bab iv hasil penelitian dan pembahasan a. hasil …eprints.uny.ac.id/34851/4/5.bab iv.pdf · hasil...
TRANSCRIPT
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran materi Logika dengan
menggunakan pendekatan kontekstual ini dilakukan dengan model ADDIE yang
terdiri dari tahap analysis (analisis), design (perancangan), development
(pengembangan), implementation (implementasi), dan evaluation (evaluasi).
Berdasarkan penelitian pengembangan yang dilakukan diperoleh hasil penelitian
sebagai berikut.
1. Tahap Analysis (Analisis)
Pada tahap analisis dilakukan tiga macam analisis, yaitu analisis kebutuhan,
analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. Hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut.
a. Analisis Kebutuhan
Salah satu masalah yang terdapat di sekolah saat ini adalah terbatasnya
perangkat pembelajaran matematika yang dapat memfasilitasi siswa untuk
membangun pengetahuan mereka secara mandiri. Berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman, guru telah menyusun
RPP dan LKS untuk digunakan selama proses pembelajaran. Akan tetapi, LKS
yang disusun oleh guru berisi ringkasan materi dan latihan latihan soal. LKS yang
berisi latihan soal belum memenuhi kebutuhan siswa dalam menemukan konsep-
konsep matematika. Materi yang langsung diberikan secara utuh kepada siswa
menyebabkan siswa tidak memiliki kesempatan untuk membangun dan
60
menemukan konsep-konsep baru dengan pola pikir dan cara mereka sendiri
sehingga siswa menjadi pasif dan kurang berkembang.
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran matematika di kelas,
diketahui bahwa peran siswa dalam menemukan konsep-konsep baru pada proses
pembelajaran masih kurang sehingga perlu adanya pengembangan perangkat
pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual yang dapat
memfasilitasi siswa untuk berperan aktif menemukan konsep dan membangun
pengetahuannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang
pengembangan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS dengan
pendekatan kontekstual khususnya pada materi Logika untuk SMA Kelas X yang
dapat memfasilitasi siswa agar pembelajaran lebih bermakna.
b. Analisis Karakteristik Siswa
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran
matematika di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman menunjukkan bahwa siswa
cenderung hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru.
Beberapa siswa mengajukan pertanyaan jika terdapat penjelasan guru yang belum
mereka pahami. Beberapa siswa juga aktif dalam menjawab persoalan yang
diberikan. Namun tidak sedikit yang hanya diam atau bahkan berbincang-bincang
dengan teman sebangkunya. Siswa belum berpartisipasi aktif dalam membangun
dan menemukan konsep matematika secara mandiri. Keadaan tersebut
menyebabkan siswa belum mempelajari matematika secara bermakna.
Siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan pola pikir
mereka dalam menemukan konsep atau dalam menyelesaikan suatu masalah.
61
Selain itu, siswa kurang mendapatkan kesempatan untuk menghubungkan konsep
matematika yang mereka peroleh dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari. Akibatnya, siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah
matematika yang dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan analisis karakteristik siswa di atas, salah satu pendekatan yang
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan kontekstual. Oleh
karena itu, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa
RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual untuk membantu siswa dalam
mempelajari materi logika secara lebih bermakna.
c. Analisis Kurikulum
Hasil analisis kurikulum menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 Cangkringan,
Sleman menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada tahap
ini peneliti menganalisis materi matematika kelas X SMA semester 2 khususnya
untuk materi logika. Materi logika matematika mencakup materi pokok
pernyataan tunggal dan majemuk serta negasinya; tautologi dan ekuivalensi;
konvers, invers, dan kontraposisi dari suatu implikasi; pernyataan berkuantor;
penarikan kesimpulan meliputi modus tolens, modus ponens, dan silogisme.
Pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS mengacu pada
indikator-indikator yang dijabarkan dari kompetensi dasar (KD) pada Lampiran
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi. Hasil analisis
kurikulum dapat dilihat pada lampiran A.1.
62
2. Tahap Design
Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah tahap perancangan. Tahap
perancangan terbagi menjadi tiga yaitu penyusunan rancangan RPP, penyusunan
rancangan LKS, dan penyusunan instrumen penilaian perangkat pembelajaran.
a. Penyusunan rancangan RPP
Hasil yang diperoleh dalam langkah merancang RPP adalah sebagai berikut.
1) Perancangan identitas RPP
Identitas RPP meliputi: nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester,
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, dan alokasi
Waktu. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator untuk materi
logika Kelas X disesuaikan dengan standar isi yang termuat dalam Lampiran
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Rincian SK, KD, dan indikator
pencapaian kompetensi materi logika dapat dilihat pada lampiran A.1.
2) Perumusan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan berdasarkan indikator pencapaian
kompetensi yang telah ditentukan.
3) Perancangan Materi Pembelajaran
Berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
pencapaian kompetensi yang telah dirumuskan, dirancang tujuh RPP untuk
tujuh pertemuan. Materi pembelajaran untuk masing-masing pertemuan
dirancang berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran serta disesuaikan
dengan alokasi waktu yang tersedia. Materi pembelajaran yang dipilih untuk
tiap RPP disajikan pada Tabel 9.
63
Tabel 9 Materi Pembelajaran untuk Tiap RPP
RPP ke- Materi Pembelajaran
1 Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi
2 Konjungsi dan Disjungsi
3 Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi
4 Ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk
5 Konvers, Invers, dan Kontraposisi
6 Penyataan Berkuantor
7 Penarikan Kesimpulan
4) Pemilihan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dirancang untuk digunakan dalam perangkat
pembelajaran ini adalah metode diskusi. Proses diskusi dilakukan dalam
kelompok kecil atau dengan teman sebangku.
5) Perancangan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembuka meliputi
penyiapan siswa secara fisik dan mental, apersepsi, motivasi, serta
penyampaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Pada kegiatan inti,
langkah pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual yang terdiri dari
relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring. Langkah
pembelajaran pada kegiatan inti juga disesuaikan dengan standar proses yang
tercantum pada Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007 yang meliputi
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
6) Pemilihan sumber belajar
Sumber belajar yang dipilih untuk digunakan dalam pembelajaran adalah
LKS dengan pendekatan kontekstual dan buku teks pelajaran Siswanto.
64
(2015). Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
7) Perancangan penilaian pembelajaran
Perancangan penilaian pembelajaran meliputi perancangan bentuk
penilaian yang meliputi soal pilihan ganda dan soal uraian. Selain itu, soal
yang digunakan disesuaikan dengan indikator pembelajaran. Prosedur
penilaian yang dirancang meliputi kunci jawaban dan skor maksimal untuk
masing-masing penyelesaian dari butir soal.
b. Penyusunan rancangan LKS
Rancangan awal LKS yang dikembangkan terdiri atas:
1) Penyusunan Peta Kebutuhan LKS
Penyusunan peta kebutuhan LKS bertujuan untuk menentukan jumlah dan
urutan LKS yang berdasarkan pada KD serta indikator pencapaian kompetensi
dengan memperhatikan materi prasyarat sesuai dengan LKS yang akan
dikembangkan. Hasil penyusunan peta kebutuhan LKS dapat dilihat pada
lampiran A.3.
2) Judul LKS
LKS yang dikembangkan diberi judul “Lembar Kegiatan Siswa
Matematika untuk SMA Kelas X Semester 2 dengan Pendekatan Kontekstual
pada Materi Logika”. Penyusunan judul kegiatan-kegiatan dalam LKS
berdasarkan pada KD, indikator pencapaian kompetensi, dan materi. LKS
yang dikembangkan dalam penelitian ini dibagi menjadi 7 LKS yaitu:
65
a) LKS 1: Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka
tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 1 adalah agar siswa dapat
menjelaskan arti dan contoh dari pernyataan dan kalimat terbuka, serta
menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan, menjelaskan arti dan contoh
kalimat terbuka serta menentukan himpunan penyelesaiannya, dan
menentukan ingkaran atau negasi dari suatu pernyataan beserta nilai
kebenarannya.
b) LKS 2: Konjungsi dan Disjungsi
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka
tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 2 adalah agar siswa dapat
menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk berbentuk
konjungsi dan disjungsi.
c) LKS 3: Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka
tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 3 adalah agar siswa dapat
menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk berbentuk
implikasi dan biimplikasi serta siswa dapat menyelidiki apakah suatu
pernyataan majemuk merupakan suatu tautologi, kontradiksi, bukan
tautologi, atau bukan kontradiksi.
66
d) LKS 4: Ekuivalensi dari Dua Pernyataan Majemuk dan Konvers, Invers,
dan Kontraposisi
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka
tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 4 adalah agar siswa dapat memeriksa
atau membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan majemuk,
menentukan ingkaran atau negasi dari suatu pernyataan majemuk
berbentuk konjungsi, disjungsi, implikasi, dan biimplikasi, serta
menentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari pernyataan berbentuk
implikasi beserta nilai kebenarannya.
e) LKS 5: Pernyataan Berkuantor
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka
tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 5 adalah agar siswa dapat
menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor, menentukan
ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor, dan memeriksa atau
membuktikan kesetaraan antara dua pernyataan berkuantor.
f) LKS 6: Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka
tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 6 adalah agar siswa dapat
menentukan kesimpulan dari beberapa premis yang diberikan dengan
prinsip modus ponens, modus tolens, dan silogisme, serta agar siswa dapat
memeriksa keabsahan penarikan kesimpulan menggunakan prinsip logika
matematika.
67
g) LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema
Berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah disusun maka
tujuan yang ingin dicapai dalam LKS 7 adalah agar siswa dapat
membuktikan sebuah persamaan atau pernyataan dengan bukti langsung,
bukti tidak langsung, dan induksi matematika. LKS 7 diberikan sebagai
pengayaan bagi siswa.
3) Penulisan LKS
LKS dirancang berdasarkan pada langkah-langkah penulisan LKS yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut merupakan uraian hasil pada
langkah-langkah yang telah dilaksanakan pada tahap penulisan rancangan
awal LKS.
a) Perumusan Kompetensi Dasar
KD yang harus dikuasai oleh siswa tercantum dalam silabus
matematika SMA kelas X.
b) Menentukan Bentuk Penilaian
Penilaian yang digunakan untuk mengukur keefektifan LKS ini
berbentuk soal-soal latihan di setiap akhir pembelajaran dan tes hasil
belajar siswa di akhir pertemuan.
c) Penyusunan Materi
Materi disusun berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang akan
dicapai. Dalam tahap penyusunan materi peneliti juga mengumpulkan
berbagai referensi sumber belajar terkait materi dan penulisan LKS.
68
Berikut ini merupakan referensi yang dipilih dan digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan LKS.
(1) Abdul Halim F. 2012. Matematika Hakikat dan Logika. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
(2) Frans Susilo. 2012. Landasan Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.
(3) Noormandiri dan Endar Sucipto. 2004. Matematika SMA untuk
Kelas X. Jakarta Erlangga.
(4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi untuk Pendidikan Dasar
dan Menengah
(5) Sartono Wirodrikokromo. 2004. Matematika untuk SMA Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
(6) Siswanto. 2015. Matematika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta:
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
(7) Sri Kurnianingsih, dkk. 2007. Matematika SMA dan MA untuk Kelas
X Semester 2. Jakarta: Erlangga.
d) Struktur LKS
Bagian LKS dibagi menjadi tiga yaitu bagian awal, isi, dan akhir.
Bagian awal terdiri dari halaman sampul, halaman identitas LKS, kata
pengantar, peta kedudukan LKS, peta konsep, halaman KD dan indikator
pencapaian kompetensi, dan daftar isi. Bagian isi terdiri dari keseluruhan
kegiatan yang dilaksanakan siswa untuk mendapatkan pengetahuan sesuai
69
dengan SK/KD materi Logika. Sedangkan, bagian akhir terdiri dari daftar
pustaka. Berikut merupakan kerangka LKS yang dihasilkan.
Halaman sampul
Halaman Penulis
Kata Pengantar
Peta Kedudukan LKS
Peta Konsep
Halaman KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Daftar Isi
Isi
LKS 1: Pernyataan, Nilai Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi
LKS 2: Konjungsi dan Disjungsi
LKS 3: Implikasi, Biimplikasi, Tautologi, dan Kontradiksi
LKS 4: Ekuivalensi dan Konvers, Invers, dan Kontraposisi
LKS 5: Pernyataan Berkuantor
LKS 6: Penarikan Kesimpulan
LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema (Pengayaan)
Halaman Pembuka kegiatan pembelajaran
Halaman Kegiatan Pembelajaran
Halaman Refleksi
Latihan Soal
Daftar Pustaka
Dengan memperhatikan pendekatan yang dipilih berdasarkan hasil
analisis maka komponen pendekatan kontekstual dijadikan acuan dalam
mengembangkan LKS. Komponen tersebut adalah Constructivism
(Konstruktivism), Inquiry (Menemukan), Questioning (Bertanya),
Learning Community (Masyarakat Belajar), Modelling (Pemodelan),
Reflection (Refleksi), dan Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya).
Karakteristik tersebut diwujudkan dalam apersepsi dan aktivitas-aktivitas
dalam LKS. Bagian tersebut bertujuan untuk menuntut siswa untuk
membangun pengetahuannya dengan pendekatan kontekstual.
LKS terdiri dari dua macam, yaitu LKS siswa dan LKS guru. LKS
pedoman guru dirancang memiliki tampilan dan isi yang sama dengan
70
LKS untuk siswa, namun dilengkapi dengan jawaban untuk setiap masalah
dan soal.
c. Penyusunan Rancangan Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran
Instrumen penilaian perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini terdiri dari lembar penilaian LKS, lembar penilaian RPP, lembar
observasi kegiatan pembelajaran, angket respon dan instrumen tes hasil belajar.
Adapun hasil tahap perancangan instrumen penilaian perangkat pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1) Lembar Penilaian RPP
Lembar penilaian RPP diberikan kepada dosen ahli materi dan guru
matematika. melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan
RPP. Lembar penilaian RPP ini disusun dengan lima alternatif jawaban yaitu
Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak Baik. Aspek penilaian
RPP dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kisi-kisi Lembar Penilaian RPP
No Aspek Jumlah Butir
1 Identitas RPP 7
2 Alokasi Waktu 2
3 Rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan
pembelajaran
3
4 Pemilihan materi 3
5 Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran 5
6 Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual
13
7 Pemilihan sumber belajar 2
8 Penilaian hasil belajar 5
Jumlah Butir 40
71
2) Lembar penilaian LKS
a) Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Materi
Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu dosen ahli materi.
Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS
yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan materi, kompetensi, dan
pendekatan pembelajaran. Angket penilaian LKS ini disusun dengan 5
alternatif jawaban yaitu Sangat Baik, Baik, Cukup, Kurang Baik, Sangat
Kurang. Aspek penilaian LKS oleh ahli materi dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kisi-kisi Penilaian LKS oleh Ahli Materi
No Aspek Penilaian Jumlah Butir
1 Kompetensi 4
2 Isi materi 7
3 Kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual 7
Total Butir 18
b) Lembar Penilaian LKS oleh Ahli Media
Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu dosen ahli media.
Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS
yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa, penyajian
materi, dan desain grafik. Angket penilaian LKS ini disusun dengan lima
alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat
kurang. Aspek penilaian LKS oleh ahli media dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kisi-kisi Penilaian oleh Ahli Media
No Aspek Penilaian Jumlah Butir
1 Bahasa 6
2 Penyajian 6
3 Kegrafikan 11
Total Butir 23
72
c) Lembar Penilaian LKS oleh Guru Matematika
Lembar penilaian LKS ini diberikan pada satu guru matematika.
Melalui instrumen ini diharapkan dapat diketahui nilai kevalidan LKS
yang dikembangkan berdasarkan aspek kelayakan bahasa, penyajian
materi, dan desain grafik. Angket penilaian LKS ini disusun dengan lima
alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat
kurang. Aspek penilaian LKS oleh guru matematika dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Kisi-kisi Penilaian LKS oleh Guru
No Aspek Penilaian Jumlah Butir
1 Kompetensi 4
2 Isi materi 7
3 Kesesuaian LKS dengan pendekatan kontekstual 7
4 Bahasa 6
5 Penyajian 6
6 Kegrafikan 11
Total Butir 41
3) Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk
mendapat data kepraktisan dan perbaikan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan setelah dilakukan pembelajaran. Aspek observasi
keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 14.
73
Tabel 14. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
No Aspek yang Diamati Jumlah Butir
1 Kegiatan Pendahuluan 5
2 Kegiatan Inti
Constructivism (Konstruktivisme) 3
Inquiry (Menemukan) 3
Questioning (Bertanya) 1
Learning Community (Masyarakat Belajar) 3
Modelling (Pemodelan) 1
Reflection (Refleksi) 4
Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya) 2
3 Kegiatan Penutup 2
Total Butir 24
d) Angket Respon
Angket respon terdiri dari dua jenis yaitu angket respon siswa dan
angket respon guru. Angket respon diberikan kepada siswa dan guru pada
akhir penelitian. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon dan
tanggapan siswa dan guru terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan sehingga didapatkan tingkat kepraktisan dari perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Angket respon ini disusun dengan lima
alternatif jawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju. Aspek angket respon disajikan pada Tabel 15 dan 16.
Tabel 15. Kisi-kisi Angket Respon Siswa
No Aspek Penilaian Jumlah Butir
1 Kesesuaiaan dengan Pendekatan Kontekstual 6(+)
2 Kemudahan 1(+), 2(-)
3 Keterbantuan 4(+)
4 Kemenarikan 3(+)
Total Butir 16
Tabel 16. Kisi-kisi Angket Respon Guru
No Aspek Penilaian Julmlah Butir
1 Materi 3
2 Pendekatan Kontekstual 7
3 RPP 5
4 LKS 10
Total Butir 25
74
e) Instrumen Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar diberikan kepada siswa pada akhir penelitian sebagai
penentu ketuntasan pemahaman siswa setelah pembelajaran selesai
dilaksanakan. Soal terdiri dari 20 soal pilihan ganda dan 3 soal uraian yang
mewakili indikator pencapaian kompetensi. Dari hasil tes akan didapatkan
persentase ketuntasan siswa untuk menentukan klasifikasi keefektifan
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Ketuntasan siswa ditentukan
berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
oleh sekolah.
3. Tahap Development
Setelah membuat rancangan perangkat pembelajaran dan instrumen penilaian,
tahap selanjutnya adalah pengembangan. Tahap pengembangan meliputi
pengembangan instrumen penilaian, pengembangan perangkat pembelajaran
berupa RPP dan LKS, validasi perangkat pembelajaran, dan revisi perangkat
pembelajaran. Produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran dibuat
sesuai dengan perencanaan awal. Berikut ini hasil dati setiap tahap
pengembangan.
a. Pengembangan Instrumen Penilaian Perangkat Pembelajaran
Instrumen yang telah dirancang kemudian disusun dan dikonsultasikan pada
dosen pembimbing. Instrumen yang telah disusun disajikan pada Lampiran C.
Kemudian, instrumen tersebut divalidasi agar didapatkan instrumen yang valid
(dapat mengukur apa yang hendak diukur) sehingga layak digunakan dalam
penelitian. Adapun dosen yang ditunjuk sebagai dosen validator adalah Ibu
75
Fitriana Yuli Saptaningtyas, M.Si.. berikut ini merupakan penjelasan dari hasil
validasi masing-masing instrumen.
1) Lembar penilaian RPP
Instrumen penilaian RPP yang divalidasi meliputi kisi-kisi lembar
penilaian RPP, deskripsi penilaian RPP, dan lembar penilaian RPP. Hasil
validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi
yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Revisi Lembar Penilaian RPP
Nomor
Butir Jenis Perbaikan
1-12 Banyaknya butir penilaian diringkas menjadi 9 butir penilaian dan
identitas mata pelajaran dibagi menjadi dua bagian yaitu identitas
mata pelajaran dan alokasi waktu
18 Butir pernyataan “Keberpusatan pada kebutuhan siswa” diganti
dengan “Penyusunan materi yang sesuai dengan kebutuhan
siswa”.
19 Pernyataan “Kesesuaian pendekatan dan metode pembelajaran
dengan tujuan pembelajaran” dibagi menjadi 2 pernyataan, yaitu
“Kesesuaian pendekatan dengan tujuan pembelajaran” dan
“Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran”
21 Pernyataan “Kesesuaian pendekatan dan metode pembelajaran
dengan karakteristik siswa” dibagi menjadi 2 pernyataan, yaitu
“Kesesuaian pendekatan dengan karakteristik siswa” dan
“Kesesuaian metode pembelajaran dengan karakteristik siswa”.
22 Pernyataan “Pemberdayaan siswa” diganti dengan “Keberpusatan
pada siswa”
24 Pernyataan “Pemberian apersepsi” diperjelas menjadi “Pemberian
apersepsi yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari”
25 Pernyataan “Penyampaian motivasi” diperjelas menjadi
“Penyampaian motivasi yang sesuai dengan materi yang akan
dipelajari”
26 Pernyataan “Penyampaian tujuan pembelajaran” diperjelas
menjadi “Penyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas”.
36 Pernyataan “Dukungan sumber belajar terhadap ketercapaian
tujuan pembelajaran” diganti dengan “Kesesuaian sumber belajar
dengan tujuan pembelajaran”.
40 Pernyataan “Keterwakilan indikator dan tujuan” diganti menjadi
“Keterwakilan tujuan pembelajaran/indikator pencapaian
kompetensi oleh instrumen penilaian”
76
2) Lembar penilaian LKS
Instrumen penilaian LKS yang divalidasi meliputi kisi-kisi lembar
penilaian LKS, deskripsi penilaian LKS, dan lembar penilaian LKS. Hasil
validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan tanpa revisi.
Pada aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual disesuaikan kembali
dengan komponen pendekatan kontestual.
3) Angket respon siswa
Angket respon siswa yang divalidasi meliputi kisi-kisi angket respon siswa
dan lembar angket respon siswa. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen
layak digunakan dengan revisi. Revisi yang disarankan oleh validator dapat
dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Revisi Angket Respon Siswa
Nomor
Butir Jenis Perbaikan
1 Kata “konteks” pada pernyataan “Materi dalam LKS dikaitkan
dengan konteks kehidupan nyata” dihilangkan.
8 Kata “telah” pada pernyataan “Soal latihan pada LKS membantu
saya untuk memahami materi yang telah dipelajari” dihilangkan
19 Kata “akan” pada pernyataan “Ilustrasi atau gambar dalam LKS
sesuai dengan materi yang akan dipelajari” dihilangkan.
9 dan
11
Pernyataan nomor 9 dan 11 digabung menjadi pernyataan
“Kegiatan dalam LKS membantu dan memotivasi saya dalam
memahami materi logika”
14 Pernyataan nomor 14 dihilangkan karena memiliki kemiripan
dengan pernyataan nomor 12
16 dan
18
Pernyataan nomor 16 dan 18 diganti dengan pernyataan
“Tampilan LKS menarik dan tidak membosankan”.
20 Pernyataan nomor 20 dihilangkan karena terlah terwakili oleh
pernyataan nomor 6
4) Angket respon guru
Angket respon guru yang divalidasi meliputi kisi-kisi angket respon guru
dan lembar angket respon guru. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen
77
layak digunakan dengan revisi. Pada butir nomor 3 pernyataannya diperbaiki
menjadi “Materi yang disajikan benar dan sesuai dengan konsep logika”. Pada
aspek penggunaan pendekatan kontekstual disesuaikan kembali dengan
komponen pendekatan kontestual.
5) Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
Hasil validasi Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi yang
disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Revisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Nomor
Butir Jenis Perbaikan
8 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan idenya”
9 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa dibantu untuk
merumuskan masalah”
10 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk
mengerjakan LKS untuk memahami materi logika.”
11 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi pertanyaan untuk
mengecek pemahaman mereka dalam mengerjakan LKS.”
13 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diarahkan untuk
membentuk kelompok-kelompok belajar”
17 Pernyataan dipersingkat menjadi “Siswa diberi kesempatan untuk
menyimpulkan”
6) Instrumen tes hasil belajar siswa
Instrumen tes hasil belajar siswa yang divalidasi meliputi kisi-kisi tes hasil
belajar, kunci jawaban dan pedoman penilaian, dan soal tes hasil belajar. Hasil
validasi menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan dengan revisi. Revisi
yang disarankan oleh validator dapat dilihat pada Tabel 20.
78
Tabel 20. Revisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Nomor
Butir Jenis Perbaikan
Pilihan Ganda
1 Kata “dilalui” pada pernyataan “Indonesia dilalui oleh garis
khatulistiwa” diganti dengan kata “dilewati”
6 Kata “tidak sulit” pada opsi jawaban diganti dengan “mudah”
7 dan 8 1. Soal nomor 7 dan 8 digabung karena soal tentang negasi terlalu
banyak menjadi “Negasi atau ingkaran dari pernyataan “Jika
Gunung Merapi meletus maka semua warga mengungsi”
adalah…”. Selain itu, konteks yang digunakan diganti dengan
konteks kehidupan di lingkungan sekitar Cangkringan.
Diberikan tambahan soal untuk mengganti soal nomor 7 dan 8
yang digabungkan, yaitu “Jika diketahui himpunan semesta
𝐴 = {1,2,3,4,5,6} maka pernyataan berkuantor berikut yang
memiliki nilai kebenaran “Salah” adalah….”
Uraian
3a Pernyataan diganti dengan konteks selain rokok menjadi
Premis 1: Pemerintah mengendalikan penambangan pasir di
Gunung Merapi atau lingkungan terancam rusak.
Premis 2: Lingkungan tidak terancam rusak
Konklusi: Jadi, Pemerintah mengendalikan penambangan di
Gunung Merapi
b. Pengembangan RPP
RPP dikembangkan dengan mengacu pada prinsip dan komponen RPP yang
terdapat pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Struktur penulisan RPP
terdiri dari identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang terdiri dari pembuka, inti, dan
penutup, dan teknik penilaian pembelajaran. Langkah dan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan disesuaikan dengan langkah-langkah pendekatan kontekstual yaitu
REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring).
Langkah kegiatan pembelajaran juga disesuaikan dengan standar proses yang
meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
79
c. Pengembangan LKS
LKS dikembangkan dengan memperhatikan komponen evaluasi yang meliputi
kelayakan isi, kelayakan kebahasaan, kelayakan penyajian, dan kelayakan
kegrafikan serta dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan komponen dalam
pendekatan kontekstual yaitu Constructivism, Inquiry, Questioning, Learning
Community, Modelling, Reflection, dan Authentic Assessment. Pendekatan
kontekstual terlihat pada permasalahan yang disajikan dan kegiatan yang
dilakukan. Berikut penjelasan hasil kegiatan yang dilakukan pada tahap
pengembangan berdasarkan penjabaran kerangka LKS pada tahap sebelumnya.
1) Halaman sampul
Halaman sampul depan memuat judul LKS agar pembaca mempunyai
gambaran mengenai isi dari LKS yang dikembangkan. Halaman sampul juga
memuat nama kurikulum, pendekatan, sasaran pengguna LKS, dan identitas
penulis. Halaman sampul dilengkapi dengan ilustrasi yang menggambarkan
aplikasi materi logika dalam mengembangkan daya penalaran siswa. Tampilan
halaman sampul dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tampilan Halaman Sampul LKS
80
2) Halaman Penulis
Halaman penulis berisikan informasi terkait LKS yang dikembangkan.
Informasi tersebut terdiri dari judul LKS, nama penulis, dosen pembimbing,
penilai LKS, ukuran LKS, dan media yang digunakan untuk menyusun LKS.
Tampilan halaman penulis dapat dilihat pada Gambar 2.
3) Kata Pengantar
Kata pengantar ditulis oleh penulis untuk menginformasikan tujuan
dikembangkannya LKS materi logika dengan pendekatan kontekstual.
Tampilan halaman kata pengantar dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar 2. Tampilan Halaman Penulis LKS
Gambar 3. Tampilan Halaman Kata Pengantar
81
4) Peta Kedudukan LKS
Peta kedudukan LKS memuat informasi bagi pengguna terkait bagian-
bagian dari LKS beserta fungsi dari bagian-bagian tersebut. Tampilan peta
kedudukan LKS dapat dilihat pada Gambar 4.
5) Peta Konsep
Peta konsep memuat informasi mengenai konsep-konsep yang akan
dipelajari oleh siswa. Tampilan peta konsep LKS dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 4. Tampilan Peta Kedudukan LKS
Gambar 5. Tampilan Peta Konsep LKS
82
6) Halaman KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Pada halaman ini berisi KD dan Indikator pencapaian kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa dalam mempelajari materi logika. Tampilan
halaman KD dan indikator dapat dilihat pada Gambar 6.
7) Daftar Isi
Daftar isi memuat informasi mengenai tata letak halaman suatu bab dalam
LKS. Daftar isi bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam mencari
bagian atau materi yang akan dituju. Tampilan daftar isi dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 6. Tampilan Halaman KD dan Indikator
Gambar 7. Tampilan Halaman Daftar Isi
83
8) Halaman Pembuka kegiatan pembelajaran
Halaman pembuka pada setiap awal LKS terdiri dari urutan kegiatan, judul
sub topik, gambar ilustrasi, indikator pencapaian kompetensi, petunjuk umum,
dan permasalahan kontekstual terkait dengan materi yang akan dipelajari.
Penyajian masalah kontekstual pada halaman pembuka kegiatan pembelajaran
bertujuan untuk menstimulasi siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya
(constructivism). Tampilan halaman pembuka kegiatan dapat dilihat pada
Gambar 8.
9) Halaman Kegiatan Pembelajaran
Halaman kegiatan pembelajaran terdiri dari informasi pendukung,
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, contoh dalam penyelesaian suatu
permasalahan, dan kolom rangkuman. Kegiatan pembelajaran memuat
beberapa komponen pendekatan kontekstual, yaitu questioning, inquiry,
learning community, dan modeling. Informasi mengenai konsep terkait materi
yang disajikan dalam LKS tidak diberikan begitu saja, tetapi terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang menstimulasi siswa untuk bertanya (questioning).
Gambar 8. Tampilan Halaman Pembuka Kegiatan Belajar
84
Adanya pertanyaan pancingan di dalam LKS bertujuan untuk mengarahkan
siswa dalam menemukan suatu konsep (inquiry). Langkah-langkah pengerjaan
LKS disertai dengan contoh pengerjaan (modeling). Siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok diskusi untuk mengerjakan LKS (learning community).
Adanya kelompok-kelompok diskusi bertujuan agar setiap anggota kelompok
saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam mengerjakan LKS.
Tampilan halaman kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 9.
10) Halaman Refleksi
Halaman refleksi ini digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam mencatat
informasi-informasi yang mereka dapatkan selama pembelajaran (reflection).
Tampilan halaman refleksi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 9. Tampilan Halaman Kegiatan Pembelajaran
Gambar 10. Tampilan Halaman Refleksi
85
11) Latihan Soal
Pada bagian penutup kegiatan pembelajaran terdapat halaman yang berisi
soal-soal kontekstual untuk memperdalam pemahaman siswa. Latihan soal
juga digunakan sebagai pengukur pemahaman pengetahuan siswa (authentic
assessment). Tampilan halaman latihan soal disajikan pada Gambar 11.
12) Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisi referensi yang digunakan dalam penyusunan LKS.
Tampilan halaman daftar pustaka disajikan pada Gambar 12.
d. Validasi Perangkat Pembelajaran
Pada tahap ini perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah
dikembangkan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk memperoleh
masukan dan saran. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang telah
diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran dari dosen pembimbing kemudian
Gambar 11. Tampilan Halaman Ayo Berlatih
Gambar 12. Tampilan Halaman Daftar Pustaka
86
divalidasi oleh ahli materi (Fitriana Yuli Saptaningtyas, M.Si.), ahli media
(Bambang Sumarno H.M., M.Kom.), dan guru matematika (Marsiyam, S.Pd.Si.).
Validasi ini bertujuan untuk mengetahui kevalidan dan kelayakan dari perangkat
yang dikembangkan untuk diuji cobakan di sekolah. Data hasil validasi perangkat
pembelajaran terdiri dari dua macam, yaitu data hasil validasi RPP dan data hasil
validasi LKS. Hasil penilaian yang diberikan dapat dilihat pada lampiran D.7 –
D.11.
Hasil validasi perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa RPP dan LKS
yang dikembangkan layak diujicobakan di sekolah dengan revisi sesuai saran dan
komentar yang diberikan. Hasil validasi kemudian ditindaklanjuti dengan revisi
sesuai saran dan komentar dari dosen ahli dan guru matematika sebelum
dilakukannya uji coba di sekolah.
e. Revisi Perangkat Pembelajaran
Revisi perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS yang dilakukan pada
tahap ini memperhatikan saran dan komentar validator.
1) Revisi RPP
a) Alokasi waktu RPP diperhatikan lagi.
RPP pada sub materi ekuivalensi, negasi dari pernyataan majemuk,
dan konvers, invers, dan kontraposisi yang sebelumnya hanya untuk satu
pertemuan dibagi menjadi dua pertemuan. Pertemuan pertama membahas
tentang ekuivalensi dan negasi dari pernyataan majemuk. Sedangkan
pertemuan kedua membahas tentang konvers, invers, dan kontraposisi.
b) Kata “siswa” diubah menjadi “peserta didik”
87
c) Perbaikan pada kegiatan “questioning” yang masih terlihat hanya guru
yang bertanya bukan siswa dapat dilihat pada Gambar 13.
d) Perbaikan untuk memperjelas kegiatan ”modelling” dalam RPP dapat
dilihat pada Gambar 14.
e) Ditambahkan penilaian proses tidak hanya penilaian hasil belajar.
Sebelum revisi RPP hanya menggunakan penilaian pengetahuan saja.
Kemudian tambahan penilaian partisipasi kelas untuk menilai proses
pembelajaran di kelas dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Revisi Penambahan Penilaian RPP
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 13. Revisi Komponen Questioning
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 14. Revisi Komponen Modelling
88
f) Perbaikan penambahan konteks tentang budaya dan lingkungan hidup
dapat dilihat pada Gambar 16.
2) Revisi LKS
a) Revisi LKS Ahli Materi
(1) Perbaikan dengan penyisisipkan masalah kontekstual tentang budaya
dan lingkungan hidup dapat dilihat pada Gambar 17.
(2) Penggunaan LKS 7: Pembuktian Sifat dan Teorema Matematika
sebagai kegiatan pengayaan siswa.
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 16. Revisi Penambahan Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 17. Revisi Penambahan Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup
89
(3) Perbaikan kalimat pada kolom jawaban dari LKS 1 pedoman guru
dapat dilihat pada Gambar 18.
(4) Perbaikan pemilihan kalimat yang disesuaikan dengan karakteristik
siswa SMA dapat dilihat pada Gambar 19.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 18. Revisi Kalimat pada Kolom Jawaban LKS 1
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 19. Revisi Pilihan Kalimat
90
(5) Perbaikan kalimat pada kegiatan dari LKS 1 agar tidak ambigu dapat
dilihat pada Gambar 20.
(6) Perbaikan kunci jawaban pada LKS pedoman guru dapat dilihat pada
Gambar 21.
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 20. Revisi Pilihan Kalimat
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 21. Revisi Kunci Jawaban
91
(7) Perbaikan gambar denah pada Kegiatan 3.1 agar lebih mudah
dimengerti siswa dapat dilihat pada Gambar 22.
(8) Perbaikan kalimat pada soal latihan dapat dilihat pada Gambar 23
(9) Perbaikan pengantar masalah Kegiatan 4.1 disajikan pada Gambar 24.
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 22. Revisi Tampilan Denah
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 23. Revisi Kalimat pada Soal
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 24. Revisi Pengantar Masalah Kegiatan 4.1
92
b) Revisi LKS Ahli Media
(1) Perbaikan penataan simbol dan gambar pada halaman sampul depan
agar lebih memberikan alur pemahaman dapat dilihat pada Gambar 25.
(2) Pemilihan warna bingkai perkegiatan lebih disesuaikan.
Tema warna pada LKS 1 yang sebelumnya berwarna merah diganti
dengan warna abu-abu. Tema warna pada LKS 2 yang sebelumnya
berwarna jingga diganti warna ungu. Hal ini bertujuan agar tema warna
kontras dengan warna merah pada kunci jawaban di LKS pedoman
guru.
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 25. Revisi Halaman Sampul
93
(3) Perbaikan tampilan halaman daftar isi yang disesuaikan dengan
halaman lain dapat dilihat pada Gambar 26.
(4) Perbaikan penyesuaian pemilihan tema warna pada halaman peta
konsep dengan halaman lainnya disajikan pada Gambar 27.
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 26. Revisi Tampilan Daftar Isi
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 27. Revisi Pemilihan Tema Warna
94
(5) Perbaikan pemilihan ikon pada halaman refleksi dapat dilihat pada
Gambar 28.
(6) Perbaikan pada pemilihan ikon pada kegiatan questioning untuk lebih
diseimbangkan antara ikon laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada
Gambar 29.
4. Tahap Implementation
Pada tahap implementasi dilakukan uji coba perangkat pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang telah divalidasi kemudian diujicobakan di SMA
Negeri 1 Cangkringan, Sleman. Uji coba perangkat pembelajaran yang dilakukan
terhadap siswa kelas X A SMAN Negeri 1 Cangkringan, Sleman tahun pelajaran
Sebelum direvisi
Setelah direvisi
Gambar 28. Revisi Penggunaan Ikon pada Kolom Refleksi
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 29. Revisi Penggunaan Ikon Laki-laki dan Perempuan
95
2015/2016 yang berjumlah 24 orang dan 1 guru matematika SMA Negeri 1
Cangkringan, Sleman. Peneliti sebagai observer bertugas untuk mengamati
kegiatan pembelajaran yang berlangsung dan mencatat kegiatan tertentu yang
dianggap penting dan dapat dijadikan saran perbaikan RPP dan LKS yang
dikembangkan. Catatan penting tersebut dicatat pada lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran yang dapat dilihat hasilnya pada lampiran D.14.
Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan kontekstual
disusun untuk tujuh kali pertemuan dengan waktu 2x45 menit setiap pertemuan.
Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 sampai 13
Februari 2016. Jadwal pelaksanaan uji coba dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Jadwal Pelaksanaan Uji Coba
No Hari, tanggal Waktu Materi
1 Senin, 11 Januari 2016 10.15-11.45 Pernyataan, Nilai
Kebenaran, Kalimat
Terbuka, dan Negasi
2 Sabtu, 16 Januari 2016 10.15-11.45 Konjungsi dan Disjungsi
3 Senin, 18 Januari 2016 10.15-11.45 Implikasi, Biimplikasi,
Tautologi, dan Kontradiksi
4 Sabtu , 23 Januari 2016 10.15-11.45 Ekuivalensi dan negasi dari
pernyataan majemuk
5 Senin, 25 Januari 2016 09.15-11.00 Konvers, Invers, dan
Kontraposisi
6 Senin, 1 Februari 2016 09.15-11.00 Penyataan Berkuantor
7 Sabtu, 6 Februari 2016 10.15-11.45 Penarikan Kesimpulan
8 Sabtu, 13 Februari 2016 10.15-11.45 Tes hasil belajar
Pada tahap ini peneliti mengujicobakan LKS 1 sampai LKS 6, sedangkan LKS
7 digunakan sebagai bahan pengayaan bagi siswa. Secara umum proses
pembelajaran diawali dengan pendahuluan yaitu guru membuka pembelajaran dan
mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
diawali dengan membaca doa bersama. Kemudian guru memberikan informasi
tentang pokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan kegiatan
96
yang akan dilakukan oleh siswa. Guru memberikan apersepsi dan motivasi terkait
materi yang akan dipelajari.
Selanjutnya pelaksanaan kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan
langkah-langkah pembelajaran kontekstual REACT (relating, experiencing,
applying, cooperating, dan transferring). Tahap relating dilakukan dengan
memberikan materi atau permasalahan terkait dengan materi yang dipelajari.
Kegiatan pada tahap ini dilakukan dengan ceramah atau tanya jawab. Tahap
experiencing, applying, dan cooperating terlihat pada saat siswa mengerjakan
kegiatan yang terdapat dalam LKS secara berdiskusi untuk menemukan konsep,
prinsip, atau sifat kemudian menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan
yang diberikan. Tahap transferring dilakukan dengan mengerjakan permasalahan
dan tugas pada uji pemahaman. Selama proses pembelajaran siswa berdiskusi
kelompok dalam menemukan konsep dan memecahkan masalah yang diberikan.
Kegiatan diskusi siswa dapat dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Siswa Berdiskusi dalam Mengerjakan LKS
97
Setelah proses diskusi siswa melakukan presentasi dengan menuliskan hasil
diskusinya di papan tulis. Kegiatan presentasi siswa dapat dilihat pada Gambar
31.
Gambar 31. Perwakilan Kelompok Menuliskan Hasil Diskusi di Papan Tulis
Petunjuk dalam LKS cukup dimengerti oleh siswa, namun sesekali guru harus
memberikan bimbingan kepada siswa karena masih ada beberapa siswa yang
bingung dengan maksud dari petunjuk tersebut. Saat proses pembelajaran
berlangsung, siswa tidak ragu untuk bertanya. Kegiatan pemberian bimbingan
seperlunya oleh guru dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32. Guru Memberikan Bimbingan kepada Siswa
98
Adapun catatan-catatan selama penelitian berlangsung adalah sebagai berikut.
Pertemuan pertama, siswa mempelajari LKS 1 mengenai Pernyataan, Nilai
Kebenaran, Kalimat Terbuka, dan Negasi. Sebelum pembelajaran dimulai siswa
diberikan penjelasan tentang petunjuk penggunaan LKS dan pendekatan
kontekstual yang digunakan dalam LKS. Pada pertemuan pertama siswa belajar,
berdiskusi dengan teman sebangku, dan mempresentasikan hasil diskusi secara
lisan. Pengerjaan latihan soal dilanjutkan sebagai tugas di rumah karena waktu
yang tidak mencukupi. Logika merupakan materi yang baru bagi siswa, sehingga
beberapa siswa masih bingung dalam membedakan antara pernyataan, bukan
pernyataan, dan kalimat terbuka. Akan tetapi, siswa dapat memahami dengan baik
bagaimana menentukan ingkaran dari suatu pernyataan.
Pertemuan kedua, siswa mempelajari LKS 2 mengenai konjungsi dan
disjungsi. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4 anak
yang dibentuk secara acak oleh guru. Pada awalnya siswa mengalami kesulitan
dalam menemukan konsep konjungsi dan disjungsi secara kontekstual dengan
menggunakan penalaran mereka. Hal ini dikarenakan siswa terbiasa memperoleh
rumus akhir secara langsung. Sedangkan dalam hal ini mereka harus
menggunakan penalaran dan kemampuan berpikir logis mereka dalam
menemukan konsep konjungsi dan disjungsi. Siswa mempresentasikan hasil
diskusinya di papan tulis. Siswa dapat memahami konsep konjungsi dan disjungsi
dengan menganalogikan dengan konsep rangkaian listrik seri dan paralel.
Pertemuan ketiga, siswa mempelajari LKS 3 mengenai implikasi, biimplikasi,
tautologi, dan kontradiksi. Diawal pembelajaran siswa mengingat kembali tentang
99
konsep konjungsi dan disjungsi dengan menganalogikan dengan rangkaian listrik
seri dan paralel. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4
anak yang dibentuk secara acak oleh guru. Dalam menemukan konsep implikasi
dan biimplikasi siswa juga dituntut untuk menggunakan penalarannya. Beberapa
siswa mengalami kebingungan dalam memecahkan masalah tentang denah pada
Kegiatan 3.1 untuk menemukan konsep implikasi. Kemudian guru memberikan
penjelasan dan memberikan contoh dengan menggunakan pernyataan lain yang
lebih sederhana untuk lebih memahamkan siswa. Perwakilan dari tiga kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya dengan menuliskan di papan tulis. Latihan
soal diberikan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah.
Pertemuan keempat dan kelima siswa mempelajari LKS 4 mengenai
ekuivalensi, negasi dari pernyataan majemuk, konvers, invers, dan kontraposisi.
Pertemuan keempat siswa mempelajari tentang ekuivalensi dan negasi dari
pernyataan majemuk. Diawal pertemuan dibahas latihan soal LKS 3 untuk
mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya. Beberapa siswa maju kedepan
untuk menuliskan hasil pekerjaan mereka. Siswa berdiskusi dalam kelompok
heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk dengan cara undian. Siswa sesekali
mengalami kesulitan dalam menemukan konsep dalam diskusi, namun dapat
diatasi dengan pemberian bimbingan seperlunya oleh guru. Siswa
mempresentasikan hasil diskusinya dengan menuliskannya di papan tulis.
Pengerjaan latihan soal dilanjutkan sebagai tugas untuk dikerjakan di rumah.
Pertemuan kelima siswa masih mempelajari LKS 4 tentang konvers, invers,
dan kontraposisi. Di awal pembelajaran dibahas latihan soal terkait ekuivalensi
100
dan negasi dari pernyataan majemuk. Beberapa siswa maju ke depan untuk
menuliskan hasil pekerjaannya. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku untuk
menemukan konsep konvers, invers, dan kontraposisi. Siswa diberi contoh
pengerjaan soal nomor 1a pada LKS 4 oleh guru. Presentasi digantikan dengan
tanya jawab latihan soal tentang konvers, invers dan kontraposisi.
Pertemuan keenam siswa mempelajari LKS 5 mengenai pernyataan
berkuantor. Di awal pembelajaran guru membahas beberapa latihan soal pada
LKS 4 yang belum dipahami siswa. Siswa berdiskusi dalam kelompok heterogen
terdiri dari 4 anak yang dibentuk dengan metode berhitung. Siswa sesekali
mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan, namun dapat diatasi dengan
pemberian bimbingan seperlunya. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami
simbol-simbol yang digunakan karena beberapa simbol yang digunakan masih
asing bagi mereka. Presentasi digantikan dengan melakukan pembahasan bersama
dengan metode tanya jawab.
Pertemuan ketujuh siswa mempelajari LKS 6 mengenai penarikan kesimpulan
yang terdiri dari modus ponen, modus tollens, dan silogisme. Diawal
pembelajaran siswa mengingat kembali tentang konsep tautologi. Siswa
berdiskusi dalam kelompok heterogen terdiri dari 4 anak yang dibentuk secara
acak oleh guru. Pembelajaran berjalan dengan baik meskipun sesekali guru
memberikan bimbingan seperlunya kepada siswa untuk memahami konsep
penarikan kesimpulan.
Pada pertemuan terakhir dari kegiatan ini, siswa mengerjakan tes hasil belajar.
Tes hasil belajar terdiri dari 15 butir soal pilihan ganda dan 3 butir soal uraian
101
yang harus diselesaikan oleh siswa maksimal dalam waktu 90 menit. Tes hasil
belajar ini digunakan unutk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan.
Selanjutnya siswa dan guru mengisi angket respon untuk mengetahui respon
dan evaluasi perangkat pembelajaran yang telah digunakan selama proses
pembelajaran. Hasil penilaian angket respon ini kemudian digunakan untuk
mengetahui nilai kepraktisan penggunaan perangkat pembelajaran. Penilaian
angket respon dilakukan menggunakan instrumen yang telah divalidasi pada tahap
sebelumnya.
Pada setiap kegiatan pembelajaran peneliti sebagai observer (pengamat)
mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas. Hasil
pengamatannya kemudian dituliskan pada lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran. Hasil dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini
digunakan untuk mengetahui tingkat kepraktisan penggunaan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan. Secara keseluruhan kegiatan penelitian
berjalan baik, lancar, dan sesuai dengan perangkat pembelajaran dan metode
penelitian yang telah disusun.
5. Tahap Evaluation
Setelah melakukan uji coba, tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi
terhadap produk. Selama proses uji coba berlangsung saran dan masukan dari
guru dan siswa ditampung untuk digunakan sebagai perbaikan atau revisi terhadap
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Berbagai perbaikan yang dilakukan
102
adalah terkait dengan LKS sedangkan untuk RPP tidak ada perbaikan. Beberapa
hal yang diperbaiki adalah sebagai berikut.
a. Terdapat beberapa kesalahan penuliasan ejaan pada LKS
b. Terdapat kesalahan penulisan soal pada kolom “Ayo Berlatih”
c. Kurangnya petunjuk pada kegiatan pada LKS 3 Kegiatan 3.1.
Hasil akhir pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
setelah melalui tahap revisi akhir dapat dilihat pada lampiran F.
B. Kualitas Perangkat Pembelajaran
Pada tahap ini dilakukan analisis kualitas perangkat pembelajaran yang
meliputi aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
1. Analisis Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Analisis kevalidan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan
oleh dosen dan guru matematika selama proses validasi. Berikut ini merupakan
hasil penilaian terhadap masing-masing perangkat pembelajaran ditinjau dari
aspek kevalidan.
a. Kevalidan RPP
Penilaian kevalidan RPP dilakukan oleh dosen ahli materi dan guru
matematika. Hasil penilaian untuk setiap aspek yang dinilai dalam RPP dapat
dilihat pada Tabel 22.
103
Tabel 22. Hasil Penilaian RPP
Aspek Penilaian Rata-rata
tiap Aspek Kriteria
Identitas Mata Pelajaran 4.93 Sangat Baik
Alokasi Waktu 4 Baik
Tujuan Pembelajaran 4.5 Sangat Baik
Pemilihan Materi 4.17 Baik
Pemilihan Pendekatan dan metode Pembelajaran 4 Baik
Kegiatan Pembelajaran dengan Pendekatan
Kontekstual 4.19 Baik
Pemilihan Sumber Belajar 4.5 Sangat Baik
Penilaian Hasil Belajar 4 Baik
Kesimpulan 4.29 Sangat Baik
Penilaian terhadap RPP yang dikembangkan menunjukkan skor rata-rata
4.29. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran yang
telah dikembangkan, RPP yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik.
Tabulasi hasil penilaian kevalidan RPP dapat dilihat pada Lampiran B.1.
b. Kevalidan LKS
Penilaian kevalidan LKS dilakukan oleh dosen ahli materi, ahli media,
dan guru matematika. Hasil penilaian untuk setiap aspek yang dinilai dalam
LKS dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Hasil Penilaian LKS
Aspek Penilaian Rata-rata
tiap Aspek Kriteria
Kompetensi 4.13 Baik
Isi Materi 4.29 Sangat Baik
Kesesuaian LKS dengan Pendekatan Kontekstual 3.64 Baik
Bahasa 4.25 Sangat Baik
Penyajian Materi 4.42 Sangat Baik
Kegrafikan 4.18 Baik
Kesimpulan 4.15 Baik
Penilaian terhadap LKS yang dikembangkan menunjukkan skor rata-rata
4.159. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian perangkat pembelajaran
yang telah dikembangkan, LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria baik.
104
Tabulasi hasil penilaian kevalidan RPP dapat dilihat pada Lampiran B.2 dan
Lampiran B.3.
Klasifikasi RPP yang memenuhi kriteria sangat baik dan klasifikasi LKS
yang memenuhi kriteria baik menunjukkan bahwa RPP dan LKS memenuhi
kualifikasi valid. Dengan demikian perangkat pembelajaran berupa RPP dan
LKS yang telah dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran di
sekolah.
2. Analisis Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Analisis kepraktisan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil angket respon siswa dan guru
setelah menggunakan perangkat pembelajaran, serta hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran. Berikut merupakan hasil yang diperoleh.
a. Angket respon siswa
Angket respon siswa digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat
pembelajaran ditinjau dari aspek kesesuaian dengan pendekatan kontekstual,
kemudahan, keterbantuan, dan kemenarikan. Hasil angket respon siswa untuk
setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil Angket Respon Siswa
Aspek Penilaian Skor
Rata-rata Klasifikasi
Pendekatan kontekstual 4.23 Sangat Baik
Keterbantuan 4.21 Sangat Baik
Kemudahan 3.46 Baik
Kemenarikan 4.1 Baik
Kesimpulan 4 Baik
Respon siswa terhadap perangkat pembelajaran yang telah digunakan
menunjukkan skor rata-rata 4. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian
105
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, respon siswa terhadap
proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan memnuhi kriteria baik. Tabulasi hasil angket respon siswa
dapat dilihat pada Lampiran B.6.
b. Angket respon guru
Angket respon guru digunakan untuk menilai kepraktisan perangkat
pembelajaran ditinjau dari aspek penyajian materi, kesesuaian dengan
pendekatan kontekstual, penggunaan RPP, dan penggunaan LKS. Hasil angket
respon guru untuk setiap aspek dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Angket Respon Guru
Aspek Penilaian Skor
Rata-rata Klasifikasi
Penyajian materi 5 Sangat Baik
Pendekatan kontekstual 4.57 Sangat Baik
RPP 4.6 Sangat Baik
LKS 4.6 Sangat Baik
Kesimpulan 4.69 Sangat Baik
Respon guru terhadap perangkat pembelajaran yang telah digunakan
menunjukkan skor rata-rata 4.69. Berdasarkan pedoman klasifikasi penilaian
perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, respon guru terhadap
proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan memnuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil angket respon
guru dapat dilihat pada Lampiran B.5.
c. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk menilai
kepraktisan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dalam proses
106
pembelajaran. Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada
Tabel 26.
Tabel 26. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan Persentase (%) Kategori
RPP 1 91.30 Sangat Baik
RPP 2 95.65 Sangat Baik
RPP 3 95.65 Sangat Baik
RPP 4 91.30 Sangat Baik
RPP 5 82.61 Baik
RPP 6 91.30 Sangat Baik
RPP 7 100 Sangat Baik
Kesimpulan 92.55 Sangat Baik
Hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
menunjukkan persentase 92,55%. Berdasarkan pedoman kualifikasi
keterlaksanaan pembelajaran yang telah dikembangkan, pelaksanaan
pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
memenuhi kriteria sangat baik. Tabulasi hasil observasi keterlaksanaan
pembelajaran dapat dilihat pada Lampiran B.7.
Klasifikasi respon siswa yang memenuhi kriteria baik, klasifikasi respon
guru yang memenuhi kriteria sangat baik, dan keterlaksanaan pembelajaran
yang memenuhi kriteria sangat baik menunjukkan bahwa perangkat
pembelajaran yang digunakan memiliki kualitas praktis.
3. Analisis Keefektifan Perangkat Pembelajaran
Analisis keefektifan dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan hasil tes hasil belajar siswa.
Deskripsi statistik dari data hasil tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel
27.
107
Tabel 27. Deskripsi Statistik Data Hasil Tes Hasil Belajar
Statistics
Nilai siswa
N Valid 24
Missing 0
Mean 79.17
Median 76.50
Mode 76
Variance 73.449
Minimum 63
Maximum 93
Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 79,17 dengan nilai terendah adalah 63
dan nilai tertinggi adalah 93. Sedangkan data hasil tes hasil belajar siswa dapat
dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil Tes Hasil Belajar Siswa
Hasil Tes
(KKM = 75) Banyak siswa
Persentase
(%)
Siswa tuntas 19 79.17
Siswa tidak tuntas 5 20.83
Jumlah 24 100
Persentase ketuntasan klasikal adalah 79.17 %. Berdasarkan pedoman
kualifikasi ketuntasan pembelajaran, kualifikasi keefektifan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria baik. Tabulasi nilai tes hasil
belajar siswa dapat dilihat pada Lampiran B.8.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang telah diuraikan,
pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan dengan langkah-langkah
pengembangan model ADDIE yang terdiri dari tahap analysis (analisis), design
(perancangan), development (pengembangan), implementation (implementasi),
dan evaluation (evaluasi) menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan
108
LKS berbasis pendekatan kontekstual pada materi Logika untuk SMA Kelas X
dengan kriteria valid, praktis, dan efektif.
Pada tahap analisis (analysis) dilakukan tiga komponen analisis yaitu analisis
kebutuhan, karakteristik siswa, dan kurikulum. dari hasil analisis tersebut
diketahui bahwa masih terbatasnya perangkat pembelajaran matematika yang
dapat memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep matematika
secara mandiri. LKS yang dikembangkan oleh guru berisi materi yang disajikan
secara langsung dan latihan soal. Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi pasif
dan kemampuan berpikir mereka kurang berkembang. Selain itu, penyajian materi
atau masalah yang belum dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan
siswa kesulitan dalam menyelesaikan masalah kontekstual. Oleh karena itu, perlu
adanya perangkat pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual yang
mampu memfasilitasi siswa dalam membangun dan menemukan konsep
matematika secara mandiri serta menggunakan konsep tersebut dalam
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang
harus dikuasai oleh siswa kelas X semester 2 adalah materi logika. Pembelajaran
matematika khususnya pada materi logika dengan menggunakan pendekatan
kontekstual diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis siswa.
Pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada
materi logika mengacu pada kurikulum yang digunakan sekolah, yaitu KTSP.
Pada tahap perancangan (design) dilakukan penyusunan rancangan RPP,
penyusunan rancangan LKS, dan penyusunan rancangan instrumen perangkat
pembelajaran. Perancangan RPP mengacu pada standar proses yang tercantum
109
pada Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007. Penyusunan rancangan RPP
dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah, yaitu: (1) perancangan
identitas RPP, (2) perumusan tujuan pembelajaran, (3) perancangan materi
pembelajaran, (4) pemilihan metode pembelajaran, (5) perancangan kegiatan
pembelajaran, (6) pemilihan sumber belajar, dan (7) perancangan penilaian
pembelajaran. Sedangkan langkah-langkah penyusunan rancangan LKS yaitu: (1)
penyusunan peta kebutuhan LKS, (2) penentuan judul LKS, dan (3) penulisan
LKS yang meliputi perumusan kompetensi dasar, penentuan bentuk penilaian,
penyusunan materi, dan penyusunan struktur LKS. LKS disusun berdasarkan
empat aspek kriteria kelayakan, yaitu kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan
penyajian, dan kelayakan grafika (Depdiknas, 2007). Pada tahap ini juga
dilakukan penyusunan rancangan instrumen penilaian kualitas perangkat
pembelajaran yang terdiri dari instrumen penilaian perangkat pembelajaran,
angket respon, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran, dan instrumen tes
hasil belajar siswa.
Pada tahap pengembangan (development) dilakukan pengembangan instrumen
penilaian perangkat pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran,
validasi perangkat pembelajaran, dan revisi perangkat pembelajaran. Instrumen
penilaian perangkat pembelajaran yang telah dirancang kemudian disusun dan
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Sebelum digunakan instrumen
tersebut divalidasi oleh dosen validator. RPP dikembangkan berdasarkan
rancangan yang telah disusun sebelumnya. Langkah kegiatan pembelajaran dalam
RPP mengacu pada langkah-langkah pendekatan kontekstual menurut Center for
110
Occupation Research and Development (CORD) (1999: 22-30) yaitu Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. LKS dikembangkan
berdasarkan rancangan yang telah disusun sebelumnya dan mengacu pada
komponen pendekatan kontekstual menurut Yatim Riyanto (2010: 168) yaitu
Constructivism (Konstruktivisme), Inquiry (Menemukan), Questioning
(Bertanya), Learning Community (Masyarakat belajar), Modelling (Pemodelan),
Reflection (refleksi), dan Authentic Assessment (Penilaian Sebenarnya). Perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian divalidasi oleh dua dosen
sebagai ahli materi dan ahli media, serta satu guru matematika. Penilaian validator
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran layak diujicobakan dengan revisi.
Selanjutnya, sebelum diujicobakan di sekolah perangkat pembelajaran direvisi
sesuai masukan dan saran dari validator.
Pada tahap implementasi (implementation) perangkat pembelajaran yang telah
direvisi diujicobakan di SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman Kelas X A yang
terdiri dari 24 siswa. Uji coba perangkat pembelajaran dilakukan dalam tujuh kali
pertemuan dan dalam pertemuan terakhir dilakukan tes hasil belajar siswa dan
pengisian angket respon.
Pada tahap evaluasi (evaluation) dilakukan perbaikan atau revisi perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan saran dan masukan dari guru dan
siswa selama proses uji coba berlangsung.
Hasil dari pengembangan berupa produk akhir perangkat pembelajaran telah
diuji kevalidan, kepraktisan dan keefektifannya. Berdasarkan aspek kevalidan
hasil penilaian masing-masing komponen perangkat pembelajaran yaitu RPP dan
111
LKS mencapai kualifikasi penilaian minimal baik. Dengan demikian perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan berupa RPP dan LKS telah memenuhi
kriteria valid.
Berdasarkan hasil penilaian RPP diperoleh skor rata-rata 4,29 dari skor
maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa RPP yang
dikembangkan telah sesuai dengan prinsip pengembangan dan komponen RPP
yang tercantum pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Meski telah mencapai
klasifikasi sangat baik, berdasarkan Tabel 13, aspek alokasi waktu, pemilihan
pendekatan dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar memiliki skor
rendah dibandingkan dengan aspek lain, yaitu sebesar 4 dengan klasifikasi baik.
Hal ini menunjukkan bahwa keefektifan dan keefisienan alokasi waktu dalam RPP
dalam mencapai tujuan pembelajaran belum dikembangkan sebaik aspek lainnya.
Begitu juga dengan pemilihan metode dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan karakteristik siswa serta pengembangan prosedur dan teknik
penilaian belum dikembangakan sebaik aspek lainnya.
Sementara itu, berdasarkan hasil penilaian LKS diperoleh skor rata-rata 4,15
dengan skor maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Hal ini menunjukkan bahwa
LKS yang dikembangkan telah memenuhi aspek kualitas kelayakan bahan ajar
yaitu ditinjau dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan
(Depdiknas, 2007). Berdasarkan Tabel 14, aspek kesesuaian LKS dengan
pendekatan kontekstual memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek lain
yaitu sebesar 3,64 dengan klasifikasi baik. Komponen pendekatan kontekstual
belum dikembangkan dalam LKS sebaik aspek-aspek lainnya. Menurut Ali
112
Mahmudi (2010: 1) mengimplementasikan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran berarti mengimplementasikan komponen utama pendekatan
kontekstual dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan analisis hasil penilaian
LKS pada masing-masing komponen pendekatan kontekatual komponen learning
community dan modelling memiliki skor terendah yaitu 3,5 dengan kualifikasi
baik. Berdasarkan hasil penilaian LKS memiliki klasifikasi sangat baik ditinjau
dari aspek penyajian materi, yaitu 4,42. Hal ini berarti LKS yang dikembangkan
memiliki kriteria sangat baik dalam penyajian materi logika tetapi langkah-
langkah kegiatan pendekatan kontekstual yang digunakan untuk menyajikan
materi hanya termasuk pada kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa komponen-
komponen pendekatan kontekstual belum menonjol dalam penyajian materi pada
LKS yang dikembangkan terutama pada aspek learning community dan
modelling. Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan terkait aspek kesesuaian
dengan pendekatan kontekstual dan aspek lain yang diberikan penilai telah
digunakan sebagai bahan revisi untuk memperoleh LKS yang lebih baik.
RPP dan LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria praktis
berdasarkan respon yang diberikan oleh guru dan siswa serta hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum respon guru terhadap perangkat
pembelajaran yang digunakan adalah sangat baik dan respon siswa adalah baik.
Sementara itu, pelaksanaan proses pembelajaran yang diamati juga menunjukkan
hasil yang sangat baik. Hal ini berarti bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan memenuhi kriteria praktis.
113
Berdasarkan hasil angket respon siswa diperoleh skor rata-rata 4 dari skor
maksimal 5 dengan klasifikasi baik. Berdasarkan Tabel 15 aspek kemudahan
memiliki skor terendah dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya. Hal ini
dikarenakan bahasa dan petunjuk yang digunakan masih membingungkan bagi
siswa. Selain itu, simbol dan istilah yang digunakan pada materi logika masih
baru bagi siswa, sehingga tidak mudah bagi siswa untuk memahami istilah dan
simbol tersebut dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya halaman yang
menyajikan simbol dan penggunaananya dalam LKS yang dikembangkan.
Berdasarkan hasil angket respon siswa aspek kesesuaian dengan pendekatan
kontekstual dan aspek keterbantuan memperoleh klasifikasi sangat baik dengan
skor rata-rata 4,23 dan 4,21 dengan skor maksimal 5. Hal ini berarti LKS dengan
pendekatan kontekstual yang dikembangkan sesuai dengan salah satu fungsi
penggunaan LKS dalam pembelajaran yaitu LKS dapat membantu siswa dalam
memahami materi logika (Andi Prastowo, 2011: 207).
Sementara itu, skor rata-rata yang diperoleh dari hasil respon guru oleh guru
matematika adalah 4,69 dari skor maksimal 5 dengan klasifikasi sangat baik.
Semua aspek dalam angket respon siswa memperoleh klasifikasi sangat baik.
Dengan demikian perangkat pembelajaran yang dikembangkan dinilai praktis
untuk digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika materi logika. Hal ini
berarti bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat membantu
dalam pelaksanaan pembelajaran, karena guru dapat mengetahui kegiatan yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
(Mulyasa, 2007: 221).
114
Selama kegiatan berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap
kegiatan pembelajaran yang sedang dilaksanakan, kemudian mengisi lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara umum persentase keterlaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
adalah 92,55 % dengan kualifikasi sangat baik. Hal ini berarti bahwa guru telah
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
dikembangkan. Selain itu, RPP yang dikembangkan telah memenuhi fungsi
pelaksanaan RPP yaitu untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan
kegiatan yang telah direncanakan (Mulyasa, 2007: 218).
Berdasarkan proses pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan, hasil analisis data hasil tes belajar siswa mencapai kategori baik
dengan persentase ketuntasan siswa dalam tes hasil belajar yang dilakukan pada
akhir pertemuan adalah 79,17 %. Dengan demikian, perangkat pembelajaran
matematika yang dikembangkan memenuhi kritera efektif.
Berdasarkan tercapainya kriteria valid, praktis, dan efektif dari perangkat
pembelajaran yang telah dikembangkan, maka diperoleh suatu produk akhir
berupa perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada materi logika
untuk SMA Kelas X yang memenuhi kriteria kualitas perangkat pembelajaran
oleh Nieveen (1999: 127), yaitu valid, praktis, dan efektif sehingga layak
digunakan dalam pembelajaran.
115
D. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil yang diperoleh, penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan sebagai berikut.
1. Pada beberapa pertemuan latihan soal digunakan sebagai tugas untuk
dikerjakan di rumah. Hal ini disebabkan kegiatan diskusi atau presentasi yang
tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan serta adanya kegiatan
pembahasan soal yang membutuhkan banyak waktu.
2. Implementasi pembelajaran di dalam kelas seharusnya dilakukan sepenuhnya
oleh guru. Namun dalam pertemuan kelima pengajaran dilakukan oleh peneliti
dan dipantau oleh observer karena guru memperoleh tugas diluar sekolah.