bab1-bab3
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, diartikan
sebagai perasaan berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
vertigo bisa bersifat spontan maupun timbul disebabkan perubahan posisi kepala.
BPPV adalah penyebab yang paling sering dari vertigo yang berulang.1
Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) atau disebut juga vertigo
posisi paroksismal jinak adalah ganguan keseimbangan perifer yang sering
dijumpai . gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada
perubahan posisi kepala, beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi
tertentu yang menimbulkan keluhan vertigonya.1
BPPV merupakan penyebab vertigo yang paling sering di Amerika Serikat,
prevalensinya adalah 64 dari 100.000 penduduk. Diperkirakan hampir 20% yang
datang berobat ke dokter merupakan BPPV. Di Indonesia, BPPV merupakan
vertigo perifer yang paling sering ditemui, yaitu sekitar 30%. Usia penderita
BPPV yang paling banyak adalah diatas 51 tahun. Jarang ditemukan pada orang
yang berusia kurang dari 35 tahun bila tidak didahului riwayat trauma kepala.2
Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan
dengan cara memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan
respon vertigo dari kanalis semisirkularis yang terlibat. Tindakan provokasi
tersebut dapat berupa Dix-Hallpike maneuver, side lying maneuver, atau perasat
roll.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO (BPPV)
II.1. Epidemiologi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu
gangguan Neurotologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing. Pada
populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000
(prevalensi 2,4%).. Dari segi onset 4 BPPV biasanya diderita pada usia 50-70
tahun. Proporsi antara wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 :
1,5. BPPV merupakan bentuk dari vertigo posisional. 4
Sebagian besar BPPV berkembang dalam kanal semisirkular horizontal
dan posterior. PC-BPPV mewakili 60-90% dari semua kasus BPPV dan HC-
BPPV 5-30% kasus. Namun, HC-BPPV sekarang tampaknya lebih banyak
daripada yang diperkirakan sebelumnya. Proporsi HC-BPPV- dihubungkan
penurunan kasus dengan peningkatan interval waktu rata-rata dari onset gejala ke
diagnosis, mungkin karena tingkat resolusi spontan yang lebih tinggi pada HC-
BPPV. Dengan demikian, proporsi relatif dari setiap jenis BPPV mungkin
tergantung pada nilai setiap klinik. BPPV jarang melibatkan kanalis semisirkularis
anterior. BPPV timbul dari beberapa kanal yang juga telah dijelaskan.
Definisi vertigo posisional adalah sensasi berputar yang disebabkan oleh
perubahan posisi kepala. Sedangkan BPPV didefinisikan sebagai gangguan yang
terjadi di telinga dalam dengan gejala vertigo posisional yang terjadi secara
berulang-ulang dengan tipikal nistagmus paroksimal.3
2
II.2. Etiologi
Penyebab BPPV sebagian besar tidak diketahui (idiopatik). Namun, pada
beberapa kasus BPPV dijumpai setelah mengalami jejas atau trauma kepala atau
leher, infeksi telinga tengah atau operasi stapedektomi dan Mengingat tingginya
prevalensi BPPV kalangan perempuan paruh baya, proses degenerasi pada telinga
dalam juga merupakan penyebab BPPV sehingga insiden BPPV meningkat
dengan bertambahnya usia. 3,6
Semakin bertambah usia semakin meningkat angka kejadian BPPV. Banyak
BPPV yang timbul spontan, disebabkan oleh kelainan di otokonial berupa deposit
yang berada di kupula bejana semisirkular posterior. Deposit ini menyebabkan
bejana semisirkular jadi sensitive terhadap perubahan gravitasi yang menyertai
keadaan posisi kepala yang berubah. Penyebab lain yang signifikan meski jarang
adalah neuritis vestibularis akibat infeksi virus di telinga, stroke minor yang
melibatkan sindrom AICA, serta penyakit meniere. Bilateral BPPV lebih sering
ditemukan pada pos traumatis.7
Penyebab paling umum BPPV pada usia di bawah 50 tahun adalah cedera
kepala. Kadang-kadang BPPV terjadi pasca operasi, dimana penyebabnya adalah
kombinasi atau salah satu diantara terlalu lama berbaring dalam keadaan
terlentang, atau trauma telinga bagian dalam ketika operasi (Atacan et al 2001).
BPPV juga sering terjadi pada orang yang berada dalam pengobatan dengan obat
ototoxic seperti gentamisin.8
II.3. Anatomi dan Fisiologi
3
Gambar 1. Labirin membran kanan
Alat vestibuler terletak di telinga dalam (labirin), terlindung oleh tulang
yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara umum adalah telinga
dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat keseimbangan. Labirin
terdiri atas labirin tulang dan labirin membrane. Labirin membrane terletak dalam
labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin tulang. Antara labirin
membrane dan labirin tulang terdapat perilimf, sedang endolimf terdapat didalam
labirin membrane. Berat jenis endolimf lebih tinggi daripada cairan perilimf.
Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam
perilimf, yang berada pada labirin tulang. Setiap labirin terdiri dari tiga kanalis
semisirkularis, yaitu horizontal (lateral), anterior (superior), posterior (inferior).
Selain ke tiga kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus.6
4
Labirin juga dapat dibagi kedalam dua bagian yang saling berhubungan, yaitu:
1. Labirin anterior yang terdiri atas kokhlea yang berperan dalam
pendengaran.
2. Labirin posterior, yang mengandung tiga kanalis semisirkularis, sakulus
dan utrikulus. Berperan dalam mengatur keseimbangan. (di utrikulus dan
sakulus sel sensoriknya berada di makula, sedangkan di kanalis sel
sensoriknya berada di krista ampulanya)
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan
disekitarnya tergantung kepada inputbsensorik dari reseptor vestibuler di labirin,
organ visial dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik
tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada
saat itu.1,9
Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis
semisirkularis dan makula dari organ otolit. Secara fungsional terdapat dua jenis
sel. Sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya terhadap
percepatan sudut, sedangkan sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier,
khususnya percepatan inier dan terhadap perubahan posisi kepala relatif terhadap
gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan sudut dan percepatan linier ini
disebabkan oleh geometridari kanalis dan organ otolit serta ciri-ciri fisik dari
struktur-struktur yang menutupi sel rambut.6
5
a. Sel rambut
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut
pada organ otolit. Masing-masing sel rambut memiliki polarisasi struktural yang
dijelaskan oleh posisi dari stereosilia relatif terhadap kinosilim. Jika suatu gerakan
menyebabkan stereosilia membengkok kearah kinosilium, maka sel-sel rambut
akan tereksitasi. Jika gerakan dalam arah yang berlawanan sehingga stereosilia
menjauh dari kinosilium maka sel-sel rambut akan terinhibisi.6
b. Kanalis semisirkularis
Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada
rotasi sel-sel dapat tereksitasi ataupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak
lurus satu dengan yang lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga
terletak hampir satu bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Pada waktu
rotasi, salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara yang satunya
akan terinhibisi. Misalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat
percepatan dalam bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan, maka
serabut-serabut aferen dari kanalis hirizontalis kanan akan tereksitasi, sementara
serabut-serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal
misalnya rotasi kedepan, maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan
tereksitasi, sementara kanalis posterior akan terinhibisi.6
6
c. Organ otolit
Ada dua organ otolit, utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang
hampir horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal.
Berbeda dengan sel rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut
pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula utrikulus, kinosilium terletak
di bagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola.
Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linier, sebagian serabut
aferen akan tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. Dengan adanya
polarisasi yang berbeda dari tiap makula, maka SSP mendapat informasi tentang
gerak linier dalam tiga dimensi, walaupun sesungguhnya hanya ada dua makula.6
Hubungan-hubungan langsung antara inti vestibularis dengan motoneuron
ekstraokularis merupakan suatu jaras penting yang mengendalikan gerakan mata
dan refleks vestibulo-okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang
mempunyai suatu komponen lambat berlawanan arah dengan putaran kepala dan
suatu komponen cepat yang searah dengan putaran kepala. Komponen lambat
mengkompensasi gerakan kepal dan berfungsi menstabilkan suatu bayangan pada
retina. Komponen cepat berfungsi untuk kembali mengarahkan tatapan ke bagian
lain dari lapangan pandang. Perubahan arah gerakan mata selama rangsangan
vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus normal.6
II.4. Patogenesis
7
Pada telinga dalam terdapat 3 kanalis semisirkularis. Ketiga kanalis
semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.
Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni
ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan
cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila
seseorang menolehkan kepalanya ke arah kanan, maka cairan dalam kanalis
semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula akan mengalami defleksi ke
arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris
dalam kanalis semisirkularis akan mengurangi atau bahkan menimbulkan defleksi
kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga
timbul sensasi berupa vertigo.6,10
Gambar 2. Patofisiologi Benign Paroxysmal Positional Vertigo
8
Terdapat 2 teori yang menjelaskan patofisiologi BPPV, yakni teori
kupulolitiasis dan kanalolitiasis.
1. Teori Kupulolitiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia
yang terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada
permukaan kupula semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah
makula urtikulus. Debris ini menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe
sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan arah
gravitasi. Teori ini dapat dianalogikan sebagai adanya suatu benda berat yang
melekat pada puncak sebuah tiang. Karena berat benda tersebut, maka posisi
tiang menjadi sulit untuk tetap dipertahankan pada posisi netral. Tiang
tersebut akan lebih mengarah ke sisi benda yang melekat. Oleh karena itu
kupula sulit untuk kembali ke posisi netral.6,10
Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala
tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi
dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan
demikian timbul nistagmus dan keluhan vertigo.3,8
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis
posterior telinga yang berada pada bidang kanalis posterior telinga yang
berada pada posisi di bawah, dengan arah komponen cepat ke atas.3,8
Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang
menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan
vertigo.3,8
9
Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas
dan masuk ke dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue,
yaitu berkurangnya atau menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya
mekanisme kompensasi sentral.3,8
2. Teori Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula,
melainkan mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. partikel yang
bebas bergerak (canalith) di dalam kanalis semisirkularis. Misalnya terdapat
kanalit pada kanalis semisirkularis posterior. Bila kepala dalam posisi duduk
tegak, maka kanalit terletak pada posisi terendah dalam kanalis semisirkularis
posterior. Ketika kepala direbahkan hingga posisi supinasi, terjadi perubahan
posisi sejauh 90°. Setelah beberapa saat, gravitasi menarik kanalit hingga
posisi terendah. Hal ini menyebabkan endolimfa dalam kanalis semisirkularis
menjauhi ampula sehingga terjadi defleksi kupula. Defleksi kupula ini
menyebabkan terjadinya nistagmus. Bila posisi kepala dikembalikan ke awal,
maka terjadi gerakan sebaliknya dan timbul pula nistagmus pada arah yang
berlawanan. 10,11
Bila terjadi trauma pada bagian kepala, misalnya, setelah benturan keras,
otokonia yang terdapat pada utikulus dan sakulus terlepas. Otokonia yang
terlepas ini kemudian memasuki kanalis semisirkularis sebagai kanalit.
Adanya kanalit didalam kanalis semisirkularis ini akan memnyebabkan
timbulnya keluhan vertigo pada BPPV. Hal inilah yang mendasari BPPV
pasca trauma kepala. 10,11
10
II.5. Manifestasi klinis
Gejala utama dari BPPV adalah vertigo (sensasi berputar) dipengaruhi
perubahan posisi kepala yang berhubungan dengan gravitasi. Pasien biasanya
merasa mulai pusing saat bangun dari tempat tidur. Pasien merasakan pusing
berputar yang lama kelamaan berkurang dan hilang. Terdapat jeda waktu antara
perubahan posisi kepala dengan timbulnya perasaan pusing berputar. Pada
umumnya perasaan pusing berputar timbul sangat kuat pada awalnya dan
menghilang setelah 30 detik sedangkan serangan berulang sifatnya menjadi lebih
ringan.6,9
Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial
tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi
kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun. Pasien dengan BPPV memiliki
pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus spontan, dan pemeriksaan
neurologis dalam batas normal.8
II.6. Diagnosis
2.5.1. Anamnesis
Pasien biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20
detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik di
tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur, melihat ke atas dan
belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan mual.8
2.5.2. Pemeriksaan fisik
11
Diagnosis BPPV pada kanalis posterior dan anterior dapat ditegakkan
dengan cara memprovokasi dan mengamati respon nistagmus yang abnormal dan
respon vertigo dari kanalis semisirkularis yang terlibat. Pemeriksaan dapat
memilih perasat Dix-Hallpike atau Sidelying. Perasat Dix-hallpike lebih sering
digunakan karena pada perasat tersebut posisi kepala sangat sempurna untuk
canalith repositioning treatment. Pada pasien BPPV parasat Dix-Hallpike akan
mencetuskan vertigo (perasaan pusing berputar) dan nistagmus.1
a. Pemeriksaan perasat Dix-Hallpike
Dix-Hallpike’s maneuver merupakan pemeriksaan klinis standar untuk
pasien BPPV. Namun, manuver ini harus dilakukan dengan hati-hati pada
pasien dengan riwayat operasi leher, sindrom radikulopati cervical dan
diseksi pembuluh darah, karena memerlukan posisi rotasi dan ekstensi leher.
“The side-lying test” dapat digunakan sebagai alternative ketika Dix-
Hallpike’s maneuver tidak dapat dilaksanakan. 1,8
Perasat Dix-Hallpike secara garis besar terdiri dari dua gerakan yaitu
perasat Dix-Hallpike kanan pada bidang kanal anterior kiri dan kanal
posterior kanan dan perasat Dix- Hallpike kiri pada bidang posterior kiri.1
Untuk melakukan perasat Dix-Hallpike kanan, pasien duduk tegak pada
meja pemeriksaan dengan kepala menoleh 450 ke kanan. Dengan cepat
pasien dibaringkan dengan kepala tetap miring 450 ke kanan sampai kepala
pasien menggantung 20-300 pada ujung meja pemeriksaan, tunggu 40 detik
sampai respon abnormal timbul. Penilaian respon pada monitor dilakukan
selama ±1 menit atau sampai respon menghilang. Setelah tindakan
12
pemeriksaan ini dapat langsung dilanjutkan dengan canalith repositioning
treatment (CRT). Bila tidak ditemukan respon yang abnormal atau bila
perasat tersebut tidak diikuti dengan CRT, pasien secara perlahan-lahan
didudukkan kembali.1,8
Lanjutkan pemeriksaan dengan perasat Dix-Hallpike kiri dengan kepala
pasien dihadapkan 450 ke kiri, tunggu maksimal 40 detik sampai respon
abnormal hilang. Bila ditemukan adanya respon abnormal, dapat dilanjutkan
dengan CRT, bila tidak ditemukan respon abnormal atau bila tidak
dilanjutkan dengan tindakan CRT, pasien secara perlahan-lahan didudukkan
kembali.1
Gambar 3. Perasat Dix-Hallpike
Interpretasi Tes Dix Hallpike. 8,12
13
1. Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka.
Kadang-kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan
elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.
2. Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV
mempunyai 4 ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30
detk, disertai vertigo yang lamanya sama dengan nistagmus, dan
adanya fatigue, yaitu nistagmus dan vertigo yang makin berkurang
setiap kali manuver diulang.
b. Perasat Sidelying
Terdiri dari dua gerakan yaitu perasat sidelying kanan yang
menempatkan kepala pada posisi di mana kanalis anterior kiri/kanalis
posterior kanan pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal
posterior pada posisi paling bawah, dan perasat sidelying kiri yang
menempatkan kepala pada posisi dimana kanalis anterior kanan dan kanalis
posterior kiri pada bidang tegak lurus garis horizontal dengan kanal
posterior pada posisi paling bawah.1
Pasien duduk pada meja pemeriksaan dengan kaki menggantung
di tepi meja , kepala ditegakkan ke sisi kanan, tunggu 40 detik sampai
timbul respon abnormal. Pasien kembali ke posisi duduk untuk untuk
dilakukan perasat sidelying kiri, pasien secara cepat dijatuhkan ke sisi kiri
dengan kepala ditolehkan 450 ke kanan. Tunggu 40 detik sampai timbul
respon abnormal.1
14
Gambar 4. Perasat Sidelying
RESPON ABNORMAL
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan provokasi ke
belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak lagi nistagmus.
Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus yang timbul lambat, ±
40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang dari 1 menit jika penyebabnya
kanalitiasis, pada kupololitiasis nistagmus dapat terjadi lebih dari 1 menit,
biasanya serangan vertigo berat dan timbul bersamaan dengan nistagmus. 1
Pemeriksa dapat mengidentifikasi jenis kanal yang terlibat dengan
mencatat arah fase cepat nistagmus yang abnormal dengan mata pasien menatap
lurus ke depan.1
Fase cepat ke atas, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada kanalis
posterior kanan
Fase cepat ke atas, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada kanalis
posterior kiri
Fase cepat ke bawah, berputar ke kanan menunjukkan BPPV pada
15
kanalis anterior kanan.
Fase cepat ke bawah, berputar ke kiri menunjukkan BPPV pada
kanalis anterior kiri
Respon abnormal diprovokasi oleh perasat Dix-Hallpike/ sidelying
pada bidang yang sesuai dengan kanal yang terlibat.1
Pada orang normal nistagmus dapat timbul pada saat gerakan
provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai dilakukan tidak tampak
lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah provokasi ditemukan nistagmus
yang timbulnya lambat, ± 40 detik, kemudian nistagmus menghilang kurang
dari satu menit bila sebabnya kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus
dapat terjadi lebih dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan
timbul bersamaan dengan nistagmus.8
II.7. Diagnosis banding
2.6.1.Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan
suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan mual,
muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan. Gejala-gejala ini
menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian pasien perlu dirawat di
Rumah Sakit untuk mengatasi gejala dan dehidrasi. Serangan menyebabkan
pasien mengalami ketidakstabilan dan ketidakseimbangan selama beberapa bulan,
serangan episodik dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada
perubahan pendengaran.8
16
2.6.2.Labirintitis
Labirintitis adalah suatu proses peradangan yang melibatkan mekanisme
telinga dalam. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif.
Labirintitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya, dapat
pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya. Labirintitis toksik
biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini
diduga disebabkan oleh produk-produk toksik dari suatu infeksi dan bukan
disebabkan oleh organisme hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi
bakteri akut yang meluas ke dalam struktur-¬struktur telinga dalam.
Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup tinggi. Yang
terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber dan dapat
menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan patologik
yang akhirnya menyebabkan sklerosi labirin.8
2.6.3.Penyakit Meniere
Penyakit Meniere adalah suatu kelainan labirin yang etiologinya belum
diketahui, dan mempunyai trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran,
tinitus, dan serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa. Gejalanya
adalah vertigo disertai muntah yang berlangsung antara 15 menit sampai beberapa
jam dan berangsur membaik. Disertai pengurnngan pendengaran, tinitus yang
kadang menetap, dan rasa penuh di dalam telinga. Serangan pertama hebat sekali,
dapat disertai gejala vegetatif Serangan lanjutan lebih ringan meskipun
frekuensinya bertambah.8
17
II.8. Penatalaksanan
Penatalaksanaan BPPV meliputi observasi, obat-obatan untuk menekan
fungsi vestibuler (vestibulosuppressan), reposisi kanalit dan pembedahan. Dasar
pemilihan tata laksana berupa observasi adalah karena BPPV dapat mengalami
resolusi sendiri dalam waktu mingguan atau bulanan. Oleh karena itu sebagian
ahli hanya menyarankan observasi. Akan tetapi selama waktu observasi tersebut
pasien tetap menderita vertigo. Akibatnya pasien dihadapkan pada kemungkinan
terjatuh bila vertigo tercetus pada saat ia sedang beraktivitas.1,10,11
Obat-obatan penekan fungsi vestibuler pada umumnya tidak
menghilangkan vertigo. Istilah “vestibulosuppresant” digunakan untuk obat-
obatan yang dapat mengurangi timbulnya nistagmus akibat ketidakseimbangan
sistem vestibuler. Pada sebagian pasien pemberian obat-obat ini memang
mengurangi sensasi vertigo, namun tidak menyelesaian masalahnya. Obat-obat ini
hanya menutupi gejala vertigo. Pemberian obat-obat ini dapat menimbulkan efek
samping berupa rasa mengantuk. Obat-obat yang diberikan diantaranya diazepam
dan amitriptilin. Betahistin sering digunakan dalam terapi vertigo. Betahistin
adalah golongan antihistamin yang diduga meningkatkan sirkulasi darah ditelinga
dalam dan mempengaruhi fungsi vestibuler melalui reseptor H3.6,10
Tiga macam perasat dilakukan umtuk menanggulangi BPPV adalah CRT
(Canalith repositioning Treatment ), perasat liberatory dan latihan Brandt-Daroff.
Prinsip dari terapi ini adalah partikel dengan sederhana perlu dikeluarkan dari
18
kanal semisirkularis menuju Utrikulus, tempat dimana partikel tersebut tidak akan
lagi menimbulkan gejala.1,8
1. Perasat CRT ( Canalith Repositioning Treatment)
Prosedur CRT merupakan prosedur sederhana dan tidak invasif. CRT
sebaiknya dilakukan setelah perasat Dix-Hallpike menimbulkan respon abnormal.
Pemeriksa dapat mengidentifikasi adanya kanalithiasis pada kanal anterior atau
kanal posterior dari telinga yang terbawah. Pasien tidak kembali ke posisi duduk
namun kepala pasien dirotasikan tujuan untuk mendorong kanalith keluar dari
kanalis semisirkularis menuju ke utrikulus, tempat dimana kanalith tidak lagi
menimbulkan gejala. Bila kanalis posterior kanan yang terlibat maka harus
dilakukan tindakan CRT kanan.1,6
Perasat ini dimulai pada posisi Dix-Hallpike yang menimbulkan respon
abnormal dengan cara kepala ditahan pada posisi tersebut selama 1-2menit,
kemudian kepala direndahkan dan diputar secara perlahan kekiri dan
dipertahankan selama beberapa saat. Setelah itu badan pasien dimiringkan dengan
kepala tetap dipertahankan pada posisi menghadap kekiri dengan sudut 450
sehingga kepala menghadap kebawah melihat lantai . akhirnya pasien kembali
keposisi duduk dengan menghadap kedepan. Setelah terapi ini pasien dilengkapi
dengan menahan leher dan disarankan untuk tidak merunduk, berbaring,
membungkukkan badan selama satu hari. Pasien harus tidur pada posisi duduk
dan harus tidur pada posisi yang sehat untuk 5 hari. 1,6
19
Bila kanalis anterior dan posterior kanan yang terlibat maka harus
dilakukan tindakan CRT kanan, sedangkan pada pasien dengan kanalith pada
kanal anterior kiri dan kanal posterior, dilakukan tindakan CRT kiri.6,10
Gambar 5. CRT kanan
2. Perasat liberatory
Perasat liberatory dibuat untuk memindahkan otolit (debris/kotoran) dari
kanal semisirkularis. Tipe perasat yang dilakukan tergantung dari jenis kanal
mana yang terlibat. Bila terdapat keterlibatan kanal posterior kanan, dilakukan
perasat liberatory kanan perlu dilakukan. 1,6
Perasat dimulai dengan penderita diminta untuk duduk pada meja
pemeriksaan dengan kepala diputar menghadap kekiri 450. pasien yang duduk
dengan kepala menghadap kekiri secara cepat dibaringkan ke sisi kanan dengan
20
kepala menggantung ke bahu kanan. Setelah 1 menit pasien digerakkan secara
cepat ke posisi duduk awal dan untuk ke posisi side lying kiri dengan kepala
menoleh 450 kekiri. Pertahankan penderita dalam posisi ini selama 1 menit dan
perlahan-lahan kembali keposisi duduk. Penopang leher kemudian dikenakan dan
diberi instruksi yang sama dengan pasien yang diterapi dengan CRT. 1,6
Bila kanal anterior kanan yang terlibat, perasat yang dilakukan sama ,
namun kepala diputar menghadap kekanan. Bila kanal posterior kiri yang terlibat,
perasat liberatory kiri harus dilakukan (pertama pasien bergerak ke posisi
sidelying kiri kemudian posisi sidelying kanan) dengan kepala menghadap ke
kanan. Bila kanal anterior kiri yang terlibat, perasat liberatory kiri dilakukan
dengan kepala diputar menghadap ke kiri. 1,6
Gambar 6. Liberatory kanan
3. Latihan Brandt Daroff
Merupakan latihan yang dilakukan di rumah oleh pasien sendiri tanpa
bantuan terapis. Pasien melakukan gerakan-gerakan posisi duduk dengan kepala
21
menoleh 450 , lalu badan dibaringkan ke sisi yang berlawanan. Posisi ini
dipertahankan selama 30 detik. Selanjutnya pasien kembali ke posisi duduk 30
detik. Setelah itu pasien menolehkan kepalanya 450 ke sisi yang lain, lalu badan
dibaringkan ke sisi yang berlawanan selama 30 detik. Latihan ini dilakukan secara
rutin 10-20 kali. 3 seri dalam sehari. 1,6
Gambar 7. Latihan Brandt-Daroff
Jadwal latihan Brandt Daroff yang disarankan :
Waktu Latihan Durasi
Pagi 5 kali pengulangan 10 Menit
Sore 5 kali pengulangan 10 Menit
Malam 5 kali pengulangan 10 Menit
22
Tindakan bedah hanya dilakukan bila prosedur reposisi kanalit gagal
dilakukan. Terapi ini bukan terapi utama karena terdapat risiko besar terjadinya
komplikasi berupa gangguan pendengaran dan kerusakan nervus fasialis.
Tindakan yang dapat dilakukan berupa oklusi kanalis semisirkularis posterior,
pemotongan nervus vestibuler dan pemberian aminoglikosida transtimpanik.6,10
Dari beberapa perasat, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT atau
Semont Liberatory, jika masih terasa ada sisa baru dilakukan Brand-Darroff
exercise. Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa dalam setelah pelaksanaan
maneuver-manuver terapi BPPV tidak perlu dilakukan pembatasan terhadap gerak
tubuh maupun kepala. Epley maneuver sangat sederhana, mudah dilakukan, hasil
yang diharapkan untuk mengurangi gejala cepat muncul, efektif, tidak ada
komplikasi, dan dapat diulang beberapa kali setelah mencoba pertama kali
sehingga sangat dianjurkan kepada orang yang menderita BPPV. 8,10
Sebagai terapi tambahan dapat diberikan medikamentosa yang dapat
membantu mengatasi gejala BPPV, berupa antihistamin (meclizine,
Dimenhydrinate), antiemetic, dan benzodiazepine (diazepam). Tetapi terapi
medikamentosa ini tidak terlalu banyak membantu. Terapi utama dan paling
disarankan dalam mengatasi BPPV adalah dengan beberapa maneuver yang telah
dijelaskan diatas.10
Operasi dilakukan pada sedikit kasus pada pasien dengan BPPV berat. Pasien
ini gagal berespon dengan manuver yang diberikan dan tidak terdapat kelainan
patologi intrakranial pada pemeriksaan radiologi. Gangguan BPPV disebabkan
23
oleh respon stimulasi kanalis semisirkuler posterior, nervus ampullaris, nervus
vestibuler superior, atau cabang utama nervus vestibuler. Oleh karena itu, terapi
bedah tradisional dilakukan dengan transeksi langsung nervus vestibuler dari
fossa posterior atau fossa medialis dengan menjaga fungsi pendengaran.1,8
2.9. Prognosis
Vertigo sering berulang pada BPPV, dengan tingkat kekambuhan dilaporkan
15-37% setelah efektifitas awal CRMs. Pada studi terbaru, tingkat kekambuhan
50% untuk rata-rata 10 tahun periode follow-up. Kekambuhan terbanyak (80%)
terjadi pada masa tahun pertama setelah pengobatan.13,14
Faktor yang berhubungan dengan tingkat kekambuhan yang tinggi yaitu
wanita, adanya penyakit sebelumnya seperti trauma, labirintitis dan hidrops
endolimfatik, adanya osteopeni/osteoporosis, HC-BPPV dan riwayat tiga atau
lebih serangan BPPV sebelum pengobatan.8,13
Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning procedure)
biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6 minggu, meskipun beberapa
kasus tidak terjadi. Dengan sekali pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%.
CRP/Epley maneuver terbukti efektif dalam mengontrol gejala BPPV dalam
waktu lama. 6,13
Pada beberapa kasus dapat terjadi adanya remisi dan rekurensi yang tidak
dapat diprediksi dan rata-rata rekurensi ± 10-15% per tahun. Jika terdapat
rekurensi, maka dilakukan maneuver reposisi ulang.6,13
24
BAB III
KESIMPULAN
BPPV adalah jenis vertigo perifer yang paling sering ditemukan yang
dapat disebabkan karena adanya trauma kepala, proses degenerative, pasca
operasi, pengobatan ototoksik, ataupun idiopatik. Manifestasi klinis yang terdapat
dalam BPPV adalah adanya rasa pusing berputar yang timbul akibat perubahan
posisi kepala. Keluhan ini kadang disertasi dengan adanya rasa mual dan muntah.
Penderita dengan BPPV memiliki pendengaran yang normal dan tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan naurologis.
Diagnosis BPPV dapat ditegakan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik
yang berupa maneuver Dix-hallpike ataupun maneuver side lying, untuk
menemukan adanya respon abnormal berupa nistagmus lambat yang berlangsung
± 40 detik. Penatalaksanaan utama pada BPPV adalah manuver untuk mereposisi
debris yang terdapat pada utrikulus. Yang paling banyak digunakan adalah
maneuver Brandt Daroff dan maneuver Epley. Terapi dengan medikamentosa
dapat diberikan sebagai tambahan untuk meringankan gejala yang timbul, tetapi
terapi ini tidak dapat banyak membantu.
25
26