bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. gambaran … · 2015. 4. 23. · 21 bab iv hasil...
TRANSCRIPT
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Kunden di Kabupaten Blora
1. Letak Geografis
Desa Kunden adalah suatu kelurahan yang berada di kabupaten Blora.
Letak yang strategis dekat dengan alun-alun Blora, pasar, masjid, dan rumah
Bupati, membuat Desa Kunden semakin ramai oleh lalu lalang kendaraan
seperti halnya angkutan umum dan ojek yang setiap harinya beroperasi.
Transportasi menuju Desa Kunden sangat lancar, karena berbagai transportasi
dalam berbagai jenis dapat diakses.
Ada pun desa-desa yang berbatasan dengan desa Kunden, antara lain
yaitu:
Arah Desa
Utara Desa Temurejo
Selatan Kelurahan Mlangsen/ Jetis
Barat Kelurahan Kauman
Timur Kelurahan Tempelan
Tanah di Desa Kunden adalah tanah subur, terbukti dengan warna tanah
yang coklat kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan daerah
persawahan. Penghasilan masyarakat mayoritas penduduk bermata pencaharian
sebagai petani.
Luas seluruh tanah yang ada di Desa Kunden adalah 130. 03 hektar ,
yaitu:
22
a. 42, 24 hektar merupakan lahan persawahan.
b. 18, 08 hektar merupakan tegalan.
c. 41, 03 hektar merupakan lahan pemukiman.
d. 18, 40 hektar lain-lain
2. Kependudukan
Berdasarkan letak geografisnya Desa Kunden memiliki luas daerah
130,03 HA, jumlah penduduk 4217 jiwa, terdiri dari 2054 laki-laki dan 2163
perempuan, yang memiliki ketinggian dari permukaan laut sekitar 30/ 250 M.
Berikut keterangan desa menurut kelompok umur:
Tabel 1
Jumlah Penduduk
No Usia Penduduk Jumlah
1 00 – 15 thn 1718
2 15 – 65 thn 2419
3 65 ke-atas 80
Jumlah pendidikan penduduk Desa Kunden tergolong tinggi, hal ini
terlihat karena banyak warga lulusan sarjana atau perguruan tinggi.
Tabel II
Taraf Pendidikan
No Sekolah Jumlah
1 TK -
2 SD 475
3 SMP/ SLTP 204
4 SMA/ SLTA 1112
5 Akademi/ D1 – D3 101
23
6 Sarjana 772
7 Pascasarjana 15
8 Pondok pesantren -
9 Pendidikan Agama -
10 Sekolah Luar Biasa -
11 Kursus Ketrampilan -
Lembaga Pendidikan di Desa Kunden terdapat 3 SD/MI, 1 SLTP/MTS
dan 2 SLTA/MAN namun untuk pendidikan TK di Desa Kunden tidak
tersedia, sehingga untuk pendidikan TK warga Kunden harus pergi keluar desa
misalnya Desa Karang Jati, Jetis dan sebagainya untuk menyekolahkan putra-
putrinya.
Geografis Desa Kunden yang merupakan daerah persawahan
menjadikan sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Mata
pencaharian penduduk tampak dalam tabel berikut:
Tabel III
Mata Pencaharian
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Petani 132
2 Buruh tani 18
3 Buruh industri -
4 Buruh bangunan 215
5 Pedagang 540
6 PNS 325
7 ABRI 25
8 Swasta 785
24
9 Pensiunan 217
10 Nelayan -
11 Jasa 10
3. Sistem mata pencaharian dan ekonomi
Mata pencaharian pokok masyarakat kelurahan Kunden adalah swasta.
Selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negri, anggota
ABRI, pensiunan, petani, buruh bangunan, pedagang dan lain sebagainya.
Namun ada juga yang bekerja merangkap, misalnya disamping bekerja
sebagai Pegawai Negri juga bekerja sebagai petani. Keadaan ini berkaitan
dengan letak tempat tinggal mereka.
Penduduk masyarakat kelurahan kunden paling banyak berkerja pada
bidang swasta, PNS dan ABRI karena tingkat pendidikan masyarakat Kunden
tergolong tinggi sehingga banyak masyarakat berkerja di perusahaan dan
instansi pemerintah. Mata pencarian berikutnya adalah petani, buruh tani, dan
pedagang yang ada di Desa Kunden karena keadaan geografis Desa Kunden
yang mendukung seperti tanah subur, terbukti dengan warna tanah yang coklat
kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan daerah persawahan
serta lahan pertanian dan perkebunan yang luas.
B. Kesenian Barongan
1. Sejarah Umum Kesenian Barongan
Barongan merupakan kesenian rakyat asli Blora, di mana masyarakat
Blora mempunyai semangat hidup seperti nilai-nilai positif yang terkandung
dalam kesenian Barongan. Kesenian Barongan Blora menceritakan tentang dua
25
sosok sakti yang bernama Gembong Amijoyo dan Joko Lodro. Cerita yang
diangkat dalam Barongan menjadi ciri khas dari Barongan Blora .
Gembong Amijoyo merupakan sosok sakti yang dapat merubah diri
menjadi harimau raksasa, di dalam cerita Barongan sering disebut Barongan.
Gembong Amijoyo bertugas menjaga alas jati wengker. Menurut para pengamat
kesenian, Alas Jati Wengker terletak di Blora, karena pengertian dari Alas jati
wengker adalah hutan jati terbaik di dunia. Blora adalah daerah yang memiliki
kekayaan alam berupa hutan jati terbaik di dunia, maka dari pengamatan ahli
kesenian tersebut dapat disimpulkan bahwa Alas jati wengker adalah hutan jati
yang berada di Blora yang sudah ada sebelum Kota Blora terbentuk. Hasil
pengamatan tentang Alas jati wengker dapat menjadi bukti bahwa kesenian
Barongan merupakan kesenian asli yang sudah terjadi sebelum kota Blora
terbentuk dan diwujudkan menjadi suatu bentuk kesenian oleh masyarakat Blora
sebagai ciri khas kota Blora.
Joko Lodro adalah orang sakti yang bisa merubah wujud diri menjadi
sosok raksasa, didalam cerita Barongan sering disebut Gendruwon. Joko Lodro
ditugaskan menjaga kerajaan Janggala yang berada Kediri dan dipimpin seorang
raja yaitu Panji Asmara Bangun.
Gembong Amijoyo memiliki prinsip ”aku bakalan njogo alas wengker sak
isine” (saya akan menjaga seluruh isi hutan jati wengker). Gembong Amijoyo
memiliki kakak seperguruan bernama Joko Lodro yang tinggal di kerajaan. Cerita
Panji, Panji Asmara Bangun mempunyai keinginan untuk melamar Dewi
Sekartaji. Untuk melamar Dewi Sekartaji, jalan yang paling cepat adalah melewati
26
alas jati wengker, kemudian Panji mengutus Patih Pujangga Anom yang dalam
cerita Barongan menjadi Bujangganong berserta pasukan berkuda yang dalam
cerita Barongan digambarkan menjadi Jaranan. Pasukan berkuda membawa
pengikut yang di dalam cerita Barongan disebut Nayantaka dan Gainah, kemudian
Bujangganong dengan pengawalan pasukan berkuda yang diikuti Nayantaka dan
Gainah dalam cerita Barongan diwujudkan sebagai Pentulan pergi memasuki alas
jati wengker. Setelah memasuki alas jati wengker, Bujangganong dan pasukan
berkuda bertemu dengan Gembong Amijoyo, sesuai dengan sumpah tugasnya
Gembong Amijoyo melarang Bujangganong berserta pengawalnya untuk
memasuki alas jati wengker, karena apabila Bujangganong berserta pengawalnya
melewati alas jati wengker, maka kekayaan alam berserta alas jati wengker akan
habis. Karena tidak diperbolehkan Gembong Amijoyo untuk melewati alas jati
wengker , kemudian terjadilah perkelahian antara Gembong Amijoyo dengan
Bujangganong. Dalam perkelahian tersebut, Bujanggangong mengalami
kekalahan. Nayantoko dan Gainah mengingatkan Gembong Amijoyo bahwa ia
memiliki kakak seperguruan yang bertugas di kerajaan Janggala bernama Joko
Lodro.
Setelah mengalami kekalahan, para pengawal Bujangganong kembali ke
kerajaan untuk memberitahukan peristiwa yang telah terjadi kepada
Bujangganong kepada Panji Asmara Bangun. Mengingat bahwa Joko Lodro
adalah kakak seperguruan Gembong Amijoyo, Panji memberikan perintah kepada
Joko Lodro untuk menemui Gembong Amijoyo di alas jati wengker.
27
Setibanya di alas jati wengker , Joko Lodro dan Gembong Amijoyo
bertemu. Kedua bersaudara tersebut memiliki tugas masing-masing, Joko Lodro
bertugas untuk kerajaan Janggala sedangkan Gembong Amijoyo bertugas menjaga
alas jati wengker. Pertikaian antara kakak adik tidak dapat dihindari, karena
mereka bertanggung jawab atas tugas masing-masing. Dalam pertikaian tersebut,
Gembong Amijoyo mengalami kekalahan, berkat kesaktian yang ia miliki
Gembong Amijoyo tetap bertahan hidup. Gembong Amijoyo berbicara dengan
Joko Lodro, “ Mas, yen ono sing isa ngalahke aku, rombonganmu iso nglewati
alas iki kanggo nglamar Dewi Sekartaji, nanging alas iki bakal rusak” ( Mas,
apabila ada yang bisa mengalahkan aku, rombonganmu dapat melewati hutan ini
untuk melamar Dewi Sekartaji, tetapi hutan ini akan mengalami kerusakan).
Perkataan Gembong Amijoyo kepada Joko Lodro terbukti. Pada saat ini,
Hutan jati yang berada di Blora mengalami kepunahan karena kayu jati digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pihak dari luar Blora, seperti pembuatan perabotan
rumah tangga. Jika melihat cerita Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, mereka
berdua bersaudara dan mengalami pertikaian karena Joko Lodro memilih berpihak
kepada kerajaan Jenggala, Panji Asmara Bangun daripada saudara seperguruan
Joko Lodro, yaitu Gembong Amijoyo.
Masyarakat Blora mengenal tarian Barongan secara turun-temurun.
Sebelum masa penjajahan Belanda, sekitar abad XVI pada saat itu Blora berada di
bawah kekuasaan kerajaan Jipang, masyarakat berusaha untuk menceritakan
kembali pertikaian antara Gembong Amijoyo dan Joko Lodro dalam wujud seni
tari. Tarian Barongan menceritakan alur peristiwa pertikaian antara Gembong
28
Amijoyo, Bujangganong dan Joko Lodro yang diceritakan dalam cerita Panji.
Tarian yang diciptakan masyarakat berdasarkan urut-urutan kejadian pertikaian,
yang dimulai dengan perkenalan tokoh Gembong Amijoyo dan Joko Lodro,
pertemuan dan pertikaian antara Gembong Amijoyo dengan Bujangganong,
kembalinya pengawal Bujangganong (Jaranan dan Penthul) ke kerajaan, dan
pertikaian antara Gembong Amijoyo dengan Joko Lodro yang berakhir dengan
kekalahan yang dialami Gembong Amijoyo.
Gerak tari Barongan cenderung gerakan yang bersemangat, tidak terikat
dengan iringan musik karena menggambarkan pertikaian yang bersifat
spontanitas. Pesan moral yang disampaikan Gembong Amijoyo “ apabila ada
yang bisa mengalahkan aku (Gembong Amijoyo), rombonganmu dapat melewati
hutan ini, tetapi hutan ini akan mengalami kerusakan.”. Joko Lodro membawa
rombongan yang berasal dari luar daerah alas jati wengker. Pesan tersebut dapat
diartikan bahwa diperlukanya generasi penerus yang berasal dari Blora untuk
menjaga dan merawat kekayaan alam yang dimiliki Blora sehingga kelestarian
hutan jati Blora dapat terjaga. Dewasa ini, perkataan yang diucapkan Gembong
Amijoyo terwujud, karena kualitas kayu jati Blora sangat baik, mengakibatkan
masyarakat menjual kayu jati kepada pembeli yang berasal dari daerah lain
sehingga hutan jati mulai kehilangan kekayaanya.
Kesenian barongan kesenian khas Blora, dari 295 desa di Blora, terdapat
625 paguyuban kesenian barongan. Artinya, setiap desa paling tidak memiliki dua
kelompok kesenian barongan. Beberapa tradisi di masyarakat melibatkan
kesenian Barongan, seperti contoh tradisi lamporan, ritual tolak bala yang berasal
29
dari Desa Kunden, mengharuskan keterlibatan barongan karena masyarakat
menganggap Singo Barong sebagai pengusir tolak bala.
Dengan demikian, kesenian Barongan adalah kesenian yang sangat
populer dan sangat lekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan di Blora.
Masyarakat beranggapan bahwa Barongan adalah kesenian yang mewakili sifat-
sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti kekeluargaan, kesederhanaan, tegas,
kekompakan, dan keberanian yang didasarkan pada kebenaran.
2. Sejarah Khusus Grup Barongan Guntur Seto
Kesenian Barongan merupakan kesenian asli kota Blora, sehingga
kesenian Barongan sangat populer di kalangan masyarakat Blora, terutama
masyarakat desa Kunden. Desa Kunden memiliki dua kelompok kesenian
Barongan yaitu kelompok Barongan Sekarjoyo dan Kelompok Barongan Guntur
Seto. Akan tetapi, kelompok Barongan Sekarjoyo mengalami kepunahan karena
pertunjukan yang kurang menarik, serta pemimpin kelompok yang sudah lanjut
usia dan tidak ada penerus yang bersedia melanjutkan kelompok kesenian
Barongan Sekarjoyo tersebut.
Saat ini desa Kunden hanya memiliki kelompok kesenian Barongan yang
tetap bertahan menghadapi perkembangan jaman. Kelompok kesenian tersebut
adalah Barongan Guntur Seto yang dipimpin oleh Adi Wibowo atau sering disapa
Didik.
Adi Wibowo adalah laki-laki kelahiran Blora, 2 April 1971 yang
memiliki impian untuk dapat membentuk grup Barongan karena ia sejak kecil
telah mencintai seni tradisional ini. Saat ia melanjutkan studi di STIKOM
30
Surabaya, di sana ia banyak berkenalan dengan pekerja buruh (proyek) yang
ternyata tidak sedikit diantaranya merupakan seniman Reog. Ia pun kemudian
berpikir, “Kenapa Barongan Blora tidak bisa sebesar Reog?". Pertemuan
dengan para pekerja buruh itu selalu mengusik pikirannya. Ia pun memiliki
keinginan dan impian bahwa suatu saat akan membawa Barongan Blora pentas
di Ponorogo di “negeri” para seniman Reog. (Sumber :Hasil wawancara Adi
Wibowo)
Sepulang dari Surabaya, selepas lulus kuliah pada tahun 1999, Didik
mendirikan group Barongan di Kunden dengan mendapatkan dorongan dari
sang Ibu yang memberikan dukungan sejak awal. Namun demikian, perjuangan
Didik dalam mewujudkan keinginan untuk mengembangkan grup Barongannya
mengalami hambatan dalam merekrut pemain Barongan, tetapi tidak
menghalangi semangatnya dalam mencari pemain dengan mendatangi setiap
rumah yang ada di sekitar tempat tinggalnya untuk mengajak bergabung
menjadi pemain di grup Barongannya. Ada beberapa macam tanggapan
keluarga yang diajak bergabung, baik pendapat yang bersifat positif dan
negative. Tetapi, Didik pada saat itu mendapatkan banyak pendapat negatif dari
keluarga yang akan diajak bergabung, antara lain penolakan keluarga melihat
anaknya ikut Barongan karena keluarga menganggap Barongan salah satu
kesenian tidak mendidik dan di dalam atraksi Barongan mengandung unsur
kekerasan dan tidak masuk akal. (Sumber : hasil wawancara Adi Wibowo)
Kemudian, Didik berfikir bagaimana kelompok Barongannya bisa maju
dan bisa diterima oleh masyarakat. Didik mengikuti pelatihan dengan
31
mendatangkan teman-teman dari akademik yang berprofesi sebagai dosen di
STSI Surakarta yang berasal dari Blora. Disitulah Didik mendapatkan
pembekalan dan wawasan agar dapat mengembangkan kesenian Barongan, cara
yang ditempuh oleh Didik yaitu dengan mengikuti even-even dengan biaya
sendiri, setiap ada even mendaftarkan grup Barongannya di perlombaan-
perlombaan di Solo dan Jogjakarta dengan tujuan agar Barongannya
mempunyai pengalaman. Zaman dulu sumber daya manusia masih sangat
rendah, ketika Didik kerjasama dengan ISI Surakarta akhirnya Didik
ditawarkan untuk merekrut mahasiswi ISI Surakarta yang asli Blora untuk
masuk dalam grup Barongannya. Dari hasil wawancara, disaat itulah orang-
orang berpendapat bahwa “kok mau wanita-wanita cantik ikut jaranan dalam
Barongan”, sehingga animo masyarakat Blora bertambah saat pementasan
Barongan. (Sumber :Hasil Wawancara Adi Wibowo)
Hasil dari latihan tanpa kenal lelah yang dijalaninya, ia dan grup yang
didirikannya pun mulai dikenal dan mendapatkan kesempatan manggung di
berbagai pagelaran dan forum. Kelompok Barongan yang didirikannya pun ikut
menorehkan tinta emas mulai tahun 2003, antara lain menjadi bintang tamu
pada Festival Reog Nasional (2003), pentas di Taman Mini Indonesia Indah
(2003) dan yang takkan pernah terlupakan adalah terpilihnya menjadi juara II
dalam International Etnic Culture Festival (IECF) di Monumen Serangan
Oemoem Yogyakarta dan dinobatkan sebagai salah satu penyaji terbaik dalam
Borobudur International Festival (2003), tampil di Bengawan Solo Fair (2004).
(Sumber : Ensiklopedia Blora alam, budaya dan manusia)
32
Kesenian tradisional Barongan di Desa Kunden dapat bertahan di tengah
perkembangan kesenian modern karena mempunyai beberapa faktor
pendukung dalam upaya pelestariannya. Para seniman dalam upaya pelestarian
kesenian Barongan di Desa Kunden melakukan peningkatan kualitas
penampilan, meningkatkan sumber daya manusia, menyuguhkan atraksi-atraksi
baru, menambahkan alat-alat musik modern dan lagu-lagu baru yang sesuai
dengan permintaan penonton tanpa mengurangi unsur tradisional di dalamnya.
Para seniman tersebut juga menambah frekuensi pertunjukan, menjaga kondisi
dan kestabilan para pemain, mendisiplinkan anggota-anggota kelompok
Barongan dan memperluas jangkauan wilayah pertunjukan. (Sumber : Hasil
wawancara Adi Wibowo)
Pemerintah Kabupaten Blora memberikan perhatian khusus dalam upaya
pelestarian kesenian Barongan dengan mengadakan deklarasi kesenian
Barongan ke dalam Parade seni budaya Jawa Tengah. Masyarakat yang
menjadi pendukung dalam upaya pelestarian kesenian Barongan juga
menunjukkan peranannya dengan mengedarkan rekaman pertunjukan berupa
kaset CD yang dijual dilapak-lapak pasar. (Sumber : Hasil wawancara)
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian kesenian
Barongan yaitu diharapkan memberi dorongan kepada masyarakat untuk dapat
memiliki rasa tanggung jawab dan mengambil pembelajaran serta memahami
arti penting dari kesenian Barongan. Seniman diharapkan tetap professional dan
selalu melestarikan kesenian Barongan sebagai kesenian tradisional yang tidak
33
kalah populernya dengan kesenian modern. (Sumber : Hasil Wawancara Adi
Wibowo)
3. Bentuk Kesenian Barongan
Bentuk kesenian Barongan merupakan bentuk dari seni tari. Seni tari
menghasilkan bentuk getaran-getaran yang indah, apabila anggota tubuh seperti
tangan, kaki, kepala, badan dan anggota tubuh lainnya yang ditata dan dirangkai
menjadi satu kesatuan gerak yang utuh dan harmonis. Gerak pada pertunjukan
Barongan merupakan gerak yang sederhana, maksud dari sederhana dalam
kesenian ini adalah gerakan spontanitas dari pembarong atau penari Barongan
sesuai dengan iringan tanpa ada patokan gerakanya namun mengandung
kedinamisan. (Kussunartini,dkk.2009:113)
Dahulu pertunjukan Barongan diikuti oleh penari laki-laki saja, tetapi
seiring berjalannya waktu penari barongan diikuti oleh penari laki-laki dan
perempuan yang berusia antara lima belas sampai empat puluh lima tahun.
Adapun jumlah penari Barongan adalah tiga belas penari yang dibagi menjadi
beberapa peran dalam pertunjukan Barongan. Peran dalam pertunjukan Barongan
tersebut adalah peran sebagai Barongan yang dimainkan dua penari laki-laki,
Bujangganong dimainkan satu penari laki-laki, Jaranan dimainkan enam penari
perempuan, Gendruwon dimainkan oleh satu penari laki-laki, Joko Lodro
dimainkan oleh satu penari laki-laki, Ngayantoko dan Untub dimainkan oleh dua
orang penari laki-laki.
Unsur-unsur kesenian dalam pertunjukan Barongan terdiri dari lima unsur
yaitu gerak tari, iringan, tata rias, busana, dan tata letak pertunjukan
34
a. Gerak Tari
Seni tari menghasilkan bentuk getaran-getaran yang indah, apabila
anggota tubuh seperti tangan, kaki, kepala, badan dan lain sebagainya ditata
dirangkaikan menjadi satu kesatuan gerak yang utuh dan harmonis. Bertalian
dengan uraian di atas, berikut ini dijelaskan secara teoritis dengan unsur-unsur
sikap dan gerak, serta pengorganisasian gerak secara hirarkis guna memahami
bentuk penyajian tari.
Tubuh sebagai instrumen menghasilkan gerak dimana unsur gerak tersebut
merupakan elemen dasar dari tari dan berfungsi sebagai penunjang dalam
menghasilkan motif yaitu suatu satuan terkecil dari tari. Untuk mempermudah
dalam menganalisis maka tubuh sebagai instrumen dari gerak tari, dipilih
menjadi tiga bagian. Adapun unsur gerak yang dimaksud adalah (1.) Gerak
Kepala, (2.) Gerak Tangan, (3.) Gerak Badan. Seni tari sebagai bagian dari
seni apabila dianalisis secara teliti akan tampak di dalamnya elemen-elemen
yang sangat penting, yaitu gerakan dan ritme ( Soedarsono, 1999:18). Namun
di dalam penyajian suatu tari, tidak cukup hanya gerak dan ritme saja,
melainkan masih banyak unsur-unsur yang harus dipertimbangkan agar suatu
tarian dapat menarik. Unsur-unsur tersebut antara lain: gerak, musik iringan,
tata pentas, tata rias, tata busana.
Gerak pada pertunjukan Barongan merupakan gerak yang sederhana,
maksud dari sederhana dalam kesenian ini adalah gerak spontanitas dari
pembarong/penari Barongan sesuai dengan iringan tanpa ada patokan
gerakannya namun mengandung kedinamisan. (Kussunartini,dkk.2009:113)
35
Gerak dalam kesenian Barongan tidak menggunakan patokan-patokan
yang baku, para penari melakukan gerak yang sederhana yaitu gerakan kepala
dengan menoleh ke kanan dan ke kiri ( yaitu kepala bergerak ke samping
kanan dan kiri yang digerakan oleh kedua/ tangan pemain bagian kepala),
mengangguk yaitu kepala bergerak ke atas dan ke bawah yang digerakan oleh
kedua tangan pemain bagian kepala ke arah atas dan bawah. Gerak kakinya
berjalan yaitu gerakan kedua kaki melangkah secara bergantian, kaki pemain
depan berjalan diikuti oleh pemain belakang kemudian gerak kuda-kuda yaitu
gerakan kaki merendah dengan posisi mengangkang atau kaki membuka.
Gerakan badan, rebahan yaitu gerakan tubuh merendah atau merebahkan diri
hinga menyentuh tanah yang dilakukan oleh kedua pemain dari jongkok
hingga duduk secara bersama-sama, kemudian gerakan belok yaitu tubuh
meliuk ke kanan atau ke kiri yang dilakukan oleh pemain bagian kepala yang
bergerak dengan kedua kakinya ke kanan dan kiri kemudian diikuti oleh
pemain bagian ekor secara bergantian. sedangkan Joko Lodro/ Gendruwon
dan penthul hanya bergerak seperti orang ngibing yaitu mengangkat kedua
tngan sebahu dan digerakkan secara improvisasi oleh penari sedangkan kaki
hanya diangkat kemudian menapak secara bergantian seperti orang berjalan.
(Kussunartini,dkk.2009:125)
b. Iringan
Iringan dalam pertunjukan kesenian Barongan sangat berperan penting,
hal tersebut disebabkan karena gerakan Barongan lebih bersifat spontanitas
mengikuti iringan musiknya. Iringan musik tari Barongan nampak lebih
36
hidup, karena iringan musik barongan mudah sekali dikenal oleh masyarakat,
hal ini karena notasinya berpola ritme yang diulang-ulang secara
teratur.(Kussunartini,dkk.2009:127)
Pada umumnya kesenian tradisional kerakyatan mempunyai iringan yang
sederhana. Demikian pula pada seni pertunjukan Barongan, di dalam
pertunjukannya menggunakan beberapa instrumen gamelan walaupun hanya
sedikit, seperti kendang, gedhuk, bonang, saron, demung dan kempul dan
penambahan instrumen modern yaitu berupa drum, terompet, kendang besar
dan keyboard serta gendhing-gendhing Jawa.
Mengenai alat pengiring tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Kendang alat musik yang terbuat dari kayu bulat diberi lubang dan
dtutupi dengan kulit binatang pada ujungnya, berfungsi sebagai variasi
nuansa irama serta pengatur irama lagu.
2. Kempul laras slendro (bernada lima) yaitu jenis instrument musik yang
terbuat dari besi berbentuk bulat menonjol pada bagian tengahnya,
membunyikan dengan cara memukul bagian tengahnya yang
menonjol, berfungsi sebagai variasi gendhing atau lagu.
3. Bonang baring laras slendro (5 dan 6) adalah alat musik tetabuhan
keras terbuat dari besi / perunggu, teknik memukulnya dengan
memukul bagian tengahnya yang menonjol dengan alat pemukul
khusus.
4. Demung alat yang terbuat dari besi/perunggu dan rancaknya terbuat
dari kayu.
37
5. Terompet alat yang terbuat dari kayu/bambu dan tempurung.
6. Saron alat yang terbuat dari besi/perunggu dan rancaknya dari kayu.
7. Gedhuk alat ini terbuat dari kayu dan kulit.
Adakalanya dalam beberapa pementasan dipadukan dengan alat musik
modern yaitu keyboard dan Drum.
c. Tata Rias
Unsur ketiga dari pertunjukan adalah tata rias. Tata rias dilakukan
terhadap penari untuk mengubah, melengkapi, atau membentuk suatu
penampilan dengan segala sesuatu yang dipakai mulai rambut sampai ujung
kaki. Tata rias meliputi rias wajah, rias rambut, dan rias pakaian atau busana.
Tata rias baik wajah, rambut, pakaian atau busana dengan membentuk wajah,
rambut dan penampilan dengan menggunakan pakaian sebagaimana karakter
tari.
Kostum kesenian tradisional memang harus dipertahankan. Namun
demikian, apabila terdapat bagian yang kurang menguntungkan dari segi
pertunjukan, dapat dihilangkan sehingga enak dipakai dan sedap dilihat
penonton. Pada kostum tarian tradisional yang harus dipertahankan adalah
keluhuran dan warna simbolik ( Soedarsono, 1999 : 56).
d. Busana
Tata busana dalam seni pertunjukan kesenian Barongan yang di gunakan
pemain adalah busana yang sangat sederhana, yaitu hanya menggunakan baju
hitam lengan panjang tanpa krah dan celana panjang hitam komprang.
Beberapa kostum yang seringkali digunakan oleh setiap pemeran antara lain :
38
1. Pawang
Busana pawang dalam kesenian Barongan terdiri dari ikat kepala,
celana panjang berwarna hitam, kaos lengan panjang, rompi berwarna
hitam dengan dilengkapi kain yang diikatkan pada pinggang serta
membawa pecut.
2. Barongan ( Singa Barong)
Memakai properti topeng kepala yang terbuat dari kayu pada
bagian luarnya dilapisi dengan kulit harimau dan pada bagian
kepalanya diberi rambut dari ijuk yang ditata dengan maksud supaya
lebih menyeramkan sebagai badan atau tubuh terbuat dari kain kadut
yang kuat dan tebal, pada bagian ujung kain dikaitkan erat-erat dengan
topeng kepala Barongan, sedangkan ekornya terbuat dari ekor sapi
yang sudah dikeringkan dan digulung dengan kain dan diikat pada
badan tubuh Barongan bagian belakang.
3. Joko Lodro ( Gendruwon )
Topeng Joko Lodro berwarna hitam dan bagian kepala berambut
yang terbuat dari ijuk menjuntai ke belakang menutupi kepala penari
yang memerankan. Topeng yang berwarna hitam dengan bagian mata
topeng berwarna putih dan rambut terbuat dari ijuk membuat Joko
Lodro terlihat menyeramkan.
4. Bujangganong/ Pujangga Anom
Mengenakan topeng Bujangganong yang berwarna merah,
hidungnya panjang, serta rambutnya terbuat dari ijuk yang menjuntai.
39
Topeng dengan warna merah menggambarkan muka yang
menyeramkan.
5. Nayantaka dan Untub ( Penthul )
Nayantaka memakai topeng warna hitam mata sipit, bergigi dua
dan sebatas pada bibir atas, sedangkan Untub memakai topeng
berwarna separo merah separo putih, bergigi dua juga sebatas pada
bibir atas. Nayantaka dengan topeng warna hitam mata sipit, bergigi
dua menggambarkan seorang perampok yang kejam dan menyeramkan
tetapi juga lucu dan agak bodoh, sedangkan Untub dengan topeng
berwarna separo merah separo putih bergigi dua menggambarkan
seorang perampok yang mempunyai muka dua yaitu terkadang terlihat
kejam/ menyeramkan dan terkadang terlihat bodoh dan lucu.
6. Jaranan
Penari Jaranan memakai pakaian penari yang terdiri dari kaos
berwarna putih,celana pendek selutut dengan dihiasi kain jarit, iket,
stagen (untuk mengencangkan perut), slemar (slendang), roket (hiasan
yang melekat di leher), dan kepala di ikat dengan kain berwarna hitam.
e. Tata Letak Pertunjukan
Tata letak atau tata pentas merupakan bagian dari arena pertunjukan yang
ditata sedemikian rupa sebagai tempat pertunjukan berlangsung. Tata letak
berkaitan dengan bagaimana penataan suatu pentas, sehingga menimbulkan
kesan yang sesuai dengan tari yang sedang dipentaskan. Pertunjukan
Barongan tidak hanya berada di atas panggung saja, melainkan pertunjukan
40
Barongan juga bisa berada di tempat yang luas supaya penari bisa bergerak
leluasa.
4. Prosesi Seni Pertunjukan Barongan
Kesenian Barongan memiliki urutan penyajian, namun sebelum kesenian
Barongan dipentaskan, terlebih dahulu dilaksanakan ritual upacara. Tujuan
diadakan upacara yaitu untuk meminta ijin atau meminta perlindungan kepada
Tuhan dan Dayang daerah tersebut agar pelaksanaan kesenian Barongan ini dapat
berjalan lancar tanpa ada ganguan roh jahat. (Sumber: wawancara)
Urutan pertunjukan kesenian Barongan sejak awal pelaksanaan upacara
adat sampai pementasan kesenian Barongan adalah sebagai berikut:
a. Upacara Ritual
Tujuan dari upacara yaitu untuk meminta izin atau meminta perlindungan
kepada Tuhan dan untuk memanggil Dayang daerah tersebut agar pelaksanaan
kesenian Barongan ini dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan roh-roh jahat.
Sebab dalam pertunjukan Barongan ini menggunakan alat-alat musik
tradisional dan alat musik modern dimana dalam membunyikan alat-alat
musik ini merupakan hal yang sangat sakral karena memanggil roh-roh jadi
jika kita membunyikan alat musik tersebut harus bertutur sapa untuk meminta
ijin dan meminta keselamatan agar tidak diganggu. Komunikasi dengan
Dayang senantiasa memerlukan sarana perantara yang disebut Pawang.
Proses pelaksanaan upacara ritual dilakukan dengan menyampaikan doa
yang dilakukan oleh Pawang (pemimpin doa) di depan sesaji yang sudah
disiapkan. Adapun sesaji yang dipersembahkan kepada Dayang yaitu berupa
41
makanan, seperti dupa, kelapa hijau, kembang macan kerah, dawet, dan
tumpeng. Sesaji tersebut diletakan di arena pertunjukkan.
Seluruh pemain yang terlibat dalam kesenian Barongan juga ikut berdoa
yang dipimpin oleh pawang, suasana pada saat pembacaan doa terasa hening.
Berikut doa yang dibacakan oleh pawang ( pemimpin doa) yaitu “Nini Durgo
Manik Maya ratu pengayotan sing nunggoni anak putumu kabeh paringana
slamet”.
Artinya, “Nini Durgo Manik Maya ratu pengayotan yang menjaga anak
cucumu semua berikan keslametan”. Seusai doa, Pawang memercikkan air
kelapa yang sudah didoakan kepada pemain dan penonton agar pemain dan
penontonnya diberi keslametan.
b. Lambang dan Makna Sesaji
1. Dupa, untuk memanggil Dayang
2. Kelapa hijau, agar pemainnya selamat
3. Kembang macan kerah,
4. Dawet, agar pemain dengan masyarakat semakin rekat dan
tanggapannya semakin banyak
5. Tumpeng, melambangkan permohonan ijin akan diadakan pesta yang
besar. Permohonan ini ditujukan kepada para penguasa dunia roh.
6. Ayam panggang, tingkah laku manusia dibatasi dengan norma yang
berlaku dalam masyarakat
42
c. Urut-urutan Seni Pertunjukan
Urut-urutan pertunjukan seni Barongan sesuai dengan cerita Gembong
Amijoyo dengan Joko Lodro yang ada didalam cerita Panji Asmara Bangun
dalam melamar Dewi Sekartaji. Dalam pertunjukan Barongan, pertama yang
ditampilkan adalah Barongan. Barongan ini memperkenalkan Gembong
Amijoyo yang menjaga alas jati wengker. Dalam tari Barongan dilakukan
oleh satu atau dua orang dalam sebuah kostum Barongan. Kostum Barongan
merupakan sebuah boneka replica dari sosok harimau yang terbuat dari kayu
ello yang merupakan kayu khas Blora yang kuat dan kokoh.
Setelah ditampilkan tarian Barongan, selanjutnya yang dipertunjukan
adalah tarian Bujangganong. Tarian Bujangganong ini menggambarkan
perjalananan Patih Pujangga Anom yang diutus Panji Asmara Bangun untuk
menemui Gembong Amijoyo di alas jati wengker. Tarian Bujangganong
adalah sebuah tarian yang dilakukan penari laki-laki yang memerankan Patih
Pujangga Anom yang merupakan sosok ksatria yang lincah, sakti, jenaka,
trampil , cerdas dan ramah. Bujangganong menjadi pelengkap dan sebagai
sosok jenaka yang menghibur penonton, bertingkah kocak dan ditambahkan
gerakan akrobatik.
Patih Pujangga Anom dalam perjalanan ke alas jati wengker
membawa pengawal pasukan berkuda dan dua pengikut setianya yaitu
Nayantaka dan Gainah. Pada pertunjukan Barongan, pasukan berkuda adalah
tari jaranan atau jathilan yang dimainkan oleh penari wanita yang berani.
Jaranan atau jathilan ini adalah tarian yang terkesan sangat lincah dan energik.
43
Nayantaka dan Gainah pada kesenian Barongan digambarkan sebagai
Penthul. Penthul dalam pertunjukan Barongan muncul dalam Guyon Maton
yang dimainkan pada akhir pertunjukan sebagai penyegar acara yang biasanya
membuat gerakan-gerakan lucu atau adegan lelucon.
d. Waktu Pertunjukan
Tidak ada aturan yang baku mengenai waktu pertunjukan, dalam hal ini
semua tergantung kepada orang yang mengundang tampilnya kesenian
Barongan dengan pimpinan dari kelompok Barongan. Biasanya pertunjukan
kesenian Barongan dipentaskan pada saat acara hajatan sunatan, acara
perkawinan, festival, acara hari jadi kota Blora.
Pertunjukan kesenian barongan ini dilaksanakan pada malam hari dimulai
dari jam 19.00 sampai pukul 23.00 tergantung kompromi antara pimpinan
Barongan dengan si pengundang. Kesenian Barongan dilaksanakan pada
pukul 19.00 tergantung dari permintaan tuan rumah untuk memulai
pementasannya selain itu persiapan dari team Barongan yang mulai dari
persiapan alat-alat musik, pemasangan dari cek sound serta persiapan dari
penari Barongan mulai dari persiapan pakaian sampai menggunakan make-up.
Namun juga dapat dipentaskan pada siang hari pukul 09.00 sampai selesai.
Bahkan juga bisa tergantung oleh tingkat antusiasme dari para penonton,
apabila antusiasme penonton sangat baik dan pertunjukan tersebut banyak
dikerumuni masyarakat biasanya waktu pentasnya bertambah panjang, akan
tetapi apabila antusiasme masyarakat kurang maka pertunjukan dapat segera
diakhiri.
44
5. Nilai Positif Kesenian Barongan
Kesenian Barongan di Desa Kunden mempunyai nilai positif terhadap
masyarakat desa Kunden. Nilai- nilai tersebut antara lain :
a. Nilai Moral
Dalam seni Barongan tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat yaitu
seperti sifat kekeluargaan, kesederhanaan, kompak, dan keberanian yang
dilandasi kebenaran. Contoh yang terdapat di masyarakat Kunden adalah
kebiasaan masyarakat yang saling membantu antar warga lain yang
membutuhkan pertolongan tanpa ada perintah sebelumnya. Contoh lainnya
adalah sikap tegas dalam menghadapi permasalahan, warga Kunden tidak
mudah mempercayai perkataan orang lain sebelum mereka mengetahui
kebenaran dari perkatan tersebut.
b. Nilai Estetika
Sarana mengekspresikan kemampuan dalam bidang kesenian tradisional
yaitu kesenian Barongan. . Gerak tari yang terkandung dalam tarian Barongan
tidak hanya menampilkan suatu gerakan yang energik saja, tapi juga
mempunyai makna-makna yang positif lainnya seperti bertanggung jawab
kepada tugas yang diberikan, seperti Gembong Amijoyo dan Joko Lodro yang
bersaudara bersedia terlibat pertikaian demi tanggung jawab pada tugas yang
diberikan kepadanya.
c. Nilai Budaya
Mengingatkan masyarakat desa Kunden untuk terus melestarikan kesenian
Barongan yang telah diwariskan supaya kesenian Barongan tidak hilang
45
seiring perkembangan zaman. Masyarakat Kunden tetap melestarikan dan
mengembangkan kesenian Barongan yang menjadi kesenian khas kota
mereka. Kesenian Barongan dikembangkan sesuai perubahan jaman supaya
tidak hilang seiring perkembangan jaman. Seperti Kelompok kesenian
Barongan Guntur Seto yang mengembangkan kesenian Barongan sehingga
bisa mendapatkan juara dan tampil di luar daerah bahkan mendapatkan juara
dalam International Etnic Culture Ferstival.
d. Nilai Pendidikan atau Edukasi
Dalam kesenian Barongan terdapat nilai pendidikan yang lebih digunakan
dalam kehidupan masyarakat seperti sikap kekeluargaan, kekompakan,
keberanian yang dilandasi dengan kebenaran. Dengan adanya pementasan
Barongan ini menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menyampaikan agar masyarakat kunden dapat hidup berdampingan secara
harmonis serta sebagai alat untuk melestarikan kesenian Barongan yang
merupakan kebudayaan khas daerah.