bab iv hasil penelitian dan pembahasan...75 bab iv hasil penelitian dan pembahasan dalam bab ini...

64
75 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini memuat deskripsi mengenai temuan- temuan yang telah diperoleh dari setiap tahap penelitian, meliputi: (1) hasil studi pendahuluan mengenai model faktual pembinaan sekolah imbas yang selama ini dilaksanakan oleh SD Marsudirini 77 Salatiga serta temuan kebutuhan dalam pembinaan; (2) pengembangan desain model pembinaan sekolah imbas Adiwiyata berbasis partisipasi; (3) hasil uji validasi pakar serta analisis dan hasil perbaikannya; (4) hasil uji kelayakan serta analisis dan hasil perbaikannya; (5) model pembinaan sekolah imbas Adiwiyata yang layak diujicobakan. 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 Studi Pendahuluan A. Profil Sekolah Sekolah yang menjadi subyek penelitian, yaitu SD Marsudirini 77 terletak dikawasan kompleks perumahan penduduk dimana dukungan penuh diberikan oleh masyarakat sekitar dan juga dari orang tua murid terhadap sekolah serta kemudahan akses menuju sekolah yang dapat dijangkau melalui jalur angkutan umum memberikan keuntungan yang besar

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 75

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini memuat deskripsi mengenai temuan-

    temuan yang telah diperoleh dari setiap tahap penelitian,

    meliputi: (1) hasil studi pendahuluan mengenai model

    faktual pembinaan sekolah imbas yang selama ini

    dilaksanakan oleh SD Marsudirini 77 Salatiga serta

    temuan kebutuhan dalam pembinaan; (2)

    pengembangan desain model pembinaan sekolah imbas

    Adiwiyata berbasis partisipasi; (3) hasil uji validasi pakar

    serta analisis dan hasil perbaikannya; (4) hasil uji

    kelayakan serta analisis dan hasil perbaikannya; (5)

    model pembinaan sekolah imbas Adiwiyata yang layak

    diujicobakan.

    4.1 HASIL PENELITIAN

    4.1.1 Studi Pendahuluan

    A. Profil Sekolah

    Sekolah yang menjadi subyek penelitian, yaitu

    SD Marsudirini 77 terletak dikawasan kompleks

    perumahan penduduk dimana dukungan penuh

    diberikan oleh masyarakat sekitar dan juga dari orang

    tua murid terhadap sekolah serta kemudahan akses

    menuju sekolah yang dapat dijangkau melalui jalur

    angkutan umum memberikan keuntungan yang besar

  • 76

    bagi sekolah. Walaupun sekolah swasta, mereka

    mampu mendapatkan murid yang cukup bahkan

    berlebih. Hal ini juga tidak terlepas dari adanya peran

    dari guru, karyawan, dan penjaga sekolah yang

    memiliki ketulusan, keikhlasan, dan loyalitas yang

    tinggi dalam memberikan yang terbaik bagi kemajuan

    sekolah.

    SD Marsudirini 77 sendiri memiliki visi yakni

    “Terwujudnya peserta didik yang handal, cerdas,

    kreatif, inovatif, Mandiri, beriman, berkepribadian

    utuh dan cinta terhadap lingkungan alam semesta”

    dan misi yang dikembangkan oleh sekolah

    berdasarkan visi adalah sebagai berikut:

    1. Melaksanakan penyusunan kurikulum untuk

    menghasilkan kurikulum inovatif.

    2. Mengembangkan kecerdasan intelektual,

    emosional dan spiritual dengan pembelajaran yang

    aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dengan

    pendekatan cinta lingkungan alam semesta.

    3. Melaksanakan kegiatan intrakurikuler dan

    ekstrakurikuler menuju proses akademik dan non

    akademik.

    4. Melaksanakan pembiasaan perilaku siswa dalam

    menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa.

    5. Melaksanakan berbagai kegiatan rohani untuk

    memperdalam iman.

  • 77

    6. Melaksanakan kegiatan dalam rangka

    mewujudkan, melestarikan, meningkatkan

    kwalitas dan mempertahankan lingkungan yang

    bersih, sehat, asri dan rapi.

    7. Melaksanakan kegiatan pengadaan sarana,

    prasarana yang memadai.

    8. Melaksanakan kegiatan peningkatan guru dan

    tenaga kependidikan.

    9. Melaksanakan penilaian yang utuh, obyektif dan

    otentik.

    Adapun tujuan pendidikan SD Marsudirini 77

    adalah:

    1. Warga Marsudirini menjadi pribadi yang utuh:

    seimbang antara intelektual, emosi dan rohani.

    2. Meningkatkan kualitas berbudi luhur, peduli

    sesama dan lingkungan.

    3. Mengembangkan keterampilan berbahasa dan

    menghargai budaya bangsa.

    4. Menyediakan sarana dan prasarana yang

    memenuhi tujuan sekolah dan pedagogik untuk

    menjamin terselenggaranya proses pendidikan

    yang bermakna, menyenangkan, dan

    memberdayakan.

    5. Mengembangkan kemampuan menjadi manusia

    yang handal, bisa dipercaya.

  • 78

    6. Menjalin kerjasama yang harmonis dengan

    masyarakat dan meningkatkan peran serta

    masyarakat sebagai sumber, pelaku dan

    pengguna hasil pendidikan.

    7. Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.

    8. Unggul dalam prestasi akademik, non-akademik

    dalam iman yang bercirikan Marsudirini.

    9. Meningkatkan pencapaian jumlah nilai rata-rata 3

    mata pelajaran Ujian Nasional (UN)

    10. Meningkatkan nilai rata-rata Ujian Nasional.

    SD Marsudirini 77 memiliki total guru kelas

    berjumlah 6 (enam) orang dimana setiap orang

    memegang satu kelas dan juga diberikan tugas

    tambahan diluar mengajar, kemudian 1 (satu) guru

    olahraga yang merupakan guru honorer atau guru

    bantu, 1 (satu) guru bahasa inggris, dan guru

    laboratorium bahasa. Selain guru, sekolah juga

    memiliki guru TU berjumlah 2 (dua) orang, pengurus

    kantin 1 (satu) orang, pengurus perpus dan lab 1

    (satu) orang, pengurus kebun 1 (satu) orang, dan

    satpam sekolah 1(satu) orang. Rata-rata semua guru

    bergelar sarjana kecuali guru olahraga. Dengan

    jumlah guru yang ada, SD Marsudirini 77 mampu

    untuk menampung siswa baru setiap tahunnya

    mencapai 50 siswa, dengan asumsi bahwa tidak ada

    siswa yang tinggal kelas.

  • 79

    SD Marsudirini 77 memiliki total ruang untuk

    kelas berjumlah 6 kelas dengan kesemua ruangan

    dalam kondisi baik dan luas per ruangan 56 m2, 1

    laboratorium bahasa, ruang komputer dengan kondisi

    baik dan luas 56 m2, ruang guru dengan kondisi baik

    dengan luas 35 m2, ruang kepala sekolah dengan

    kondisi baik dengan luas 7,5 m2, serta WC dan kamar

    mandi dengan kondisi rusak ringan dan luas 7 m2.

    B. Deskripsi dan Analisis Model Faktual

    Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata

    Pembinaan terhadap sekolah imbas Adiwiyata

    merupakan salah satu persyaratan sebuah sekolah

    agar dapat menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri,

    dimana didalamnya secara garis besar terdapat

    kegiatan sosialisasi, bimbingan teknik, dan

    pendampingan Adiwiyata. Adapun yang menjadi

    sasaran dalam pembinaan itu sendiri adalah sekolah-

    sekolah yang belum mengikuti program Adiwiyata

    ataupun yang sudah mengikuti program Adiwiyata,

    namun belum berhasil mencapai pada jenjang

    berikutnya.

    SD Marsudirini 77 Salatiga sebagai salah satu

    sekolah induk Adiwiyata telah menjalankan

    pembinaan dalam rangka mengikuti program

    Adiwiyata Mandiri tersebut selama satu tahun dan

  • 80

    sudah berhasil membina hingga beberapa sekolah

    imbasnya maju pada Adiwiyata tingkat Adiwiyata

    Provinsi. Namun hal tersebut belum cukup untuk

    menjadikannya sebagai sekolah Adiwiyata Mandiri,

    karena belum semua sekolah imbasnya berhasil

    menjadi sekolah Adiwiyata.

    Pada bagian ini akan dipaparkan lebih lanjut

    mengenai model pembinaan Adiwiyata yang

    dilaksanakan, mulai dari tahap perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan, hingga tahap

    evaluasinya. Data didapatkan melalui wawancara

    dengan ketua Adiwiyata sekaligus sebagai pembina

    Adiwiyata SD Marsudirini 77 yaitu Bapak Fx.

    Ernasyono, S.Pd.SD pada tanggal 01 November 2016

    bertempat di sekolah induk dan juga beberapa

    pengurus Adiwiyata dari sekolah imbas pada tanggal

    03 November 2016 yaitu Bapak Yaroni dan 07

    November 2016 yaitu Bapak Heri Sutanto, S.Pd yang

    bertempat di masing-masing sekolah imbas. Selain

    itu, data juga didapatkan dari hasil Focus Group

    Discussion (FGD) yang dilaksanakan pada tanggal 06

    Mei 2017 bertempat di SD Marsudirini 77 Salatiga.

    1. Analisis Kebutuhan Pembinaan

    Berdasarkan hasil wawancara yang telah

    dilakukan, ditemukan bahwa dalam menjalankan

  • 81

    pembinaan belum dilakukan analisis kebutuhan

    untuk masing-masing sekolah imbas secara

    terstruktur dan merata. Selama ini pembinaan

    dilakukan hanya berdasar pada kebutuhan spontan

    dari sekolah imbas. Hal ini diungkapkan oleh ketua

    Adiwiyata sekolah induk yang mengatakan bahwa:

    “Biasanya saya datang ke sekolah imbas untuk melihat

    keadaan lingkungan disana, kemudian

    memberitahukan kepada sekolah imbas apa yang

    diperlukan atau dibutuhan sekolah untuk mencapai

    Adiwiyata.” (sumber: wawancara tanggal 01 November

    2016)

    Hal serupa juga diungkapkan oleh 2 (dua)

    sekolah imbas yang ketika diwawancarai

    mengatakan bahwa:

    “Yang saya tahu adalah pembina pernah datang ke

    sekolah untuk melihat kondisi lingkungan sekolah

    kami dan memberitahukan apa saja yang dibutuhkan

    oleh sekolah kami dalam rangka mewujudkan sekolah

    Adiwiyata.” (sumber: wawancara tanggal 03 November

    2016)

    “Saya kurang begitu paham untuk itu, mungkin

    dilakukan analisis kebutuhan, namun itu antara

    kepala sekolah dengan Pembina.” (sumber: wawancara

    tanggal 07 November 2016)

    Hal ini juga kemudian diperkuat kembali oleh

    pembina pada saat FGD yang menegaskan kembali

    bahwa:

  • 82

    “Selama ini ketika saya melakukan pembinaan, tidak

    ada analisis khusus bagaimana kebutuhan sekolah

    imbas, saya melakukan pembinaan ketika ada

    permintaan dari sekolah imbas.” (sumber: FGD tanggal

    06 Mei 2017)

    Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa,

    selama ini dalam pelaksanaan pembinaan hanya

    berdasarkan kepada kebutuhan sekolah imbas

    secara spontan pada saat meminta kepada Pembina

    agar diadakan pembinaan kepada sekolah imbas

    tersebut dan belum pernah dilakukan analisis

    kebutuhan di awal perencanaan pembinaan.

    Langkah analisis kebutuhan yang dilakukan adalah

    hanya melalui observasi langsung ke sekolah pada

    saat tengah pembinaan. Padahal, setiap sekolah

    imbas memiliki kekhasannya masing-masing. Oleh

    karena itu, mengetahui apa yang sangat dibutuhkan

    oleh masing-masing sekolah pada awal pembinaan

    tentunya akan sangat membantu agar Pembina

    dapat dengan segera memberikan masukan atau

    saran-saran lainnya untuk pemecahan masalah

    kebutuhan tersebut.

    2. Perumusan Tujuan Pembinaan

    Sejalan dengan belum adanya analisis

    kebutuhan yang dilakukan oleh sekolah induk,

    sehingga menyebabkan belum ada rumusan tujuan

  • 83

    yang dibuat secara spesifik bagi masing-masing

    sekolah imbas. Selama ini tujuan pembinaan bagi

    sekolah imbas didasarkan kepada tujuan utama

    program Adiwiyata yaitu menjadikan sekolah imbas

    sebagai sekolah Adiwiyata. Hal ini diungkapkan oleh

    dua sekolah imbas ketika diwawancarai, yang

    mengatakan:

    “Yang saya tau adalah tujuan program Adiwiyata jelas

    untuk menjadi sekolah Adiwiyata dimana seluruh

    warga sekolahnya terutama memiliki karakter cinta

    lingkungan. Tetapi untuk tujuan spesifiknya saya

    belum pernah tau. (sumber: wawancara tanggal 03

    November 2016)

    “Kalau untuk tujuan secara khusus saya kurang

    paham ya, itu kepala sekolah yang tau, tetapi yang jelas

    tentunya tujuan pembinaan adalah membantu sekolah

    kami menjadi sekolah Adiwiyata. (sumber: wawancara

    tanggal 07 November 2016)

    Dalam pembinaan, rumusan tujuan menjadi

    bagian hal yang sangat krusial yang harus dibuat

    agar arah pembinaan arah dan sasaran pembinaan

    jelas, serta dapat diukur keberhasilan

    pembinaannya dengan bertolak dari tujuan awal

    yang telah dibuat.

  • 84

    3. Materi Pembinaan

    Dalam pelaksanaan pembinaan Adiwiyata yang

    telah dijalankan selama ini, materi pembinaan

    ditentukan secara spontan ketika hendak dilakukan

    pembinaan kepada sekolah imbas. Belum ada

    penentuan materi pembinaan yang dibuat secara

    spesifik berdasarkan kebutuhan sekolah imbas.

    Ketua Adiwiyata sekolah induk menyampaikan

    bahwa dari segi mengenai materi pembinaan dibuat

    secara langsung ketika akan melakukan pembinaan,

    dimana berdasarkan kebutuhan sekolah imbas pada

    saat itu, dan tidak ada materi yang dipersiapkan

    sebelumnya:

    “Untuk materi pembinaannya tentu saja berdasarkan

    kebutuhan sekolah imbas itu sendiri. Jadi misalkan

    sekolah imbas menghubungi saya untuk meminta

    tolong agar diberikan masukan mengenai capaian di

    sekolahnya seperti apa, apa yang kurang dan yang

    perlu diperbaiki, maka dalam hal ini apabila saya ada

    waktu kosong, maka saya akan datang ke sekolah

    tersebut untuk melakukan pembinaan dengan

    memberikan masukan-masukan hingga memberikan

    contoh. Misalkan saja dalam pengelolaan sampah,

    pengelolaan tanaman, dan lainnya. Atau bisa juga

    misalkan ada permintaan dari sekolah imbas yang

    meminta untuk melakukan kunjungan studi banding

    atau observasi kepada sekolah induk, maka dalam hal

    itu pembinaan yang kami berikan adalah dengan

    memberikan gambaran dan penjelasan mengenai

  • 85

    proses-proses yang dilakukan dalam hal mengelola

    lingkungan sekolah kami seperti apa, sebagai bagian

    dari perwujudan sekolah Adiwiyata.” (sumber:

    wawancara tanggal 01 November 2016)

    Hal ini didukung pula dari pernyataan 2 (dua)

    sekolah imbas, yaitu:

    “Materi apa yang dibina biasanya ditentukan secara

    spontan ketika antara sekolah imbas dan sekolah

    induk memiliki waktu kosong yang sama untuk

    diadakan pembinaan.” (sumber: wawancara tanggal 03

    November 2016)

    “Untuk materi dan waktu pembinaan biasanya

    dibicarakan langsung oleh Pembina dengan kepala

    sekolah terlebih dahulu.” (sumber: wawancara tanggal

    07 November 2016)

    Kondisi dimana tidak ada penyusunan materi

    pembinaan terlebih dahulu akan menyulitkan baik

    bagi Pembina maupun sekolah imbas, karena tidak

    diketahui urutan materi apa yang menjadi prioritas

    yang harus dibina dimasing-masing sekolah,

    sehingga tujuan pembinaan menjadi sulit untuk

    tercapai.

    4. Perencanaan Pembinaan

    Dalam pembinaan yang dilakukan sejauh ini

    belum ada proses perencanaan pembinaan yang

    dibuat secara matang. Selama ini pembinaan

    dilaksanakan secara isidental, sehingga persiapan

  • 86

    perencanaan pembinaannya juga bersifat isidental,

    dimana materi pembinaan yang diberikan

    berdasarkan kebutuhan sekolah imbas pada saat

    itu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh

    ketua Adiwiyata sekolah induk yang mengatakan

    bahwa:

    “Sejauh ini memang pada prinsipnya kami belum

    sampai sejauh itu (belum ada plot kegiatan, waktu

    pembinaan, penanggungjawab, dll) dalam membuat

    perencanaan khusus untuk pembinaan itu sendiri

    karena mengingat adanya beberapa pertimbangan

    terutama waktu, karena saya sendiri mengajar,

    sehingga pembinaan bisa dilakukan ketika saya ada

    waktu kosong atau tidak sedang mengajar dan juga

    harus menyesuaikan dengan waktu yang dimiliki oleh

    sekolah imbas itu sendiri apakah kepala sekolah imbas

    tersebut ada ditempat atau tidak. Dalam hal ini

    pembinaannya masih bersifat isidental.” (sumber:

    wawancara tanggal 01 November 2016)

    Hal ini kemudian ditegaskan kembali oleh

    ketua Adiwiyata sekolah induk pada saat FGD

    dilakukan, menyatakan bahwa:

    “Selama menjalankan program pembinaan, sebenarnya

    apa yang saya lakukan sudah mirip dengan apa yang

    diusulkan peneliti, hanya memang karena

    keterbatasan waktu dan kesibukan lainnya, maka

    tidak ada perencanaan yang secara khusus dibuat.

    Selama ini yang saya jalankan adalah, ketika ada

    sekolah imbas yang perlu atau meminta bantuan, saya

  • 87

    baru melakukan pembinaan.” (sumber: FGD tanggal 06

    Mei 2017)

    Hal ini pula didukung dengan tidak adanya

    penentuan metode pembinaan, jadwal dan tempat

    pembinaan yang dibuat, seperti yang diungkapkan

    kembali oleh ketua Adiwiyata sekolah induk, yang

    mengatakan bahwa:

    “Tidak ada penentuan metode pembinaan secara

    bersama, karena pembinaan dilakukan secara

    spontan, tanpa ada perencanaan apapun. Jadi, ketika

    sekolah imbas perlu apa, baru kami bina seperti apa,

    biasanya kami memberikan masukan-masukan

    berdasarkan pengalaman bagi sekolah imbas.”

    (sumber: wawancara tanggal 01 November 2016)

    Dan didukung oleh pernyataan dari kedua

    sekolah imbas yang mengatakan bahwa:

    “Tidak ada metode yang dibuat secara khusus dalam

    pembinaan, paling pembina datang untuk melihat

    capaian sekolah imbas.” (sumber: wawancara tanggal

    03 November 2016)

    Selama ini yang saya tau, pembina datang kesekolah

    untuk melihat capaian sekolah atau kami yang

    berkunjung ke sekolah induk untuk melihat keadaan

    sekolah induk, sebagai percontohan sekolah Adiwiyata

    sehingga kami tau bahwa sekolah Adiwiyata itu seperti

    apa. (sumber: wawancara tanggal 07 November 2016)

    Dari paparan di atas diketahui bahwa belum ada

    perencanaan pembinaan yang dibuat secara matang.

    Hal tersebut didukung melalui hasil studi dokumen

  • 88

    yang hanya menemukan daftar jadwal pembinaan

    yang dipersiapkan, namun belum ada plot tanggal

    dan materi pembinaannya seperti yang seharusnya

    dilakukan sebelum pembinaan dilaksanakan serta

    dari observasi ke sekolah induk, peneliti belum bisa

    mengikuti observasi kegiatan pembinaan karena

    pembina Adiwiyata masih disibukkan dengan tugas

    lainnya.

    Kondisi ini akan berpengaruh kepada kepada

    pelaksanaan dan keberhasilan pembinaan nantinya,

    dimana pada dasarnya perencanaan merupakan

    fungsi awal manajemen dimana perencanaan

    menggambarkan penyusunan rangkaian kegiatan

    yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan

    pembinaan. Apabila tidak ada perencanaan ataupun

    perencanaan tidak disusun dengan baik, maka

    kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan belum

    tentu mengarah kepada pencapaian tujuan, sehingga

    sulit untuk mewujudkan tujuan atau keberhasilan

    dalam pembinaan tersebut. Dalam hal ini, dapat

    disimpulkan dibutuhkan perencanaan pembinaan

    yang terkonsep, sehingga dapat kegiatan dalam

    pembinaan nanti akan jelas arahnya untuk mencapai

    keberhasilan dalam pembinaan.

  • 89

    5. Pengorganisasian Pembinaan

    Berkaitan dengan pengorganisasian

    pembinaan, selama ini belum ada pembentukan tim

    khusus untuk pembinaan, hal ini dikarenakan

    kesulitan dalam pembagian waktu, dimana para

    guru sudah disibukkan dengan tugas pokok mereka

    sebagai pengajar. Selain itu karena pembinaan

    Adiwiyata bukan merupakan tugas pokok utama

    melainkan sebagai tugas tambahan, sehingga

    kesediaan untuk ikut terlibat juga kurang, sesuai

    yang diungkapkan oleh ketua Adiwiyata sekolah

    induk:

    “Selama ini dalam menjalankan program pembinaan

    tidak ada pembentukan tim khusus atau apapun

    sejenisnya, pembinaan hanya dilakukan oleh saya

    selaku ketua Adiwiyata dan ataupun bersama Suster

    Kepala, dan terkadang juga saya mengajak beberapa

    guru yang memiliki jam kosong mengajar untuk ikut

    berkunjung ke sekolah imbas bersama saya, sehingga

    dengan melihat kondisi tersebut serta adanya beberapa

    alasan bahwa melihat dari kemampuan tiap personal

    anggota Adiwiyata yang tersedia dan juga kesediaan

    untuk melakukan pembinaan karena dalam hal ini

    Adiwiyata bukanlah tugas pokok setiap anggota namun

    bersifat sebagai tugas tambahan dan tidak ada

    kompensasi yang diberikan maka pembentukan tim

    khusus tersebut belum diadakan. Sehingga susah

    untuk melakukan pembinaan rutin karena tidak

    adanya pembina lain selain saya dan juga Suster

  • 90

    Kepala, apalagi sekarang saya juga merangkap jabatan

    sebagai Kepala Sekolah, akan semakin sulit untuk saya

    membagi waktu tersebut karena memang belum

    dilakukan reorganisasi keanggotaan Adiwiyata di

    sekolah.” (sumber: wawancara tanggal 01 November

    2016)

    Hal ini dikuatkan dengan pernyataan dari

    sekolah imbas mengenai kejelasan pengorganisasian

    dalam pembinaan, yakni:

    “Untuk waktu pembinaannya kurang diorganisir

    dengan baik. Mungkin rencana yang dulu pernah

    disosialisasikan di jalankan kembali.” (sumber:

    wawancara tanggal 03 November 2016)

    Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti

    dan studi dokumentasi, tidak temukan struktur

    pengurus atau kepanitiaan dalam pembinaan, yang

    ada hanya struktur pengurus Adiwiyata sekolah.

    Jika melihat kepada fungsi pengorganisasian

    sendiri, pengorganisasian digunakan untuk

    menyusun semua sumber baik sumber daya

    manusia maupun non manusia yang digunakan

    dalam perencanaan sehingga pembinaan dapat

    berjalan efektif dan efisien, sehingga apabila tidak

    ada pengorganisasian yang baik, maka akan sulit

    membuat pembinaan menjadi efektif, apalagi hanya

    di lakukan oleh beberapa orang. Sehingga diperlukan

    pengorganisasian dalam pembinaan yang baik, agar

  • 91

    dapat saling bekerjasama untuk mewujudkan tujuan

    pembinaan tersebut.

    6. Pelaksanaan Pembinaan

    Dalam pelaksanaan pembinaan sejauh ini dapat

    berjalan dengan baik, walaupun masih banyak

    kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya.

    Koordinasi antara sekolah induk dengan sekolah

    imbas cukup jelas dan dilakukan sebelum

    pembinaan dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi.

    Dalam sosialisasi juga sekolah induk berusaha

    untuk mengkomunikasikan tujuan pembinaan,

    memberikan motivasi, dan penguatan untuk

    mengikuti program Adiwiyata.

    Hal ini diungkapkan oleh pembina Adiwiyata

    yang mengatakan:

    “Proses pengorganisasian yang dilakukan sekolah

    induk dengan sekolah imbas dilakukan sebelum

    pembinaan dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi.

    Dalam sosialisasi, saya menyampaikan apa itu

    Adiwiyata, apa manfaatnya, bagaimana

    pengimplementasiannya, serta apa saja standar

    penilaiannya.” (sumber: wawancara tanggal 01

    November 2016)

    Pernyataan tersebut kemudian didukung oleh

    ungkapan pengurus Adiwiyata dari sekolah imbas

    yang mengatakan bahwa:

  • 92

    “Selama ini koordinasi sekolah induk dengan sekolah

    imbas cukup baik. Sekolah imbas dapat berkoordinasi

    tanpa harus bertemu dengan sekolah induk, misalnya

    via telepon, karena sekolah induk cukup terbuka

    untuk membantu sekolah kami. Proses pembinaan

    oleh Pak Ernas selaku ketua Adiwiyata mengadakan

    kunjungan ke SD Mangunsari 3, ataupun sebaliknya.

    Dalam kunjungan tersebut Pak Ernas banyak

    memberikan masukan dan juga contoh-contoh

    pengolahan lingkungan sekolah, misalnya saja

    pengolahan sampah itu seperti apa dan juga

    pengolahan tanaman sekolah dengan lahan yang kecil

    seperti sekolah kami ini, dan lainnya.”

    (sumber: wawancara tanggal 03 November 2016)

    “Selama ini koordinasi sekolah induk dengan

    sekolah imbas baik. Sekolah imbas dapat

    banyak memberikan masukan bagi sekolah

    kami.” (sumber: wawancara tanggal 07 November

    2016)

    Sebelum pembinaan dilaksanakan berdasarkan

    hasil wawancara lebih lanjut dengan ketua Adiwiyata

    sekolah induk didapatkan bahwa pada awalnya

    dilakukan sosialisasi mengenai program Adiwiyata

    kepada sekolah-sekolah imbas mulai dari pengertian

    Adiwiyata, administrasinya hingga teknis

    pelaksanaan program Adiwiyata itu sendiri serta

    didalam sosialisasi juga dijelaskan materi serta

    teknis pembinaan yang akan dilaksanakan, setelah

  • 93

    itu baru dilakukan pembinaan. Sosialisasi tersebut

    dilaksanakan beberapa kali oleh sekolah induk,

    termasuk pada saat ulang tahun sekolah. Hal ini

    diungkapkan oleh salah satu pengurus Adiwiyata di

    sekolah imbas yang menjelaskan bahwa:

    “Untuk sosialisasi pernah ada diberikan. Waktu itu

    ketika ulang tahun sekolah selalu ada sosialisasi

    mengenai sekolah Adiwiyata, kemudian ada sosialisasi

    mengenai pembagian tanaman dari sekolah induk

    kepada masing-masing sekolah imbas. Sedangkan

    sosialisasi khusus pembinaan itu sendiri pernah

    diberikan ketika ada pertemuan dengan sekolah-

    sekolah imbas untuk diberi pembekalan mengenai

    program Adiwiyata, khususnya kepada sekolah imbas

    yang memiliki kepala sekolah yang baru karena adanya

    rotasi kepala sekolah. Dalam sosialisasi itu sendiri

    diberitahukan mengenai materi pembinaannya apa

    saja, dan dalam pembinaan tersebut ada rencana yang

    dibuat untuk diadakannya pertemuan secara rutin

    setiap bulan.” (sumber: wawancara tanggal 03

    November 2016)

    Senada dengan hal tersebut disampaikan oleh

    pengurus Adiwiyata dari sekolah imbas lainnya:

    “Ada sosialisasi yang diberikan. Kebetulan yang

    mengikuti sosialisasi pada saat itu adalah Ibu Kepala

    Sekolah, sehingga bentuk sosialisasinya seperti apa

    saya kurang tau, tapi setahu saya, sekolah induk

    pernah melakukan sosialisasi mengenai Adiwiyata itu

    sendiri kepada kami.” (sumber: wawancara tanggal 07

    November 2016)

  • 94

    Pembinaan Adiwiyata dilaksanakan dalam

    bentuk kunjungan ke sekolah-sekolah imbas

    maupun dari pihak sekolah imbas yang datang

    mengunjungi sekolah induk untuk melakukan studi

    banding kepada sekolah induk. Dalam kunjungan

    tersebut, pembina melihat keadaan lingkungan

    sekolah serta keterlaksanaan program Adiwiyata

    disekolah imbas kemudian memberikan masukan-

    masukan serta contoh untuk kemajuan Adiwiyata

    disekolah imbas tersebut. Hal tersebut disampaikan

    oleh pengurus Adiwiyata sekolah imbas yang

    mengatakan:

    “Pembinaan dilakukan dengan pembina dari sekolah

    induk mengadakan kunjungan ke sekolah kami,

    ataupun sebaliknya. Dalam kunjungan tersebut

    pembina banyak memberikan masukan dan juga

    contoh-contoh pengelolaan lingkungan sekolah,

    misalnya saja pengolahan sampah, pengolahan

    tanaman sekolah, dan lainnya dimana tentunya bagi

    kami hal tersebut sangat membantu sekali karena

    kami bisa bertukar pengalaman dengan beliau karena

    memang beliaukan sudah menjadi sekolah Adiwiyata

    nasional, tentunya pengalamannya lebih banyak.”

    (sumber: wawancara tanggal 03 November 2016)

    Hal tersebut diungkapkan pula oleh pengurus

    Adiwiyata dari sekolah imbas lainnya yang

    mengatakan bahwa:

    “Pembinaan dilakukan dengan adanya kunjungan,

    baik dari sekolah imbas berkunjung ke sekolah induk,

  • 95

    maupun pembina datang berkunjung ke sekolah kami

    untuk melihat ketercapaian kami sudah sampai

    dimana, kemudian pembina memberikan masukan-

    masukan serta contoh-contoh megenai pengelolaan

    lingkungan, misalnya saja pengelolaan sampah,

    dimana dengan model yang seperti itu ya sangat

    membantu sekali, karena dengan begitu kami bisa

    mendapatkan masukan-masukan langsung dari

    pembina, berbagi pengalaman juga dengan beliau,

    serta kami bisa melihat secara langsung bagaimana

    pengelolaan lingkungannya, terutama kemarin bagi

    sekolah kami itu pada pengelolaan sampah dan juga

    kantin sekolah.” (sumber: wawancara tanggal 07

    November 2016)

    Adapun kendala yang dihadapi dalam

    pelaksanaan pembinaan adalah sulitnya

    menentukan waktu untuk pembinaan karena jadwal

    yang sudah disepakati terkadang berbenturan

    dengan jadwal kegiatan lain yang tidak bisa

    ditinggalkan oleh kepala sekolah dari sekolah-

    sekolah imbas, begitu pula sebaliknya. Terkadang

    pembina yang tiba-tiba tidak bisa mengunjungi

    sekolah imbas karena adanya kegiatan lain yang

    tidak bisa ditinggalkan. Selain itu kendala lainnya

    adalah kurangnya komitmen dan motivasi dari

    sekolah imbas untuk menjadi sekolah Adiwiyata dan

    adanya rotasi kepala sekolah, dimana sekolah imbas

    yang kepala sekolahnya baru menjabat belum tentu

    mengetahui mengenai program Adiwiyata serta

  • 96

    belum tentu mendukung program tersebut. Dalam

    kondisi seperti ini, pembina tidak bisa melaksanaan

    pembinaan, sehingga pembina harus mengulang

    untuk memberikan sosialisasi kembali kepada

    sekolah imbas. Hal ini didukung berdasarkan hasil

    observasi peneliti ke sekolah-sekolah imbas, dimana

    ada beberapa sekolah imbas yang kepala sekolahnya

    baru, ketika di minta untuk diwawancarai tidak

    bersedia karena tidak memahami konsep Adiwiyata.

    Hal tersebut pula disampaikan oleh pembina:

    “Kendala yang saya hadapi selama pelaksanaan

    pembinaan adalah penentuan waktu pembinaan.

    Terkadang waktu pembinaan yang sudah ditetapkan

    dimundurkan atau dibatalkan karena sekolah imbas

    ataupun sekolah induk mendadak mendapatkan tugas

    atau kegiatan dinas mendadak.

    Kendala lainnya adalah kurangnya komitmen dan

    motivasi yang dimiliki oleh sekolah imbas, misalkan

    saja contoh sederhananya adalah pembentukan tim

    Adiwiyata di masing-masing sekolah imbas, ada

    beberapa sekolah imbas yang sampai sekarang belum

    memiliki tim Adiwiyata di sekolahnya, sehingga dalam

    hal ini saya kesulitan untuk memberikan

    pembinaannya karena tidak ada pengurus Adiwiyata

    disekolah dan semuanya diserahkan kepada kepala

    sekolah, padahal belum tentu kepala sekolah juga bisa

    menjalankan karena kepala sekolah sendirikan

    disibukkan dengan tugasnya juga. Belum lagi jika ada

    pergantian atau rotasi kepala sekolah di sekolah imbas.

    Hal ini menyebabkan putusnya rantai Adiwiyata itu

  • 97

    sendiri karena tidak semua kepala sekolah di sekolah

    imbas mengetahui program Adiwiyata serta

    mengetahui bahwa sekolahnya menjadi sekolah imbas

    Adiwiyata SD Marsudirini 77 karena program

    Adiwiyata inikan adalah program tahunan dan bersifat

    kontinyu. Belum lagi apabila kepala sekolah yang baru

    tersebut tidak memiliki fokus pengembangan untuk

    sekolah Adiwiyata, tetapi lebih fokus ke akademik. Hal

    ini juga menyulitkan kami sebagai pembina karena

    harus mengulang pembinaan dari awal kembali.

    (sumber: wawancara tanggal 01 November 2016)

    Kendala ini juga dirasakan oleh sekolah imbas,

    seperti sesuai ungkapan dari pengurus Adiwiyata

    sekolah imbas:

    “Sesuai dengan sosialisasi, pada awalnya setelah

    sosialisasi akan dibuat jadwal pertemuan rutin, tetapi

    sampai sekarang hal itu belum terlaksana dan belum

    pernah ada pertemuan rutin mungkin karena

    kesibukan masing-masing jadi belum diadakan.”

    (sumber: wawancara tanggal 03 November 2016)

    Adapun kelebihan pembina dalam hal ini

    sekolah induk adalah mereka mau menuntun

    sekolah imbas dalam mewujudkan sekolah

    Adiwiyata, dimana sekolah induk tidak hanya

    melakukan observasi dan juga memberikan saran-

    saran, namun juga memberikan contoh

    pengelolaannya. Sedangkan kekurangannya adalah

    kurang banyaknya pertemua yang diadakan oleh

  • 98

    sekolah induk. Hal ini disampaikan oleh pengurus

    Adiwiyata sekolah imbas:

    “Kelebihannya adalah kebetulan pembina sudah

    memiliki pengalaman yang berkaitan dengan sekolah

    Adiwiyata, sehingga banyak hal-hal yang dapat

    dibagikan kepada kami sebagai bentuk pembinaan

    yang diberikan dan itu sangat membantu kami sekali.

    Selain itu pula, ketika kami ada kesulitan-kesulitan,

    pembina mudah dihubungi sekalipun secara tidak

    resmi. Sedangkan kekurangannya sendiri adalah

    sebenarnya pertemuan rutin itu sangat diperlukan oleh

    sekolah kami karena selain kami bisa berkomunikasi

    secara langsung mengenai kesulitan-kesulitan apa

    yang kami hadapi, kami juga bisa saling tukar pikiran

    mungkin dengan sekolah imbas lainnya sehingga bisa

    mendapatkan masukan-masukan untuk kemajuan

    sekolah kami dan juga kemajuan bersama.” (sumber:

    wawancara tanggal 03 November 2016)

    Hal ini diungkapkan pula oleh sekolah imbas

    lainnya:

    “Kelebihan pembinaan ini sendiri adalah SDN Salatiga

    06 mendapatkan keuntungan dengan observasi

    langsung ke SD Marsudirini 77, sehingga jelas apa

    yang harus dilakukan oleh sekolah terhadap

    lingkungan karena diberikan contoh nyata dari yang

    telah dilakukan oleh SD Marsudirini 77. Selain itu

    pula, dalam pembinaan tersebut kami merasa sangat

    terbantu karena selain memberikan contoh melalui

    observasi langsung, kami diberikan bantuan bibit

    tanaman dari SD Marsudirini 77. Sedangkan

    kekurangannya sendiri adalah dalam pembinaan

  • 99

    tersebut kurang banyak pertemuan-pertemuan yang

    diadakan. Konsistensinya memang bagus, namun

    sepertinya perlu juga untuk tatap muka secara rutin.”

    (sumber: wawancara tanggal 07 November 2016)

    Dari paparan diatas ditemukan bahwa dalam

    pelaksanaan pembinaan walaupun secara garis

    besar terlaksana, namun belum seutuhnya berjalan

    dengan baik, masih banyak kendala yang dihadapi

    oleh sekolah induk, dimana kesulitan dalam

    melaksanakan pembinaan karena jadwal yang

    terbentur, kesulitan karena sekolah imbas kurang

    termotivasi mengikuti kegiatan pembinaan,

    kesulitan karena adanya rotasi kepala sekolah.

    Kemudian dari sekolah imbas juga menginginkan

    adanya pertemuan-pertemuan rutin sehingga dapat

    bertukar pikiran secara langsung.

    7. Monitoring dan Evaluasi Pembinaan

    Berkaitan dengan pembinaan, kegiatan

    monitoring dilakukan pada saat pembinaan

    berlangsung dengan mengunjungi sekolah imbas

    langsung. Sedangkan untuk evaluasi kegiatan

    pembinaannya sendiri belum pernah dilakukan,

    yang dilakukan selama ini adalah evaluasi

    ketercapaian program Adiwiyata di sekolah-sekolah

    imbas dalam bentuk kunjungan secara langsung ke

    sekolah-sekolah imbas untuk melihat ketercapaian

  • 100

    Adiwiyata disekolah tersebut, kemudian memberikan

    masukan-masukan ataupun contoh-contoh kepada

    sekolah imbas. Selain itu juga berkenaan kewajiban

    administrasi, ada evaluasi dalam bentuk laporan

    kepada Dinas sebagai prasyarat sekolah Adiwiyata

    Mandiri berkenaan ketercapaian program tersebut

    disekolah imbas. Hal ini sesuai dengan pernyataan

    ketua Adiwiyata sekolah induk yang mengatakan:

    “Yang melakukan monitoring adalah Pembina dari

    sekolah induk dan juga pengawas dari Dinas

    Pendidikan serta dari Dinasi LH. Sedangkan untuk

    evaluasi dilakukan oleh tim penilai Adiwiyata Kota.

    Aspek yang dimonitoring adalah Sekolah imbas dan

    kendala-kendala dalam pelaksanaan Adiwiyata

    sedangkan aspek yang dievaluasi adalah hasil. Selama

    ini proses evaluasi dilakukan pada saat pembinaan

    dalam bentuk masukan-masukan, bersifat sebagai

    pengawasan.” (sumber: wawancara tanggal 01

    November 2016)

    Hal senada diungkapkan oleh pengurus

    Adiwiyata kedua sekolah imbas yang mengatakan:

    “Selama ini evaluasi yang dilakukan oleh pembina

    dalam bentuk seperti pengawasan, dalam artian

    pengawas bertanya mengenai apa kendala sekolah dan

    kemudian memberikan masukan mengenai apa saja

    yang harus dilakukan oleh sekolah untuk menuju

    sekolah Adiwiyata yang cukup jelas menurut saya.

    Kalau misalkan evaluasi secara tertulis mungkin ada

    dilakukan pembina sendiri berkaitan dengan bentuk

    laporan pertanggungjawaban sekolah dalam rangka

  • 101

    mengikuti Adiwiyata Mandiri itu.” (sumber: wawancara

    tanggal 03 November 2016)

    “Selama ini dari pihak SD Marsudirini 77 mengunjungi

    SDN Salatiga 06 untuk melihat secara langsung upaya

    atau perubahan-perubahan apa yang dilakukan SDN

    Salatiga 06 untuk mempersiapkan diri mengikuti

    program Adiwiyata ini.” (sumber: wawancara tanggal

    07 November 2016)

    Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa

    evaluasi untuk program pembinaan belum pernah

    dilakukan padahal evaluasi program sangat penting

    sebagai bentuk usaha untuk menilai bagaimana

    keseluruhan kegiatan pembinaan dari awal hingga

    akhir, dimana hasilnya digunakan untuk menjadi

    masukan untuk pelaksanaan pembinaan berikutnya

    serta untuk pengembangan pembinaan lebih lanjut.

    Evaluasi sebagai fungsi manajemen berguna untuk

    memberikan umpan balik pada proses perencanaan,

    pengorganisasian dan pelaksanaan yang telah

    dilakukan sehingga dapat diketahui kekurangan

    yang ada dan dapat diperbaiki untuk pembinaan

    selanjutnya. Selain itu pula evaluasi program

    berfungsi untuk mengetahui apa yang menjadi faktor

    pendukung dan penghambat program sehingga

    mendapatkan keputusan apakah program

    dilanjutkan, dihentikan, atau bahkan

    disebarluaskan.

  • 102

    Berdasarkan temuan-temuan pada studi

    pendahuluan mengenai model faktual pembinaan

    yang selama ini digunakan tertuang dalam gambar

    berikut.

    Gambar 4.1. Model Faktual Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata

    Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan bahwa

    penyelenggaraan pembinaan sekolah imbas Adiwiyata

    yang selama ini dilaksanakan adalah sebagai berikut.

    Program Adiwiyata merupakan program yang dibuat

    dengan tujuan untuk membentuk rasa kepedulian

    dan cinta lingkungan dari masyarakat, yang dimulai

    Sosialisasi

    dan

    Bimbingan

    teknik

    Pelaksanaan

    pembinaan Evaluasi hasil

    Laporan

    Akhir

    Sekolah

    Adiwiyata

    tingkat

    Kab/kota

    Sekolah

    Adiwiyata

    tingkat

    provinsi

    Sekolah

    Adiwiyata

    tingkat

    Nasional

    Sekolah

    Adiwiyata

    Mandiri

    Kepedulian dan

    cinta lingkungan

    Program

    Adiwiyata

    Menjadi sekolah

    Adiwiyata Nasional

    dan mempunyai 10

    sekolah imbas

    Program

    Pembinaan

    Adiwiyata bagi

    sekolah imbas

  • 103

    dari lingkungan sekolah. Program ini memiliki empat

    jenis penghargaan yang bertahap, mulai dari tingkat

    Kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan pada

    akhirnya menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri, dimana

    syarat untuk menjadi sekolah Adiwiyata Mandiri

    adalah sekolah tersebut sudah mencapai

    penghargaan Adiwiyata tingkat nasional serta

    memiliki minimal 10 sekolah binaan sebagai imbas

    Adiwiyata. Dalam program pembinaan, sebelum

    pembinaan dilaksanakan dilakukan sosialisasi dan

    bimbingan teknik kepada sekolah-sekolah imbas

    mengenai pengenalan program Adiwiyata,

    administrasinya, serta bagaimana penerapannya di

    sekolah, setelah itu baru pembinaan dilaksanakan.

    Dalam pembinaan yang selama ini dijalankan,

    belum ada perencanaan dan pengorganisasian untuk

    pembinaan itu sendiri yang dibuat secara mendetail,

    sehingga pelaksanaan pembinaannya bersifat

    isidental, dimana apabila antara sekolah imbas

    dengan pembina memiliki waktu kosong yang sama,

    maka baru diadakan pembinaan. Untuk materi

    pembinaannya berdasarkan kebutuhan sekolah

    imbas pada saat itu. Pembinaan dilaksanakan di

    masing-masing sekolah imbas, dengan pembina

    datang untuk memantau keadaan lingkungan sekolah

    dan berdiskusi dengan ketua pengurus Adiwiyata

  • 104

    lainnya atau juga di sekolah induk dalam bentuk studi

    banding ke sekolah tersebut, sehingga sekolah imbas

    dapat melihat secara langsung bentuk fisik dan

    keadaan sekolah Adiwiyata, dan diharapkan dapat

    memberikan inspirasi pada masing-masing sekolah

    imbas.

    Untuk evaluasi yang dalam pembinaan,

    berbentuk evaluasi hasil pembinaan, yaitu melihat

    bagaimana capaian sekolah-sekolah imbas selama

    pembinaan, dilakukan ketika pembinaan

    dilaksanakan. Evaluasi berbentuk lisan yaitu dengan

    diskusi mengenai kekurangan dan kesulitan apa yang

    dihadapi sekolah imbas, kemudian pembina

    memberikan masukan-masukan dan saran serta

    memberi contoh kepada sekolah imbas. Belum ada

    evaluasi khusus untuk program pembinaan itu

    sendiri yang dilaksanakan selama ini, sehingga belum

    dapat diketahui bagaimana keberhasilan dan

    kelemahan dari program yang selama ini dijalankan,

    padahal evaluasi program sangat penting dilakukan

    sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau

    peningkatan ketercapaian tujuan.

    Setelah evaluasi dilakukan, dibuat laporan

    mengenai kegiatan pembinaan serta capaian masing-

    masing sekolah imbas untuk diajukan sebagai

    prasyarat sekolah Adiwiyata Mandiri.

  • 105

    C. Deskripsi dan Analisis Kebutuhan

    Dari hasil penelitian berkenaan dengan

    pembinaan sekolah imbas yang dilakukan oleh

    sekolah induk, dari segi perencanaan dan

    pengorganisasian pembinaan dibutuhkan

    perencanaan dan pengorganisasian yang terkonsep

    dengan baik, dimana penyusunannya berdasarkan

    kebutuhan dari peserta pembinaan yang tidak lain

    adalah sekolah-sekolah imbas sekolah induk. Hal ini

    dikarenakan kemampuan dan kebutuhan tiap sekolah

    imbas yang beragam. Diperlukan pengorganisasian

    waktu untuk pembinaan yang disepakati bersama

    oleh kedua belah pihak dan sesuai rencana, materi

    pembinaan yang disesuaikan dengan kebutuhan

    masing-masing sekolah imbas, serta diperlukan

    adanya pembentukan kepengurusan atau kepanitiaan

    khusus pembinaan dan juga buku panduan untuk

    pembinaan yang jelas agar pembinaan dapat

    mengarah kepada pencapaian tujuan dan dapat

    berjalan dengan baik karena memiliki kepengurusan

    sehingga dapat saling bekerjasama, sehingga

    pembinaan dapat dijalankan sebaik-baiknya. Hal ini

    dibutuhkan karena adanya kendala yang dihadapi

    baik pembina maupun sekolah imbas dalam

    pembinaan adalah waktu pembinaan yang tidak bisa

    ditentukan karena berbenturan dengan kegiatan-

  • 106

    kegiatan penting lainnya, sehingga pembinaan

    bersifat isidental dan materi pembinaannya

    berdasarkan apa yang dibutuhkan peserta saat itu

    saja. Kemudian berdasarkan hasil wawancara,

    pembina merasakan waktu yang kurang dan kesulitan

    karena hanya beliau sendiri yang melaksanakan

    pembinaan dan juga bertanggung jawab secara

    keseluruhan atas pembinaan tersebut. Sedangkan

    dalam pelaksanaan dan evaluasi pembinaan,

    dibutuhkan jadwal pembinaan yang rutin dan

    dilaksanakan sesuai dengan jadwal serta diperlukan

    adanya evaluasi terhadap program pembinaan agar

    pembinaan berikutnya dapat menjadi lebih baik.

    4.2 HASIL PENGEMBANGAN

    4.2.1 Desain Model Pembinaan Sekolah Imbas

    Adiwiyata Berbasis Partisipasi

    Model pembinaan sekolah imbas Adiwiyata

    berbasis partisipasi dikembangkan berdasarkan hasil

    studi pendahuluan mengenai analisis terhadap model

    faktual dalam pembinaan. Pengembangan ini juga

    didasarkan pada hasil kajian teoritis terhadap

    manajemen dalam pembinaan. Pengembangan model

    dilaksanakan dengan tahap-tahap: (1) identifikasi

    kebutuhan dalam pembinaan yang didapat melalui

    analisis model faktual dalam pelaksanaan pembinaan

  • 107

    selama ini, (2) penyusunan program pembinaan, (3)

    validasi isi oleh pakar dalam bidang manajemen, pakar

    Adiwiyata, serta praktisi pembinaan.

    Penyusunan model pembinaan yang telah

    dikembangkan meliputi: (1) pendahuluan, dimana

    didalamnya berisi latar belakang, dasar hukum,

    tujuan, manfaat model, dan spesifikasi model; (2)

    kajian teori mengenai pembinaan berbasis partisipasi;

    (3) persyaratan pokok model; (4) deskrispi model yang

    meliputi, gambar model, rasional model, materi

    pembinaan, serta deskripsi tahap perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada

    perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan

    pembinaan, perumusan tujuan pembinaan,

    mengembangkan struktur program pembinaan,

    rencana pelaksanaan pembinaan, materi pembinaan,

    mengembangkan buku panduan pembinaan untuk

    pembina dan peserta pembinaan, panduan monitoring

    dan evaluasi pembinaan, serta merencanakan waktu

    pembinaan. Dalam pengorganisasian pembinaan

    meliputi pengorganisasian sumber daya manusia,

    dimana didalamnya disusun struktur kepengurusan

    pembinaan, jabaran tugas masing-masing, persyaratan

    personil, serta mekanisme kerja dalam kepengurusan

    pembinaan. Sedangkan pada pada pelaksanaan

    pembinaan terdiri dari sosialisasi pengenalan

  • 108

    Adiwiyata, tujuan, pengenalan dari segi administrasi

    Adiwiyata, dan bimbingan teknik pelaksanaan

    Adiwiyata serta pembinaan Adiwiyata. Setelah itu

    pelaksanaaan pembinaan itu sendiri, dimana

    didalamnya ada kegiatan monitoring dan evaluasi,

    serta rencana tindak lanjut. Pada bagian evaluasi

    meliputi evaluasi peserta pembinaan, pembina, dan

    evaluasi program pembinaan. Berikut adalah gambar

    desain model pembinaan.

    Gambar 4.2. Desain Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata

    Tujuan

    Pembinaan:

    sekolah

    imbassek

    olah

    Adiwiyata

    Manajemen

    Pembinaan

    sekolah

    imbas

    berbasis

    partisipasi

    Identifikasi

    Kebutuhan

    Perumusan

    Tujuan

    Penyusunan

    Kegiatan

    Pembinaan

    Koordinasi

    dengan

    Dinasi

    Pendidikan

    dan Dinas

    Lingkungan

    Hidup

    Pengorgani

    sasian

    pengurus

    dan peserta

    pembinaan

    Kegiatan

    pra-

    pembinaan:

    sosialisasi &

    bimbingan

    teknik

    Pembinaan

    sekolah

    Kegiatan

    Akhir:

    Refreksi dan

    rencana

    tindak lanjut

    Evaluasi

    program

    Perencanaan Pengorganisasian & pelaksanaan Evaluasi

    Program

  • 109

    4.2.2 Validasi Desain Model

    Setelah dibuat perancangan desain model

    pembinaan sekolah imbas Adiwiyata berbasis

    partisipasi kemudian dilakukan validasi oleh ahli

    secara teoritis terhadap desain model tersebut. Validasi

    model oleh ahli dilakukan dengan tujuan untuk

    mendapatkan masukan tentang kelemahan-kelemahan

    model dipandang dari segi teotiris oleh para ahli.

    Kelemahan-kelemahan tersebut kemudian diusahakan

    untuk dikurangi atau diperbaiki melalui revisi desain.

    Validasi model dilakukan melalui uji pakar, yaitu

    1 (satu) pakar dalam bidang manajemen, 1 (satu) pakar

    dalam bidang Adiwiyata, dan 1 (satu) pakar dalam

    bidang khusus pembinaan Adiwiyata. Validasi model

    dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa

    angket yang disertai dengan kolom cacatan atau

    komentar tambahan yang dapat diberikan oleh para

    ahli. Berikut adalah daftar para pakar pada tabel 4.1

    Tabel 4.1. Daftar Nama Pakar Validasi Model

    No Nama Bidang

    Keahlian Instansi

    1. Dr. Bambang Suteng Sulasmono, M.Si.

    Bidang Teknologi

    Pembelajaran

    Universitas Kristen Satya

    Wacana

    2. Dra. Susanti Pudji

    Hastuti, M.Sc.

    Bidang

    Adiwiyata

    Universitas

    Kristen Satya

    Wacana

    3. Arif Suryadi, S.T, M.M. Bidang

    Pembinaan Adiwiyata

    Dinas

    Lingkungan Hidup

  • 110

    Masukan-masukan oleh para ahli dirangkum dan

    dijadikan dasar dalam melakukan revisi model. Dan

    hasil validasi pakar dipaparkan dalam tabel 4.2

    berikut.

    Tabel 4.2. Hasil Validasi Model Oleh Pakar

    No Pakar Masukan

    1. Dr. Bambang Suteng

    Sulasmono,

    M.Si.

    1. Spesifikasi model perlu diperjelas, model ini model konseptual atau

    prosedural.

    2. Ada beberapa aspek yang sulit dinilai, karena memang belum ada di draft

    model.

    3. Cara merujuk rujukan/pustaka perlu konsisten.

    4. Bagan-bagan perlu diberi narasi

    seperlunya (arah panah, dll).

    2. Susanti Pudji

    Hastuti

    Ada dua hal yang dapat membedakan model dalam draft yang sudah disusun

    dalam kajian:

    1. Isi dari materi model pembinaan sekolah imbas tidak/belum

    tercermin, sehingga berdasarkan latar

    belakang yang ada kurang sinkron.

    2. Model pembinaan ini lebih cocok

    sebagai juklak umum karena banyak

    unsur manajeriil dan tata cara menjalankan pembinaan yang riil

    belum ada.

    3. Arif Suryadi,

    S.T., M.M.

    1. Kajian teori harus memuat

    pemahaman sekolah Adiwiyata secara

    makro kemudian spesifikasi variabel

    yang menjadi topik dijelaskan lebih lanjut.

    2. Pemahaman tentang sekolah

    Adiwiyata perlu diturunkan secara

    umum terlebih dahulu antara sekolah

    Adiwiyata Nasional dan Adiwiyata

    Mandiri. 3. Pengertian warga sekolah perlu

    dimasukkan, karena dalam sekolah

    Adiwiyata pelibatannya adalah warga

    sekolah.

  • 111

    No Pakar Masukan

    4. Kegiatan terkait sekolah Adiwiyata

    ditujukan untuk warga sekolah. 5. Pada struktur organisasi pengurus

    pembinaan, keterlibatan warga

    sekolah belum tampak dan bagan

    struktur perlu direvisi.

    Selain berupa masukan melalui kolom

    komentar/saran, diperoleh juga data dari angket

    berkaitan dengan kelayakan model yang

    dikembangkan. Komponen model yang divalidasi

    meliputi: (1) Desain model pembinaan sekolah imbas

    Adiwiyata berbasis partisipasi; (2) buku panduan bagi

    Pembina; (3) buku panduan bagi sekolah imbas; dan (4)

    buku panduan monitoring dan evaluasi.

    Pengkategorian kelayakan model dilakukan dengan

    membuat 4 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,

    dan rendah.

    Untuk mengetahui rentang tingkat kelayakan

    model dapat digunakan rumus:

    skor tertinggi-skor terendah

    aras kelayakan

    Sehingga:

    4-1

    3= 1

    Sehingga rentang nilai kelayakan dibawah adalah

    ini:

    Tidak Layak = 0,0 – 1,0

    Cukup Layak = 1,1 – 2,0

    Layak = 2,1 – 3,0

  • 112

    Sangat Layak = 3,1 – 4,0

    Berikut adalah hasil validasi ahli yang sudah

    dirata-rata setiap komponennya.

    Tabel 4.3. Rata-rata Hasil Validasi Pakar

    Aspek Rata-rata Hasil Validasi Ahli

    Rata-

    rata Dra. Susanti Pudji H., M.SC

    Dr. Bambang Suteng S., M.Si

    Pendahuluan 3,2 1,8 2,5

    Kajian Teori 3,0 3,0 3,0

    Prasyarat Pokok

    Model 2,0 3,0 2,5

    Deskripsi Model

    Pembinan 3,0 3,0 3,0

    Perencanaan Pembinaan

    2,5 2,6 2,6

    Pengorganisasian

    Pembinaan 3,4 2,0 2,7

    Pelaksanaan

    Pembinaan 2,8 3,0 2,9

    Monitoring dan

    Evaluasi 3,0 3,0 3,0

    Model

    Pembinaan Secara

    Keseluruhan

    2,5 2,6 2,6

    Rata-rata Total 2,7

    Berdasarkan hasil analisis data validasi ahli

    diperoleh rerata 2,7, sehingga untuk setiap komponen

    model dapat dikatakan layak untuk diujicobakan.

    4.2.3 Revisi Desain Model

    Model yang telah diberi penilaian oleh pakar

    kemudian di perbaiki agar kelemahan-kelemahannya

  • 113

    dapat dikurangi. Tabel berikut menunjukkan hasil

    revisi model yang telah dilakukan.

    Tabel 4.4. Hasil Revisi Desain Model

    No Masukan Hasil Revisi

    1 Spesifikasi model perlu diperjelas, model ini model

    konseptual atau prosedural.

    Telah diberi tambahan penjelasan mengenai

    jenis model, yaitu model

    prosedural dengan

    alasan bahwa model

    yang dikembangkan adalah model yang

    didalamnya berupa

    langkah-langkah dalam

    melaksanakan

    pembinaan

    2 Ada beberapa aspek yang sulit

    dinilai, karena memang belum ada di draft model.

    Telah di tambahkan ke

    dalam model aspek yang harus dinilai.

    3 Cara merujuk

    rujukan/pustaka perlu

    konsisten.

    Telah direvisi rujukan

    pustaka di dalam model.

    4 Bagan-bagan perlu diberi

    narasi seperlunya (arah panah,

    dll).

    Telah diperbaiki penulis

    dengan menambahkan

    narasi pada setiap bagan yang ada di dalam

    model.

    5 Ada dua hal yang dapat

    membedakan model dalam draft yang sudah disusun

    dalam kajian:

    - Isi dari materi model pembinaan sekolah imbas

    tidak/belum tercermin,

    sehingga berdasarkan latar

    belakang yang ada kurang

    sinkron.

    - Model pembinaan ini lebih cocok sebagai juklak umum

    karena banyak unsur

    manajeriil dan tata cara

    menjalankan pembinaan

    yang riil belum ada.

    Telah direvisi mengenai

    latar belakang model

    yang disesuaikan

    dengan tujuan

    pembuatan model.

    6 Kajian teori harus memuat pemahaman sekolah Adiwiyata

    Telah ditambahkan di dalam kajian teori

  • 114

    No Masukan Hasil Revisi

    secara makro kemudian

    spesifikasi variabel yang menjadi topik dijelaskan lebih

    lanjut.

    mengenai konsep dasar

    Adiwiyata secara makro

    7 Pemahaman tentang sekolah

    Adiwiyata perlu diturunkan

    secara umum terlebih dahulu

    antara sekolah Adiwiyata Nasional dan Adiwiyata

    Mandiri.

    Telah di tambahkan ke

    dalam kajian teori di

    dalam model mengenai

    jenjang penghargaan program Adiwiyata

    8 Pengertian warga sekolah perlu

    dimasukkan, karena dalam

    sekolah Adiwiyata

    pelibatannya adalah warga

    sekolah.

    Telah ditambahkan di

    dalam kajian teori model

    mengenai pengertian

    warga sekolah.

    9 Kegiatan terkait sekolah Adiwiyata ditujukan untuk

    warga sekolah.

    Telah ditambahkan ke dalam kajian teori

    mengenai kegiatan

    terkait Adiwiyata.

    10 Pada struktur organisasi

    pengurus pembinaan,

    keterlibatan warga sekolah belum tampak dan bagan

    struktur perlu direvisi.

    Telah diperbaiki bagan

    struktur kepengurusan

    pembinaan.

    4.2.4 Uji Kelayakan Model

    Desain model yang telah diberi penilaian oleh

    pakar dan telah di revisi kemudian di uji kelayakannya.

    Uji kelayakan dilakukan melalui Focus Group

    Discussion (FGD), pada tanggal 06 Mei 2017 dengan

    menghadirkan praktisi-praktisi dalam bidang

    pembinaan Adiwiyata, baik penyelenggara atau dari

    sekolah induk, maupun peserta atau dalam hal ini

    adalah sekolah imbas, sebagai sekolah yang dibina.

    Berikut adalah daftar nama praktisi pada uji kelayakan

    model.

  • 115

    Tabel 4.5. Daftar Nama Praktisi pada Uji Kelayakan Model

    No Nama Bidang

    Keahlian Instansi

    1 Fx. Ernastyono,

    S.Pd.SD

    Praktisi

    Pembina

    Adiwiyata

    Kepsek SD

    Marsudirini 77

    2 Arif Suryadi Praktisi

    Pembina

    Adiwiyata

    Kabid. LH

    3 Yaroni Praktisi sekolah imbas

    Pustakawan

    4 Indriyati Praktisi

    sekolah imbas

    Kepsek SD N

    Salatiga 06

    5 Syaroh Praktisi

    sekolah imbas

    Kepsek SD N

    Pulutan 02

    6 Melanius Jaja Praktisi SD N

    Salatiga 06

    Guru SD N

    Salatiga 06

    7 Dr. Yari Dwi K, M.Pd Dosen

    Pembimbing

    UKSW

    8 Endang Dwi W. Pengawas SMP

    Dinas Pendidikan Kota

    Salatiga

    9 Indri Sugiyanto Praktisi

    sekolah

    Adiwiyata

    Ketua Adiwiyata

    SMP N 06

    Salatiga

    10 Mutia Ayu K - Mahasiswa MMP

    UKSW

    11 Aih Ervanti A. - Mahasiswa MMP

    UKSW

    12 Brigitta Putri A. - Mahasiswa MMP UKSW

    13 Siti Zubaidah - Mahasiswa MMP

    UKSW

    14 Ardika L. Putra - Mahasiswa

    UKSW

    15 Egidius Virgo - Mahasiswa MMP

    UKSW

    Masukan-masukan melalui FGD dirangkum dan

    dijadikan dasar dalam melakukan revisi model hingga

    diperoleh model yang layak diujicobakan. Berikut

    adalah komentar/saran hasil FGD yang didapat dari

    instrumen FGD yang telah dibuat.

  • 116

    Tabel 4.6. Hasil Uji Kelayakan Model melalui FGD

    No Nama Masukan

    1 Fx. Ernastyono, S.Pd.SD Bagus!

    2 NN Semoga bisa menjadi panduan

    untuk sekolah imbas Adiwiyata

    3 Indriyati - Lebih khusus dalam

    pengambilan judul

    - Model memang masih teori,

    nanti dalam implementasi sekolah Adiwiyata akan

    tercapai

    - Terima kasih sudah

    dibuatkan panduan-

    panduannya.

    Selain berupa masukan melalui kolom

    komentar/saran, diperoleh juga data dari angket

    berkaitan dengan kelayakan model yang

    dikembangkan. Komponen model yang divalidasi

    meliputi: (1) Desain model pembinaan sekolah imbas

    Adiwiyata berbasis partisipasi; (2) buku panduan bagi

    Pembina; (3) buku panduan bagi sekolah imbas; dan (4)

    buku panduan monitoring dan evaluasi.

    Pengkategorian kelayakan model dilakukan dengan

    membuat 4 kategori yaitu sangat layak, layak, cukup

    layak, dan kurang layak.

    Berikut adalah hasil angket pada uji kelayakan

    bersama dengan praktisi.

    Tabel 4.7. Rata-rata Hasil Uji Kelayakan Model Dalam FGD

    Aspek Hasil Validasi Praktisi Rata

    -rata I II III IV V VI

    Pendahuluan 3 3 4 3,5 3,5 3,75 3,5

    Kajian Teori 3,25 3 4 3,75 3,5 3,75 3,5

  • 117

    Aspek Hasil Validasi Praktisi Rata

    -rata I II III IV V VI

    Prasyarat

    Efektivitas Model 3 3 4 3 3 4 3,3

    Deskripsi Model

    Pembinaan 3,8 3 3,8 3 3,8 4 3,6

    Perencanaan

    Pembinaan 3,2 3,0 4,0 3,5 3,4 4,0 3,5

    Pengorganisasian

    Pembinaan 3,25 3 3,75 3 3,5 4 3,4

    Pelaksanaan

    Pembinaan 3 3 4 4 3 4 3,5

    Monitoring dan Evaluasi 3,0 3,0 4,0 3,4 3,0 3,0 3,2

    Buku Panduan

    Bagi Pembina &

    Sekolah Imbas 3,0 3,0 4,0 3,4 3,3 3,7 3,4

    Panduan

    Monitoring &

    Evaluasi 3,0 3,0 4,0 3,2 3,3 3,7 3,4

    Model Pembinaan

    Secara

    Keseluruhan 3,0 3,0 4,0 3,7 3,0 3,8 3,4

    Rata-rata Total 3,4

    Berdasarkan hasil analisis data validasi ahli

    diperoleh rerata 3,4, sehingga untuk setiap komponen

    model dapat dikatakan sangat layak untuk

    diujicobakan.

    Tidak hanya masukan melalui angket yang

    diberikan, tetapi terdapat pula masukan yang

    diberikan secara langsung pada saat FGD berlangsung.

    Berikut adalah masukan/saran yang diberikan.

  • 118

    Tabel 4.8. Hasil Diskusi FGD

    No Nama Saran/Masukan

    1 Arif Suryadi, S.T., M.M

    - Pada bagian judul, kata “mandiri” mengesankan

    kepada sekolah yang sudah

    menjadi sekolah Adiiwyata

    - Tolok ukur penilaian

    Adiwiyata dimasukkan - Basis partisipasi dipertajam

    2 Endang Dwi, W, M.Pd. - Ketepatan pemberian judul

    - Indikator penilaian

    - Instrumen pembinaan

    3 Fx. Ernastyono,

    S.Pd.SD

    - Memilih sekolah imbas

    berdasarkan kedekatan

    emosional

    - Pembinaan dilaksanakan berdasarkan perkiraan

    kebutuhan sekolah imbas

    - Selama membina, merasa

    kalau komitmen dari sekolah

    imbas untuk mengikuti program Adiwiyata sangat

    kurang

    - Ketika terjadi re-organisasi

    kepala sekolah, maka program

    Adiwiyata di sekolah tersebut

    seolah mati dan seolah merupakan program yang

    baru dikenalkan.

    - Adanya kendala di waktu,

    menyebabkan pembinaan

    menjadi tidak terencana, sehingga dengan adanya

    model dapat membantu

    karena perencanaan menjadi

    terencana degan baik.

    4 Indri sugiyanto - Topik tesis sudah benar,

    namun pada judul perlu

    ditambahkan tempat penelitian, sehingga cakupan

    tidak terlalu luas dan terbatas

    kepada sekolah yang diteliti

    saja.

    5 Melanius Jaja - Terima kasih sudah

    membuatkan panduan untuk pembinaan Adiwiyata.

  • 119

    No Nama Saran/Masukan

    6 Dr. Yari Dwi K, M.Pd - Pertimbangkan semua

    masukan yang diberikan - Operasionalkan panduan-

    panduan

    4.2.5 Revisi Model

    Masukan-masukan yang diperoleh melalui FGD

    dijadikan dasar untuk melakukan revisi terhadap

    model sehingga diperoleh yang diperoleh secara

    konseptual teoritis. Aspek-aspek yang sudah direvisi

    meliputi:

    a. Judul Desain Model

    Judul desain model mengalami perubahan dari

    yang semula adalah “Model Pembinaan Sekolah Imas

    Adiwiyata Mandiri Berbasis Partisipasi” kemudian

    menjadi “Model Pembinaan Sekolah Imbas Adiwiyata

    Berbasis Partisipasi.

    b. Indikator Pencapaian dan Standar Penilaian

    Terdapat penambahan indikator dan standar

    penilaian sebagai tolok ukur keberhasilan pembinaan

    terhadap sekolah imbas.

    c. Operasional Panduan

    Telah dilakukan revisi terhadap buku panduan

    sehingga menjadi lebih operasional dengan

  • 120

    memperjelas masing-masing peran dalam setiap

    panduan tersebut.

    d. Instrumen Pembinaan

    Telah dilakukan penambahan instrumen

    pembinaan yang dapat digunakan baik bagi sekolah

    imbas maupun bagi pembina dalam pelaksanaan

    pembinaan.

    Berikut adalah model final hasil uji kelayakan

    model melalui FGD.

    Gambar 4.3. Model Final Hasil Uji Kelayakan

    Pembinaan

    sekolah

    imbas

    Manajemen

    Pembinaan

    sekolah

    imbas

    berbasis

    partisipasi

    Identifikasi

    Kebutuhan

    Perumusan

    Tujuan

    Penyusunan

    Kegiatan

    Perencanaan

    Koordinasi

    dengan

    Dinasi

    Pendidikan

    dan Dinas

    Lingkungan

    Hidup

    Pengorganis

    asian

    pengurus

    dan sekolah

    imbas

    Kegiatan

    pra-

    pembinaan:

    sosialisasi &

    bimbingan

    teknik

    Kegiatan

    Akhir: Refleksi dan

    rencana

    tindak lanjut

    Pengorganisasian & pelaksanaan Monitoring &

    Evaluasi

    Tujuan

    Pembinaan:

    sekolah

    imbasseko

    lah

    Adiwiyata

    Monitoring

    & Evaluasi

    program

  • 121

    Untuk melaksanakan pembinaan berbasis

    partisipasi, perlu dipersiapkan dengan baik bagaimana

    strategi pembinaan yang akan dilakukan. Untuk

    menciptakan atau menghasilkan strategi yang tepat,

    maka perlu diidentifikasi kebutuhan masing-masing

    sekolah imbas, dimana kebutuhan tersebut kemudian

    menjadi dasar untuk perumusan tujuan dan strategi

    pembinaan yang akan dilakukan, yang kemudian

    tertuang dalam perencanaan pembinaan yang berbasis

    kepada kebutuhan setiap sekolah imbas.

    Kemudian dalam mengorganisasi pembinaan, maka

    diperlukan kerja sama semua pihak yang terlibat. Setiap

    komponen yang terlibat tersebut diberi penjabaran

    kedudukan masing-masing personil serta tugas dan

    perannya sehingga jelas apa yang menjadi tugas dan

    tanggung jawabnya.

    Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan,

    terdapat kegiatan pra-pembinaan yang didalamnya

    terdiri dari dua kegiatan yakni sosialisasi Adiwiyata dan

    bimbingan teknik, yang bertujuan agar semua sekolah

    imbas mengetahui konsep sekolah Adiwiyata secara

    umum dan bagaimana pelaksanaannya yang harus

    dilakukan. Setelah itu masuk dalam kegiatan inti yaitu

    pelaksanaan pembinaan itu sendiri dimana

    pelaksanaannya dilaksanakan sesuai dengan

    perencanaan yang dibuat berdasarkan kesepakatan

  • 122

    bersama antara sekolah induk dengan sekolah imbas.

    Dan yang terakhir adalah kegiatan akhir yang

    didalamnya ada kegiatan refleksi dan rencana tindak

    lanjut untuk pembinaannya. Dalam pelaksanaan

    pembinaan juga dilakukan kegiatan monitoring selama

    kegiatan berlangsung, sehingga pembinaan yang

    dilaksanakan tidak melenceng dari tujuan awal dan

    apabila terdapat masalah yang dihadapi dalam

    pembinaan dapat segera diatasi bersama antar sekolah

    induk dengan sekolah imbas.

    Hasil dari kegiatan akhir juga menjadi acuan dalam

    mengevaluasi pembinaan, baik evaluasi pembinaanya

    secara keseluruhan, evaluasi proses pembinaan, dan

    evaluasi hasil pembinaan. Hasil evaluasi tersebut

    kemudian menjadi dasar untuk mengetahui apakah

    pembinaan yang dilaksanakan dapat dikatakan sudah

    atau belum berhasil.

    Kegiatan tersebut mulai dari perencanaan hingga

    tahap evaluasi mengalami pengulangan begitu

    seterusnya hingga pembinaan yang dilaksanakan

    mencapai hasil yang maksimal atau yang dinginkan,

    yakni sekolah imbas dapat berhasil menjadi sekolah

    Adiwiyata dan dapat mengembangkan diri sehingga

    dapat berhasil pada tahap atau tingkat sekolah

    Adiwiyata selanjutnya.

  • 123

    Berikut adalah tabel perbandingan untuk melihat

    pengembangan model pada setiap tahapan

    pengembangan.

  • 124

    Tabel 4.9. Hasil Pengembangan Model Pada setiap Tahapan Pengembangan

    No Aspek Model Faktual

    Desain

    Pengembangan

    Model Awal

    Model Hasil

    Validasi Pakar

    Model Hasil Uji

    Kelayakan

    1 Gambar

    Model

    Tidak terdapat

    rincian kegiatan yang jelas pada

    tiap tahapan

    kegiatan

    Terdapat siklus

    dengan rincian kegiatan yang jelas

    pada tiap tahapan

    kegiatan

    Terdapat siklus

    dengan rincian kegiatan yang jelas

    pada tiap tahapan

    kegiatan

    Terdapat siklus dengan

    rincian kegiatan yang jelas pada tiap tahapan

    kegiatan

    Tidak ada kolom

    tindak lanjut

    Ada kolom tindak

    lanjut

    Ada kolom tindak

    lanjut

    Ada kolom tindak lanjut

    2 Perencanaan Tidak ada

    kegiatan analisis kebutuhan

    pembinaan,

    perumusan

    tujuan, dan

    penyusunan kegiatan

    pembinaan.

    Ada kegiatan analisis

    kebutuhan pembinaan,

    perumusan tujuan,

    dan penyusunan

    kegiatan pembinaan.

    Ada kegiatan

    analisis kebutuhan pembinaan,

    perumusan tujuan,

    dan penyusunan

    kegiatan pembinaan.

    Ada kegiatan analisis

    kebutuhan pembinaan, perumusan tujuan, dan

    penyusunan kegiatan

    pembinaan.

    Tidak terdapat

    buku pegangan

    bagi Pembina,

    sekolah imbas,

    dan untuk kegiatan

    Terdapat buku

    pegangan bagi

    Pembina, sekolah

    imbas, dan untuk

    kegiatan monitoring dan evaluasi namun

    kurang operasional

    Terdapat buku

    pegangan bagi

    Pembina, sekolah

    imbas, dan untuk

    kegiatan monitoring dan evaluasi namun

    kurang operasional

    Buku panduan lebih

    dioperasionalkan

  • 125

    No Aspek Model Faktual

    Desain

    Pengembangan

    Model Awal

    Model Hasil

    Validasi Pakar

    Model Hasil Uji

    Kelayakan

    monitoring dan

    evaluasi

    dan masih terlalu

    teoritis

    dan masih terlalu

    teoritis.

    3 Pengorganisasian

    Belum ada pembentukan

    pengurus

    pembinaan

    Ada pembentukan pengurus pembinaan

    beserta dengan syarat

    dan tugas masing-

    masing personil

    Ada pembentukan pengurus

    pembinaan beserta

    dengan syarat dan

    tugas masing-

    masing personil

    Ada pembentukan pengurus pembinaan

    beserta dengan syarat dan

    tugas masing-masing

    personil

    4 Pelaksanaan Tidak ada

    tahapan dalam pelaksanaan

    Ada tahapan dalam

    pelaksanaan, yaitu tahap persiapan, pra-

    pembinaan,

    pembinaan, dan

    kegiatan akhir

    Ada tahapan dalam

    pelaksanaan, yaitu tahap persiapan,

    pra-pembinaan,

    pembinaan, dan

    kegiatan akhir

    Ada tahapan dalam

    pelaksanaan, yaitu tahap persiapan, pra-

    pembinaan, pembinaan,

    dan kegiatan akhir

    5 Monitoring

    dan Evaluasi

    Belum ada

    dilakukan evaluasi program

    Dilakukan evaluasi

    program

    Dilakukan evaluasi

    program

    Dilakukan evaluasi

    program

  • 126

    4.3 PEMBAHASAN

    Model pembinaan sekolah imbas Adiwiyata berbasis

    partisipasi ini dikembangkan dengan merujuk pada

    rancangan pengembangan model oleh Borg and Gall,

    yang kemudian langkah-langkah pengembangannya di

    modifikasi sehingga menghasilkan langkah

    pengembangan: (1) studi pendahuluan; (2) penyusunan

    model; (3) revisi dan validasi model; dan (4) model yang

    layak diuji cobakan.

    Model pembinaan sekolah imbas Adiwiyata

    dikembangkan dengan berbasis partisipasi dengan

    harapan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang

    ada pada model pembinaan yang dilaksanakan

    sebelumnya, dimana selama ini baik sekolah induk

    maupun sekolah imbas kesulitan dalam menentukan

    jadwal pembinaan, hal ini dikarenakan kesibukan

    masing-masing pihak sehingga tidak ada perencanaan

    yang dibuat secara khusus serta tidak ada pembentukan

    pengurus pembinaan yang dibuat yang berakibat

    pembina mempersiapkan sendiri untuk pelaksanaan

    pembinaan secara keseluruhan. Kemudian kendala

    lainnya adalah putusnya rantai Adiwiyata ketika ada

    rotasi kepala sekolah yang terjadi di sekolah imbas,

    sehingga menyulitkan Pembina ketika harus membina

    sekolah imbas tersebut karena harus mengulang

    pembinaan dari awal. Disisi lain motivasi dan komitmen

  • 127

    sekolah imbas dirasa sangat kurang, sehingga Pembina

    juga kesulitan dalam membina karena sekolah imbas

    seperti kehilangan motivasi dan komitmen untuk

    melaksanakan program Adiwiyata. Selain itu dari segi

    manajemen, belum ada perencanaan untuk pembinaan

    yang dibuat secara menyeluruh dan terkonsep dengan

    baik, sehingga pembentukan tim pengurus juga tidak

    ada, evaluasi program juga belum pernah dilakukan.

    Adanya kendala-kendala tersebut berdampak pada

    terkendalanya pula keberhasilan program pembinaan

    yang dilaksanakan dan menimbulkan ketidakefektifan

    pelaksanaan pembinaan. Bertolak dari adanya

    hambatan-hambatan tersebut, maka diperlukan

    pengembangan model pembinaan yang dapat mengatasi

    masalah atau hambatan tersebut.

    Pengembangan model dilakukan dengan merujuk

    kepada 4 komponen manajemen, yaitu perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan, dan monitoring dan

    evaluasi, dimana dalam setiap komponen dimasukkan

    konsep partisipasi didalamnya, yaitu partisipasi dari

    sekolah imbas agar sekolah imbas turut

    bertanggungjawab dalam pelaksanaan pembinaan.

    Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

    Mathis (2009: 307-308) mengenai pembinaan, yaitu

    empat tingkatan pokok dalam kerangka kerja untuk

    mengembangkan rencana pembinaan strategis, antara

  • 128

    lain: (1) mengatur strategi yang akan digunakan dalam

    pembinaan, (2) merencanakan, dimana di dalamnya

    tujuan dan harapan dari pembinaan harus diidentifikasi

    serta diciptakan agar tujuan dari pembinaan dapat

    diukur untuk mengetahui efektivitas pembinaan, (3)

    mengorganisasi, yaitu pembinaan tersebut harus

    diorganisasi dengan memutuskan bagaimana

    pembinaan akan dilakukan, dan mengembangkan

    investasi-investasi pembinaan, (4) memberi

    pembenaran, yaitu mengukur dan mengevaluasi pada

    tingkat mana pembinaan memenuhi tujuan pembinaan

    tersebut. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat

    diidentifikasi pada tahap ini, dan dapat meningkatkan

    efektivitas pembinaan dimasa depan.

    Selain itu basis partisipasi yang digunakan sesuai

    dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Karim

    pada tahun 2012 mengenai “Manajemen Pendidikan

    Lingkungan Hidup Berbasis Partisipasi” juga

    menyatakan bahwa partisipasi dapat memberikan

    kontribusi untuk mengisi dan mengatasi berbagai

    permasalahan lingkungan. Bentuk-bentuk partisipasi

    bisa mulai dari spektrum yang paling ekstrim sampai

    pada bentuk kemitraan. Melalui partisipasi yang aktif,

    mereka dapat mengeksplorasikan kepeduliaannya

    maupun melakukan kontrol. Hal ini juga sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan Bandiyah pada tahun 2016

  • 129

    tentang “Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan

    RPJMDesa Berbasis Partisipatif di Desa Lokasari,

    Sidemen, Karangasem, Bali” mengatakan bahwa hasil

    sebuah perencanaan dapat diterima dengan baik oleh

    masyarakat setempat apabila dalam penyusunannya

    melibatkan partisipasi dari masyarakat. Tanpa

    partisipasi, biasanya hasil perencanaan berakibat pada

    kekecewaan karena tidak sesuai dengan keinginan dan

    harapan dari masyarakat. Di samping itu, akan sulit

    mengharapkan masyarakat untuk mematuhi dan

    menjaga pelaksanaan kegiatan yang telah dibuat

    sebelumnya. Hal ini juga sejalan dengan teori yang

    dikemukakan oleh Made Pidarta (Astuti, 2009: 31-32)

    yang mengatakan bahwa partisipasi dapat mendukung

    pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala

    keterlibatan.

    Penelitian lainnya dilakukan oleh Wiyono, dkk pada

    tahun 2014 tentang “Grand Design Model Pembinaan

    Profesional Guru Berbasis Determinan Kinerja Guru”

    yang dalam mengembangkan model pembinaan bagi

    guru juga menemukan hambatan yang sama seperti

    yang ditemukan oleh peneliti dalam rangka

    pengembangan model pembinaan ini, yakni dimana

    hambatan yang paling dominan adalah kurangnya

    waktu dan banyaknya tugas atau pekerjaan lainnya

    yang harus dilakukan. Hal ini serupa dengan yang

  • 130

    ditemukan oleh peneliti, dimana salah satu kendala

    terhambatnya pelaksanaan pembinaan kepada sekolah

    imbas ini adalah waktu pembinaan yang tidak

    terstruktur karena kesibukan masing-masing, baik dari

    pihak sekolah induk, maupun sekolah imbas. Lebih

    lanjut dalam penelitiannya Wiyono menyarankan

    langkah yang ditempuh dalam mengatasi hambatan

    tersebut adalah mengatur jadwal kegiatan dengan

    sebaik-baiknya, mengatur waktu secara efisien, mencari

    informasi melalui berbagai sumber (teknologi, teman,

    atau sumber lainnya), memanfaatkan fasilitas yang ada

    secara optimal, mengembangkan diri secara mandiri,

    menindaklanjuti hasil pembinaan, mengadakan forum

    pembinaan mandiri, menambah jam pelajaran,

    mengadakan pembinaan secara pribadi, menyusun

    program pembinaan, meningkatkan kerjasama, dan

    mengadakan pembinaan secara berkelanjutan. Hasil

    penelitian tersebut kemudian menjadi acuan bagi

    peneliti sehingga perlu mengembangkan model

    pembinaan sekolah imbas Adiwiyata ini. Dengan desain

    manajemen program yang jelas, segala kebutuhan yang

    berhubungan dengan pembinaan sekolah imbas

    Adiwiyata, akan memberikan kejelasan tentang model

    pembinaan sekolah imbas Adiwiyata mulai dari

    perencanaan, tujuan, materi pembinaan, strategi

    pembinaan, dan evaluasi hasil yang diperoleh.

  • 131

    Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dewi, dkk

    pada tahun 2013 tentang “Pengembangan desa wisata

    berbasis partisipasi Masyarakat lokal di desa wisata

    Jatiluwih Tabanan, Bali” mengatakan bahwa parameter

    yang digunakan untuk menentukan derajat partisipasi

    masyarakat dalam tahap perencanaan adalah

    keterlibatan dalam identifikasi masalah, perumusan

    tujuan, dan pengambilan keputusan terkait. Dalam hal

    ini, temuan penelitian Dewi kemudian menjadi acuan

    dalam perencanaan kegiatan pembinaan yang

    dikembangkan.

    Spesifikasi model yang dikembangkan adalah: (1)

    analisis kebutuhan pembinaan, tujuan pembinaan, dan

    materi pembinaan ditentukan bersama antara sekolah

    induk dan sekolah imbas; (2) pada aspek perencanaan

    dan pengorganisasian pembinaan, dilakukan

    perencanaan dan pengorganisasian yang sistematis dan

    mengacu kepada kebutuhan sekolah imbas dan

    direncanakan bersama oleh sekolah induk dan sekolah

    imbas; (3) pelaksanaan pembinaan, dilakukan kegiatan

    persiapan pembinaan, pra-pembinaan, kegiatan

    pembinaan, dan kegiatan akhir pembinaan yang

    dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat

    bersama oleh sekolah induk dan sekolah imbas; (4)

    monitoring dilakukan bersama oleh sekolah induk dan

    sekolah imbas kepada pelaksana pembinaan, masing-

  • 132

    masing sekolah imbas dan pembina; (5) dilakukan

    evaluasi program pembinaan oleh sekolah induk dan

    sekolah imbas, evaluasi terhadap pembina sekolah

    imbas.

    Setelah disusun desain pengembangan model,

    maka di lakukan validasi oleh pakar atau ahli secara

    teoritis, agar dari segi teoritis dapat diketahui

    kelemahan-kelemahan desain model kemudian

    diperbaiki kelemahan-kelemahan tersebut. Setelah

    divalidasi oleh ahli secara teoritis, kemudian dilakukan

    validasi oleh ahli sebagai praktisi dilapangan melalui

    FGD. Kegiatan ini digunakan untuk menemukan

    kelemahan-kelemahan desain model apabila di terapkan

    atau diimplementasikan. Setelah itu baru didapatkan

    desain model yang dianggap layak untuk diujicobakan.

    Dari beberapa paparan penelitian di atas dapat

    diketahui basis partisipasi yang dipilih merupakan

    langkah yang tepat untuk mengatasi kendala yang ada

    selama proses pembinaan yang selama ini berlangsung,

    dimana dengan menerapkan konsep partisipasi maka

    untuk jadwal pembinaan dapat ditentukan secara

    bersama pada awal perencanaan, sehingga apabila ada

    kegiatan dinas lainnya, maka dapat dengan cepat

    dicarikan solusi bersama untuk pelaksanaan waktu

    pembinaan. Kemudian, dengan adanya konsep

    partisipasi yang melibatkan sekolah imbas pada seluruh

  • 133

    tahapan manajemen pembinaannya akan memberikan

    respon positif dari sekolah imbas agar lebih

    bertanggungjawab dalam pelaksanaan program, dan

    memunculkan motivasi serta komitmen dari skeolah

    imbas itu sendiri. Dengan selalu menjaga komitmen

    tersebut, maka rotasi kepala sekolah kemudian tidak

    menjadi halangan putusnya rantai Adiwiyata dalam

    pembinaan tersebut.

    Dalam pengimplementasian model pembinaan

    sekolah imbas Adiwiyata berbasis partisipasi, maka

    empat komponen manajemen yang ada dalam model,

    yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

    serta monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan

    melibatkan sekolah imbas dengan harapan bahwa

    nantinya pembinaan dapat berjalan dengan efisien

    karena sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

    masing-masing sekolah imbas dan juga sekolah imbas

    dapat termotivasi untuk melaksanakan program

    Adiwiyata disekolah masing-masing.

    Dalam perencanaan sekolah imbas berpartisipasi

    dengan sekolah induk dalam menentukan kebutuhan

    dan kemampuan serta keadaan lingkungan masing-

    masing sekolah imbas dalam rangka mewujudkan

    program Adiwiyata, dimana hal tersebut kemudian

    menjadi dasar dalam menentukan tujuan pembinaan

  • 134

    dan materi pembinaan serta bentuk pelaksanaan

    pembinaan.

    Dalam pengorganisasian, sekolah imbas

    berpartisipasi dalam keanggotaan pengurus pembinaan,

    sehingga, dapat memudahkan dalam mengatur waktu

    dan tempat pembinaan, selain itu pula, apabila sekolh

    imbas mengalami kesulitan dalamm pelaksanaan

    Adiwiyata disekolahnya, maka dapat secara langsung

    mendiskusikan dengan anggota pengurus lainnya,

    sehingga masalah tersebut dapat secara langsung

    teratasi.

    Dalam pelaksanaan, sekolah imbas berpartisipasi

    dalam mengikuti kegiatan pembinaan secara utuh dan

    pelaksanaan pembinaan dilaksanakan sesuai dengan

    jadwal dan tempat yang telah ditentukan bersama

    sekolah imbas dan sekolah induk.

    Sedangkan dalam kegiatan monitoring dan

    evaluasi, sekolah induk dan sekolah imbas turut

    berpartisipasi dalam memonitoring jalannya pembinaan,

    pelaksanaan program Adiwiyata disekolah masing-

    masing sekolah imbas, dan juga bersama dengan

    sekolah induk mengevaluasi proses pembinaan, hasil

    pembinaan, serta program pembinaan yang telah

    dilaksanakan sehingga didapatkan kesimpulan bersama

    untuk mengetahui keberhasilan program pembinaan

    yang telah dilaksanakan, kekurangan yang ditemukan

  • 135

    selama pelaksanaan program sehingga dapat menjadi

    saran untuk memperbaiki program pembinaan tersebut

    kedepannya.

    Kelebihan model pembinaan sekolah imbas

    Adiwiyata yang dikembangkan ini adalah: (1) adanya

    analisis kebutuhan pembinaan, rumusan tujuan, dan

    penentuan materi pembinaan yang dibuat bersama

    dengan sekolah imbas, sehingga pembinaan akan

    terlaksana sesuai dengan kebutuhan masing-masing

    sekolah imbas untuk memenuhi adanya keragaman

    masing-masing sekolah imbas; (2) model dikembangkan

    menjadi 4 komponen manajemen, yaitu perencanaan,

    pengorganisasian, pelaksanaan, dan monitoring dan

    evaluasi; (3) model dikembangkan berbasis kepada

    partisipasi; (4) pada aspek perencanaan dilakukan

    perencanaan yang sistematis, mengacu kepada

    kebutuhan sekolah imbas; (5) pada aspek

    pengorganisasian dirincikan tugas dan prasyarat

    masing-masing pihak yang terlibat dalam pembinaan; (6)

    pada aspek pelaksanaan pembinaan dijabarkan kembali

    menjadi 4 kegiatan, yaitu kegiatan persiapan, pra-

    pembinaan, pelaksanaan, dan kegiatan akhir. Selain itu

    pula untuk waktu pembinaan dibuat berdasarkan

    kesepakatan sekolah induk dan sekolah imbas di awal

    sebelum pembinaan dilaksanakan; (7) pada aspek

    monitoring dan evaluasi dilakukan monitoring oleh

  • 136

    sekolah induk maupun oleh sekolah imbas terhadap

    seluruh rangkaian kegiatan pembinaan. Selain itu pula

    dilakukan evaluasi oleh sekolah induk dan sekolah

    imbas untuk keseluruhan komponen manajemen

    pembinaan, evaluasi proses, dan evaluasi hasil; (8)

    selama ini belum pernah ada dilakukan penelitian

    mengenai pengembangan model pembinaan sekolah

    imbas Adiwiyata.

    Adapun kekurangan model ini adalah: (1) pada

    dasarnya sudah ada penelitian terdahulu dengan basic

    atau dasar yang sama mengenai Adiwiyata, namun

    untuk penelitian yang lebih spesifik terutama mengenai

    pembinaan sekolah imbas Adiwiyata belum ditemukan,

    sehingga pengembangan model hanya didasarkan pada

    teori-teori yang ada, bukan berdasarkan pada

    kekurangan temuan penelitian terdahulu; (2) perlu

    dilakukan ujicoba baik ujicoba skala terbatas, maupun

    secara luas terhadap model untuk melihat

    keefektivitasan model dalam pembinaan; (3) karena

    model berbasis partisipasi, maka kemungkinan

    keberhasilan pengimplementasian model bergantung

    kepada perna serta tanggungjawab masing-masing

    sekolah imbas dan sekolah induk.

  • 137

    4.4 Implikasi Hasil Penelitian

    Implikasi dari hasil penelitian ini meliputi:

    4.4.1 Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan

    implikasi terhadap pengembangan model

    pembinaan sekolah imbas Adiwiyata berbasis

    partisipasi, dimana model dikembangkan dalam 4

    komponen manajemen, sehingga kegiatan

    pembinaan memiliki tujuan dan arah yang jelas

    serta dapat dijalankan lebih efisien.

    4.4.2 Secara teoritis, hasil penelitian ini memberikan

    implikasi terhadap pengembangan model

    pembinaan sekolah imbas Adiwiyata berbasis

    partisipasi, dimana partisipasi yang dilibatkan

    dalam pembinaan memberikan kontribusi sangat

    besar dalam pelaksaaan pembinaan sehingga bisa

    lebih efisien.

    4.4.3 Penerapan model pembinaan sekolah imbas

    Adiwiyata berbasis partisipasi menuntut baik

    Pembina maupun sekolah imbas untuk

    bertanggungjawab dan berkomitmen atas

    keseluruhan tahapan pembinaan, sehingga

    pembinaan dapat berhasil dan kedua pihaks aling

    diuntungkan.

    4.4.4 Penerapan model pembinaan sekolah imbas

    Adiwiyata berbasis partisipasi berimplikasi pada

    upaya peningkatan capaian sekolah imbas dalam

  • 138

    mengikuti program Adiwiyata. Selain itu pula,

    berimplikasi pada upaya peningkatan partisipasi

    sekolah imbas dalam program Adiwiyata.