bab vi (larutan asam)
TRANSCRIPT
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 1/14
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 2/14
56
memperbesar rongga pori dalam batuan sehingga memperbesar
permeabilitas untuk memperbesar laju produksi.
Metode ini menggunakan teknik gravimetrik untuk menentukan
reaktivitas formasi dengan asam. Batuan karbonat (mineral limetone )
biasanya larut dalam HCl, sedangkan silikat (mineral clay ) larut dalam
mud acid .
Pelaksanaan stimulasi di lapangan, perencanaan pekerjaan dan
disain dari pemilihan material haruslah disesuaikan dengan kondisi
reservoir yang ada untuk mencapai suatu keberhasilan. Korelasi antara
parameter-parameter reservoir dengan material-material yang harus dipilih
pada stimulasi diperlukan untuk dapat memberikan hasil yang optimal.
Perencanaan acidizing terutama matrik acidizing , hal yang utama
yaitu dalam pemilihan asam yang akan digunakan. Asam yang dipilih akan
tergantung dengan mineral batuan yang terbentuk dalam reservoir
terutama sifat kimia batuan yang terkandung dalam batuan, misalnya
untuk batuan karbonat (CaCO 3) asam yang digunakan HCl dan batupasir
(SiO 2) dengan menggunakan HCl – HF (penggunaan HCl dikarenakan
semen pada batupasir umumnya Ca yang apabila bereaksi dengan HF akan
mengendap sehingga perlu ditambahkan HCl).
Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi asam terhadap
batuan yaitu :
a. Temperature
Temperatur reservoir akan berpengaruh pada laju reaksi asam
dengan batuan (semakin tinggi temperatur akan semakin cepat pula
raksi asam yang terjadi) dan juga mempengaruhi dalam penggunaan
volume asam serta jenisnya, misal:
1. Pada temperatur <2000 F digunakan asam mineral( HCl dan HF),
2. Pada temperatur >2500 F gunakan asam organic ( acetik dan
formic ) atau asam mineral yang dimodifikasi.
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 3/14
57
b. Perbandingan Luas-Volume
Perbandingan luas-volume (spesifik surface area ) merupakan
perbandingan antara luas permukaan batuan yang kontak dengan asam
persatuan volume. Perbadingan luas-volume beranding terbalik dengan
jari-jari batuan atau lebar rekahan.
c. Tekanan Reservoir
Pengaruh tekanan terhadap laju reaksi untuk asam HCl . Pada
tekanan diatas 750 psi, tekanan kurang berpengaruh terhadap laju
reaksi. CO 2 yang terlarut dalam fluida meningkat sehingga konsentrasi
CO 2 sebagai hasil reaksi akan menggerakkan reaksi kearah tercapainya
kesetimbangna. Hal inilah yang dapat memperlambat laju reaksi.
Tekanan yang kurang dari 750 psi, CO 2 yang terlarut mulai
terbebaskan sehingga laju reaksi meningkat
d. Konsentrasi Asam
Konsentrasi merupakan jumlah mol zat yang terdapat dalam tiap
liter latutan atau ruangan (gas). Dengan bertambahnya konsentrasi
laturan maka, kecepatan reaksi akan semakin cepat.
e. Komposisi Batuan
Komposisi kimia batuan formasi sangat penting untuk menentukan
waktu laju reaksi antara asam dengan batuan. Misalnya laju reaksi
asam HCl terhadap dolomite akan lebih lambat dibandingkan dengan
limestone, karena terbentuknya CaMg 2C16 12H 2O sebagai hasil reaksi
asam dengan dolomite dan material ini dapat larut dalam asam.
f. Kecepatan Aliran Asam
Kecepatan aliran asam tidak menimbulkan pengaruh yang begitu
besar terhadap laju reaksi antara asam dengan batuan. Untuk sumur-
sumur dengan temperatur tinggi kecepatan ditingkatkan hanya untuk
menghindari berkurangnya daya reaktifitas asam yang diinjeksikan.
Kadar clay dalam hal ini akan berpengaruh dalam konsentrasi
penggunaan asam, semakin besar kadar clay di formasi maka konsentrasi
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 4/14
58
asam yang digunakan akan semakin kecil karena kita menginginkan tidak
terjadinya pengendapan pada formasi jika laju reaksi melebihi laju injeksi.
Kelarutan yang besar akan berdampak pada hasil dari reaksi
dengan batuan, jika >20% kelarutan batupasir oleh HCl akan cenderung
menghasilkan pengendapan yang bisa dikatakan HCl reaktif dalam
batupasir dan jika di bawah 75% kelarutan batu karbonat oleh HCl maka
perlu penambahan suspending agent untuk mengalirkan zat-zat yang tak
terlarut dari formasi.
Penyebaran asam ke dalam formasi sangat tergantung dengan
kecepatan transport asam ke dalam batuan yang berhubungan dengan sifat
fisik batuan (permeabilitas dan porositas) dan juga kecepatan bereaksinya
batuan dengan asam (pengaruh temperatur). Batu pasir akan cenderung
lebih lambat dalam bereaksi dengan asamnya daripada batu karbonat
Permeabilitas yang tidak seragam akan menyebabkan penyebaran
asam yang tidak merata sehingga diperlukan penambahan diverting agent .
Diverting agent adalah material yang digunakan untuk memblok
sementara pada zona permeabilitas tinggi. Hal ini dikarenakan agar fluida
tidak selalu mengalir ke zona permeabilitas yang tinggi dan menyebar
merata di daerah perforasi yang akan diproduksi.
Proses penginjeksian asam ke dalam formasi dilakukan dengan
tahap-tahap kegiatan, yaitu :
1. Preflush
Preflush dilakukan dengan memompakan asam yang
konsentrasinya rendah dan jumlahnya kira-kira setengah dari volume
untuk acidizing sebenarnya. Preflush bertujuan untuk menghilangkan
material formasi yang dapat bereaksi dengan HCl, memindahkan air
formasi yang mengandung ion-ion (Na 2+, Ca 2+ dan lain-lain) yang
cenderung mengendap dengan HF, mendinginkan formasi sehingga
memperdalam penetrasi asam.
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 5/14
59
2. Spotting
Spotting merupakan proses utama pemompaan asam untuk
memperbaiki permeabilitas batuan. Pemompaan dengan laju yang
rendah dilakukan untuk memperbaiki kerusakan disekitar lubang
sumur, sedangkan laju yang tinggi dilakukan untuk jangkauan yang
lebih jauh ke dalam formasi.
3. After flush (postflush)
After flush merupakan proses pendorongan asam yang masih ada
dalam tubing agar seluruh asam masuk ke dalam formasi dan
mengurangi waktu kontak asam dengan tubing, disamping itu juga
untuk memindahkan asam yang telah terpakai jauh dari lubang sumur
sehingga presipitasi yang dapat terbentuk tidak akan banyak merusak.
Cairan yang digunakan seperti minyak diesel, nitrogen, ammonium
klorida (NH 4Cl), dan HCl.
Ada 3 jenis pengasaman, antara lain :
1. Matrix acidizing
Asam di injeksikan ke formasi pada tekanan di bawah tekanan
rekah, dengan tujuan agar reaksi asam menyebar ke formasi secara
radial. Matrix Acidizing digunakan baik untuk batuan Karbonat
(limestone/dolomite) maupun sand stone. Teknik ini akan berhasil
untuk sumur dengan damage sedalam 1-2 ft.
2. Acid Fracturing
Digunakan hanya untuk karbonat,kenaikan produksi diakibatkan
oleh kenaikan permeabilitas sampai jauh melampaui zone damage- nya.
3. Acid Washing
Untuk melarutkan material atau scale sekitar sumur, meliputi pipa
atau juga perforasinya.
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 6/14
60
Dalam penggunaannya pun, tidak sembarang asam dapat digunakan
dalam proses pengasaman. Ada beberapa jenis asam yang dipakai dalam
program pengasaman, antara lain :
1. Asam Chlorida
Asam HCl atau Muriatic Acid adalah asam yang paling banyak
digunakan, Asam ini harganya murah dan dapat diberi inhibitor , dan
hasil reaksi terlarut dalam air. Merupakan Reaksi HCl terhadap
Limestone, dolomite dan sandstone .
Pada umumnya HCl digunakan dilapangan dengan konsentrasi
berat 15% hal ini akan mempengaruhi titik beku dari asam yang
bersangkutan. Kerugian pemakian asam HCl terutama pada sifat
korosif yang tinggi, terutama pada temperatur diatas 250 oF. Untuk
pencegahan perlu ditambah Corrosion inhibitor.
2. Asam Fluorida
Hydrofloric Acid (HF) digunakan untuk sandstone karena dapat
melarutkan Silikat, HF dapat bereaksi dengan Ca dan Mg akan tetapi
membentuk endapan . Penggunaan HCl yang dicampur HF dapat
menghilangkan scale pada sandstone karena sementasi sandstone
terdiri dari Ca dan Mg. Asam HF mempunyai kemampuan melarutkan
padatan lumpur,mineral Clay , feldspar dan silika .
3. Asam Acetic (CH3COOH)
Merupakan asam organik yang dapat melarutkan Carbonat , laju
reaksi asam acetic lebih lambat dibanding dengan HCl, asam acetic
tidak bersifat korosif.
4. Asam Formic
Merupakan jenis asam yang terionisasi sangat lemah, sehingga
reaksi akan berjalan lambat.
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 7/14
61
a. Reaction of hydrochloric acid with limestone, dolomite, sand, and
various iron minerals
Gambar 6.1. Reaksi K imi a hydrochlori c
b. Reaction of hydroflouric acid with limestone, dolomite, sand, and
clay
Gambar 6.2. Reaksi Ki mia hydroflouric
Dengan adanya pengasaman ini, diharapkan setelah sumur kembali
diinstal pompa ESP baru, produksi dapat kembali optimum karena scale
sudah berkurang dari formasi. Pompa ESP yang baru akan didisain
sedemikian rupa sehingga rate yang didapat dari sumur dapat optimum.
Adapun syarat-syarat utama agar asam dapat digunakan dalam
opeasi acidizing (pengasaman) ini adalah:
1. Tidak terlampau reaktif terhadap peralatan logam.
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 8/14
62
2. Segi keselamatan penanganannya harus dapat menunjukkan indikasi
atau jaminan keberhasilan proyek acidizing ini.
3. Harus dapat bereaksi melarutkan karbonat atau mineral endapan
lainnya sehingga membentuk soluble product atau hasil-hasil yang
dapat larut.
Sebelum dilakukan stimulasi dengan pengasaman harus
direncanakan dengan tepat data-data laboratorium yang diperoleh dari
sampel formasi, fluida reservoir dan fluida stimulasi. Sehingga informasi
yang diperoleh dari labiratorium tersebut dapat digunakan engineer untuk
merencanakan operasi stimulasi dengan tepat, pada gilirannya dapat
diperoleh penambahan produktivitas informasi sesuai dengan yang
diharapkan. Salah satu informasi yang diperlukan adalah daya larut asam
terhadap sampel batuan (acidsolubility) .
Metode ini menggunakan teknik gravimetric untuk menentukan
reaktivitas formasi dengan asam. Batuan karbonat (mineral limetone )
biasanya larut dalam HCI, sedangkan silikat (mineral clay ) larut dalam
mud acid .
6.3. Peralatan dan Bahan
6.3.1. Peralatan
Mortar dan pastle
Oven
Erlenmeyer
Kertas Saring
Soxhelet Aparatus
ASTM 100 Mesh
6.3.2. Bahan
Core (Batu Gamping dan Batu pasir)
HCI 15% atau mud acid (15%HCI + 3%HF)
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 9/14
63
Larutan indicator methyl orange (1 gram methyl orange ) dilarutkan
dalam 1 liter aquades atau air suling
Gambar 6.3. M ortar dan pastle
Gambar 6.4. Oven
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 10/14
64
Gambar 6.5. Erl enmeyer
Gambar 6.6. Kertas sari ng
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 11/14
65
Gambar 6.7. Soxhelet Aparatus
Gambar 6.8. ASTM 100 Mesh
6.4. Prosedur Percobaan
1. Core diekstraksi terlebih dahulu dengan toluene / benzene pada Soxhlet
Aparatus. Kemudian keringkan dalam oven pada suhu 1050
C (2200
F).2. Hancurkan sampel kering pada mortal hingga dapat lolos pada ASTM
100 Mesh.
3. Ambil sampel yang telah dihancurkan 20 gram dan masukkan pada
erlenmeyer 500 ml, kemudian masukkan 150 ml HCl 15% dan
digoyangkan hingga CO 2 terbebaskan semua.
4. Setelah reaksi selesai, tuangkan sampel residu plus larutan dalam
erlenmeyer pada kertas saring. Bilas sisa –
sisa sampel dengan
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 12/14
66
Aquades sedemikian rupa hingga air filtrate setelah ditetesi larutan
methyl orange tidak nampak reaksi asam (sampai warna kemerah –
merahan).
5. Keringkan residu dalam oven kira – kira selama ½ jam dengan suhu
105 0C (220 0F), kemudian dinginkan dan akhirnya ditimbang.
6. Hitung kelarutan sebagai % berat dari material yang larut dalam HCl
15%.
Solubility % berat = %100W
wW
Dimana:
W = berat sampel, gram
w = berat residu, gram
6.5. Hasil Analisa dan Perhitungan
Berat Sampel Pasir
Berat sampel pasir sebelum pengasaman = 13 gr
Berat sampel pasir setelah pengasaman = 13 gr
% Berat Solubility Pasir = %100W
wW
= %10011
1313
gr
gr gr
= 0 %
Berat Sampel Karbonat
Berat sampel karbonat sebelum pengasaman = 37 gr
Berat sampel karbonat setelah pengasaman = 35 gr
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 13/14
67
% Berat Solubility Karbonat = %100W
wW
= %10037
3537
gr
gr gr
= 5.405 %
6.6. Pembahasan
Pengasaman bertujuan untuk mengoptimalkan lubang perforasi.
Dari hasil perhitungan data –
data yang telah diberikan, diketahui bahwa% berat solubility pasir bernilai 0% , sedangkan % berat solubility karbonat
bernilai 5.405 % . Hal ini terjadi karena pada batuan pasir, ketika sebelum
pengasaman dan setelah pengasaman, berat sampel tidak berubah (tetap),
sedangkan pada batuan karbonat, berat sampel sebelum dan setelah
pengasaman mengalami perubahan. Berat batuan pasir sebelum
pengasaman adalah 13 gr dan setelah pengasaman berat batuan pasir tetap
13 gr, tidak mengalami penambahan berat. Berat batuan karbonat
berkurang dari 37 gr menjadi 35 gr. Ini berarti bahwa residu hasil
pengasaman suatu sampel dapat mempengaruhi besar kecilnya persentase
berat solubility yang dihasikan. Apabila residu hasil pengasaman suatu
sample semakin besar, maka persentase solubility yang dihasilkan batuan
akan semakin kecil.
6.7. Kesimpulan
1. Semakin besar residu hasil pengasaman suatu sample formasi, maka
semakin kecil persentase solubility yang dihasilkan oleh sample
formasi tersebut dan sebaliknya.
2. Pengasaman bertujuan untuk mengoptimalkan lubang perforasi.
3. Persentase berat solubility pada sampel batu karbonat lebih besar
dibanding dengan sampel batu pasir.
7/18/2019 BAB VI (Larutan Asam)
http://slidepdf.com/reader/full/bab-vi-larutan-asam 14/14
68
4. Dari hasil perhitungan diperoleh persen berat solubility pasir adalah
0% sedangkan persen berat solubility karbonat 5.405 %.
5. Ketahanan pasir terhadap Asam Klorida lebih besar dibanding
karbonat.