bab v hoho - digilib.uns.ac.id

87
76 BAB V ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN A. ANALISA POLA KEGIATAN Penentuan pola kegiatan dalam Perpustakaan Umum sebagai Ruang Publik Kota Surakarta ini didasarkan pada § Pelaku kegiatan. § Kegiatan yang dilakukan. § Fungsi kegiatan. Pola kegiatan pada masing-masing pelaku kegiatan dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: a. Kegiatan Utama (perpustakaan) 1. Pola kegiatan pengunjung Anak Registrasi Dongeng Penitipan Barang Parkir Datang Metabolisme Playground Membaca Meminjam& Mengembalikan Menggunakan katalog Pergi Gambar V.1 Pola kegiatan pengunjung anak Sumber: Analisis pribadi

Upload: others

Post on 02-Jun-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

76

BAB V

ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN

A. ANALISA POLA KEGIATAN

Penentuan pola kegiatan dalam Perpustakaan Umum sebagai Ruang

Publik Kota Surakarta ini didasarkan pada

§ Pelaku kegiatan.

§ Kegiatan yang dilakukan.

§ Fungsi kegiatan.

Pola kegiatan pada masing-masing pelaku kegiatan dapat digambarkan

dalam skema sebagai berikut:

a. Kegiatan Utama (perpustakaan)

1. Pola kegiatan pengunjung Anak

Registrasi

Dongeng

Penitipan Barang

Parkir Datang

Metabolisme Playground Membaca

Meminjam& Mengembalikan

Menggunakan katalog

Pergi

Gambar V.1 Pola kegiatan pengunjung anak

Sumber: Analisis pribadi

Page 2: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

77

2. Pola kegiatan pengunjung Umum

b. Kegiatan Penunjang

1. Pameran

Pameran ini terbagi menjadi dua berdasarkan skala benda yang dipamerkan:

- Pameran Besar : misalnya yang biasanya diadakan di Surakarta adalah

pameran buku, pameran komputer, pameran lukisan

- Pameran Kecil : misalnya yang biasanya ada di beberapa spot jalan,

ataupun barang pribadi yang hendak dipertontonkan antara lain pameran

karya instansi tertentu, dll.

2. Serbaguna dan Seminar

Kegiatan yang diwadahi bisa berupa seminar, penyuluhan, talkshow,

bedah buku, diskusi panel, sarasehan, training

Registrasi

Dongeng

Penitipan Barang

Parkir Datang

Metabolisme Diskusi Membaca

Meminjam& Mengembalikan

Menggunakan katalog

Pergi

Menonton

Membeli

Mencari informasi

Parkir Datang

Metabolisme Ibadah

Pergi

Gambar V.2 Pola kegiatan pengunjung umum

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.3 Pola kegiatan pengunjung pameran

Sumber: Analisis pribadi

Page 3: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

78

3. Cafe dan foodcourt

4. Toko Cinderamata dan Toko Buku

Registrasi

Berpartisipasi

Mencari informasi

Parkir Datang

Metabolisme Ibadah

Pergi

Membaca/Diskusi

Membayar

Memesan makanan/minuman

Parkir Datang

Metabolisme Ibadah

Pergi

Membayar Melihat Barang

Parkir Datang

Metabolisme Ibadah

Pergi

Gambar V.4 Pola kegiatan pengunjung serbaguna dan pameran

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.5 Pola kegiatan pengunjung cafe dan foodcourt

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.6 Pola kegiatan pengunjung toko cinderamata dan toko buku

Sumber: Analisis pribadi

Page 4: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

79

5. Movie Theater

6. Community Center

Aktivitas komunitas ini disediakan untuk mewadahi komunitas-

komunitas baik yang sudah ada maupun yang sengaja diadakan di

Surakarta untuk lebih berkembang. Misalnya saja komunitas penulis,

science, seniman, bahasa, dll.

7. Perpustakaan Tour

Diberikan fasilitas ini untuk lebih mendekatkan perpustakaan kepada

masyarakat, terutama kalangan pelajar. Dengan adanya fasilitas

perpustakaan tour, pengunjung mengetahui seluk beluk mengenai

perpustakaan secara fisik, koleksi, maupun fungsi dan manfaatnya.

Membeli tiket

Menonton

Mencari Informasi

Parkir Datang

Metabolisme Ibadah

Pergi

Makan/minum

Berdiskusi

Pameran/ Seminar/ Berkarya

Mencari Informasi

Parkir Datang

Metabolisme Ibadah

Pergi

Makan/minum

Gambar V.7 Pola kegiatan pengunjung movie theater

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.8 Pola kegiatan pengunjung community center

Sumber: Analisis pribadi

Page 5: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

80

c. Pengelola

1. Direktur & Kepala Perpustakaan

2. Bagian Tata Usaha

Berkeliling

Berdiskusi

Mendaftar Parkir Datang

Metabolisme Ibadah

Pergi

Makan/minum

Pengawasan Lapangan

Seminar, lokakarya, diskusi dll

Presensi Parkir Datang

Metabolisme &makan minum

Ibadah

Pergi

Cek arsip dan surat

Administrasi&Keuangan

Seminar, lokakarya, diskusi dll

Presensi Parkir Datang

Metabolisme& makan minum

Ibadah

Pergi

Cek arsip dan surat

Gambar V.9 Pola kegiatan pengunjung perpustakaan tour

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.10 Pola kegiatan direktur dan kepala perpustakaan

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.11 Pola kegiatan bagian tata usaha

Sumber: Analisis pribadi

Page 6: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

81

3. Bagian Pengelolaan Arsip dan Koleksi

4. Bagian Pelayanan Pemakaian Perpustakaan

5. Bagian Teknis Perpustakaan

Penyusunan Program

Seminar, lokakarya, diskusi dll

Presensi Parkir Datang

Metabolisme & makan minum

Ibadah

Pergi

Rapat Kerja

Pelayanan Publik

Seminar, lokakarya, diskusi dll

Presensi Parkir Datang

Metabolisme & makan minum

Ibadah

Pergi

Rapat Kerja

Katalogisasi&klasifikasi

Pelatihan pemeliharaa

n koleksi

Presensi Parkir Datang

Metabolisme & makan minum

Ibadah

Pergi

Pembersihan

Gambar V.12 Pola kegiatan bagian pengelolaan arsip dan koleksi

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.13 Pola kegiatan bagian pelayanan pemakaian perpustakaan

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.14 Pola kegiatan bagian teknis perpustakaan

Sumber: Analisis pribadi

Page 7: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

82

6. Bagian Humas dan Pelayanan Umum

d. Servis

1. Security dan Parkir

2. Karyawan/Teknisi/Pustakawan

Pelayanan Publik

Seminar, lokakarya, diskusi dll

Presensi Parkir Datang

Metabolisme & makan minum

Ibadah

Pergi

Rapat Kerja

Briefing/Persiapan

Pengaturan Sirkulasi

Kendaraan

Presensi Parkir Datang

Metabolisme & makan minum

Ibadah

Pergi

Menjaga Keamanan

Rapat/ Briefing

Mengontrol sistem mekanikal

elektrikal

Presensi Parkir Datang

Metabolisme & makan minum

Ibadah

Pergi

Perawatan sistem

Gambar V.15 Pola kegiatan bagian humas dan pelayanan umum

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.16 Pola kegiatan bagian security dan parkir

Sumber: Analisis pribadi

Gambar V.17 Pola kegiatan bagian karyawan/teknisi/pustakawan

Sumber: Analisis pribadi

Page 8: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

83

3. Distribusi Barang

B. ANALISIS PERUANGAN

1. Pendekatan kebutuhan ruang

Kebutuhan ruang perpustakaan ditentukan berdasarkan

pengelompokan kegiatan yang diwadahi, data fasilitas/ruang Kantor Arsip

dan Perpustakaan Daerah Surakarta dan disesuaikan dengan kebutuhan

fasilitas sebagai ruang publik adalah sebagai berikut.

a. Kegiatan Penerimaan

Kebutuhan ruang kegiatan penerimaan

Jenis kegiatan Kebutuhan Ruang

Datang-pergi/masuk-keluar Entrance

Hall

Penyimpanan/penitipan barang Ruang loker

b. Kegiatan Pelayanan Perpustakaan

Kebutuhan ruang kegiatan pelayanan perpustakaan

1) Anak-anak

Tabel V.1 Kebutuhan Ruang Penerimaan

Sumber : Analisa pribadi

Drop Barang Administra

si masuk Parkir Datang

Metabolisme & makan minum

Ibadah

Pergi

Peletakan Barang

Gambar V.18 Pola kegiatan bagian distribusi barang

Sumber: Analisis pribadi

Page 9: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

84

Tabel V.2 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pelayanan Anak

Sumber : Analisa pribadi

2) D

e

w

asa/Umum

Jenis kegiatan Ruang

Pelayanan informasi-registrasi Ruang sirkulasi umum-informasi

Penitipan barang Loker

Pelayanan peminjaman/pengembalian pustaka

Ruang sirkulasi anak

Pelayanan koleksi pandang dengar (audio-visual)

Ruang pelayanan koleksi pandang dengar (audio-visual)

Mencari Koleksi R. Pameran Koleksi berupa:

- Non Fiksi (karya umum, pelajaran sekolah, bahasa/kamus, ensiklopedia, koleksi IPTEK)

- Fiksi (terbitan periodik/majalah/tabloid, komik, buku dongeng, legenda)

Bercerita/mendongeng Ruang dongeng anak

Pelayanan Fotocopy R. Fotocopy

Membaca koleksi-diskusi

Ruang baca koleksi anak

- Indoor - Outdoor (playground)

Metabolisme Lavatory

Pengelola Anak - R. Arsip - R.Informasi - R. Karyawan - R. Administrasi - Lavatory

Jenis kegiatan Ruang

Pelayanan informasi-registrasi Ruang sirkulasi umum-informasi

Penitipan barang R. Loker

Pencarian Katalog R. Katalog (online/kartu)

Page 10: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

85

Pelayanan peminjaman/pengembalian pustaka

Ruang sirkulasi

Mencari Koleksi R. Pameran Koleksi yang terbagi menjadi:

- Bahasa/Kasusastraan - Jurnal , majalah, koran

(nasional, lokal, dan internasional)

- Karya umum (fiksi & nonfiksi)

- Filsafat, agama dan ilmu sosial

- Ilmu pasti & pengetahuan alam

- Ilmu pengetahuan praktis & ketrampilan

- Kesenian, olahraga & permainan

- Sejarah, geografi, biografi - R. Koleksi Outdoor

Referensi:

- Kamus - Sumber ilmu bumi - Ensiklopedia - Biografi & bibliografi - Indeks & abstrak - Pedoman - Terbitan pemerintah - Petunjuk direktori

Pelayanan Fotocopy R. Fotocopy

Mencari Data digital R. Browsing

Membaca koleksi-diskusi

Ruang baca koleksi

- Indoor (R. Privat, R. Baca umum, Smooking area, R.diskusi)

- Outdoor

Pelayanan Tambahan Terdiri dari ruang-ruang:

- Solo Corner

Page 11: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

86

c. Kegiatan Penunjang

Kebutuhan ruang kegiatan penunjang

Jenis kegiatan Ruang

Pencarian informasi R. informasi

Seminar/pertemuan

Talkshow

Lomba/Workshop

Bedah buku

Klub/ komunitas

Ruang serbaguna

Pameran Ruang pameran

- Pameran Skala kecil - Pameran Skala Besar

Browsing internet Ruang browsing

Makan-minum Cafe

Restaurant

(R. makan.minum, mini bar, kasir, wastafel, lavatory, dapur, gudang, janitor)

Pembelian Buku Toko Buku (kasir, R.display)

Pembelian cinderamata Toko Cinderamata (kasir, R.display)

Pelayanan Perpus Tour R. pertemuan

Pemutaran film Movie Theater/Megaplex

- Braille - R. Kelas

Metabolisme Lavatory

Ibadah Mushola, R. Wudhu

Tabel V.3 Kebutuhan Ruang Kegiatan Pelayanan Dewaa/umum

Sumber : Analisa pribadi

Page 12: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

87

(R. mesin film, genset, R.tiket, R. Duduk, lavatory)

Membaca Outdoor Plaza, taman, amphiteater

Jalan-jalan Jalan setapak (sirkulasi)

Duduk-duduk Area duduk outdoor

Pertunjukan amphiteater

Pengambilan uang R. mesin ATM

Metabolisme Lavatory

Ibadah Mushola (R.wudhu)

d. Kegiatan Pengelolaan

Kebutuhan ruang kegiatan pengelolaan

Jenis kegiatan Ruang kegiatan

Pemberian Informasi Front Office

Menunggu R. Tunggu

Menemui Tamu R. Tamu

Rapat seluruh jajaran pengelola

R. Rapat Besar

Lavatory

Pengorganisasian

Ruang pimpinan

Ruang sekretaris

Lavatory

Pengembangan koleksi, sarana dan program kerja

- Pemimpin pustakawan - Pelatihan pustakawan

Ruang Pengelolaan arsip dan koleksi

- R. Kepala pustakawan - R. pelatihan

Pengaturan rumah tangga, keuangan dan kepegawaian

Ruang tata usaha

Tabel V.4 Kebutuhan Ruang Penunjang

Sumber: analisis pribadi

Page 13: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

88

Katalogisaasi, Klasifikasi, Pemeliharaan bangunan dan koleksi

Ruang Sie Teknis Perpustakaan , R.komputer dan Ruang Laboratorium Pemeliharaan

Pengaturan Pelayanan Ruang pelayanan

Pelayanan Ruang Publik, fasilitas penunjang

Ruang Pelayanan Umum, terbagi dalam beberapa sub-sie:

- Pengelolaan cafe, toko cinderamata, toko buku, restaurant

- Pengelolaan sinema - Pengelolaan outdoor - Pengelolaan community

center - Pengelolaan perpustakaan

tour - Pengelolaan R.serbaguna

Pelayanan Informasi & Informasi Elektronik

Ruang Informasi, R. Server, R. MEE

Pertemuan formal/rapat internal

Ruang rapat

Makan/minum Dapur/pantry

Istirahat Lounge

Metabolisme Lavatory

Ibadah Mushola (R. wudhu)

e. Kegiatan Servis

Kebutuhan ruang kegiatan servis

Jenis kegiatan Ruang kegiatan

Menaruh kendaraan/parkir

Parkir (parkir pengunjung, parkir pengurus perpustakaan dan parkir mobil perpustakaan keliling, area basement)

Penerimaan dan pengiriman barang

Loading dock

Monitoring keamanan Pos satpam

Tabel V.5 Kebutuhan Ruang Pengelolaan

Sumber: analisis pribadia

Page 14: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

89

Ruang CCTV

Penyimpanan barang Gudang

Pembersihan Janitor

Metabolisme Lavatory pria, wanita dan difabel

Ibadah Mushola dan wudu

Mekanikal-elektrikal Ruang trafo

Ruang pompa

Ruang panel dan subpanel

R. shaft

R. genset

R. exhaust fan

Tangga darurat

2. Analisis Besaran Ruang

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mendapatkan besaran ruang

yang sesuai dengan kebutuhan. Terdapat beberapa kriteria penentu dalam

analisa proses penentuan besaran ruang antara lain adalah :

· Besaran ruang disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan ,

jumlah pelaku kegiatan dan alat - alat pendukung kegiatan

· Menggunakan standar besaran ruang yang telah ada.

Standart besaran ruang kode Ernst neufert, Architect’s Data Joseph de Chiara , Time Saver Standart for Building Type, For Urban Design Survey Lapangan

AD TSS

SL

· Flow gerak untuk mendukung dan kenyamanan. Besaran flow

gerak sebagai berikut: ( Sumber : Time Saver Standard of Building Type, 2nd

Edition )

§ 5% - 10% : standart minimun

Tabel V.6 Kebutuhan Ruang Servis Sumber: analisis pribadi

Page 15: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

90

§ 20% : kebutuhan keleluasaan fisik

§ 30% : Tuntutan kenyamanan fisik

§ 40% : Tuntutan kenyamanan psikologis

§ 50% : Tuntutan spesifikasi kegiatan

§ 70% - 100% : keterkaitan dengan banyak kegiatan

Untuk menyesuaikan dengan kondisi yang menuntut

kenyamanan secara keleluasaan fisik maka untuk unit – unit yang

sering digunakan yakni flow gerak sebesar 20% . sedangkan ruang

ruang lain menggunakan flow 30% sesuai dengan tuntutan

kenyamanan fisik

Berikut ini adalah analisis besaran ruang pada tiap-tiap kelompok

kegiatan:

a. Luas Ruang Kegiatan Penerimaan

Luas ruang kegiatan penerimaan

No Nama Ruang Ukuran

/orang/unit

Sumber Kapasitas Luas+ flow 20 % (±)

2. Entrance Asumsi 20 m2

3. Hall 1,5 m2/orang TSS 50 org 90 m2

4. Lobby 0,8 m²/org AD 20 org, (40%) 22,4 m2

5. R.Informasi 0,8 m²/org AD 8 org, (40%) 8,96 m2

6. Ruang Loker 250 unit Asumsi 250 org 48 m2

jumlah 189,36 m2

b. Luas Ruang Kegiatan Pelayanan Perpustakaan

Luas ruang tempat penyimpanan bahan pustaka (ruang koleksi)

diperhitungkan pertambahannya hingga tahun 2040. Karena setiap

tahunnya bahan pustaka akan mengalami pertambahan jumlah

sehingga luasan ruang koleksi diperhitungkan berdasarkan

Tabel 4.7 Luas ruang kegiatan Penerimaan

Sumber: analisis pribadi

Page 16: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

91

penambahan bahan pustaka pertahun untuk menjamin sustainability ke

depan.

Luas ruang kegiatan pelayanan perpustakaan

1) Anak-anak

No Nama Ruang Ukuran

/orang/unit

Sumber Kapasitas Luas+flow 20% (±)

1. Ruang sirkulasi umum

2,5 m2 /orang AD 6 orang 18 m2

2. Ruang Loker 100 unit Asumsi 100org 30 m2

3. R. Katalog Asumsi 50 195 m2

4. Ruang pelayanan koleksi audiovisual

Asumsi 50 org (30%) 65 m2

5. R. Koleksi (AD, 300 m2 / 10.000 jilid) 462 m2

Karya Umum 2500 eks AD

Pelajaran sekolah

3000 eks

Bahasa/kamus 400 eks

Ensiklopedia 1000 eks

IPTEK 1500 eks

Majalah& tabloid

4000 eks

Komik 1000 eks

Buku dongeng 2000 eks

6. R. Fotocopy

Area Fotocopy

2 unit AD 1,15 m²/org (50%)

25 m2

Meja Jilid 3 unit AD 1,44 m²/org (50%)

25 m2

7. Ruang dongeng

Asumsi 60 org (70%) 102 m2

8. R. Baca

Page 17: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

92

Indoor SL 60 m2

Outdoor (playground)

Asumsi 100 m2

9. Lavatory - unit

lavtry pria - unit

lavtry wanita

AD

AD

1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit

72,8 m2

46,8 m2

10 Pengelola

R. Arsip 2 set meja 2 pengelola

AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org (30%)

7,8 m2

R. Informasi 1 set meja 1 pengelola

AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org

(30%)

3,9 m2

R. Karyawan 10 org AD 1,2 m²/org

(30%)

15,6 m2

R. Administrasi

2 set meja 2 pengelola

AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org (30%)

7,8 m2

Gudang Asumsi 9 m2

Lavatory - unit

lavtry pria - unit

lavtry wanita

AD

AD

1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit

72,8 m2

46,8 m2

Pantry Asumsi 9 m2

MEE Asumsi 36 m2

Janitor Asumsi 5 m2

11 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2

R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2

5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2

jumlah 1444,6 m2

Tabel V.8 Luas ruang kegiatan pelayananan perpustakaan anak

Sumber: Analisis pribadi

Page 18: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

93

2) Dewasa/Umum

No Nama Ruang Ukuran

/orang/unit

Sumber Kapasitas Luas+flow 20% (±)

1. Ruang sirkulasi umum

2,5 m2 /orang AD 6 orang 18 m2

2. Ruang Loker 200 unit Asumsi 100org 60 m2

3. R. Katalog Asumsi 50 org (30%) 65 m2

4. Ruang pelayanan koleksi audiovisual

Asumsi 50 org (30%) 65 m2

5. R. Koleksi (AD, 300 m2 / 10.000 jilid) 1071m2

Bahasa 2500 eks AD

Jurnal,majalah,koran (lokal, nasional, internasional)

4000 eks

Karya umum fiksi

2000 eks

Karya umum non fiksi

3000 eks

Filsafat 700 eks

Agama 3000 eks

Ilmu sosial 4000 eks

IPA 2000 eks

Ilmu praktis 1000 eks

Kesenian 2000 eks

Olahraga 500 eks

Sejarah 1000 eks

Geografi 1500 eks

Biografi 1000 eks

Koleksi outdoor

2500 eks

Audiovisual 2000 CD, 2000 VCD,

Page 19: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

94

2000 DVD

Referensi(AD, 300 m2 / 10.000 jilid) 465m2

Kamus 2500 eks AD

Biografi 1000 eks

Bibliografi 700 eks

Ensiklopedia 1500 eks

Sumber ilmu bumi

2000 eks

Pedoman 1000 eks

Terbitan pemerintah

2500 eks

Petunjuk direktori

800 eks

Indeks & abstrak

1500 eks

Braille 2000 eks

6. R. Fotocopy

Area Fotocopy

2 unit AD 1,15 m²/org (50%)

25 m2

Meja Jilid 3 unit AD 1,44 m²/org (50%)

25 m2

7. R. Diskusi Asumsi 60 m2

8. R. Baca

Indoor

- Privat - Umum - SA

Aumsi @ 340 m2 (70%)

1020 m2

Outdoor Asumsi 100 m2

9. Lavatory - unit

lavtry pria - unit

lavtry wanita

- difabel

AD

AD

1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit

72,8 m2

46,8 m2

11,59m2

10 Pengelola

R. Arsip 2 set meja 2 pengelola

AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org

7,8 m2

Page 20: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

95

(30%)

R. Informasi 1 set meja 1 pengelola

AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org

(30%)

3,9 m2

R. Karyawan 10 org AD 1,2 m²/org

(30%)

15,6 m2

R. Administrasi

2 set meja 2 pengelola

AD 2,4 m²/bh 0,6m²/org (30%)

7,8 m2

Gudang Asumsi 9 m2

Lavatory - unit

lavtry pria - unit

lavtry wanita

AD

AD

1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit

72,8 m2

46,8 m2

Pantry Asumsi 9 m2

MEE Asumsi 36 m2

Janitor Asumsi 5 m2

11 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2

R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2

5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2

jumlah 3348,19 m2

c. Luas Ruang Kegiatan Penunjang

Luas ruang kegiatan penunjang

No Nama Ruang Ukuran

/orang/unit

Sumber Kapasitas Luas + flow 20 % (±)

1. R. Informasi 0,8m²/org AD 10 (40%) 11,2 m2

2. R. Auditorium 1,35m²/org AD 250 (80%) 607,5 m2

R, operator Asumsi 9 m2

R. gudang Asumsi 16 m2

Janitor Asumsi 9 m2

Tabel V.9 Luas ruang kegiatan pelayananan perpustakaan untuk umum

Sumber: Analisis pribadi

Page 21: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

96

3. R. Transit Asumsi 16 m2

4. R. Pameran

Skala kecil 1,35m²/org 200 org (100%)

675 m2

Skala Besar 1,35m²/org 1000 org (30%)

1755 m2

5. Ruang serbaguna

Asumsi 400 m2

6. R. internet anak

Asumsi 300 m2

7. R. Audiovisual

Asumsi 50 org (30%)

65 m2

8. Hotspot area Asumsi 20 org 30 m2

9. Ruang kelas R.duduk 1,5m2/org ( kapasitas 2 kelas @ 20 org )

TSS 40 org 72 m2

10 Cafe Asumsi 200 m2

11 Foodcourt Asumsi 230 m2

12 Toko buku Asumsi 200 m2

13 Toko cinderamata

Asumsi 200 m2

14

15 Movie theater/megaplex

SL

(blitz megaplex)

300 m2

16 R. pertemuan Asumsi 15 m2

17 Plaza / atrium Asumsi 400 m2

18 Taman Asumsi 300 m2

19 Amphitetaer Asumsi 200 m2

20 R. kelas tari Asumsi 60 m2

21 Studio musik SL 24 m2

22 Lapangan futsal

SL 800 m2

23 R. ATM 1 m²/atm SL 5 box (30%) 19,5 m2

24 Lavatory - unit

lavtry pria - unit

AD

1 m²/unit 2 m²/unit

72,8 m2

Page 22: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

97

lavtry wanita

- difabel

AD 1 m²/unit 2 m²/unit

46,8 m2

11,59m2

25 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2

R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2

5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2

jumlah 7074,69 m2

d. Luas Ruang Kegiatan Pengelolaan

Luas ruang kegiatan pengelolaan

No. Ruang Ukuran Sumber Kapasitas Luas + flow 20% (±)

1. Ruang pimpinan

R.kerja 4,5m2/org R.duduk 1,5m2/org

AD TSS

1 orang 7,2 m2

2. Front office 0,8 m²/org AD 10 org (30%)

10,4 m2

3. R. tunggu 0,8 m²/org AD 20 org (30%)

20,8 m2

4. R. tamu 2,5m²/org Asumsi 50 org (30%)

15 m2

5. R. rapat besar AD 162,5 m2

6. R. kepala pustakawan

15 m²/org AD 1 kepala 22,1 m2

1 m²/org 2 tamu (30%)

7. R. pelatihan Asumsi 60 m2

8. R. pengelolaan

1,2m²/org AD 10 14,4 m2

9. R.Sekretaris R.kerja 4,5m2/org Rak dokumen arsip

AD

Asumsi

2org 2 rak

11,7m2

9 m2

10 R. TU SL 25 m2

11 R. teknis Asumsi 25 m2

12 R. server Asumsi 25 m2

13 R. komputer 1,5 m²/unit AD 7 unit (30%) 13,65 m2

Tabel V.10 Luas ruang kegiatan pelayananan kegiatan penunjang

Sumber: Analisis pribadi

Page 23: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

98

14 R. pelayanan umum

Asumsi 12 m2

15 R. MEE Asumsi 36 m2

16 R, rapat 2,5m²/org AD 20 org 60 m2

17 R. kantin Asumsi 20 m2

18 Pantry Asumsi 9 m2

19 Lounge Asumsi 12 m2

20 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2

R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2

5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2

21. Lavatory pria= lavatory biasa @1,68m2

lavatory untuk kursi roda @2,56 m2 urinoir @1,09 m2

wastafel @1 m2 wanita= lavatory biasa @1,68m2

lavatory untuk kursi roda @2,56 m2 wastafel @1 m2

AD

AD

AD AD

AD

2org

1org

3org 3org 2org

1org

3org

15,85m2

11,59m2

jumlah 627,49 m2

e. Luas Ruang Kegiatan Servis

Luas ruang kegiatan servis

No.

Nama Ruang Ukuran

/unit

Sumber Kapasitas Luas+ flow 20% (±)

(untuk parkir,flow 50%)

1. Parkir pengunjung

(basement)

3x4,5m/mbl AD 200 mobil

3037,5 m2

Tabel V.11 Luas ruang kegiatan pengelolaan

Sumber: Analisis pribadi

Page 24: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

99

2. Parkir pengunjung

(basement)

1x2m/mtor 150 motor 450 m2

3. Parkir pengurus

3x4,5m/mbl 1x2m/mtor

AD 10 mobil

50 motor

303,75 m2

150 m2

4. Parkir mobil PerLing

20 m2/mobil 2 mobil 60 m2

5. Loading dock Asumsi 4 mobil 120 m2

6. Gudang Asumsi 75 m2

7. Pos satpam 4 m2/unit Asumsi 2 unit 40 m2

8. Lavatory - unit

lavtry pria - unit

lavtry wanita

- difabel

AD

AD

1 m²/unit 2 m²/unit 1 m²/unit 2 m²/unit

72,8 m2

46,8 m2

11,59m2

9 Mushola 20 Asumsi 0,72m²/org 17,3 m2

R. Wudhu 5 org pria Asumsi 1 m²/org 6 m2

5 org wanita Asumsi 1 m²/org 6 m2

12.

Ruang trafo Asumsi 140 m2

13.

Ruang pompa Asumsi 54 m2

14.

Ruang gas Asumsi

15 m2

15.

Ruang panel Asumsi 10 m2

16.

Ruang subpanel

Asumsi 10 m2

17 R. shaft Asumsi 144 m2

18 R. water treatment

Asumsi 10 m2

19 R. genset TSS

384 m2

20 R. chiller TSS 384 m2

21 R. PABX TSS 120 m2

22 R. exhaust fan TSS 90 m2

Page 25: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

100

23 R. mesin lift 1,5x1,5 m Asumsi 4 unit 9 m2

24 Tangga darurat

2x1,8x8= 28,8~29 m2

AD 145 m2

jumlah 6361,74 m2

- Perhitungan jumlah parkir kendaraan pengunjung:

Asumsi jumlah pengunjung perhari adalah 1000 orang, jumlah

pengunjung per 2 jam dalam sehari dengan waktu buka 11 jam ( 08.00-

19.00) adalah 140 orang (angka 2 jam diambil dari asumsi setiap

pengunjung berada di perpustakaan maksimal 2 jam).

Dari jumlah 140 pengunjung per 2 jam, diasumsikan 70 %

menggunakan kendaraan pribadi dan 30 % menggunakan kendaraan

umum. Dari sini dapat diperkirakan jumlah parkir yang harus

disediakan adalah 98 kendaraan (75 % motor=73 motor, 25 %

mobil=25 mobil).

- Perhitungan jumlah parkir kendaraan pengelola:

Jumlah pengelola adalah 60 orang, diasumsikan 60 % menggunakan

kendaraan pribadi dan 50 % menggunakan kendaraan umum. Dari sini

dapat diperkirakan jumlah parkir yang harus disediakan adalah 36

kendaraan (75 % motor=27 motor, 25 % mobil=9 mobil).

Rekapitulasi jumlah luas ruang :

Luas ruang kegiatan penerimaan = 189,36 m2

Luas ruang kegiatan informasi perpustakaan = 4792,79 m2

Luas ruang kegiatan penunjang = 7074,69 m2

Luas ruang kegiatan pengelolaan = 627,49 m2

Luas ruang kegiatan servis = 6361,74 m2

Tabel V.12 Luas ruang kegiatan servis Sumber: Analisis pribadi

Page 26: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

101

Jumlah keseluruhan = 19046,07m2

Sirkulasi 40 % dari 19028,07 m2 = 7629,228 m2

Total luas dasar bangunan (LBD) = 26657,298 m2

3. Analisis Khusus

1. Ruang baca

a. Indoor

- Sirkulasi

Yang terpenting pada suatu ruang baca adalah adanya

komponen meja & kursi sebagai tempat membaca serta sirkulasi

yang nyaman untuk pengunjung berlalu lalang. Berikut adalah

beberapa persyaratan dari Neufert, Arsitektur Data jilid 2:

No. 1 :Luas Untuk meja perseorangan No. 2 :Jarak minimum antar meja

No.8 : Ruang gerak minimum di dalam jangkauan ruang baca No.9 :Lalulintas pergerakan antara posisi duduk dan berdiri.

Gambar V.19

Persyaratan sirkulasi pada perpustakaan (Sumber: Arsitek Data jilid 2)

Page 27: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

102

- Suasana/konsep ruang

Ruang baca indoor, seperti halnya ruang-ruang baca yang

sering dijumpai di beberapa perpustakaan yang sudah sering

diterapkan. Suasana formal, dengan jajaran tempat duduk dan meja

yang teratur. Untuk itulah perpustakaan umum ini mencoba

menghadirkan suasana baru di dalam ruang baca dengan

mengkonsep interior sesuai dengan koleksi yang ada. Misalnya

ruang baca anak-anak akan berbeda dengan ruang baca dewasa

sebagaimana seperti preseden perpustakaan taman pintar

Yogyakarta. Suasana dibuat senyaman mungkin, bahkan

memasukkan konsep santai dari cafe ke dalamnya. Seperti susunan-

susunan kursi dan meja dibuat tidak formal, terdengar alunan musik

namun tidak berisik, dan juga mebel yang digunakan bukan

bangku-bangku kayu yang kaku.

Karena memang konsep ruang indoor diperuntukkan bagi

orang-orang yang senang membaca di area privat dan cukup

tertutup, maka terdapat pula area privat membaca. Selain area

privat terdapat area umum/publik yakni untuk area membaca

bersama. Dan yang terakhir adalah terdapat area untuk khusus yang

merokok atau smoking area.

b. Outdoor

- Konsep

Selain ruang baca indoor, dikonsep pula ruang baca

outdoor bagi pengunjung yang menyukai area baca di luar ruangan.

Dengan adanya area baca outdoor akan lebih membebaskan

Gambar V.20 Contoh gambaran tempat duduk non formal baik susunan maupun bentuk

Sumber: www.housemagz.com.

Page 28: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

103

masyarakat publik menggunakan fasilitas membaca di manapun

mereka sukai.

- Jenis ruang

Jenis ruang yang digunakan untuk area baca outdoor bisa

memiliki alternatif. Misalnya dengan adanya taman baca,

dilengkapi dengan hamparan rumput hijau ataupun bangku taman

untuk duduk bersantai. Bisa juga dengan adanya amphiteater dun

selasar perpustakaan.

- Sistem

Sistem penggunaan ruang baca indoor dan outdoor sudah

pasti berbeda, jika di dalam ruangan pengawasan buku yang

dipinjam untuk dibaca ditempat masih bisa dilakukan, akan tetapi

jika di luar ruangan hanyalah buku yang sudah dipinjam dan

dicatat oleh petugas.

c. Semi outdoor

- Konsep (menghadirkan suasana luar masuk ke dalam& suasana

dalam diterapkan di luar. Maksud dari ruang baca ini adalah untuk

senantiasa menghadirkan suasana publik, di mana ketika di dalam

suatu ruangan akan tetapi dengan konsep seperti gambar di bawah,

pengunjung seolah-olah tidak sedang berada di dalam ruangan.

Begitu juga sebaliknya.

2. Ruang koleksi

a. Syarat & standar

Luas tempat koleksi tertentu tergantung pada jumlah

koleksi yang ada, yang jelas tiap dua jenis media bisa ditempatkan

Gambar V.21 Contoh gambaran memasukkan unsur outdoor ke dalam indoor & sebaliknya

Sumber: www.flickr.com

Page 29: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

104

pada satu rak atau tempat. Luas minimal 300m2 untuk setiap

10.000 jilid media/koleksi. Setiap rak terdiri dari 5 atau 6 bidang

yang disusun ke atas. Tinggi rak maksimal 1,80 m . untuk satu

bidang rak bisa memuat 30 jilid bahan bacaan, 33 jilid bacaan

ringan atau 35 bacaan anak-anak. Lorong rak maksimal 3m, begitu

juga dengan relung untuk mengangkut koleksi yang menggunakan

kereta dorong dengan ukuran 92/99/50 cm. Pada perpustakaan

besar digunakan lift untuk mengantar bahan bacaan/bukan.

Berikut ini adalah contoh ketentuan mengenai rak buku dan

sirkulasi yang merupakan hal penting dari suatu perpustakaan.

3. Arcade/atrium

a. Pengertian

Ruang dalam suatu bangunan yang berfungsi sebagai

atrium, berperan sebagai pengikat ruang-ruang disekitarnya yang

Gambar V.22 Ketentuan ukuran rak untuk dewasa, pelajar, dan anak-anak

Sumber: Arsitek Data jilid 2

Gambar V.23 Ketentuan sirkulasi

Sumber: Arsitek Data jilid 2

Page 30: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

105

sering digunakan untuk kegiatan komersial dan merupakan

pedestrian area.

b. Preseden

- PVJ

PVJ atau Paris Van Java mirip konsep

Citos dan Cihampelas Walk, konsep mall

dengan koridor antar toko yg semi terbuka.

Di sini efek tampias hujan masih bisa

dirasakan bila kita jalan di koridor tengah.

Ini dikarenakan antar toko di lantai

dasarnya, hampir-hampir tidak diberikan

skylight penutup atap. Biasanya mall

umumnya selalu dgn konsep koridor &

skylight. Sedangkan di PVJ tidak. Memang

ini disengaja supaya pengunjung lebih

merasa berada di arcade ruang luar toko pinggir jalan daripada

berada di dalam. Ada upaya utk memanipulasi atmosfir ruang

arsitektur & pengalaman berjalan di koridor ruang luar ke konsep

ruang ke dlm sebuah pusat belanja.

4. Amphiteater

a. Pengertian

“an oval large stadium with tiers of seats; an arena in

which contests and spectacles are held”. Jadi merupakan arena

dengan kecenderungan bentuk oval ataupun mendekati lingkaran,

berikut juga tempat menonton/tempat duduk yang berundak.

b. Preseden & contoh

Ada banyak fungsi dan bentuk

dari amphiteater ini, tapi yang jelas

kesemuanya adalah diperuntukan bagi

masyarakat publik kemudian

direpresentasikan dengan berbagai

macam kegiatan. Bisa untuk

Gambar V.24 Arcade PVJ

Sumber: www.flickr.com

Gambar V.25 Amphiteater perpustakaan Blitar

Sumber: dokumentasi pribadi

Page 31: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

106

pertunjukan seni, musik, pameran, dan kegiatan spontanitas lain

dari masyarakat. Untuk perpustakaan umum ini nantinya

amphiteater akan memperkuat ruang publik dan menambah ruang

kebudayaan masyarakat.

5. Taman

Seperti yang sudah dijelaskan pada tinjauan mengenai ruang

publik, maka unsur taman yang cocok untuk perpustakaan ini adalah

berupa mini parks. Taman kecil ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan,

termasuk air mancur yang digunakan untuk mendukung suasana taman

tersebut. Akan tetapi tidak hanya disediakan satu taman saja, namun

beberapa ruang taman untuk mendukung keindahan visual dan juga area

publik yang serbaguna.

Dengan kedua macam area ruang publik tersebut, perpustakaan

akan lebih terasa menjadi sebuah one stop area dengan fungsi-fungsi

publik yang positif dan bermanfaat. Pemanfaatan arcade akan membuat

orang berjalan dari satu tempat koleksi ke tempat koleksi yang lain,

kemudian mereka saling berinteraksi dalam suatu diskusi pada spot-spot

yang telah disediakan. Kemudian penempatan amphiteater bisa membuat

suasana lingkungan membaca yang menyenangkan tercipta. Selain itu

yang terpenting dari sebuah amphiteater adalah bahwa nantinya akan

menjadi ruang kebudayaan masyarakat sekitarnya. Keberadaan taman

bukan hanya menjadi rest area namun juga dapat menjadi area hijau yang

menyejukkan lingkungan sekitar.

Dari beberapa unsur di atas yang menjadikan ruang publik akan

bisa diterima oleh semua kalangan adalah bisa diakses oleh siapa saja, tak

terkecuali bagi kaum difabel. Berikut adalah contoh akses difabel untuk

menuju perpustakaan yang bisa juga diterapkan sebagai akses ruang

publik, maupun antar ruang pada perpustakaan:

Page 32: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

107

6. Aksesibilitas

Kemiringan maksimal sebuah tanjakan adalah 1:12 atau maksimal

8,33 persen perubahan ketinggian. Panjang maksimum tanjakan menerus

adalah ± 9,15 m. Jika melebihi panjang tersebut, tanjakan harus memiliki

area datar untuk istirahat sepanjang minimum ±1,50 m. Tanjakan harus di

lengkapi dengan handrail. Lihat ilustrasi 3-4E

Akses kursi roda ke kamar kecil membutuhkan ruang selebar ±1,52

m dengan panjang ±1,52 m, dengan pintu 0,92 m yang ditempatkan pada

diagonal berlawanan posisi toilet dengan daun pintu yang mengayun

keluar, seperti dalam ilustrasi 3-5A perhatikan bahwa pengguna kursi roda

harus mundur karena tidak tersedia cukup ruang untuk kursi berputar 180o

di dalam kamar kecil.

Gambar V.26 Akses untuk difabel di National Cheng Kung University, Taiwan

Sumber: www.andrepuja.wordpress.com

Gambar V.27 Ilutrasi kemiringan maksimal untuk difabel

Sumber: Hukum Tuna Daksa Amerika

Gambar V.28 Ilutrasi kamar mandi untuk difabel

Sumber: Hukum Tuna Daksa Amerika

Page 33: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

108

C. ANALISIS FISIK

1. Analisis Pemilihan Site

a. Tujuan

Mendapatkan lokasi yang sesuai & mendukung sebagai area

didirikannya bangunan perpustakaan.

b. Dasar pertimbangan

Menurut Chiara (1983) pertimbangan pemilihan site

dalam Time Saver Standard for Building Types menyebutkan

beberapa kriteria yang perlu untuk diperhatikan dalam penentuan

site bagi sebuah bangunan perpustakaan.

a. Berlokasi di pusat (central location)

Berlokasi di pusat penting artinya bagi sebuah perpustakaan.

Dengan berada di pusat menjadikan perpustakaan mudah untuk

diakses dari segala penjuru kota. Hal ini meningkatkan nilai

aksesibilitas perpustakaan.

b. Prominen

Yang dimaksud dengan prominen adalah strategis, dapat dilihat

dengan jelas dan terletak didaerah yang memiliki arti penting.

Perpustakaan adalah sebuah fasilitas publik yang terdapat

dalam kota. Letak yang strategis menjadikan perpustakaan

dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh warga kota.

c. Pintu masuk selevel jalan

Fungsi dari pintu masuk yang memiliki ketinggian sama

dengan jalan adalah untuk meleburkan antara ruang luar dan

ruang dalam. Hal ini menegaskan fungsi dari bangunan

perpustakaan tersebut sebagai bangunan fasilitas publik.

d. Cukup besar untuk dilakukan ekspansi

Bangunan perpustakaan menampung material yang sifatnya

dinamis, maksudnya materi yang dikandung dalam bangunan

dapat bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Sebuah

ekspansi dikemudian hari sudah hampir dapat diperkirakan.

Page 34: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

109

Oleh karena itu penting artinya antisipasi di masa yang akan

dating mulai diperhitungkan sejak dini dari penentuan site.

e. Site persegi

Site yang berbentuk persegi menjadi prioritas dalam penentuan

site bagi bangunan perpustakaan. dua pertimbangan utama

yang mendasari poin ini adalah untuk kemudahan sirkulasi dan

penempatan area servis.

f. Fondasi seragam (uniform foundation)

Pondasi yang sejenis menjadi poin efisiensi dan kemudahan

pengerjaan. Fondasi yang sergam dapat dicapai dengan

kemiringan lahan yang relative datar dan kondisi tanah yang

relatif sejenis.

Perlu untuk dicatat bahwa poin-poin tersebut diatas dirumuskan

oleh chiara pada tahun 1983, jadi untuk poin terakhir yang berkaitan

dengan struktur mungkin dapat diabaikan karena perkembangan

teknologi konstruksi dalam beberapa dekade belakangan. Hal kedua

yang perlu untuk dikritisi dari poin-poin tersebut adalah unsur tempat.

Chiara membuat teorinya berdasarkan observasinya pada lingkungan

eropa dengan iklim sub-tropisnya, hal ini tentu saja berbeda apabila

diaplikasikan di Indonesia dengan iklim tropis. Pada poin pintu masuk

selevel jalan (Street level entrance) bertujuan untuk menyatukan ruang

dalam dan ruang luar dalam esesensi ruang publik. Di Indonesia hal

ini tidak dapat diterapkan karena dapat mengakibatkan becek pada

musim hujan dan debu pada musim kemarau. Oleh karena itu perlu

dicari alternative pemecahan lain untuk menghadirkan esensi ruang

publik dalam bangunan perpustakaan.

c. Analisa

§ Sesuai dengan RTRW

SWP

Skala Pelayanan Kegiatan Fungsi / kegiatan (%) Jumlah

(%) Ters Sekunder Primer

Ling BWK Kota

/lokal

Regi

onal

Nas Inter A B C D E F G H

I ü ü ü ü ü 20 10 70 100

Page 35: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

110

II ü ü ü ü ü ü 10 5 5 10 10 60 100

III ü ü ü ü ü ü 15 15 25 45 100

IV ü ü ü ü ü ü 5 15 5 10 65 100

V ü ü ü ü 15 5 10 70 100

VI ü ü ü ü 5 10 5 5 75 100

VII ü ü ü 5 5 90 100

VIII ü ü ü ü ü 10 5 10 25 5 55 100

IX ü ü ü ü ü 15 5 5 75 100

X ü ü ü 5 5 90 100

- Keterangan :

A = Fungsi Pariwisata

B = Fungsi Kebudayaan

C = Fungsi Olahraga

D = Fungsi Industri

E = Fungsi Pendidikan

F = Fungsi Perdagangan

G = Fungsi Pusat Administrasi dan Perkantoran

H = Fungsi Perumahan

BWK = Bagian Wilayah Kota

Inter = Internasional

SWP = Sentra Wilayah Pengembangan

§ Kawasan Zona Pendidikan di kota Surakarta :

- Kompleks Pendidikan di Kerten (Jalan Slamet

Riyadi),

- Kompleks Pendidikan di Manahan bagian barat (Jalan

Adi Sucipto),

- Kompleks Pendidikan di Manahan bagian Timur,

- Kompleks Pendidikan di Margoyudan (Jalan

Monginsidi),

- Kompleks Kampus Universitas Sebelas Maret di

Kentingan (Jalan Ir. Sutami),

Page 36: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

111

- Kompleks Kampus Universitas Tunas Pembangunan

di Cengklik,

- Kompleks Kampus Universitas Slamet Riyadi di

Kadipiro (Jalan Sumpah Pemuda).

d. Alternatif Lokasi

Berikut ini adalah alternatif awal mula site yang akan dipilih:

SITE 1

Jl.M anyar V

Jl.M anyar IV

Kelema ha n : U kura n site terla lu besa rKelebiha n : Loka si sa ng a t stra teg is

SITE 2

Gambar V.29 Gambar alternatif site

Sumber: dokumentasi pribadi

Page 37: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

112

Keduanya terletak di Manahan yang mana posisinya adalah di

pusat Kota dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Pada wilayah

ini terdapat banyak sekali fasilitas pendidikan berupa sekolah, mulai

dari tingkat Taman kanak-kanak hingga institusi pendidikan setara

perguruan tinggi. Antara lain : TK Pembina, Sd negeri 101 Manahan,

SMP Negeri I Surakarta, SMP Kristen 1 Surakarta, SMA Negeri 4

Surakarta, STM 1 Surakarta, dan SMK 2 Surakarta. Selain itu,

Manahan merupakan kawasan potensial dalam perdagangan dan

sosial. Hal ini dilatar belakangi oleh keberadaan Stadion Manahan

yang berfungsi sebagai pusat public space di kota Surakarta dengan

tingkat komersial yang cukup tinggi dalam hal perdagangan barang

dan jasa.

Alternatif Site Karakter Nilai

Alternatif 1 § Kemudahan pencapaian

§ Potensi Lingkungan sekitar yang

Mendukung

§ Kondisi fisik site yang mendukung

§ Terletak di tempat dengan nilai ekspos

tinggi.

+++

+++

++

+++

Total Nilai 1100

Alternatif 2

§ Kemudahan pencapaian

§ Potensi Lingkungan sekitar yang

Mendukung

§ Kondisi fisik site yang mendukung

§ Terletak di tempat dengan nilai ekspos

tinggi.

+++

+++

+

++

Total Nilai 900

Keterangan: + bernilai 100

Tabel V.13 Perbandingan alternatif site Sumber: Analisis pribadi

Page 38: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

113

e. Produk

Dengan dasar pertimbangan-pertimbangan di atas, maka site

terpilih yang direncanakan untuk bangunan perpustakaan yaitu

pada alternatif site1.

§ Eksisting Site

- Site terletak di Jalan Adi Sucipto, berbentuk

trapesium dengan rincian ukuran sebagai berikut :

- Batas Site

· Utara: Jalan L.U Adi Sucipto (Stadion

Manahan)/Lebar jalan = 24 meter

· Timur: Jalan L.U Adi Sucipto/Lebar jalan = 24

meter

· Selatan: Jalan Samratulangi/Lebar = 12 meter

· Batas Barat: Jalan Sumbing (Perumahan

Penduduk)/Lebar = 8 meter

§ Luas site adalah 23.066 meter persegi.

§ Peraturan Bangunan

- Berdasarkan RUTRK Kota Surakarta 1993 – 2013,

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah 50% - 75%

à KDB yang digunakan = 70%

= 70% x 28.562,9

= 16146,2 m2 ~ 16.146 m2

Gambar V.30 Lokasi Site Terpilih

Sumber: Dokumen pribadi, 2011

SITE

Page 39: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

114

Jadi luas bersih lahan yang diijinkan terbangun =

19.994 m2

- Ketinggian bangunan yang diijinkan pada site

menurut RUTRK Kota Surakarta 1993 – 2013 adalah

hingga 9 lantai.

2. Analisa Pencapaian Site

a. Tujuan

Mendapatkan alternatif pencapaian untuk mengakses tapak

sesuai dengan fungsi bangunan.

b. Dasar pertimbangan

1) Main Entrance

Untuk menentukan main entrance, terdapat beberapa

karakteristik yang harus dipenuhi agar bangunan dapat terakses

dengan baik. Karakteristik tersebut adalah :

§ Mudah dikenali dan diakses dari jalan utama

§ Berhadapan langsung dengan jalan utama, untuk

memudahkan akses kendaraan umum.

§ Memperhatikan kelancaran dan keamanan pengunjung,

sehingga tidak menggangu jalannya kegiatan yang

terjadi di perpustakaan

2) Side Entrance

Side entrance digunakan sebagi alternative pencapaian

kedalam site. Dasar pertimbangann yang harus diperhatikan

dalam menentukan site entrance adalah sebagai berikut :

§ Keberadaan site entrance menunjang fungsi main

entrance

§ Kegiatan yang terjadi dengan adanya site entrance tidak

mengganggu kenyaman sirkulasi & kegiatan user.

3) Service Entrance

Keberadaan service entrance dimaksudkan untuk

memperlancar pelayanan service pada bangunan. Dalam

Page 40: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

115

perencanaannya, service entrance harus memperhatikan

beberapa hal sebagai berikut :

§ Mendukung fungsi kegiatan bagi pengelola dan service

sehinga kenyamanan pengunjung dapat diupayakan

maksimal.

§ Terletak di jalan yang tidak ramai & letaknya jauh dari

alur kegiatan pengunjung. Hal ini dimaksudkan untuk

alasan estetika dan segi privacy pengelola.

§ Keberadaan service entrance tidak mengganggu

sirkulasi & jalannya kegiatan dalam site, terutama

kegiatan pengunjung.

a. Analisa

No Nama Jalan Potensi Analisa

1 Jalan L.U Adi

Sucipto

§ Merupakan salah satu jln

arteri utama kota

Surakarta,dengan

sirkulasi lalu lintas 2 arah

yg mempunyai lebar jalan

24 meter.

§ Dapat diakses oleh

kendaraan pribadi dan

umum

§ Berbatasan lagsung

dengan stadion Manahan

yang menjadi pusat

Dijadikan sebagai alternatif

Main Entrance. Karena site

cukup panjang , maka jalur

masuk dan keluar dipisah

agar sirkulasi lebih lancar.

Selain itu, salah satu jalur

bisa digunakan sebagai

alternatif cadangan ketika

pintu utama ditutup untuk

kegiatan tertentu.

Jalan Adi Sucipto

Jalan Samratulangi

Jalan Sumbing

Page 41: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

116

Gambar V.31 Produk pencapaian site

Sumber : Analisa Pribadi, 2011

public space di Surakarta

§ Mobilitas yang terjadi

tinggi & ramai

2 Jalan Sumbing § Merupakan jalan

pemukiman yang relatif

sepi dan tidak dilalui jalur

kendaraan umum.

§ Lebar jalan hanya 8 meter

Dijadikan sebagai alternatif

jalur keluar

3 Jalan

Samratulangi

§ Merupakan jalan 2 arah

yang memiliki lebar 12

meter dengan tingkat

keramaian sedang.

§ Dilalui oleh jalur

kendaraan umum, yakni

angkuta dan becak.

§ Pada bahu jalan sebelah

selatan berbatasan dengan

perlintasan / rel kereta

api.

Dijadikan sebagai

alternative side entrance

yang dapat digunakan

pengunjung dan pengelola

untuk masuk kedalam

kawasan bangunan

perpustakaan

b. Produk

Dari serangkaian analisa yang dilakukan, maka didapatkan hasil

sebagai berikut :

Tabel V.14 Analisis jalan

Sumber: Analisis pribadi

Service Entrance

Side Entrance

Main Entrance

Alternatif

Out

Page 42: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

117

§ Didapatkan 2 alternatif masuk kedalam site, yakni :

- Melalui main entrance : Jalan L.U Adi Sucipto

- Melalu side entrance : Jalan Samratulangi

§ Terdapat 3 jalur keluar bagi pengunjung, yakni melalui

jalan Adi sucipto, jalan Samratulangi dan sumbing.

Penggunaan sirkulasi keluar ini dimaksudkan unuk

mempermudah sirkulasi di area perpustakaan.

3. Sirkulasi

a. Tujuan

Mendapatkan pola sirkulasi di dalam site yang aksesibel.

b. Dasar Pertimbangan

§ Sirkulasi pengunjung berkendaraan.

§ Sirkulasi pengelola,barang, dan servis.

§ Sirkulasi pejalan kaki.

§ Sirkulasi kendaraan umum dan taksi - kemudahan akses

pencapaian

§ Sirkulasi difabel

c. Analisa

Untuk mempermudah pengaturan sirkulasi, sirkulasi dibedakan

menjadi 2 :

§ Sirkulasi Kendaraan bermotor

§ Sirkulasi Pejalan Kaki

d. Hasil

Sirkulasi tidak dapat dipisahkan dengan hasil analisis pencapain

dalam site. Dari hasil pencapaian site, diperoleh sirkulasi sebagai

berikut :

Keterangan

Service Entrance

Gambar V.32 :Analisa sirkulasi Sumber : Analisa Pribadi, 2010

Side Entranc

Main Entrance

Parkir Pengunjung

Parkir pengelola&service

Page 43: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

118

Gambar V.33:analisa view & orientasi site Sumber : Analisa Pribadi, 2011

Sirkulasi kendaraan bermotor

Sirkulasi pejalan kaki

4. View & Orientasi Site

a. View keluar Site

1) Tujuan

Mendapatkan view yang menarik & menunjang bagi fungsi

bangunan perpustakaan

2) Dasar Pertimbangan

§ Potensi view lingkungan sekitar site

§ Pola kegiatan kota dan lingkungan

3) Analisa

Page 44: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

119

Gambar V.34 :Hasil analisa view & orientasi site Sumber : Analisa Pribadi, 2011

4) Produk

Dari hasil analisa didapat produk sebagai berikut :

b. View kedalam Site

1) Tujuan

§ Mengetahui spot pada site untuk dikembangkan sehingga

menunjang aktifitas, fungsi, & eksistensi perpustakaan

ditengah masyarakat secara optimal.

§ Mendapatkan spot pada site untuk dimaksimalkan menjadi

point of interest bangunan perpustakaan untuk

mempermudah mengkomunikasikan bangunan kepada

publik.

2) Dasar Pertimbangan

§ Arah pandang pengunjung dari luar kedalam site, untuk

mendapatkan area ekspos terbaik.

§ Pola kegiatan kota & lingkungan

Membuat view tambahan

Page 45: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

120

3) Analisa

4) Produk

§ Desain Bangunan

Gambar V.35: Analisa View kedalam Site Sumber : Analisa Pribadi, 2011

Area ini adalah pertemuan titik mata dari Jalan Adi

Sucipto dan Jalan Sumbing. Merupakan spot yang

cukup strategis untuk dikembangkan agar bangunan

perpustakaan lebih terkomunikasikan.

Merupakan spot pusat titik temu titik

arah pandang mata terbanyak dari

berbagai akses sudut site. Yakni dari

jalan utama site, Jalan Adi Sucipto,

dan Jalan M.T Haryono

Pada bagian ini diberi penonjolan desain sebagai point of interest bangunan perpustakaan sehingga keberadaan dapat lebih terekspos.

Fasad dibuat atraktif, karena berada pada jalur akses utama yang mengekspos

bangunan keluar. Dari arah sinilah bangunan perpustakaan mayoritas terakses ke publik.

Pada spot bagian ini, diberi penonjolan desain yang unik

sehingga dapat menjadi penanda akan keberadaan

bangunan perpustakaan

Fasad sepanjang Jalan Samratulangi dibuat atraktif sehingga membantu mengkomunikasikan keberadaan bagunan perpustakaan kepada publik,

mengingat Jalan Samratulangi merupakan side akses dari bangunan ini, dengan mobilitas cukup

tinggi.

Fasad diolah dengan menjadi bagian tertinggi dari kawasan

sehingga terdapat interaksi dengan GOR manahan.

Gambar V.36: Produk dari analisa view Sumber : Analisa Pribadi, 2011

Page 46: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

121

§ Orientasi Site

5. Kebisingan

a. Tujuan

Mendapatkan suasana yang kondusif & nyaman dalam bangunan

dengan cara menanggulangi noise yang berasal dari lingkungan

sekitar site, maupun yang timbul dari kegiatan dalam site itu

sendiri.

Dasar Pertimbangan

b. Dasar Pertimbangan

§ Lalu lintas disekitar site

§ Keberadaan akses sirkulasi (jalan) yang dapat menimbulkan

noise

§ Kegiatan yang terjadi didalam site

§ Pola kegiatan kota dan lingkungan.

Gambar V.37 :Orientasi site Sumber : Analisa Pribadi, 2011

Bangunan berorientasi ke arah jalan utama, yakni Jalan L.U Adi Sucipto.

Page 47: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

122

c. Analisa

Analisa tersebut dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu :

d. P

r

o

duk

§ Peggunaan barier berupa pohon dan penggunaan elemen

air, seperti kolam buatan sebagai pengahalau kebisingan

jalan.

§ Pemberian jarak yang cukup lebar antara jalan dan

bangunan, terutama untuk ruang-ruang yang

membutuhkan ketenangan.

§ Penggunaan material peredam kebisingan pada spot-spot

tertentu yang dirasa perlu. Misal :ruang baca privat, ruang

seminar, dan ruang audio visual.

Zona Noise Tinggi

a. Dimanfaatkan untuk area yang membutuhkan privacy rendah.

Zona Noise Sedang

b. Dimanfaatkan untuk area yang membutuhkan privacy sedang.

Zona Noise Rendah

c. Dimanfaatkan untuk area yang tidak membutuhkan privacy.

Gambar V.38:Analisa Kebisingan Sumber : Analisa Pribadi, 2011

75 dB

57 dB

50 dB

Karena merupakan kawasan

pendidikan & pusat public space di

Solo, maka jalan utama ini memiliki

noise yang cukup tinggi berasal dari

arus lalu lintasnya.

Merupakan jalan

perumahan dengan

tingkat mobilitas

rendah. Sehingga noise

yang ditimbulkan juga

relatif rendah.

Tingkat noise pada area

ini cenderung sedang.

Namun pada saat-saat

tertentu (ketika Kereta

api) lewat, noise

menjadi tinggi.

Page 48: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

123

Gambar V.39 Diagram matahari untuk pengukuran sudut

pembayang horizontal maupun vertikal di Kota Surakarta.

(Sumber : Lippsmeier, 1997).

6. Garis edar Matahari

a. Tujuan

Menentukan respon bangunan perpustakaan yang direncanakan

terhadap pengaruh matahari.

b. Dasar Pertimbangan

Pertimbangan analisis adalah pergerakan matahari dari timur ke

barat yang memberikan efek penyinaran berbeda.

c. Analisa

Pergerakan matahari berbengaruh dalam perancangan sebuah

bangunan terutama pada desain bentuk bangunan. Ada dua

pengaruh dari pergerakan matahari yaitu :

§ Cahaya

Cahaya berhubungan dengan intensitas gelap dan terang

sebuah ruang. Cahaya dapat dimanfaatkan untuk

pencahayaan alami pada siang hari.

§ Sinar.

Sinar berhubungan dengan intensitas suhu di dalam ruang

yang berpengaruh pada kenyamanan termal pengguna.

Kota Surakarta terletak pada 7 º LS dan

110 º BT. Meridian waktu 104 º timur,

110 º - 104 º = 6 º, 6 º dikali 4 = 24, maka

waktu tengah hari sebenarya Kota

Surakarta adalah 12.24. Dari sini diagram

matahari yang dipilih adalah 6 º selatan.

Page 49: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

124

Gambar V.40 :Analisa Garis Edar Matahari Sumber : Analisa Pribadi, 2011

Bangunan yang ada disekitar site merupakan bangunan tingkat

rendah dan tidak terlalu padat sehingga tidak berpengaruh akan

masuknya cahaya matahari ke dalam site sehingga bisa asumsikan sinar

matahari bisa masuk ke dalam site sepanjang hari.

Alternatif respon terhadap matahari dan angin:

§ Sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk pencahayaan dan

penghawaan alami sehingga dilakukan pemaksimalan bukaan

pada utara dan selatan bangunan. Material yang dapat

memaksimalkan cahaya matahari adalah kaca. Kecuali untuk

ruang-ruang yang memang memilki persyaratan tanpa bukaan.

§ Penggunaan elemen air pada lasekap untuk mereduksi panas

matahari sehingga memberikan udara sejuk pada site.

Daerah pembayangan Sinar Matahari dari arah Timur di pagi hari

Daerah Pembayangan Sinar Matahari dari arah Barat di sore hari

Timur Barat

Page 50: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

125

§ Sedangkan pengaruh pergerakan matahari terhadap kegiatan di

dalam site adalah pada tata letak fungsi bangunan. Kegiatan

utama pada bangunan yaitu kegiatan membaca memerlukan

kondisi lingkungan yang nyaman. Kenyamanan dalam hal ini

adalah kondisi termal yaitu menciptakan suasana yang sejuk

agar dapat mendukung kenyamanan fisik saat membaca.

Sehingga bangunan perpustakaan bukaan maksimal

diorientasikan ke sisi sebelah timur.

d. Hasil

§ Penggunaan material kaca pada bangunan yang berorientasi

utara dan selatan.

§ Meletakkan elemen air, yakni kolam disekeliling bangunan

untuk menciptakan iklim sejuk pada site.

§ Bangunan yang menghadap ke barat, dimaksimalkan

menggunakan sun shading berupa kaca yang memiliki

koefisien bayang rendah (Low Shading Coefficient) dan juga

pola-pola tertentu yang meminimalkan sinar yang masuk.

§ Penggunaan alternatif desain pemecah sinar matahari, sehingga

sinar yang sampai kedalam ruangan tidak over, namun tetap

dapat menggunakan material yang transparan (kaca)

Gambar V.41: Respon Terhadap Cahaya Matahari. Sumber : www.fotosearch.com

Page 51: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

126

7. Penzoningan

a. Tujuan

Bertujuan sebagai pedomen peletakan ruang bangunan berdasarkan

fungsinya.

b. Dasar pertimbangan

Setiap fungsi kegiatan memiliki kebutuhan akan privasi dan nilai

ekspose yang berbeda beda.

c. Proses

Dalam proses analisis zonifikasi ini, zona dikelompokkan

berdasarkan fungsi kegiatannya, yaitu:

§ Kegiatan Penerimaan

Merupakan area yang umum dan berhubungan dengan

lingkungan luar. Zona ini menjadi area pertama yang

dikunjungi sehingga pencapaian menuju zona publik harus

terlihat jelas yaitu dekat dengan Main Entrace dijalan Adi

Sucipto. Karena di pusat kebisingan akan banyak orang yang

melewati dan dapat memudahkan sirkulasi ke dalam site.

§ Kegiatan Pelayanan Perpustakaan

Merupakan area yang memberikan pelayanan perpustakaan,

baik meminjam, mengembalikan, membaca, dsb. Sebagian

besar merupakan area publik untuk akses masuk umum.

§ Kegiatan pengelola

Zona ini merupkan zona yang bersifat semi publik, karena

meskipun para pengelola bisa ditemui oleh pengunjung, namun

keberadaannya tetap harus dipisahkan dari zona publik.

Pengelola ini berfungsi dalam mengelola seluruh aspek yang

berhubungan dengan koleksi, ruang publik, pemeliharaan

gedung, dsb.

§ Kegiatan penunjang

Zona kegiatan penunjang merupakan zona publik yang

memungkinkan untuk masyarakat berkegiatan secara bebas,

Page 52: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

127

berupa amphiteater, cafe, taman, dsb. Zona ini harus diletakkan

pada tempat site yang paling strategis, agar mudah diakses

§ Kegiatan Service

Merupakan zona yang berisi kegiatan yang bersifat pelayanan

yang mendukung kegiatan utama. Kegiatan tersebut antara lain

kegiatan sirkulasi barang masuk dan keluar, kegiatan MEE,

kegiatan dapur, dll. Sehingga dalam site, peletakan zona ini

berada di bagian paling belakang atau bagian yang tidak

terlihat. Karena kegiatan pelayanan bukan merupakan kegiatan

yang perlu di ekspose. Selain itu, sirkulasi menuju zona ini

juga harus tersembunyi, sehingga sikulasi keluar masuk zona

ini berbeda dengan sirkulasi publik yaitu menggunakan side

entrance yaitu melalui jalan lingkungan.

Berikut merupakan zonifikasi pada bangunan Perpustakaan

Umum:

Penerimaan

Perpustakaan

Pengelola Penunjang

Servis

Penerimaan

Perpustakaan Pengelola Penunjang

Servis

Page 53: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

128

Berdasarkan pendekatan diatas, maka disimpulkan untuk zonifikasi site

adalah :

Keterangan : Zona Kegiatan Penerimaan : Zona Kegiatan

Pelayanan perpustakaan : Zona Kegiatan Pengelola

: Zona Kegiatan Penunjang : Zona Kegiatan Service

D. ANALISIS MASSA

1) Massa Bangunan

a. Tata Massa

1) Tujuan

Untuk membentuk tata massa perpustakaan serta massa

bangunan penunjangnya didalam site sehingga dapat menjadi

sebuah penampung minat baca yang fungsional.

2) Dasar pertimbangan, Analisa, dan Produk

Pemilihan tata massa menggunakan dasar pertimbangan

sebagai berikut :

a) Fungsi kegiatan

b) Sirkulasi kegiatan di dalam site

c) Fleksibilitas

d) Jumlah Massa

Gambar V.42:Penzomingan Sumber : Analisa Pribadi, 2011

Page 54: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

129

Fungsi kegiatan utama pada bangunan perpustakaan

adalah perpustakaan sebagai penampung minat baca dan juga

pengoptimalannya sebagai ruang publik. Sehingga tata massa

yang dirancang adalah tata massa yang tidak hanya fokus pada

bangunan perpustakaan, namun dilengkapi bangunan

penunjang yang mendukung konsep ruang publik tersebut.

Bangunan perpustakaan yang akan dirancang

menggunakan massa jamak karena terdapat kelompok

kegiatan yang memilki fungsi masing-masing, yaitu :

kelompok kegiatan utama yang masih akan terbagi lagi

menjadi beberapa kelompok koleksi, kemudian kelompok

pengelola, dan kelompok kegiatan penunjang seperti : ruang

seminar, ruang serba guna, dan ruang pameran. Dimana akan

lebih nyaman dan aksesibel, jika kelompok kegiatan dengan

fungsi yang berbeda – beda tersebut mempunyai massa sendiri

sehingga pengunjung tidak mengalami disorientasi.

b. Pola Tata Massa

1) Tujuan

Mendapatkan pola tata massa pada site yang jelas dan

aksesibel untuk menghindari adanya disorientasi bangunan.

2) Dasar Pertimbangan

a) Kelompok kegiatan yang diwadahi

b) Hasil Analisa Sirkulasi Site

3) Analisa

Pola tata masa pada bangunan menurut Francis D.K. Ching,

dalam bukunya Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya

terdapat lima macam pola, yaitu terpusat, linier, grid, cluster,

dan radial.

4) Produk

Dari kelima pola tata masa bangunan, pola yang dapat

digunakan sebagai alternatif adalah pola cluster. Ini karena

cluster memiliki karakteristik yang cocok jika digunakan

Page 55: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

130

untuk pola tata massa bangunan perpustakaan dengan

karakteristik :

- Masing-masing massa memiliki fungsi pada tiap

kelompok kegiatannya.

- Pembagian kegiatan lebih jelas, sehingga terjadinya

disorientasi oleh pengguna dapat diminimalkan.

- Sirkulasi antar masa lebih mudah. Hal ini penting,

karena antara masa satu dengan masa yang lain

memiliki keterkaitan fungsi yang tidak dapat

diabaikan.

- Bentuk alternatif yang akan diterapkan merupakan

bentuk-bentuk dasar yang sedikit diubah dengan

dipotong maupun ditambah.

c. Gubahan massa bangunan

1) Tujuan

Membentuk gubahan massa yang aksesibel dan fungsional

serta mendukung upaya menjadikannya ruang publik yang

diterapkan pada bangunan perpustakaan.

2) Dasar pertimbangan

Untuk memcapai tujuan yang diinginkan, terdapat beberapa

dasar pertimbangan yang menjadi acuan. Yaitu :

a) Fungsi bangunan.

b) Kontekstual dengan lingkungan.

c) Hasil Analisis Site

3) Analisis

Ada 2 alternatif yang menjadi pilihan dalam gubahan masa

perpustakaan :

§ Kotak

Kotak merupakan bentuk yang memiliki kelebihan

dalam hal efektifitas dan fungsional. Selain itu bentuk

kotak yang minimalis dan terkesan simpel dan tidak

Page 56: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

131

Gambar V.43 : contoh alternatif bentuk tatanan massa Sumber : Analisa Pribadi, 2011

rumit menjadi sebuah cerminan fleksibilitas

kenyamanan ruang publik.

§ Lingkaran

Bentuk lingkaran / lengkung diaplikasikan untuk

mentralisasi kekakuan bentuk kotak yang diguanakan.

4) Hasil

Massa bangunan perpustakaan menggunakan bentuk kotak

yang dikembangkan menjadi bentuk yang lebih atraktif

dengan memutar bentuk, menambah atau mengurangi bentuk

sesuai dengan bentuk dari site.

Untuk menambah keluwesan bangunan penggunaan bentuk

lingkaran dan lengkung menjadi sebuah solusi desain.

Sehingga bangunan tidak terlihat kaku dengan bentuk kotak-

kotak.

Dan penyusunannya dengan sistem cluster untuk

menambahkan ruang-ruang atrium sebagai penghubung antar

bangunan. Pada akhirnya bentuk-bentuk yang mungkin

terjadi adalah seperti yang di bawah ini:

Page 57: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

132

Tabel V.15 : Jenis dan sifat warna Sumber : www.wikipedia.org

2) Ekspresi & Tampilan Bangunan

a. Eksterior

1) Tujuan

Mendapatkan konsep ekspresi dan tampilan bangunan yang

sesuai dengan citra perpustakaan sebagai ruang publik kota

Surakarta, serta untuk menarik minat masyarakat terhadap

bangunan tersebut.

2) Dasar Pertimbangan

· Berpenampilan atraktif dan menarik untuk menarik minat

pengunjung

· Menunjang konsep ruang publik yang diusung.

3) Analisa

Bangunan perpustakaan harus representatif dengan konsep

ruang publik yang diangkat. Ornamen dapat berupa pengulangan

yang teratur namun atraktif. Keteraturan ini memperkuat kesan

perpustakaan sebagai media belajar yang tidak dianggap “main-

main”.

Kesan santai dapat diperoleh dengan penggunaan warna

dan olahan bentuk ornamen lingkaran pada eksterior bangunan.

Berikut adalah alternatif warna beserta karakter yang

ditimbulkan:

Jenis Warna Arti Kuning Bebas, ceria Kuning Hijau Tenang, menyegarkan Hijau Tenang, ramah, cendikia HIjau Biru Angkuh, mantab Biru Keras, dingin Ungu Tinggi, ekstrim Merah Panas, melelahkan Jingga Gembira, bergairah Jingga, kuning Lincah, bergairah Abu-abu Menenangkan

Santai dapat diidentikkan dengan ceria, lincah dan bahagia.

Untuk itu, dipilih warna-warna ceria, gembira & semangat seperti

Page 58: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

133

kuning dan jingga. Warna-warna tersebut dipadukan dengan

warna netral yang dapat menenangkan. Seperti abu-abu, atau

krem. Hal ini untuk menyeimbangkan aura yang timbul sehingga

kondisi yang ditimbulkan dapat lebih dinamis dan balance.

Eksterior merupakan salah satu sarana mengkomunikasikan

bangunan kepada publik. Untuk itulah pengolahan eksterior

dimaksimalkan sehingga dapat menjadi salah satu pendukung

promosi kepada masyarakat. Oleh karena itu dalam perpustakaan

dilakuakn langkah desain sebagai berikut :

§ Pemberian point of interest pada eksterior bangunan yang

menjadi pertemuan titik pandang

§ Mengambil ide desain dari konsep terkait yang diangkat.

4) Produk

Dengan penggunaan warna finishing yang cerah pada

bagian fasad bangunan, membuat bangunan ini tampak santai,

“hangat” dan “welcome” bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke

dalamnya. Kesan ini lebih di perkuat dengan penggunaan material

kaca pada beberapa sudut bangunan, yang seakan memperkuat

kesan bahwa bangunan ini adalah bangunan publik.

Gambar V.44: Contoh Penggunaan Warna Cerah

pada Fasad Bangunan East Village Lofts

Sumber: www. formmag.net

Pengolahan Warna pada Fasad

Page 59: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

134

GambarV.45: Taman Baca di depan gedung perpustakaan Soeman HS, Riau

Sumber: http://kabarancak.blogspot.com

GambarV.46: Contoh Secondary skin pada Arizona Library

Sumber: www.blog.buildllc.com

Adanya area taman baca yang diolah lanscape dan

bentuknya, sehingga menjadi point of interest. Taman baca dipilih

untuk diolah menjadi point of interest, karena kegiatan membaca

adalah esensi pokok dari sebuah perpustakaan. Dengan taman

baca sebagi point of interest, membuat bangunan perpustakaan

tidakkehilangan“nyawanya”.

Contohnya adalah pada perpustakaan Soeman HS di mana

areal main entrance terdapat taman besar sebagai ruang publik.

Eksterior fasad diolah dengan menggunakan secondary skin

yang didesain sebagai gubahan dari bentuk buku yang di tata pada

raknya. Dari penggunaan desain eksterior seperti tersebut diatas,

diharapkan dapat membantu menambah nilai plus dari

perpustakaan dalam sosialisasinya kepada masyarakat.

Contoh Pemberian Secondary Skin

Page 60: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

135

b. Interior

1) Tujuan

Mendapatkan ekspresi ruang yang dapat mencitrakan dan

mendukung konsep yang diusung pada masing-masing koleksi

dan klasifikasi ruangan pada bangunan perpustakaan.

2) Dasar Pertimbangan

§ Kenyamanan pengunjung

§ Jenis Kegiatan

§ Sistem pencahayaan

3) Analisa & Produk

Untuk memudahkan pengaturan interior pada perpustakaan,

berdasarkan aspek perilakunya user dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu :

§ Anak-anak

Anak-anak sangat rentan dengan kejenuhan dan keadaan

monoton. Hal ini dapat diakali dengan :

- Menggunakan interior yang membuat kesan ramai yang

ceria khas anak, dengan menggunakan warna yang kontras

dan lighting yang mendukung.

- Ruangan didesain minim sekat agar tidak terkesan

membatasi ruang gerak anak yang aktif.

- Dibuat playground pada outdoor agar anak bisa bermain.

§ Dewasa / Umum

Dengan latar belakang perilaku user kelompok dewasa atau

umum yang berada pada kisaran usia 12 tahun keatas, maka

ruang pada perpustakaan dewasa dibagi menjadi

- Privat

Didesain bagi pengunjung yang lebih menyukai

privacy ketika membaca. Interior dibuat dengan

penggunaan warna-warna kalem untuk mendukung

ketenangan, seperti : krem, dan coklat untuk menimbulkan

Page 61: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

136

Gambar V.47 : Interior Perpustakaan Area dewasa pada Seattle Public Library Sumber: www.archspace.com

persepsi bahwa privacy mereka terlindungi, namun tetap

berada pada suasana yang hangat dan menyenangkan

dengan penggunaan furniture yang elegan namun tetap

santai.

- Semi Privat

Area semi privat ditujukan bagi mereka yang ingin

membaca ditengah komunitasnya sambil bersosialisasi.

Disini peran perpustakaan sebagai tempat berkomunitas

mulai terlihat. Interior dibuat lebih berwarna, Penggunaan

furniture yang terlihat santai namun “dewasa” menjadi

kekuatan dari interior ruang semi privat bagi perpustakaan

dewasa.

- Smooking Area

Interior smooking area didesain santai, dengan ventilasi

yang cukup untuk mengeluarkan asap rokok ke luar

bangunan dan dengan furniture yang terbuat dari bahan

yang tahan api (tidak mudah terbakar.

- Penunjang

Fasilitas entertaining disediakan untuk lebih dapat

menambah dan mengakomodasi minat baca.

- Cafe & Foodcourt

Cafe dan foodcourt dapat menjadi wadah interaksi bagi

para pengemar buku. Khususnya cafe, ruangan didesain

senyaman mungkin untuk berinteraksi dan mengobrol

Page 62: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

137

seputar pustaka. Interior cafe dibuat nyaman untuk tempat

berdiskusi & berkumpulnya komunitas buku.

- Ruang Seminar, ruang serbaguna, ruang pameran

Interior masing-masing ruang tersebut disesuaikan dengan

kegiatan yang diwadahi dengan tidak mengesampingkan

estetika namun tetap mendukung kesan non-formal dari

konsep perpustakaan.

c. Landscape

1) Tujuan

Mendapatkan pola tata landscape yang mendukung keberadaan

bangunan perpustakaan dan memudahkan sistem sirkulasi.

2) Dasar Pertimbangan

§ Mendukung karakter bangunan sebagai bangunan publik

§ Fungsi landscape dapat mendukung kegiatan

§ Kemudahan sirkulasi

§ Perencanaan penghijauan dan sebagai fungsi peresapan air

hujan.

3) Analisa

Mengingat bangunan perpustakaan adalah bangunan yang

mengakomodasi pejalan kaki dan kendaraan bermotor, maka

penggunaan bahan sebagai penata landscape harus

mempertimbangkan aspek tersebut diatas selain berbagai jenis

vegetasi pendukung . Untuk itu penataan landscape dibagi

menjadi 2, yakni :

a) Hard Landscape

Penggunaan hardscape lanscape pada sebuah tapak

dimanfaatkan sebagai pendukung kegiatan seperti jalur

pedestrian dan kendaraan, memberikan perkuatan terhadap

karakter dan estetika bangunan. Selain itu juga dimanfaatkan

sebagai area tangkapan air hujan. Hardscape lanscape dapat

Page 63: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

138

Gambar V.48 : Sketsa penempatan hardscape Sumber: analisis pribadi

berupa lantai penutup jalan dan street furniture (lampu jalan,

tempat sampah dan lain-lain).

Beberapa alternatif hardscape lanscape yang biasa

digunakan:

§ Produk

- Jalur kendaraan menggunakan bahan aspal halus

sehingga dapat memberikan kenyamanan.

- Jalur pedestrian menggunakan pavingblock/

pavinggrass, dan batu alam.

- Pada amphiteater digunakan elemen batu sebagai

paving, begitu juga dengan tembok berundak yang

biasanya digunakan untuk area tempat duduk.

- Perkerasan aspal

- Perkerasan beton

- Perkerasan kerikil

- Tanah padat

- Tanah berumput

- Paving

- Taman

Paving

Paving Grass

Aspal pada jalan masuk

Street

Furniture

Paving Grass/Paving block pada atrium penghubung dan parkir

Page 64: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

139

- Pada plasa penghubung antar bangunan

menggunakan pengolahan lantai dengan

menggunakan beberapa variasi bahan yaitu

kombinasi antara paving blok, batu alam dan

pavinggrass.

b) Softscape Landscape

Softscape landscape meliputi vegetasi pada taman maupun

jalur sirkulasi. Vegetasi memiliki fungsi bermacam-macam

yaitu sebagai zona relaksasi dan zona hijau, sebagai penyedia

oksigen, sebagai filter terhadap suara, debu, udara dan bau,

serta sebagai penahan air atau cadangan air saat musim hujan.

§ Analisa

Dalam perpustakaan umum ini, vegetasi akan

digunakan sebagai elemen estetika pada taman, menjadi

area hijau pada outdoor maupun indoor, sebagai

pelindung terhadap sinar matahari yang terlalu terik baik

untuk kebutuhan indoor maupun pembayangan untuk

outdoor.

Gambar V.49 : Jalur Pedestrian Sumber: www.fotosearch.com, 2011

Page 65: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

140

Gambar V.51 :Pohon Akasia dan angsana Sumber: www.fotosearch.com, 2011

Gambar V.50 : Sketsa penempatan sofscape Sumber: analisis pribadi

§ Produk

Pemilihan jenis pohon sebagai vegatasi terpilih, dengan

mempertimbangkan faktor fungsional dan estetika. Yaitu :

1) Vegetasi Peneduh

Berfungsi sebagai peneduh di area parkir dan beberapa

spot tempat baca. Dasar Pertimbangannya adalah mudah

tumbuh dalam segala kondisi dan batangnya kuat.

- Alternatif: Pohon akasia mangnium dan pohon angsana

- Kesimpulan:

Pohon yang dipilih adalah pohon akasia yang

mudah tumbuh baik dalam kondisi tanah yang kurang

mendukung serta sifat batang yang kuat. Serta lukisan

Ground Cover

Penghias Taman

Area Peneduh

Pengarah

Page 66: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

141

Gambar V.52: Pohon Cemara dan palem Sumber: www.google.com, 2011

pohonnya yang bebas cabang sampai setengah tinggi

pohon, sehingga ruang dibawahnya dapat dimaksimalkan

pemanfaatannya yaitu untuk parkir dan beberapa spot

pada area baca.

2) Vegetasi Pengarah

Digunakan untuk membantu mengarahkan sirkulasi

pada site, baik sirkulasi kendaraan maupun sirkulasi

pejalan kaki.

- Alternatif: Pohon palem dan cemara:

Merupakan jenis pohon bertajuk menarik dan sering

digunakan sebagai tanaman pengarah pada lansekap.

- Kesimpulan

Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman pengarah

pada lansekap adalah pohon palem karena memiliki tajuk

yang lebih menarik, selaras dengan vegetasi yanga ada di

GOR Manahan dan ukurannya tidak mengahabiskan

banyak ruang.

3) Vegetasi Ground cover/ tanaman penutup tanah/ tanaman

pelantai

Tanaman pelantai adalah tanaman yang membentuk

kesan lantai. Pada perpustakaan, tanaman pelantai

dimanfaatkan sebagai pengisi celah diantara hardscape

pada plassa penghubung, area baca outdoor dan taman.

Page 67: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

142

Beberapa vegetasi yang cocok digunakan sebagai

tanaman pelantai adalah : rumput, dan tanaman herba

berbunga.

Tanaman herba berbunga mempunyai fungsi ganda,

yakni selain untuk menutupi tanah dari curahan air hujan

langsung, tanaman hias bunga ini pun memberikan kesan

semarak karena akan berbunga pada masanya. Portulaka

dan kacang hias merupakanjenis tanaman hias bunga

yang sering digunakan sebagai penutup tanah di taman.

4) Vegetasi Perdu

Merupakan vegetasi setinggi manusia. Tanaman

perdu digunakan untuk mengisi dan menghias lansekap

antar bangunan. Vegetasi yang dipilih adalah pohon

ketapang dan flamboyan karena memiliki bentuk dan

warna yang indah.

5) Vegetasi Penghias Taman

Untuk memperindah taman, sekaligus menambah

estetika landscape digunakan vegetasi penghias taman.

Tanaman penghias tidak hanya diletakkan outdoor

namun juga indoor. Tanaman yang diilih untuk mengisi

taman terutama taman indoor harus memiliki persyaratan

keindahan untuk dilihat baik warna maupun bentuk serta

aman.

Tanaman lavender adalah tanaman yang memiliki

warna bunga dan bentuk daun yang indah. Sekaligus

tanaman ini dapat berfungsi sebagai pengusir nyamuk.

Karena manfaat itulah penggunaan lavender dapat

mendukung kenyamanan pengunjung pada saat

beraktivitas di perpustakaan. Selain itu jenis tanaman

penghias lainnya adalah melati, mawar dan aster.

Page 68: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

143

Gambar V.53: Tanaman Rambat (Alamanda dan Sirih Gading) Sumber: www.google.co.id, 2011

6) Vegetasi Rambat

Digunakan roof garden. Penggunaan roof garden

digunakan untuk meredam panas sinar matahari

sehingga site tidak terlihat terlalu panas. Tanaman

rambat yang dipilh adalah daun mendevila, alamanda,

dan sirih gading.

7) V

egetasi Pembatas / pagar

Berfungsi sebagai tanaman pembatas pada lansekap

yang tidak dibatasi dinding pemisah. Berdasar analisis

pada site, ada dua tipe pembatas / pagar yang dapat

digunakan pada perpustakaan. Yaitu: Pagar yang

terbentuk dari peninggian lantai site, dan ditanami oleh

vegetasi sejenis rumput serta tanaman berbunga untuk

estetika. Perletakan pagar tanaman ini untuk memperkuat

kesan “welcome” kepada lingkungan dan masyarakat

bahwa banguan perpustakaan adalah bangunan public.

Selain itu, peninggian lantai yang tidak terlalu tinggi

tersebut, tidak akan menghalangi pandangan orang pada

view kedalam bangunan. Sehingga ekspos bangunan

keluar dapat lebih maksimal.

E. ANALISA POLA SIRKULASI BANGUNAN

1. Sirkulasi Horizontal

a. Tujuan

Mendapatkan pola sirkulasi bangunan yang dapat memudahkan

pengunjung dalam melakukan aktivitasnya di dalam bangunan

Page 69: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

144

perpustakaan, terutama aktivitas yang berhubungan dengan proses

pencarian bahan pustaka.

b. Dasar Pertimbangan

Sistem sirkulasi bangunan akan sangat mempengaruhi pola-pola

ruang yang ada. Dalam menentukan pola sirkulasi horizontal,

terdapat beberapa dasar pertimbangan yang harus diperhatikan,

yaitu :

§ Pola sirkulasi yang aman dan memudahkan pengguna dalam

memperoleh bahan pustaka (kemudahan pencapaian).

§ Pola sirkulasi yang memperhatikan alur kegiatan pencarian

bahan pustaka.

§ Pola sirkulasi yang memudahkan pengguna dalam

berinteraksi secara sosial maupun antar individu.

§ Pola sirkulasi yang memberikan kelancaran sehingga tidak

menimbulkan crowded.

c. Analisa

Ada beberapa alternatif pola sirkulasi horizontal. Yakni :

§ Pola Linier:

Pola Linier merupakan deretan ruang-

ruang yang berjajar, dihubungkan oleh

suatu jalan lurus sebagai penghubung

antar ruang, sekaligus sebagai unsur

pembentuk ruang.

§ Pola radial

Pola radial biasanya berupa ruang-

ruang terpola dalam bentuk yang

memusat atau menyebar sehingga

bentuk radial ini mempunyai jalan yang

berkembang dari atau menuju sebuah

titik pusat.

ruang

sirkulas

ruang

sirkulasi

Page 70: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

145

§ Pola terpusat

Pola terpusat yakni : satu pusat ruang

dimana sejumlah ruang sekunder

dikelompokkan. Pola terpusat kurang

sesuai bila diterapkan dalam penataan

sirkulasi bangunan. Baik sirkulasi anta

bangunan, maupun sirkulasi antar

ruang. Karena dapat menyebabkan

disorientasi pada user.

§ Pola Grid

Pada pola grid ruang-ruang

ditempatkan pada bentuk grid tertentu,

yang dihubungkan dengan pola jalan

linier yang saling bersilangan. Pola grid

dapat diaplikasikan pada penataan rak

dan penyimpanan bahan koleksi yang

bertujuan untuk memudahkan

pengkategorian bahan pustaka serta

memudahkan akses memperoleh bahan

pustaka tersebut. Namun, kelemahan

pola ini adalah cenderung monoton dan

dapat menyebabkan disorientasi.

§ Pola Cluster

Dalam pola cluster ruang-ruang yang

dikelompokkan oleh letaknya secara

bersama/berhubungan. Pola cluster

memberi kemudahan bagi pengunjung,

ketika akan mengakses bangunan /

ruanganyang mempunyai kaitan erat.

sirkulasi

ruang

ruang sirkulasi

sirkulasi

ruang

Page 71: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

146

d. Produk

Berdasarkan hasil analisa sirkulasi diatas, maka didapat sebuat

kesimpulan bahwa bangunan perpustakaan menggunakan jenis

sirkulasi kombinasi, yakni gabungan antara sirkulasi :

§ Linier

Diaplikasikan pada tatanan koridor penghubung antar

ruang, diaplikasikan pada ruangan kantor pengelola untuk

memudahkan penataan ruang berdasarkan fungsi, selasar

penghubung ruang luar, alur difabel maupun jalan setapak

pada area publik, dan juga alur arcade/atrium pejalan kaki.

§ Cluster

Penggunaan cluster sebagai pola sirkulasi tidak lepas dari

kegiatan yang terjadi pada bangunan & ruang dalam

perpustakaan yang saling terkait dan mendukung.

2. Sirkulasi Vertikal

a. Tujuan

Mendapatkan pemecahan pola sirkulasi vertikal yang aksesibel,

sehingga membantu user dalam melakukan kegiatanya pada

bangunan perpustakaan

b. Dasar pertimbangan

Dalam memilih sirkulasi vertikal yang akan diaplikasikan dalam

bangunan, terdapat dasar pertimbangan sebagai berikut :

§ Fungsi kegiatan yang dikelompokkan dengan pemisahan

lantai.

§ Kemudahan akses bagi pengunjung sehingga bangunan yang

direncanakan dapat aksesibel.

c. Analisa

Sistem sirkulasi vertikal lebih ditujukan untuk transisi antar

lantai. Pada bangunan tinggi sirkulasi vertikal ada beberapa

macam, yaitu:

Page 72: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

147

§ Eskalator, sebagai alat angkut pengunjung dari lantai satu ke

lantai berikutnya.

§ Elevator/Lift, digunakan sebagai alat angkut pengunjung

serta angkut barang/servis.

§ Tangga, digunakan untuk penunjang sirkulasi vertikal pada

ruang servis, serta digunakan pula untuk tangga darurat.

§ Ramp, biasa digunakan sebagai elemen sirkulasi aksesibilitas

bagi para difabel (penyandang cacat, ibu hamil, manula).

Kemiringan standar ramp yang biasa digunakan adalah 5o –

6o.

d. Produk

Bangunan perpustakaan menggunakan beberapa alternative

sirkulasi vertikal sebagai penghubung antar ruang, yakni :

§ Lift sebagai alternatif alat angkut bagi pengunjung difabel

§ Ramp sebagai elemen sirkulasi aksesibilitas menuju

bangunan maupun sirkulasi antar ruang.

§ Tangga darurat sebagai syarat keamanan dan keselamatan

bangunan.

§ Eskalator sebagai media alternatif untuk menuju lantai

dengan level di atasnya.

F. Analisis sistem struktur

1) Tujuan

Mendapatkan sistem struktur yang tepat untuk menopang bangunan

agar kuat dan berdiri dengan kokoh.

2) Dasar Pertimbangan

§ Bentang ruang-ruang dalam bangunan sebagai pertimbangan

jenis atap.

§ Fleksibilitas ruangan sebagai pertimbangan lebar bentang dan

kolom

Page 73: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

148

§ Jumlah lantai sebagai pertimbangan pemilihan struktur

pondasi.

3) Analisa

Dalam melakukan pemilihan sistem struktur yang sesuai dengan

perencanaan bangunan perpustakaan, ada beberapa hal yang menjadi

pertimbangan:

a. Beban bangunan

Dalam penekanan fleksibilitas ruang, ruang-ruang dapat

dipindah dan bergeser sesuai dengan kebutuhan. sedangkan

rak-rak yang dipenuhi buku mempunyai beban mati yang besar.

Jadi oleh karena itu, struktur penopang plat lantai harus dapat

menanggung beban yang merata di seluruh permukaan lantai

perpustakaan.

b. Kemudahan pengaturan ruang

Fleksibilitas dalam perpustakaan membutuhkan area

terbuka yang luas untuk memungkinkan pengaturan modul-

modul rak buku dengan lebih leluasa.

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan system struktur

yang dapat mewadahi hal tersebut, ada beberapa alternatif

sistem struktur yang menjadi pertimbangan untuk dipergunakan

dalam desain perpustakaan ini :

a. Sub struktur

Merupakan struktur bagian paling bawah, yaitu yang tertanam

dalam tanah. Bangunan perpustakaan umum yang direncanakan

merupakan bangunan bermassa jamak dengan ketinggian 1-2

laintai. Berikut alternatif struktur yang dapat digunakan:

- Batu Kali

Mendukung bangunan 1 lantai, struktur

sederhana

Page 74: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

149

- Footplat

Mampu mendukung bangunan berlantai

1-4, cocok untuk jenis tanah yang tidak

terlalu keras, tidak perlu menggali tanah

terlalu dalam.

- Sumuran

Mendukung bangunan berlantai 1- 25,

dapat digunakan pada jenis tanah

berpasir dimensi yang besar dan

banyak membuang tanah galian.

Kesimpulan:

Struktur yang digunakan adalah struktur footplat

b. Super struktur

Merupakan struktur badan atau tengah. Struktur ini

dipengaruhi oleh bentuk peruangan di dalam bangunan. Untuk

bangunan Perpustakaan Umum yang dirancang, ruang-ruang di

dalamnya pada dasarnya adalah ruang yang luas.

Perpustakaan Umum yang direncakan merupakan bangunan

1- 2 lantai untuk memenuhi kebutuhan pengunjung akan

kemudahan gerak dan akses. Sistem super struktur yang

memungkinkan digunakan pada bangunan perpustakaan umum

adalah sistem rigid kolom bentang lebar dengan modul jarak

antar kolom rata-rata 0,8m.

c. Sistem Upper struktur

Bagian atap menggunakan jenis atap dag dan atap miring

dengan konstruksi space frame. Penggunaaan atap miring ini

bertujuan agar air hujan lebih mudah mengalir ke bawah.

Page 75: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

150

Gambar V.54 Aplikasi roofgarden pada atap miring

Sumber : www.google.com (diakses tahun 2011)

Atap dag digunakan karena atap juga bisa difungsikan untuk

kegiatan outdoor (taman baca), bagian atap dag diberi tanaman

(roof garden) sebagai reduksi panas matahari yang masuk ke

dalam bangunan dan untuk menggantikan bagian lahan(tapak)

yang tertutup bangunan.. Material penutup atap menggunakan

genteng metal, karena ringan dan awet.

Pada area di atas ramp (jalur sirkulasi vertikal) digunakan atap

miring yang diberi skylight untuk pemasukan cahaya dari atas.

Material transparan dipilih polycarbonat karena memiliki daya

reduksi panas matahari cukup tinggi.

4) Produk

Berdasarkan analisa tersebut diatas, diputuskan untuk

menggunakan space frame. Tujuannya untuk meminimalisir

kebutuhan kolom demi memaksimalkan konfigurasi modul yang

mungkin dituangkan dalam perngaturan komponen dari bangunan

perpustakaan yang akan dirancang. Hal ini memungkinkan untuk

mengkombinasikan system struktur frame dengan material baja.

Page 76: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

151

G. Analisis Utilitas

1) Tujuan

Mendapatkan utilitas yang berupa air bersih, air kotor, dan listrik

dengan tepat untuk sebuah bangunan perpustakaan berikut fasilitas

penunjangnya.

2) Dasar Pertimbangan

§ Sumber dan kebutuhan air bersih bangunan

§ Jenis air kotor/buangan dari bangunan

§ Kebutuhan listrik bangunan

3) Analisa

a. Sistem air bersih

Sumber air bersih yang digunakan berasal dari dua sumber yaitu

sumur artesis dan jaringan kota (PDAM).

Karena site terletak di tengah kota, dan dikanan-kiri site sudah

terdapat bangunan, maka penggunaan sumur artesis harus

diminimalisir karena penggunaan sumur artesis yang belebihan

dapat mengeringkan persediaan air tanah. sumber utama yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangunan adalah

berasal dari jaringan kota.

Sumber air bersih alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah

air hujan. Yang ditampung dari atap.

Gambar V.55 . Distribusi air dari PDAM Sumber : Dokumen Pribadi,2011

Page 77: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

152

Kebutuhan air bersih dari bangunan ini adalah untuk kamar

mandi/lavatory, wastafel sebagai pantry/dapur, untuk wudhu,

dan juga taman.

b. Sistem air kotor

Air kotor yang berasal dari bangunan didaur ulang dalam

kolam-kolam treatment untuk dimanfaatkan kembali untuk

keperluan bangunan utilitas bangunan, yakni penyiram toilet

yang kini sudah mulai digunakan di kota-kota besar. Selain itu

air kotor yang ditreatmen bisa juga digunakan untuk menyiram

tanaman pada taman-taman indoor maupun outdoor.

c. Sistem listrik

Sumber utama energi listrik dipasok dari jaringan kota (PLN).

Disediakan pula sebagai cadangan dua buah generator (genset)

untuk kebutuhan darurat. Genset mem-backup 80% dari total

penggunaan energi listrik dalam bangunan.

Genset yang digunakan merek Cummins, buatan jerman

dengan kapasitas daya 2000 KVA dan 1500 KVA

Keterangan :

ATS : Automatic Transfer Switch, yaitu alat untuk

mentransfer aliran listrik secara otomatis dari aliran

PLN ke aliran genset sehingga genset menjadi

sumber tenaga listrik pada saat aliran dari PLN

terputus.

Genset

meteran

Sekring

PLN

SDP

ATS MDP Kelompok ruang

Gambar V.56. Sistem Suplai Listrik PLN Sumber: Data pribadi, 2011

Page 78: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

153

MDP : Main Distribution Panel, pusat distribusi aliran

listrik, dari sini aliran listrik dialirkan ke unit ruang

dan unit bangunan yang membutuhkan.

H. Analisis Penghawaan

1) Tujuan

Mendapatkan sistem penghawaan yang tepat dan nyaman untuk

bangunan perpustakaan

2) Dasar Pertimbangan

§ Keamanan barang pustaka

§ Kenyamanan manusia ketika berada di dalam suatu ruangan.

3) Analisa

Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur

kenyamanan yang sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu

ruangan yang nyaman. Seperti diketahui, manusia merasakan panas

atau dingin merupakan wujud dari sensor perasa pada kulit terhadap

stimuli suhu di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan

informasi rangsangan kepada otak, dimana otak akan memberikan

perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan

antisipasi untuk

mempertahankan suhu sekitar 37ºC. Hal ini diperlukan organ tubuh

agar dapat menjalankan fungsinya secara baik.

Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap kondisi nyaman (termal) manusia. Hoppe (1988)

memperlihatkan bahwa suhu manusia naik ketika suhu ruang

dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak

menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit

berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit

tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari sekeliling

permukaan (plafon, dinding, pintu, jendela dan lantai) juga ikut

mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh

kelembaban udara pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh

suhu udara. Faktor kecepatan udara juga mempengaruhi

Page 79: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

154

kenyamanan termal, dimana semakin besar kecepatan udara akan

berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit manusia.

Menurut Lippsmeir (1994) batasbatas kenyamanan untuk

kondisi khatulistiwa adalah pada kisaran suhu udara 22,5ºC - 29ºC

dengan kelembaban udara 20 – 50%. Selanjutnya dijelaskan bahwa

nilai kenyamanan tersebut harus dipertimbangkan dengan

kemungkinan kombinasi antara radiasi panas, suhu udara,

kelembaban udara dan kecepatan udara.

Bangunan perpustakan terletak pada daerah beriklim tropis.

Permasalahan terkait kenyamanan ruang dalam iklim tropis adalah

tingkat kelembaban dan radiasi sinar matahari yang mengakibatkan

pemanasan ruangan.

Perpustakaan menyimpan materi yang memerlukan kondisi

terkontrol untuk menjaga keawetan material kertas didalam buku.

Oleh karena itu system penghawaan utama adalah menggunakan air

conditioner (AC). Penghematan dalam penggunaan AC dilakukan

dengan mengurangi beban pendinginan ruangan. Hal ini dapat

dicapai dengan:

a. Penanaman vegetasi di rooftop bangunan untuk menyerap panas

sinar matahari yang berlebihan.

b. Penggunaan sistem shading dan kaca double glazing untuk

meminimalisir masuknya panas secara berlebihan.

c. Penggunaan shaft udara vertikal dan void dengan langit-langit

yang tinggi untuk memaksimalkan sirkulasi udara dalam

ruangan sekaligus memudahkan pembuangan udara panas keluar

dari bangunan.

d. Penggunaan Secondary Skin. Secondary Skin bila diartikan

secara harfiah berarti kulit kedua., yaitu lapisan terluar

bangunan yang berfungsi sebagai pelindung lapisan didalamnya.

Fungsi utamanya adalah memaksimalkan pendinginan alami

bangunan (Passive Solar Cooling).

Page 80: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

155

I. Analisis Penerangan

1) Tujuan

Mendapatkan sistem penerangan yang cukup untuk bangunan

perpustakaan

2) Dasar Pertimbangan

§ Kenyamanan penerangan saat membaca

§ Kebutuhan penerangan baik alami maupun buatan

3) Analisa

Untuk keperluan penerangan perpustakaan diperlukan

sumber cahaya yang konstan untuk memenuhi standar penerangan

aktivitas membaca. Untuk bagian-bagian bangunan yang tidak

terjangkau penerangan alami dan juga ketika malam hari digunakan

sistem pencahayaan buatan.

Kemudian untuk memaksimalkan pencahayaan alami

dalam bangunan di desain sumur cahaya (light well) yang dapat

membawa masuk cahaya dari rooftop kedalam bangunan. Yang perlu

diperhatikan adalah kualitas pencahayaan alami harus dapat

dikontrol untuk memenuhi standar yang ditetapkan dan tidak

mengakibatkan silau (glare) yang dapat menggangu kenyamanan

aktivitas membaca.

Untuk pencahayaan buatan pada area koleksi dibutuhkan

pencahayaan sebesar 150 lux, area membaca baik itu meja baca

maupun ruang baca harus memiliki iluminasi sebesar 300lux,

sedangkan untuk ruang baca referensi dibutuhkan iluminasi sebesar

500lux. Untuk jenis warna lampunya sendiri adalah digunakan

lampu-lampu dengan warna yang hangat, cenderung kekuningan.1)

J. Analisis Kebakaran

1) Tujuan

Untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran,

faktor yang menentukan adalah fungsi bangunan, luasan bangunan

1 Recommended illuminances, lamp colours for specific situation. Numeric Standard.

Page 81: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

156

dan peralatan yang ada di dalam bangunan yang dapat memicu

terjadinya kebakaran.

2) Analisa

Perpustakaan umum ini adalah bangunan dengan ketinggian

bangunan 1- 4 lantai. Sistem yang biasa digunakan dalam bangunan

adalah:

Sistem Fire Alarm

Berfungsi untuk mengetahui dan memperingatkan

terjadinya bahaya kebakaran. Jenis alarm ini menggunakan dua

sistem, yaitu sistem otomatis yang menggunakan smoke and heat

detector dan one push button system. Di setiap detector dan button

dilengkapi sensor untuk mengetahui lokasi terjadinya kebakaran.

Sistem seperti ini lazim dipergunakan pada bangunan bertingkat

banyak.

Sistem Sprinkler Air

Berfungsi mencegah terjadinya kebakaran pada radius

tertentu untuk melokalisir kebakaran. Sprinkler air berfungsi apabila

dipicu oleh heat and smoke detector yang memberikan pesan ke

junction box. Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk

mengetahui lokasi kebakaran.

Menurut buku panduan sistem bangunan tinggi untuk

bangunan dengan klasifikasi bertingkat rendah atau ketinggian

sampai dengan 8 meter tidak diharuskan penggunaan sprinkel

maupun fire alarm. Sehingga untuk bangunan Perpustakaan Umum

yang diernacakan tidak dilengkapi dengan fire alaram maupun

sprinkel air.

Fire Estinguisher

Berupa tabung karbondioksida portable untuk

memadamkan api secara manual oleh manusia. Tempatkan di

tempat-tempat strategis yang mudah dan dikenali serta di tempat

yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Sistem ini tergolong

Page 82: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

157

mudah dilakukan oleh semua orang karena ukuran tabung Fire

Estinguisher yang beragam.

· Outdoor Hydrant

Dihubungkan pada pipa ground tank dan pompa hydrant untuk

mendapatkan kepastian sumber air dan tekanan air yang

memadai.

Dari analisa di atas, maka dapat diketahui kebutuhan

pengamanan terhadap bahaya kebakaran di Perpustakaan Umum

adalah untuk bangunan 1-4 lantai menggunakan sistem sprinkle .

Selain itu pada bangunan Perpustakaan Umum hanya diletakan

Fire Estinguisher ditempat- tempat yang strategis dan outdoor

hydrant.

K. Analisis Petir

1) Tujuan

Mendapatkan sistem penanganan yang cocok untuk bangunan

sehingga bangunan aman terhadap petir.

2) Dasar Pertimbangan

§ Jumlah lantai bangunan

§ Keamanan dari sistem itu sendiri

3) Analisa

Terdapat tiga sistem penangkal petir yang ada yakni:

1) Sistem Franklin (sistem Konvensional)

Gambar V.57. Fire Estinguisher Sumber: dokumentasi pribadi, 2011

Page 83: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

158

Sebuah batang yang runcing dari bahan cooper spit yang

dipasang pada paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan

batang tembaga menuju elektroda tanah (mencapai permukaan

air ). Daerah yang dilindungi sari sambaran petir berbentuk

segitiga kerucut dengan ujung penyalur petir pada puncaknya.

Disistem ini hanya menggunakan sebuah spit pengangkal petir

yang dipasang pada tempat tertinggi.

2) Sistem Faraday (sangkar faraday)

Pada prinsipnya seperti franklin tetapi dibuat memanjang

atau berbentuk sangkar sehingga jangkauan lebih luas. Sistem

ini dipakai pada bangunan yang punya atap yang luas. Dalam

satu bangunan menggunakan lebih dari 4 spit sebagai

penangkal petir.

3) Sistem Radio Aktif

Sistem ini cocok untuk bangunan tinggi.

Satu bangunan cukup menggunakan sebuah penangkal petir.

Alatnya disebut Preventor, yang bekerja berdasarkan reaksi

netralisasi ion dengan menggunakan bahan radio aktif.

Keseluruhan kebocoran pada alat ini dapat mengakibatkan

radiasi. Oleh karena itu, alat ini dilararang.

Sebagai gantinya ada system penangkal petir model Energi

Froide (electrostatic Field) atau yang terkenal dengan EF.

4) Produk

Instalasi penangkal petir yang digunakan adalah Sistem

Faraday yaitu penangkal petir yang dipasang diatap bangunan. Arus

listrik dialirkan melalui penghantar berupa kabel – kabel timah yang

dilindungi isolator kedalam tanah (ground). Untuk mengantisipasi

bahaya petir, maka tiap massa bangunan dipasang system penangkal

petir faraday.

Page 84: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

159

L. Analisis Sampah

Pengelolaan sampah dilakukan dengan memisahkan sampah yang

masih bisa didaur ulang (organik) dan sampah yang tidak bisa didaur

ulang (anorganik). Sistem pembuangan sampah dengan cara

mengumpulkan sampah dari tiap ruangan lalu tiap bangunan dan dikirim

ke pembuangan sampah sementara untuk kemudian dibuang ke TPA

(tempat pembuangan akhir) atau diolah

M. Analisis Telekomunikasi

Sistem komunikasi yang digunakan dibedakan menjadi 2 :

· Intern

Menggunakan telefon PABX ( Private Automatic Branch

Exchange ) dimana sistem ini menghubungkan antar unit

bangunan. Selain itu digunakan pengeras suara pengeras suara

unutuk memberikan memberi informasi kepada pengunjung di

dalam ataupun di luar banguna yang sifatnya insidental.

Gambar V.58 .skema pengolahan sampah Sumber: www.google.com , diakses tanggal 15 Maret 2011

Gambar V.59 .skema sistem komunikasi Sumber: dokumentasi pribadi,2011

Page 85: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

160

· Ekstern

Komunikasi yang digunakan oleh pengelola dengan pihak luar,

menggunakan telefon dan fax. Selain itu terdapat jaringan

internet yang dapat digunakan oleh seluruh penghuni dan

pengguna Perpustakaan Umum untuk mendapatkan informasi.

N. Sistem Keamanan

· Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari sistem peringatan

suara (vocal alarms), sistem peringatan bergetar vibrating alarms) dan

berbagai petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada situasi

darurat .

· Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan dengan

satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang atau

sampai dengan memutar lengan.

· Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan

tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh pengunjung

· Untuk kemanan bangunan secara keseluruhan, diperlukan penjagaan

khusus dan juga penyediaan pos penjagaan baik untuk perpustakaan

maupun ruang-ruang outdoor.

· Untuk mempermudah pengawasan, selain dibutuhkan penjaga,

digunakan pula CCTV, yang bisa dikontrol dan diawasi dalam satu

ruangan tertentu.

O. Evakuasi Kebakaran

Kondisi eksisting site yang dikelilingi oleh jalan di ketiga sisi site

memberikan kemudahan bagi akses keluar bangunan. Pola Tata massa

Gambar V.60 .skema sistem komunikasi Sumber: dokumentasi pribadi,2011

Page 86: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

161

graha lansia yang direncanakan adalah pola tata massa gabungan dimana

merupakan bangunan ber massa jamak dengan ruang - ruang terbuka.. Hal

ini memberikan kemudahan bagi akses evakuasi jika terjadi kebakaran .

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat alternatif area

terbuka bagi evakuasi korban kebakaran bangunan pusat terapi bermain,

yaitu:

· Evakuasi I, yaitu di jalan Adi Sucipto

· Evakuasi II, yaitu di jalan Sumbing

· Evakuasi III, yaitu di jalan Samratulangi

· Kesimpulan.

Area terbuka yang dipilih sebagai jalur evakuasi adalah area

evakuasi I dan III karena area tersebut paling dekat dengan jalan

raya yang lebih besar dari hanya sekedar jalan lingkungan. Jalur

evakuasi berupa pintu darurat yang langsung terhubungan dengan

area terbuka.

Gambar V.61 .sistem jalur evakualsi Sumber: dokumentasi pribadi,2011

Evakuasi I

Evakuasi III

Evakuasi II

Page 87: bab v hoho - digilib.uns.ac.id

162