bab iv rencana pelaksanaan_2
TRANSCRIPT
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1 Uraian Umum
Agar setiap item pekerjaan dapat dikerjakan dengan baik maka dibuat
rencana pelaksanaan yang berisi tentang langkah - langkah kerja setiap item
pekerjaan tersebut. Rencana - rencana pekerjaan itu harus dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum pekerjaan di lapangan dimulai.
Adapun item pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Proyek
Pembangunan Pilar Jembatan Mayong ini dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4.1 Daftar Pelaksanaan Pekerjaan Pilar Jembatan Mayong
No ITEM PEKERJAAN
1 Pekerjaan persiapan
1. Pembongkaran pilar lama
2. Pembersihan lokasi
3. Pengukuran
4. Direksi Keet
5. Mobilisasi alat, bahan dan tenaga kerja
6. Papan nama dan papan peringatan proyek
7. Administrasi dan dokumentasi proyek
8. Asuransi
9. Pembuatan Cofferdam
10. Dewatering
52
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
2 Pekerjaan tanah
1. Pengukuran dan pemasangan bouwplank
2. Galian Tanah
3 Pekerjaan pondasi tiang pancang
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pelaksanaan Pemancangan Tiang Pancang
3. Finishing
4 Pekerjaan Pilar
1. Pekerjaan persiapan
2. Pembuatan lantai kerja
3. Pekerjaan begisting dan perancah
4. Pekerjaan Penulangan dan Pemasangan Tulangan
5. Pengecoran Pilar
6. Pembongkaran Begisting
7. Perawatan
5 Pekerjaan akhir
1. Pembersihan kembali lokasi proyek
2. Demobilisasi
53
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Rencana Pelaksanaan Pilar Jembatan Mayong
Jepara Jawa Tengah
Gambar 4.1 Flowchart Rencana Pelaksanaan
54
Pekerjaan Pilar
Pembersihan kembali lokasi
Demobilisasi
Pekerjaan persiapan
Pembuatan lantai kerja
Pekerjaan begisting dan perancah
Pekerjaan penulangan
Pengecoran pilar
Pembongkaran begisting
Pekerjaan perawatan beton Pekerjaan Akhir
Selesai
Mulai
Pekerjaan Persiapan
Pembongkaran pilar lama
Pembersihan lapangan
Pengukuran
Direksi keet
Mobilisasi alat, bahan, dan tenaga
Administrasi dan dokumentasi proyek
Asuransi
Papan nama dan rambu lalu lintas
Pembuatan Cofferdam
Dewatering
Pekerjaan Tanah
Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
Pekerjaan persiapan
Pelaksanaan pemancangan
Finishing
Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
Galian Tanah
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4.2 Pekerjaan Persiapan
Sebelum melakukan pekerjaan,perlu adanya perancangan lapangan. Hal ini
dilakukan agar didapatkan gambaran secara umum dan menyeluruh mengenai
keadaan lapangan sebagai dasar untuk menyusun kegiatan persiapan pelaksanaan
pekerjaan.
4.2.1 Pembongkaran Pilar Lama
Struktur Pilar yang lama yang dianggap tidak layak untuk beroperasi,
dibongkar untuk digantikan dengan struktur pilar yang baru. Pembongkaran
dilakukan denagn menggunakan satu buah alat berat excavator merk
Komatsu PC200 milik sendiri
4.2.2 Pembersihan Lokasi
Pembersihan lokasi bertujuan untuk membersihkan lokasi proyek dari
benda-benda atau pepohonan yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
Pembersihan lokasi ini meliputi seluruh area yang akan digunakan untuk
pekerjaan konstruksi.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pekerjaan pembersihan
antara lain :
a. Melihat situasi atau keadaan daerah yang akan digunakan untuk pilar
dan direksi keet.
b. Membersihkan daerah tersebut, pekerjaan ini mencakup pembersihan
terhadap semua tanggul, pohon, akar-akar, semak-semak, sisa
bongkaran batuan, sisa material, dan bahan lain yang dapat menggangu
sampai suatu kedalaman yang tidak boleh kurang dari 50 cm di bawah
permukaan yang ada.
55
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
c. Pengupasan lapisan tanah atas dan membuang pada daerah di dekatnya,
pada umumnya haruslah hanya meliputi pemindahan tanah yang cukup
subur bagi pertumbuhan tanaman. Pengupasan tanah lapisan atas pada
suatu daerah yang direncanakan tidak boleh kurang dari 30 cm
kedalaman rata-rata, yang diukur kearah vertikal dan tanah lapisan
tersebut terpisah dari bahan galian lainnya.
4.2.3 Pengukuran
Pekerjaan pengukuran merupakan pekerjaan awal untuk mengetahui
elevasi titik – titik di lapangan beserta posisi bangunan – bangunan
disekitarnya. Dari hasil pengukuran didapatkan titik ketinggian dan
koordinat yang merupakan titik perlekatan dari konstruksi yang akan
dibangun. Dalam pengukuran ini dipakai titik bantu dan titik tetap yang
tidak mudah hilang (Bench Mark) dan dapat dipergunakan untuk
mengontrol elevasi dan posisi bangunan pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Pekerjaan pengukuran dalam pembangunan pilar ini menggunakan rol meter
dan pesawat Theodolit beserta kelengkapannya.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan pengukuran adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan titik-titik yang akan diukur dan juga titik-titik
bantunya,
2. Membidik ketitik satu dengan sudut α1 dengan jarak tertentu dari
BM1,
56
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
3. Membidik titik yang lain (titik – titik utama jembatan misalnya as
jembatan) dengan sudut α2 dan jarak tertentu sesuai dengan gambar
rencana,
4. Setelah selesai membidik titik dari BM1 kemudian pesawat
theodolit dipindahkan ke titik-titik yang lain.
Langkah-langkah pelaksanaan pengukuran untuk menentukan titik
tepi bangunan pilar di lapangan adalah sebagai berikut :
1. Setelah diketahui as pilar, dirikan pesawat tepat di as pilar yang
telah dicari sebelumnya.
2. Dirikan bak ukur pada as jembatan atau jalan,
3. Bidik bak ukur pada as jalan dan nolkan sudut horizontal,
4. Putar pesawat dengan arah kekanan dan kekiri dengan sudut
horizontal masing-masing 90º.
5. Buat patok dengan arah ketepi jalan (sebelah kanan dan kiri)
dengan jarak masing-masing 5m (panjang poer pilar 10m)
sehingga didapat titik 1 dan 2. Ini bertujuan untuk membuat posisi
pilar tegak lurus dengan as jalan atau jembatan.
4.2.4 Direksi Keet
Direksi keet diperlukan untuk membantu dan menjamin kelancaran
jalannya proyek. Dengan adanya direksi keet ini maka arus komunikasi dan
hubungan antara pelaksana dengan pengawas dapat berjalan dengan lancar.
Selain itu juga akan mempermudah dalam pengelolaan peralatan dan
material. Direksi keet merupakan pusat operasional semua pekerjaan di
lapangan.
57
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Letak direksi keet diusahakan tidak jauh dari lokasi pekerjaan. Sebab
hal ini untuk memudahkan pengawasan oleh Direksi atau Pelaksana
Lapangan terhadap jalannya proyek. Pada proyek ini direksi keet menyewa
rumah penduduk terdekat karena lokasi proyek dekat dengan Desa Mayong.
Barak kerja juga diusahakan dekat dengan lokasi guna memperlancar
jalannya pekerjaan. Pada proyek ini barak pekerja disewakan rumah
penduduk di Dusun Gajian dekat dengan lokasi pekerjaan.
Direksi keet pada proyek ini merupakan rumah penduduk dibangun
terdiri dari ruang direksi dan meeting, kamar mandi dan WC. Didalam direksi
keet dilengkapi dengan :
a. Satu set kursi tamu, meja kerja, meja gambar, kipas angin, papan tulis,
kotak tulis dan satu buah almari.
b. Softboard untuk meletakkan gambar.
c. Foto-foto proyek saat proyek 0%, 50%, 100% pelaksanaan pekerjaan.
d. Time Schedule rencana dan aktualnya.
e. Buku perintah direksi dan catatan-catatan revisi pekerjaan
f. Gambar-gambar pelaksanaan disertai foto kopi dokumen kontrak serta
catatan-catatan lainnya.
4.2.5 Mobilisasi Alat, Bahan dan Tenaga Kerja
Mobilisasi adalah pekerjaan untuk menyiapkan sumber daya yang
akan digunakan di lapangan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan.
Sumber daya yang harus dipersiapkan berupa tenaga kerja, alat dan bahan.
58
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
a. Mobilisasi Alat
Alat berat maupun ringan yang akan digunakan harus sudah
dipersiapkan di lapangan sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Untuk
lebih efisien, terlebih dahulu harus dibuat daftar kebutuhan alat yang
diperlukan selama pelaksanaan proyek serta jadwal pelaksanaannya.
Pengadaan alat didasarkan atas tingkat kebutuhan alat dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Peralatan tersebut dapat berupa barang investasi
kontraktor maupun peralatan yang diperoleh dari hasil sewa.
b. Mobilisasi Bahan
Persiapan bahan dilaksanakan menurut jadwal kebutuhannya. Bahn-
bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu (untuk bahan yang
perlu dilakukan pengujian, minimal didatangkan satu minggu sebelum
bahan dipakai) dan ditempatkan sesuai dengan tingkat ketahanannya
terhadap cuaca. Bahan yang tidak tahan terhadap cuaca dapat diletakkan
di lokasi dekat proyek berlangsung asalkan tidak mengganggu kegiatan
lalu lintas maupun kegiatan lainnya.
c. Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga kerja harus dipersiapkan lebih awal sebelum pekerjaan
dimulai. Dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor harus
menyiapkan tenaga kerja menurut tingkat kebutuhan dari pekerjaan yang
akan dilaksanakan. Sebagian tenaga kerja untuk suatu proyek biasanya
merupakan penduduk setempat, sehingga tidak membuhkan biaya
tambahan untuk pengadaannya. Sedangkan untuk tenaga ahli didatangkan
secara khusus dari luar proyek (bukan penduduk setempat.
59
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4.2.6 Papan Nama Proyek dan Papan Peringatan
Pada pembuatan jembatan Mayong ini dibutuhkan 1 buah papan nama
poyek yang penempatannya diawal proyek, selain itu dibuatkan dua papan
peringatan. Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan papan nama proyek
dan papan peringatan adalah papan kayu ukuran 2/20 dan balok 5/7. Pada
pembuatan papan nama digunakan pondasi untuk menopang tiang papan
nama, berikut adalah bentuk galian dan pasangan batu kali pondasi umpak :
Gambar 4.2 Papan Peringatan Proyek
60
PEKERJAAAN JEMBATAN MAYONGJEPARA
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Gambar 4.3 Papan Rambu Lalu Lintas
4.2.7 Administrasi dan Dokumentasi Proyek
Administrasi sangat penting karena bisa menjadi pedoman bagi
kontraktor, direksi, dan pemilik dalam bentuk arsip dan pembukuan.
Administrasi dilakukan oleh kontraktor untuk keperluan surat menyurat yang
berhubungan dengan pekerjaan, dalam hal ini juga menyangkut masalah
perijinan, baik pada penduduk setempat (polsek atau koramil). Fasilitas yang
perlu diadakan untuk memperlancar proses administrasi berupa mesin tik,
komputer, kertas, perlengkapan tulis menulis, dll.
Dokumentasi dilakukan oleh kontraktor untuk dijadikan bukti dalam
laporan prestasi pekerjaan kepada direksi atau pengawas pekerjaan.
Administrasi dan dokumentasi ini dilakukan dari awal proyek sampai akhir
proyek.
61
Titik BH-1
Titik BH-2
KONSTRUKSI COFFERDAM
PILAR
U
KA
LI
MA
YO
NG
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4.2.8 Asuransi
Asuransi diperlukan untuk melindungi keselamatan para pekerja,
direksi, peralatan yang berharga, dan hasil pekerjaan. Asuransi dilakukan
selama proyek berlangsung dengan menjalin kerja sama dengan pihak jasa
asuransi.
4.2.9 Cofferdam
Cofferdam merupakan suatu konstruksi yang dibangun sementara
untuk mencegah terjadinya genangan air yang dapat mengganggu pekerjaan
pilar. Pada pelaksanaan pembuatannya harus memperhatikan beberapa hal,
antara lain keadaan tanah dan keadaan air, sehingga pembuatan cofferdam
tidak asal-asalan tetapi penuh perhitungan.
Bendung elak atau cofferdam dalam proyek ini menggunakan
konstruksi sederhana yang terbuat dari timbunan tanah isian yang diapit oleh
bambu.
Gambar 4.4 Denah Cofferdam
62
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Perhitungan Cofferdam :
1) Pemeriksaan Deformasi Geser dari Tanah Pondasi
Md =
Dimana : Md = momen deformasi permukaan tanah
w = berat isi air
h = tinggi permukaan air
Gambar 4.5 Perencanaan Cofferdam
Md = = 0,011 t/m3
o = 1/ Ho x 1 x Ho
= 1/ Ho x (’. H’ + ”. H”)
dimana : o = berat isi tanah pengisi
Ho = tinggi ekuivalen dinding
63
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
’ = berat isi basah tanah isian di bawah muka air
” = berat isi basah tanah isian di atas muka air
H’ = tinggi dinding tanah isian di atas muka air
H” = tinggi dinding tanah isian di bawah muka air
o = 1/ Ho x 1 x Ho = 1/ Ho x (’. H’ + ”. H”)
= 1/0,8 x { ( 1,618 x 0,6 + 1,195 x 0,2 ) }
= 1,512 t/m3
V = =
Ro = ¼ x V2 x ( 3 – V cos ) cos2
Dimana : V = angka perbandingan lebar bendung elak dengan tingginya
B = lebar bendung elak
= sudut geser tanah pengisi
Ro = ¼ x
= ¼ x
=
= 1,092B2 – 0,439B3
Mr = 1/6 x o x Ho3 x Ro
Dimana : Mr = momen penahan permukaan tanah
o = berat isi tanah pengisi
Ho = tinggi ekuivalen dinding
64
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Mr = 1/6 x 1,512 x ( 0,8 )3 ( 0,879 B2 – 0,812 B3)
= 0,129 ( 0,879 B2 – 0,812 B3)
= 0,113 B2 – 0,105 B3
Dari Fs x Md Mr maka didapat nilai B
Dimana Fs = faktor keamanan diambil 1,2
Fs x Md Mr
1,2 x 0,011 0,113 B2 – 0,105 B3
0,0132 0,113 B2 – 0,105 B3 dengan coba-coba didapat B = 0,5 m
2) Penelitian Gelincir
B (o x Ho tan + c )
Dimana : c = kohesi tanah pondasi
B (o x Ho tan + c ) = 0,5 ( 1,6 x 0,8 tan 30 + 0,471 )
= 0,605
P =
Dimana : P = gaya luar
P =
=
= 0,320 ton
Fs = > 1,2 ( aman )
65
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
3) Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Pondasi
Anggaplah bahwa berat basah volume tanah pengisi dibawah muka air adalah
1,618 t/m3 .
Maka berat bendung elak sementara adalah :
w = 0,8 ( 1,618 x 0,6 + 1,195 x 0,2 )
= 0,832 ton
dimana : w = berat isian tanah
P = 0,320 ton ( seperti yang diperkirakan sebelumnya )
Gambar 4.6 Gaya Luar yang Bekerja pada Cofferdam
Momen rotasi terhadap titik O :
Mp = P x 1/3 x h
66
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
= 0,320 x 1/3 x 0,4
= 0,043 tm
Eksentrisitas ( e ) =
=
= 0,052 m
Pada keliling pondasi yang menerima beban vertikal eksentris, bila
eksentrisitas dianggap sebesar e, maka jumlah daya dukung ultimate Qd
adalah :
Qd = ( B – 2e ) { c. Nc + ½ Nc (b) ( B – 2e )
Dimana : Nc dan Nr merupakan Koefisien Meyerhoff untuk daya dukung
b adalah berat isi basah tanah pondasi ( t/m3)
tan = = = 0,385
Dari grafik ( = 38,7300 ) didapat Nc = 35 dan Nr = 24
Qd = ( B – 2e ) { c. Nc + ½ Nc (b) ( B – 2e )
= ( 0,5 – 2 x 0,052 ) { 0,471 x 35 + ½ x 24 x 2 ( 0,5 – 2 x 0,052 ) }
= 0,396 ( 16,485 + 9,504 )
= 10,292 t/m
Fs =
=
= 12,3 > 1,2 ( aman )
(Sumber : Suyono Sosrodarsono, Dr, Ir dan Kazuto Nakazawa. 1994. Mekanika Tanah dan
teknik Pondasi, Pradnya Paramita, Jakarta, hal : 216 – 217 )
67
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4.2.10 Dewatering
Pekerjaan dewatering adalah pekerjaan mengeringkan daerah yang
untuk bekerja, dari air yang merembes dari cofferdam. Hal tersebut dilakukan
agar tidak mengganggu jalannyapekerjaan seperti pekerjaan pembetonan.
Langkah – langkah pekerjaan dewatering adalah sebagai berikut :
a. Pada tepi selokan bagian dalam dibuat selokan kecil untuk
menampung air yang merembes dari cofferdam atau tanah pada
galian.
b. Air tersebut dialirkan ke suatu tempat atau kolam lalu dipompanya
keluar dari cofferdam mengggunakan pompa air.
Gambar 4.7 Tampak Samping Dewatering
4.3. Pekerjaan Tanah
4.3.1 Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank
a. Pengukuran (Uitzet)
68
0.25
0.55
0.10 0.10
0.50
0.25
Tampungan air
Selokan kecilSungai
Tanah isian
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Pekerjaan pengukuran merupakan pekerjaan awal untuk mengetahui
elevasi titik-titik di lapangan beserta posisi bangunan-bangunan di sekitarnya.
Dari hasil pengukuran didapatkan titik-titik ketinggian dan koordinat yang
merupakan titik perletakan dari konstruksi yang akan dibangun. Dalam
pengukuran ini dipakai titik-titik bantu dan titik tetap yang tidak mudah
hilang (Bench Mark) dan dapat dipergunakan untuk mengontrol elevasi dan
posisi bangunan pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Pengukuran dilapangan menggunakan rol meter dan pesawat theodolit
serta kelengkapannya.
Adapun langkah-langkah dalam pengukuran adalah sebagai berikut :
1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dan juga titik-titik bantunya.
2. membidik ke titik 1 dengan sudut α1 dengan jarak tertentu dari BM1
3. membidik titik-titik yang lain (titik-titik utama jembatan misalnya : as
jembatan ) dengan sudut α2 dan jarak tertentu sesuai dengan gambar
rencana.
4. Setelah selesai membidik titik dari BM1, kemudian pesawat theodolit
dipindahkan ke titik BM2 dan melakukan pembidikan seperti pada BM1
ke titik-titik yang lain.
Setelah titiknya diketahui dengan benar maka langkah selanjutnya
adalah membuat bouwplank.
b. Pemasangan Bouwplank
69
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Setelah pekerjaan pengukuran selesai, dilanjutkan dengan pekerjaan
bouwplank yang mana lokasi pekerjaan telah dibersihkan serta letak pilar
telah ditentukan maka bouwplank dapat segera dibuat dan dipasang.
Bowplank dibuat dari papan kayu 2/20 dan balok kayu 5/7. Fungsi dari
bouwplank adalah untuk menentukan panjang dan lebar dari galian tanah.
Ketinggian bouwplank satu dengan lainnya harus sama. Pengecekan
ketinggian ini dapat dilakukan memakai selang plastik yang diisi dengan air.
Untuk menentukan as galian pondasi, bagian atas papan bouwplank diberi
paku di tengahnya, kemudian dipasang benang antara bouwplank satu dengan
lainnya. Supaya titik pertemuan antar benang bisa betul-betul siku, dapat
diukur dengan metode phytagoras.
Antara tepi galian dengan bouwplank harus diberi jarak yang cukup
supaya bouwplank tidak rusak saat pekerjaan galian dilaksanakan. Adapun
langkah-langkah pembuatan bouwplank adalah sebagai berikut :
1. Memasang papan duga pada dua titik yang telah ditentukan pada saat
pengukuran, dan mengikatkan benang tepat ditengah papan duga lalu
hubungkan dengan papan duga yang lain.
2. Melakukan pengukuran dari kedua titik tersebut untuk menentukan titik
– titik selanjutnya dan kemudian mendirikan papan duga didepan titik
tersebut lalu hubungkan titik-titik tersebut dengan menggunakan benang
dan mengikatkannya pada papan duga.
3. Membuat pertemuan siku di atas kedua titik tersebut ke arah titik – titik
selanjutnya dengan prinsip dalil phytagoras.
70
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4. Mengukur jarak kurang lebih 1 meter atau jarak yang cukup dari titik-
titik tadi atau patok, lalu bouwplank dipindahkan sejauh jarak 1.5 meter.
Gambar 4.8 Bouwplank Galian
4.3.2 Galian Tanah
Pekerjaan penggalian tanah pilar merupakan pekerjaan galian yang
dilakukan sebelum pelaksanaan pemancangan dan struktur pilar dimulai.
Adapun langkah pelaksanaan galian adalah sebagai berikut :
a. Untuk penggalian dan pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan alat berat excavator,
b. Tanah hasil galian dihamparkan pada tempat yang telah
ditentukan yaitu di belakang lokasi pekerjaan pilar.
c. Lubang galian dibentuk miring, panjang dan kedalaman galian
disesuaikan dengan gambar rencana. Galian untuk pilar
71
As Pilar
Benang
Bouwplank
1.5 m
1.5 m
90°
90°90°
Excavator
Galian Tanah
As Pilar
Benang
Bouwplank
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
ditambah dengan ketebalan lantai kerja dan urugan pasir yaitu
10 cm.
Gambar 4.9 Denah Galian Pilar
4.4 PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG
4.4.1 Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan pemancangan dimulai, perlu dipersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kelancaran pemancangan. Hal-hal yang
perlu dipersiapkan disini antara lain :
1. Pengadaan Tiang Pancang
2. Pengangkatan Tiang Pancang dari Trailer
72
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
3. Penumpukan Tiang Pancang
Adapun persiapan lain sebelum pekerjaan dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
1. Alat
a. Pile hammer
- alat pancang : P & H 335
- tipe hammer : Kobe Steel K35
b. Crane : 1 unit
c. Trailler : 2 unit
2. Bahan
a. Tiang pancang
- mutu : f’c 45
- jumlah : 27 buah (@ = 8 m)
- produksi : PT. WIKA
- diameter : 40 cm
- berat : @ 199 kg / m
3. Tenaga kerja
a. Operator alat
b. Pekerja/tukang
1. Pengadaan Tiang Pancang
Pada proyek ini pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang
yang diproduksi oleh PT. WIKA dengan mutu beton f’c 45 dan tipe A2-7.
sedangkan jumlah tiang pancang yang digunakan adalah 27 buah dengan
73
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
diameter 40 cm dan panjangnya yaitu 8 meter. Tiang pancang dari lokasi
pembuatan diangkut menuju areal proyek dengan menggunakan truk trailer
yang berkapasitas t tiang sekali angkut. Tiang pancang ini disimpan
berdekatan dengan pemancangan guna memudahkan dan mempercepat proses
pemancangan tiang.
2. Pengangkatan Tiang Pancang dari Trailler
Pengangkatan tiang pancang yang dimaksud disini adalah pengangkatan
tiang pancang dari Truck Trailer untuk diturunkan ke lokasi penumpukan.
Adapun syarat teknis yang perlu diperhatikan dalam mengangkat tiang
pancang ini antara lain
Tiang pancang harus diangkut, diangkat dan disimpan dengan cara-cara
tertentu, sehingga tiang pancang tidak mengalami kerusakan.
Tiang pancang harus diangkat pada titik-titik angkat yang telah
ditentukan.
Tiang pancang harus diangkat dengan menggunakan wire sling atau web
sling.
Selama pengangkatan, tiang pancang harus dilindungi dari kerusakan
lapisan pelindung karena penggunaan wire sling, dengan menggunakan
lapisan karet atau bahan lain.
Tiang pancang yang ditumpuk harus dikelompokkan sesuai dengan
diameter, tebal dan panjang yang sama.
Adapun cara-cara pengangkatan dari tempat pembuatan untuk
diletakkan di atas trailler dan dari atas trailler ke lokasi pemancangan sebagai
berikut :
74
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Mmaks = ½ x q x a2
a = 0,293 L
Gambar 4.10 Pengangkatan tiang pancang dari trailler
(Sumber : Ir. Sardjono, HS. “Pondasi Tiang Pancang”,Hal : 47)
Sedangkan Methode Pelaksanaan yang digunakan dalam pengangkatan
tiang pancang ini antara lain :
1. Alat, bahan dan tenaga
a. Alat :
Crawler Crane 40 ton = 1 unit
Wire Sling = 1 sheet
Truk Trailer = sesuai
kebutuhan
b. Bahan :
Tiang pancang diameter 40 cm, panjang 8 meter
c. Tenaga :
Operator crane = 1 orang
Regger = 1 orang
Helper = 4 orang
75
a aL-2a
L
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
3. Penumpukan Tiang Pancang
Penumpukan dilakukan pada lokasi yang ditentukan, tempat yang datar
dan luas serta telah diberi bantalan kayu sebagai alasnya. Penumpukan
pertama dan kedua harus diselingi dengan bantalan kayu sebagai alasnya
sehingga antara tiang pancang tidak saling berbenturan.
Langkah-langkah penumpukan tiang pancang adalah :
Areal untuk penumpukan tiang pancang harus diratakan (stripping)
dan dipadatkan, diberi lapisan pasir dan dibuatkan tumpuan dari balok
kayu 8/10 yang dipasang tegak lurus dengan jarak dan posisi yang
benar.
Tiang pancang diturunkan dari trailer dengan menggunakan Crawler
Crane berkapasitas 45 ton untuk ditumpuk ke lokasi penumpukan.
Menyusun tiang pancang di atas balok kayu 8/10 tersebut. Setelah
kedudukan tiang pancang pertama selesai, ditempatkan lagi balok
kayu 8/10 di atas tumpukan tiang pancang pertama dengan jarak dan
posisi seperti balok alas yang ditempatkan di bawah tumpukan
pertama.
Diusahakan tiang pancang ditumpuk maksimal empat lapis, untuk
menghindari perubahan bentuk karena beban tiang pancang
Pada lapisan paling bawah dari tumpukan tiang pancang harus diberi
baji (kayu) atau sand bag untuk menghindari terjadinya sliding.
Semua tiang pancang harus didata terhadap kemungkinan adanya
kerusakan yang terjadi selama proses pengiriman ke proyek.
76
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Gambar 4.11 Penumpukan Tiang Pancang
Gambar 4.12 Penumpukan Tiang Pancang
4.4.2 Pelaksanaan Pemancangan Tiang Pancang
1. Penentuan Titik-Titik Pancang
Penentuan titik-titik pemancangan sangat menentukan didalam
pekerjaan pemancangan agar sesuai dengan gambar yang telah direncanakan.
Adapun untuk menentukan titik-titik pemancangan adalah sebagai berikut :
77
¼ L½ L¼ L
Kayu 8/10 Tiang pancang
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
(1). Dari hasil pengukuran, kemudian dibuat bouwplank untuk menentukan
titik-titik pemancangan. Bouwplank terbuat dari papan kayu 2/20 dan
balok kayu 5/7.
(2). Memasang bowplank pada titik-titik yang telah ditentukan pada saat
pengukuran untuk mendapatkan as pilar dengan memasang benang yang
diikatkan pada paku yang dipasang ditengah-tengah papan pada
bouwplank.
(3). Memindahkan dari setiap titik pertemuan benang ke bawah dengan
menggunakan unting-unting dan memberi patok yang merupakan titik
pancang, serta patok ditandai dengan memberi ikatan tali rafia atau
bendrat.
2. Pemasangan Topi Pancang
Topi pancang berfungsi untuk menghindari terjadinya kerusakan tiang
pancang pada saat pelaksanaan pemancangan karena pemukulan oleh
hammer. Topi pancang diletakkan pada kepala tiang pancang pada saat
pemancangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ini adalah:
Topi pancang terbuat dari baja
Hammer dan tiang pancang yang bertopi harus diletakkan pada satu
garis sumbu.
Ukuran topi pancang harus tepat di atas tiang pancang yang berfungsi
untuk menyebarkan energi pemukulan sehingga merata.
Diameter antara topi pancang dengan tiang pancang selisihnya boleh
15 mm.
78
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
3. Pengangkatan Tiang Pancang
Pengangkatan tiang pancang yang dimaksud adalah pengangkatan
tiang pancang untuk dipasangkan pada crane untuk dipancang. Adapun
Langkah-langkah pengangkatan tiang pancang adalah sebagai berikut :
1. Setelah tiang pancang diletakkan dekat crane, kemudian pada jarak
0,293 x L panjang tiang diikatkan tali baja yang akan ditarik dengan
crane.
2. Topi pancang dipasang dan didalamnya dipasang bantalan tiang
pancang yang terbuat dari kayu, ini bertujuan untuk menghindari
perambatan getaran atau energi dari kepala hammer ke tiang secara
langsung.
3. Selanjutnya tiang pancang diangkat dan dipasangkan pada hammer dan
diusahakan ditempatkan pada titik pemancangan dengan posisi vertikal,
kemudian dikontrol ketegakkannya.
Adapun cara- cara pengangkatan tiang pancang untuk dipancang untuk
di pancang adalah sebagai berikut :
Mmaks = ½ * q * a2
a = 0,293 L
Gambar 4.13 Pengangkatan tiang pancang untuk dipancang(Sumber : Ir. Sardjono, HS. “Pondasi Tiang Pancang”,Hal : 47)
79
LL - a
a
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4. Pekerjaan Pemancangan
Langkah-langkah kerja dalam pelaksanaan pemancangan adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum dilakukan pemancangan, areal disekitar titik-titik pancang
harus dibersihkan dari bahan-bahan ( batu ) yang dapat mengganggu
aktivitas pemancangan.
2. Tiang pancang diangkat dengan posisi pengangkatan adalah 0.293 L,
panjang pipa dihitung dari atas tiang, dengan menggunakan wire sling
untuk ditegakkan pada posisi pemancangan dengan bantuan team
survey.
3. Proses setting tiang pancang akan selalu dimonitor oleh team survey
dengan menggunakan alat theodolit dalam dua posisi pengukuran,
depan dan samping, sehingga dapat dipastikan posisi sumbu hammer,
tiang pancang dan topi baja dalam keadaan lurus satu garis.
4. Setelah posisi tiang pancang dianggap benar, wire sling dikendorkan
secara perlahan, sehingga tiang pancang akan bergerak menembus
tanah, hal ini terjadi karena kondisi tanah lunak dan berat sendiri tiang
pancang.
5. Selanjutnya Hammer dipasang pada ujung atas tiang pancang dan
segera diperiksa kembali posisi tiang pancang dengan theodolit, baik
posisi koordinat tiang maupun ketegakkan tiang.
6. Setelah yakin semua siap baik alat, tenaga maupun kondisi/posisi tiang
pancang baru dilakukan pemancangan.
80
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
7. Pada pukulan pertama pemancangan harus dilakukan pengamatan pada
soft block driving, untuk memastikan bahwa arah pukulan sudah
benar/tepat, kemudian pemancangan dapat dilanjutkan sampai mencapai
tanah keras.
8. Bila tiang pancang mencapai tanah keras yang diharapkan atau lebih
mencapai kapasitas daya dukungnya, maka pemancangan dihentikan.
9. Selama pemancangan harus tetap di monitor posisi/sudut kemiringan
tiang pancang dengan menggunakan theodolit dan diadakan pencatatan
pada setiap 0,5 m untuk mengetahui jumlah/banyaknya pukulan.
10. Setelah posisi dianggap benar segera dilakukan pemancangan sampai
kedalaman sesuai yang disyaratkan atau dihentikan atas perintah direksi
pengawas lapangan karena telah dianggap cukup.
11. Selama proses pemancangan dilaksanakan Driving record.
12. Pada akhir pemancangan dilakukan kalendering untuk setiap tiang
pancang guna mengetahui berapa penetrasi atau penurunan tiang
pancang per pukulan (mm/pukulan). Kalendering ini diambil pada 1/4
pukulan terakhir pemancangan.
13. Khusus untuk tiang miring dalam proses setting dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a Sebelum pamancangan harus dibuat dudukan yang berfungsi
sebagai quiden pada ujung tiang pancang vertikal
b Tiang pancang diangkat dalam posisi miring dengan sudut yang
telah ditentukan oleh direksi.
81
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
c Tiang pancang diletakkan pada quiden, dan segera dilaksanakan
monitoring pengukuran, untuk mendapat kemiringan yang telah
ditentukan dengan cara menggerakkan Crawler Crane.
Pengukuran pada bagian miring dengan menggunakan alat
segitiga yang diletakkan pada sisi luar tiang miring.
d Setelah posisi tiang dianggap benar, wire sling segera
dikendorkan, maka tiang pancang akan bergerak kebawah dalam
posisi miring.
e Hammer dipasang pada ujung atas tiang dan segera dilakukan
pemeriksaan tiang kembali, dan setelah benar tiang pancang siap
di pancang.
Hal-hal yang perlu dicatat pada setiap pemancangan (Driving Record):
1. Tanggal pemancangan
2. Nomor titik tiang pancang dan nomor tiang pancang
3. Ukuran dan jenis tiang pancang
4. Peralatan / alat pancang/ hammer
5. Tinggi jatuh dan berat hammer
6. Kedalaman dan penurunan tiang pancang
7. Jumlah pukulan setiap penurunan 0,5 m dan total pukulan terakhir
8. Waktu pelaksanaan dan penurunan akhir
9. Kapasitas dan daya dukung tiang pancang
10. Penyimpangan posisi tiang pancang
82
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Gambar 4.14 Pengukuran Kelurusan Tiang Pancang dengan Pesawat Theodolit
83
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Gambar 4.15 Pendirian Tiang Pancang
84
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Gambar 4.16 Denah Pemancangan
85
1,501,50
CRANEAND
DIESEL HAMMER
TITIK PANCANG
TIANG PANCANGØ 0.40 m; L = 8 m
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
5. Kalendering Tiang Pancang
Tujuan calendering adalah untuk mengetahui besarnya penurunan
tiang pancang saat pemancangan dilaksanakan pada 10 pukulan terakhir,
apakah penurunan minimum telah tercapai. Sesuai yang disyaratkan
kalendering dilakukan apabila diperkirakan tiang pancang sudah mencapai
tanah keras dan penurunan cukup kecil. Bila pelaksanaan kalendering (10
pukulan) telah dilakukan tetapi hasilnya menunjukkan bahwa penurunan tiang
pancang melebihi syarat maka pemancangan dilanjutkan dan dilakukan lagi
sampai hasil kalendering sesuai dengan persyaratan penurunan minimum.
Jadi kalendering dapat dilakukan lebih dari satu kali.
Langkah kerja kalendering adalah :
1. Menempelkan atau memasang kertas milimeter blok pada tiang pancang
yang sedang dipancang dengan menggunakan isolasi.
2. Memasang balok atau papan posisi mendatar dan tegak lurus di depan
tiang pancang yang didukung oleh balok yang ditancapkan ke dalam
tanah. Papan mendatar tersebut tempat mengaitkan spidol/bolpoin
sehingga menempel pada kertas milimeter blok.
3. Memasang spidol atau pensil dan menopangkannya pada papan tadi
dengan posisi spidol tegak lurus dengan tiang pancang dan ujungnya
ditempelkan pada kertas milimeter blok tadi.
4. Menekan kartas dengan maenggunakan spidol/bolpoin sehingga pada
saat tiang pancang naik turun menimbulkan coretan berupa grafik pada
kertas milimeter blok yang berbentuk grafik dari kiri kekanan, tetapi
86
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
spidol harus tetap dijaga agar tidak ikut bergerak naik turun mengikuti
gerakan tiang pancang akibat pukulan hammer.
5. Menggoreskan spidol ke kiri 1-2 cm pada setiap pukulan hammer
sampai 10 pukulan. Hasilnya merupakan grafik penurunan yang terjadi
selama 10 pukulan.
6. Tinggi grafik dibagi 10 yang merupakan rata- rata besarnya penurunan
tiap pukulan hammer pancang. Grafik yang terjadi adalah turun naik
karena setelah pemukulan hammer, maka tiang pancang turun sesaat
kemudian memantul naik.
Rumus perhitungan kalendering :
- Alat Pancang : Crawler Crane jenis P & H 335
- Diesel Hammer : Kobe Steel K35
Energi piston : 3.500 kg
Energi maksimum : 10.500 kg
- Tiang Pancang : WIKA Ø 0,40 m
- Panjang TP : 8 m
- Berat TP : 2388 kg ( W = 199 kg/m )
- Perhitungan :
P =
87
Topi baja
Tiang pancang
milimeter
Balok 5/7
Spidol
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Gambar 4.17 Kalendering Tiang Pancang
Gambar 4.18 Grafik Kalendering
4.4.3 Finishing
1. Pembongkaran Kepala Tiang Pancang
Pembongkaran kepala tiang pancang dimaksudkan untuk memperoleh
ikatan yang kuat antara tiang pancang dengan poer pondasi, karena tulangan
tiang pancang dapat berhubungan langsung dengan poer. Dalam
88
10 mm
5
12
34
6
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
pembongkaran tiang pancang ini melakukan pengupasan kepala tiang
pancang dan menyisakan tulangan utama serta menghilangkan/ memotong
tulangan spiral.
Pembongkaran dikerjakan dengan menggunakan tenaga manusia dan
peralatan sederhana seperti betel, palu, linggis.
Langkah kerja pembongkaran kepala tiang pancang adalah :
1. Menyiapkan peralatan yang akan dipergunakan
2. Memberi tanda batas pada tiang pancang bagian yang akan dibongkar
dan bagian yang akan disisakan. Pemberian tanda batas ini
menggunakan spidol ataupun cat.
3. Melakukan pembongkaran dimulai dengan pemotongan bagian ujung
sebelah atas tiang pancang (0,8 m) dengan palu godam yang dimulai
dari atas ke bawah, sehingga tidak merusak tiang pancang yang masih
terpakai.
2. Pembuatan Top Pile
Top pile adalah suatu bagian dari tiang pancang yang berfungsi sebagai
penyambung antara tiang pancang dengan poer. Adapun langkah kerja
pembuatan top pile adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengukuran pada diameter dalam tiang pancang.
2. Memotong plat baja sesuai dengan ukuran rencana.
3. Memasang plat baja hingga 90 cm dari ujung atas tiang pancang.
4. Memotong tulangan tambahan Ø 22 mm dengan panjang 100 cm
sebanyak 10 buah tiap tiang.
89
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
5. Memasang tulangan tambahan tersebut ke dalam tiang pancang dan
atur kedudukannya hingga berjajar teratur membentuk lingkaran. Untuk
memperkuat kedudukannya digunakan bendrat.
6. Mengaduk campuran beton dengan mutu sesuai dengan beton poer yaitu
mutu beton fc’= 22,5 MPa
7. Melakukan pengecoran hingga puncak kepala tiang.
Gambar 4.19 Pembuatan Top Pile
90
Top pile plat baja
Tulangan tambahan Ø 16 - 10Kawat pratekan Ø
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4.5. PEKERJAAN PILAR
Pekerjaan Pilar terdiri dari pekerjaan persiapan, pembuatan lantai kerja,
pekerjaan begisting dan perancah, penulangan dan pemasangan tulangan,
pengecoran pilar, pembongkaran begisting, perawatan dan pekerjaan
pasangan batu penguat pilar. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan masing-
masing item pekerjaan tersebut.
4.5.1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan pondasi dilakukan berbagai persiapan.
Pekerjaan tersebut antara lain berupa pengecekan terhadap ukuran-ukuran
dari pekerjaan pondasi tersebut, kemudiaan persiapan terhadap semua jenis
peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dan juga tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam pekerjaan pondasi tersebut yang dimulai dari penulangan,
begisting, pembetonan, dan sampai beton tersebut dibongkar.
4.5.2 Pembuatan Lantai kerja
Pembuatan lantai kerja dilakukan setelah pembongkaran tiang pancang
selesai. Lantai kerja pilar ini terdiri dari urugan pasir setebal 10 cm yang
dipadatkan dengan stamper kemudian dicor dengan beton tumbuk setebal 10
cm dengan perbandingan campuran: 1 pc:3 ps:5 kr
Fungsi lantai kerja ini antara lain:
a. Sebagai tempat kerja yang baik pada dasar pilar.
b. Mencegah kontak langsung antara tanah dengan tulangan beton yang
dapat menyebabkan tulangan berkarat.
c. Mencegah air semen dari beton meresap ke tanah di bawahnya.
d. Untuk mendapatkan bidang datar yang tetap dan kuat.
91
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Langkah kerja pembuatan lantai kerja adalah :
1). Menyiapkan alat dan bahan serta tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan.
2). Menghamparkan pasir urug setebal 10 cm dengan merata dan dipadatkan
dengan stamper.
3). Mempersiapkan talang sebagai sarana untuk memindahkan adukan beton
dari molen ke dasar galian dan juga mempersiapkan cetakan lantai kerja.
4). Mempersiapkan campuran beton dengan komposisi campuran sesuai
dengan rencana.
5). Menuangkan campuran/adukan beton dari molen ke dasar galian lewat
talang.
6). Meratakan adukan beton yang telah dituang dengan ruskam hingga
didapat ketebalan yang direncanakan (10 cm).
Gambar 4.20 Lantai Kerja Pilar
(Sumber : Ir. Gideon H. Kusuma M.Eng. “Pedoman Pengerjaan Beton”,Hal : 48)
92
Piket (pasak) s.k.s 1500 a' 1700
Sekat sisi (papan 220)
kelam (papan 220)
0,05
6,00
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4.5.3 Pekerjaan Bekisting Dan Perancah
1. Pemilihan Bahan
Begisting atau acuan adalah konstruksi cetakan yang terbuat dari kayu,
baja atau beton pra cetak lengkap dengan konstruksi dan ikatan-ikatannya
yang memungkinkan pembentukan mulai dari pengecoran (beton muda)
sampai mengeras dan mencapai dimensi yang diinginkan.
Adapun fungsi dari begisting adalah :
1. Sebagai cetakan beton sehingga didapat bentuk dan ukuran beton yang
diinginkan.
2. Sebagai pendukung sementara pada saat pengecoran.
3. Untuk membentuk beton muda agar bila sudah mengeras mencapai
dimensi dan kedudukan seperti yang direncanakan.
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton muda
sebelum mencapai kekuatan yang disyaratkan. Fungsi perancah adalah
penguat acuan sehingga acuan tidak mengalami lendutan akibat berat beton.
Adapun syarat-syarat pembuatan begisting adalah:
1. Begisting harus kokoh, artinya kuat menahan gaya-gaya horisontal
maupun vertikal akibat berat sendiri, adukan beton dan bahan-bahan
selama pengecoran dan proses pemadatan.
2. Begisting harus kaku dan stabil, artinya tidak mengalami perubahan
bentuk yang mengakibatkan hasil akhir pengecoran beton tidak sesuai
dengan bentuk dan ukuran dari gambar rencana.
3. Begisting harus rapat dan tidak bocor, sehingga air semen dan material
dalam adukan beton ditahan oleh begisting.
93
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4. Begisting tidak boleh menyerap air, sehingga tidak mempengaruhi
kadar air dalam adukan beton yang bisa mempengaruhi mutu beton.
5. Begisting harus mudah dibongkar atau dilepaskan dari beton tanpa
merusak beton, caranya adalah dengan melapisi bagian dalam dari
begisting dengan minyak atau oli atau bahan lain.
(Sumber : Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, “Peraturan Beton Bertulang”,,Hal : 48)
Bekisting untuk Pilar pada proyek Jembatan Mayong digunakan
multiplek 18 mm dan diperkuat dengan kayu-kayu stut ukuran 5/7.
Tahapan pemasangan begisting dilakukan sebagai berikut :
a. Tahap pertama : pemasangan begisting dan perancah untuk poer pilar
setinggi 1,4 meter ditambah kolom 0.4 meter
b. Tahap kedua : pemasangan begisting dan perancah untuk kolom
berikutnya setinggi 2 meter
c. Tahap ketiga : pemasangan begisting dan perancah untuk kolom
berikutnya setinggi 2 meter
d. Tahap keempat : pemasangan begisting dan perancah untuk kolom
berikutnya setinggi 2 meter
e. Tahap kelima : pemasangan begisting dan perancah untuk kolom
berikutnya setinggi 2 meter
f. Tahap keenam : pemasangan begisting dan perancah untuk kolom
setinggi 0.4 dan kepala pilar setinggi 1,3 meter
g. Tahap ketujuh : pemasangan begisting dan perancah untuk pilar setinggi
1,55 meter.
2. Perhitungan Begisting dan Perancah
94
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Pada perhitungan acuan dan perancah, sebagai dasar perhitungan adalah
tekanan dari beton itu sendiri. Data yang dipakai untuk memperkirakan
tekanan yang ditimbulkan oleh beton adalah sebagai berikut :
1. Bobot unit lembek adukan beton basah (R) [kg/cm3]
2. Kemampuan beton baru/slump (S) [mm]
3. Suhu beton baru (T) [0C]
4. Tinggi tekanan beton baru (H) [m]
5. Kecepatan pengecoran yang meningkatkan permukaan beton (V)
[m/jam]
6. Tekanan dimana beton tidak bekerja bila tinggi jatuh 2 m (F) [m]
7. Ukuran beton terkecil (D) [mm], hanya untuk D = 500 mm
Perhitungan tekanan yang terjadi ada 3 cara, yaitu :
1. PH (tekanan hidrostatika) = 24 x H [kN/m2]
PV (tekanan penyangga beton) = (24 x V x k) + 5 [kN/m2]
PG = 3V + D/10 + 15 [kN/m2], bila D = 500 mm
2. Apabila tekanan beton jatuh > 2 m pada waktu menghitung ditambah 10
kN/m2.
3. Bila jumlah beton lembek sangat berbeda dari nilai 2400 kg/m2
dikalikan tekanan cetakan.
4. Keadaan khusus :
a. Dengan campuran penghambat yang diperhatikan adalah PH dan
PG.
b. Dengan campuran zat plastisan hanya PH yang dipertimbangkan.
95
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
c. Dengan pengecoran dimana ujung pipa berada pada beton maka
tekanan hidrostatika sepanjang pipa keseluruhan harus
dipertimbangkan.
d. Pada beton yang kemampuan slump (S) > 80 mm dan getaran
luarnya hanya PH dan PG yang dipertimbangkan.
e. Pengecoran pipa dan beton dimana ujung- ujung pipa berada
dalam beton maka 50% dari tekanan harus ditambahkan.
Tabel 4.2 Konsistensi Beton
Kecepatan Penurunan
(mm)
Suhu Beton (oC)
15 20 25 30 35
25
50
75
100
0,80
1,10
1,35
1,65
0,80
0,90
1,00
1,15
0,45
0,60
0,75
0,90
0,35
0,45
0,55
0,65
0,30
0,40
0,50
0,60
(Sumber : K.j. Savanagh, , “Ply Wood In Concrete Form Work”.)
3. Pemasangan Begisting dan Perancah
Perancah adalah alat bantu berupa sebuah bangunan sementara yang
digunakan pada pekerjaan konstruksi yang sedang dilaksanakan, perancah ini
bertujuan untuk menunjang beban, atau jalan kerja/ tempat kerja yang aman
sebelum bangunan permanen selesai atau konstruksi mempunyai kekuatan.
Adapun syarat umum yang perlu diperhatikan adalah :
96
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
1. bahan yang digunakan harus dalam kondisi yang baik, lurus, urat
(kayu) yang lurus, kualitas baik.
2. perancah harus direncanakan secara baik oleh orang yang ahli,
baik yang menyangkut dimensi maupun strukturnya.
3. perancah harus dibuat sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan.
4. perancah harus diperiksa secara periodik.
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum. “Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi”,Hal : 64)
Perancah yang dipergunakan sebagai platform untuk mendukung bagian
konstruksi beton yang sedang dikerjakan (dicor) perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. pemasangan papan harus dilakukan oleh orang yang ahli
berdasarkan gambar rencana yang jelas mengenai jarak balok,
melintang, balok penumpu maupun penyambungannya.
2. balok kayu dan penumpu harus cukup kuat untuk menahan beban
dengan memperhitungkan pengaruh cuaca (hujan).
3. bahan-bahan yang akan digunakan untuk papan acuan harus
diperiksa dengan teliti sebelum digunakan.
4. papan acuan harus diberi penguat horisontal dan vertikal yang
cukup.
5. titik penumpu harus kuat menahan gaya muatan tegak lurus yang
diakibatkan oleh papan acuan, beton, alat pemadat, pekerja dan
lain-lainnya serta menahan gaya horisontal dengan kedudukan
yang mantap ditanah luas.
97
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
6. sambungan pada tiang penumpu harus diberi perkuatan yang cukup
untuk menahan beban dan stabilitas konstruksi.
(Sumber : Departemen Pekerjaan Umum. “Manajemen Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi”,Hal : 65)
Pemasangan begisting dilakukan setelah pekerjaan penulangan selesai
dikerjakan dan disesuaikan dengan daerah pengecorannya. Oleh karena itu
pada pemasangan tulangan diusahakan sedapat mungkin sudah tepat pada
posisinya. Pemasangan bekisting dilakukan secara bertahap sesuai dengan
daerah yang akan dicor.
Tahapan pemasangan bekisting dilakukan sebagai berikut :
1. Tahap pertama : Bekisting untuk poer/ kaki pilar
2. Tahap kedua : Pemasangan bekisting selanjutnya dilakukan setelah
beton poer kering dan dilanjutkan pengecoran tahap kedua pada badan
pilar.
3. Tahap selanjutnya merupakan kelanjutan dari pemasangan bekisting
pada badan pilar sampai mencapai tinggi yang telah di tentukan.
Langkah kerja pembuatan Bekisting :
1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2) Memperhitungkan kekuatan bekisting dalam menahan beban yang
timbul, seperti beban kerja, tekanan dari adukan dan juga beban akibat
peralatan.
3) Membuat gambar rencana dari Bekisting.
4) Mempersiapkan landasan yang kuat sebagai tumpuan perancah, dalam
hal ini digunakan kayu.
98
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
5) Pada bagian dalam cetakan diberi oli agar permukaan beton bisa rata
dan bekisting mudah dilepas.
6) Pemberian lapisan permukaan harus hati-hati agar tidak menempel pada
besi tulangan yang akan mempengaruhi daya lekat tulangan pada beton.
7) Mendirikan acuan yang telah ditentukan dan diperkuat dengan
perancah.
8) Perhentian acuan tidak boleh pada pertemuan.
9) Pemakuan pada konstruksi bekisting dilihat sedemikian rupa agar dalam
pembongkaran mudah dilaksanakan.
4.5.4 Pekerjaan Penulangan
Pekerjaan penulangan dilakukan setelah lantai kerja kering dan kuat
menopang beban. Pekerjaan penulangan ini menggunakan bahan baja
tulangan dan kawat bendrat sebagai alat pengikat.
Pekerjaan Penulangan ini terdiri dari dua bagian pekerjaan, yaitu :
1. Pemotongan dan pembengkokan tulangan
Dalam pekerjaan penulangan ini, pemotongan batang tulangan
dilakukan batang per batang. Batang yang telah dipotong, diangkat oleh
pekerja dari lokasi penyimpanan ke meja pembengkok, setelah itu
batang yang sepadan (sama kualitas baja, diameter dan panjangnya)
dibundel dan diberi label, selanjutnya dibawa ke lokasi penyimpanan
sementara. Adapun urutan pekerjaan ini dapat dilihat dari flow chart
dibawah ini :
99
LokasiPenyimpanan
Batang-batang yang akan dibengkok
Penandaan Pemotongan
Membundel batang-batang yang sejenis
Penyimpanan terpisah
Meja pembengkok
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Gambar 4.21 Pembagian Lokasi Bangunan
(Sumber : Ir. Gideon H. Kusuma M.Eng. “Pedoman Pengerjaan Beton”, Hal : 114)
Langkah kerja pelaksanaan pemotongan dan pembengkokan tulangan
pada proyek Jembatan Mayong adalah :
a.Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan berupa :
1) Besi tulangan
2) Rol meter
3) Kawat Bendrat
4) Alat pemotong besi tulangan
5) Tang/catut
b. Menentukan panjang, bentuk, diameter, dan jumlah tulangan yang
dibutuhkan dalam suatu lembar penulangan.
c.Memberi tanda pada penulangan sesuai dengan panjang yang
dibutuhkan dan memotongnya dengan alat pemotong besi.
d. Mengelompokkan hasil pemotongan sesuai dengan panjang dan
bentuk yang diinginkan.
e.Membengkokkan tulangan dengan menggunakan bar bender (meja
pembengkok) sesuai dengan gambar rencana.
100
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
f. Mengelompokkan hasil pembengkokan sesuai dengan bentuk dan
ukuran yang sama.
2. Perakitan dan penyetelan tulangan
Perakitan dan penyetelan tulangan dilaksanakan sebelum
pemasangan begisting.
Langkah kerjanya sebagai berikut :
a.Penulangan kaki pilar
1) Memasang tulangan bagian paling bawah yaitu pada arah
melintang pilar untuk mempermudah pemasangan dibantu
dengan pemasangan bambu atau papan.
2) Memasang tulangan diatasnya pada arah memanjang pilar
3) Pada titik pertemuan antara kedua tulangan diikat dengan
kawat bendrat.
4) Memasang beton penyokong (beton deking) untuk selimut
beton yaitu untuk menghindari korosi pada tulangan setebal
7 cm.
5) Memasang tulangan sengkang, tulangan pokok dan tulangan
bagi pada setiap pertemuan diikat dengan kawat bendrat.
b. Penulangan kolom/badan pilar
6) Melanjutkan memasang tulangan untuk kolom/badan pilar
ditambah lagi suatu tulangan pendukung agar struktur
kolom/badan pilar kuat menahan beban yang ada di atasnya,
101
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
tulangan tersebut dipasang di tengah-tengah antara tulangan
pokok pilar.
7) Melanjutkan pemasangan tulangan bagi, dan pada setiap titik
pertemuan diikat dengan kawat bendrat.
8) Dalam pemasangan badan pilar selanjutnya dilakukan secara
bertahap sesuai dengan tahapan pengecoran pilar.
Gambar 4.22 Penulangan Pilar
4.5.5 Pekerjaan Pengecoran Pilar
Pengecoran akan dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan dan
bekisting selesai dan telah dicek kekuatannya sehingga mampu menahan
beton cair baik secara vertikal maupun horisontal.
102
1,1 1,1
2,6
0,1
1,1
0,3
0,3
1
1,65
0,4
4D20
D16-200
D16-150
D16-100
D12-500
D25-80
D22-80
D16-150
D22-125
50 D22
D12-500 D25-150
D20-150
0,5 1,5 1,5 0,5
41
10
1
10
Pile Ø = 400 mmL = 16.00 m
0,5
1,2
D16-150 4D20
D16-100
D22-80
D25-80
D22-80
D16-150
D22-125
50 D22
D25-150
D20-150D12-500
1,1
1
1,65
8,8
0,3
0,3
0,1
1,15
1,6
8,2
10,5
0,45
D12-500
0,5 1,19 1,19 1,19 1,19 0,51,191,191,191,19
Pile Ø 400 mmL = 16.00 m
1,7
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
Pengecoran pada Pilar dilakukan dalam beberapa tahap antara lain :
Pengecoran tahap I, yaitu pengecoran poer setinggi 1,80 meter
Pengecoran tahap II, yaitu pengecoran badan/kolom pilar. Kemudian
dilanjutkan tahap III - VII pada badan dan kepala pilar sehingga dicapai
tinggi pilar sesuai yang diinginkan. Hal ini dikarenakan beton muda
yang masih cair tidak boleh dijatuhkan lebih dari 2 m untuk mencegah
terjadinya segregasi.
Langkah kerja pekerjaan Pengecoran adalah :
a. Menyiapkan peralatan yang akan dipakai sedekat mungkin dengan
tempat pengecoran, seperti vibrator dan Ready mix.
b. Pembersihan tempat pengecoran dan penyiapan tenaga kerja.
c. Pengecoran dapat dimulai setelah semuanya siap, perlu diketahui
pengecoran harus dilakukan sesegera mungkin setelah campuran beton
siap dengan tetap memperhitungkan cuaca.
d. Penuangan adukan harus rata dan setiap lapisan harus padat secara rata
sebelum lapisan berikutnya dicor.
e. Pengecoran beton untuk setiap horisontal setebal 40-60 cm. Pengecoran
di beberapa lapisan dikerjakan secara berkesinambungan sampai pada
ketinggian yang direncanakan, di mana lapisan pertama dan berikutnya
harus dilaksanakan dengan cepat agar tidak terjadi sambungan dingin.
f. Untuk memadatkan beton menggunakan vibrator. Dalam
pelaksanaannya harus hati-hati dan tidak berlebihan agar tidak terjadi
segregasi dan bledding.
103
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
g. Untuk mengontrol pekerjaan beton dibuat benda uji tiap 3 m3 beton
dilakukan pemeriksaaan slump test selama pengecoran untuk
mempertahankan nilai air, kecuali pada permulaan pekerjaan di mana
frekuensi benda uji harus lebih besar agar terkumpul 20 benda uji.
4.5.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting dan Perancah
Setelah selesai tahapan pembetonan ditunggu sampai kurang lebih 3
(tiga) hari sampai beton tersebut kering. Kemudian Bekisting dibongkar
secara hati-hati agar tidak merusak permukaan dari beton. Perlu diketahui
setelah pembongkaran bahan-bahan yang masih bisa digunakan lagi jangan
dibuang dan dipisahkan dengan bahan yang sudah tidak bisa dipakai lagi.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu melepas begisting :
1 Semua kayu harus dibebaskan dari paku.
2 Semua paku dan komnponen kecil lainnya segera dikumpulkan
secara terpisah dalam peti atau keranjang.
Hal-hal yang perlu setelah begisting dilepas :
1 Bersihkan permukaan kontak dan bagian-bagian lain dari begisting,
jangan tangguhkan pengerjaan ini begisting diperlukan kembali.
2 Jika begisting akan digunakan kembali, tanganilah permukaan kontak
dengan bahan pelepasd begisting.
3 Hendaknya kayu begisting yang terbebas kita sortir menurut tahapan
kegunaanya (biasanya, secara ekonomis, kayu pendek tidak akan
berguna lagi).
104
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
4 Perhatikan pada begisting-begisting sistem, rata tidakanya dan
kemungkinan adanya kerusakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan begisting :
1 Semua material ditumpuk dengan bantuan beebrapa buah kayu balok
diluar lahan yang akan dibangun.
2 Semua kayu ditumpuk menurut panjang dan luas penampangnya.
3 Semua papan, multipleks ditumpuk dalam kedudukan horisontal satu
diats yang lain, diselingi oleh balok kayu sebagai pengganjal.
(Sumber : F. Wigbout, Ing. “Bekisting (Kotak Cetak)”, Hal : 268)
4.5.7 Pekerjaan Perawatan Beton
Setelah pekerjaan pembetonan selesai untuk masing-masing tahap
dilakukan perawatan beton untuk menjaga agar kondisi beton tidak
mengalami perubahan suhu yang terlalu drastis sehingga beton menjadi rusak.
Adapun fungsi dari perawatan ini antara lain untuk menghindarkan :
1. kehilangan zat cair yang banyak akibat pengerasan beton pada awal-
awal pengerasan.
2. kebanyakan penguapan air dari beton pada saat pengerasan.
3. perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan rengat-rengat
atau retakan pada beton.
Pekerjaan perawatan beton yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pada waktu pengecoran beton dilindungi dengan atap plastik untuk
menjaga kekentalan beton dan penguapan air yang terlalu cepat.
2. Selama menunggu proses beton muda menjadi beton berkekuatan
tertentu selama 14 (empat belas hari) berturut-turut, untuk setiap
105
LAPORAN_TUGAS AKHIRLAPORAN_TUGAS AKHIR
harinya dilakukan menyemprot atau memerciki air (sprinkling) pada
beton tersebut untuk menjaga kestabilan beton.
3. Menutupi permukaan beton dengan goni basah.
4.6 Pekerjaan Akhir
4.7.1 Pembersihan Kembali Lokasi Proyek
Setelah semua pekerjaan selesai,lokasi proyek dibersihkan dan
dirapikan kembali. Pekerjaan pembersihan meliputi pembersihan lokasi
lapangan dan bekas galian, material, bekas bongkaran konstruksi. Sehingga
setelah proyek selesai lapangan dalam keadaan siap pakai untuk transpirtasi
umum.
4.7.2 Demobilisasi
Demobilisasi adalah pengembalian alat-alat yang disewa atau dimiliki
sendiri dari lokasi pekerjaan kecuali peralatan yang masih dipergunakan
selama masa pemeliharaan. Dalam hal ini pengeluaran peralatan dari lokasi
pekerjaan harus dengan sepengetahuan dan seijin direksi. Pengembalian
peralatan dapat dilakukan secara bersama-sama atau bertahap.
106