bab v peran forum pantas dalam pengeloaan …€¦ · peran forum pantas dalam pengeloaan ....
TRANSCRIPT
35
BAB V
PERAN FORUM PANTAS DALAM PENGELOAAN
PERGAULAN MULTIKULTURAL
5.1. Realitas Pergaulan Multikultural di Salatiga
Menurut Parekh dalam Budiman (2005:3-4) ada tiga pandangan mendasar
multikulturalisme yang sering salah dipahami yaitu : a) Manusia terikat secara
kultural dalam arti bahwa mereka tumbuh dan hidup dalam sebuah dunia yang
sudah terstruktur secara kultural, dan bahwa mereka menjalankan kehidupan dan
relasi-relasi sosialnya dalam kerangka sistem makna dan pemaknaan yang
diturunkan secara kultural. Dan dengan sendirinya memandang dunia dari dalam
sebuah kebudayaan, apakah itu budaya yang telah mereka warisi atau budaya
yang mereka adopsi. b) budaya yang berbeda merepresentasikan sistem makna
dan visi tentang kehidupan yang baik juga berlainan karena masing-masing
menyadari keterbatasan kapasitas dan emosi manusia dan hanya mampu
menangkap sebagian saja dari totalitas eksistensi manusia, ia membutuhkan
budaya-budaya lain membantunya memahami dirinya sendiri lebih baik. c) Setiap
budaya secara internal bersifat plural dan merefleksikan sebuah
perbincangan/dialog yang kontinu diantara tradisi-tradisi dan jalinan pemikiran
yang berbeda. Ini bukan berarti bahwa ia tidak memiliki koherensi dan identitas,
tapi bahwa identitasnya itu plural, cair dan terbuka.
Masyarakat kota Salatiga merupakan masyarakat yang sangat plural, hampir
dari semua etnis, ras, bahasa dan agama hidup bersama. Keberagaman yang
dimiliki oleh masyarakat kota Salatiga secara sempit dapat menggambarkan ke-
Indonesia-an. Keberagaman yang dimiliki oleh masyarakat di kota Salatiga sendiri
kemudian terorganisir dalam kelompok etnisitas/organisasi etnis yang hadir
sebagai wadah perkumpulan dari setiap masyarakat dari golongan etnis yang
sama. Keberadaan mahasiswa UKSW sebagian besar telah membentuk
komunitasnya masing-masing membentuk kelompok/komunitas berdasarkan asal
kedaerahan atau kesukuan, hal tersebut dilakukan dengan alasan karena mereka
36
merasa nyaman dengan orang-orang yang berasal dari satu etnis/daerah ketimbang
dengan orang yang berasal dari daerah/suku lain. Rasa nyaman itulah yang
kemudian mendorong mereka untuk membentuk komunitasnya masing-masing.
Hingga saat ini dalam lingkungan UKSW telah hadir sebanyak 21 organisasi etnis
yang mempunyai karakter masing-masing sesuai dengan kultur dari etnis tersebut.
Kemajemukan yang dimiliki oleh UKSW ini selain menyimpan keindahan
dan keindahan budaya tetapi juga memiliki potensi konflik terutama dalam
lingkungan pergaulan di luar lingkungan kampus hal ini di karenakan sebagian
besar mahasiswa UKSW memiliki latar belakang budaya dan karakter yang
berbeda-beda. Walaupun sebenarnya itu bukan merupakan konflik antar etnis,
tetapi merupakan konflik individu yang kebetulan berbeda etnis kemudian
memancing solidaritas dari kelompok etnis masing-masing individu sehingga
menyebabkan konflik dalam skala yang lebih besar. Kejadian-kejadian ini
sebenarnya terjadi akibat kurangnya wadah bagi etnis untuk bertatap muka dan
berdialog, ekslusifnya lingkup pergaulan etnis yang cenderung berkelompok yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari sehingga memunculkan potensi konflik.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Ramli Tomagola, SH berikut ini:
“Selama ini organisasi etnis cenderung ekslusif dalam pergaulan
termasuk pada saat melakukan kegiatan. Secara tidak sadar itu
membentuk jarak antara organisasi-organisasi etnis yang ada di
Salatiga. Jika melihat kembali banyak konflik yang sudah terjadi
di Salatiga akibat ekslusifnya organisasi etnis yang ada di kota
Salatiga sehingga menyebabkan jarak antara etnis yang satu
dengan yang lain.19
”
Lingkungan pergaulan individu yang terbatas dalam lingkup etnis ini yang
kemudian memunculkan ego yang memandang etnisnya lebih baik, kuat dan hebat
daripada etnis lainnya. Ini kemudian menjadi sebuah potensi konflik antara
kelompok etnis di Salatiga yang sewaktu-waktu bisa terjadi walaupun hanya
disebabkan oleh persoalan yang sepeleh seperti yang di kemukakan Widarto
dalam Prasetyo (2011:54) diantaranya: Perbedaan antar orang per orang.
19
Wawancara bersama Ramli Tomagola, SH di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
37
Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin menyebabkan bentrokan antar orang
per orang, dan Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang per
orang tergantung pula dari pola kebudayaan yang menjadi latar belakang
pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Perbedaan karakter,
bahasa dan kurangnya kesadaran untuk menerima keberagaman sangat
berpengaruh terhadap timbulnya konflik.
Wirawan (2010), mengatakan bahwa konflik merupakan salah satu esensi
dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang
beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi,
sistem hukum, bangsa, suku, agama dan kepercayaan, aliran politik serta budaya
dan tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu
menimbulkan konflik. Konflik merupakan proses pertentangan yang
diekspresikan diantara dua pihak atau lebih yang saling tergantung mengenai
obyek konflik, menggunakan pola perilaku dan interaksi konflik yang
menghasilkan keluaran konflik. Oleh karena itu, maka dalam sebuah keberagaman
sangat diperlukannya sebuah manajemen konflik, agar keberagaman atau
keperbedaan dapat menjadi suatu keindahan dan bukan menjadi sebuah pemicu
kerusakan.
Dari hasil penelitian sejak tahun 2009-2016 sudah terjadi beberapa konflik
multikultural yang terjadi di Salatiga baik dalam skala perorang maupun antar
kelompok etnis, dari yang hanya menyebabkan korban luka maupun sampai
korban nyawa. Konflik yang terjadi ini disebabkan oleh berbagai macam
penyebab tetapi paling banyak terjadi adalah karena pengaruh konsumsi minuman
keras. Namun, tidak akan dijelaskan secara mendalam dalam sub bab ini,
dikarenakan sudah dijelaskan pada bab I bagian latar belakang.
38
5.2. Peran Aktor forum PANTAS dalam Pengelolaan Pergaulan
Multikultural di Kota Salatiga.
Seperti yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, bahwa
penelitian ini berupaya menjelaskan peran aktor dalam pengelolaan pergaulan
multikultural di kota Salatiga, maka aktor yang akan dijelaskan dalam hasil
penelitian ini juga dipilih oleh peneliti berdasarkan intesitas peran yang
dilakukannya dalam pengelolaan pergaulan multikultural di kota Salatiga. Adapun
aktor dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama Forum PANTAS
sebagai organisasi yang melakukan upaya pengelolaan pergaulan multikultural di
kota Salatiga dikatakan sebagai aktor. Kedua Individu - individu dalam forum
PANTAS baik itu pendiri dan pengurus forum periode 2015-2016 yang
menjalankan usaha pengelolaan pergaulan multikultural di kota Salatiga juga
disebut aktor dalam penelitian ini.
Peran aktor yang hendak dijelaskan oleh penulis dalam hasil penelitian ini
adalah terkait dengan fungsi forum PANTAS dalam pengelolaan pergaulan
multikultural di Salatiga yaitu sebagai berikut : a) Sebagai forum kekeluargaan
perekat antar etnis di Kota Salatiga dalam rangka meningkatkan persaudaraan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna menjaga persatuan, kesatuan; b)
Ikut serta dan turut bertanggung jawab dalam kemajuan kota salatiga, baik secara
sumbangsi pikiran maupun dukungan dalam program-program pemerintah; c)
Menjaga stabilitas keamanan antar sesama etnis maupun masyarakat, guna
mendukung terciptanya ketertiban, keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Uraian akan peran aktor baik itu forum PANTAS maupun individu dalam
forum PANTAS akan diceritakan berdasarkan data yang didapatkan langsung dari
narasumber yang terpercaya. Secara jelas penulis akan menguraikan beberapa
temuan berkaitan pengelolaan pergaulan multikultural di Salatiga dalam empat
sub topik yang akan dianalisis secara mendalam yakni : a) peran aktor dalam
membangun jaringan dan pemanfaatan dukungan dalam kepengurusan forum
PANTAS. b) Strategi aktor dalam mempengaruhi organisasi etnis yang belum
39
bergabung menjadi anggota. c) strategi aktor dalam memfasilitasi kegiatan
bersama antar organisasi etnis. d) Strategi dan pemanfaatan jaringan oleh aktor
dalam memediasi konflik yang terjadi antara organisasi etnis
5.2.1. Strategi Aktor Dalam Membangun dan Memanfatkan Dukungan
Jaringan
Kehadiran forum PANTAS sejak tahun 2015 guna mewadahi seluruh
organisasi etnis dan menjalankan fungsi komunikasi antar etnis yang ada di
Salatiga secara khusus mendapatkan dukungan baik oleh pemerintah kota,
organisasi masyarakat dan UKSW. Tentunya hal ini tidak terlepas oleh starategi
yang dilakukan oleh aktor pendiri forum PANTAS dalam proses berdirinya untuk
membangun jaringan dengan pihak-pihak tersebut.
Pendekatan aktor forum PANTAS guna membangun jaringan dilakukan
kepada pihak-pihak yang mempunyai pergumulan bersama pada realitas
kehidupan multikultural di kota Salatiga yang belum mencapai keharmonisan
dengan masih sering terjadinya konflik antara organisasi etnis. Proses
membangun jaringan sudah dilakukan oleh para pendiri forum PANTAS sejak
rencana pembentukan forum ini. Peranan forum PERANTARA yang mampu
menjadi wadah komunikasi antar etnis di wilayah Jawa Tengah dengan sendirinya
menjadi jaringan pertama yang dibangun oleh pendiri PANTAS hal inilah yang
kemudian membuat PERANTARA mendukung dalam hal ikut berpartisipasi dan
mengawal berdirinya forum PANTAS di Salatiga, hal ini seperti yang dikatakan
oleh Kresna Umbu Haingu :
“Kami sangat menyadari bahwa dari ketiga kota ini Salatiga
mempunyai keunikan tersendiri dengan banyak etnis dan lingkup
aktifitas etnis tersebut yang kecil, tentunya ini mempunyai
dampak yang positif maupun negatif. Hal negatif dengan
banyaknya terjadinya konflik antar etnis di Salatiga yang menjadi
sorotan utama forum PERANTARA pada saat itu. Sehingga
forum PERANTARA mempunyai keterpanggilan agar
bekerjasama dengan organisasi-organisasi etnis Salatiga yang
terlibat aktif dalam kegiatan forum PERANTARA untuk
menggagas hadirnya forum PANTAS.
40
Forum PERANTARA juga menyadari bahwa tidak bisa untuk
fokus memantau keadaan satu kota saja dan melihat potensi dari
pemuda kota Salatiga yang mampu bekerja sama akan tetapi
karena kurangnya komunikasi yang intens sehingga sering terjadi
konflik. Akhirnya kami sepakat untuk membentuk wadah seperti
forum PERANTARA yaitu forum PANTAS yang sekarang ada
khusus untuk menjadi wadah komunikasi bagi seluruh etnis yang
ada di Salatiga20
”.
Kehadiran forum PANTAS kemudian diharapkan oleh forum
PERANTARA dapat menjadi perpanjangan tangan yang secara khusus hadir
untuk mengelola pergaulan multikultural di kota Salatiga sehingga komunikasi
antara organisasi etnis dapat terjalin secara intens sehingga mengurangi konflik
etnisitas.
Tidak hanya membangun jaringan dengan forum PERANTARA tetapi
pendiri forum PANTAS berusaha untuk memperluas jaringan yang dibangun
dengan pemerintah kota Salatiga lewat badan kesatuan bangsa dan politik
(KESBANGPOL), Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI) kota Salatiga
dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) lewat pembantu rektor bidang
kemahasiswaan hal ini dilakukan dengan proses audiensi. Audiensi yang
dilakukan oleh pendiri PANTAS dengan pihak-pihak diatas dilakukan dengan
menjelaskan rencana pembentukan dan tujuan pembentukan forum PANTAS
sendiri. Dukungan dan apresiasi terhadap pembentukan forum yang diharapkan
oleh para pendiri PANTAS dari proses audiensi yang diharapkan oleh pendiri
forum mengalir dalam bentuk saran dan keterlibatan KESBANGPOL, FPBI dan
PR III UKSW dalam proses berdirinya forum.
Dukungan dan keterlibatan jaringan yang sudah dibangun ini kemudian
berlanjut setelah berdiri dan terbentuknya kepengurusan forum PANTAS dengan
bersedianya ketua KESBANGPOL Drs. Susanto dan ketua umum FPBI Salatiga
bapak Amin Siahaan sebagai dewan pembina dan PR III UKSW bapak Arief
20 Kresna Umbu Haingu adalah ketua umum forum PERANTARA Jawa Tengah periode 2016 –
2017 dan pada periode sebelumnya menjabat sebagai sekretaris forum PERANTARA. Wawancara
dilakukan di kos Kemiri Barat pada tanggal 20 September 2016.
41
Sadjiarto, SE., M.Pd sebagai penasehat forum PANTAS. Tentunya hal ini
membuat ketua KESBANGPOL Salatiga, ketua umum FPBI dan PR III UKSW
menjadi garis koordinasi pengurus dalam menjalankan kegiatan serta program
forum PANTAS. Komunikasi dan koordinasi juga dilakukan oleh pengurus forum
PANTAS dengan forum PERANTARA. Selain fungsi koordinasi dari jaringan
yang telah dibangun forum PANTAS juga memanfatkan fungsi lain seperti
sumber daya dalam pendanaan kegiatan- kegiatan dana tersebut bersumber dari
pemerintah kota dan pemerintah provinsi lewat KESBANGPOL kota Salatiga, hal
ini seperti yang dikatakan oleh Landy Arion Noya :
“Bantuan dana juga didapatkan oleh forum PANTAS dari
pemerintah kota dan pemerintah provinsi lewat KESBANGPOL
Salatiga tetapi tidak semua kegiatan yang dijalankan oleh
PANTAS dapat didanai oleh pemerintah kota dan pemerintah
provinsi21
”.
Tidak semuanya kegiatan forum PANTAS dapat didanai oleh pemerintah
kota dan pemerintah provinsi disebabkan oleh status forum PANTAS yang hanya
berstatus terdata dan belum terdaftar di KESBANGPOL kota Salatiga karena
kurangnya persyaratan administrasi untuk mendaftar sebagai organisasi
masyarakat. Kurangnya persyaratan administrasi forum PANTAS dikarenakan
organisasi ini baru terbentuk dan baru berjalan selama satu tahun, tentunya hal ini
menjadi salah satu penghambat bagi forum PANTAS dalam memanfatkan
jaringan yang telah dibangun.
5.2.2. Strategi Aktor Dalam Upaya Agregasi Organisasi Etnis Yang Belum
Menjadi anggota Forum PANTAS
Kehadiran forum PANTAS sebagai wadah komunikasi antar organisasi
etnis di Salatiga sendiri diharapkan menjadi jalan keluar yang efektif bagi
persoalan pergaulan multikultural di Salatiga. Dimana konflik antar etnis yang
biasanya terjadi dikarenakan ekslusifnya organisasi etnis dalam kehidupan sehari-
hari, belum adanya dialog antar etnis ini disebabkan karena selama ini memang
21
Wawancara bersama Landy Arion Noya di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
42
belum ada yang secara khusus menyediakan ruang bagi setiap etnis untuk
berdialog dan membuat kegiatan bersama.
Pergaulan multikultural di kota Salatiga yang belum mencapai harmonisasi
etnisitas tergambar dari masih sering terjadinya gesekan antara kelompok etnis
secara tidak langsung menuntut peran lebih dari forum PANTAS untuk semakin
mempertegas kehadirannya sebagai wadah komunikasi bagi seluruh organisasi
etnis yang ada di Salatiga. Forum PANTAS harus melakukan usaha-usaha yang
kemudian mampu untuk mengkoordinir dan mengelola segala bentuk
keberagaman yang ada, hal ini seperti yang diharapkan oleh Dra.Susilastuti Mpd :
“Harapan kami terhadap pantas bisa diajak kerjasama.
Kerjasama dengan artian lebih luas. Katakanlah seperti ini
karena adanya UKSW semua etnis atau suku semuanya ada
disitu. Apakah semua suku-suku tersebut ada dalam
PANTAS atau tidak? Kalau mereka semua ada dalam
PANTAS maka gampang untuk mengkoordinirnya, untuk
mengendalikan sehingga jika terjadi pergolakan-pergolakan
dapat diatasi oleh PANTAS. Untuk menjaga kondisifitas di
Salatiga dan cipta kondisilah. Diharapkan jika ada masalah
bisa langsung diselesaikan oleh PANTAS22
”.
Sejak awal terbentuknya forum PANTAS sendiri pada tahun 2015 sudah
terdapat 14 organisasi etnis yang bersedia bergabung dan menjadi anggota dari
forum PANTAS. Seluruh organisasi etnis anggota forum PANTAS yang secara
aktif berhimpun dan berkumpul mengembangkan kearifan budaya yang dimiliki
dan bersinergi dalam menjungjung tinggi budaya nasional. Persyaratan umum
organisasi etnis untuk menjadi anggota keberhimpunan Forum PANTAS adalah
menerima deklarasi etnis nusantara, permufakatan etnis nusantara, AD/ART,
pedomam kerja dan program kerja dan peraturan organisasi forum PANTAS
lainnya. Adapun semua organisasi etnis yang ada di UKSW diupayakan oleh
pengurus forum PANTAS untuk masuk menjadi anggota, selanjutnya yang
menjadi belum menjadi anggota resmi forum PANTAS karena belum adanya
22
Wawancara bersama Dra.Susilastuti Mpd di kantor KESBANGPOL Salatiga tanggal 15
September 2016
43
kesediaan untuk bergabung dengan berbagai alasan tetap diakomodir dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai partisipan. Berikut ini adalah organisasi
etnis yang menjadi anggota forum PANTAS dan partisipan :
Tabel 5.1.
Anggota dan Simpatisan Forum PANTAS
No. Anggota Forum PANTAS No. Anggota Partisipan
1. Batak Toba 1. HIMPPAR (Papua)
2. Batak Simalungun 2. Sangir
3. Batak Karo 3. IKMAPOS (Poso)
4. KEMPLANG (Lampung) 4. PERWASUS (Sumba)
5. Nias 5. PERKASA (Kalimantan)
6. PAMPAKAT (Kalimantan
Tengah)
6. PINAESAAN (MINAHASA)
7. IKMASJA (Jawa) 7. Timor Leste
8. PKMST (Toraja)
9. PORADISA (Talaud)
10. HIPMA (Maluku)
11. KEMAMORA (Maluku
Utara)
12. Palembang
13. IKMASTI (Timor)
14 KBBS (Bali)
Sumber : Pengolahan data primer 2016
Selain 14 etnis yang sudah tergabung dalam PANTAS masih ada 7
organisasi etnis yang belum bergabung dengan forum PANTAS yaitu : HIMPPAR
(PAPUA), Sangir, PINAESAAN (Manado), PERWASUS (Sumba), PERKASA
(Kalimantan), Timor Leste, dan IKMAPOS (POSO) adapun alasan ketujuh
organisasi etnis ini sehingga tidak bergabung dalam forum PANTAS adalah,
44
stagnasi yang dialami oleh organisasi etnis sehingga organisasi etnis itu tidak
berjalan seperti yang seharusnya, permasalahan anggota organisasi etnis yang
hanya berjumlah sedikit, beda administrasi negara dan bahkan masih ada
organisasi etnis yang berpikir kalau kehadiran forum PANTAS adalah untuk
membawahi organisasi etnis.
Agregasi yang dilakukan oleh forum PANTAS agar semua organisasi etnis
di Salatiga yang mempunyai latar belakang kedaerahan berbeda dapat bersatu
dalam satu kesatuan sehingga dapat diakomodir. Fungsi agregasi agar semua
organisasi etnis dalam lingkup UKSW bisa bergabung dalam forum PANTAS
selama satu tahun ini terus diupayakan oleh aktor forum PANTAS yaitu ketua
forum, bidang ekternal dan pendiri forum. Bahkan usaha untuk mendekati
organisasi etnis untuk menjadi anggota forum PANTAS dijadikan prioritas pada
saat setelah pelantikan hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Landy Arion
Noya:
“Sejak awal pelantikan pengurus PANTAS pada bulan
September sampai dengan bulan Desember dalam rangka
sosialisasi kami melakukan visitasi kepada setiap organisasi
etnis yang ada di Salatiga. Visitasi itu dilakukan pada saat
organisasi etnis yang sudah bergabung tersebut melakukan
kegiatan Ibadah ataupun makrab. Dalam setiap kegiatan
tersebut kami diberi kesempatan untuk memperkenalkan
forum PANTAS yaitu maksud dan tujuan berdirinya forum
PANTAS dan juga sharing tentang forum PANTAS.
Pertemuan antara forum PANTAS dengan pengurus
organisasi etnis juga dilakukan secara personal.
Forum PANTAS juga mengundang seluruh etnis baik yang
menjadi anggota maupun partisipan dalam diskusi mengenai
keberadaan forum PANTAS kegiatan ini dilakukan kurang
lebih sebanyak 3 sampai 4 kali. Dilingkungan kampus juga
PANTAS diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri
yaitu pada saat pelaksanaan IICF tahun 201523
”.
Usaha agregasi organisasi etnis dalam forum PANTAS terus dilakukan
secara terus menerus selama satu tahun dalam bentuk visitasi yang dilakukan
23
Wawancara bersama Landy Arion Noya di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016
45
aktor forum kepada pengurus organisasi etnis. Upaya visitasi ini diharapkan
mampu menjadi jalan keluar bagi organisai etnis yang belum bergabung agar
bergabung dalam forum PANTAS. Lebih lanjut Mengenai usaha-usaha yang
dilakukan oleh forum PANTAS kepada ketujuh organisasi etnis yang belum
bergabung selama tahun 2016 dengan tujuan agar organisasi ini kemudian dapat
bergabung, Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol ketua forum PANTAS periode 2015-
2016 menambahkan sebagai berikut :
“Oke, masalah itu sebenarnya kami selama ini sudah terus
melakukan upaya pendekatan terhadap mereka. Kalau etnis
PERKASA Kalimantan sendiri kemarin kekurangan anggota,
tetapi setelah bertemu dengan ketuanya sehingga PERKASA
sendiri siap bergabung dengan PANTAS. Begitu juga dengan
organisasi etnis PINAESAAN dan IKMAPOS mereka juga
siap bergabung pada tahun ini setelah kami melakukan
pendekatan dengan ketua yang baru dari mereka. Untuk etnis
Sangir sendiri kami sampai saat ini belum tahu organisasi
etnisnya karena dulu mereka tergabung dengan Talaud dan
mempunyai organisasi etnis bernama SATAL, tetapi setelah
Talaud memisahkan diri menjadi PORADISA etnis Sangir
sendiri menjadi vacum. Organisasi etnis Timor Leste sendiri
sudah menegaskan tidak akan bergabung karena beda
administrasi negara. Kalau menyangkut PERWASUS
organisasi etnis Sumba kami sudah kami dekati sejak tahun
lalu sampai dengan saat ini setelah pergantian kepengurusan
dan kami bertemu dengan pengurus yang baru mereka
mengatakan bahwa saat ini PERWASUS belum bisa
bergabung dengan PANTAS. Karena mereka mengatakan
bahwa keputusan ini bukan hanya keputusan pengurus
sehingga hal ini masih perlu dibicarakan dengan seluruh
anggota PERWASUS. Kalau HIMPPAR organisasi etnis
Papua sendiri sudah menegaskan untuk tidak bergabung
dengan forum PANTAS tetapi mereka sendiri mendukung
kehadiran dan kegiatan-kegiatan forum PANTAS24
”.
Menurut penulis sendiri upaya pendekatan yang telah dilakukan oleh
forum PANTAS dalam rangka mendekati organisasi etnis yang belum bergabung
sudah efektif dilakukan. Kesedian dari tiga organisasi etnis yaitu PERKASA,
24 Wawancara bersama Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol di Cafetaria UKSW tanggal 5 September
2016
46
IKMAPOS dan PINAESAAN untuk bergabung sebagai anggota dari forum
PANTAS pada tahun 2016 menjadi tolak ukur efektifnya pendekatan yang
dilakukan. Dengan bergabungnya tiga organisasi etnis diatas maka nantinya pada
kepengurusan periode 2016-2017 (Periode kepengurusan forum PANTAS 2015-
2016 berakhir pada bulan September 2016) sudah mempunyai anggota sebanyak
tujuh belas (17) organisasi etnis.
Sementara ini pengurus forum PANTAS sendiri masih mengupayakan
pendekatan lanjutan bagi organisasi etnis yang belum mempertegas keputusannya
untuk bergabung atau tidak yaitu PERWASUS dan Sangir. Sedangkan untuk
organisasi etnis HIMPPAR dan Timor Leste setelah menegaskan diri untuk tidak
bergabung sebagai anggota forum PANTAS tetap dilibatkan sebagai partisipan
bersama dengan organisasi PERWASUS dan Sangir dalam setiap kegiatan.
Persatuan Warga Sumba di Salatiga (PERWASUS) yang sudah berdiri di
Salatiga sejak tahun 1984 masih belum menentukan sikap untuk menjadi anggota
dari forum PANTAS. Belum bergabungnya PERWASUS sendiri karena masih
keberatan dengan harus ditandatanganinya Memorandum Of Understanding
(MOU) ketika bergabung dalam forum PANTAS. Sebagai organisasi
kekeluargaan yang berbasis organisasi modern yang mempunyai aturan main
dalam AD/ART tidak mau kalau ada AD/ART lain yang harus menjadi aturan
main, seperti yang dikatakan oleh Ferdinandus Umbu Bura Koda berikut :
“Forum Pantas sendiri masih baru, jadi kami masih menonton
kira-kira apa tujuan hadirnya forum PANTAS. Kami juga
keberatan kalau harus tandatangan MOU jika bergabung
dengan PANTAS. Terus PERWASUS sendiri punya
AD/ART jika kami harus ikut maka kami yakut aturan main
kami akan tabrakan denga AD/ART forum PANTAS. Tetapi
meskipun begitu kami tetap aktif dan mendukung PANTAS
dalam kegiatan yang dilakukan oleh forum PANTAS
walaupun hanya sebagai anggota Partisipan.
Kami terus ditanyakan soal kesedian bergabung dengan
forum PANTAS. Tapi kami, pengurus tidak bisa ambil
keputusan sendiri karena soal hal begini harus kami rapatkan
dengan semua anggota PERWASUS. Kebetulan rapat besar
belum kami adakan, makanya kami belum bisa menjawab
47
apakah harus bergabung atau tidak dalam forum PANTAS
sebagai anggota tetap25
”.
5.2.3. Strategi Aktor Dalam Memfasilitasi Kegiatan Bersama Antar Etnis
Menurut Parekh (2007), ada tiga komponen multikulturalisme, yakni
kebudayaan, pluralitas kebudayaan, dan cara tertentu untuk merespons pluralitas
itu. Multikulturalisme bukanlah doktrin politik pragmatik, melainkan cara
pandang kehidupan manusia. Karena hampir semua negara di dunia tersusun dari
aneka ragam kebudayaan-artinya perbedaan menjadi asasnya-dan gerakan
manusia dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi semakin intensif, maka
multikulturalisme itu harus diterjemahkan ke dalam kebijakan multikultural
sebagai politik pengelolaan perbedaan kebudayaan warga negara.
Dalam tujuannya sebagai wadah komunikasi bagi organisasi etnis maka
forum PANTAS dalam rangka pengelolaan pergaulan multikultural di Salatiga
perlu melakukan upaya lanjutan dalam bentuk program yang memfasilitasi
seluruh organisasi etnis sebagai respon atas perbedaan kultural dalam kalangan
masyarakat. Kegiatan yang dilakukan secara bersama oleh organisasi etnis adalah
wujud pengelolaan kultural yang dapat mempererat hubungan antara anggota
organisasi etnis.
Setelah kurang lebih satu tahun kepengurusan forum PANTAS sudah
dilakukan beberapa kegiatan baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur.
Adapun yang diakui oleh pengurus forum PANTAS periode 2015-2016 bahwa
kegiatan yang selama setahun ini dilakukan adalah sebatas perkenalan forum
PANTAS pada organisasi etnis sehingga tidak ada kegiatan yang tergolong besar
pada tahun ini tetapi secara bertahap kemudian kegiatan yang sekarang ini untuk
sekedar mengundang minat organisasi etnis untuk bergabung delam forum
25 Wawancara bersama Fedinandus Umbu Bura Koda di Cafetaria UKSW tanggal 20 September
2016
48
PANTAS dapat menjadi semakin besar sehingga tujuan hadirnya forum ini dapat
tercapai.
Strategi yang dilakukan oleh pengurus forum PANTAS dalam
menjalankan kegiatan dalam periode awal kepengurusan adalah melakukan
kegiatan yang dapat menjangkau segala aspek keanekaragaman masyarakat
Salatiga seperti program keagamaan, budaya dan juga program yang banyak
diminati oleh anggota organisasi etnis seperti olahraga. Kegiatan yang dilakukan
oleh forum PANTAS ini melibatkan organisasi etnis baik yang menjadi anggota
forum PANTAS maupun organisasi etnis simpatisan.
Dalam kepengurusan forum PANTAS periode 2015-2016 terdapat enam
kegiatan terstruktur yang diprogramkan, yaitu sebagai berikut :
1. Natal bersama yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2016 dibawahi
oleh bidang keagamaan;
2. PANTAS Cup 27-28 januari dan 5- 6 Maret 2016 yang berisi kegiatan
olahraga merupakan program bidang olahraga. PANTAS cup adalah
kegiatan perlombaan olahraga volli dan futsal antara organisasi etnis.
Gambar 5.1. kegiatan PANTAS cup 2016
Gambar : Suasana pertandingan final Volli putra antara organisasi etnis
Lampung vs organisasi etnis Timur dalam PANTAS cup 2016.
49
3. Kegiatan diskusi bersama yang dilakukan setiap dua bulan sekali
merupakan program bidang eksternal dan eksternal.
Gambar 5.2. Diskusi dan Sharing forum PANTAS
Gambar : Salah satu kegiatan diskusi dan sharing forum PANTAS yang rutin
diadakan dua bulan sekali.
4. Makrab PANTAS yang melibatkan 5 perwakilan setiap organisasi
etnis yang ada di Salatiga berlangsung pada tanggal 27-29 Mei 2016
merupakan program kerja bidang ekternal dan internal;
Gambar 5.3. Makrab PANTAS
Gambar : Suasana foto bersama yang dilakukan oleh perwakilan organisasi etnis
dan pengurus dalam kegiatan makrab forum PANTAS
50
5. Buka puasa bersama bersama warga kemiri yang dilakukan pada
tanggal 2 Juli 2016 program bidang keagamaan.
Gambar 5.4. Buka puasa bersama
Gambar : Suasana buka puasa bersama yang dilakukan oleh pengurus PANTAS
dan organisasi etnis dengan warga Kemiri
6. Program yang saat ini dalam persiapan pelaksanaan yaitu program
gebyar nusantara yang akan dilaksanakan pada tanggal 1 November
2016 merupakan program kerja bidang Seni Budaya.
Selain program terstruktur diatas forum PANTAS juga melakukan
kegiatan non terstruktur yang bersifat visitasi dan olahraga. Kegiatan non
terstruktur seperti futsall bersama dan diskusi yang dilakukan dengan rutin setiap
minggunya merupakan kegiatan yang diharapkan mampu menumbuhkan nilai
kebersamaan antar setiap anggota organisasi etnis yang ada di Salatiga dan
mampu menjadi sarana untuk saling mengenal satu sama lainnya. Visitasi yang
dilakukakn oleh pengurus PANTAS kepada organisasi etnis juga diharapkan
mampu membangun hubungan komunikasi yang intensif antara forum PANTAS
dan setiap organisasi etnis yang ada di Salatiga.
Forum PANTAS melihat bahwa kegiatan yang dilakukan sudah maksimal
tetapi tujuan dibuatnya kegiatan ini untuk mengakomodir semua organisasi etnis
di Salatiga untuk berpartisipasi secara bersama belum tercapai hal ini disebabkan
oleh masih kurangnya partisipasi organisasi etnis dalam beberapa kegiatan forum
PANTAS, seperti yang dikatakan oleh Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol berikut ini :
51
“Walaupun program yang berjalan sudah maksimal tetapi
kami merasa bahwa goal dari tujuan dibuatnya program
tersebut belum tercapai secara maksimal karena masih
memiliki kendala seperti Komunikasi dengan beberapa etnis
yang masih berjalan kurang lancar dalam artian bahwa sudah
diundang oleh forum PANTAS tetapi seringkali tidak adanya
feed back dari kawan – kawan pengurus organisasi etnis26
”.
5.2.4. Strategi Aktor Dalam Penyelesaian Konflik Antar Organisasi Etnis
Sebelum kehadiran forum PANTAS di kota Salatiga pengelolaan
multikultural khususnya konflik yang terjadi selama ini adalah tanggung jawab
pengurus masing-masing organisasi etnis yang terlibat , aparat kepolisian dan
UKSW. Tujuan dari pengelolaan tersebut adalah untuk merawat keragaman,
seperti yang dikatakan oleh Azra (2007) bahwa untuk merawat keragaman maka
kiranya juga perlu merayakan kemajemukan. Upaya pengelolaan konflik yang
dilakukan oleh UKSW dapat dikatakan sebagai gerakan moral, yang mana upaya
tersebut dilakukan untuk memfasilitasi atau membantu penyelesaian konflik yang
terjadi, karena konflik terjadi di luar area kampus. Pengelolan konflik oleh
UKSW biasanya menjadi tanggung jawab dari Pembantu Rektor III Bidang
Kemahasiswaan.
Berdasarkan pada data yang diperoleh di lapangan, sebagian besar konflik
memang terjadi di luar wilayah kampus (di area belakang kampus, Kemiri I,
perempatan Kemiri II, Kemiri III, Kemiri Barat, Cemara, dan Margosari-daerah
tersebut merupakan daerah yang dekat dengan tempat tinggal sebagian besar
mahasiswa UKSW), yang mana hal tersebut bukan lagi menjadi urusan
universitas, meskipun para mahasiswa yang terlibat konflik merupakan mahasiswa
UKSW. Sehingga hal ini harus diselesaikan secara mandiri oleh pengurus etnis
yang terlibat. Dalam beberapa konflik yang terjadi, setiap pimpinan etnis
menggunakan pendekatan secara kekeluargaan dalam proses penyelesaian konflik
tersebut. Harapannya dengan pendekatan kekeluargaan yang digunakan dapat
26 Wawancara bersama Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol di Cafetaria UKSW tanggal 5 September
2016.
52
terwujud perdamaian yang abadi antar sesama etnis di salatiga pada khususnya
dan Salatiga pada umumnya. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi
konflik lanjutan, namun bagi pengurus etnis dapat dulu diselesaikan, sehingga
selanjutnya dipikirkan pembinaan yang dilakukan untuk meredam ataupun
meminimalisir konflik.
UKSW sendiri tidak bisa terlalu terlibat secara mendalam pada kehidupan
organisasi etnis hal ini disebabkan oleh karena setiap organisasi etnis yang
sebagian besar anggotanya adalah mahasiswa memiliki aturan main/aturan
organisasinya masing-masing. Melihat pada keterangan tersebut , dalam hal
pengelolaan konflik yang dilakukan oleh UKSW sejauh ini UKSW lebih
cenderung mengajak para ketua-ketua kelompok atau senior etnis mahasiswa
untuk berdialog atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
universitas maupun Senat. Upaya tersebut dilakukan dengan tujuan agar terjalin
keakraban, dan kedekatan emosional antar masing-masing kelompok etnis
mahasiswa yang dapat ditularkan ke anggota masing-masing kelompok.
Menurut Th. Sumartana (2002 : 274) gejolak sosial serta konflik kekerasan
yang terjadi merupakan gejala dari ketidak mampuan masyarakat mengelola
kemajemukan. Konflik yang terjadi di Salatiga juga adalah sebuah gambaran
belum mampunya masyarakat dalam mengelola kemajemukan yang ada serta
belum maksimalnya lembaga dalam mewadahi keberagaman yang ada dan belum
adanya kemampuan organisasi etnis untuk hidup bersama dalam perbedaan
sehingga dapat mewujudkan keharmonisan antara setiap oragnisasi etnis yang ada
di Salatiga.
Hal inilah yang kemudian memunculkan apresiasi yang tinggi oleh
Pemerintah Kota dan UKSW kepada kehadiran forum PANTAS yang menjadi
wadah komunikasi bagi setiap etnis yang ada dalam lingkungan kota Salatiga.
Harapan besar dengan hadirnya forum PANTAS sebagai wadah komunikasi bagi
seluruh organisasi etnis di di Salatiga dapat mengurangi gesekan-gesekan yang
sering terjadi antara organisasi etnis, hal ini seperti yang dikatakan oleh Ramli
Tomagola, SH :
53
“Tetapi setelah PANTAS hadir sebagai wadah komunikasi
antar etnis dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan semua
organisasi etnis baik organisasi yang tergabung dalam
PANTAS maupun anggota partisipan sehingga ada ruang
untuk seluruh organisasi etnis di UKSW khususnya dan
organisasi etnis di Salatiga secara umum bertemu maka kami
melihat bahwa konflik atau gesekan atar etnis itu menjadi
menurun. Sampai saat ini memang PANTAS belum 100%
membuat perubahan di Salatiga khususnya UKSW tetapi
kehadiran forum PANTAS pastinya sudah membawa
perubahan dalam perjalanan organisasi ini selama satu
tahun27
”
Sejak kurang lebih satu tahun berjalannya forum PANTAS sudah dua
kasus pergaulan multikultural yang ditangani/diselesaikan. Dalam menangani
kasus pergaulan multikultural forum PANTAS hadir sebagai wadah yang
memfasilitasi dan memediasi kedua kelompok yang bertikai dengan tujuan agar
dapat menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan, hal ini seperti yang
dikatakan oleh Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol :
“Forum PANTAS dalam melihat konflik antar etnis yang
sering terjadi adalah dengan Jeli, artinya forum PANTAS
tidak boleh termakan oleh isu-isu yang beredar dan
berpotensi konflik. Misalnya dalam hal isu tersebut kami
harus mengkonfirmasikan isu tersebut kepada dua pihak yang
terkait sehingga PANTAS tidak memihak kepada salah satu
etnis.
Dalam menyelesaikan konflik yang terpantau oleh forum
PANTAS kami sendiri menempatkan diri sebagai mediator
sehingga masalah dapat diselesaikan dengan cepat dan tidak
lagi memancing terjadinya konflik yang lebih besar28
”.
Kasus pertama yang di tangani oleh forum PANTAS adalah kasus konflik
yang terjadi antara mahasiswa etnis Sumba dan mahasiswa etnisk Batak
Simalungun dimana kasus ini lahir akibat konsumsi minuman keras yang
dilakukan oleh mahasiswa asal Sumba di area kos-kosan Cemara Barat. Dimana
kronologis kasus ini adalah sekelompok mahasiswa Sumba sedang mengkonsumsi
27
Wawancara bersama Ramli Tomagola, SH di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
28 Wawancara bersama Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol di Cafetaria UKSW tanggal 5 September
2016.
54
minuman keras secara berkelompok kemudian salah seorang dalam kelompok itu
menendang pintu dari seorang tetangga kos yang adalah anggota etnis Batak
Simalungun yang pada saat itu sedang berada di dalam kamar bersama pacarnya.
Akibat dari perlakuan tersebut anggota etnis Batak Simalungun ini tidak terima
dan langsung terjadi adu mulut dan hampir terjadi perkelahian. Tidak puas dengan
keadaan yang terjadi akhirnya anggota etnis Batak ini melaporkan kejadian ini
kepada teman-teman dan seniornya yang berasal dari organisasi etnis yang sama.
Melihat potensi akan terjadinya konflik fisik antara kelompok organisasi
etnis Batak Simalungun dan organisasi etnis Sumba karena sangat kuatnya
solidaritas dalam kalangan organisasi etnis maka salah seorang senior Batak
Simalungun berinisiatif untuk melaporkan kejadian ini kepada forum PANTAS
agar dapat dilakukannya upaya penyelesaian secara damai , hal ini seperti
dikatakan oleh ketua forum PANTAS Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol :
“Kalau misalnya kasus begitu, seperti kemarin Kasus yang
tadi Limbong jelaskan antara mahasiswa etnis Batak
simalungun dan etnis Sumba itu memang menghubungi
forum PANTAS dan meminta penyelesaian dari Kita29
”.
Setelah dihubungi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara kedua
anggota organisasi etnis tersebut forum PANTAS langsung tanggap untuk turun
kelapangan dimana juga ada kekuatiran akan semakin meluasnya konflik yang
terjadi apabila masalah ini tidak diselesaikan secara cepat. Dalam upaya
penyelesaian konflik yang terjadi pada saat itu forum PANTAS mengirimkan
utusan yaitu Agung Samuel Limbong yang juga berasal dari Batak Simalungun.
Aktor utusan forum PANTAS ini setelah mengetahui masalah yang terjadi
kemudian berusaha untuk menghubungi jaringan yang sudah dibangun oleh forum
PANTAS dalam hal ini ketua etnis Batak Simalungun dan ketua etnis Sumba
untuk bersama-sama menyelesaikan konflik yang terjadi, hal ini seperti yang
disampaikan oleh Agung Samuel Limbong berikut ini :
29 Wawancara bersama Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol di Cafetaria UKSW tanggal 5 September
2016
55
“Salah satu kasus yang diselesaikan oleh forum PANTAS
adalah masalah antara seorang mahasiswa asal Batak
Simalungun dan Mahasiswa Sumba. Dimana Mahasiswa
Batak diganggu oleh mahasiswa Sumba ketika masalah itu
dikomunikasikan kepada PANTAS kami langsung turun
kelapangan. Saya sebagai orang yang dipercaya forum
PANTAS untuk mengurus masalah ini langsung berusaha
untuk menghubungi menghubungi pimpinan organisasi etnis
dari kedua belah pihak. Setelah pimpinan etnis Batak
Simalungun dan Sumba, bersedia melakukan pertemuan
dengan mahasiswa yang bermasalah kami dibantu oleh
pengurus etnis melakukan mediasi. Dan mediasi tersebut
berhasil didamaikan secara personal maupun kelompok
karena pada saat itu kami juga melihat adanya potensi konflik
antar kelompok etnis jika masalah tersebut tidak dapat
diselesaikan secara cepat30
”.
Upaya penyelesaian konflik dengan mediasi yang dilakukan oleh utusan
forum PANTAS di bantu oleh ketua organisasi etnis dari kedua pihak ini dalam
prosesnya juga mempunyai hambatan. Masih adanya ego kedaerahan dan gengsi
membuat kedua anggota ini tidak mau untuk saling mengalah dimana anggota
etnis Sumba dan anggota etnis Batak Simalungun saling mempertahankan
pendapat sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam upaya mediasi
dilakukan sampai tercapainya kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Upaya
mediasi yang dilakukan oleh aktor forum PANTAS dibantu oleh ketua etnis dari
kedua belah pihak menggunakan pendekatan kekeluargaan.
Ferdinandus Umbu Bura Koda ketua Persatuan Warga Sumba di Salatiga
(PERWASUS) periode 2015-2016 juga membenarkan bahwa pernah terjadi
konflik antara anggota Sumba dan Batak Simalungun. Pada saat informasi
terjadinya konflik langsung diadakan upaya penyelesaian kasus yang dilakukan
oleh pengurus etnis Sumba dan Batak Simalangun yang difasilitasi oleh forum
PANTAS. Sehingga konflik yang terjadi tidak sempat meluas tetapi dapat
diselesaikan secara cepat, seperti yang dikatakan berikut ini :
30
Wawancara bersama Agung Samuel Limbong di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
56
“Memang waktu itu terjadi konflik antara Sumba dan Batak
Simalungun. Saya dikasih tahu oleh pengurus yang kebetulan
tahu soal kasus itu dari perwakilan PANTAS yang mengurus
masalah itu. Kami langsung adakan pertemuan antara ketua
etnis batak simalungun yang kebetulan wakti itu ditemani
salah satu senior mereka di warung makan kemiri barat untuk
merencanakan masalah tersebut bersama dengan perwakilan
forum PANTAS.
Setelah mengetahui duduk masalah bahwa waktu itu memang
hanya terjadi kesalah pahaman saja maka kami segera
bergerak untuk menemui anggota yang terlibat konflik yang
kebetulan satu kos. Mediasi pun terjadi pada saat itu sehingga
masalah yang terjadi ada titik temu, akhirnya terjadi
kesepakatan damai dan sampai dengan saat ini masalah itu
selesai sepenuhnya sehingga tidak ada lagi konflik
lanjutan31
”.
Selain kasus konflik antara anggota organisasi etnis Sumba dan Batak
Simalungun diatas, forum PANTAS juga mempunyai andil dalam penanganan
kasus rasis yang dilakukan oleh salah seorang anggota etnis Batak Toba kepada
anggota organisasi etnis yang berasal dari bagian timur Indonesia. Isu yang
beredar bahwa anggota etnis Batak Toba ini melakukan perkataan rasis mengenai
etnis timur ini yang ditanggapi oleh seorang senior asal Maluku dan
melaporkannya kepada ketua forum PANTAS, laporan ini langsung ditanggapi
oleh ketua forum dengan mendatangi anggota etnis Batak tersebut untuk mencari
tahu kebenaran terkait dengan laporan tersebut, hal ini seperti yang dikatakan oleh
Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol :
“Kemudian juga ada kasus satu lagi yang dilaporkan oleh
senior Maluku kepada kami dan langsung kami selesaikan
dengan cepat, itu mengenai masalah dari orang etnis kita
yang membecirakan hal yang tidak baik kepada etnis bagian
timur atau rasis. Saya langsung menanggapi orang yang
melakukan rasis tadi mencari kebenaran dan
mengklarifikasikan pernyataan rasis tadi, karena itu bukan
31
Wawancara bersama Ferdinandus Umbu Bura Koda ketua PERWASUS periode 2015-2016 di
Cafetari Kampus tanggal 20 September 2016.
57
rasis tetapi hanya bahan ganggu kepada teman dekatnya yang
berasal dari timur32
”.
Berkaca dari kedua penyelesaian konflik antara organisasi etnis yang
dilakukan oleh aktor forum PANTAS diatas kita dapat melihat kontribusi nyata
forum ini dalam mengelola pergaulan multikultural yang terjadi. Aktor forum
PANTAS sudah mampu hadir dalam pergumulan pergaulan multikultural yang
sering terjadi baik itu kasus antara anggota etnis Sumba dengan anggota etnis
Batak Simalungun dan kasus (isu) rasisme tergambar dengan jelas bahwa forum
PANTAS melakukan fungsi sebagai wadah kekeluargaan, perekat antar etnis di
kota Salatiga dalam rangka meningkatkan persaudaraan dalam kehidupan
berbangsa guna menjaga persatuan dan kesatuan. Dalam penyelesaian konflik
yang dilakukan juga forum PANTAS sudah mampu berkontribusi dalam hal
menjaga stabilitas keamanan antar sesama etnis maupun masyarakat, guna
mendukung terciptanya ketertiban, keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dengan sudah dilakukannya pengelolaan konflik antara organisasi etnis
selama satu tahun berjalannya forum PANTAS tentunya hal ini akan dapat
meminilisir konflik yang lebih besar dan berkepanjangan antara organisasi etnis
sehingga usaha untuk mencapai harmonisasi pergaulan etnisitas yang berdampak
pada ketertiban, persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat di kota
Salatiga yang sangat multikultural bukan bisa tercapai.
Upaya pengelolaan pergaulan multikultural tidak hanya dilakukan oleh
pengurus forum PANTAS tidak hanya dalam bentuk penyelesaian konflik tetapi
forum PANTAS juga melakukan upaya-upaya untuk mencegah agar konflik antar
etnis dapat diminimalisir. Usaha ini dilakukan dengan menanamkan wawasan
multikulturalisme kepada anggota organisasi etnis yang baru. Multikultiralisme,
menurut Rogers dan Steinfart dalam Rahardjo (2005:84), merupakan pengakuan
bahwa beberapa kultur dapat eksis dalam lingkungan yang sama dan
menguntungkan satu sama lainnya. Penanaman wawasan multikulturalisme ini
32
Wawancara bersama Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol di Cafetaria UKSW tanggal 5 September
2016
58
dilakukan dalam bentuk penyampaian materi pada malam keakraban (Makrab)
yang dilakukan oleh anggota organisasi etnis forum PANTAS dan diskusi yang
rutin diadakan dua kali setiap bulannya, tujuan dari pengelolaan tersebut adalah
untuk merawat keragaman sehingga bisa adanya saling menghargai perbedaan
antara satu etnis dengan etnis lainnya sehingga tidak terjadi perpecahan antara
organisasi etnis, hal ini seperti yang dikatakan oleh Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol
sebagai berikut :
“Dalam pencegahan konflik juga ketika PANTAS diberi
kesempatan untuk menyampaikan materi dalam makrab
organisasi etnis yang sudah bergabung dalam PANTAS kami
selalu membawa materi yang muatan nasionalisme dengan
judul “Keindonesian dalam Pluralitas” dimana kami
merangsang anggota MAKRAB untuk berpikir secara
Indonesia bukan lagi primordial yang menganggap etnisnya
lebih baik dari etnis lain33
”.
Penyampaian materi yang disampaikan oleh ketua PANTAS pada saat
organisasi etnis ini melakukan makrab adalh dengan tujuan untuk membuka cara
berpikir dari anggota etnis yang baru agar memahami bahwa kehidupan
bermasyarakat di Salatiga tidak lagi kultural melainkan multikultural sehingga
perlu berpikir secara ke-Indonesian bukan lagi berpikir secara primordial yang
menyebabkan ekslusifnya lingkungan pergaulan mereka sehingga akan menimbul
potensi yang bersifat negatif dalam kehidupan bermasyarakat.
Upaya pencegahan konflik dalam pergaulan multikultural di Salatiga juga
diupayakan oleh pengurus forum PANTAS melalui program yang tidak
terstruktur. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan bersama-sama yang dilakukan
sehingga memupuk nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam individu yang
berasal dari berbagai organisasi etnis sehingga dapat mengenal satu dengan yang
lainnya. Kegiatan yang dimaksud adalah futsal bersama yang dilakukan setiap
minggu dan diskusi, hal ini seperti yang disampaikan oleh Landy Arion Noya :
33 Wawancara bersama Sadra Tuahta Barus, S.Si-Teol di Cafetaria UKSW tanggal 5 September
2016
59
“Memang selama ini forum PANTAS selalu berada di tengah
– tengah. Memang seperti tadi dibilang kegiatan – kegiatan
nonterstruktur itu yang sengaja dibuat untuk kita tidak
melihat orang dari etnis lain sebagai orang asing walaupun
hanya lewat futsal dan lain-lain. Pencegahan sudah
diupayakan kemudian kalau terjadi masalah juga kami sudah
punya upaya penanganan34
”.
5.3. Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Pengelolaan
Pergaulan Multikultural
Dalam menjalankan fungsinya sebagai wadah komunikasi bagi organisasi
etnis di Salatiga tentunya forum PANTAS selama kurang lebih satu tahun harus
berhadapan dengan faktor-faktor yang menghambat baik itu secara eksternal
maupun secara internal selain itu juga terdapat faktor faktor yang menjadi
keuntungan bagi forum ini yang kemudian dikatakan sebagai faktor pendukung.
5.3.1. Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan faktor yang mendukung forum
PANTAS dalam pengelolaan pergaulan multikultural di kota Salatiga. Faktor
pendukung yang dimaksudkan adalah pertama : Dukungan moril dan materil dari
jaringan yang telah dibangun oleh forum PANTAS, seperti yang dikatakan Landy
Arion Noya berikut ini :
“Faktor Pendukung dukungan dari pemerintah dan PR III
juga menjadi keuntungan sehingga kami berani melakukan
kegiatan walaupun ada kekuatiran tetapi backing yang kami
miliki itu kuat35
”.
Berkaitan dengan dukungan yang diberikan oleh jaringan kepada forum
PANTAS dalam proses pengelolaan pergaulan multikultural, Sadra Tuahta Barus,
S.Si-Teol menambahkan bahwa :
34
Wawancara bersama Landy Arion Noya di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
35 Wawancara bersama Landy Arion Noya di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
60
“Tentunya dalam forum PANTAS mempunyai garis
struktural dan garis koordinasi. forum PANTAS mempunyai
garis koordinasi dilingkungan kampus yaitu Pak Arief
sebagai PR III dan dilingkungan pemerintah kota yaitu Pak
Susanto ketua KESBANGPOL kota Salatiga dan Pak Amin
sebagai ketua Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI)
di Salatiga dan forum PERANTARA
Dukungan jaringan yang dimiliki oleh forum PANTAS ini dirasakan
sangat membantu karena baik KESBANGPOL sebagai unsur Pemerintah kota
Salatiga, PR III perwakilan dari UKSW, FPBI dan forum PERANTARA memiliki
latar belakang organisasi kemasyarakatan saling bahu membahu dalam
mendukung kegiatan dan program yang dilakukan oleh forum PANTAS.
Sehingga dalam menjalankan kegiatan dan program forum PANTAS betul-betul
merasa didukung dengan baik oleh pihal-pihak yang dimaksudkan diatas.
Faktor pendukung kedua apresiasi dan dukungan organisasi etnis terhadap
kehadiran forum PANTAS yang sangat besar memudahkan forum PANTAS
untuk berinteraksi dengan seluruh organisasi etnis yang ada di Salatiga. Partisipasi
organisasi etnis dalam kegiatan dan program yang dilakukan oleh forum
PANTAS selama satu periode kepengurusan walaupun belum maksimal tetapi
sudah cukup besar sehingga hanya perlu terus dipupuk sehingga kedepannya akan
semakin besar; ketiga adalah ruang lingkup aktifitas yang kecil membuat forum
PANTAS mampu untuk mengkoordinir dan memantau organisasi etnis dalam
pergaulan etnisitas di kota Salatiga.
5.3.2. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung diatas forum PANTAS juga harus berhadapan
dengan faktor yang menghambat pengelolaan pergaulan multikultural di kota
Salatiga. Ada beberapa faktor yang menghambat diantaranya adalah : pertama
masih seringnya terjadi stagnasi (vacuum) yang dialami oleh kepengurusan
organisasi etnis, seperti yang dikatakan oleh Agung Samuel Limbong :
“Sebagai contoh etnis batak toba yang organisasi etnisnya
tahap stagnasi (vacuum) sehingga organisasi ini belum bisa
aktif untuk mengikuti program PANTAS dan Saya rasa ada
61
juga organisasi etnis lainnya yang mengalami hal seperti
itu36
”.
Walaupun sebenarnya vacuumnya sebuah organisasi etnis itu merupakan
masalah bagi organisasi etnis itu sendiri, tetapi dampak dari tidak berjalannya
organisasi etnis seperti yang dialami oleh etnis Batak Toba kemudian berimbas
kepada forum PANTAS sendiri. Organisasi etnis yang vacuum kemudian
memiliki masalah dalam komunikasi baik antara anggotanya juga dengan forum
PANTAS. Tidak berjalannya organisasi etnis ini juga diyakini bukan hanya terjadi
dalam organisasi Batak Toba tetapi ada beberapa etnis juga yang mengalami hal
yang sama sehingga menyebabkan organisasi etnis ini belum mampu untuk
terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh forum
PANTAS.
Faktor kedua adalah hambatan yang juga yang berasal dari organisasi etnis
adalah dimana ada beberapa organisasi etnis yang memiliki hanya sedikit anggota,
sedangkan dalam beberpa kegiatan forum PANTAS membutuhkan perwakilan
dalam jumlah lumayan banyak seperti dalam penyelenggaraan PANTAS cup hal
ini mengakibatkan beberapa organisasi etnis tidak ambil bagian karena
kekurangan anggota. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Landy Arion Noya :
“Kegiatan PANTAS juga seringkali memerlukan masa dari
setiap organisasi etnis yang lumayan banyak, sehingga
organisasi etnis yang memiliki sedikit anggota terkadang
memiliki kendala soal itu, persoalan tidak capaian program
sendiri dapat kita lihat dari segi itu37
”.
Faktor ketiga masih tumbuh suburnya ego kedaerahan organisasi etnis
individu anggota maupun kelompok organisasi etnis sehingga hal ini sering
memantik konflik yang terjadi antara organisasi etnis. Semua konflik antara
organisasi etnis sebenarnya berawal dari persoalan inividu tetapi karena adanya
36
Wawancara bersama Agung Samuel Limbong di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
37 Wawancara bersama Landy Arion Noya di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
62
ego kedaeran dan solidaritas kelompok etnis hal ini sering memunculkan konflik
yang lebih besar.
Faktor hambatan keempat berasal dari internal forum PANTAS juga
selama ini dirasa menjadi salah satu faktor tidak berjalannya forum ini dengan
maksimal. Representasi kepengurusa forum PANTAS periode 2015-2016 yang
berasal dari organisasi etnis dirasa belum mampu “militan” dan aktif sehingga
mereka belum mampu menunjukkan kenerja yang sudah seharusnya menjadi
tanggung jawab mereka. Selain itu juga dalam struktur kepengurusan forum
PANTAS periode 2015-2016 sudah ada enam orang pengurus yang
mengundurkan diri dengan alasan pribadi maupun etnis sehingga kepengurusan
ini yang seharusnya terdiri dari 28 pengurus sekarang tersisa 22 pengurus. Faktor
kelima adalah persoalan sumber pendanaan yang kemudian akan dijadikan
anggaran bagi pelaksanaan program juga menjadi kendala berarti bagi forum
PANTAS, memang selama ini ada bantuan dana yang diberikan oleh pemerintah
kota dan pemerintah provinsi untuk menjalankan kegiatan tetapi tidak semua
kegiatan yang dilakukan mendapatkan dana bantuan. Sehingga forum PANTAS
seringkali dalam melakukan kegiatan sumber dananya diusahakan secara mandiri
dengan cara usaha dana, seperti yang diungkapakan oleh Landy Arion Noya :
“Kemudian perwakilan etnis yang menjadi pengurus
PANTAS sebagian besarnya masih kurang berperan aktif
dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengurus.
Anggaran juga menjadi faktor penghambat untuk
menjalankan program. Selama ini kebanyakan program
dilakukan secara mandiri oleh pengurus PANTAS dan panitia
pelaksana.
Memang ada bantuan dana dari Pemkot dan Pemprov tetapi
tidak semua kegiatan yang dijalankan oleh PANTAS didanai
oleh Pemkot atau Pemprov38
”.
Kelima faktor diatas merupakan hambatan yang bisa saja mengancam
tujuan berdirinya forum PANTAS maka oleh karena itu perlu bagi forum ini
38
Wawancara bersama Landy Arion Noya di Cafetaria UKSW tanggal 5 September 2016.
63
bersama dengan jaringan yang dimilikinya memikirkan solusi agar dapat
mengatasi faktor -faktor penghambat tersebut.