bab viii (pembahasan umum)

6
BAB VIII PEMBAHASAN UMUM Dalam percobaan Densitas, Sand Content dan Pengukuran kadar minyak pada lumpur bor, kita menentukan densitas dengan menggunakan alat Mud Balance. Pengukuran densitas perlu diketahui untuk mencegah terjadinya lost circulation bila densitas terlalu besar, dan kick apabila densitas terlalu kecil. Sedangkan sand content perlu juga diketahui untuk mencegah berubahnya karakteristik lumpur yang akan disirkulasikan. Dalam keadaan sebenarnya % sand content yang diharapkan seminimal mungkin, maksimal sebesar 2%, karena apabila kandungan pasirnya besar secara langsung akan menaikkan densitas lumpur sehingga menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Pada aplikasi lapangannya dapat diamati dengan bertambahnya kadar pasir pada conditioning area. Kandungan pasir di lumpur dapat mengakibatkan rusaknya pada alat – alat pemboran karena bersifat abrasif. Pengukuran viskositas relatif lumpur pemboran juga diukur dengan menggunakan alat mursh funnel sedangkan menentukan viskositas nyata, viskositas plastik, yield point, dan gel strength lumpur pemboran, menggunakan Fann VG meter. Didalam prektek lapangan, viscositas lumpur mempunyai peranan yang sangat penting karena 138

Upload: afnan-mukhtar-syauqi

Post on 18-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pembahasan analisa lumpur pemboran

TRANSCRIPT

BAB VI

141

BAB VIIIPEMBAHASAN UMUM

Dalam percobaan Densitas, Sand Content dan Pengukuran kadar minyak pada lumpur bor, kita menentukan densitas dengan menggunakan alat Mud Balance. Pengukuran densitas perlu diketahui untuk mencegah terjadinya lost circulation bila densitas terlalu besar, dan kick apabila densitas terlalu kecil. Sedangkan sand content perlu juga diketahui untuk mencegah berubahnya karakteristik lumpur yang akan disirkulasikan. Dalam keadaan sebenarnya % sand content yang diharapkan seminimal mungkin, maksimal sebesar 2%, karena apabila kandungan pasirnya besar secara langsung akan menaikkan densitas lumpur sehingga menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Pada aplikasi lapangannya dapat diamati dengan bertambahnya kadar pasir pada conditioning area. Kandungan pasir di lumpur dapat mengakibatkan rusaknya pada alat alat pemboran karena bersifat abrasif.

Pengukuran viskositas relatif lumpur pemboran juga diukur dengan menggunakan alat mursh funnel sedangkan menentukan viskositas nyata, viskositas plastik, yield point, dan gel strength lumpur pemboran, menggunakan Fann VG meter. Didalam prektek lapangan, viscositas lumpur mempunyai peranan yang sangat penting karena berhubungan dengan proses pengangkatan cutting. Viscositas yang terlalu tinggi dan terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan pada proses pemboran. Jika viscositas terlalu tinggi maka lumpur akan menjadi kental sehingga laju pemboran turun dan kerja pompa berat sehingga bisa menyebabkan kerusakan formasi. Dan jika lumpur dengan viscositas yang terlalu kecil lumpur akan terlalu encer sehingga cutting tidak dapat terangkat dan akan cenderung mengendap sehingga dapat menghambat proses pemboran. Jadi penentuan viscositas sangat penting guna mengetahui bahwa apakah viscositas harus dinaikkan atau diturunkan sehingga mencapai viscositas normal yang dibutuhkan dalam proses pemboran.Percobaan menentukan filtrasi dan mud cake terhadap lumpur pemboran juga sangat diperlukan dalam operasi pemboran karena akan memberikan gambaran berapa besarnya filtration loss dan kita akan dapat mengetahui berapa tebalnya mud cake yang terjadi. Jika filtration loss besar maka mud cake yang terbentuk juga semakin tebal sehingga menimbulkan masalah seperti terjepitnya drill string sehingga mempersulit pengangkatan dan pemutarannya dan filtrate yang menyusup kedalam formasi akan menyebabkan kerusakan formasi atau formation damage yaitu pengembangan clay, penyumbatan porositas disekitar lubang bor dan juga dapat mengurangi keefektifan permeabilitasnya (mengurangi atau memperkecil permeabilitas efektifnya). Untuk mengurangi filtration loss, dapat ditambahkan PAC-R, PAC-L dan lain-lain.

Dalam percobaan analisa kimia lumpur bor, kita menentukan pH, alkalinitas kesadahan total dan kandungan ion-ion yang terdapat dalam lumpur. Metode utama yang digunakan dalam analisa kimia lumpur bor adalah titrasi. Titrasi meliputi reaksi dari sampel yang diketahui volumenya dengan sejumlah volume suatu larutan standar yang diketahui konsentrasinya.

Pada percobaan kontaminasi lumpur pemboran, salah satu penyebab berubahnya sifat sifat fisik lumpur pemboran adalah adanya material yang masuk kedalam lumpur pemboran atau dikenal kontaminan. Dalam percobaan ini, kita bisa melihaat bagaimana pengaruh dari kontaminan dalam lumpur pemboran. Lumpur yang terkontaminasi dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan pengencer.

Dalam penentuan harga kapasitas tukar kation (KTK) dilakukan dengan methylene blue test (MBT). Jika nilai KTK semakin besar, kemampuan menghidrasi (mengikat) air lebih besar, lumpur dan air tercampur dengan baik sehingga filtration loss semakin kecil dan juga ketika melewati formasi clay, air tidak mudah hilang karena kemampuan mengikat airnya baik. Maksud dari percobaan I sampai VI adalah untuk mengontrol lumpur agar dapat bekerja secara optimal sesuai dengan kondisi lubang pemboran. Pengontrolan dilakukan dengan melakukan penambahan additive yang sesuai dengan kondisi. Dari beberapa percobaan ini digunakan beberapa jenis additive seperti barite yang bertindak sebagai weighting agent untuk menaikkan densitas, air yang berfungsi untuk meurunkan densitas, PAC-R bertindak sebagai viscousifier untuk menaikkan viskositas dan air yang bertindak sebagai thinner untuk menurunkan viskositas yang nantinya akan berpengaruh terhadap filtration loss dan tebalnya mud cake yang terbentuk pada dinding sumur serta reologi lumpur seperti plastic viscosity, yield point dan gel strength. Pada hasil percobaan I dengan penambahan air 100 ml diperoleh hasil densitas lumpur dasar sebesar 8,5 ppg, sand content sebesar 0,3 % dan kadar minyak 2 %. Dari hasil percobaan beberapa plug menunjukkan kenaikan densitas terhadap penambahan barite dimana sesuai dengan fungsi barite itu sendiri. Begitu pula pada penambahan pasir dan minyak menunjukkan kenaikan. Berbeda dengan beberapa plug yang menggunakan air sebagai additive-nya yang mengalami penurunan sesuai dengan fungsi air. Pada percobaan II dengan penambahan PAC-R diperoleh hasil viskositas plastik sebesar 12 cp, yield point sebesar 15 lb/100 ft, gel strength 10 sebesar 11 lb/100 ft dan gel strength 10 sebesar 32 lb/100 ft. Dari hasil percobaan beberapa plug menunjukkan kenaikan viskositas plastic, yield point dan gel strength terhadap penambahan PAC-R sebagai additive. Pada percobaan III dengan penambahan KCl diperoleh filtration loss sebesar 35,5 ml, pH sebesar 11 dan tebal mud cake sebesar 0,345 cm. Dari hasil percobaan beberapa plug menunjukkan penurunan filtration loss dan tebal mud cake terhadap penambahan spersene dan PAC-L sebagai additive. Pada percobaan IV dengan penambahan 0,3 gram NaOH, diperoleh ion CO sebesar 496,8 ppm, ion HCO3- sebesar 420,9 dan ion Cl- sebesar 1668,5 dan total alkalinitas 23,46 ppm. Dalam percobaan ini tidak ditentukan ion OH- karena 2P < M. Pada percobaan ini seharusnya didapatkan harga P=0 namun pada kenyataannya percobaan yang kita lakukan bernilai 2P < M. Nilai P=0 menunjukkan adanya HCO3- saja karena filtrat yang digunakan termasuk dalam kategori asam kuat sehingga tidak akan terjadi perubahan warna jika diberikan 2 tetes indikator PP dan dititrasi dengan H2SO4 karena H2SO4 juga merupakan asam kuat. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan dari praktikan dalam menitrasi ataupun membuat contoh lumpur yang diuji. Pada percobaan V dengan penambahan 8 gr semen diperoleh filtration loss sebesar 61,5 ml, pH sebesar 11, viskositas plastic sebesar 17 cp, yield point sebesar 26 lb/100 ft, gel strength 10 sebesar 8 lb/100 ft dan gel strength 10 sebesar 10 lb/100 ft. Dari hasil beberapa plug dapat disimpulkan bahwa kontaminan yang terkandung didalam lumpur akan mempengaruhi sifat-sifat fisik lumpur pemboran. Analisa kimia lumpur dan kontaminasi berupa garam, gypsum ataupun semen yang terkandung didalam lumpur perlu dilakukan agar dapat dilakukan perencanaan penanggulangan yang tepat sehingga lumpur dapat bekerja secara optimal. Pada bab terakhir dibahas pula tentang perbandingan antara 2 jenis bentonite yaitu bentonite jabar dengan bentonite X yang mana hasil percobaan diperoleh KTK bentonite jabar sebesar 70,1 meq/100 gr sedangkan bentonite X sebesar 15,0 meq/100 gr yang menunjukkan Kemampuan Bentonite Jabar menghidrasi air lebih baik dari pada Bentonite X.138PAGE