bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. hasil ......51 bab iv hasil penelitian dan pembahasan a....
TRANSCRIPT
-
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
2. Diskripsi CV. Jawa Dipa
CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang
permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten
Jepara.Kabupaten Jepara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah yang beribukota di Jepara. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak
pada posisi 110° 9′ 48, 02″ sampai 110° 58′ 37,40″ Bujur Timur, 5° 43′ 20,67″
sampai 6° 47′ 25,83″ Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung
sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah.
Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,189 km2 dengan panjang
garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179
km2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km2).
Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km2
(73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km2(26,30%).Desa
Bondo terletak di Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Dari kota Jepara
membutuhkan waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi untuk sampai ke
Desa Bondo.
CV. Jawa Dipa berdiri sejak tahun 1998 hingga saat ini yang usianya
sekitar 15 tahun. Perusahaan ini berdiri disebuah desa kecil yang berjarak sekitar
-
52
8 km dari pusat kota Jepara, tepatnya di desa Margokerto RT 01/RW 07
Kelurahan Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara Jawa Tengah.
Perusahaan ini termasuk perusahaan keluarga yang memasarkan
produknya ke Amerika. Perusahaan funiture ini membuka lowongan pekerjaan
bagi masyarakat sekitar yang awalnya hanya bekerja sebagai buruh tani dan
pekerja srabutan. Karyawan CV. Jawa Dipa berjumlah sekitar 125orang.
Produk yang dihasilkan oleh CV. Jawa Dipa adalah full garden funiture,
yang terdiri bangku, ayunan, meja dan kursi santai dan lain sebagainya. Dalam
pembuatan produknya CV. Jawa Dipa sangat mengutamakan kualitas kayu yang
digunakan sehingga kekuatan produk yang dihasilkan juga terjamin.
Struktur organisasi CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
-
53
Gambar 5: Struktur Organisasi CV. Jawa Dipa
Sumber: CV. Jawa Dipa, 2012
Berikut ini penjelasan jabatan yang berlaku di CV. Jawa Dipa:
1. Direktur
Direktur bertugas untuk mengatur seluruh operasional suatu perusahaan, baik
dari segi SDM maupun non-SDM dan juga harus mengatur strategi
perusahaan agar maju dibandingkan dengan perusahaan yang lainnya.Adapun
tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan garis-garis kebijakan perusahaan, menetapkan tujuan
perusahaan.
b. Menetapkan target dari penjualan per tahun.
Direktur
Manajer dutama
Manajer
perencanaan
Manajer
produksi
Manajer
keuangan
Manajer
pemasaran
Gergaji komponen Tukang
Servis Amplas
Packing
Bahan
pendukung
Admin
gudang
-
54
c. Memiliki wewenang dalam menangani masalah keuangan, mencari dan
mengatur penggunaan dana perusahaan untuk kelancaran operasi
perusahaan.
d. Memimpin rapat evaluasi bulanan dan mengawasi usaha operasi
perusahaan.
e. Berhak meminta penjelasan atas apa yang dilakukan diluar kebijakan
yang telah ditetapkan dari setiap bagian yang ada dibawahnya.
2. Manager Utama
Manager utama membantu tugas Direktur dalam menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari. Adapun tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut:
a. Membantu tugas-tugas direktur utama.
b. Mewakili direktur utama apabila berhalangan.
c. Mengatur pengeluaran dana perusahaan harian.
d. Melaporkan laporan keuangan pada saat rapat evaluasi bulanan.
e. Melaporkan perbandingan penjualan dibulan yang sama pada tahun yang
berbeda, pada bulan ini dan bulan yang akan datang.
3. Manajer Perencanaan
Manajer perencanaan bertugas untuk merancang desain-desain macam-
macam lemari, meja dan lain-lain. Merencanakan proses pembuatan macam-
macam lemari, meja dan lain-lain, serta menentukan bahan material apa saja
yang akan digunakan dalam memproduksi barang, sehingga bisa memenuhui
kepuasan pelanggan dan mencapai target yang maksimal.
-
55
2. Manajer Produksi
Manajer produksi bertugas untuk memproduksi barang-barang dan harus
mempunyai kemampuan dalam membuat suatu barang sehingga barang yang
dihasilkan bermutu dan berkualitas dalam segi pembuatan barang tersebut.
Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
a. Mengatur waktu pekerjaan agar sesuai dengan waktu pengiriman.
b. Mengatur posisi pengawas kualitas di masing-masing titik pekerjaan.
c. Memberikan harga produksi untuk kepentingan marketing dalam
membuat harga jual.
5. Manajer Keuangan
Manajer keuangan bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan, setiap
hal terkait keuangan baik itu dalam hal produksi atau pengeluaran serta
pendapatan maka akan menjadi tanggung jawab bagian keuangan untuk
dilaporkan pada direktur utama. Adapun tugas dan tanggung jawabnya adalah
sebagai berikut :
a. Membuat bukti pembayaran pelanggan
b. Mengelola dana yang dibutuhkan selama kegiatan produksi
c. Membuat laporan akhir
d. Membuat laporan laba rugi perusahaan
6. Manajer Pemasaran
Marketing betugas untuk menawarkan produk kepada pelanggan serta
menjelaskan hal-hal yang terkait tentang produk kepada pelanggan.
-
56
Kemudian menerima pesanan order dari pelanggan. Adapun tugas dan
tanggungjawabnya adalah sebagai berikut:
a. Memfollow up order dari pelanggan
b. Memproses order dari pelanggan
c. Membuat surat perintah kerja
2. Data produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012
Di dunia bisnis perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan
lainnya untuk memasarkan produk yang dihasilkannya. Selain produk yang
dihasilkan harus mampu bersaing secara kualitas, produk yang dihasilkan juga
harus mempunyai karakteristik tertentu yang dapat menjadi pembeda produk
perusahaan tersebut dengan produk perusahaan lain yang bergerak dalam bidang
yang sama.
Kekuatan dan keunikan barang-barang mebel yang dihasilkan CV. Jawa
Dipa menjadi hal utama yang dipertahankan untuk mampu bersaing dengan
perusahaan funiture lainnya. Dan berikut ini adalah data produksi CV. Jawa Dipa
tahun 2012 yang dapat dilihat pada tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9. Data Produksi CV. Jawa Dipa Tahun 2012
Jenis Produk Jumlah Unit Nilai
Umbrellas 41 184.336.000
Bench 466 2.474.399.253
Chair 637 3.276.999.249
Table 1.316 2.434.577.327
Total 12.781.525.770
Sumber: CV. Jawa Dipa
-
57
Dan untuk memproduksi produk-produk diatas berikut ini data biaya yang
berkaitan dengan proses produksi tersebut:
1. Data Pemakaian Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi CV. Jawa Dipa adalah
kayu jati. Jumlah pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel 10 berikut ini:
Tabel 10. Data Pemakaian bahan baku CV. Jawa Dipa tahun 2012
Jenis Produk Jumlah Unit Pemakaian bahan baku
(Rp)
Umbrellas 41 4.448.951
Bench 466 247.187.906
Chair 637 119.620.000
Table 1.316 177.746.208
Total 549.003.065
Sumber: CV. Jawa Dipa
2. Data Biaya Tenaga Kerja Langsung
Data biaya tenaga kerja langsung CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel 11 berikut in
Tabel 11. Data Biaya Tenaga Kerja CV. Jawa Dipa tahun2012
Jenis Produk Jumlah Unit BTKL (Rp)
Umbrellas 41 14.545.166
Bench 466 165.318.226
Chair 637 225.982.211
Table 1.316 466.864.347
Total 872.709.950
Sumber: CV. Jawa Dipa
Ringkasan data produksi, data pemakaian bahan baku dan data biaya
tenaga kerja langsung pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada tabel 12 sebagai
berikut ini:
-
58
Tabel 12. Ringkasan Data Produksi, Data Pemakaian Bahan Baku, dan Data
Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012
Jenis Produk Jumlah Unit BBB (Rp) BTKL (Rp)
Umbrellas 41 4.448.951 14.545.166
Bench 466 247.187.906 165.318.226
Chair 637 119.620.000 225.982.211
Table 1.316 177.746.208 466.864.347
Jumlah 2.460 549.003.065 872.709.950
Sumber: CV. Jawa Dipa
3. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain yang dikonsumsi oleh produk yang diproduksi CV. Jawa
Dipa dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut:
-
59
Tabel 13. Data Biaya CV. Jawa Dipa tahun 2012
No Jenis biaya Total biaya (Rp)
1 Biaya langsung
Bahan Baku 549.003.065
Tenaga Kerja Langsung
Upah
Pph pasal 21
Makan dan Minum
Kesejahteraan Karyawan
Sumbangan
Jumlah
715.370.150
82.528.700
1.231.250
12.789.000
29.553.350
13.300.000
872.709.950
Total Biaya Langsung 1.421.713.015
2
Biaya Tidak Langsung
Biaya Bahan Pembantu
Produk supllies
Accessories
Batyline
Packing
Viro
Press batyline
Total bahan pembantu
243.991.650
110.761.280
31.621.673
31.029.850
23.407.705
5.857.500
446.645.658
Biaya Admin & Umum
Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya penyusutan mesin& alat
Biaya pemeliharaan mesin
Biaya penyusutan bangunan
Biaya keperluan pabrik
Biaya energi
Biaya pemasaran
Total biaya tidak langsung
137.497.500
36.465.619
35.256.000
23.747.570
36.222.350
42.177.490
98.270.000
1.262.267.393
Total biaya 2.277.995.201
-
60
Sumber: CV Jawa Dipa
Berdasarkan data biaya diatas maka dapat diperoleh data pemakaian biaya
overhead pabrik CV. Jawa Dipa pada tahun 2012, yang dapat dilihat pada tabel 14
berikut ini:
Tabel 14. Data Biaya Overhead Pabrik CV. Jawa Dipa tahun 2012
No Keterangan Jumlah (Rp)
1. Biaya bahan pembantu 446.645.658
2. Biaya energi 42.177.490
3. Biaya tenaga kerja tak langsung 137.497.500
4. Biaya penyusutan mesin 36.465.619
5. Biaya pemeliharaan mesin 35.256.000
6. Biaya penyusutan bagunan 23.747.570
7. Biaya keperluan pabrik 36.222.350
8. Biaya pemasaran 98.270.000
Total biaya overhead pabrik 856.282.186
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pemakaian biaya overhead pabrik CV. Jawa Dipa dapat dijelaskan sebagai
berikut ini:
1. Bahan pembantu
Bahan pembantu terdiri dari biaya produk supllies, accessories, batyline,
packing, viro dan press batyline yang penggunaannya seiring dengan
jumlah unit produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar
pembebanannya adalah jumlah unit produksi.
2. Biaya Energi
Biaya energi merupakan biaya yang digunakan untuk membayar tenaga
listrik maupun genset yang digunakan untuk penerangan maupun untuk
mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi selama 1tahun,
dengan dasar pembebanan KWH.
-
61
3. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung
Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan untuk menggaji tenaga kerja tidak langsung atau tenaga kerja
yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi seperti tenaga
kerja pegawas dan keamanan. Biaya tenaga kerja tak langsung dikonsumsi
oleh jumlah waktu yang diberlakukan untuk melakukan inspeksi.
4. Biaya Penyusutan Mesin
Biaya penyusutan mesin adalah biaya yang terjadi karena penggunan
mesin dalam jangka waktu tertentu yang mengakibatkan turunnya nilai
mesin tersebut. Dasar pembebanannya adalah jumlah unit produk yang
diproduksi.
5. Biaya pemeliharaan mesin
Biaya pemeliharaan mesin adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan
dan memelihara mesin yang digunakan dalam proses produksi. Dasar
pembebanannya adalah jumlah jam inspeksi.
6. Biaya penyusutan bangunan
Biaya penyusutan bangunan adalah biaya yang terjadi karena adanya
penggunaan bangunan yang dapat menyebabkan penurunan nilai bangunan
dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebanannya adalah luas bangunan
pabrik.
7. Biaya keperluan pabrik
-
62
Biaya keperluan pabrik adalah biaya yang dikeluarkan pemeliharaan
bangunan pabrik. Biaya ini didasarkan pada luas area pabrik yang
digunakan dalam proses produksi.
8. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah seluruh biaya yang digunakan dalam rangka
memasarkan produk yang diproduksi CV. Jawa Dipa. Dasar pembebanan
jumlah unit yang diproduksi.
Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung penerapan
Activity-based costing system, antara lain:
1. Jumlah pemakaian energi
2. Jumlah jam inspeksi
3. Luas area yang dikonsumsi
Jumlah penggunaannya dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini:
Tabel 15. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012
no cost driver umbrellas Bench Chair table jumlah
1 jumlah unit 41 466 637 1.316 2.460
2 jumlah KWH 1.173,42 13.336,87 18.230,87 37.663,78 70.404,94KWH
3 jam inspeksi 656jam 22.368jam 61.152jam 63.168jam 147.344jam
4 luas area 1.235 1730 5.190 5.825 13.980 m2
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
A. Analisis Data
Dari hasil penelitian ini, CV. Jawa Dipa belum menggunakan metode
Activity-based costing system untuk menghitung Harga Pokok Produksi. Yang
artinya CV. Jawa Dipa masih menggunakan Sistem Tradisional. Harga Pokok
-
63
Produksi dapat dihitung menggunakan dua metode yaitu dengn Activity-Based
Costing System dan Sistem Tradisional. Dan di bab ini akan membahas mengenai
perhitungan Activity-Based Costing System untuk menghitung Harga Pokok
produksi CV. Jawa Dipa yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan hasil
perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional untuk
menentukan ketepatan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa.
1. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem Tradisional pada
CV. Jawa Dipa.
Untuk menghitung biaya overhead pabrik Sistem Tradisional
mempunyai dua alternatif yaitu berdasarkan tarif tunggal dan berdasarkan
tarif departemen. Namun yang biasa digunakan dalam pembebanan biaya
overhead pabrik adalah tarif tunggal dengan menggunakan cost driver
berdasarkan unit yang diproduksi. Pembebanan biaya overhead pabrik
dengan tarif tunggal dilakukan melalui dua tahap. Pembebanan pada tahap
pertama biaya overhead pabrik selama satu periode diakumulasikan menjadi
satu berdasarkan jam mesin, unit produk dan jam tenaga kerja. Kemudian
tahap kedua pembebanan biaya overhead pabrik yang sudah dibebankan
kepada produk tersebut diakumulasikan kepada masing-masing produk.
a) Tahap pertama
Tahap pertama yaitu biaya overhead pabrik diakumulasikan menjadi
satu untuk keseluruhan pabrik berdasarkan unit produksi seperti berikut
ini:
-
64
Diketahui:
Total overhead pabrik= Rp.856.282.186
Total produk = 2.460unit
Tarif tunggal berdasarkan unit produk
= Rp.856.282.186
2.460
= Rp.348.082,19 per unit
b) Tahap kedua
Tahap kedua yaitu membebankan biaya overhead pabrik yang sudah
dibebankan kepada masing-masing produk. Perhitungannya dapat
dilihat pada tabel 16 sebagai berikut:
-
65
Tabel 16. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional Umbrellas
Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)
Biaya Utama 18.994.117 41 463.271
Biaya Overhead pabrik =348.082,19 X 41 14.271.370 41 348.082
jumlah 33.265.487
811.353
Bench
Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)
Biaya utama 412.506.132 466 885.206
Biaya Overhead pabrik =348.082,19X466 155.244.657 466 333.143
jumlah 567.750.789 1.218.349
Chair
Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)
Biaya Utama 345.602.211 637 542.547
Biaya Overhead pabrik =348.082,19X637 221.728.355 637 348.082
Jumlah 567.330.566 890.629
Table
Elemen biaya Biaya total (Rp) Jumlah Biaya per unit (Rp)
Biaya Utama 624.610.555 1.316 474.628
Biaya Overhead pabrik
=348.082,19X1.316 458.076.162 1.316 348.082
Jumlah 1.082.686.717 822.710
Sumber: Data Sekunder yang telah diolah
-
66
Hasil perhitungan Harga Pokok Prosuksi menggunakan Sistem
Tradisional pada CV. Jawa Dipa adalah untuk Umbrellas sebesar
Rp.811.353 per unit, untuk Bench adalah sebesar Rp.1.218.349 per unit,
untuk Chair adalah sebesar Rp.890.629 per unit, dan untuk Table adalah
sebesar Rp.822.710.
2. Perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing
System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012
Untuk menghitung Harga Pokok produksi menggunakan Activity-Based
Costing System terdiri dari dua prosedur, yaitu:
a. Prosedur pertama
Tahap pertama untuk menentukan Harga Pokok Produksi menggunakan
Activity-Based Costing System adalah menelusuri biaya dari aktivitas
yang mengkonsumsi biaya tersebut, yang terdiri dari:
1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas
Pada CV. Jawa Dipa digolongkan menjadi empat level aktivitas.
Rincian penggolongan aktivitas-aktivitas dapat dilihat pada tabel 17
sebagai berikut:
-
67
Tabel 17. Penggolongan biaya ke berbagai aktivitas pada CV. Jawa
Dipa
Level aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp)
Aktivitas level unit
Biaya bahan pembantu 446.645.658
Biaya energy 42.177.490
Biaya penyusutan mesin 137.497.500
Aktivitas level batch
Biaya tenaga kerja tak
langsung 36.456.619
Biaya pemeliharaan mesin 35.256.000
Aktivitas level produk Biaya pemasaran 98.270.000
Aktivitas level fasilitas Biaya penyusutan bagunan 23.747.570
Biaya keperluan pabrik 36.222.350
Jumlah 856.273.187
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Penjelasan dari tiap level aktivitas sebagai berikut ini:
a) Aktivitas unit level
Aktivitas unit level merupakan aktivitas yang terjadi seiring
dengan jumlah unit yang diproduksi dan jenis aktivitas ini
meliputi pemakaian bahan pembantu, aktivitas pemakaian
energi, dan aktivitas penyusutan mesin.
b) Aktivitas level batch
Aktivitas level batch merupakan biaya aktivitas yang
berkaitan dengan kelompok unit. Jenis aktivitas ini meliputi
biaya tenaga kerja tak langsung dan biaya pemeliharaan
mesin.
c) Aktivitas level produk
Aktivitas level produk merupakan aktivitas pendukung
produk yang dilakukan untuk mendukung setiap produk
-
68
tanpa menghiraukan jumlah unit atau batch unit yang
diproduksi. Jenis aktivitas ini adalah aktivitas pemasaran.
d) Aktivitas level fasilitas
Aktivitas level fasilitas merupakan aktivitas yang tidak dapat
ditelusuri ke produk atau jasa individual namun mendukung
operasi perusahaan secara keseluruhan. Jenis aktivitas ini
meliputi penyusutan bangunan dan keperluan pabrik.
1) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, seperti
berikut ini:
a) Aktivitas pemakaian bahan pembantu dalam proses produksi
mengkonsumsi biaya bahan pembantu.
b) Aktivitas pemakaian energi listrik dalam proses produksi
mengkonsumsi listrik.
c) Aktivitas penyusutan mesin mengkonsumsi biaya penyusutan
mesin.
d) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tidak langsung mengkonsumsi
biaya tenaga kerja tidak langsung.
e) Aktivitas pemasaran mengkonsumsi biaya pemasaran.
f) Aktivitas penyusutan bangunan mengkonsumsi biaya
penyusutan bangunan.
g) Aktivitas keperluan pabrik mengkonsumsi biaya keperluan
pabrik.
-
69
2) Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas.
Setelah aktivitas-aktivitas produksi didentifikasi sesuai
dengan levelnya, maka selanjutnya adalah mengidentifikasi cost
driver dari setiap biaya untuk menentukan tarif cost driver per unit.
Data cost drivernya dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini:
Tabel 18. Daftar Cost Driver CV. Jawa Dipa Tahun 2012
no cost driver umbrellas Bench Chair Table jumlah
1 jumlah unit 41 466 637 1.316 2.460
2 jumlah KWH 1.173,42 13.336,87 18.230,87 37.663,78 70.404,94KWH
3 jam inspeksi 656jam 22.368jam 61.152jam 63.168jam 147.344jam
4 luas area 1.235 1730 5.190 5.825 13.980 m2
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
3) Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen
Tujuan pembentukan cost pool yang homogen adalah untuk
meringkas jumlah cost pool yang jumlahnya terlalu banyak. Rincian
cost pool yang homogen pada CV. Jawa Dipa dapat dilihat pada
Tabel 19 berikut ini:
Tabel 19. Cost Pool Homogen CV. Jawa Dipa Cost pool
homogeny Aktivitas BOP Cost driver
Level
aktivitas
Pool 1 Aktivitas bahan pembantu Jumlah unit Unit level
Aktivitas penyusutan mesin Jumlah unit Unit level
Pool 2 Aktivitas pemakaian listrik KWH Unit level
Pool 3
Aktivitas tenaga kerja tak
langsung
Jam
inspeksi Bacth level
Aktivitas pemeliharaan mesin Jam
inspeksi Bacth level
Pool 4 Aktivitas pemasaran Unit
produk Produk level
Pool 5 Aktivitas penyusutan bangunan Luas area Fasilitas level
aktivitas keperluan pabrik Luas area Fasilitas level
-
70
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
4) Penentuan tarif kelompok (Pool Rate)
Tarif kelompok ( pool rate) adalah tarif biaya overhead per
unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif
per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sumber: Supriyono (2002: 232)
Pool rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat
dilihat pada Tabel 20 berikut ini:
Tabel 20. Pool Rate aktivitas level unit pada CV. Jawa Dipa 2012
Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
cost pool 1 biaya bahan pembantu 466.645.658
biaya penyusutan mesin 137.497.500
total biaya
604.143.158
unit produk 2.460
pool rate 1 245.587
cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
cost pool 2 biaya energy 42.177.490
total biaya
42.177.490
KWH 70.405
pool rate 2 599
sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu
Driver biayanya
-
71
Pool rate akttivitas level batch pada CV. Jawa Dipa tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel 21 berikut ini:
Tabel 21. Pool Rate aktivitas level bacth pada CV. Jawa Dipa 2012
Cost Pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Cost Pool
3
biaya tenaga kerja tidak langsung 36.465.619
biaya pemeliharaan mesin 35.256.000
total biaya 71.721.619
jam
inspeksi 147.344
pool rate 3
487
sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Pool rate aktivitas level produk pada Mebel CV. Jawa Dipa 2012 dapat
dilihat pada tabel 22 berikut ini:
Tabel 22. Pool Rate aktivitas level produk pada CV. Jawa Dipa 2012
Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Cost pool 4 biaya pemasaran 98.270.000
total biaya
98.270.000
unit produk 2.460
pool rate 4 39.947
sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Pool rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012
dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini:
Tabel 23. Pool Rate aktivitas level fasilitas pada CV. Jawa Dipa 2012
Cost pool Elemen BOP Jumlah (Rp)
Cost pool
5
biaya penyusutan bangunan 23.747.570
biaya keperluan pabrik 36.222.350
total biaya
59.969.920
luas area 13.980
pool rate 5 4.290
sumber: Data sekunder yang sudah diolah
-
72
b. Prosedur kedua
Tahap kedua adalah menentukan Harga Pokok Produksi berdasarkan
aktivitas dengan membebankan tarif kelompok berdasarkan Cost Driver.
Setiap kelompok biaya overhead dilacak ke berbagai jenis produk. BOP
ditentukan dari setiap kelompok ke setiap produk dengan rumus sebgai
berikut ini:
BOP dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver yang
digunakan
Sumber: Supriyono (2002: 234)
Pembebanan Harga Pokok Produksi dengan metode Activity-
Based Costing System disajikan pada tebel 24 sebagai berikut:
-
73
Tabel 24. Pembebanan BOP dengan Activity-Based Costing System Pada CV. Jawa Dipa Tahun 2012
Level aktivitas Cost driver Proses pembebanan Umbrellas Bench Chair Table Jumlah
Level Unit
Unit produk
245.586,65 X 41 10.069.053
245.586,65 X 466
114.443.379
245.586,65 X 637
156.438.696
245.586,65 X 1.316
323.192.031 604.143.159
KWH
599,07 X 1.173,42 702.961
599,07 X 13.336,87
7.989.719
599,07 X 18.230,87
10.921.567
599,07 X 37.663,78
22.563.241 42.177.487
Level Bacth Jam
inspeksi
486,76 X 656 319.315
486,76 X 22.368
10.887.848
486,76 X 61.152
29.766.348
486,76 X 63.168
30.747.656 71.721.165
Level Produk Unit produk
39.947,15 X 41 1.637.833
39.947,15 X 466
18.615.372
39.947,15 X 637
25.446.335
39.947,15 X 1.316
52.570.449 98.269.989
Level Fasilitas Luas area
4.289,69 X 1235 5.297.767
4.289,69 X 1730
7.421.164
4.289,69 X 5190
22.263.491
4.289,69 X 5825
24.987.444 59.969.866
Jumlah 18.026.928 159.357.481 244.836.437 454.060.821 876.281.667
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
-
74
Berdasarkan pembebanan biaya overhead yang telah dilakukan
diatas, maka perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode
Activity-Based Costing Systempada CV. Jawa Dipa pada tahun 2012 dapat
dilihat pada tabel 25 sebagai berikut ini:
Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing
System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012
Keterangan Umbrellas Bench Chair Table
BBB 4.448.951 247.187.906 119.620.000 177.746.208
BTKL 14.545.166 165.318.226 225.982.211 466.864.347
BOP
(pembulatan)
18.026.928 159.357.486 244.836.499 454.060.861
HPP 37.021.045 571.863.618 590.438.660 1.098.671.416
Unit Produk 41 466 637 1.316
HPP per Unit
(pembulatan)
902.952 1.227.175 926.905 834.857
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Berdasarkan tabel diatas hasil perhitungan Harga Pokok Produksi
per unit menggunakan Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa
tahun 2012 adalah untuk Umbrellas sebesar Rp.902.952, untukBench sebesar
Rp.1.227.175, untuk Chair Rp.926.905 dan untuk Table sebesar Rp.834.857.
b) Membandingkan hasil perhitungan Harga Pokok Produksi Sistem
Tradisional dengan Activity-Based Costing System.
Perbandingan perhitungan Harga Pokok Produksi menggunakan Sistem
Tradisional dengan Activity-Based Costing System dapat dilihat pada tabel 26
sebagai berikut ini:
-
75
Tabel 26. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan
Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012
Jenis produk Sistem
Tradisional
Sistem
ABC
Selisih Nilai Kondisi
Umbrellas 811.353 902.952 91.599 Undercost
Bench 1.218.349 1.227.175 8.826 Undercost
Chair 890.629 926.905 36.276 Undercost
Table 822.710 834.857 12.147 Undercost
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan Harga
Pokok Produksi menggunakan Activity-Based Costing System adalah untuk
Umbrellas sebesar Rp.902.952, untuk Bench sebesar Rp.1.227.175, untuk Chair
sebesar Rp.926.905 dan untuk Table sebesar Rp.834.857. Dari hasil
perhitungan di atas jika dibandingkan dengan Sistem Tradisional, maka
Activity-Based Costing System memberikan hasil perhitungan yang lebih besar,
yaitu dengan selisih produk Umbrellas sebesar Rp.91.599, selisih produk Bench
sebesar Rp.8.826, dan untuk produk Chair sebesar Rp.36.276, sedangkan untuk
produk Table sebesar Rp.12.147.
C. Pembahasan
1. a) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional pada
Mebel CV. Jawa Dipa tahun 2012.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan
harga pokok produksi menggunakan sistem tradisional memperoleh hasil yang
lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan harga pokok produksi
menggunakan activity-based costing system. Hasil perhitungan harga pokok
-
76
produksi menggunakan sistem tradisional adalah sebesar Rp.811.353 untuk
produk Umbrellas, untuk produk Bench sebesar Rp.1.218.349, untuk produk
Chair sebesar Rp.890.629 dan untuk produk Table sebesar Rp.822.710.
Hal ini terjadi karena karena sistem tradisional hanya menggunakan
satu cost driver saja yaitu berdasarkan jumlah unit yang menurut Hansen &
Mowen (2000: 317) penggunaan pendorong kegiatan berdasarkan unit saja
untuk membebankan biaya overhead pabrik maka biaya overhead yang terkait
dengan non unit dapat menghasilkan biaya produk yang terdistorsi. Biaya-biaya
non unit yang terdistorsi tersebut adalah seperti biaya pemeliharaan mesin,
biaya penyusutan gedung, dan biaya pemakaian listrik.
Selain itu Mebel CV. Jawa Dipa juga memproduksi produk yang lebih
dari satu jenis dengan jumlah unit yang bervariasi sehingga jumlah overhead
pabrik yang dikonsumsi oleh setiap produk juga berbeda sesuai dengan
karakteristik masing-masing produk. Sesuai pendapat Carter & Usry (2004:
419) Penggunaan dasar volume output cenderung mengakibatkan perhitungan
biaya yang terlalu besar untuk produk yang volumenya tinggi dan terlalu rendah
untuk produk yang volumenya rendah. Dengan begitu pembebanan biaya
overhead pabrik tidak bisa didasarkan pada jumlah output yang diproduksi
karena pembebanan tersebut tidak tepat dalam menentukan biaya overhead..
b) Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity-Based Costing
System pada Mebel CV. Jawa Dipa tahun 2012.
-
77
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil perhitungan
harga pokok produksi menggunakan activity-based costing system memperoleh
hasil yang lebih tinggi dibandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi
menggunakan sistem tradisional. Hasil perhitungan harga pokok produksi
menggunakan system tradisional adalah sebesar Rp.902.952 untuk produk
umbrellas, sebesar Rp.1.227.175 untuk produk bench, sebesar Rp.926.905
untuk produk Chair, dan sebesar Rp.834.857 untuk produk table.
Hal ini terjadi karena activity-based costing system membebankan
biaya overhead berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dibagi
ke dalam beberapa cost driver sesuai dengan pendapat Firdaus & Wasilah
(2009: 322) bahwa dengan pengelompokan biaya berdasarkan aktivitas tersebut
ABC dapat menghasilkan informasi biaya produk yang lebih akurat dan dapat
dipercaya.
Dan selain dapat menghasilkan perhitungan Harga Pokok Produksi
yang lebih akurat, menurut Srikant M. Datar, dan George Fostar (2006: 177)
Activity-Based Costing System juga memuat informasi yang berguna dalam
pengambilan keputusan manajemen guna meningkatkan kepuasan pelanggan
dan profitabilitas. Secara luas temasuk keputusan tentang harga, pengurangan
biaya, peningkatan proses dan perancangan produk. Sehingga dapat membantu
pihak manajemen dalam pengambilan keputusan mengenai aktivitas-aktivitas
apa saja yang harus dikurangi apabila terjadi pemborosan biaya dalam proses
produksi.
-
78
2. Ketepatan Perhitungan Harga Pokok Produksi Mebel CV. Jawa Dipa
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
secara keseluruhan Acivity-Based Costing System memberikan hasil yang lebih
besar dari Sistem Tradisional. Rincian perbandingan Harga Pokok Produksi
dengan Activity-Based Costing System dan Sistem Tradisional dapat dilihat
pada tabel 27 dibawah ini:
Tabel 27. Perbandingan Harga Pokok Produksi Sistem Tradisional dengan
Activity-Based Costing System pada CV. Jawa Dipa tahun 2012
Jenis produk Sistem
Tradisional
Sistem ABC Selisih
Umbrellas 811.353 902.952 91.599
Bench 1.218.349 1.227.175 8.826
Chair 890.629 926.905 36.276
Table 822.710 834.857 12.147
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Activity-Based Costing
System memberikan hasil yang lebih besar dari Sistem Tradisional, yaitu
dengan selisih sebesar Rp.91.599 untuk produk umbrellas, selisih sebesar
Rp.8.826 untuk produk bench, selisih sebesar Rp.36.276 untuk produk Chair
dan selisih sebesar Rp.12.147 untuk produk Table. Perbedaan ini terjadi karena
pembebanan biaya overhead pabrik yang berbeda antara Sistem Tradisional
dengan Activity-Based Costing System. Sesuai dengan pendapat Carter & Usry
(2004: 496) Activity-Based Costing System menggunakan tempat penampungan
biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan
dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan
-
79
volume dan dibandingkan dengan sistem akuntansi Tradisional, Activity-Based
Costing System mewakili penerapan penelusuran biaya yang lebih menyeluruh.
Sistem Tradisional membebankan biaya overhead pabrik dengan satu
cost driver saja yaitu jumlah unit produksi, yang mengakibatkan terjadinya
distorsi biaya, yaitu tarjadi overcost atau undercost. Sedangkan pada Activity-
Based Costing System biaya overhead pabrik dibebankan pada beberapa cost
driver seperti tingkat unit, tingkat batch, tingkat produk dan tingkat pabrik,
sehingga alokasi biayanya sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi oleh produk
dan memperoleh hasil yang lebih akurat. Selain itu menurut Mulyadi 1993: 54
sistem tradisional (full costing dan variable costing) merupakan metode
penentuan harga pokok produk yang dirancang berdasarkan kondisi teknologi
manufaktur pada masalalu, dan activity-based costing system menjadi
alternative perhitungan harga pokok produksi yang sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi. Sehingga untuk perusahaan yang bersaing
secara global seperti CV. Jawa Dipa activity-based costing system lebih tepat
digunakan untuk menentukan harga pokok produksi.