumlah 586 456
Rata-rata 73,25 57
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan skor dari
586 menjadi 456 dan pengurangan rata-rata dari 73,25 menjadi 57.
Tabel 4.8.
Skor Pre Test dan Post Test Bullying Kelompok Kontrol
No Kode Nama Pre Test Post Test
1. BG 75 72
2. IB 79 78
3. DM 70 66
4. AD 74 68
5. BN 83 78
6. HD 67 62
7. YG 67 63
8. RD 71 67
Jumlah 586 554
Rata-rata 73,25 69,25
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi pengurangan skor dari
586 menjadi 554 dan pengurangan rata-rata dari 73,25 menjadi 69,25. Namun
pengurangan ini lebih kecil dibandingkan pada kelompok eksperimen.
79
Tabel 4.9
Mean Rank Pre test dan Post Test Tindakan Bullying
Pada Kelompok Eksperimen
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Totalskore Pretest 8 12.44 99.50
Postest 8 4.56 36.50
Total 16
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah subyek sebanyak 8 siswa. Skor
rata-rata ranking pada pre test 12,44 dan skor rata-rata ranking untuk post test 4,56.
Jumlah ranking pada pre test 99,50 dan jumlah ranking pada post test 36,50.
Tabel 4.10
Uji Mann Whitney U Pre Test dan post Test Tindakan Bullying
Pada Kelompok eksperimen
Test Statisticsb
Totalskore
Mann-Whitney U .500
Wilcoxon W 36.500
Z -3.315
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .000
a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
80
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai hitung Mann-Whitney U= 500
dan koefisien Asymp.Sig. (2-tailed) 0,001< 0,05. Perhitungan statistik tersebut
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tindakan bullying siswa
pada kelompok eksperimen antara pre test dan post test. Perbedaan tersebut
menunjukkan ada penurunan tindakan bullying siswa pada kelompok
eksperimen setelah diberi treatment/perlakuan dengan metode psikodrama.
Tabel 4.11
Mean Rank Post Test Tindakan Bullying
Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Postest Eksperimen 8 4.81 38.50
Kontrol 8 12.19 97.50
Total 16
Pada tabel jumlah subyek untuk kelompok eksperimen sebanyak 8
siswa dan jumlah subyek pada kelompok kontrol juga 8 siswa. Skor ranking
rata-rata untuk kelompok eksperimen = 4,81 dan skor ranking rata-rata untuk
kelompok kontrol = 12,19. Jumlah ranking untuk kelompok eksperimen =
38,50 dan jumlah ranking untuk kelompok kontrol = 97,50.
81
Tabel 4.12
Uji Mann Whitney U Post Test Tindakan Bullying
Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Test Statisticsb
Postest
Mann-Whitney U 2.500
Wilcoxon W 38.500
Z -3.105
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .001a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai hitung Mann Whitney U = 2.500
dan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,05. Perhitungan statistik
tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tindakan bullying
siswa antara kelompok eksperimen dan kontrol. Perbedaan tersebut
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok ekperimen dan
kelompok kontrol setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan/treatment
dengan metode psikodrama.
Tabel 4.13
Pengurangan Skor Tindakan Bullying
Kategori Range
Jumlah siswa yang memperoleh treatment
Pre test Post test
Eks Kon Eks Kon
Sedang 42-59 - - 7 -
Tinggi 60-77 6 6 1 6
Sangat tinggi 78-95 2 2 - 2
Jumlah siswa 16 siswa 16 siswa
82
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa ada 16 siswa dari kelompok
eksperimen dan kontrol. Pada saat pre test kedua kelompok sama-sama berada
dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Dari kelompok eksperimen pada saat
pre test terdapat 6 siswa dalam kategori tinggi dan 2 siswa dalam kategori
sangat tinggi. Terjadi perubahan pada saat post test menjadi 7 siswa yang
masuk dalam kategori sedang dan 1 siswa masuk dalam kategori tinggi. Pada
kelompok kontrol jumlah siswa dan kategori pada pre test maupun post test
tidak terdapat perubahan. Artinya ada pengurangan tindakan bullying pada
kelompok eksperimen secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa metode
psikodrama dapat digunakan untuk mengurangi tindakan bullying pada siswa
kelas VI SDN Bawen 03.
4.5. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Metode psikodrama
dapat mengurangi tindakan bullying secara signifikan pada siswa kelas VI SDN
Bawen 03”. Berdasarkan hasil analisis uji Mann- Whitney U Post test yang dapat
dilihat pada tabel 4.10, menunjukkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05
yang artinya ada perbedaan yang signifikan tindakan bullying siswa pada kelompok
eksperimen. Mean Rank pada kelompok eksperimen berkurang dari 12,44 menjadi
4,56. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan berupa pengurangan skor tindakan
bullying siswa kelas VI SDN Bawen 03, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini diterima.
83
4.6. Pembahasan
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang telah dilaksanakan pada saat pre test,
tidak ada perbedaan tindakan bullying yang signifikan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,1000 >
0,05. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan metode psikodrama
selama delapan kali pertemuan, terjadi pengurangan tindakan bullying pada siswa
kelas VI SDN Bawen 03 secara signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil Asymp.
Sig. (2-tailed) 0,001 < 0,05 untuk pre test dan post test pada kelompok eksperimen.
Untuk mengetahui apakah pengurangan yang signifikan tersebut dikarenakan
perlakuan metode psikodrama atau karena faktor lain dari luar, maka diadakan
pengujian dengan kelompok kontrol. Hasilnya menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed)
0,002 < 0,05, ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan
dengan metode psikodrama. Jadi hasil post test menunjukkan bahwa metode
psikodrama dapat digunakan untuk mengurangi tindakan bullying. Adanya
pengurangan tindakan bullying dapat dikatakan berhasil karena dari hasil observasi
selama layanan dengan permainan peran psikodrama, kelompok eksperimen
mengikuti kegiatan tersebut dengan sangat antusias, gembira, dan memahami topik
yang diberikan serta dapat mengaplikasikan materi yang telah didapat pada saat
kegiatan permainan psikodrama.
84
Pada kegiatan psikodrama, siswa yang sebagian besar merupakan pelaku
bullying mempraktekkan situasi secara spontan dimana siswa dapat merasakan
bagaimana rasanya menjadi korban bullying. Sehingga siswa tersebut dapat
merasakan ketidaknyamanan sebagai korban dari tindakan bullying, dengan begitu
mereka akan merasa jera dan tidak akan lagi membully teman maupun adik kelasnya.
Suasana yang diciptakan, dikendalikan oleh pemimpin kelompok sehingga membuat
siswa tidak takut untuk bereksperimen dengan perilakunya yang baru. Setelah
pertunjukkan psikodrama selesai, mereka bertugas menilai dan menanggapi tentang
pertunjukkan psikodrama yang telah dilakukan oleh kelompok lain, pemimpin
kelompok menengahi selanjutnya anggota maupun pemimpin kelompok bersama-
sama menyimpulkan hasil kegiatan psikodrama tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Moreno (dalam
Romlah, 2001) yang menyatakan bahwa pada dasarnya manusia itu spontan dan
kreatif, tetapi spontanitas dan kreativitas ini berkuarang atau hilang karena kesalahan
dalam hubungan antar pribadi atau karena hambatan kebudayaan. Selain itu, hasil
penelitian ini juga mendukung teori yang dikemukakan oleh Corey (dalam, Romlah,
2001) yang menyatakan bahwa di dalam psikodrama klien memerankan situasi-situasi
dramatis yang dialaminya pada waktu lalu, sekarang, dan yang diantisipasi akan
dialami pada waktu yang akan datang, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian
yang lebih mendalam mengenai dirinya dan melepaskan tekanan-tekanan yang
85
dialami agar klien dapat mengenali perasaan-perasaannya dan dapat mengungkapkan
perasaannya sepenuhnya sehingga terbuka jalan untuk terbentuknya perilaku baru.
Tidak hanya berhenti disitu, seminggu setelah layanan selesai tepatnya pada
hari Kamis, 19 Desember 2013 yang dimulai sejak pukul 09.00 – 11.00 WIB, penulis
melakukan kegiatan pemantapan dengan memberikan layanan klasikal kepada
seluruh siswa kelas VI. Kegiatan ini bertujuan agar semua siswa kelas VI dapat
mengetahui tentang dampak dari tindakan bullying dan memerangi bullying sekecil
apapun itu. Sebelumnya penulis memberikan ice breaking agar siswa merasa rileks.
Kemudian penulis memberikan materi seputar bullying mulai dari pengertian
bullying, jenis-jenis bullying, faktor-faktor penyebab bullying, karakteristik pelaku
bullying, konsekuensi bullying, dan juga kebijakan sekolah tentang bullying. Penulis
menghimbau agar semua siswa bertindak tegas apabila melihat atau menjadi korban
bullying, jika tidak berani melawan maka penulis menganjurkan untuk segera
melaporkan tindakan bullying yang terjadi kepada guru supaya diberi sanksi yang
tegas sehingga pelaku menjadi jera. Selain itu penulis juga menampilkan video
tentang “yomodoku” (salah satu ilmu bela diri), dan menghimbau supaya siswa kelas
VI dapat menyalurkan hobinya dalam kegiatan yang lebih positif. Para siswa terlihat
sangat antusias dengan layanan yang diberikan. Penulis juga melakukan wawancara
dengan guru kelas, siswi kelas VI serta siswa kelas V. Dari hasil pemantapan pada
hari tersebut dapat dinyatakan bahwa ada pengurangan intensitas masalah bullying
baik fisik, verbal maupun psikologis pada siswa kelas VI SDN Bawen 03.