bab v analisis dan sintesis - repository.ipb.ac.id · bandung, yaitu mempertahankan dan...
TRANSCRIPT
48
BAB V
ANALISIS DAN SINTESIS
Visi dan misi Taman Lalu Lintas Bandung tetap dipegang teguh sejak
pendiriannya sampai sekarang, yaitu memberikan pendidikan keamanan dan
ketertiban lalu lintas kepada anak-anak agar dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari demi keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Pelaksanaannya melalui bentuk rekreasi dan hiburan dalam sebuah taman yang
juga menjadi salah satu taman kota. Selanjutnya, visi dan misi tersebut
menghasilkan tujuan pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung.
Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan
analisis dan sintesis yang mengacu kepada tujuan pengelolaan Taman Lalu Lintas
Bandung, yaitu mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman
pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup, dan taman bermain anak-anak
(rekreasi). Masing-masing fungsi tersebut dianalisis sesuai dengan data aspek
yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut.
5.1 Taman Lalu Lintas sebagai Taman Pendidikan Kelalulintasan
5.1.1 Aspek Fisik
Taman Lalu Lintas Bandung pada awalnya dirancang sebagai tempat
belajar kelalulintasan bagi anak-anak agar mereka dapat berlatih sopan-santun
berlalu lintas dan bersikap sebagai seorang pengguna jalan yang taat akan
peraturan lalu lintas. Anak-anak akan senang belajar kelalulintasan di taman ini
karena metode yang digunakan adalah bermain sambil belajar.
Sebagai taman pendidikan kelalulintasan, konsep Taman Lalu Lintas
Bandung didesain sebagai miniatur jalan raya yang dilengkapi dengan berbagai
perangkat jalan seperti rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, halte, zebra cross, dan
papan nama jalan. Keberadaan perangkat jalan tersebut sudah cukup tersedia,
tetapi tata letaknya perlu dipertimbangkan lagi berdasarkan fungsi, kebutuhan,
lokasi, dan sirkulasi. Hal ini dapat terlihat pada peletakan papan rambu-rambu lalu
lintas di Taman Lalu Lintas Bandung. Rambu-rambu lalu lintas di taman ini, yang
merupakan salah satu sarana pendidikan kelalulintasan, diletakkan pada suatu
tiang yang diletakkan di tengah kanal, yang berada dekat dengan gerbang masuk.
49
Peletakan ini perlu dipertimbangkan kembali karena selain dapat menghalangi
pengunjung menikmati pemandangan dalam taman, peletakan ini juga cukup
berbahaya bagi anak-anak. Bagi anak-anak yang ingin mempelajari atau membaca
tulisan pada rambu-rambu, mereka akan terdorong untuk melihatnya lebih dekat.
Hal ini disebabkan oleh tulisan yang ada pada rambu agak sulit terbaca dari jalan.
Selain itu, hal tersebut juga dapat menimbulkan kecenderungan untuk anak
melewati pembatas yang berupa semak dan groundcover sehingga jika tidak hati-
hati, anak tersebut dapat terjatuh ke dalam kanal (Gambar 31). Sebaiknya
peletakan rambu-rambu dipindahkan ke tempat yang lebih aman dan
menggunakan font (ukuran huruf) yang lebih besar. Menurut Azhariyah (1994),
ukuran huruf pada rambu-rambu lalu lintas adalah 2,5 cm, 5 cm, 10 cm, dan 15
cm dengan jarak baca masing-masing 7,5 cm, 15 cm, 30 cm, dan 45 cm,
sedangkan tinggi huruf untuk papan penunjuk bagi pejalan kaki adalah 64 mm
dengan warna yang umum digunakan adalah warna hijau gelap.
Selain melalui rambu lalu lintas, pendidikan tentang kelalulintasan
diberikan melalui papan informasi yang berisi tentang aturan-aturan kelalulintasan
seperti cara menyeberang jalan supaya aman (camejasa) (Gambar 32). Namun,
keberadaan papan informasi ini dirasa kurang untuk menunjang fungsi Taman
Lalu Lintas Bandung sebagai taman pendidikan kelalulintasan. Beberapa taman
sejenis, contohnya Taman Lalu Lintas Cibubur, sudah menggunakan multimedia
dalam memeberikan pendidikan kelalulintasan. Oleh karena itu, pihak pengelola
sebaiknya meningkatkan sarana pendidikan kelalulintasan agar Taman Lalu Lintas
Bandung dapat bersaing dengan taman sejenis lainnya.
(a) Rambu Lalu Lintas (b) Perilaku Anak-Anak Gambar 31 Peletakkan Rambu Lalu Lintas yang Kurang Sesuai
50
Gambar 32 Papan Informasi yang Berisi tentang Camejasa
5.1.2 Aspek Sosial
Menurut hasil kuisioner yang dibagikan kepada 46 orang responden, yang
merupakan pendamping anak-anak, kebanyakan responden (85%) mengaku
setelah mengunjungi Taman Lalu Lintas Bandung, mereka mendapat pengetahuan
tentang pendidikan kelalulintasan (Gambar 33). Namun, hal ini tidak sesuai
dengan hasil pengamatan di lapang. Contohnya pada sarana bermain sepeda mini.
Anak-anak yang mengendarai sepada di area ini tidak sesuai dengan peraturan lalu
lintas walaupun sudah terdapat lampu lalu lintas.
Untuk keberadaan rambu lalu lintas, kebanyakan responden menilai sesuai
dengan persentase 83% sedangkan 11% menilai tidak sesuai dan 6% lainnya
menilai sangat sesuai (Gambar 34). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan
rambu lalu lintas sudah cukup memadai. Namun, menurut hasil pengamatan
lapang, peletakkan papan rambu lalu lintas agak membahayakan anak-anak
sehingga perlu dipertimbangkan untuk memindahkan ke tempat yang lebih aman.
Gambar 33 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Perolehan Pendidikan Kelalulintasan di Taman Lalu Lintas Bandung
Ya85%
Tidak4%
Tidak Tahu11%
51
30
38
50
0
10
20
30
40
Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Rambu-Rambu Lalu Lintas
Frek
uens
i
Gambar 34 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Rambu-Rambu Lalu Lintas
5.1.3 Program Pedidikan Kelalulintasan
Untuk menunjang fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan,
Taman Lalu Lintas Bandung saat ini hanya memiliki satu program, yaitu Program
Penyuluhan dan Pendidikan Keamanan Lalu Lintas (PPKLL) yang diadakan stiap
setahun sekali. Namun, menurut hasil survei lapang, anak-anak yang bermain di
Taman Lalu Lintas Bandung belum menunjukkan sikap pengguna jalan yang taat
akan peraturan lalu lintas. Contohnya pada sarana bermain sepeda mini. Anak-
anak mengendarai sepeda tanpa memperhatikan rambu-rambu dan lampu lalu
lintas. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya tabrakan antara pengendara sepeda.
Oleh karena itu, dapat dikatakan program PPKLL tersebut belum mencapai
tujuan. Hal ini juga dapat disebabkan karena tidak adanya pemandu (guide) yang
menjelaskan tentang rambu-rambu atau sarana pendidikan kelalulintasan lainnya.
5.2 Taman Lalu Lintas sebagai Taman Lingkungan Hidup
5.2.1 Aspek Biofisik
Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman lingkungan hidup
dimaksudkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) kota Bandung yang berwujud
taman kota. Di dalam taman ini terdapat beragam jenis pohon. Pohon yang ada di
taman ini merupakan potensi yang perlu dipertahankan. Beberapa pohon bahkan
sudah berusia kurang lebih 70 tahun, misalnya pohon palem raja (Roystonea
regia) dan ki hujan (Samanea saman). Selain itu, keberadaan pohon ini sangat
penting dan diperlukan pemeliharaan yang intensif agar dapat berfungsi secara
52
optimal. Fungsi penanaman pohon ini, antara lain, untuk mereduksi polusi udara
dan kebisingan yang berasal dari empat ruas jalan yang mengelilingi Taman Lalu
Lintas Bandung. Fungsi lainnya adalah untuk menambah keindahan dan
keteduhan di dalam taman.
Penggunaan penanaman vegetasi dengan gradasi dari tinggi ke rendah dan
kasar ke halus di dalam Taman Lalu Lintas Bandung sudah cukup baik. Menurut
Laurie (1986), pengaturan kumpulan vegetasi dan struktur bangunan yang tepat
dapat mengalirkan udara maksimum yang dapat mengurangi kelembaban yang
berlebih sehingga pengunjung akan merasa nyaman. Selain itu, keberadaan
penghijauan yang baik di suatu areal bermain tidak hanya bersifat sebagai material
struktur saja, tetapi juga dipakai sebagai media pengetahuan (Marcus dan Francis,
1998). Hal ini senada seperti yang dikemukakan Moore (1993) bahwa anak-anak
menggunakan vegetasi sebagai sumber dasar untuk bermain dan belajar.
Keanekaragaman vegetasi yang ada di taman ini dapat menjadi media
pengetahuan anak. Anak-anak dapat mempelajari berbagai jenis spesies dari
vegetasi yang ada di taman ini. Sebelumnya, pihak pengelola pernah memberikan
papan nama pada setiap pohon (Gambar 35). Namun, beberapa papan
dirusak/dicabut oleh pengunjung. Sebaiknya pengelola lebih memperhatikan
peletakan papan nama pada pohon agar tidak mudah dirusak oleh pengunjung.
Keberadaan pohon tua di Taman Lalu Lintas Bandung selain menjadi
potensi nilai sejarah, juga dapat membahayakan pengunjung bila tidak dilakukan
pemeliharaan yang baik. Pohon-pohon tua biasanya memerlukan pemeliharaan
yang intensif, seperti pemangkasan dan penyiraman yang rutin. Batang pohon
yang besar dapat berbahaya bagi anak-anak yang sedang bermain jika tiba-tiba
(a) Peletakan (b) Kondisi Gambar 35 Papan Nama Pada Pohon
53
patah dan jatuh. Sebaiknya peletakan sarana bermain tidak terlalu dekat dengan
pohon-pohon yang sudah tua. Untuk penyiraman, pihak pengelola sudah
melakukan dengan baik, yaitu dengan melakukannya setiap hari (selain di musim
hujan).
5.2.2 Aspek Sosial
Sebagai taman lingkungan hidup, keberadaan tanaman di dalam Taman
Lalu Lintas Bandung sangat diperlukan. Persepsi pengunjung terhadap keberadaan
tanaman di dalam Taman Lalu Lintas Bandung dapat dilihat pada Gambar 36.
Keberadaan tanaman dinilai pengunjung cukup nyaman sebesar 87% dan 13%
lainnya menilai sangat nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa Taman Lalu Lintas
Bandung dinilai sesuai menjadi taman lingkungan hidup oleh responden.
Gambar 36 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Tanaman
Untuk penilaian kebersihan dan kenyamanan di dalam Taman Lalu Lintas
Bandung, sebagian besar pengunjung menilai bahwa taman ini cukup bersih dan
cukup nyaman dengan persentase masing-masing 70% dan 76% (Gambar 37),
sedangkan untuk penilaian sistem pemeliharaan taman dan pengelolaan Taman
Lalu Lintas Bandung secara umum dinilai cukup baik (83%). Namun, masih ada
15% pengunjung menilai kurang baik (Gambar 38). Hal ini dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pihak pengelola untuk memperbaiki sistem pemeliharaan dan
pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung agar semakin baik.
6
40
0 0 00
10
20
30
40
50
Sangat Nyaman Cukup Nyaman Nyaman Kurang Nyaman Tidak Nyaman
Tanaman
Frek
uens
i
54
Gambar 37 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Kebersihan dan Kenyamanan
5.2.3 Program Lingkungan Hidup
Untuk saat ini, program yang mendukung fungsi Taman Lalu Lintas
Bandung sebagai taman lingkungan hidup belum ada. Namun, pendidikan
lingkungan hidup ini disisipkan pada program PPKLL. Oleh karena itu, sebaiknya
pihak pengelola perlu menambah program yang menunjang fungsi Taman Lalu
Lintas Bandung sebagai taman lingkungan hidup.
5.3 Taman Lalu Lintas Sebagai Taman Bermain (Rekreasi)
5.3.1 Aspek Fisik
Sebagai tempat bermain (rekreasi), Taman Lalu Lintas Bandung
dilengkapi oleh sarana bermain yang cukup bervariasi, mulai dari sarana bermain
sederhana seperti ayunan, panjatan, luncuran, jungkitan, dan panjatan spiral
Gambar 38 Persepsi Pengunjung terhadap Sistem Pemeliharaan dan Pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung
Sangat Baik2%
Cukup Baik83%
Kurang Baik15%
Tidak Baik0%
1
30
7 80
6
40
0 0 00
1020304050
Sang
at B
ersi
h
Cuk
up B
ersi
h
Ber
sih
Kur
ang
Ber
sih
Tida
k B
ersi
h
Sang
at N
yam
an
Cuk
up N
yam
an
Nya
man
Kur
ang
Nya
man
Tida
k N
yam
an
Kebersihan Kenyamanan
Frek
uens
i
55
sampai dengan sampai dengan sarana bermain yang menggunakan tenaga
mesin/listrik seperti kereta api mini, karosel, kolam renang, kolam pancing,
sepeda mini, mobil baterai, mandi bola, kereta listrik, flying fox, kereta motor,
kincir, sport kids, gajah terbang, dan arena bermain anak (AMA) dengan koin.
Namun, keberadaan sarana bermain tersebut kurang ditunjang oleh
pemeliharaannya. Beberapa sarana bermain terlihat kurang terawat dan bahkan
rusak (Gambar 39). Hal ini sesuai dengan hasil kuisioner yang menyatakan bahwa
mayoritas responden mengharapkan perbaikan kualitas rekreasi dengan persentase
34% (Gambar 40).
Namun, kerusakan sarana bermain tersebut juga disebabkan oleh perilaku
pengunjung yang tidak menaati peraturan. Contohnya, pihak pengelola sudah
membatasi pemakaian sarana bermain hanya untuk anak-anak yang berusia 13
tahun ke bawah. Namun, menurut hasil survei lapang, masih banyak remaja
bahkan orang dewasa yang menggunakan sarana bermain tersebut. Selain untuk
sarana bermain, pihak pengelola juga membuat beberapa aturan untuk menjaga
kebersihan seperti tentang keharusan membuang sampah pada tempatnya. Namun,
Gambar 40 Karakteristik Pengunjung Taman Lalu Lintas Bandung Berdasarkan Harapan
Gambar 39 Kondisi Sarana Bermain (a) Kurang Terawat (b) Rusak
Harga lebih terjangkau
3%
Perbaikan kualitas rekreasi
34%
Peningkat-an kualitas pelayanan rekreasi
24%
Penambah-an sarana rekreasi
26%
Kepedulian terhadap
lingkungan13%
Tidak ada0%
56
pada saat ramai pengunjung, masih dapat ditemukan sampah yang berserakan
(Gambar 41). Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak pengelola untuk
mempertegas peraturan agar meningkatkan kesadaran para pengunjung.
Sarana bermain Taman Lalu Lintas Bandung yang cukup bervariasi
membuat anak-anak senang bermain di taman ini. Pemilihan warna pada sarana
bermain di taman ini secara umum sudah cukup baik. Anak-anak menyukai
warna-warna spektrum/pelangi yang cerah dan warna-warna yang teduh (Gibson,
1968). Dari survei, diketahui bahwa warna-warna primer cerah (merah, kuning,
biru) adalah warna yang paling sering digunakan pada sarana bermain, tetapi
terdapat juga penggunaan warna lain seperti hijau, ungu, dan oranye dalam porsi
yang lebih kecil (Gambar 42). Pemilihan warna-warna teduh jarang dijumpai.
Fasilitas penunjang rekreasi lain seperti tempat sampah, dan tempat duduk
cukup tersebar di dalam taman, tetapi beberapa fasilitas, seperti toilet, kurang
banyak dan tidak tersebar merata serta sulit diakses oleh pengunjung
berkebutuhan khusus. Sirkulasi di dalam taman kondisinya cukup baik. Jalan
utama cukup lebar untuk sirkulasi dua arah. Namun, ada beberapa masalah yang
harus diperhatikan, yaitu adanya jalan-jalan buntu, terkonsentrasinya sirkulasi
manusia pada jalan atau area rekreasi utama saja, dan kurang intensifnya sirkulasi
Gambar 42 Pemilihan Warna Pada Sarana Bermain (a) Dominasi Warna Primer (b) Penggunaan Warna Lain
Gambar 41 Papan Himbauan dan Kondisi Waktu Ramai Pengunjung (a) Papan Himbauan (b) Sampah Pengunjung
57
manusia pada jalan atau area rekreasi lainnya (Gambar 43). Hal ini disebabkan
oleh fasilitas permainan yang dilalui jalan tertentu kurang menarik dan secara
visual kurang menampilkan keindahan atau keunikan taman. Hal ini menyebabkan
lahan tidak digunakan secara optimal dan membuat area dengan kepadatan
pengunjung yang berbeda-beda (Gambar 44). Alternatif pemecahan masalahnya
adalah dengan menghilangkan jalan buntu atau melanjutkan jalan (membuat jalan
baru) agar sirkulasi tidak terhambat. Selain itu, tata letak sarana bermain juga
sebaiknya dibuat menyebar dan tidak terkonsentrasi pada satu area.
U Tanpa Skala
Gambar 44 Area Kepadatan Pengunjung
Tinggi Rendah Area Kepadatan Pengunjung : Sedang
U Tanpa Skala
Keterangan: Jalan Buntu Area Bermain Utama (Karcis)
Gambar 43 Jalan Buntu dan Area Bermain Utama (Karcis)
58
5.3.2 Analisis Aspek Sosial
Sebagai tempat bermain (rekreasi), persepsi dari pengunjung turut menjadi
pertimbangan dalam pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung. Berdasarkan hasil
kuisisoner yang dibagikan kepada 46 orang respoden, penilaian pemandangan dan
kondisi fasilitas sarana bermain cukup baik dengan persentase masing-masing
74% dan 78% (Gambar 45). Dari kedua aspek yang dinilai, aspek pemandangan
dinilai paling baik dengan presentase yang menilai sangat baik 13% dan yang
menilai kurang baik hanya 2% dari pengunjung. Hal ini dapat menjadi masukan
bagi pengelola untuk mempertahankan dan meningkatkan keindahan di Taman
Lalu Lintas Bandung.
Untuk masalah keamanan, kebanyakan pengunjung menilai aman dengan
persentase 87% (Gambar 46) sedangkan untuk jenis permainan yang diminati,
kebanyakan responden memilih kereta api mini dengan persentase 27% (Gambar
47). Untuk jenis permainan non-karcis (ayunan, luncuran, panjatan, dan lain-lain)
juga diminati responden dengan persentase 14%. Jenis permainan kolam pancing
dan mobil baterai paling sedikit diminati responden dengan persentase 2%.
Gambar 45 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Pemandangan dan Kondisi Fasilitas/Sarana Bermain
6
30
91 0 1
41
4 40
0
10
20
30
40
50
Sangat Baik
Cukup Baik
Baik Kurang Baik
Tidak Baik
Sangat Baik
Cukup Baik
Baik Kurang Baik
Tidak Baik
Pemandangan Kondisi Fasilitas/Sarana Bermain
Frek
uens
i
59
Menurut hasil survei lapang, jenis permainan kolam pancing jarang sekali
dibuka. Hal ini disebakan oleh pasokan air yang lebih diutamakan untuk kolam
renang sehingga untuk kolam pancing jarang diisi air. Untuk mobil baterai, jumlah
mobil yang tersedia terbatas dan tidak digunakan secara optimal. Perbedaan
persentase yang cukup jauh antara jenis permainan yang satu dengan yang lain
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan pengunjung pada salah satu jenis
mainan (yang paling diminati saja). Hal ini dapat menjadi pertimbangan pengelola
Taman Lalu Lintas Bandung untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
sarana/jenis permainan yang kurang diminati agar dapat berfungsi dan digunakan
secara optimal.
Gambar 47 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Jenis Permainan yang Diminati
Gambar 46 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Keamanan
33
1310 9
74
2 24
86
3 4
17
05
101520253035
KA
Min
i
Kol
am R
enan
g
Sepe
da M
ini
Flyi
ng F
ox
Man
di B
ola
Kar
osel
Kol
am P
anci
ng
Mob
il B
ater
ai
AM
A/K
oin
Ker
eta
List
rik
Ker
eta
Mot
or
Kin
cir
Gaj
ah T
erba
ng
Ayu
nan,
Lun
cura
n, d
llJenis Permainan
Frek
uens
i
3 3
40
0 005
1015202530354045
Sangat Aman Cukup Aman Aman Kurang Aman Tidak Aman
Keamanan
Frek
uens
i
60
5.3.3 Analisis Daya Dukung
Daya dukung kawasan (DDK) diartikan sebagai jumlah maksimum
pengunjung yang secara fisik dapat ditampung suatu kawasan yang disediakan
pada waktu tertentu. Untuk mengetahui daya dukung fisik suatu tempat, perlu
diketahui luas area yang dibutuhkan untuk seseorang dalam melakukan suatu
aktivitas rekreatif spesifik agar tetap merasa nyaman. Beberapa aktivitas rekreasi
sudah memiliki standar tertentu (Douglas, 1982), tetapi yang lainnya didapat
melalui asumsi secara logis.
Aktivitas rekreasi yang banyak dilakukan di Taman Lalu Lintas Bandung
adalah aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak. Menurut Marcus dan
Francis (1998), standar minimum kebutuhan ruang untuk anak-anak di suatu areal
bermain adalah 7 m2/anak. Dengan menggunakan rumus perhitungan daya dukung
menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo (2003), dapat dihitung
daya dukung pengunjung Taman Lalu Lintas Bandung per hari dengan
mengetahui luas area rekreasi 2,8 hektar (80% x 3,5 hektar), jam kunjungan per
hari 7 jam (pada hari Senin –Kamis dan Sabtu) dan 8 jam (pada hari
Minggu/libur) dengan rata-rata waktu kunjungan 4 jam (sesuai dengan simulasi
perjalanan yang telah dilakukan ketika survei).
Dengan mengetahui standar minimum kebutuhan ruang untuk rekreasi dan
luas area rekreasi, dapat diketahui daya dukung untuk area rekreasi sebanyak 4000
orang, sedangkan dari data jam kunjungan dan rata-rata waktu kunjungan, dapat
diketahui koefisien rotasi sebesar 2. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat
diketahui bahwa daya dukung Taman Lalu Lintas Bandung sebesar 8.000
orang/hari. Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung
taman ini tidak melebihi daya dukung. Namun, dapat berpotensi melebihi daya
dukung pada saat hari libur nasional.
5.5 Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Setelah menganalisis ketiga fungsi Taman Lalu Lintas Bandung,
didapatkan beberapa potensi dan kendala yang kemudian dianalisis menggunakan
metode SWOT. analisis SWOT ini digunakan untuk menentukan strategi rencana
pengelolaan di Taman Lalu Lintas Bandung. Caranya adalah dengan menganalisis
61
potensi dan kendala yang yang dimiliki oleh Taman Lalu Lintas Bandung, yang
kemudian disusun ke dalam faktor-faktor internal dan eksternal. Semua faktor
internal dan eksternal dianalisa untuk menentukan langkah strategis yang dapat
diambil dalam usaha pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman
pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup, dan taman bermain (rekreasi).
5.5.1 Identifikasi Faktor Strategis Internal
Faktor strategis internal yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung terdiri
dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Hasil identifikasi kekuatan
dan kelemahan adalah sebagai berikut.
a. Kekuatan
1) Sebagai taman bermain dan belajar
Taman Lalu Lintas Bandung merupakan tempat belajar kelalulintasan
yang di dalamnya terdapat berbagai sarana bermain bagi anak-anak.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam taman ini adalah bermain
sambil belajar.
2) Sarana bermain yang tersedia cukup bervariasi
Sarana bermain yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung cukup bervariasi,
baik sarana bermain yang sederhana maupun yang menggunakan tenaga
mesin. Hal ini membuat para pengunjung, terutama anak-anak, memiliki
banyak pilihan dalam bermain.
3) Terdapat berbagai jenis pohon yang fungsional dan estetis
Sebagai taman lingkungan hidup, taman ini memiliki berbagai jenis pohon
untuk menambah keindahan dan keteduhan di dalam taman. Pohon ini juga
berungsi untuk mereduksi polusi udara dan kebisingan yang berasal dari
empat ruas jalan yang mengelilingi Taman Lalu Lintas Bandung.
b. Kelemahan
1. Terkonsentrasinya pengunjung pada area/sarana bermain tertentu
Sarana bermain berkarcis merupakan sarana bermain yang banyak
diminati anak-anak. Namun, peletakannya kurang tersebar. Hal ini
menyebabkan mayoritas pengunjung terkonsentrasi pada area tersebut.
2. Beberapa sarana bermain yang kurang terawat dan rusak
62
Selain berfungsi sebagai taman kelalulintasan, Taman Lalu Lintas
Bandung juga berfungsi sebagai taman bermain (rekreasi) untuk anak-
anak. Namun, beberapa sarana bermain yang ada di taman ini terlihat
kurang terawat dan tidak berfungsi optimal, seperti kolam pancing.
3. Program yang ada kurang menunjang tujuan pengelolaan
Tujuan pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan
dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan,
taman lingkungan hidup, dan taman bermain anak-anak (rekreasi). Namun,
tujuan tersebut kurang ditunjang dengan program yang ada. Program yang
dimiliki Taman Lalu Lintas Bandung hanya satu, yaitu PPKLL.
4. Peletakan rambu lalu lintas yang kurang sesuai
Sebagai taman pendidikan kelalulintasan, Taman Lalu Lintas Bandung
dilengkapi dengan berbagai perangkat jalan seperti rambu lalu lintas,
lampu lalu lintas, halte, zebra cross, dan papan nama jalan. Namun
peletakan beberapa perangkat jalan kurang sesuai seperti peletakan papan
rambu-rambu lalu lintas yang berada di tengah kanal.
5.5.2 Identifikasi Faktor Strategis Eksternal
Faktor strategis eksternal yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung terdiri
dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Hasil identifikasi peluang dan
ancaman adalah sebagai berikut.
a. Peluang
1. Taman yang banyak dikunjungi dan diminati masyarakat
Taman yang didirikan pada tahun 1958 ini sudah terkenal di mata
masyarakat Bandung sebagai tempat pendidikan kelalulintasan dan
rekreasi yang strategis, harga biaya masuk, serta sewa permainannya
terjangkau bagi masyarakat umum.
b. Ancaman
1) Perilaku pengunjung yang kurang menaati peraturan
Meskipun sudah banyak papan himbauan untuk menjaga kebersihan,
masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Selain
itu, sarana bermain yang dibatasi pemakaiannya hanya untuk anak-anak
63
yang berusia 13 tahun ke bawah, pada kenyataannya, masih digunakan
oleh remaja bahkan orang dewasa.
2) Adanya taman atau objek rekreasi yang lain
Semakin berkembangnya pembangunan, semakin banyak taman atau objek
rekreasi lain yang menyediakan permainan yang lebih modern serta
menarik. Hal ini dapat mengancam keberadaan Taman Lalu Lintas
Bandung sebagai taman bermain dan belajar.
5.5.3 Penilaian Faktor Internal dan Eksternal
Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal,
terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor
tersebut. Setiap faktor diberi tingkat kepentingannya berdasarkan prioritas fungsi
dari Taman Lalu Lintas Bandung. Faktor yang berhubungan dengan fungsinya
sebagai taman pendidikan kelalulintasan, tingkat kepentingannya lebih penting
dari pada fungsi Taman Lalu Lintas Bandung yang kedua (sebagai taman
lingkungan hidup) dan fungsi ketiga (sebagai taman bermain/rekreasi) (Tabel 13
dan 14). Setelah memperoleh tingkat kepentingan, dilakukan pembobotan (Tabel
15 dan 16).
Tabel 13 Tingkat Kepentingan Faktor Internal
Simbol Faktor Internal Tingkat Kepentingan
S1 S2 S3
Sebagai taman bermain dan belajar Sarana bermain yang cukup bervariasi Terdapat berbagai jenis pohon
Sangat penting Cukup penting Penting
W1 W2 W3 W4
Penumpukan konsentrasi pengunjung Beberapa sarana bermain yang kurang terawat dan rusak Program yang ada kurang menunjang tujuan pengelolaan Peletakan rambu lalu lintas yang kurang sesuai
Sangat penting Cukup penting Sangat penting Sangat penting
Tabel 14 Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Simbol Faktor Eksternal Tingkat
Kepentingan O1 Taman yang banyak dikunjungi dan diminati
masyarakat Sangat penting
T1 T2
Perilaku pengunjung yang kurang menaati peraturan Adanya taman atau objek rekreasi yang lain
Penting Penting
64
Tabel 15 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Taman Lalu Lintas Bandung Simbol S1 S2 S3 W1 W2 W3 W4 Total Bobot
S1 3 3 2 3 2 1 14 0.16 S2 1 1 1 2 1 1 7 0.08 S3 1 3 1 3 1 1 10 0.12 W1 2 3 3 3 2 2 15 0.18 W2 1 2 1 1 1 1 7 0.08 W3 2 3 3 2 3 2 15 0.18 W4 3 3 3 2 3 2 16 0.19
Total 84 1
Tabel 16 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Taman Lalu Lintas Bandung Simbol O1 T1 T2 Total Bobot
O1 3 3 6 0.50 T1 1 2 3 0.25 T2 1 2 3 0.25
Total 12 1
5.5.4 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks
External Factor Evaluation (EFE)
Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan
eksternal, dilakukan penentuan peringkat (rating) dari 1–4. Kemudian peringkat
setiap faktor tersebut dikali dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan
yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan 18). Matriks IFE dan
EFE akan digunakan dalam membuat rating strategi Taman Lalu Lintas Bandung
yang akan diprioritaskan.
Tabel 17 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)
Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Strengths (S) S1 S2 S3
Sebagai taman bermain dan belajar Sarana bermain yang cukup bervariasi Terdapat berbagai jenis pohon
0.16 0.08
0.12
4 2
3
0.64 0.16
0.36
Weaknesses (W) W1 W2 W3 W4
Penumpukan konsentrasi pengunjung pada area tertentu Beberapa sarana bermain yang kurang terawat dan tidak berfungsi optimal Program yang ada kurang menunjang tujuan pengelolaan Peletakan rambu lalu lintas yang kurang sesuai
0.18
0.08
0.18
0.19
1
3
1
1
0.18
0.24
0.18
0.19
Total 1.00 1.95
65
Tabel 18 Matriks External Factor Evaluation (EFE) Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Opportunities (O) O1
Taman yang banyak dikunjungi dan diminati masyarakat
0.50
4
2.00
Threats (T) T1 T2
Perilaku pengunjung yang kurang menaati peraturan Adanya taman atau objek rekreasi yang lain
0.25
0.25
2
2
0.50
0.50
Total 1.00 3.00 Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE pada Tabel 17 dan 18, kondisi
internal Taman Lalu Lintas Bandung memiliki total nilai skor 1.95, sedangkan
untuk kondisi eksternalnya bernilai 3.00. Dari skor yang didapat dari pembobotan
peringkat di atas, diketahui posisi Taman Lalu Lintas Bandung pada kuadran
tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks
internal-eksternal (IE). Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu skor
total matriks IFE pada sumbu x dan total matriks EFE pada sumbu y. Total skor
matriks IFE adalah 1.95 dan total skor matriks EFE adalah 3.00. Hasil pemetaan
matriks IFE dan EFE Taman Budaya dapat dilihat pada Gambar 48.
I II III IV V VI VII VIII IX
Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, Taman Lalu Lintas Bandung
berada pada Kuadran III yang menunjukkan bahwa Taman Lalu Lintas Bandung
berada pada posisi hold and maintain. Strategi yang sesuai adalah strategi yang
tidak mengubah visi yang telah dibuat (defensif) namun perlu peningkatan potensi
yang dimiliki.
5.6 Sintesis
Permasalahan dan potensi dari hasil analisis aspek fisik, biofisik, sosial,
serta pengelolaan dan pemeliharaan dirumuskan dalam faktor kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman
Gambar 48 Matriks IE
4tinggi
sedang rendah
rendahsedang tinggi 3 2 1
Tota
l Sko
r EFE
Total Skor IFE
3
2 1
66
(threats). Sintesis merupakan tahap memberikan solusi dari permasalahan dan
mengembangkan potensi dari hasil analisis. Sintesis yang dilakukan merupakan
penyusunan alternatif strategi menggunakan Matriks SWOT.
5.6.1 Matriks SWOT
Analisis SWOT mengumpulkan permasalahan dan potensi yang ada di
Taman Lalu Lintas Bandung. Hasil sintesis dari analisis SWOT adalah matriks
SWOT (Tabel 19). Matriks SWOT menunjukkan beberapa strategi yang dapat
diambil untuk mengatasi permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada di
taman ini. Matriks ini dapat menghasilkan empat alternatif strategi yang dapat
diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan, yaitu
5. strategi SO, strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengambil kesempatan yang ada;
6. strategi WO, strategi yang mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang
ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan;
7. strategi ST, strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman yang dihadapi;
8. strategi WT, strategi yang meminimumkan kelemahan dan menghindari
ancaman yang ada.
Tabel 19 Matriks SWOT Eksternal
Internal
Peluang (Opportunities)
1. Taman yang banyak dikunjungi dan diminati masyarakat
Ancaman (Threats) 1. Perilaku pengunjung
kurang menaati peraturan
2. Adanya taman atau objek rekreasi yang lain
Kekuatan (Strengths) 1. Sebagai taman bermain dan
belajar 2. Sarana bermain yang cukup
bervariasi 3. Terdapat berbagai jenis pohon
Strategi S – O 1. Meningkatkan
sarana pendidikan kelalulintasan
2. Mempertahankan keberadaan pohon
Strategi S – T 1. Melakukan sosialisasi
kepada pengunjung untuk menaati peraturan
2. Meningkatkan kualitas pelayanan
Kelemahan (Weaknesses) 1. Penumpukan konsentrasi
pengunjung pada area tertentu 2. Beberapa sarana bermain yang
kurang terawat dan rusak 3. Program yang ada kurang
menunjang tujuan pengelolaan 4. Peletakan rambu lalu lintas
yang kurang sesuai
Strategi W – O 1. Memperbaiki dan
meningkatkan kualitas fasilitas
2. Menambah program 3. Memindahkan
rambu lalu lintas ke tempat yang lebih sesuai
Strategi W – T 1. Meletakkan sarana
bermain secara menyebar
67
5.6.2 Pembuatan Tabel Peringkat Alternatif Strategi
Beberapa alternatif strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT
kemudian ditentukan prioritasnya. Penentuan prioritas alternatif strategi dilakukan
dengan cara menjumlah semua skor dari faktor-faktor penyusunnya. Strategi yang
memiliki skor paling tinggi menjadi prioritas utama. Bentuk penentuan prioritas
alternatif strategi disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20 Pemeringkatanan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT
Strategi Keterkaitan
dengan unsur SWOT
Skor Peringkat
1. Meningkatkan sarana pendidikan kelalulintasan
2. Meningkatkan kualitas pelayanan
3. Mempertahankan keberadaan pohon 4. Melakukan sosialisasi kepada
pengunjung untuk menaati peraturan 5. Memperbaiki dan meningkatkan
kualitas fasilitas 6. Menambah program yang menunjang
tujuan pengelolaan 7. Memindahkan rambu lalu lintas ke
tempat yang lebih sesuai 8. Meletakkan sarana bermain secara
menyebar
S1, O1, W3, W4 S1, S2, S3, T2, O1 S3, O1 S1, T1, O1 W2, O1, T1, T2, S2 W3, O1, S1, T1, T2 W4, O1, S1, T1 W1, T1, S2, O1
3.01
3.66
2.36 3.14
3.40
3.82
3.33
2.84
VI
II
VIII V
III I
IV
VII