bab2.pdf
DESCRIPTION
apa yaaaaTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Konsep Terkait Demam Berdarah Dengue
a. Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai
dengan : (1) deman tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas , langsung
terus-menerus selama 2-7 hari; (2) manifestasi pendarhan (peteki, purpura,
pendarahan kojungtiva, epiktasis, ekimosis, pendarahan mukosa,
pendarahan gusi,melena, hematuri) termasuk uju tourniquet positif; (3)
trombositopeni ( jumlah trombosit < 100.000/µl); (4) hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20%) dan (5) desertai dengan atau tidak
pembesaran hati.(Departemen Kesehatan).
b. Etiologi Demam Berdarah Dengue
Virus Dengue tergolong dalam famili/suku flaviviridae dan dikenal
ada 4 serotip. Virus Dengue berbentuk batang bersifat termolabil, sensitive
terhadap inaktivasi oleh dialileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu
70 derajat.
Biasanya penyebab DBD ditinjau dari 3 faktor yaitu : agen, host,
environmen
1) Agent (virus)
Virus dengue adalah anggota genus favivilius dan family
favividae, virus berukuran kecil (50mm) ini memiliki single standard
RNA
Virus dengue membentuk suatu kompleks yang nyata didalam
genus flavivrus berdasarkan kepada kerakteristik antigenic dan
biologinya. Terdapat empat seritipe virus yang disebut sebagai DEN-1,
DEN-2, DEN-2, dan DEN-4. Terinfeksinya seseorang dengan salah
satu serotype tersebut diatas, akan menyebabkan kekebalan seumur
hidup terhdap serotype virus yang bersangkutan. Meskipun keempat
serotype mempunya daya antigenus sama namun mereka berbeda
didalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan
terjadi infeksi dengan salah satu mereka.
Keempat serotype virus dengue berkaitan dengan KLB/ wabah
Demam Berdarah Dengue dimana tidak ada atau sedikit kasus DBD
yang terjadi. Semua keempat serotype virus dapat menyebabkan KLB/
wabah DBD yang menyebabkan penyakit berat dan fatal.
2) Host (Sumber Penularan)
Sumber penenularan demam berdarah adalah penderita DBD
3) Environment (Lingkungan)
Aedes aegypti menyukai beristirahat ditempat yang gelap, lembab,
tempat tersembunyi dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat
tidur, kloset, kamar mandi atau dapur. Walaupun jarang, juga
ditemukan di luar rumah di tanaman atau tempat terlindung lainnya.
Tempat beristirahat di dalam rumah adalah di bawah perabotan, benda-
benda yang tergantung seperti baju dan tirai dan dinding.
Benda-benda bekas yang terletak diluar dan sembarang tempat
juga merupakan tampat yang disenangi nyamuk DBD untuk tinggal dan
berkembang biak seperti jambangan bunga, kaleng-kaleng atau
potongan bambu yang terisi air hujan sampai pada reservoir air bersih
yang tertutup.
c. Patofisiologi Demam Berdarah Dengue
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia. Fenomena patofisiologi utama yang
menentuksn berat penyakit dan membedakan DF (Dengue Fever) dengan
DHF (Dengue Hemoragic Fever) ialah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamine dan ferotonon serta
aktivasi system kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravasikuler.
Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinnemia, efusi, dan renjatan. Plasma
merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat penularan demam
mencapi puncaknya saat mencapai renjatan. Pada pasien dengan renjatan
berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%. Adanya
kebocoran didaerah ekstravasikuler terbukti ditemukannya cairan dalam
rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan pericard yang pada
autopsy ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya
melalui infuse. Renjatan inpovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia
jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Secara kronologis prosesnya
dimulai dari nyamuk Aedes aegypti yang tidak bervirus mengigit orang
sehat dan memindahkan virus kemudian mengigit orang sehat dan
memindahkan virusnya bersama air ludah kedalam tubuh.
Pada saat tersebut, virus memperbanyak diri dan menginfeksi sel-
sel darah putih serta kelenjar getah bening untuk kemudian masuk ke
system sirkulasi darah. Virus ini sebenernya hanya ada di dalam darah.
Virus ini sebenarnya hanya ada di dalam tubuh selama 3 hari sejak di
tularkan oleh nyamuk. Pada hari-hari itulah terjadilah pertemuan antara
antibody dan virus dengue yang dianggap sebagai benda asing dalam
tubuh. Badan biasanya mengalami demam dengan suhu tinggi antara 39
sampai 40 derajat celcius.
Akibat pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan
bocornya pembuluh darah. Sehingga membuat plasma darah mengalir ke
luar. Penurunan trombosit ini bisa di deteksi pada tiga hari. Masa kritis
penderita demam berdarah berlangsung sesudahnya, yakni pada hari
keempat dan kelima.
Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom
shock dengue karena perubahan yang tiba-tiba. Muka penderita pun
menjadi merah dan facial flus. Biasanya, penderita juga mengalami sakit
kepala, tubuh bagian belakang, otot, tlang dan perut (antara pusar dan ulu
hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah yang berlanjut dengan suhu
dingin dan lembab pada jari serta kaki.
Penurunan fungsi dan agregasi mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya komplek imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan oleh kerusakan hati yang
fungsinya memang terbukti terganggu oleh system koagualsi.
Telah dibuktikan bahwa secara potensial dapat juga pada pasien
DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa ini DHF, peran DIC tidak
menonjol dibandingkan dengan pembesaran plasma, tatapi bila penyakit
memburuk dengan pembesaran plasma, tetapi bila penyakit memburuk
dengan terjadinya asidosis dan renjatan akan memperberat DIC sehingga
perannya akan menonjol.
d. Factor Resiko Terjadinya DBD
1) Status imunologi sesorang
Seseorang atau individu yang system kekebalan tubuhnya kurang
akan mudah terserang penyakit termasuk penyakit yang disebabkan oleh
virus khususnya virus Dengue.
2) Strain virus / serotype virus yang menginfeksi
Strain virus merupakan factor penyebab resiko timbulnya DBD.
Virus dengue terdiri dari 4 serotipe virus yang disebut sebagai DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 terinfeksinya seseorang dengan salah satu
serotype tersebut diatas akan menyebab kekebalan seumur hidup terhadap
serotype virus yang bersangkutan.
3) Usia
Meskipun DBD mampu dan terbukti menyerang tubuh manusia
dewasa, namun lebih banyak kasus di temukan pada pasien anak-anak
yang berusia kurang dari 15 tahun. Hal itu disebabkan karena sistem
kekebalan tubuh pada anak-anak masih kurang sehingga rentan terhadap
penyakit dan aktivitas anak-anak lebih banyak diluar rumah pada siang
hari, sedangkan nyamuk Aedes aegypti biasanya mengigit pada siang
hari.
4) Riwayat genetic pasien
Dalam hal ini yang di maksud dengan factor resiko terjadinya
DBD karena riwayat genetic pasien yaitu jika seseorang penyakit
keturunan seperti haemofilia dan penyakit yang menyerang pada system
imun seperti HIV/AIDS yang akan menyababkan individu tersebut tidak
memiliki system kekebalan yang kuat untuk melawan virus yang masuk
kedalam tubuhnya.
e. Gambaran Klinik
Tanda dan gejala Demam Berdarah dengue meliputi:
1) Panas tinggi yang mendadak 2-7 hari
2) Sakit kepala
3) Mual
4) Muntah
5) Sakit perut
6) Diare
7) Nyeri ulu hati
8) Tanda-tanda pendarahan
9) Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak bisa hilang dengan penekanan
10) Pendarahan dari hidung/mimisan
11) Gusi berdarah
12) Berak darah(melena), muntah darah (hematemesis)
13) Pada kasus berat, kesadaran penderita semakin menurun, sesak napas
14) Tangan dan kaki berkeringan dingin
f. Komplikasi
Komplikasi yang umumnya terjadi adalah syok hipovolemik yang
pada akhirnya akan mengakibatkan kamatian.
g. Derajat Demam Berdarah
Derajat DBD dikelompokkan dalam empat derajat
1) Derajat I
Demam yang disertai dengan gejala klinik yang tidak khas, satu-
satunya gejala dari pendarahan (peteki) adalah hasil dari uji
Tourniquet positif.
2) Derajat II
Gejala yang tumbul pada DBD derajat I, ditambah dengan
pendarahan sepontan, biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah
kulit dan atau dalam bentuk pendarahan lainnya.
3) Dereajat III
Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan
lemah, menyempitnya tekanan nadi (<20mmhg) atau hipotensi yang
ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi
gelisah.
4) Derajat IV
Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan
darah.
2. Aedes Aegypti Sebagai Vektor Virus Dengue
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue sebagai penyakit Demam Berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga
merupakan pembawa virus Demam Kuning (yellow fever) dan Chikungunya
penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh
dunia. Sebagai pembawa virus Dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa
utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus
perbesaran Dungue di desa dan di kota. Mengingat keganasan penyakit Demam
Berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara
mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi penyebaran penyakit
Demam Berdarah.
a. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan warna
tubuh berwarn hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan
garis-saris putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak
dua garis melengkung vertical dibagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari
spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau
terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran
dan warna nyamuk jenis ini kerap perbeda antar populasi, tergantung dari
kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan.
Nyamuk jantan dan nyamuk betina tidak mempunyai perbedaan dalam hal
ukuran, nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina terdapatnya
rambut-rambut table pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri dapat di amati
dengan mata telanjang.
b. Prilaku dan siklus hidup
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hinga siang hari.
yang menghisap darah. Hal ini dilakukan untuk mendapat asupan protein yang
diperlukan untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan
darah, dam memperoleh energy dari nektra bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini
menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hiram atau merah.
Demam berdarah kerap menyerang anak-anak yang cenderung duduk di
dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi
di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat menyebabkan perubahan
prilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu
kemampuan nyamuk menyebar virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan
nyamuk kurang handal dalam menghisap darah, berulang kali menusukkan
probosisnya, namun tidak berhasil menghisap darah sehingga nyamuk
berpindah dari satu nyamuk ke orang lain.akibatnya, resiko penularan virus
menjadi semakin besar. Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya
memiliki habitat dilingkungan perumahan, dimana terdapat banyak genangan
air bersih dalam bak mandi ataupun dalam tempayan. Oleh karena itu, jenis
ini bersifat urban, bertolak belakang dengan Aedes Albopictus yang
cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Nyamuk Aedes aegypti, meletakkan telur pada permukaan air berhasil
secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu
sama lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat
empat tahapan dalam perkembangan larva yang di sebut instar. Perkebangan
instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar
ke-4, larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa keluar dari pupa.
Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa memerlukan waktu 7 hingga
8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
1) Aktif
Pagi jam 07.00 – 12.00 WIB.
Sore jam 15.00 – 17.00 WIB.
Hinggap pada benda benda yang menggantung.
2) Larva
Berkembang biak pada air jernih maupun pada air kotor yang dasarnya
bukan tanah.
3) Telor
Diletakkan pada dinding kontainer tepat diatas permukaan air. Jumlah
telur selama hidupnya berjumlah 600 – 800 butir.
Lama hidupnya 3 -4 minggu.
4) Pupa
Dibawah permukaan air.
5) Terbang
Kemampuan terbang 50 – 200 m
6) Siklus hidup
Telur – larva – pupa – dewasa
1-2 hr 4-5 hr 1-2 hr
Telur Aedes aegypti tahan kekeringa dan dapat bertahan hingga 1
bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas
menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang padat mempengaruhi
kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang
melebihi ketersediaan makanan atau manghasilkan nyamuk dewasa yang
cenderung lebih rakus dalam menghisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang
kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk- nyamuk.
3. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue dan
Pemeriksaan Jentik Berkala
a. Pengertian
1) Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD)
adalah kegiatan pemberantasan vector, jentik dan kepompong nyamuk
penular DBD (Aedea aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakanya.
2) Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur
oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik
(jumantik).
b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue
1) Tujuan
Mengendalikan populasi Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat
dicegah dan dikurangi.
2) Sasaran
Semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD
a) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.
b) Tempat penampungan air bukan untuk keperlaun sehari-hari (non-
TPA).
c) Tempat penampungan air alamiah.
3) Ukuran keberhasilan
Keberhasilam kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
4) Cara PSN DBD
PSN DBD dilakukan dengan cara “3M” yaitu:
a) Menguras dan menyikat tepat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayang, dan lain-lain (M2).
c) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).
Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:
a) Mengganti air pas bunga dan tempat minum burung satu minggu
sekali
b) Memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar/rusak
c) Metutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon yang dapat
menjadi genangan air
d) Memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa
e) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
f) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan yang memadai
g) Menggunakan kelambu
h) Mengguanakan obat yang dapat mencegagah gigitan nyamuk.
5) Pelaksana
a) Di rumah
Dilaksanakan oleh anggota keluarga.
b) Tempat-tempat umum
Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau
pengelola tempat umum seperti:
1) Kantor oleh petugas kebersihan kantor
2) Sekolah oleh petugas kebersihan sekolah
3) Pasar oleh petugas kebersihan pasar
4) Dan lain-lain
c. Pemerikasaan jumantik berkala oleh Kader, PKK, Jumantik atau
Tenaga pemeriksa jumantik lainnya.
1) Tujuan
Malakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular demam berdarah
dengue termasuk motivasi keluarga/masyarakat dalam pelaksanaan
PSN DBD. Dengan kunjungan yang berulang-ulang desertai
penyuluhan diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD
secara teratur da terus-menerus.
2) Pelaksana
Pelaksanaan dilakukan oleh Kader, PKK, Jumantik (juru pemeriksa
jentik) atau tenaga pemeriksa jentik lain.
3) Cara PJB
a) Dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat-tempat umum
untuk memeriksa tempat penampungan air (TPA), non-TPA dan
tempat penampungan air alamiah, di dalam dan di luar
rumah/bangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD
kapada keluarga/masyarakat.
b) Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat
umum diminta untuk ikut melihat/menyaksikan, kemudian lanjut
dengan PSN DBD (“3M” atau “3M”plus).
c) Memberi penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan
pengelola/petugas kebersihan tempat-tempat umum.
d) Catat hasil pemeriksaan jentik pada KARTU JENTIK
RUMAH/BANGUNAN yang ditinggalkan di rumah/bangunan dan
pada FORMULIR JPJ-1 untuk pelaporan ke puskesmas dan yang
terkait lainnya.
4. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behaviour). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut pendapat Rogers (1974) bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Notoatmodjo,2000):
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek)
2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini
sikap subjek sudah mulai terbentuk
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi
4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus
5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
tahap tersebut di atas.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Lukman, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yaitu :
1) Umur
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti
ketika berumur belasan tahun. Selain itu daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan
bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-
umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
2) Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar
dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi
baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu
modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah
sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan
berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik
dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang.
4) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam
hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang
mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
5) Pendidikan
Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan
atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri
sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula
pengetahuanya.
6) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi
jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya
TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
7) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut
dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan
sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.(Notoadmojo
1997 : 13).
c. Kategori pengetahuan
Menurut (Arikunto, 1998) mengemukakan bahwa untuk mengetahui
secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat
dibagi menjadi empat tingkat yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %
2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %
3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55 %
4) Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 40 %
d. Cara Memperoleh Kebenaran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2000), dari berbagai cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Cara Tradisional
a) Cara coba salah (trial and error)
Yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh
pengetahuan dengan cara coba salah atau dengan kata lain yang
lebih dikenal dengan trial and error.
b) Cara kekuasaan
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tersebut baik atau
tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun
dari generasi ke generasi berikutnya.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi
pepetah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara
memperoleh kebenaran.
d) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
2) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:
a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang timbul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang
berubah-ubah dalam kondidi-kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian ditetapkan
ciri-ciri atau unsur yang pasti ada pada suatu gejala selanjutnya, hal
tersebut dijadikan dasar pengambilan keputusan atau kesimpulan atau
generalisasi.
e. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2000) ada enam tingkat pengetahuan, yaitu:
1) Mengenal (recognition) dan mengingat kembali (recall) diartikan
sebagai kemampuan untuk mengingat kembali suatu yang pernah
diketahui sehingga bisa memilih satu dari dua ata lebih jawaban.
2) Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai kemampuan untuk
memahami suatu materi atau objek yang diketahui.
3) Penerapan (application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan secara benar mengenai sesuatu hal yang diketahui dalam
situasi yang sebenarnya.
4) Analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi
atau objek ke dalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5) Sintesis (synthesis) diartkan sebagai kemampuan meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan penyusunan
formulasi.
6) Evaluasi (evaluation) diartikan sebagai kemampuan melakukan
penilaian terhadap suatu obyek atau materi.
5. Sikap
a. Definisi
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkkan konotasi adanya kesesuaian reaksi tehadap
stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau
perilaku.
Menurut Notoatmodjo, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok, yakni :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek
3) Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude).
b. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (1993:98-99) ada empat, yaitu:
1) Menerima (receiving)
Dapat diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek)
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan, lepas dari apakah pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang
menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Dengan
demikian pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dengan wawancara dapat menanyakan
bagaimana pendapat responden terhadap suatu obyek secara tidak
langsung adalah dengan memberikan kuesioner.
c. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri
Purwanto, 1998 : 63):
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
d. Ciri – Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63):
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini
membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,
kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-
syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau
berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan - kecakapan atau pengetahuan -
pengetahuan yang dimiliki orang.
Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala sikap, antara lain:
1) Skala Thurstone
LL. Thurstone (1928) percaya bahwa sikap dapat diukur
dengan skala pendapat. Metode Thurstone terdiri dari kumpulan
pendapat yang memiliki rentangan dari sangat positif ke arah sangat
negatif terhadap obyek sikap.
Prosedur penyusunan item pada Thurstone ditempuh dengan
cara meminta pada sekelompok orang untuk memberikan pernyataan
pada suatu obyek dengan satu muatan ide yang menyetujui dan
menolak. Skor yang diperoleh kemudian ditetapkan berdasarkan
“Equal Appearing Interval” dengan cara menghitung mediannya.
Thurstone membagi skala sikap dalam sebelas skala pada tabel
berikut ini:
Tabel 1.1
Skala Sikap
Most
Favorable
Netral Most
Unfavorable
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2) R. Likert
Cara penyusunannya tidak jauh berbeda dengan Thurstone.
Items pada Likert menggunakan pilihan sangat setuju, setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
Tabel 1.2
Skala Menurut Likert
Strongly Agree Agree Disagree Strongly
Disagree
4 3 2 1
6. Perilaku
a. Definisi
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia
itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara,
bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity)
seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk
kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang
dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau
secara tidak langsung. (Sunaryo.2004)
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan
penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau
faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku
makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi
atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme
pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku
disebut proses belajar (learning process).
b. Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme
atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons
ini berbentuk 2 macam, yakni :
1) Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang bapak tahu
dengan Vaksin pada anjing atau kucing dapat mencegah penyakit rabies tetapi
ia tidak mau untuk melakukannya.
2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnya seorang bapak mengetahui pencegahan rabies dan ia mau untuk
melakukannya secara rutin dan teratur.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap
adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang
masih bersifat terselubung dan disebut convert behaviour. Sedangkan tindakan
nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah
merupakan overt behavior.
c. Prosedur pembentukan perilaku
Menurut Skinner prosedur pembentukan perilaku dalam operant
conditioning (jenis respon atau perilaku yang diciptakan karena adanya kondisi
tertentu) adalah sebagai berikut :
1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan
dibentuk.
2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
perilaku yang dimaksud.
3) Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-
tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-
masing komponen tersebut.
4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka
hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku
(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah
terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi
hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian
berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan
dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku
yang diharapkan terbentuk.
d. Pembentukan perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan.
Secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :
1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia
berespons baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan
penyakit dan rasa sakit yang ada pada diri maupun yang ada di luar dirinya),
maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan
sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini sendirinya sesuai
dengan tingkat – tingkat pencegahan penyakit, yakni perilaku yang
berhubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health
promotion behavior), perilaku pencegahan penyakit (Prevention behavior),
perilaku sehubungan pencarian pengobatan (health seeking behavior), dan
perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation
behavior).
2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang
terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern
maupun tradisional. Perilaku ini menyakut respon terhadap fasilitas kesehatan,
cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obatnya, yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, sikap, penggunaan fasilitas, petugas dan obat – obatan.
3) Perilaku terhadap makanan (nutition behavior) yaitu respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.
4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan
manusia.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk dapat sampai
kepada perilaku tertentu. Green (1991) menjelaskan secara umum bahwa kualitas
hidup dipengaruhi oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku
dan gaya hidup serta lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh ketiga
faktor yaitu: faktor perdisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin
(enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factor). Ketiga faktor tersebut
juga dipengaruhi oleh promosi kesehatan yang meliputi pendidikan dan
kebijaksanaan
1) Faktor predisposisi
Merupakan faktor yang mendahului terhadap perilaku yang menjadi
dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan,
sikap (suatu kecenderungan jiwa atau perasaan yang relative tetap terhadap
kategori tertentu dari objek, orang atau situasi), keyakinan, nilai, dan persepsi.
Faktor predisposisi lebih cenderung merupakan bawaan pribadi atau
kelompok yang mendukung atau menghambat perilaku sehat.
2) Faktor pemungkin
Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku yang memungkinkan suatu
motivasi terlaksana. Faktor pemungkin mencakup berbagai ketrampilan dan
sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan, meliputi
ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan,
prioritas dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan,
ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Menyangkut juaga
keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketresediaan transportasi,
jam buka, dan ketrampilan (kemampuan seseorang untuk menjalankan upaya
yang menyangkut perilaku yang diharapkan) petugas.
3) Faktor penguat
Faktor penyerta perilaku yang memberi penghargaan atau hukuman
atas perilaku yang berperan secara menetap atau tidak menetap. Faktor
penguat mencakup keluarga, teman sebaya, guru, majikan, petugas kesehatan,
penyedia kesehatan, ketua masyarakat dan pembuat keputusan. Faktor penguat
juga menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau
tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Apakah
faktor penguat itu positif atau negatif tergantung pada sikap dan perilaku
orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang
lain alam mempengaruhi perilaku.
e. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan
1) Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau model
untuk kelanjutan perkembangan perilaku mahkluk hidup itu. Faktor genetic
barasal dari dalam diri individu (Sunaryo,2004), antara lain:
a) Jenis ras, setiap ras di dunia mempunyai perilaku yang spesifik, saling
berbeda satu dengan yang lainnya.
b) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara
berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas
dasar pertimbangan rasional dan akal, sedangkan wanita atas dasar
pertimbangan emosional atau perasaan.
c) Sifat fisik, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda
dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d) Sifat kepribadian, salah satu pengertian kepribadian yang
dikemukakanoleh Maramis (1999) adalah “keseluruhan pola pikiran,
perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha
adaptasi yang terus-menerus terhadap hidupnya”.
e) Bakat pembawaan. Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip
pendapat Willian B. Michael (1960) adalah “kemampuan individu untuk
melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai
hal tersebut”.
f) Intelegensi, menurut Terman intelegensi adalah “kemampuan untuk
berpikir abstrak” (Sukardi,1997).
2) Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
a) Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang
ada disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial.
b) Pendidikan. Secara luas pendidikan menyangkut seluruh proses individu
sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan
lingkungannya, baik secara formal maupun informal.
c) Agama. Merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau
penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke
dalam kontruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara
berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku.
d) Sosial ekonomi, hal ini juga berpengaruh terhadap pembentukan perilaku.
e) Kebudayaan. Menurut Mac Iver sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto
(2001) “ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup”.
Faktor lain seperti susunan saraf pusat, persepsi yang merupakan
proses diterimanya rangsang melalui panca indera, yang didahului oleh
perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di
dalam maupun di luar dirinya. Emosi, Maramis(1999) menyebutkan
bahwa “manifestasi perasaan atau afek keluar disertai banyak komponen
fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama”.
f. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Menurut Becker (1979), sebagaimana dikutip oleh Notoadmodjo (1997),
bahwa klasifikasi individu yang berhubungan dengan kesehatan adalah
(Sunaryo,2004):
1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu semua aktivitas yang ada
kaitannya dengan health promotion, health prevention, personal hygiene,
memilih makanan dan sanitasi.
2) Perilaku sakit (illness behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan
individu yang merasa sakit untuk mengenal keadaan kesehatan atau rasa
sakitnya, pengetahuan dan kemampuan individu untuk mengenal penyakit ,
pengetahuan dan kemampuan individu penyebab penyakit, dan usaha-usaha
mencegah penyakit.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas individu
yang sedang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.
7. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan
dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Dengan kata lain masyarakat diharapkan mampu
berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
sendiri sehingga masyarakat mampu menjadi subjek dalam pembangunan
kesehatan.
Pelaksanaan partisipasi aktif masyarakat tersebut diterapkan melalui
kegiatan pelayanan kesehatan utama (PHC). Pelayanan Kesehatan Utama
merupakan upaya pelayanan kesehatan esensial yang secara umum dapat dengan
mudah dijangkau individu, keluarga dan komunitas dengan cara yang dapat
diterima, peran aktif komunitas serta biaya yang dapat dijangkau (WHO, 1987).
Dengan demikian, Pelayanan Kesehatan Utama sangat mengedepankan
peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diartikan sebagai suatu proses
dimana individu, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatannya
sendiri dan menjadi pelaku serta perintis kegiatan-kegiatan di bidang kesehatan
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Sehingga peran serta
masyarakat merupakan kunci atau cara utama untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat.
a. Pengertian Komunitas
Komunitas merupakan suatu kelompok yang ditentukan dengan
batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, dimana
anggota masyarakat saling mengenal dan dapat berinteraksi satu sama lain,
mempunyai fungsi dalam status social, menunjukkan dan menciptakan
norma-norma, niali-nilai dan institusi social (WHO, 1974).
Masyarakat adalah sekelompok manusia ynag mendiami teritorial
tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian
kerja dan kebudayaan bersama. (Mac Iaver, 1990 dalam buku Drs. Nasru
Effendy, 1998).
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau
dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinu dan terikat oleh suatu identitas bersama. (Kontjaraningrat, 1990
dalam buku Drs. Nasru Effendy, 1998).
Komunitas merupakan sekelompok manusia yang telah cukup
lama hidup dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dangan batas-batas
tertentu. (Linton, 1990 dalam buku Drs. Nasru Effendy, 1998)
Berdasarkan pengertian di atas, komunitas adalah sekelompok
manusia yang hidup dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah yang sama
dan juga ditentukan dalam batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat
yang sama, dimana anggota masyarakat saling mengenal dan saling
berinteraksi satu sama lain, terdiri dari subsistem-subsistem yang saling
mempengaruhi. Subsistem di dalam komunitas antara lain adalah individu
dan keluarga. Subsistem-subsistem ini saling bekerjasama untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
b. Kesehatan dan Keperawatan Komunitas
Kesehatan komunitas didefinisikan sebagai terpenuhinya
kebutuhan bersama melalui identifikasi masalah dan pengelolaan interaksi
dalam komunitas sendiri dan antara komunitas serta masyarakat yang
lebih luas.
Kunci atau cara utama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
adalah peran serta masyarakat (PSM) yang diartikan sebagai suatu proses
dimana individu, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab menjadi
pelaku dan perintis di bidang kesehatan berdasarkan asas kebersamaan
dan kemandirian. Dalam proses ini masyarakat dapat berperan aktif
dalam menemukan masalah, menyusun rencana, melaksanakan kegiatan
serta mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan tersebut dapat
berupa pencegahan penyakit, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
serta pengobatan dan pemulihan.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas, keperawatan sebagai
bagian integral dari system pelayanan kesehatan bertanggung jawab
untuk melaksanakan upaya kesehatan termasuk untuk meandirikan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Dalam hal ini
penerapannya dilaksanakan dalam praktek keperawatan komunitas.
Keperawatan komunitas merupakan pelayanan kesehatan
profesional terhadap komunitas dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan untuk menjamin
terjangkaunya kesehatan yang dibentuk dengan melibatkan masyarakat
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
kesehatan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan proses
kelompok serta mendorong masyarakat dalam memecahkan masalah
yang dihadapi, yang pada akhirnya untuk memandirikan masyarakat
diperlukan pengorganisasian masyarakat.
c. Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian masyarakat adalah proses pemberian dukungan
yang terus menerus dalam hal menginformasikan pengertian dan
mengembangkan secara kritis tentang situasi yang ada, bekerjasama
dengan masyarakat dan menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan
kemampuan dan mengambil tindakan segera untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Tujuan pengorganisasian masyarakat untuk mengembangkan
masyarakat dari keadaan statis ke keadaan yang lebih baik untuk
mengembangkan dan meningkatkan kondisi kehidupan yang berkualitas
demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Menurut Rothman (1968) ada tiga model praktek
pengorganisasian masyarakat, yaitu:
1) Locality Development (peran serta masyarakat setempat) yaitu
proses yang dibuat untuk menciptakan kondisi ekonomi dan social
yang maju untuk semua masyarakat yang berperan aktif dan penuh
kemandirian dalam prakarsa pembangunan masyarakat.
2) Social Planning (perencanaan sosial) yaitu pendekatan yang
menekankan pada proses teknis dari penyelesaian masalah tentang
masalah social seperti kesehatan mental, fisik dan perumahan.
Rencana para ahli digunakan pada model ini dengan memanipulasi
birokrasi untuk menyalurkan fasilitas dan pelayanan pada
masyarakat.
3) Social Action (aksi sosial) yaitu metode yang membuttuhkan
pemerataan tenaga, sumber-sumber, pengambilan keputusan dalam
masyarakat dengan mengorganisir aspek yang merugikan
masyarakat dengan tujuan membuat perubahan yang mendasar
dalam masyarakat.
Secara operasional pelaksanaan pengorganisasian masyarakat
dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1) Tahap persiapan, dilakukan dengan memilih area/daerah yang
menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat, mempelajari dan bekerja sama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian, dengan persiapan pembentukan kelompok
dan penyesuaian pola dalam masyarakat yang dilanjutkan dengan
pembentukan kelompok kerja kesehatan masyarakat.
3) Tahap pendidikan dan latihan, meliputi kegiatan-kegiatan pertemuan
teratur dengan kelompok masyarakat, melakukan pengkajian,
membuat program pelayanan keperawatan langsung pada individu,
keluarga dan masyarakat.
4) Tahap formasi kepemimpinan, yaitu memberi dukungan latihan
keterampilan dan mengembangkan keterampilan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan
kegiatan pendidikan kesehatan.
5) Tahap koordinasi intersektoral, yaitu kerjasama dengan sector-sektor
terkait dalam upaya memandirikan masyarakat.
6) Tahap akhir, dilanjutkan supervise bertahap dan diakhiri dengan
evaluasi dan pemberian umpan balik dari hasil evaluasi untuk
perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan selanjutnya.
d. Tipe-tipe masyarakat
Menurut Gilin and Gilin masyrakat dapat diklasifikasikan sebagai
berikut
1) Dilihat dari sudut perkembangannya :
a) Cresive Institution
Lembaga masyrakat yang paling primer, merupakan lembaga-lembaga
yang secara tidak disengaja tumbuh dari adat-istiadat masyarakat
misalnya, yang menyangkut : hak milik, perkawinan, agama, dan
sebagainya.
b) Enacted institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk memenuhi
tujuan tertentu misalnya yang menyangkut : lembaga utang-piutang,
lembaga perdagangan, pertanian, pendidikan yang kesemuanya
berakar pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Pengalama-pengalaman
dalam melaksnakan kebiasaan-kebiasaan tersebut disistematisasi, yang
kemudian dituangkan ke dalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh
Negara.
2) Dari sudut system nilai yang diterima oleh masyarakat
a) Basic institution
Merupakan lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,
diantaranya keluarga, sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi
dasar yang pokok.
b) Subsidiary institution
Lembaga-lembaga kemasyarakatan ynag muncul tetapi dianggap
kurang penting, karena untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu
saja. Misalnya pembentukan panitia rekrasi, pelantikan atau wisuda
bersama dan sebagianya.
3) Dari sudut penerimaan masyarakat
a) Approved atau social sanctioned institution
Adalah lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti sekolah,
perusahaan, koperasi, dan sebagainya.
b) Unsanctioned institution
Adalah lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat,
walaupun kadang-kadang masyarakat tidak dapat memberantasnya,
misalnya kelompok penjahat, pemeras, pelacur, gelandangan dan
pengemis dan lain-lain.
5) Dari sudut penyebarannya
a) General institution
Merupakan lembaga masyartakat didasarkan atas factor penyebarannya.
Misalnya agama karena dikenal hampir semua masyarakat di dunia.
b) Restricted institution
Merupakan lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyrakat tertentu
sajamisalnya Budha banyak dianut oleh Muangthai, Vietnam, Kristen
Katholik banyak dianut oleh masyarakat Italia, Prancis, Islam oleh
masyarakat Arab dan sebagainya.
6) Dari sudut fungsi
a) Operative institution
Merupakan lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan keluarga yang bersangkutan
seperti keluarga industri.
b) Regulative institution
Merupakan lembaga yang bertujuan mengawasi adapt-istiadat atau tata
kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak daripada lembaga itu sendiri,
misalnya lembaga hukum diantaranya kejaksaan, pengadilan dan
sebagainya.
e. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia
Dilihat dari struktur social dan kebudayaan masyarakat Indonesia
dibagi dalam tiga kategori dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Masyarakat Desa
a) Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b) Hubungan didasarkan kepada adat-istiadat yang kuat sebagai
organisasi social.
c) Percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib.
d) Tingkat buta huruf relative tinggi.
e) Berlaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan
dipahami oleh setiap orang.
f) Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan
ketrampilan diwariskan oleh orang tua langsung kepada
keturunannya.
g) Sistem ekonomi sebagian besar ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk
memenuhi kebutuhan lainnya. Dan uang berperan sangat
terbatas.
h) Semangat gotong-royong dalam bidang social dan ekonomi
sangat kuat.
2) Masyarakat Madya
a) Hubungan keluarga masih sangat kuat, dan hubungan
kemasyarakatan mulai mengendor.
b) Adat-istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka
dari pengaruh luar.
c) Timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan
terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul
kembali apabila telah kehabisan akal.
d) Timbil lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama
pendidikan dasar dan menengah.
e) Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.
f) Hukum tertulis mulai mendampingi hukunm tidak tertulis.
g) Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi
pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur
masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaanya.
h) Gotong-royong tradisional tinggal untuk keperluan social
dikalangan keluarga dan tetangga. Dan kegiatan-kegiatan umum
lainnya di dasarkan upah.
3) Ciri-ciri Masyarakat Modern
a) Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan
pribadi.
b) Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam
suasana saling pengaruh mempengaruhi.
c) Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d) Srata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang
dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga
ketrampilan dan kejuruan.
e) Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.
f) Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g) Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas
penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.
4) Ciri-ciri Masyarakat Sehat
a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
b) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningktan,
pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
terutama untuk ibu dan anak.
c) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.
d) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status social ekonomi masyarakat.
e) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.
f. Indikator Ciri Masyarakat Sehat
Menurut WHO beberapa indicator dari masyarakat sehat adalah
1) Keadaan yang berhubungan dengan ststus kesehatan masyarakat, meliputi:
a) Indikator Komprehensif
(1) Angka kematian kasar menurun
(2) Rasio angka mortalitas proposional rendah
(3) Umur harapan hidup meningkat
b) Indikator Spesifik
(1) Angka kematian ibu dan anak menurun
(2) Angka kematian karena penyakit menular menurun
(3) Angka kelahiran menurun
2) Indikator pelayanan kesehatan
a) Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang
b) Distribusi tenaga kesehatan merata
c) Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilititas
kesehatan lain, dan sebagainya
d) Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya
rumah.
B. Penelitian Terkait
`Penelitian terkait yang pernah dilakukan adalah :
1. Penelitian Dewa Ayu Yuliani (2008). Gambaran Pengetehuan, Sikap dan
Perilaku Masyarakat Mengenal Penggunaan Larvasida (ABATE 1%) Dalam
Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dikelurahan Pangkalan Jati II Kodya
Depok Tahun 2008. Dalam penelitian ini digunakan data skunder, dengan
jumlah sampel sebanyak 259 responden. Hasil penelitian didapat bahwa
reponden yang berpengetahuan baik tentang PSN sebanyak 59,9%
responden, bersifat positif terhadap PNS sebanyak 88% responden.
2. Penelitian Nita Oktaviani (2008). Perilaku pemberantasan sarang nyamuk
Demam Berdarah Dengue (PNS-DBD) pada masyarakat sekolah Jakarta
Timur Tahun 2008. Hasil penelitian responden tentang kegiatan PSN-DBD
dapat dari petugas kesehatan, pamong, kader, orang terdekat, media
elektronik dan media cetak. Dari keseluruhan sembur informasi yang ada,
responden paling banyak menerima dari media elektronik, di wilayah jaktim
keberadaan jumantik dimasyarakat sudah cukup baik, mereka yang rumahnya
telaah dikunjungi jumantik mencapai 82,7%. Angka bebas jumantik di kotya
madya Jakarta timur hanya 82,5% nilai ini masih sangat jauh dibandingkan
standar nasional nilai ABJ sebesar 95%. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara keberadan jumantik dengan perilaku PSN-
DBD.
3. Penelitian Dimas Budi Wicaksono (2006). Hubungan perilaku
pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue terhadap
keberadaan jentik di Kotamadya Jakarta Timur Tahun 2008. Proporsi
responden yang berperilaku tidak baik dalam PSN-DBD sebanyak 58%
sedangkan yang berpengaruh baik mengenai DBD dan PSN serta memiliki
perilaku positif terhadap PSN-DBD masing-masing sebesar 53% dan 65%.
Sikap hubungan dan perilaku PSN-DBD, dimana responden yang memiliki
sikap positif terhadap PSN-DBD berpeluang untuk berperilaku baik dalam
PSN-DBD 2,2 kali dibanding responden yang tidak terpapar dengan
informasi mengenai PSN.
C. Kerangka Teori
Factor Predisposisi
1. Pengetahun
2. Sikap
3. Survey entomologi
4. Karakteristik
masyarakat
a. Umur,
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Pekerjaan
Factor Pemungkin
1. fasilitas kesehatan
2. Sarana prasarana
Perilaku PSN
Factor Penguat
1. Petugas kesehatan
2. Tokoh masyarakat