bab iv penyajian data dan analisis a. 1.digilib.iain-jember.ac.id/191/7/bab iv.pdfbab iv penyajian...
TRANSCRIPT
56
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A. Gambaran Obyek Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan gambaran umum
tentang obyek penelitian yaitu MTs Negeri Jember II.95
1. Profil MTs Negeri Jember II
a. Identitas Madrasah :
1) Nama Madrasah : MTs Negeri Jember II
2) No. Statistik Madrasah (NSM) : 121135090002
3) No. Data Madrasah (NDM) : 308827
4) Alamat lengkap : Jl.Merak No.11 Kel. Slawu Kec.
Patrang
5) Nomor Telp./Fax : (0331) 482926
6) Email/Website : http://www.mtsnjember2.com
7) Kabupaten/Kota : Jember
8) Provinsi : Jawa Timur
b. Pengelolaan Madrasah :
1) Nama Kepala Madrasah : Drs. Asyhar, MPd.I
2) TMT Jabatan Kepala Madrasah/Madrasah : 01 Januari 2013
3) Alamat Kepala Madrasah : Purwosari-Gumukmas
4) Nomor Telp/HP : 081336920184
5) Email/Website : [email protected]
95
Abi sholeh, Dokumentasi MTs Negeri Jember II Tahun 2016.
57
c. Data Madrasah :
1) Madrasah berdiri sejak tahun : 1979
2) Berdiri di atas lahan tanah seluas : 9.648 m²
3) Luas bangunan seluruhnya : 7.018 m²
4) Jumlah Pendidik/Tenaga Kependidikan : Pendidik : 42
T. Kependidikan : 13
5) Ijin operasional madrasah : 1979 berlaku s/d sekarang
2. Sejarah Singkat MTs Negeri Jember II
Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II adalah unit pelaksana
teknis dibidang pendidikan dalam lingkungan Kementerian Agama yang
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama cq. Kepala Bidang Pendidikan Agama
Islam.Madrasah ini berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama
RI Nomor 16 Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978.Dengan terbitnya Surat
Keputusan tersebut maka secara Yuridis Formal madrasah yang
merupakan perubahan dari PGAN Jember ini berjalan efektif dan diakui
keberadaannya sebagai MTs Negeri Jember II.
Dengan modal 359 siswa terbagi dalam 9 kelas dan diasuh oleh 13
guru serta 2 orang karyawan, terus mengembangkan diri. Gedung tempat
belajar masih bersama-sama dengan PGAN Jember berdasarkan Surat
Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Nomor: 61/WTD/1981 tanggal
15 Juli 1981.
58
Dalam Perjalanan waktu seiring dengan prestasi yang telah dicapai
dan kepercayaan masyarakat meningkat, musibah silih berganti menimpa
MTs Negeri Jember II dengan adanya bencana banjir bandang sehingga
beberapa bangunan ambruk dan hanyut terbawa arus derasnya sungai
Jompo yang sangat mengerikan. Adapun waktu kejadian yaitu pada
tanggal 2 Januari 1991, 1 Januari 2006 dan 19 Maret 2006, sehingga
beberapa bangunan roboh dan hanyut terbawa arus, yaitu 4 ruang belajar,1
ruang tata usaha,1 herbarium,1 gudang dan 2 rumah penjaga sekolah.
Alhamdulillah pada awal tahun 2007 mendapat bantuan dari Pemerintah
Daerah berupa Pembangunan Plengsengan sepanjang sungai di belakang
area MTs Negeri Jember II.
Dengan adanya kejadian tersebut membuat prihatin bagi semua
pihak, namun semuanya itu tidak menjadikan kendurnya kegiatan belajar
mengajar. Pendidikan merupakan kewajiban kita bersama, walaupun untuk
sementara proses belajar mengajar memakai sistem lesehan di ruang aula,
lab IPA dan Musholla. Berkat kesabaran dan keuletan para pendidik
maupun anak didik alhamdulillah setelah kejadian bencana tersebut MTs
Negeri Jember II mendapatkan bantuan berupa proyek dari APBN
sehingga sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar terpenuhi,
diantaranya berupa bangunan fisik yaitu ruang belajar, ruang lab IPA, lab.
multi media, ruang perpustakaan, ruang komputer, ruang musik dan
olahraga. Bahkan pada Tahun Anggaran 2007 mendapatkan pengadaan
tanah lagi yang lokasinya di depan MTs Negeri Jember II dengan luas
59
1.638 m2 rencana kedepan akan dibangun MA’HAD (Asrama). Tahun
Anggara 2008 mendapatkan proyek rehab 3 ruang kelas dan pembangunan
2 ruang kelas baru.Pembangunan ruang aula tahun 2010 dengan sumber
pendanaan dari komite MTs Negeri Jember II. Tahun Anggaran 2011
mendapatkan proyek rehab 5 ruang kelas.
Demikian juga di bidang akademiknya ada peningkatan baik secara
kuantitas maupun kualitas, semua didukung dengan adanya tenaga
pendidik yang profesional berjumlah 44 orang guru dan 13 karyawan.
Dalam menghadapi wajib belajar sembilan tahun MTs Negeri
Jember II lebih berbenah diri dalam upaya peningkatan kompetensi guru
dan kemampuan tenaga administraasi dalam rangka pelaksanaan
kulikulum 2006/KTSP dan kurikulum 2013, sebagaimana yang
diamanatkan dalam UUD 1945 dan segala perubahannya.
Pada Tahun 2011 MTs Negeri Jember II mengikuti Akreditasi
yang dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah Madrasah
(BAN-S/M) memperoleh akreditasi dengan peringkat A Nilai 94.
Dalam perkembangannya MTs Negeri Jember II membuka
Program:
a. Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 membuka Program Full Day School
dengan tambahan pendalaman mata pelajaran UN (Ujian Nasional)
b. Pada Tahun Pelajaran 2010/2011 membuka Program Kelas Unggulan
c. Pada Tahun Pelajaran 2011/2012 membuka Program Kelas Akselerasi
yang ditetapkan berdasarkan surat keputusan kepala kantor wilayah
60
kementerian agama provinsi jawa timur nomor:
Kw.13.4/1/PP.00.5/1178/SK/2011 tanggal 25 Nopember 2011
d. Pada Tahun Pelajaran 2012/2013 membuka Program Full Day School
dengan pendalaman Materi Bahasa Inggris yang bekerja sama dengan
LBB EFB
e. Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Nomor 410
Tahun 2015, tentang penetapan Madrasah Tsanawiyah Dan Madrasah
Aliyah Penyelenggara Program Akselerasi Di Jawa Timur, maka MTs
Negeri Jember II masih ditetapkan sebagai penyelenggara program
kelas Akselerasi di Jawa Timur dan SK tersebut diatas sebagai
perpanjangan ijin operasional sebelumnya. Sebagai penyelenggara
program Akselerasi MTs Negeri Jember II menggunakan acuan
kurikulum nasional yang berlaku, program pembelajaran dapat
diselesaikan dalam waktu 2 (dua) tahun bagi siswa yang mampu dan
berlaku secara individual melalui penyajian khusus dari materi esensial
dalam kurikulum yang berlaku.
f. Pada Tahun Pelajaran 2015/2016 berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3274 Tahun 2015 tentang penetapan
Madrasah Penyelenggara sistem kredit semester (SKS) tahun pelajaran
2014/2015, bahwa MTs Negeri Jember II dalam rangka memberikan
pelayanan kepada peserta didik yang memiliki keragaman bakat, minat
61
dan kecerdasan telah ditetapkan sebagai Madrasah Tsanawiyah
penyelenggara pendidikan dengan sistem kredit semester (SKS)
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan dengan sistem kredit
semester (SKS) maka secara teknis mengacu pada surat keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3364 Tahun 2015 tentang
petunjuk teknis penyelenggaraan sistem kredit semester pada Madrasah.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam
Nomor: DJ.I/590/2012 tanggal 23 Mei 2012 tentang Penetapan Madrasah
Induk bagi Madrasah Tsanawiyah Satu Atap (MTs-SA) Program Australia
Indonesia Basic Education Program (AIBEP), maka MTs Negeri Jember II
ditunjuk sebagai Induk dari Madrasah Filial (MTs SA Balung Kec. Balung
Kab. Jember).96
3. Visi dan Misi MTs Negeri Jember II
a. Visi
Religious, Profesional, Kompetitif
Indikator :
1) Tercapainya lulusan yang lebih cerdas,jujur,islami dan berdaya
saing tinggi
2) Terpenuhinya lulusan yang mandiri, terampil dan memiliki
kecakapan hidup dalam menghadapi era globalisasi
3) Terwujudnya KTSP di Sekolah/Madrasah
4) Terwujudnya standar proses pembelajaran yang efektif dan efisien
96
Abi sholeh, Dokumentasi MTs Negeri Jember II Tahun 2016.
62
5) Terwujudnya standar prasarana dan sarana pendidikan yang relevan
dan mutakhir
6) Terwujudnya standar tenaga pendidik dan kependidikan
7) Terwujudnya standar pengelolaan pendidikan
8) Terwujudnya standar penilaian pendidikan
9) Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai
10) Terwujudnya Manajemen sekolah berbasis kinerja
11) Terselenggaranya sistem penilaian hasil belajar secara efektif,
objektif dan dan sistematis
12) Tercapainya prestasi dalam berbagai bidang
13) Terciptanya budaya dan tata kehidupan islami
14) Terwujudnya lingkungan sekolah/madrasah yang nyaman, aman,
rindang, asri, bersih
15) Terpenuhinya kriteria sebagai Sekolah/Madrasah berstandar
Nasional/Internasional
16) Terciptanya standar pelayanan yang memenuhi standar ISO 9001
dan ISO 14000 versi terakhir.
b. Misi
1) Mewujudkan Dokumen-1/Buku-1 KTSP, K-13, Defrensiasi
2) Mewujudkan silabus semua mata pelajaran dan untuk semua
jenjang/kelas/tingkatan
3) Mewujudkan RPP semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan
63
4) Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan
berwawasan kedepan
5) Melaksanakan pengembangan kurikulum satuan pendidikan
meliputi perangkat pembelajaran silabus, penilaian , rencana
pelaksanaan pembelajaran
6) Melaksanakan pengembangan kurikulum muatan lokal
7) Mewujudkan diversifikasi kurikulum MTs agar relevan dengan
kebutuhan, yaitu kebutuhan peserta didik, keluarga, dan berbagai
sektor pembangunan dan sub-sub sektornya
8) melakukan inovasi pembelajaran yang efektif efesien sesuai
karakteristik mata pelajaran
9) Mewujudkan manajemen sekolah berbasis kinerja yang tangguh
10) Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar (learning
organization)
11) Melaksanakan pengembangan keorganisasian sekolah meliputi :
a) Struktur organisasi yang dikembangkan sesuai dengan tujuan
b) program
c) Uraian tugas yang lengkap dan jelas
d) Mekanisme kerja yang jelas, sederhana dan praktis
e) Personalia yang berkualitas untuk menunjang pelaksanaan
f) program
12) Mewujudkan sekolah/madrasah inovatif
64
13) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan
berwawasan kedepan
14) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar dan
adil
15) Menciptakan tata budaya dan tata pergaulan yang islami
16) Mewujudkan nilai-nilai agama bagi kenikmatan hidup peserta didik
17) Mewujudkan kemampuan olah raga yang tangguh dan kompetitif
18) Mewujudkan kemampuan seni yang tangguh, kompetitif dan islami
19) Mewujudkan kemampuan KIR yang cerdas dan kompetentitif
20) Mewujudkan keterampilan kejuruan yang marketable dan kompetif
21) Mewujudkan nilai-nilai solidaritas bagi kehidupan
sekolah/madrasah
22) Memenuhi kriteria sebagai Sekolah/Madrasah berstandar
Nasional/Internasional
23) Menciptakan standar pelayanan yang memenuhi standar ISO 9001
dan ISO 14000 versi terakhir.97
97
Abi sholeh, Dokumentasi MTs Negeri Jember II Tahun 2016.
65
4. Struktur Guru dan Pegawai Sekolah
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JEMBER II
PERIODE: 2014 - 2016100
100
Abi sholeh, Dokumentasi MTs Negeri Jember II Tahun 2016.
Kepala Madrasah
Drs. Asyhar, M.Pd.I
Komite
DR.H.Muhaimin Suhermin,M.Pd
Kepala Tata Usaha
Sumaryono, S.Sos
Waka Humas & Peng. Mutu
Akhmad Makhin, S.Pd
Waka Kurikulum
Arif Setyo Purnomo,S.Pd
Kordinator BK
Laili Suryanah, S.Pd
Waka Kesiswaan
M. Abi Sholeh, S.Pd.I
Waka Sarprasling
Faekotul Jannah, S.Pd
Bid.Pely. Pembelajaran
Nur Wahidah, S.Pd
Bid.Peng. Data & Info
Hosnan, S.Pd
Bid.Sar Gdg & Ling
Gatut Tjahjono, BA
Bid.Sar Pembl.
Agus Suprayitno, S.Pd
Bid. Organisasi
Dewi Ekawati L, S.Pd
Bid. Keagamaan
M.Nur Hafidz,S.Pd.I
Bid. SDM
Quratulaini, S.Pd
Bid. SIM
Junaidi Rahman, S.Pd
Kls. PDCI
Marti, M.Pd
Kls. Full Day
Hosnan, S.Pd
Perpustakaan
Dra.Titik Fauziyah
Lab. IPA
Quratulaini, S.Pd
Lab. Komputer
Junaidi Rahman S.Pd
Guru/Wali Kelas
Peserta Didik/OSIS
Keterangan :
: Garis Instruksi
: Garis Kordinasi
Bendahara
Syarifah S, S.Pd
Konsultan Pendidikan
Bid. Tata Tertib
Drs. TjutjukJusnearto
UKS
Dra.Siti Fatimah
66
5. Data Guru dan Karyawan MTs Negeri Jember II
Adapun data guru dan karyawan MTs Negeri Jember II yang di
peroleh oleh peneliti sebagai berikut:101
Tabel 4.1
Guru dan Karyawan MTs Negeri Jember II
No NAMA NIP
1 Drs. Asyhar, M.Pd.I 196704241997031003
2 Dra. Nanik Mulyaningsih 195611141979032001
3 Hani'ah Badrun, S.PdI 195604051985032001
4 Dra. Titik Fauziyah 196205161987032003
5 Faekotul Jannah, S.Pd 196503281992032001
6 Dra. Susila 196402131994032004
7 Dra. Nur Indah Rakhmawati 196805311999032001
8 Muhammad Abi Sholeh, S.Pd.I 197810182001121001
9 Quratulaini, S.Pd 197701272005012002
10 Akhmad Makhin, S.Pd 197102142005011004
11 Laili Suryanah, S.Pd 198011202005012003
12 Qosim Mulyadi, S.Pd 197008202005011003
13 Junaidi Rahman, S.Pd 197903242005011002
14 Marti,M.Pd 197803302005012002
15 Dewi Ekawati Lutfia, S.Pd 197011181998032005
16 Ririn Sulistyowati, S.Pd 198101152005012006
17 Nur Wahidah, S.Pd 196607281994032003
18 Iis Suryadewi, S.Pd 197106251999032002
19 Drs. Tjutjuk Jusnearto 196705231994031003
20 Heru Widiyastuti, S.Pd 197505302005012002
21 Elief Fitriana, S.Ag 197709172007102002
22 Iik Sukmasari, S.Pd 197910172007102002
23 Gatut Tjahjono S, BA 195606281985031009
24 Sri Rahayuningsih, S.Pd 196802032009102001
25 Agus Suprayitno, S.Pd 197505252005011003
26 Hosnan, S.Pd 198305212011011002
27 Ria Kupatiyah, S.Pd 198207292011012010
28 Ani Kuntariani, S.Pd 197004072005012004
29 Arif Setyo Purnomo, S.Pd 198104252005011003
30 Nurul Huda, S.Pd.I 197404232005011000
31 Dwi Raharjo, S.Sn 197110202005011005
32 Dra. Siti Fatimah -
33 Menok Nanik Herawati, S.Pd -
101
Abi sholeh, Dokumentasi MTs Negeri Jember II Tahun 2016.
67
34 Aisyah, S.Pd.I -
35 Lailatus Shofia, S.Pd -
36 Virlli Indah Fitriani, S.Pd -
37 Rossy Alivia R.S, SP, S.Pd -
38 Nur Haniyatun Nasriyah, S.Pd.I -
39 M. Nur Hafid, S.Pd.I -
40 Rifan Hidayat, S.Pd -
41 M.Shafihan Rasyid, S.Pd -
42 Hadi Wijaya, S.Pd -
43 Sumaryono, S.Sos 196308231985031003
44 Syarifah S, S.Pd 195804211983032003
45 Nanang Hadi Purnomo 197709252009011007
46 Sukarto 196005202006041020
47 Abdullah 197004142007011050
48 Nadzim, S.Ag -
49 M.Agus Sriyono, S.Sos -
50 Ashari -
51 Ach. Taufik -
52 Priyono -
53 Mustika Widya Ningrum -
54 Dedi Triyo Hadi P, A.Md -
55 Muhammad Viki -
6. Jumlah Siswa
Jumlah rombongan belajar siswa MTs Negeri Jember II, sebagai
berikut:102
Tabel 4.2
Jumlah Seluruh Peserta Didik
Tahun
Pelajaran
Jml Siswa
Kelas VII
Jml Siswa
Kelas VIII
Jml Siswa
Kelas IX
Jumlah
Siswa
2011/2012 246 236 231 713
2012/2013 239 217 234 690
2013/2014 244 234 208 686
2014/2015 244 250 226 720
2015/2016 210 230 232 672
102
Abi sholeh, Dokumentasi MTs Negeri Jember II Tahun 2016.
68
B. Penyajian Data dan Analisis
Penyajian data merupakan bagian yang mengungkapkan data yang
dihasilkan dalam penelitian sesuai dengan metode dan prosedur penelitian
yang digunakan dengan sistematis yang disesuaikan dengan rumusan masalah
dan analisa data yang relevan.
Untuk memperoleh data dalam penelitian, maka pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan
dokumenter. Setelah proses pengumpulan data selesai kemudian dilanjutkan
analisis data yang dilakukan secara interaktif.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat dinformasikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Penyajian data beserta analisis data merupakan hasil penelitian yang
peneliti lakukan di MTs Negeri Jember II. Data ini berdasarkan hasil
penelitian observasi, dan hasil wawancara penulis dengan bagian guru
Bimbingan Konseling, siswa, dan orang tua/wali murid tentang sesuatu yang
terdapat dalam fokus penelitian di skripsi.
69
1. Implementasi pola asuh otoriter orang tua dalam mencegah kenakalan
remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun Pelajaran
2016/2017.
2. Implementasi pola asuh demokratis orang tua dalam mencegah kenakalan
remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun Pelajaran
2016/2017.
3. Implementasi pola asuh laisses faire orang tua dalam mencegah kenakalan
remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun Pelajaran
2016/2017.
Pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara orang tua dengan
anak dengan tujuan untuk menjaga, merawat, mendidik serta mengajar anak
dalam rangka memenuhi kewajiban mereka sebagai pendidik utama dalam
sebuah keluarga. Dalam hal ini orang tua berperan penting sebagai pendidik,
pembimbing dan teladan bagi anaknya, sehingga pola asuh orang tua akan
banyak menentukkan sikap- sikap dan tingkah laku anak dimasa yang akan
datang.
Keluarga merupakan tempat dimana anak mendapat pendidikan yang
pertama dan utama dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya bersama-
sama mengupayakan sebuah kondisi yang kondusif dalam mengasuh anak-
anaknya agar mereka dapat berkembang secara optimal sehingga potensi-
potensi yang dimiliki bisa berkembang secara maksimal. Orang tua tidak
hanya sebagai pendidik dan pembimbing bagi anak- anaknya, namun orang
tua juga sebagai teladan bagi anak- anaknya.
70
Dari hasil wawancara kepada Ibu Nanik selaku guru bimbingan
konseling sebagai berikut:
“Banyak sekali macam orang tua dalam menerapkan cara mengasuh
anak di MTs Negeri Jember II ini, hal ini juga menghasilkan murid
yang berbagai macam tingkah lakunya dan juga masalah yang mereka
lakukan, karena tidak semua orang tua memiliki latar belakang
pendidikan yang sama. Kasus yang baru- baru terjadi ini adalah salah
satu seorang murid mengajak teman sepermainannya untuk bersama-
sama mencicipi minuman keras yang dioplos dengan es yang dia
bawa dari rumah dan kemudian melakukan hal tersebut di lingkungan
sekolah saat jam istirahat tiba. Saat ditanya kenapa melakukan hal itu,
mereka mengatakan bahwa ingin mencoba hal baru dan juga karena
penasaran bagaimana dengan rasanya. Akan tetapi setelah di hal
tersebut di telusuri lebih lanjut hal itu terjadi karena pergaulan
mereka yang terbilang bebas dan juga faktor orang tua yang tidak
memperhatikan pergaulan anaknya karena mereka sibuk kerja atau
orang tuanya sudah bercerai ”103
Berdasarkan wawancara kepada bapak Misnayar selaku orang tua
siswa dengan hasil sebagai berikut:
“Jika melihat berita- berita yang disiarkan di televisi tentang kasus
yang menimpa anak remaja membuat saya khawatir, karena saya
memiliki anak remaja. Anak sekarang itu kalau di rumah terlalu
dikekang nanti akibatnya bisa macam-macam mbak, anak biasanya
menjadi pembangkang, pemarah dan suka pergi bermain bersama
temannya tanpa mengenal waktu karena dirumah terlalu banyak
diatur. Karena itu berhubung anak saya sudah menginjak usia remaja
saya harus keras dalam mendidiknya terutama dalam menjalakan
kewajiban, seperti sholat 5 waktu itu paling saya tekankan. Tapi kalau
masalah yang lain saya berusaha menciptakan tempat nyaman
untuknya, misalnya ketika dia ingin masuk di sekolah ini saya tanya
kenapa memilih sekolah ini dan juga penjelasan tentang pilihannya”104
Berdasarkan wawancara kepada Ibu Nur yang merupakan ibu dari
salah satu siswi yang berprofesi sebagai PNS dengan hasil sebagai berikut:
“ Kalau saya terlalu membuat banyak aturan di rumah takutnya anak
tidak betah jika harus berlama- lama dirumah, dan juga anak akan
103
Ibu Nanik, Wawancara, 19 Agustus 2016 104
Bapak Misnayar, Wawancara, 07 September 2016.
71
takut saat ingin cerita dengan saya. Jadi saya dan suami berusaha
untuk lebih mendekatkan diri kepada anak, meskipun kami sama-sama
sibuk bekerja tapi hal tersebut bukan menjadi alasan untuk tidak bisa
menjadi lebih dekat dengan anak. Misalnya masalah pergaulan saya
tidak terlalu memberi kriteria dengan teman seperti apa dia akan
bermain, akan tetapi jika menurut saya jika itu memberi dampak
buruk pada anak saya akan menegurnya.”
Dari beberapa wawancara yang terkait dengan penyebab penerapan
pola asuh yang otoriter, demokratis, maupun laisses faire yang dilakukan
kepada beberapa orang tua kepada anaknya yang telah disebutkan diatas.
Peneliti mengambil kesimpulan bahwasanya para orang tua menerapkan
beberapa pola asuh tersebut berdasarkan faktor yang berasal dari diri sendiri
maupun dari pergaulan anak itu sendiri (luar).
Dengan demikian, akan di deskripsikan secara terinci dan sistematis
hasil dari beberapa data yang diperoleh dari lapangan terkait dengan
implementasi pola asuh otoriter, implementasi pola asuh demokratis, dan
implementasi pola asuh laisses faire di MTs Negeri Jember II, sebagai
berikut.
1. Implementasi Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Pola asuh otoriter merupakan pola asuh orang tua di mana orang
tua senang mengawasi anak-anak, orang tua tidak mau mendengar suara
anak- anak, orang tua lebih suka menghukum ketika anak melakukan
kesalahan.
72
Pola asuh tipe ini merupakan jenis pola asuh yang sangat ketat dan
kaku ketika berinteraksi dengan anaknya. Dalam hal ini, orang tua
cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap apa yang diperintah oleh
orang tuanya.
Pola asuh otoriter ini diterapkan oleh mbah Siti terhadap cucunya
yang bernama Maharani yang saat ini duduk di kelas VII di MTs Negeri
Jember II ini. Menurut mbah Siti bahwa rani masih terlalu muda untuk
memutuskan setiap tindakan yang akan dia lakukan untuk anak seusianya.
Saat melakukan peneliti observasi di MTs Negeri Jember II, disini
peneliti melihat tingkah laku yang ditunjukkan oleh rani dengan
diterapkannya pola asuh otoriter yang diterapkan oleh mbah Siti. Saat
peneliti pertama kali menemui rani terlihat sekali bahwa ia tengah
mengalami banyak tekanan, ketika ditanyai tentang bagaimana keadaan
rumahnya ia memilih diam dan mengalihkan pembicaraan. Pada hari
berikutnya, rani mengatakan bahwa ketika ia berada di rumah tidak jarang
ia mendapat omelan jika pulang terlambat atau terkadang mendapatkan
hukuman berupa pukulan jika ia melakukan kesalahan.
Rani mengaku bahwa ia juga tidak berani dalam mengambil
keputusan sendiri, untuk melanjutkan sekolah menengah pertama ini
misalnya ia mengikuti apa yang di pilih oleh om-nya untuk bersekolah di
MTs Negeri Jember II, walaupun sebenarnya ia ingin masuk salah satu
sekolah favorit disana.
73
Terkait hal tersebut peneliti mewawancarai mbah Siti selaku orang
tua tunggal dari siswi tersebut, beliau mengatakan bahwa:
“Rani itu cucu saya,kami hanya tinggal berdua dalam satu rumah.
sejak kecil rani sudah tinggal bersama saya semenjak kedua orang
tuanya sudah tidak ada. di rumah rani cuman sama saya, nenek itu
sudah tua jadi terkadang suka khawatir kalau rani itu sudah pulang
telat, soalnya cucu saya kan anak perempuan takut terjadi apa-apa
sedangkan saya tidak bisa berbuat apa-apa untuknya. Jadi saya
sering mengomeli rani, soalnya tidak ada lagi yang perhatian sama
rani kecuali saya dan omnya. Untuk masalah pendidikan saya
serahkan ke omnya soalnya omnya yang lebih tahu, sedangkan saya
cuman bisa memperhatikan rani di rumah”105
Menurut beliau bahwa rani masih muda jadi belum bisa
menentukkan apa yang menurutnya baik dan buruk untuk dirinya sendiri.
Beliau menerapkan pola asuh tersebut karena terlalu takut jika sesuatu
yang buruk akan menimpa cucunya nanti, karena beliau sendiri sudah tua.
Pola asuh otoriter juga diterapkan oleh Syaiful, sebagai seorang
pengasuh tunggal dari adiknya Okta yang saat ini juga kelas VII, ia merasa
bertanggung jawab penuh atas kehidupan adiknya. Syaiful mengatakan
bahwa adiknya ini termasuk siswa yang sering membuat keributan di
sekolah dan juga jarang mendapatkan pretasi di sekolahnya karena dia
malas untuk belajar.
Begitu juga yang dilakukan oleh Okta saat dia bersama dengan
teman-teman bermainnya, ia sering berbuat jahil terhadap teman
sesamanya dan terkadang membuat gaduh di dalam kelas saat guru sedang
mengajar.
105
Mbah Siti, Wawancara, 07 September 2016
74
Syaiful juga mengatakan bahwa “ Pernah sekali saya dipanggil oleh
guru bimbingan konseling di MTs Negeri Jember II karena kasus
minuman keras yang dilakukan oleh adik saya, hal tersebut terjadi karena
seorang kakak kelas memaksanya untuk minum minuman keras dengan
disertai ancaman jika ia tidak mau ikut maka akan dikeroyok saat pulang
sekolah”
Begitu juga yang dituturkan oleh okta, ia mengatakan bahwa:
“Saya dulu pernah di ajak minum- minum sama kakak kelas,
diancam kalau enggak mau ikutan minum nanti pas pulang sekolah
diajak berantem di luar sekolah, akhirnya saya mengiyakan ajakan
itu. terus saya juga pernah mencoba merokok dan ketahuan sama
mas, habis itu saya langsung diomeli dan diancam jika saya
melakukan hal itu lagi maka mas tidak akan mau membiayai biaya
sekolah saya”106
Okta mengaku bahwa dirinya sudah tidak berani berteman dengan
mereka lagi, karena hal itu akan mendapat masalah jika kakaknya
mengetahui hal tersebut.
Berbeda dengan Ayu, dia mengatakan bahwa jika dia ketahuan
melakukan kesalahan kadang tak jarang ayah memberi hukuman selain
omelan beliau terkadang juga memberi hukuman dengan memukul. Pernah
suatu saat ayu mengatakan bahwa dia tidak sengaja melakukan panggilan
dengan lawan jenis dan ayah dengan sigap merampas ponsel miliknya,
kemudian menyerahkan baterai ponselnya saja. Ayu juga mengaku
terkadang dia mencuri waktu untuk sekedar bermain dengan temannya, ia
106
Okta Setiawan, Wawancara, 01 September 2016
75
mengatakan bahwa kedua orang tuanya sangat membatasinya dalam
bergaul.
Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh bapak Imam, selaku
ayah dari Ayu, beliau mengatakan bahwa:
“Orang tua pasti khawatir jika terjadi sesuatu dengan anaknya
soalnya pergaulan saat ini itu sudah mengkhawatirkan mbak, saya
takut kalau ayu salah dalam bergaul jadinya saya mewanti-wanti
ayu dalam masalah pergaulan apalagi sekarang banyak kasus yang
menimpa anak-anak yang semakin membuat saya khawatir. Saya
takut jika hal itu terjadi sama anak saya, jadi saya melakukan hal
tersebut (memberi aturan) bukan karena saya tidak menyayangi
anak saya tetapi saya ingin yang terbaik buat anak saya karena dia
masih muda apalagi anak saya itu perempuan, soalnya pergaulan
anak muda sekarang itu semakin bebas dan usia anak saya itu
masanya anak-anak yang ingin mencoba hal baru ”107
Berpijak dari ketiga orang tua diatas yang menerapkan pola asuh
otoriter. Bahwa anak yang mendapatkan pola asuh otoriter dari kedua
orang tuanya, biasanya anak akan meniru apa yang dia dapat dari kedua
orang tuanya dengan melakukan hal tersebut kepada teman-teman
sepermainannya. Dari orang tua yang melakukan pola asuh ini pada
anaknya mengakibatkan anak berprestasi rendah, anak tidak memiliki
tanggung jawab, anak sukar di atur, lebih senang menganggu temannya
ketika berada di sekolah, anak menjadi pembangkang atau terkadang anak
menjadi seorang pendiam karena takut jika apa yang dilakukannya akan
membuat marah kedua orang tuanya, namun jika di luar jangkauan
pengawasan kedua orang tuanya maka dia akan melakukan tindakan
sebaliknya seperti bersikap pemberani dan berbuat gaduh.
107
Bapak Imam, Wawancara, 31 Agustus 2016
76
2. Implementasi Pola Asuh Demokratis Orang Tua dalam Mencegah
Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang menghadirkan
lingkungan rumah yang menyenangkan bagi anak dan penuh kasih sayang
serta dukungan bahkan tidak jarang orang tua melibatkan anak dalam
pengambilan keputusan.
Pola asuh demokratis ini diterapkan pada keluarga bapak Misnayar
terhadap putranya yang bernama Galih. Menurut beliau menuturkan bahwa
dalam mengasuh anaknya yang sudah menginjak dewasa tidak jarang
beliau mengajak anak untuk berdiskusi misalnya tentang penerapan
mengaji setelah sholat maghrib yang wajib dilakukan jika tidak anak akan
menerima konsukuensinya berupa teguran atau yang lain. Berbeda lagi
ketika beliau mendapati anaknya Galih sudah mulai menyukai lawan jenis,
atau dikenal dengan istilah pacaran.
Menurut bapak Misnayar, beliau mengatakan bahwa:
“ Kalau masalah mengaji saya dan anak sudah ada peraturan
tersendiri, biasanya sehabis maghrib anak saya wajibkan mengaji
dulu kemudian dilanjutkan dengan belajar. Pernah suatu ketika
saya tahu kalau anak saya mulai menyukai lawan jenis awalnya
kaget pasti, tapi karena penasaran saya langsung tanyakan
kebenaran itu kepadanya dan ia mengiyakan. Menyikapi hal
tersebut saya langsung berinisiatif mendudukan dia dan kemudian
mengajaknya berbicara, saya bertanya alasan mengapa dia
melakukan hal tersebut dia menjawab penasaran karena teman-
temannya sudah mulai berpacaran, sehingga dia melakukan hal itu.
Saya cuman mengingatkan kalau tersebut belum pantas dilakukan
untuk remaja seusianya”108
108
Bapak Misnayar, Wawancara, 07 September 2016
77
Hal tersebut juga diakui oleh Galih, ketika peneliti menanyai
tentang hal tersebut. Ia mengatakan :
“Kalau di rumah itu sehabis sholat maghrib di wajibkan ngaji,
setelah itu belajar, kalau saya tidak melakukan hal itu pasti ada
konsekuensinya. Saya lebih betah dirumah ketimbang keluyuran
enggak jelas, soalnya di rumah lebih nyaman karena orang tua saya
memberikan suasana nyaman di dalam rumah terkadang juga bapak
mengajak saya berbincang-bincang selayaknya teman jadi kalau
ada masalah saya sudah tidak canggung lagi untuk bercerita.
Pernah suatu hari tidak sengaja ayah tahu saya punya pacar,
langsung dipanggil dan dimintai penjelasan tentang hal itu (
pacaran), kemudian ayah memberi penjelasan dan pengarahan
tentang apa yang saya lakukan itu”
Bapak Misnayar menjelaskan bahwa berperilaku keras kepada anak
memang perlu akan tetapi keras yang dimaksud oleh beliau adalah keras
yang bersifat membangun sikap anak dengan niatan mendidik. Beliau juga
mengaku lebih mudah mendidik dan membimbing dengan cara tersebut
dibandingkan kekerasan.
Berdasarkan hasil dari observasi, peneliti melihat bahwa Galih
dapat bersosialisasi dengan baik terhadap teman- temannya juga ia
memiliki tanggung jawab penuh atas dirinya, sehingga ia lebih memilih
untuk berdiam di dalam rumah dibandingkan pergi bersama teman-
temannya yang ia rasa kurang memberi manfaat untuknya.
Hal tersebut, juga dilakukan oleh bapak Heru terhadap anaknya
Salsanaila yang juga menerapkan pola asuh demokratis di dalam
lingkungan rumah. Menurutnya tidak perlu mendidik anak melalui
kekerasan karena hal tersebut akan menjadikan anak menjadi pribadi yang
sulit diatur, dengan menyediakan lingkungan rumah yang penuh dengan
78
kasih sayang anak menjadi pribadi yang baik, hal ini terlihat sebagaimana
yang diungkapkan oleh Misnayar, anak lebih betah jika berada dirumah
dan anak tidak segan untuk berbagi dengan orang tuanya jika mendapatkan
kesusahan atau masalah.
Berbeda dengan Ibu Mila, bahwa dengan anaknya As’ad yang
sudah memasuki usia remaja beliau mengatakan bahwa tidak perlu
bersikap keras terhadap anak, yang diperlukan sebagai orang tua adalah
bersikap mengayomi kepada anak dan juga meminta pendapat kepada anak
dalam pengambilan sebuah keputusan yang menyangkut anak. Namun
bersikap keras juga perlu dilakukan jika anaknya sudah mulai tidak bisa
dinasehati dan diperingatkan.
Hal tersebut juga peneliti lihat dari sikap yang ditunjukkan oleh
anak dimana mereka menjadi anak yang berperangai akhlak yang baik
ketika berinteraksi dengan orang yang lebih tua darinya.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis pada anak mengakibatkan anak tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri, anak memiliki tanggung jawab terhadap
kehidupannya, anak dapat bersosialisasi dengan baik terhadap keluarga
dan temannya, dan juga anak memiliki akhlak yang baik.
79
3. Implementasi Pola Asuh Laisses Faire Orang Tua dalam Mencegah
Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Pola asuh Laisses Faire orang tua merupakan pola asuh dengan
cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa
atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang
dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak
memberikan bimbingan pada anaknya. Akibatnya anak kurang mendapat
perhatian dari kedua orang tuanya.
Hal ini terjadi biasanya bukan karena faktor ekonomi keluarga
yang rendah, orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan akan tetapi
keutuhan sebuah keluarga juga mempengaruhi pola asuh orang tua dalam
masalah ini.
Seperti yang terjadi pada Bagus kurangnya perhatian yang dia
dapatkan dari kedua orang tuanya membuat prestasinya tidak stabil dan
juga pergaulan yang tidak terkontrol, hal tersebut dikarenakan kedua orang
tuanya yang sudah bercerai sejak dia masih kecil dan saat ini ibunya sudah
menikah lagi.
Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Bagus,
ia mengatakan bahwa:
“Sejak kecil orang tua saya sudah bercerai, Ibu sekarang menikah
lagi, kalau bapak kandung saya tidak tahu soalnya sudah ditinggal
sejak saya masih kecil. Kalau di rumah saya suka bermain dengan
teman kalo masalah bermain ibu tidak terlalu peduli saya pergi
bermain dengan siapa dan juga jam pulang bermain ibu juga tidak
menentukan, pokoknya asal pulang. Apalagi kalau masalah sholat
80
mereka tidak pernah memerintah untuk mengerjakan sholat ketika
waktu sholat tiba, jadi ya saya sering meninggalkan sholat karena
alasan lupa atau kadang males melakukannya karena mereka tidak
akan memarahi saya”109
Bagus tinggal bersama ibu, ayah (tiri) dan adiknya, menurut guru
bimbingan konseling beliau mengatakan bahwa bagus termasuk anak yang
lumayan dalam pelajaran akan tetapi karena pengaruh lingkungan
menjadikannya siswa yang tersebut menjadi seorang yang pemalas dan
selalu terlambat datang ke sekolah bahkan tidak jarang mendapat hukuman
karena berpakaian tidak sesuai dengan aturan sekolah.
Berbeda dengan Robi meskipun ia tinggal bersama kedua orang
tuanya, dan dapat dikatakan dalam kategori keluarga utuh akan tetapi tidak
membuat Robi betah berlama- lama di dalam rumah, kedua orang tuanya
sangat sibuk, ibu yang menjaga toko dan ayah yang bekerja seharian
membuatnya bebas melakukan apapun yang disukainya.
“ Untuk sehari-hari saya itu jaga toko, kalau bapaknya sibuk kerja
seharian jadi ya jarang ngontrol keadan anak. Biasanya kalau robi
pulang saya sedang sibuk melayani pelanggan, saat saya masuk ke
dalam rumah dia sudah menghilang (bermain). Saya tidak terlalu
tahu dimana ia bermain, dia hanya mengatakan bahwa ia sedang
bermain dengan A saat tiba dirumah selebihnya saya tidak pernah
bertanya lagi”
Hasil wawancara peneliti mengenai alasan Robi lebih betah jika
berada di luar rumah adalah sebagai berikut, Robi mengatakan:
“Pulang dari sekolah itu biasanya langsun ganti baju kemudian
langsung main, sore pulang ganti baju terus main lagi sampai
malam atau terkadang kalau males tidak pulang jadi menginap di
rumah teman, pagi- pagi pulang terus berangkat sekolah lagi. Kalau
belajar saya tidak pernah dipaksa. Alasan sering keluar dari itu
109
Bagus, Wawancara, 31 Agustus 2016
81
karena di rumah tidak ada teman, bapak sibuk kerja, kalau ibu jaga
toko dan juga mas sudah menikah jadi tidak ada teman buat
bermain, makanya saya kurang suka jika hanya berdiam di rumah
lebih baik keluar karena disana ketemu banyak teman”110
Hal tersebut sama dengan apa yang dialami oleh Regita, dia tinggal
bersama kedua orang tuanya, akan tetapi kedua orang tuanya tidak terlalu
memberi peraturan sehingga membuatnya bebas bermain di luar rumah.
Regita mengatakan bahwa:
“Kalau dirumah itu biasa saja, tidak terlalu banyak aturan yang
diterapkan di dalam rumah. Jadi terkadang kalau malam hari
kadang-kadang saya sering bermain dengan teman, biasanya sama
teman- teman luar sekolah atau terkadang teman sekolah, mereka
tidak dimarahi kalau saya bermain akan tetapi harus ingat waktu
pulang tapi ya terkadang suka telat pulangnya”111
Hal tersebut juga dikatakan oleh bapak Jumariyanto, beliau
mengatakan bahwa:
“ Saya tidak terlalu mengekang dengan apa yang dia lakukan, kalau
masalah bermain bersama teman- temannya tidak apa-apa asalkan
dia masih mengingat jam bermain yang sudah di tentukan dan juga
masalah pertemanannya saya juga tidak memberi syarat seperti apa
dia harus memilih berteman”
Paparan diatas menjelaskan Orang tua yang menerapakan Pola asuh
Laisses faire dengan memberikan kebebasan penuh kepada anak
menjadikan anak bersikap manja, prestasi belajar anak tidak stabil, anak
menjadi pembangkang dan lebih betah berada di luar rumah hal tersebut
karena orang tua terkesan tidak peduli dengan apa yang terjadi dengan
110
Robi, Wawancara, 01 September 2016 111
Regita, Wawancara, 31 Agustus 2016
82
anaknya. Akan tetapi pola asuh demikian, bisa saja berbahaya bagi masa
depan anak karena mereka kurang mendapatkan bimbingan dalam
memasuki dunia sosial yang serba dinamis. Hal tersebut juga menjadikan
anak kurang rasa percaya diri, tidak bertanggung jawab terhadap dirinya
dan juga dalam menghadapi sebuah masalah, dan juga anak lebih berani
untuk melakukan hal-hal yang berbau negatif.
C. Pembahasan Temuan
Pembahasan temuan merupakan gagasan peneliti dari ketertarikan
antara temuan dan temuan sebelumnya serta penafsiran dan penjelasan dari
temuan yang diungkapkan dari lapangan. Pembahasan temuan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Implementasi Pola Asuh Otoriter Orang Tua dalam Mencegah
Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Hasil temuan yang diperoleh oleh peneliti dalam implementasi pola
asuh otoriter orang tua dalam mencegah kenakalan remaja di MTs Negeri
Jember II ini adalah berdampak pada sikap anak dimana anak cenderung
menjadi pendiam dan takut untuk berkomunikasi dengan orang tua,
karena mereka beranggapan jika terdapat kesalahan dalam berbicara atau
bertindak akan mendapat hukuman baik berupa kekerasan yang meliputi
pukulan jika sudah melewati batas dan juga segi perkataan berupa
membentak, mengomeli anak. Dan juga peneliti dapat melihat dari sikap
yang ditunjukkan oleh anak dimana anak bersikap sebaliknya jika mereka
83
berada diluar pengawasan kedua orang tuanya, mereka akan gemar berbuat
gaduh dan bersikap jahil kepada temannya. Hal ini terjadi karena anak
merasa terlalu dikekang jika berada di dalam lingkungan rumah.
Hal tersebut sesuai dengan Prawira dimana ia bahwa mengatakan
bahwa pola asuh otoriter adalah dimana orang tua senang mengawasi
anak-anak, orang tua tidak mau mendengar suara dari anak-anak dan juga
pada umumnya pola asuh ini sangat ketat dan kaku ketika berinteraksi
dengan anaknya.112
Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak
yang wajar hingga yang kaku yang tidak dapat memberi kebebasan
bertindak, kecuali yang sesuai dengan standar yang ditentukan. Dalam
keluarga dengan cara mendisiplin otoriter yang lebih wajar, anak tetap
dibatasi dalam tindakan mereka, dan keputusan- keputusan diambil oleh
orang tua. Namun keinginan mereka tidak seluruhnya diabaikan.113
Dengan orang tua menerapkan pola asuh otoriter ini mengakibatkan
tidak sedikit anak menjadi seorang yang pembangkang, dan tidak memiliki
rasa tanggung jawab. Jika dilihat dari segi akademisnya, orang tua yang
menerapkan pola asuh otoriter pada anaknya ini menjadikan anak
mendapatkan prestasi yang rendah, akan tetapi tingkah laku anak akan
sebaliknya jika anak berada di luar jangkauan kedua orang tuanya dengan
anak bersikap brutal seperti berbuat jahil terhadap teman atau berbuat
gaduh dan tidak jarang mulai berani mencoba hal- hal yang negatif.
112
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012),219. 113
Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga), 93.
84
2. Impelementasi Pola Asuh Demokratis Orang Tua dalam Mencegah
Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Hasil pemaparan diatas menunjukkan dengan orang tua
menerapkan pola asuh demokratis, dimana orang tua disini bersikap tegas
terhadapa anak, komunikatif dan mendidik anak dengan penuh kasih
sayang, adanya bimbingan dari kedua orang tua ketika anak mendapatkan
masalah serta sikap orang tua yang tidak kaku menjadikan anak lebih
nyaman jika berada dalam lingkungan keluarga dibandingkan dengan
bermain bersama temannya. Karena disini orang tua berusaha menciptakan
lingkungan yang menyenangkan bagi anak di dalam rumah, misalnya
dengan penglibatan anak dalam mengambil sebuah keputusan, jadi setiap
keputusan diambil dengan bermusyawarah dengan anak terlebih dahulu,
jika alasan yang diberikan oleh anak dapat diterima maka orang tua akan
memberikan dukungan, namun jika alasan tersebut bertentangan dengan
orang tua maka orang tua disini berperan memberikan bimbingan dan
arahan kepada anak . Hal tersebut menjadikan anak merasa bahwa jika
kehadiran mereka diinginkan di dalam keluarganya.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Ormord yang
mendefinisikan pola asuh demokratis sebagai pola asuh yang
menghadirkan lingkungan rumah yang penuh kasih sayang dan dukungan,
memberikan penjelasan mengapa suatu perilaku dapat atau tidak dapat
85
diterima, menegakkan aturan- aturan keluarga secara konsisten,
melibatkan anak dalam pengambilan keputusan.114
Dalam pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan
kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan
yang terbaik bagi dirinya, anak diperhatikan dan didengarkan saat anak
berbicara, dan bila berpendapat orang tua memberi kesempatan untuk
mendengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang
menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri.115
Dengan orang tua menerapkan pola asuh demokratis pada anak ,
hal ini dapat menjadikan anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, anak
memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya dan selain itu anak juga
dapat bersosialisasi dengan baik kepada teman maupun dengan keluarga.
Jika ditinjau dari segi prestasi belajarnya anak- anak menunjukkan prestasi
yang tinggi. Dengan kata lain, anak- anak yang dididik dengan pola asuh
demokratis menjadi lebih berprestasi, anak bertanggung jawab atas
dirinya, percaya diri, mudah bergaul, mampu bekerja sama secara baik
dan anak yang mendapatkan pola asuh ini memiliki perangai akhlak yang
baik.
114
Jeanne Ellis Ormord, Psikologi pendidikan, (Jakarta: Erlangga,2008), 94. 115
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam,( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014),355.
86
3. Implementasi Pola Asuh Laisses Faire Orang Tua dalam Mencegah
Kenakalan Remaja di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jember II Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Hasil temuan dengan orang tua menerapkan pola asuh laisses faire
kepada anak, yaitu dengan orang tua memberi kebebasan penuh kepada
anak- anaknya untuk bertindak sesuai apa yang diinginkan oleh anak ,
orang tua mengikuti apa yang dikehendaki oleh anak serta tidak adanya
pengarahan dan bimbingan yang diberikan oleh kedua orang tua
menghasilka anak menjadi pribadi yang manja dan sulit diatur, hal tersebut
juga dapat dilihat dari rendahnya prestasi yang di dapatkan karena anak
beranggapan jika mendapat peringkat rendah tidak akan menjadi sebuah
masalah dan kurangnya komunikasi yang intens antara orang tua dengan
anak mengakibatkan anak lebih nyaman jika berada di luar rumah di
bandingkan dengan rumah anak itu sendiri karena orang tua tidak peduli
dengan hal tersebut.
Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prawira pola asuh laisses faire
merupakan perlakuan orang tua saat berinteraksi dengan memberikan
kelonggaran atau kebebasan penuh kepada anaknya tanpa adanya kontrol
atau pengawasan yang ketat.116
Namun jika dilihat dari segi lain, dengan orang tua menerapkan
pola asuh laisses faire ini dapat menyebabkan anak lebih betah jika berada
diluar rumah dan juga dari segi pergaulan mereka tidak tekontrol karena
116
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, 219.
87
cenderung lebih memilih berteman dengan seseorang yang dianggapnya
berani dan lebih menantang di bandingkan berteman dengan teman
sebayanya yang dianggap masih terlalu takut untuk mencoba hal baru.
Karena kontrol orang tua yang sangat lemah remaja yang orang
tuanya permisif biasanya tidak cakap secara sosial, mereka menunjukkan
pengendalian diri yang buruk dan tidak bisa menangani kebebasan dengan
baik.117 Akibatnya anak menjadi kurang percaya diri, anak merasa tidak
bahagia, dan prestasi belajarnya rendah, terutama sekali terjadi pada anak
laki- laki.118
Dengan orang tua menerapakan pola asuh Laisses faire menjadikan
anak bersikap manja dan sulit untuk diatur, prestasi belajar anak tidak
stabil, anak menjadi pembangkang dan lebih betah berada di luar rumah
hal tersebut karena orang tua terkesan tidak peduli dengan apa yang terjadi
dengan anaknya. Akan tetapi pola asuh demikian, bisa saja berbahaya bagi
masa depan anak karena mereka kurang mendapatkan bimbingan dalam
memasuki dunia sosial yang serba dinamis. Hal tersebut juga menjadikan
anak kurang rasa percaya diri, tidak bertanggung jawab terhadap dirinya
dan juga dalam menghadapi sebuah masalah, dan juga anak lebih berani
untuk melakukan hal-hal yang berbau negatif.
117
Jhon W Santrock, Child Developments, (Jakarta: Erlangga,1993) 118
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012),219
88
Tabel 4.3
Temuan Penelitian
No. Pola Asuh Orang Tua Temuan
1. Bagaimana Implementasi
Pola Asuh Otoriter Orang
Tua Dalam Mencegah
Kenakalan Remaja Di
Madrasah Tsanawiyah
Negeri Jember II Tahun
Pelajaran 2016/ 2017 ?
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti, dengan orang tua menerapkan
pola asuh otoriter ini menghasilkan anak yang
pendiam, takut jika berkomunikasi dengan
orang tua, pemberani dan gemar membuat
gaduh jika lepas dari pengawasan orang tua,
dalam hal ini juga anak-anak mulai berani
mencoba hal-hal yang berbau negatif.
2. Bagaimana Implementasi
Pola Asuh Demokratis
Orang Tua Dalam
Mencegah Kenakalan
Remaja Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Jember
II Tahun Pelajaran 2016/
2017?
Berdasarkan hasil penelitian pada pola asuh
demokratis, menghasilkan anak yang memiliki
tanggung jawab atas dirinya sendiri, anak
dapat bersosialisasi dengan baik, juga anak
merasa lebih nyaman jika berada di dalam
lingkungan di rumah karena dengan keluarga
mereka merasa sangat aman, dan anak dengan
pola asuh ini mempunyai peringai akhlak
yang baik.
3. Bagaimana Implementasi
Pola Asuh Laisses Faire
Orang Tua Dalam
Mencegah Kenakalan
Remaja Di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Jember
II Tahun Pelajaran 2016/
2017?
Berdasarkan hasil penelitian pola asuh laisses
faire yang dilakukan oleh peneliti, anak
bersikap manja dan sulit diatur, anak bersikap
egois dan tidak memiliki rasa tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri maupun masalah yang
diterimanya,juga karena pengawasan yang
kurang anak lebih nyaman jika berada di luar
rumah dan juga anak yang mendapatkan pola
asuh ini lebih berani untuk mencoba hal-hal
yang berbau negatif.