bab xii pemerahan ternak riminansia - …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/modul...
TRANSCRIPT
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017
MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN
AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA
BAB XII
PEMERAHAN TERNAK RIMINANSIA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
2017
1
12 PEMERAHAN TERNAK RUMINANSIA
A. Kompetensi Inti : Menguasai materi, stuktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran Agribisnis Ternak Ruminansia
B. Kompetensi Dasar : Mengelola Pemerahan Ternak Ruminansia C. Uraian Materi :
12.1 Deskripsi
Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan air susu dari ambing. Ekskresi susu terjadi
karena adanya proses pemerahan yang dilakukan pada ambing. Proses pemerahan untuk
menghasilkan produksi susu yang tinggi terbatas pada lama waktu pemerahan. Semakin
lama proses pemerahan maka susu yang dihasilkan semakin tinggi. Batas lama pemerahan
supaya produksi susunya tinggi untuk ternak kambing perah antara tiga sampai enam menit
sedangkan sapi adalah delapan menit, hal ini tergantung karateristik ternak dan besarnya
ambing dalam menampung volume susu (Ensminger dan Howard, 2006). Pemerahan
bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal, sekaligus untuk menjaga
kesehatan ambing. Pemerahan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan sapi induk
menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Putra, 2009).
12.2. Manajemen Pemerahan
Pemerahan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan di peternakan sapi perah.
Untuk memperoleh produksi susu yang optimal, kegiatan pemerahan harus dikelola dengan
baik. Pemerahan yang baik dilakukan dengan cara yang benar dan alat yang bersih.
Tahapan-tahapan pemerahan harus dilakukan dengan benar agar sapi tetap sehat dan
terhindar dari penyakit yang dapat menurunkan produksinya (Sudono et al., 2003). Kegiatan
pemerahan susu dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu : pra pemerahan, pemerahan dan pasca
pemerahan.
1. Pra Pemerahan/Fase Persiapan
Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan
mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting
2
sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan
peralatan telah disiapkan dan dalam keadaan yang bersih.
Alat yang ada dipemerahan sapi antara lain:
a. Ember Susu
Fungsi : Sebagai wadah penampungan susu yang diperah secara manual.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
b. Saringan Susu / Strainer
Fungsi : Benda-benda asing yang terikut air susu pada waktu pemerahan (rambut, sel
ephithel, kotoran lain), perlu disaring agar air susu benar-benar bersih.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
c. Milk Can
Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan sementara susu hasil
pemerahan, untuk segera dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting Center) maupun ke
Industri Pengolahan Susu yang jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih 2 jam dari proses
pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium, berpenutup rapat dan
umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50 liter.
Spesifikasi : SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 tentang wadah susu
d. Mesin Pemerah Susu (apabila menggunakan mesin perah)
Fungsi : Sebagai sarana untuk memerah susu secara pneumatis, dimana pemerahan
dilakukan dengan membuat tekanan vakum pada penampung dan susu diperah
kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan dengan mesin perah akan
mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan kandang, sehingga susu
hasil perahan lebih bersih dan higienis. Selain itu juga jumlah sapi dan kapasitas
pemerahan jauh lebih tinggi. Bagian-bagian pada semua mesin pemerah susu terdiri
atas : Pompa Vakum, Pulsator, Milk claw, Sedotan puting (Teat cup), Wadah susu
(Bucket).
Beberapa persyaratan teknis yang perlu diperhatikan Sebelum melakukan
pemerahan :
a) Pemeriksaan sapi yang akan diperah
Semua sapi yang akan diperah harus bebas dari penyakit menular yang berbahaya
bagi para konsumen. Penyakit-penyakit tersebut antara lain : TBC, Brucellosis, mastitis. TBC
dan Brucellosis penyakit berbahaya bagi konsumen karena termasuk penyakit zoonosis
3
sedangkan mastitis membahayakan konsumen karena toxinnya yang terkandung di dalam
susu yang terinfeksi. Oleh karena itu air susu yang terinfeksi mastitis tidak boleh dikonsumsi.
b) Kesehatan petugas
Setiap petugas pemerah ataupun yang akan berhubungan dengan proses
pengolahan susu harus dalam kondisi sehat dan bersih. Oleh karena itu setiap petugas yang
akan terjun kelapangan perlu : 1). Mencuci tangan dengan deterjen atau air sabun yang
hangat hingga bersih, kemudian tangan dikeringkan dengan kain lap. 2). Kuku-kuku tangan
yang panjang harus dipotong sehingga tangan menjadi bersih dan tidak melukai puting.
Selain itu pemerah disarankan untuk menggunakan tutup kepala dan sarung tangan untk
mencegah kotoran rambut dan tangan jatuh kedalam susu dan mencegah terjadinya
pencemaran (Anonim, 2003).
c) Kebersihan kandangt dan peralatan yang akan dipakai
Kebersihan tempat dan peralatan yang dipakai sangat mempengaruhi kebersihan
dan kesehatan air susu. Tempat dan peralatan yang kotor dan berbau busuk akan
mencemari air susu sehingga mempercepat proses pembusukan, air susu menjadi asam dan
rusak.
d) Kebersihan kandang dan sapi
Sapi yang akan diperah juga harus dalam keadaan bersih. Semua sapi yang akan
diperah harus dimandikan terlebih dahulu seperti pada bagian tubuh tertentu seperti pada
lipatan paha, ambing dan puting. Membersihkan kandang dan bagian tubuh sapi, terdiri dari
: 1). Mencuci lantai kandang dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi. 2). Mencuci
ambing dengan air hangat dan desinfektan, ambing digosok dengan spon kemudian
dikeringkan dengan kain lap yang lunak.
e) Kebersihan kamar susu
Kamar tempat penampungan susu harus bersih, sebab didalam kamar ini susu akan
diproses lebih lanjut dan akan disimpan beberapa waktu. Kamar susu yang baik harus
terletak disuatu tempat yang terpisah dengan kandang. Oleh karena itu kamar susu harus
dalam keadaan bersih, terhindar dari lalat, jauh dari timbunan sampah, ventilasi sempurna
dan drainase disekitar yang baik.
f) Pemerahan dilakukan dalam waktu tertentu
4
Walaupun sapi bisa diperah lebih dari dua kali sehari pada setiap saat namun
pemerahan yang baik adalah sesuai dengan jadwal pemerahan secara teratur sehingga tidak
menimbulkan strees pada sapi. Apabila sapi diperah dua kali, pada pukul lima pagi dan pada
pukul 3 sore maka jadwal tersebut harus dipertahankan, dengan demikian sapi memiliki
kebiasaan kapan harus dimandikan, kapan harus makan dan kapan harus siap diperah (AAK,
1995). Jarak pemerahan dapat menentukan jumlah susu yang dihasilkan. Jika jaraknya
sama, yakni 12 jam maka jumlah susu yang dihasilkan pada waktu pagi dan sore hari akan
sama. Namun jika jarak pemerahan tidak sama, jumlah susu yang dihasilkan pada sore hari
lebih sedikit daripada susu yang dihasilkan pada pagi hari (Sudono dkk, 2011). Pemerahan
dilakukan dua kali sehari dengan interval 12 jam untuk memberi kesempatan kelenjar
mammae memproduksi susu selanjutnya (Soeharsono, 2008).
2. Pelaksanan Pemerahan Susu
Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat,
dikerjakan dengan kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, serta efisien dalam
menggunaan tenaga kerja (Prihadi, 1996). Berusaha memperoleh hasil air susu sebanyak-
banyaknya, merupakan tugas yang pokok dari keseluruhan pekerjaan bagi usaha ternak
perah. Tugas kedua adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak.
Pelaksanaan pemerahan yang kurang baik, mudah sekali menimbulkan kerusakan pada
ambing dan puting karena infeksi mastitis, yang sangat merugikan hasil susu.
Pemerahan sapi dapat dilakukan dengan menggunakan tangan ataupun dengan
mesin pemerah (Gambar 13.1 dan 13.2). Pemerahan dengan tangan ini menghendaki suatu
pekerjaan yang teliti dan halus, sebab kalau dilakukan dengan kasar akan buruk
pengaruhnya terhadap banyaknya susu yang dihasilkan. Sebelum memulai melakukan
pemerahan ambing dilap/dibersihkan dengan lap hangat. Kegunaan pembersihan ambing
dengan air hangat bertujuan untuk : merangsang keluarnya air susu, mengurangi
kemungkinan air susu terkontimanasi oleh bakteri, mengurangi munculnya mastitis
(menurunkan produksi susu hingga 30 %). Suhu air yang digunakan untuk mencuci ambing
sapi berada diantara 48 – 57 derajat celcius, dan lebih baik jika air mengandung disenfektan.
Metode pemerahan dengan tangan antara lain yaitu whole hand milking,
kneevelen dan stripping, diantara ketiga metode tersebut yang terbaik adalah dengan
5
menggunakan metode whole hand milking dan apabila tidak karena sesuatu hal maka
hendaknya menggunakan metode tersebut.
a. Whole hand (tangan penuh)
Cara ini adalah yang terbaik, karena puting tidak akan menjadi panjang. Cara ini
dilakukan pada puting yang agak panjang sehingga dapat dipegang dangan penuh tangan.
Caranya tangan memegang puting dengan ibu jari dan telunjuk pada pangkalnya. Tekanan
dimulai dari atas puting diremas dengan ibu jari dan telunjuk, diikuti dengan jari tengah, jari
manis, dan kelingking, sehingga air dalam puting susu terdesak ke bawah dan memancar ke
luar. Setelah air susu itu keluar, seluruh jari dikendorkan agar rongga puting terisi lagi
dengan air susu. Remasan diulangi lagi berkali-kali. Jika ibu jari dan telunjuk kurang
menutupi rongga puting, air susu tidak akan memancar keluar, tetapi masuk lagi ke dalam
ambing dan sapi akan kesakitan. Sedapat mungkin semua pemerahan dilakukan dengan
sepenuh tangan. Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Puting
dipegang antara ibu dari dan keempat jari lainnya, lalu ditekan dengan keempat jari tadi
(Syarief dan Harianto, 2011).
b. Stripping (perah jepit)
Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pangkal puting
ke bawah sambil memijat. Dengan demikian air susu tertekan ke luar melalui lubang puting.
Pijatan dikendorkan lagi sambil menyodok ambing sedikit ke atas, agar air susu di dalam
cistern (rongga susu) keluar. Pijatan dan geseran ke bawah diulangi lagi. Cara ini dilakukan
hanya untuk pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil atau pendek yang sukar
dikerjakan dengan cara lain (Syarief dan Harianto, 2011).
c. Knevelen (perah pijit)
Cara ini sama dengan cara penuh tangan, tetapi dengan membengkokan ibu jari,
cara ini sering dilakukan jika pemerah merasa lelah. Teknik ini hanya dilakukan pada sapi
yang memiliki puting pendek (Syarief dan Harianto, 2011). Cara pemerahan ini kurang baik
karena dapat menimbulkan rasa sakit pada ambing dan dapat merusak bentuk puting
maupun ambingnnya sendiri. Umumnya cara ini dipergunakan pada puting yang kecil dan
pada sapi baru beranak pertama kali.
Pemerahan susu sapi dengan menggunakan mesin biasanya digunakan pada
perusahaan yang sudah besar. Mesin Pemerah Susu berfungsi sebagai sarana untuk
memerah susu secara pneumatis, pemerahan dilakukan dengan membuat tekanan vakum
6
pada penampung dan susu diperah kedalam penampung melalui unit perah . Pemerahan
dengan mesin perah akan mengurangi kontak susu dengan tukang perah dan lingkungan
kandang, sehingga susu hasil perahan lebih bersih dan higienis.
Dikenal 3 (tiga) macam model mesin perah susu, yaitu :
1. Sistem Bangsal Pemerahan (Milking parlor system)
Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan untuk
pemerahan. Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah. Setiap satu mesin melayani
seekor sapi. Sasu hasil pemerahan langsung ditampung di tangki pendingin (cooling unit)
sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat pada setiap mesin. Sapi yang akan
diperah digiring ke bangsal pemerah melalui suatu tempat (holding area) yang luasnya
terbatas dan sapi berdesakan. Di holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala
arah, selanjutnya sapi satu per satu masuk bangsal (milking parlor).
Sistem bangsal perah (milking parlor system) mempeunyai bentuk yang bermacam-
macam, antara lain:
a. Sistem sirip ikan tunggal atau ganda (single/double heringbone milking, parlor)
b. Sistem sirip ikan berbentuk wajik (heringbone diamond shaped polygon milking parlor}
c. Sistem komidi putar (rotary milking parlor)
2. Sistem ember (Bucket system)
Sistem ember adalah salah satu sistem pemerahan yang menggunakan mesin
sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari tempat satu ke tempat lain.
Sitem ini cocok digunakan untuk petemak kecil.Susu hasil perahan dari sistem ini ditampung
di ember yang terdapat di setiap mesin. Setelah itu, susu hasil perahan setiap ekor sapi
ditakar terlebih dahulu, kemudian dituang di tangki pendingin. Pemerahan dengan sisitem
ini dapat diterapkan di Indonesia pada peternak sapi perah yang jumlah sapi induk kurang
dari 10 ekor atau pada peternak sapi perah rakyat yang kandangnya berkelompok.
Pemerahan dengan sistem ember ini perlu dirintis di Indonesia dengan harapan dapat
menekan kandungan kuman dalam susu.
3. Sistem Pipa (Pipe line system)
Pada sistem ini, pemerahan langsung juga berada di dalam kandang dimana sapi
yang akan diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu ke sapi
berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam tangki pendingin
melalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar. Sebelum diperah sapi dimandikan
7
terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah
juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya (Syarief dan
Harianto, 2011).
Gambar 12.1 Pemerahan dengan tangan
Gambar 12.2 Pemerahan dengan mesin
3. Pasca pemerahan
Setelah selesai pemerahan hendaknya dilakukan diping atau penuntasan pemerahan
agar tidak menimbulkan penyakit mastitis. Sesudah melakukan pemerahan sebaiknya
bagian puting dicelupkan dalam larutan disinfektan untuk menghindari terjadinya mastitis
{Sumoprastowo, 1985). Setelah didapatkan air susu, dilakukan pengukuran berat jenis,
kadar lemak dan produksi susu. Menurut Sindoredjo (1970) berat jenis susu minimal 1,027
pada temperatur 27,5 0C dan kadar lemak 2,8%. Kenaikan produksi susu selalu diikuti
dengan kenaikan berat jenis air susu. Berat jenis air susu yang baik minimum 1.0280 dan
pengukuran berat jenis air susu hanya dapat dilakukan setelah 3 jam dari pemerahan bila
8
suhu air susu sudah terletak antara 20o sampai 30o C, karena pada keadaan ini suhu air susu
telah stabil (Sudono, 1984 ). Susu yang tinggi kadar lemaknya kaya akan zat- zat kering
lainnya, sehingga berat jenisnya juga tinggi, dan susu yang rendah kadar lemaknya berat
jenisnya pun rendah (Sindoredjo, 1970 ). Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) setelah
susu diperah kemudian dibawa ke kamar susu penanganan susu yang dilakukan adalah
penyaringan, pendinginan dan pemanasan. Penyaringan susu bertujuan untuk mendapatkan
susu yang terbebas dari kotoran. Selain penyaringan dan pendinginan, pengujian kualitas
susu juga dilakukan karena merupakan hal yang penting untuk mengetahui kualitas susu
yang dihasilkan (Siregar, 1993).
Faktor yang mempengaruhi produksi air susu adalah : kebakaan artinya factor
genetik sapi, pemberian ransum, manajemen pemerahan, lama kering kandang, pencegahan
penyakit,service periode dan calving interval serta frekuensi pemerahan. Siregar (1993) susu
pada tiap-tiap puting harus diperah habis. Selesai pemerahan, ambing dan puting susu
dicuci kembali dengan air hangat-hangat kuku lalu dicelup dan disemprot dengan air yang
telah diberi sedikit biocid.
Manajemen alat pemerahan yang baik dapat meningkatkan kualitas susu yang di
hasilkan. Alat pemerahan seperti milk can, ember, danlain-lain harus dibersihkan segera
setelah pasca pemerahan susu. Peralatan dicuci dengan sabun atau bahan disinfectan
lainnya yang dapat membunuh mikroba yang dapat mencemari susu.
Pemerahan susu dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu : prapemerahan, pemeahan dan pasca
pemerahan. Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 12. 1. Kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pemerahan
Pra Pemerahan Pemerahan Pasca pemerahan
● Sudah dipastika bahwa sapi
yang akan diperah bebas penyakit
zoonosis
● Membersihkan kandang
● Memandikan sapi
● Menyiapkan alat dan bahan
perlengkapan pemerahan
(bangku pemerahan, ember
●Petugas pemerah
membersihkan
tangan dengan sabun
●Mengkondisikan
sapi yang akan
diperah
(menenangkan sapi,
mengikat ekor sapi,
●ambing dicuci bersih dan
dilap menggunakan kain
yang dibasahi desinfektan,
lalu ambing dilap hingga
kering.
●Peralatan yang digunakan
juga dicuci dengan deterjen
atau tipol (sabun pelarut
9
pemerahan, ember air hangat,
tempolong kecil berisi vaselin,
kain lap yang bersih)
membersihkan
ambing dan puting
sapi, melakukan
rangsangan dibagian
puting susu)
● melakukan
pemerahan
lemak) kemudian dibilas
hingga bersih dan
dikeringkan (Syarif dan
Harianto, 2011).
●rumput hijauan diberikan
untuk meminimalkan kontak
langsung ambing pada lantai
karena bakteri akan mudah
masuk kedalam puting yang
masih terbuka.
●Pencatatan produksi
Beberapa tambahan yang perlu diperhatikan dalam manajemen pemerahana antara
lain:
1. Pelaksanan penanganan susu yang baik (Good Handling Practices) memerlukan peralatan
penanganan yang baik dan benar sesuai tempat tahapan penanganan susu dilakukan.
(Anonim, 2011)
2. Pada waktu pemerahan posisi pemerah harus berada disebelah kanan sapi sehingga
tangan kiri berfungsi sebagai penahan apabila ada tendangan kaki sapi, sedangkan tangan
kanan untuk menjaga ember susu .
3. Rangsangan yang paling baik, dilakukan sesaat sebelum sapi diperah dengan cara
mengusap puting dengan kain halus dan hangat sehingga rangsangan dari ambing atau
puting tersebut akan dilanjutkan ke otak, hyphotalamus terangsang dan keluar oksitosin.
Bila rangsangan tersebut tidak halus atau bahkan menyebabkan kesakitan pada sapi maka
yang keluar adalah hormon adrenalin yang justru akan menyebabkan pembuluh darah
menyempit. Akibatnya darah ke ambing tidak banyak, sehingga dengan sendirinya produksi
susu juga akan sedikit. Sistem syaraf ke ambing sejalan dengan sistem pembuluh darah dan
limfe, berjalan bersama-sama. Pada saat diperah terdapat koordinasi yang baik antara
kegiatan syaraf, pembuluh darah dan limfe. Begitu puting dirangsang, rangsangan dibawa
melalui sumsum tulang belakang menuju susunan syaraf pusat dan sampai di hypothalamus
bagian posterior. Rangsangan ini menyebabkan keluarnya hormon oksitosin, masuk ke
10
dalam darah arteri dibawa ke seluruh tubuh dan diantaranya masuk ke dalam ambing.
Oksitosin menyebabkan adanya pemompaan air susu dari alveoli (Soeharsono, 2008).
4. Pemeriksaan susu dari masing-masing puting, hal ini perlu sekali dilakukan untuk segera
mengetahui adanya hal-hal abnormal atau penyakit radang ambing. Tiap-tiap penyakit yang
disertai sakit atau demam selalu mempengaruhi kwantitas susu, rasa, bau, dan
konsistensinya berubah dan lebih mudah pecah.
5. Massage dari ambing, jika ambing nampak tidak begitu penuh berisi maka ambing perlu
diraba dengan kedua tangan masing-masing kuartir ambing depan dan belakang, sebelah
kanan kemudian sebelah kiri, diraba dengan ibu jari dua-duanya disebelah luar sedang
empat jari masing-masing lainnya memegang perempatan ambing dari dalam. Gerakan
massage itu dilakukan dari atas rongga ambing kebawah sampai pada pangkal puting.
Sesudah rabaan dan massage ambing akan terlihat makin lama akan makin mengencang,
begitu pula puting akan makin terlihat mengencang. Hal ini tidak hanya mempermudah
pembentukan susu namun juga mempermudah pelepasan susu (Sindoredjo, 1995). Pada
persiapan pemerahan alat-alat pemerahan susu dibersihkan, konsentrat diberikan sebelum
pemerahan agar sapi tenang, sapi dibersihkan dan tangan petugas dicuci menggunakan
sabun (Sudono dkk, 2011).
6.Setelah pemerhan, sebaiknya bagian puting dicelupkan ke dalam desinfektan sekitar
empat detik untuk menghindari terjadinya mastitis (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
7. Pencatatan Produksi Susu. Pencatatan produksi susu atau disebut juga Kartu Produksi
Susu setiap hari perlu dilakukan untuk mngetahui kemampuan sapi dalam produksi susu dari
setiap ekornya. Kartu produksi susu yang memuat nama sapi, nomor telinga, tanggal lahir,
bangsa, asal sapi, nama peternak, alamat petemak serta pencatatan laktasi yang ke berapa,
tanggal melahirkan, bulan kering, dan lain sebagainya .
12.3 Penangaan Susu
Susu mengandung nilai gizi tinggi, tetapi kendalanya yaitu mudah rusak, dan tahan
dalam waktu relatif singkat yaitu sekitar 4-5 jam . Untuk mengatasi hal tersebut di atas,
maka perlu penanganan susu secara cepat yaitu dengan memproses susu dengan
pengawetan, agar tahan lebih lama dari kerusakan susu . Proses pengawetan susu secara
sederhana yaitu dengan pendinginan susu ke dalam lemari es atau freezer, atau cara lain
susu disimpan dalam milkcan kemudian direndam dalam air dingin yang mengalir. Ada cara
11
lain yaitu dengan pasteurisasi. Pasteirisasi adalah pemanasan susu pada temperatur yang
tidak begitu tinggi dan dalam waktu yang lama, yaitu pada temperatur 62-65°C selama 0,5 -
1 jam. Proses pengawetan susu dengan sterilisasi yaitu dengan memanaskan susu sampai
temperatur di atas titik didih, sehingga bakteri maupun kuman dan sporanya akan mati .
Cara ini memerlukan biaya yang besar sehingga tidak akan ekonomis kalau peternak hanya
memiliki 2-5 ekor sapi perah .
12.4 Pengaturan Waktu Pemerahan
Pada umumnya sapi diperah 2 kali sehari ialah pagi dan sore hari. Pemerahan yang
dilakukan lebih dari 2 kali sehari hanya dilakukan pada sapi yang dapat berproduksi susu
tinggi, misalnya pada sapi yang produksi susunya 20 liter per hari dapat diperah 3 kali sehari;
sedangkan sapi yang berproduksi susu 25 liter atau lebih per hari dapat diperah 3 kali sehari.
Pada sapi yang berproduksi tinggi bila diperah 3 – 4 kali sehari produksi susunya lebih tinggi
dibandingkan dengan yang hanya diperah 1 – 2 kali sehari. Pemerahan 3 kali sehari akan
meningkatkan produksi susu sebanyak 10 – 25 % dibandingkan dengan pemerahan 2 kali
sehari. Peningkatan produksi susu tersebut karena pengaruh hormon prolaktin yang lebih
banyak dihasilkan dari pada yang diperah 2 kali sehari.
12.5 Pemerahan darurat sebelum melahirkan
Jika ingin mendapatkan air susu segar, padahal sapi kita sedang bunting, maka
pemerahan air susu yang baik adalah 15 hari sebelum melahirkan dan 7 hari setelah
melahirkan. Mengapa harus kita lakukan demikian ? sebab 15 hari sebelum partus
(melahirkan) komposisi air susunya belum seperti apa yang kita inginkan. Kemudian air susu
pada awal laktasi, sebelum 7 hari masih berupa kolestrum. Susu yang masih banyak
mengandung kolestrum ini sangat tidak baik diminum, hanya sangat baik buat anak sapi itu
sendiri. Karena susu tersebut masih banyak mengandung antibody. Yaitu zat – zat penguat
bagi anak sapi supaya lebih tahan terhadap penyakit. (Muljana, 1985)