bab iv implementasi fatwa dsn mui no.19/dsn- …repository.uinbanten.ac.id/4810/6/bab iv...
TRANSCRIPT
55
BAB IV
IMPLEMENTASI FATWA DSN MUI NO.19/DSN-
MUI/IV/2001 TENTANG QARDH DI BANK WAKAF
MIKRO
A. Implementasi Qardh di Bank Wakaf Mikro Pesantren An-
Nawawi Tanara
Bank Wakaf Mikro atau BWM merupakan program
pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren melalui lembaga
keuangan mikro syariah. Dengan kriteria sasaran program yaitu
masyarakat mikro sekitar pesantren yang potensial dan produktif,
sekitar radius 5 km dari pesantren dan sesuai izin usaha Lembaga
Keungan Mikro. Dapat diberdayakan dan berkomitmen dalam
kelompok usaha masyarakat sekitar pesantren yang mukim
dilingkungan pesantren dan memiliki usaha potensial dan
produktif serta berkomitmen dalam kelompok usaha masyarakat
sekitar pesantren, sedangkan sasaran lingkungan pesantern yaitu
santri, alumni santri, keluarga santri, yang mukim di lingkungan
pesantren dan memiliki usaha potensial produktif serta
berkomitmen dalam kelompok.
Karakteristik Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Pesantren antara lain:
1. Menyediakan pendampingan dengan pembiayaan sesuai
prinsip syariah.
56
2. Segmen pasar utama masyarakat mikro potensial produktif
disekitar pesantren.
3. Penyaluran pinjaman atau pembiayaan menggunakan
pendekatan kelompok dengan sistem tanggung renteng.
4. Para calon nasabah akan mendapatkan pelatihan dasar sebelum
diberikan pembiayaan.
5. Nasabah diberikan pendampingan berkala mengenai
pengembangan usaha, manajemen ekonomi rumah tangga
disertai pendidikan agama.
6. Imbal hasil pembiayaan 3% pertahun.
7. Pembiayaan diberikan tanpa agunan.1
Dari penjelasan Bank Wakaf Mikro dan karakteristik yang
telah di sebutkan, bahwasanya BWM tidak diperkenankan
mengambil simpanan dari masyarakat karena memiliki fokus
pemberdayaan masyarakat melalui pembiayaan disertai
pendampingan usaha. Hal ini berbeda dengan fungsi Bank pada
umumnya yaitu sebagai penghimpun dana dan penyaluran dana
masyarakat.2 Bank Wakaf Mikro juga berbeda dengan Bank pada
umumnya yang membutuhkan agunan berupa jaminan agar
mendapatkan pinjaman, ditambah lagi pada umumnya Bank
menerapkan bunga yang cukup besar, hal ini mempersulit
pengusaha kecil untuk melakukan pinjaman. Pada Bank Wakaf
1Brosur Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi Tanara Serang-
Banten 2 Malayu S.P Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, cet III, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), h. 3
57
Mikro, nasabah bisa mendapatkan pinjaman modal minmal Rp.
1.000.000,- dan maksimal sampai dengan Rp. 3.000.000,-
dengan mudah tanpa agunan dengan biaya setara 3% pertahun
dengan batas waktu pelunasan yang telah disepakati bersama.
Adapun prosedur pembiayaan di Bank Wakaf Mikro
hampir sama seperti pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah
kebanyakan. Akan tetapi dalam pengajuan menjadi nasabah pada
Bank Wakaf Mikro dilakukan sangat sederhana dengan
persyaratan yang mudah. Calon nasabah atau perwakilan dari
kelompok calon nasabah bisa datang secara langsung ke Kantor
Bank Wakaf Mikro dengan menyerahkan fotocopy Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan fotocopy Kartu Keluarga (KK) setiap
anggota yang ingin mengajukan pembiayaan di BWM. Setelah
pihak BWM menerima persyaratan permohonan tersebut, pihak
BWM akan mengunjungi lokasi kelompok calon nasabah utuk
menentukan apakah calon nasabah itu layak untuk menerima
pembiayaan di Bank Wakaf Mikro.Perlu diketahui bahwasanya
sistem pembiayaan di Bank Wakaf Mikro menggunkan sistem
kelompok, jadi nasabah bisa mengajukan pembiayaan jika sudah
mempunyai kelompok yang akan diajukan untuk pembiayaan.
Langkah-langkah Bank Wakaf Mikro dalam menentukan
calon nasabah adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi : Kelompok sasaran yaitu pihak yang ingin
mengajukan sebagai nasabah pembiayaan (para kelompok
calon nasabah). Pihak yang bertugas mengawasi jalannya
58
pengoperasian pembiayaan di Bank Wakaf Mikro disebut
supervisor. Supervisor melakukan identifikasi kelayakan
kelompok calon nasabah ke RT/RW setempat mengenai
nasabah yang akan menjadi calon peminjam, jika respon
RT/RW baik maka supervisor akan melakukan tahap
selanjutnya.
2. Sosialisasi : Setelah proses Identifikasi kelompok calon
nasabah dinyatakan layak, maka supervisor akan mengujungi
kelompok calon nasabah untuk melakukan tahapan selanjutnya
yaitu menyampaikan misi program, dan mekanisme pertemuan
untuk menjadi nasabah.
3. Uji Kelayakan : Setelah kelompok calon nasabah telah lolos
tahap identifikasi dan sosialisasi, langkah selanjutnya yaitu
menyeleksi kelayakan nasabah sesuai dengan sasaran program
yaitu nasabah adalah masyarakat mikro sekitar pesantren yang
potensial dan produktif sekitar radius 5 km dari pesantren,
masyarakat ini memiliki minat dalam usaha tapi terkendala
dengan modal. Uji kelayakan ini yaitu dengan melihat apakan
nasabah memiliki usaha yang tetap dan produktif. Dengan
melihat bahwasanya nasabaha ini benar apa tidaknya memiliki
usaha.
4. Pra Pelatihan Wajib Kelompok (PWK) : Pertemuan sehari
selama 60 menit dengan agenda penjelasan kelembagaan, alur
program dan ketentuan PWK. Dalam Pra PWK nasabah
59
diwajibkan hadir, karena dalam tahap ini akan menentukan
apakah nasabah layak menerima pembiayaan.
5. Pelatihan Wajib Kelompok (PWK): Dilaksanakan selama
lima hari berturut-turut, 60 menit sekali pertemuan, materi
standar terkait pembentukan kelompok dan penyusunan
rencana usaha. Pada PWK ini, calon nasabah diwajibkan
tepat hadir sesuai jam yang telah di tentukan tidak boleh telat
walau hanya semenit, jika salah satu orang dari kelompok
calon nasabah telat maka pengajuan pembiayaan diulang
sampai semua kelompok calon nasabah tepat waktu selama
lima hari berturut-turut. Hal ini dilakukan sesuai ikrar yang
telah disepakati oleh kelompok calon nasabah, bertujuan
sebagai disipliner dan penentu bahwa kelompok calon nasabah
ini mampu menjalankan kesepakatan yang telah dibuat
bersama, kecuali memang nasabah tidak bisa hadir
dikarenakan sakit. Setelah kelompok calon nasabah telah
dinyatakan lolos menjalani PWK selama 5 hari berturut-turut,
maka dana tidak langsung dicairkan, akan tetapi di jeda selama
sepekan atau seminggu.
6. Halaqoh Mingguan (Halmi): Dilakukan setiap 1X (satu kali)
dalam seminggu selama 60 menit dengan rincian per 30
menit untuk pencairan dan angsuran, dan 30 menit selanjutnya
untuk pembinaan. Dalam pencairan pertama menggunakan
pola 2-2-1, selanjutnya mengikuti jangka waktu pelunasaan
masing-masing. Dalam Halmi ini, nasabah diharuskan selalu
60
hadir kecuali memang sedang sakit, maka pihak BWM
memaklumi. Kehadiran pada Halmi ini menjadi penentu jika
nasabah ingin melakukan pinjaman lagi di BWM yaitu
pembiayaan Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,-.
Jika nasabah selalu mengikuti Halmi dan tidak ada mecet
dalam angsuran maka ini bisa menjadi pertimangan pihak
BWM untuk menyalurkan pembiayaan lagi ke nasabah
tersebut.3
Adapun, dalam menentukan apakah calon nasabah layak
mendapatkan pembiayaan atau tidak. Bank Wakaf Mikro
Pesantren An-Nawawi Tanara menggunakan penilaian unsur 5C,
sebagai berikut:
1. Character (Watak dan Kepribadian Nasabah)
Bank Wakaf Mikro akan mensurvei watak calon
nasabahnya terutama yang berhubungan dengan kemampuan
membayar calon nasabah tersebut apakah nasabah tersebut
memiliki watak atau perilaku yang baik terutama dalam hal
memenuh keawajibanya, pihak BWM akan mensurvei
melalui ketua RT/RW setempat. Hal yang mejadi
pertimbangan adalah dari segi sifat, perilaku, dan kebiasaan
yang ada pada calon nasabah tersebut.
3Magfiroh, Sepervisor Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi
Tanara, Wawancara dengan Penulis di kantornya, pada kamis 25 April 2019
pukul 09.00 WIB
61
2. Capacity (Kemampuan Nasabah)
Karena target di BWM adalah pengusaha mikro kecil
yang produktif dalam usahanya, maka untuk mengetahui
layak atau tidaknya calon nasabah pihak BWM akan
mempertimbangkan hal-hal seperti apakah calon nasabah
tersebut memiliki usaha yang sudah berjalan 2 tahun keatas,
apakah tempatnya strategis, bahan baku mudah, dan
pemasarannya bagus.
3. Capital (Modal)
Dalam hal ini, modal utama calon nasabah adalah
memiliki aset usaha yang tetap dan produktif untuk dapat
meminjam di BWM. Sepervisor akan menilai kelayakan
nasabah tersebut sesuai prosedur. Karna sasaran dari BWM
adalah masyarakat mikro yang mempunyai usaha yang
produktif.
4. Coleteral (Jaminan Pembiayaan)
Untuk jaminan pembiayaan, di Bank Wakaf Mikro hanya
diharuskan memiliki persetujuan suami dan istri. Suami dan
istri harus bersedia ikut menandatangani dokumen perjajanjian
pembiayaan. Jika tidak memiliki suami atau istri maka
diwakilkan oleh anak pertama yang sudah memiliki KTP atau
keluarga terdekat nasabah.
5. Condition (Keadaan Ekonomi Lingkungan Usaha)
Seperti, adat istiadat, kebudayaan, dan agama mayoritas
masyarakat setempat mendukung. Jenis usaha legal menurut
62
hukum dan halal menurut agama. Kondisi lingkungan
mendukung. Kondisi iklim dan cuaca mendukung. Lalu dapat
dilihat dari apakah tempat usaha tersebut memiliki lokasi yang
strategis.4
Prosedur pengajuan pembiayaan adalah cara dan tahapan
yang harus dilakukan dalam rangka pemberian pembiayaan,
setiap pemberian pembiayaan harus dibuatkan suatu perjanjian
(akad) antara pihak BWM sebagai pemberi pembiayaan dan
nasabah sebagai pemohon. Dalam perjanjian pembiayaan
dicantumkan segala hak dan kewajiban kedua belah pihak. Jika
kedua belah pihak sudah menyetujui hak dan kewajibannya maka
akad dan perjanjian sudah bisa diberlakukan. Perjanjian yang
telah dibuat kedua belah pihak menandakan bahwa kedua belah
pihak telah setuju dan bersedia melakukan perjanjian yang telah
dibuat. Termasuk hal nya, seperti pengenaan biaya setara 3 %
pertahun yang telah ditetapkan oleh Bank Wakaf Mikro.
Pengenaan biaya 3 % pertahun ini adalah biaya pengenaan
untuk akad pendamping yaitu akad ujrah/Ijarah yang merupakan
jasa atas upah mengupah tenaga manusia untuk mengambil
manfaat dengan kompensasi. Dengan menggunakan akad ujrah
seorang nasabah memberikan imbalan sebagai kompensasi atas
pelayanan berupa pembiayaan yang dilakukan BWM. Setelah itu
nasabah bisa membayar pembiayaannya kepada BWM dengan
cara mengangsur. Ketentuan angsuran yang telah disepakati pada
4Brosur Panduan di Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi Tanara
Serang-Banten
63
awal pembiayaan tidak akan berubah selama jangka waktu
pembayaran. Dengan demikian biaya ujrah ini tetap. Adapun
penetapan biaya ujrah yang telah disepakati oleh nasabah dengan
rincian sebagai berikut:
Untuk pinjaman Rp. 1.000.000,- maka terdapat 2 cara
jangka waktu dalam mengangsur:
1. Angsuran Rp. 25.000,- / minggu selama 40 minggu dengan
biaya ujrah Rp.700,- setiap mengangsur. Jadi keseluruhan
angsuran menjadi Rp. 26.000,- (Rp. 25.000,- angsuran pokok
+ Rp. 700,- biaya ujrah) dengan sisa kembalian Rp. 300,- .
2. Angsuran Rp. 50.000,- / minggu selama 20 minggu dengan
biaya ujrahdihitung tetap Rp. 700,- setiap mengangsur. Jadi
keseluruhan angsuran menjadi Rp. 51.000,- (Rp. 50.000,-
angsuran pokok + Rp. 700,- biaya ujrah) dengan sisa
kembalian Rp. 300,- .
Pengenaan biaya ujrah ini tidak bersifat wajib/harus.
Oleh karenanya maksud dari biaya 3% pertahun adalah setara
dengan Rp. 28.000 sampai dengan Rp. 30.000 dengan rincian Rp.
700,- x 40 minggu = Rp. 28.000,- dan Rp. 700,- x 20 minggu =
Rp. 18.000,- jadi tidak boleh lebih dari Rp. 30.000,- pertahun.
Jadi pengenaan biaya ijarah ini merupakan kesepakatan para
pihak yang merupakan wujud keridoan dinyatakan dalam bentuk
ijab kabul pada saat penandatanganan kontrak. Adapun dengan
sisa kembalian Rp. 300,- pihak BWM akan mengembalikan atau
meminta persetujuan kepada nasabah untuk diinfakkan.
64
Pemberian infak inipun tidak bersifat wajib, jika nasabah tidak
ingin memberikan infak maka pihak BWM akan mengembalikan
sisa kembalian tersebut.
Kemudian untuk penandatanganan kontrak dilakukan
setelah kelompok calon nasabah telah dinyatakan lolos menjalani
PWK selama 5 hari berturut-turut.Untuk pencairan pembiayaan
tidak langsung dicairkan, akan tetapi dijeda selama sepekan atau
seminggusetelah selesai PWK. Adapun surat perjanjian/kontrak
akad terdapat 3lembar tandatangan yang harus dilengkapi agar
dana bisa dicairkan: Pada lembar pertama, berisikan tandatangan
ketua Halmi (Halaqoh Mingguan), ketua kelompok dan dua orang
saksi dari kelompoknya. Pada lembar kedua, berisikan
tandatangan Manajer Bank Wakaf Mikro, nasabah, saksi kesatu
petugas lapang, dan saksi kekedua ketua pengurus. Pada lembar
ketiga, kontrak akad yang berisikan tandatangan masing-masing
nasabah. Jika lembar akad ini sudah ditandatangani oleh semua
pihak yang bersangkutan, maka dana sudah bisa langsung di
cairkan kepada nasabah. Penandatanganan kontrak ini dilakukan
di tempat yang telah disetujui kedua belah pihak, biasanya
ditempat nasabah langsung dan penandatanganan kontrak
perjanjian dilakukan ketika nasabah sudah menerima dana
pencairan.
Akan tetapi, kelompok yang terdiri dari 5 orang tersebut
tidak bisa sekaligus semuanya melakukan pencairan dana
pinjaman, melainkan mengikuti pola pencairan 2-2-1 yakni pola
65
pencairan bertahap : Minggu pertama, 2 orang terlebih dahulu
dari masing-masing kelompok, Minggu kedua, 2 orang lagi
setelahnya dari masing-masing kelompok, Minggu ketiga, sisa 1
orang terakhir dari masing-masing kelompok. Selanjutnya
mengikuti jangka waktu pelunasan masing-masing. Jadi dalam
mengangsur setiap kelompok tidak berbarengan.
Di Bank Wakaf Mikro, dalam pembiayaan menggunakan
pendekatan kelompok dengan sistem tanggung renteng. Untuk
satu kelompok terdiri dari 5 orang nasabah, dan untuk tanggung
renteng minimal terdiri dari tiga kelompok berarti 15 orang
nasabah, dan maksimal terdiri lima kelompok berarti ada 20
orang nasabah. Tanggung renteng disini dimaksudkan jika
terdapat nasabah macet dalam melunasi angsuran pinjaman, maka
anggota dari kelompok tanggung renteng yang akan menalangi
terlebih dahulu angsuran nasabah tersebut dan selanjutnya
nasabah tersebut akan melunasi kepada kelompok yang telah
menalangi angsurannya.
Di BWM Pesantren An-Nawawi Tanara sendiri, untuk
menanggulangi terjadinya macet dalam angsuran (wanprestasi)
maka pihak BWM melakukan kebijakan yaitu diadakannya uang
kas yang di ambil dari setiap anggota, yang mana uang kas ini
akan digunakan jika salah satu anggota mengalami macet keredit.
Nantinya juga, uang kas ini akan dikembalikan lagi ke nasabah.
Kebijakan diadakanya uang kas ini hanya sebatas untuk mecegah
dan menanggulangi terjadinya salah satu nasabah yang macet
66
dalam angsuran. Sehingga dalam hal ini Bank Wakaf Mikro
menerapkan prinsip kehati-hatian dala menjalankan
transaksinya.5
Jadi pada dasarnya di Bank Wakaf Mikro pengenaan
biaya setara 3 % pertahun tidaklah bersifat wajib/diharuskan
melainkan sesuai dengan kesanggupan nasabah. Begitupun
dengan biaya infak yang tidak bersifat wajib hanya berupa
kembalian dari keseluruhan angsuran yang disetorkan. Dalam
menanggulangi terjadinya wanprestasi, BWM menerapkan sistem
tanggung renteng.
B. Implementasi Qardh di Bank Wakaf Mikro Pesantren An-
Nawai Tanara dalam Fatwa DSN MUI No.19/DSN
MUI/IV/200I tentang Qardh.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pada
pembiayaan di Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi Tanara
menggunakan akad qardh yaitu pinjaman uang atau modal yang
di berikan seseorang kepada pihak lain, dimana pinjaman tersebut
digunakan untuk usaha atau menjalankan bisnis tertentu. Pihak
peminjam berkewajiban mengembalikan pinjaman tersebut sesuai
dengan jumlah yang dipinjamnya tanpa bergantung pada untung
5Magfiroh, Sepervisor Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi
Tanara, Wawancara dengan Penulis di kantornya, pada kamis 25 April 2019
pukul 09.00 WIB
67
rugi usaha yang dijalankanya. Pinjaman qardh tidak berbunga,
karna prinsip qardh adalah tolong menolong.6
Qardh atau hutang pituang merupakan bentuk muamalah
yang sangat dianjurkan dalam Islam karena mengandung unsur
ta‟awun (tolong-menolong) untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam ajaran Islam disebutkan ada beberapa dalil
tentang hukum piutang dan selama bertujuan baik untuk
membantu atau mengurangi kesusahan maka hukumnya jaiz atau
boleh. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah
ayat 245:
حسنا ف يضاعفو لو أضعفافا كثرة من ذالذي ي قرض اللو ق رضا
(۵۶۲:)البقرهواللو ي قبض وي بصط واليو ت رجعون
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah),
maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-
lah kamu dikembalikan.”7
Dalil tersebut, mengisyaratkan bahwa Allah Swt menyerupakan
amal shaleh dengan memberikan infak dijalan Allah berupa harta
yang dipinjamkan dan menyerupakan pembalasannya yang
berlipat ganda kepada orang yang meminjamkannya. Amal
6Imam Mustofa, Fiqh Muamalah.........., h. 169
7Yayasan Penyelenggar Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Jumanatul
„Ali........, h. 38
68
kebaikan disebut pinjaman (utang) karena orang yang berbuat
baik dengan membantu orang yang memutuhkan dan orang yag
meminjamkanya mendapatkan gantinya sehingga menyerupai
orang yang mengutangkan sesuatu agar mendapatkan gantinya.
Islam menganjurkan dan menyukai orang yang
meminjamkan (qardh), dan membolehkan bagi orang yang
diberikan qardh, serta tidak menganggapnya sebagai sesuatu
yang makruh, karena dia menerima harta untuk dimanfaatkan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan peminjam tersebut
mengembalikan harta seperti semula.8 Sebagaimana Hadist
Rasullas SAW yang di riwayatkan Abu Hurairah:
ث نا أب و بكر ث نا أب و معا وية عن العمش،عن حد بن أب شيبة: حد
صلى اللو عليو عن أب ىري رة قال: قال رسول اللو أب صالح،
ن يا والخرة. وسلم: ر اللو عليو ف الد رعلى معسر يس من يس “Abu Bakar bin Abu Syaiban menyampaikan kepada kami dari
Abu Muawiyah, dari Al-A‟masy, dari Abu Shalih, dari Abu
Hurairah bahwa Rasullah Saw bersabda: siapa yang memberi
kemudahan kepada orang yang sedang dalam kesulitan,
niscaya Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia
dan akhirat.9
8Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penterjemah Nor Hasanuddin, (Jakarta:
Darul Fath, 2004), cetakan I, h. 181 9 Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Penerjemah:
Syaifuddin Zuhri, (ed.), Ensiklopedia Hadist Sunan Ibnu Majah, (Jakarta:
Almahira, 2013), h.431, untuk selanjutnya di tulis Ibnu Majah.
69
Pada dasarnya hadist tersebut menunjukan bahwa qardh
merupakan perbuatan yang mulia, karena dengan melakukan
perbuatan qardh seseorang telah membantu saudaranya yang
sedang kesusahan. Janji Allah, jika seorang muslim memberi
kemudahan kepada orang yang sedang dalam kesulitan,maka
Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat.
Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya
tersebut menolong saudaranya.
Di zaman sekarang ini, masalah hutang piutang masih
sangat dibutuhkan kehadirannya oleh setiap manusia, mengingat
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Seiring berkembangan zamanhutang-
piutang ini banyak yang memanfaatkannya untuk kegiatan
komersial, seperti pada lembaga-lembaga keungan baik
konvensional maupun syariah. Hal ini pun tidak terlepas pada
Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi Tanara yang dalam
pengoperasiannya menggunakan akad qardh. Bank Wakaf Mikro
sendiri, merupakan lembaga baru bentukan OJK dan masuk
dalam kategori Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang
pada pengoperasiaanya hanya dikhusukan untuk masyarakat
mikro sekitar pesantren yang produktif tetapi kekurangan dana
dalam menjalankan usahanya. Pada prakteknya di Bank Wakaf
Mikro yaitu terdapat pengenaanbiayaujrahsetara 3 % pertahun,
termasuk biaya 3 % dalam produk akad qardh (hutang-piutang).
70
Sedangkan dalam hukum Islam, hutang piutang tidak dibolehkan
untuk mengambil manfaat karena itu termasuk riba.
Sebagimana kaidah fiqh di sebutkan:
فعة ف هو ربا قل ق رض حر من “Setiap pinjaman dengan menarik manfaat (oleh kreditor)
adalah sama dengan riba”10
Permasalah ini sangat erat korelasinya dengan masalah
riba. Seperti yang telah diketahui bersama, menurut ahli fiqh
memberikan pinjaman bisa saja berupa barang yang berpotensi
riba ataupun bukan. Seperti yang dikatakan Oleh Ibnu Hazm
bahwa riba dalam memberikan pinjaman bisa terjadi dalam
bentuk apapun maka tidak boleh meminjamkan sesuatu agar
mendapat pengembalian yang lebih banyak atau lebih sedikit,
tidak juga dengan pengembalian barang lain, tetapi harus sama
bentuk dan kadar dengan barang yang dipinjamnya. Ibnu Najm
menyebutkan kaidah bahwa keuntungan yang diambil dari
pinjaman adalah riba.
Berdasarkan hal tersebut, maka setiap pengambilan
keuntungan yang dilalukan oleh pemberi pinjaman dan uang
pinjamannya merupakan riba. Sebab asal muasal akad pinjaman
ini disyariatkan agar dilakukan dengan cara yang baik. Maka
tidak boleh seorang pemberi pinjaman mengambil keuntungan
dari pinjamannya. Sebab tindakan ini telah menyeleweng dari
10
A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih.........., h. 138
71
koridor akad yang benar, menyeleweng dari prinsip kasih sayang,
dan menyeleweng dari kaidah saling memudahkan.11
Dalam Islam ada dua macam akad, yaitu akad tabarru‟
(akad sosial) dan akad mu‟awadlah (akad komersial). Hutang
piutang masuk kedalam ranah akad tabarru‟ atau akad sosial
yang oleh karena itu tidak diperkenankan seseorang untuk
mengambil keuntungan darinya. Bila akad sosial dan tolong-
menolong seperti memberi hutang disalahgunakan untuk mencari
keuntungan materi maka itulah riba.12
Hukum riba dalam Islam diharamkan karena tidak sesuai
dengan prinsip syari‟ah Islam. Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Baqarah ayat 275:
يطان من الذين يأكلون الربا ل ي قومون إل كما ي قوم الذي ي تخبطو الش
لك المس ا قالوا بأن هم ذ وحرم الب يع اللو وأحل الربا مثل الب يع إن
ما سلف وأمره إل اللو ف لو فان ت هى ربو من موعظة جاءه فمن الربا
۲)البقره: خالدون فيها ىم النار أصحاب فأولئك عاد ومن
۵۲)
11
Abdul „Azhim Jalal Abu Zaid, Fiqh Riba, Penerjemah: Abdullah
(Jakarta: Senayan Publishing, 2011), h. 329 12
https://m.hidayahtullah.com/kajian/gaya-hidup-
muslim/read/2016/04/04/92401/enam-hal-agar-hutang-menjadi-berkah.html
diakses pada 11Juni 2019 pukul 15:27 WIB
72
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba, tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) peyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang laranga); dan urusanya (terserah)
kepada Allah orang yang kembali (mengambil riba). Maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”13
Ayat ini, Allah dengan tegas melarang perbuatan riba
karena memakan riba tidak tentram jiwanya seperti orang yang
kerasukan syaitan dan mereka termasuk penghui-penguni neraka
dan mereka kekal di dalamnya.
Pada setiap praktiknya di Lembaga Keuangan Syariah,
baik konvensioanl maupun syariah terdapat biaya tambahan, baik
berupa biaya administrasi atau biaya operasional. Biaya
administrasi merupakan sebuah proses kerja sama antara pihak
BWM dengan nasabah, biaya administrasi timbul karena dalam
prosesnya para pihak memerlukan biaya untuk pembuatan janji.
Persoalan penetapan biaya administrasi merupakan salah
satu hal penting dalam praktik suatu lembaga keuangan syariah,
termasuk lembaga keuangan mikro syariah seperti Bank Wakaf
Mikro. Seringkali biaya administrasi ini diasosiasikan sebagai
13
Yayasan Penyelenggar Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Jumanatul „Ali
Al-Qur‟an......, h.47
73
pintu belakang riba. Ketika riba dilarang, maka digunakanlah
istilah biaya administrasi sebagai gantinya.Agar biaya
administrasi ini tidak termasuk dalam kategori “tambahan” yang
tidak diperbolehkan, maka ada dua syarat yang harus dipenuhi,
yaitu: Pertama, biaya administrasi ini harus didasarkan pada
perhitungan riil biaya yang digunakan untuk melaksanakan
sebuah transaksi. Misalnya, biaya pengurusan dokumen, biaya
upah untuk survey, dan lain-lain. Sehingga angka yang keluar
memang benar-benar mencerminkan “nilai riil” adminitrasi yang
dilakukan. Kedua, presentase biaya administrasi ini hendaknya
tidak dihubungkan dengan besarnya angka pembiayaan yang
diberikan, kecuali jika presentasi biaya tersebut mencerminkan
biaya riil yang dikeluarkan dalam memutuskan pembiayaan
tersebut.14
Dalam praktiknya, pengenaan biaya setara 3% pertahun di
BWM ini sudah ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
merupakan biaya ujrah (jasa atas upah). Dalam syariat Islam,
Ijarah adalah jenis akad untuk mengambil manfaat dengan
kompensasi. Pihak pemilik yang menyewakan manfaat sesuatu
disebut mua‟jjir. Adapun pihak yang menyewa disebut musta‟jir.
Dan sesuatu yang diambil manfaatnya disebut ma‟jur. Sedangkan
14
Syifa Kamilatussolihah, “Praktek Ijarah (Studi di Koperasi Syariah
Bina Muamalah Ta‟awun Kota Bekasi”, (Skripsi Fakultas Syariah UIN SMH
Banten, 2017), h. 81
74
jasa yang diberikan sebagai imbalan atas manfaat tersebut disebut
ajarah atau ujrah upah.15
Ujrah ini diperuntukkan atas kuasa ketua dan anggota
baik digunakan untuk Rencana Anggara Tahunan (RAT) dan
sebagainya. Termasuk salah satunya digunakan untuk
pelaksanaan Halmi (Halaqoh Mingguan), pengambilan angsuran
ke nasabah, dan pendampingan selama menjadi nasabah. Karena
pada BWM, angsuran diambil langsung kerumah nasabah yang
dilakukan oleh tim Supervisor, jadi dalam hal ini bukan nasabah
yang menyetorkan angsuran ke BWM tetapi dari pihak BWM
yang datang langsung ke nasabah. Selain itu, di BWM setiap
minggunya diadakan pendampingan untuk nasabah seperti
pendampingan pengajian kitab kuning dan pendampingan
pelatihan wirausaha. Adapun Untuk biaya adminitrasi, di BWM
tidak memungut biaya administrasi sama sekali, hanya berupa
biaya meterai 6000 sebesar Rp. 8.000,- atau nasabah bisa
membawa sendiri materainya, yang mana materai ini untuk
penandatanganan kontrak yang di tanggung oleh nasabah. Fungsi
meterai itu sendiri, supaya akad/kontrak kuat dimata hukum.16
Berdasarkan sistem ekonomi Islam tidak mengenal biaya
operasional yang tidak jelas (riil) peruntukannya, uang
administrasi yang diberpolehkan adalah uang yang memang
15
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penterjemah......., h. 203 16
Magfiroh, Sepervisor Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi
Tanara, Wawancara dengan Penulis di kantornya, pada kamis 25 April 2019
pukul 09.00 WIB
75
dipakai untuk kepentingan operasional bukan untuk mencari
keuntungan, sehingga besarnya harus disesuaikan.17
Ulama-ulama tertentu membolehkan pemberi pinjaman
untuk membebani biaya jasa pengadaan pinjaman. Biaya jasa ini
bukan merupakan keuntungan, melainkan merupakan biaya
aktual yang dikeluarkan oleh pemberi pinjaman. Hukum Islam
memperbolehkan pemberi pinjaman untuk meminta kepada
peminjam untuk membayar biaya-biaya operasi diluar pinjaman
pokok, tetapi agar biaya ini tidak menjadi bunga terselubung
komisi atau biaya ini tidak boleh dibuat proposional terhadap
jumlah pinjaman.18
Landasan hukum dibolehkan nya ujrah adalah Firman
Allah dalam Q.S Yuusuf [12]: 7219
...... : (۲۵)يوسف
“......dan siapa yang dapat mengembalikannya akan
memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya".20
17
Syifa Kamilatussolihah, “Praktek Ijarah.........., h. 81 18
Ascarya, Akad dan Produk dalam............ h. 47 19
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penterjemah......., h. 203 20
Yayasan Penyelenggar Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Jumanatul „Ali
Al-Qur‟an......, h.744
76
Dan Hadist Rasullah SAW yang berbunyi:
ه، عن أب ث نا عمروبن يي جد : حد ي د المك ث ناأحد بن مم حد
قال: )ما ب عس صلى اللو عليو وسلم ىري رة رضي اللو عنو عن النب
رعى الغنم(، ف قال أصحابو: وأنت؟ ف قال: )ن عم، كنت اللو نبياإل
ة(. أرعاىا على ق راريط لىل مك
“Ahmad bin Muhammad al-Makki menyampaikan kepada
kami dari Amr bin Yahya, dari kakekny, dari Abu Hurairah
bahwa Nabi SAW bersabda: “Setiap Nabi yang diutus Allah
pasti pernah mengembala kambing.” Para sahabat bertanya,
„Engkau juga?” Nabi menjawab, “Ya, aku pernah
mengembalakan kambing orang-orang Mekah dengan upah
beberapa qirath.”21
Dari kedua ayat dan hadist diatas, pada dasarnya
menunjukan kebolehan memberikan upah dalam melakukan
pekerjaan.
Sebagaimana juga Hadist yang diriwayatkan Ibnu Maajah
bahwa Rasullah SAW bersabda:
هم قال : قال رسول عليو لو صلى اللو ال وعن ابن عمر رضي اللو عن
ر أجره ق بل أن ييف اأعطو ،وسلم قو )رواه ابن ماجو(عر الجي
21
Ibnu Majah, Penerjemah: Syaifuddin Zuhri, (ed.), Ensiklopedia
Hadist........., h.500
77
“Dari Umar R.A, ia berkata bahwa Rasullah SAW bersabda:
Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya
kering.”22
(H.R Ibnu Maajah)
Di BWM besaran biaya ujrah 3% pertahun adalah setara
dengan Rp. 28.000,- sampai Rp. 30.000,-.
“Pengenaan biaya ujrah ini tidak bersifat wajib atau di
haruskan kepada nasabah. Bahkan jika nasabah yang tidak
berkesempatan hadir dikarenakan alasan sakit atau ada
keperluan yang mendesak, maka nasabah tersebut tidak
dibebankan biaya ujrah. Nasabah tersebut hanya membayar
pokok berupa setoran Rp.25.000 atau Rp. 50.000,- bisa
dititipkan kepada rekan nasabah lainnya. Makanya setiap
perhitungan pertahunnya biaya 3% pertahun itu harus pas dan
tidak boleh lebih dari RP. 28.000,- sampai Rp. 30.000,-,
kurang boleh asal tidak lebih dari jumlah tersebut”.23
Pengenaan pembebanan biaya ini, sebagaimana fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.19/DSN-
MUI/IV/2001, yaitu:
Pertama: Ketentuan Umum Al-Qardh
a. Al-qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muktarid) yang memerlukan.
22
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Targhib wa Tarhib, Penterjemah: Abu
Usamah Fatkhur Rohman, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h.459 23
Magfiroh, Sepervisor Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi
Tanara, Wawancara dengan Penulis di kantornya, pada kamis 25 April 2019
pukul 09.00 WIB
78
b. Nasabah al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
di terima pada waktu yang telah disepakati oleh bersama.
c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana
dipandang perlu.
e. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan
(sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak
diperjanjikan dalam akad.
f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau
seluruh kewajiban pada saat yang telah disepakati dan LKS
telah mamastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
1. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau;
2. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh
kewajibannya.24
Dalam penetapan biaya ini, Bank Wakaf Mikro telah
sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia No.19/DSN-MUI/IV/2001 tetang ketentuan umum
pada point nomor 3 bahwa biaya administrasi di bebankan kepada
nasabah.
Mengenai waktu angsuran selama 20 minggu dan 40
minggu yang telah ditentukan oleh pihak BWM hal itu
merupakan Perjanjian dalam qardh yang merupakan perjanjian
pinjaman. Dalam perjanjian qardh, pemberi pinjaman (kreditur)
memberikan pinjaman kepada debitur (muqtaridh) dengan
24
Lihat Fatwa DSN-MUI Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Qardh pada lampiran.
79
ketentuan debitur akan mengembalikan pinjaman tersebut pada
waktu yang telah di perjanjikan dengan jumlah yang sama ketika
pinjaman itu diberikan (fatwa Dewan Syariah Nasional No.
19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh). Kemudian, Imam
Malik perpendapat “boleh ada syarat waktu dalam qardh dan
syarat tersebut harus dilaksanakan. Apabila waktu qardh telah
ditentukan, pemberi qardh (pihak BWM) tidak berhak menagih
sebelum masanya tiba.Hal ini berdasarkan berdasarkan Firman
Allah dalam Q.S Al-Baqarah [2]: 28225
...... ...... (۵۸۵:)البقره
“.......apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan.....,” 26
Dan pendapat dari Ibnu Umar:
أعطي أفضل وقال ابن عمر ف القرض إل أجل: ل بأس بو، وإن
من دراهو مال يشتط. وقال عطاء وعمربن دي نار: ىوا إل أجلو ف
القرض.
“Ibnu Umar berpendapat bahwa utang dengan jangka waktu
tertentu itu diperbolehkan, walaupun utang tersebut dilunasi
25
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penterjemah......., h. 182 26
Yayasan Penyelenggar Penterjemah Al-Qur‟an, Al-Jumanatul „Ali
Al-Qur‟an......, h.48
80
dengan dirham yang lebih baik, selama itu tidak ditetapkan
sebagai syarat (dalam akad pinjaman).” 27
Namun dalam hal ini, fuqoha tidak membolehkannya
sebagai syarat dalam akad. Oleh karenanya apabila akad qardh
ditangguhkan sampai batas waktu tertentu, maka ia akan
dianggap sebagai jatuh tempo. Dengan persepsi dasar bahwa
qardh adalah salah satu bentuk kegiatan sosial, maka pemberi
pinjaman berhak meminta ganti hartanya jika telah jatuh tempo.
Jadi, pada dasarnya kedua belah pihak punya kebebasan dalam
akad qardh, baik dalam menghentikan, melangsungkan maupun
meneruskan akad.28
Mengenai tanggung renteng, yaitu jika salah satu nasabah
tidak bisa melunasi angsuran maka anggota lainya yang
menalangi angsurannya dan nasabah tersebut akan melunasi
kepada anggota yang telah membantu menalangi angsurannya.
Maka hal ini dapat dimaksudkan kedalam makna hadist Rasullah
SAW yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah, bahwa ia pernah
menagih hutang seseorang, orang tersebut bersembunyi hingga
akhirnya ditemukan. Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya aku
dalam kesulitan.” Abu Qatadah bertanya, “Demi Allah?” orang
tersebut mejawab, “Ya, demi Allah,” lalu Abu Qatadah berkata,
“Aku pernah mendengat Rasullah SAW bersabda,
27
Ibnu Majah, Penerjemah: Syaifuddin Zuhri, (ed.), Ensiklopedia
Hadist........., h.538 28
Wahbah Az-Zuhaili,Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Penterjemah: Abdul
Hayyie al Kattani dkk,Jilid V, (Jakarta : Gema Insani, 2011) ..... h, 377
81
س عن معسر أو أن ي نجيو اللو من كرب ي وم ه من سر القيامة ف لي ن ف
يضع عنو.“Barangsiapa yang memberikan kemudahan, maka Allah
menyelamatkan dari duka kesulitan pada hari kiamat nanti.
Oleh karena itu, hendaknya ia memberi kelapangan dan
kemudahan terhadap orang yang dalam kesulitan atau
membebaskanya.”29
Sebagaimana juga Hadist Rasullah yang di riwayatkan oleh Abu
Hurairah:
ث نا أب و معا وية عن العمش، ث نا أب و بكربن أب شيبة: حد عن حد
صلى اللو عليو -قال: قال رسول اللو ىري رة عن أب ،صالح أب
ن يا والخرة ار اللو عليو ف يس رعلى معسر من يس -وسلم .لد “Abu Bakar bin Abu Syaiban menyampaikan kepada kami dari
Abu Muawiyah, dari Al-A‟masy, dari Abu Shalih, dari Abu
Hurairah bahwa Rasullah Saw bersabda: siapa yang memberi
kemudahan kepada orang yang sedang dalam kesulitan,
niscaya Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia
dan akhirat.30
Kemudian para ulama sepakat bahwa persyaratan
memberikan tambahan diluar pinjaman untuk kreditur hukumnya
29
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Penterjemah......., h. 186 30
Ibnu Majah, Penerjemah: Syaifuddin Zuhri, (ed.), Ensiklopedia
Hadist........., h.431
82
haram dan termasuk riba, baik tambahan nilai seperti
memberikan pinjaman Rp. 100.000,- dengan syarat pengembalian
Rp. 110.000,- atau tambahan kualitas seperti memberikan
pinjaman mata uang rupiah dengan syarat pengembalian dalam
bentuk mata uang dolar, maupun tambahan jasa seperti
memberikan pinjaman uang kepada seseorang dengan syarat
meminjamkan mobilnya kepada pemberi pinjaman selama 1
minggu. Karena tujuan utama qardh adalah belas kasihan dan
mengharap imbalan dari Allah, maka bila pihak kreditur memberi
persyaratan tambahan dari nilai pinjaman, hilanglah tujuan asal
transaksi ini, yang membuat transaksi ini menjadi tidak sah serta
akad qardh berubah menjadi transaksi untuk mengejar laba.
Ibnu Abdul Barr berkata, “Setiap nilai tambah diluar
pinjaman, walau dalam bentuk jasa yang diberikan kepada
kreditur adalah riba, sekalipun segenggam makanan ternak. Dan
hukumnya haram jika diisyaratkan dalam akad”. Dan berkata
pula Ibnu Munzir, “Para ulama sepakat bahwa persyaratan yang
dibuat oleh pihak pemberi pinjaman kepada penerima pinjaman
agar memberkan nilai tambah atau hibah atas pinjaman adalah
riba.
Lalu bagaimana dengan hadiah yang di berikan debitur
kepada kreditur sebelum hutang dilunasi? Hadiah yang diberikan
debitur kepada kreditur sebelum hutang dilunasi dan kreditur
tidak berniat memotong hutang debitur sehingg hadiah atau
83
memberikan hadiah yang lain tidak di perbolehkan kecuali
sebelum transaksi qardh berjalan, mereka telah saling bertukar
hadiah. Jika sebelumnya mereka sering bertukar hadiah, maka
hadiah pada masa kredit diperbolehkan. Hal ini disebabkan agar
pemberian hadiah tidak menjadi sarana penambahan nilai
pijaman, atau sarana yang digunakan debitur agar kreditur
mengulur tempo pembayaran.31
Sebagaimana catatan dari Ibnu Qudamah,
را منو ف القدر أو فإن أق رضو مطلقا من غي شرط ف قضاه خي
فة أودو و برضهما جاز.ن الص
“Jika meminjam begitu saja tanpa adanya syarat diawal
(syarat penambah), lalu dilunasi dengan jumlah yang lebih
baik, yakni dilunasi dengan jumlah berlebih atau dengan sifat
yang lebih baik, maka itu boleh, dengan ridha keduanya
(bukan paksaan)”. Al Mughiri 6:438.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Nasa‟i RA bahwa
Nabi SAW bersabda bahwa:
ث نا إساعيل ابن ث ناوكيع: حد ث نا أب و بكربن أب شيبة: حد حد
ه ان ، عن أبيو، عن جد إب راىيم بن عبداللو بن أب ربي عة المخزومي
نا، ثلاثي النب صلى اللو عليو وسلم استس لف منو، حي غزا حن ي
31Agus Rijal, Hutang Halal, Hutang Haram........., h. 102
84
ا قدم قضاىا إياه. ث قال لو النب صلى اللو او أربعي الفا. ف لم
لف عليو وسلم ا جزاء الس : بارك اللو لك ف أىلك ومالك. إن
والمد.الوفاء
“Abu Bakar bin Abu Syaibah menyampaikan kepada kami
dari Waki‟ dari Ismail bin Ibrahim bin Abdullah bin Abu
Rabi‟ah al-Makhzumi, dari ayahnya dari kakeknya bahwa
Nabi Shallahu Alaihi Wassalam pernah meminjam uang
darinya sebesar tiga puluh ataau empat puluh ribu. Ketika
telah tiba, beliau pun membayarnya. Beliau bersabda: semoga
Allah memberkahimu dan keluarga dan harta kekayaanmu.
Sungguh balasan dari pinjaman itu adalah memenuhi
pinjaman dan balasan pujian (ucapan terimakasih).”32
Dan Rasullah SAW bersabda:
د عن يي ث نا مسد ، عن سفي نا : حد ثن سلمة بن كهيل، عن حد
صلى اب سلمة، عن أب ىري رة رضي اللو عنو أن رجلا أت النب
را، قال: قال رسول اللوي ت قاضاه بع اللو عليو وسلم صلى اللو عليو ي
د إل سن أفضل من سنو، ف قال وسلم )أعطوه( ف قال : ل ن
32
Muhammad bin Yazid al-Qazwini Ibnu Majah, Penerjemah:
Syaifuddin Zuhri, (ed.), Ensiklopedia Hadist Sunan Ibnu Majah, (Jakarta:
Almahira, 2013), h.432, untuk selanjutnya di tulis Ibnu Majah.
85
صلى اللو عليو وسلم رسول اللو الرجل: أو ف يتن أو فاك اللو، ف قال
وه فإن من خيار الناس أحسن هم قضاء. : أعط
“Musaddad menyampaikan kapada kami dari Yahya dari
Sufyan dari Salamah bin Kuhail, dari Abu Hurairah, bahwa
seseorang datang kepada Nabi SAW untuk menagih hutang
berupa unta, Rasullah SAW berkata (kepada sahabat),
“Berilah dia unta itu!” Mereka berkata, “Kami hanya
mendapatkan unta yang usia nya leih tua.” Orang itu berkata,
„Engkau telah memberikan hakku secara penuh. Semoga Allah
memberikan hakkmu secara penuh‟. Lalu Rasullah bersabda:
“Berikanlah unta itu kepadanya! Sungguh orang terbaik diantara manusia adalah orang yang melunasi utangnya
dengan cara yang lebih baik.”33
Maksud dari hadist tersebut bahwa pinjam meminjam itu
dibolehkan dan balasan untuk orang yang meminjamkan berupa
balasan terimakasih. Ucapan terimakasih disini bukan berupa
uang saja akan tetapi bisa juga berupa doa. Dan sebaik-baiknya
orang yang berhutang adalah dengan melunasi hutangnya dengan
cara yang baik pula. Akan tetapi ucapan terimakasih disini tidak
boleh di perjanjikan/diwajibkan melainkan secara sukalera atau
tanpa paksaan. Mengenai biaya infak atau nasabah memberikan
kelebihan setelah selesai mengangsur, pihak BWM tidak
mengharuskan/mewajibkan nasabah memberi infak atau memberi
kelebihan (sumbangan) secara sukarela.
33
Ibnu Majah, Penerjemah: Syaifuddin Zuhri, (ed.), Ensiklopedia
Hadist........., h.535
86
“Dalam hal ini, sebenarnya banyak nasabah yang ingin
memberikan kelebihan (sumbangan) ke BWM, akan tetapi
guna menghindari kelebihan dari pembiayaan setara 3%
pertahun yaitu sekitar Rp. 28.000 sampai Rp. 30.000,- BWM
tidak menerima kelebihan tambahan tersebut dikhawatirkan
akan menjadi riba karena melebihi 3%. Kecuali, jika nasabah
memberikan kelebihan berupa Rp. 300,- dari kembalian
angsuran pokok yang digunakan sebagai infak.”34
Mengenai biaya tambahan dapat diberikan nasabah
kepada pihak BWM manakala tidak diperjanjikan dalam akad,
Hal ini sesuai dengan pendapat Majelis Ulama Indonesia melalui
fatwanya No.19/DSN-MUI/IV/20011, tentangAl-Qardh.35
C. Aplikasi Qardh dalam Lembaga Perbankan
Dalam Lembaga Perbankan, akad qardh biasanya diterapkan
sebagai berikut:
a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti
loyalitas dan bonafiditasnya yang membuthkan dana talangan
segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan
mengembalikan secepetnya sejumlah uang yang dipinjamnya
itu.
34
Magfiroh, Sepervisor Bank Wakaf Mikro Pesantren An-Nawawi
Tanara, Wawancara dengan Penulis di kantornya, pada kamis 25 April 2019
pukul 09.00 WIB 35
Lihat Fatwa DSN-MUI Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Qardh pada lampiran.
87
b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat,
sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena misalnya
tersimpan dalam bentuk deposito. Atau pinjaman qardh
biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai
fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami oven
draft. Fasilitas ini merupakan bagian dari satu paket
pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi.
c. Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat
kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema
khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardh
al-hasan.36
36
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, (Jakarta:
Kencana, 2012), h.336