bab2.pdf

52
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Konsep Terkait Demam Berdarah Dengue a. Pengertian Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan : (1) deman tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas , langsung terus-menerus selama 2-7 hari; (2) manifestasi pendarhan (peteki, purpura, pendarahan kojungtiva, epiktasis, ekimosis, pendarahan mukosa, pendarahan gusi,melena, hematuri) termasuk uju tourniquet positif; (3) trombositopeni ( jumlah trombosit < 100.000/μl); (4) hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) dan (5) desertai dengan atau tidak pembesaran hati.(Departemen Kesehatan). b. Etiologi Demam Berdarah Dengue Virus Dengue tergolong dalam famili/suku flaviviridae dan dikenal ada 4 serotip. Virus Dengue berbentuk batang bersifat termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dialileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 derajat.

Upload: denok-kosasi

Post on 25-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

apa yaaaa

TRANSCRIPT

Page 1: bab2.pdf

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kajian Teori

1. Konsep Terkait Demam Berdarah Dengue

a. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai

dengan : (1) deman tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas , langsung

terus-menerus selama 2-7 hari; (2) manifestasi pendarhan (peteki, purpura,

pendarahan kojungtiva, epiktasis, ekimosis, pendarahan mukosa,

pendarahan gusi,melena, hematuri) termasuk uju tourniquet positif; (3)

trombositopeni ( jumlah trombosit < 100.000/µl); (4) hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit > 20%) dan (5) desertai dengan atau tidak

pembesaran hati.(Departemen Kesehatan).

b. Etiologi Demam Berdarah Dengue

Virus Dengue tergolong dalam famili/suku flaviviridae dan dikenal

ada 4 serotip. Virus Dengue berbentuk batang bersifat termolabil, sensitive

terhadap inaktivasi oleh dialileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu

70 derajat.

Page 2: bab2.pdf

Biasanya penyebab DBD ditinjau dari 3 faktor yaitu : agen, host,

environmen

1) Agent (virus)

Virus dengue adalah anggota genus favivilius dan family

favividae, virus berukuran kecil (50mm) ini memiliki single standard

RNA

Virus dengue membentuk suatu kompleks yang nyata didalam

genus flavivrus berdasarkan kepada kerakteristik antigenic dan

biologinya. Terdapat empat seritipe virus yang disebut sebagai DEN-1,

DEN-2, DEN-2, dan DEN-4. Terinfeksinya seseorang dengan salah

satu serotype tersebut diatas, akan menyebabkan kekebalan seumur

hidup terhdap serotype virus yang bersangkutan. Meskipun keempat

serotype mempunya daya antigenus sama namun mereka berbeda

didalam menimbulkan proteksi silang meski baru beberapa bulan

terjadi infeksi dengan salah satu mereka.

Keempat serotype virus dengue berkaitan dengan KLB/ wabah

Demam Berdarah Dengue dimana tidak ada atau sedikit kasus DBD

yang terjadi. Semua keempat serotype virus dapat menyebabkan KLB/

wabah DBD yang menyebabkan penyakit berat dan fatal.

2) Host (Sumber Penularan)

Sumber penenularan demam berdarah adalah penderita DBD

3) Environment (Lingkungan)

Page 3: bab2.pdf

Aedes aegypti menyukai beristirahat ditempat yang gelap, lembab,

tempat tersembunyi dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat

tidur, kloset, kamar mandi atau dapur. Walaupun jarang, juga

ditemukan di luar rumah di tanaman atau tempat terlindung lainnya.

Tempat beristirahat di dalam rumah adalah di bawah perabotan, benda-

benda yang tergantung seperti baju dan tirai dan dinding.

Benda-benda bekas yang terletak diluar dan sembarang tempat

juga merupakan tampat yang disenangi nyamuk DBD untuk tinggal dan

berkembang biak seperti jambangan bunga, kaleng-kaleng atau

potongan bambu yang terisi air hujan sampai pada reservoir air bersih

yang tertutup.

c. Patofisiologi Demam Berdarah Dengue

Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia. Fenomena patofisiologi utama yang

menentuksn berat penyakit dan membedakan DF (Dengue Fever) dengan

DHF (Dengue Hemoragic Fever) ialah meningginya permeabilitas dinding

kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamine dan ferotonon serta

aktivasi system kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intravasikuler.

Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma terjadinya

hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinnemia, efusi, dan renjatan. Plasma

merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat penularan demam

mencapi puncaknya saat mencapai renjatan. Pada pasien dengan renjatan

Page 4: bab2.pdf

berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%. Adanya

kebocoran didaerah ekstravasikuler terbukti ditemukannya cairan dalam

rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan pericard yang pada

autopsy ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya

melalui infuse. Renjatan inpovolemik yang terjadi sebagai akibat

kehilangan plasma, bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia

jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Secara kronologis prosesnya

dimulai dari nyamuk Aedes aegypti yang tidak bervirus mengigit orang

sehat dan memindahkan virus kemudian mengigit orang sehat dan

memindahkan virusnya bersama air ludah kedalam tubuh.

Pada saat tersebut, virus memperbanyak diri dan menginfeksi sel-

sel darah putih serta kelenjar getah bening untuk kemudian masuk ke

system sirkulasi darah. Virus ini sebenernya hanya ada di dalam darah.

Virus ini sebenarnya hanya ada di dalam tubuh selama 3 hari sejak di

tularkan oleh nyamuk. Pada hari-hari itulah terjadilah pertemuan antara

antibody dan virus dengue yang dianggap sebagai benda asing dalam

tubuh. Badan biasanya mengalami demam dengan suhu tinggi antara 39

sampai 40 derajat celcius.

Akibat pertempuran tersebut terjadi penurunan kadar trombosit dan

bocornya pembuluh darah. Sehingga membuat plasma darah mengalir ke

luar. Penurunan trombosit ini bisa di deteksi pada tiga hari. Masa kritis

penderita demam berdarah berlangsung sesudahnya, yakni pada hari

keempat dan kelima.

Page 5: bab2.pdf

Pada fase ini, suhu badan turun dan biasanya diikuti oleh sindrom

shock dengue karena perubahan yang tiba-tiba. Muka penderita pun

menjadi merah dan facial flus. Biasanya, penderita juga mengalami sakit

kepala, tubuh bagian belakang, otot, tlang dan perut (antara pusar dan ulu

hati). Tidak jarang diikuti dengan muntah yang berlanjut dengan suhu

dingin dan lembab pada jari serta kaki.

Penurunan fungsi dan agregasi mungkin disebabkan proses

imunologis terbukti dengan terdapatnya komplek imun dalam peredaran

darah. Kelainan system koagulasi disebabkan oleh kerusakan hati yang

fungsinya memang terbukti terganggu oleh system koagualsi.

Telah dibuktikan bahwa secara potensial dapat juga pada pasien

DHF tanpa renjatan. Dikatakan pada masa ini DHF, peran DIC tidak

menonjol dibandingkan dengan pembesaran plasma, tatapi bila penyakit

memburuk dengan pembesaran plasma, tetapi bila penyakit memburuk

dengan terjadinya asidosis dan renjatan akan memperberat DIC sehingga

perannya akan menonjol.

d. Factor Resiko Terjadinya DBD

1) Status imunologi sesorang

Seseorang atau individu yang system kekebalan tubuhnya kurang

akan mudah terserang penyakit termasuk penyakit yang disebabkan oleh

virus khususnya virus Dengue.

2) Strain virus / serotype virus yang menginfeksi

Page 6: bab2.pdf

Strain virus merupakan factor penyebab resiko timbulnya DBD.

Virus dengue terdiri dari 4 serotipe virus yang disebut sebagai DEN-1,

DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 terinfeksinya seseorang dengan salah satu

serotype tersebut diatas akan menyebab kekebalan seumur hidup terhadap

serotype virus yang bersangkutan.

3) Usia

Meskipun DBD mampu dan terbukti menyerang tubuh manusia

dewasa, namun lebih banyak kasus di temukan pada pasien anak-anak

yang berusia kurang dari 15 tahun. Hal itu disebabkan karena sistem

kekebalan tubuh pada anak-anak masih kurang sehingga rentan terhadap

penyakit dan aktivitas anak-anak lebih banyak diluar rumah pada siang

hari, sedangkan nyamuk Aedes aegypti biasanya mengigit pada siang

hari.

4) Riwayat genetic pasien

Dalam hal ini yang di maksud dengan factor resiko terjadinya

DBD karena riwayat genetic pasien yaitu jika seseorang penyakit

keturunan seperti haemofilia dan penyakit yang menyerang pada system

imun seperti HIV/AIDS yang akan menyababkan individu tersebut tidak

memiliki system kekebalan yang kuat untuk melawan virus yang masuk

kedalam tubuhnya.

e. Gambaran Klinik

Page 7: bab2.pdf

Tanda dan gejala Demam Berdarah dengue meliputi:

1) Panas tinggi yang mendadak 2-7 hari

2) Sakit kepala

3) Mual

4) Muntah

5) Sakit perut

6) Diare

7) Nyeri ulu hati

8) Tanda-tanda pendarahan

9) Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak bisa hilang dengan penekanan

10) Pendarahan dari hidung/mimisan

11) Gusi berdarah

12) Berak darah(melena), muntah darah (hematemesis)

13) Pada kasus berat, kesadaran penderita semakin menurun, sesak napas

14) Tangan dan kaki berkeringan dingin

f. Komplikasi

Page 8: bab2.pdf

Komplikasi yang umumnya terjadi adalah syok hipovolemik yang

pada akhirnya akan mengakibatkan kamatian.

g. Derajat Demam Berdarah

Derajat DBD dikelompokkan dalam empat derajat

1) Derajat I

Demam yang disertai dengan gejala klinik yang tidak khas, satu-

satunya gejala dari pendarahan (peteki) adalah hasil dari uji

Tourniquet positif.

2) Derajat II

Gejala yang tumbul pada DBD derajat I, ditambah dengan

pendarahan sepontan, biasanya dalam bentuk pendarahan di bawah

kulit dan atau dalam bentuk pendarahan lainnya.

3) Dereajat III

Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat dan

lemah, menyempitnya tekanan nadi (<20mmhg) atau hipotensi yang

ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi

gelisah.

4) Derajat IV

Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan

darah.

Page 9: bab2.pdf

2. Aedes Aegypti Sebagai Vektor Virus Dengue

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus

dengue sebagai penyakit Demam Berdarah. Selain dengue, Aedes aegypti juga

merupakan pembawa virus Demam Kuning (yellow fever) dan Chikungunya

penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh

dunia. Sebagai pembawa virus Dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa

utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus

perbesaran Dungue di desa dan di kota. Mengingat keganasan penyakit Demam

Berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara

mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi penyebaran penyakit

Demam Berdarah.

a. Ciri morfologi

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan warna

tubuh berwarn hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan

garis-saris putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak

dua garis melengkung vertical dibagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari

spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau

terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran

dan warna nyamuk jenis ini kerap perbeda antar populasi, tergantung dari

kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk selama perkembangan.

Nyamuk jantan dan nyamuk betina tidak mempunyai perbedaan dalam hal

Page 10: bab2.pdf

ukuran, nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina terdapatnya

rambut-rambut table pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri dapat di amati

dengan mata telanjang.

b. Prilaku dan siklus hidup

Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hinga siang hari.

yang menghisap darah. Hal ini dilakukan untuk mendapat asupan protein yang

diperlukan untuk memproduksi telur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan

darah, dam memperoleh energy dari nektra bunga ataupun tumbuhan. Jenis ini

menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hiram atau merah.

Demam berdarah kerap menyerang anak-anak yang cenderung duduk di

dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi

di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini.

Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat menyebabkan perubahan

prilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu

kemampuan nyamuk menyebar virus. Infeksi virus dapat mengakibatkan

nyamuk kurang handal dalam menghisap darah, berulang kali menusukkan

probosisnya, namun tidak berhasil menghisap darah sehingga nyamuk

berpindah dari satu nyamuk ke orang lain.akibatnya, resiko penularan virus

menjadi semakin besar. Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya

memiliki habitat dilingkungan perumahan, dimana terdapat banyak genangan

air bersih dalam bak mandi ataupun dalam tempayan. Oleh karena itu, jenis

Page 11: bab2.pdf

ini bersifat urban, bertolak belakang dengan Aedes Albopictus yang

cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun (sylvan areas).

Nyamuk Aedes aegypti, meletakkan telur pada permukaan air berhasil

secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu

sama lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat

empat tahapan dalam perkembangan larva yang di sebut instar. Perkebangan

instar 1 ke instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar

ke-4, larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman.

Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa keluar dari pupa.

Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa memerlukan waktu 7 hingga

8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.

1) Aktif

Pagi jam 07.00 – 12.00 WIB.

Sore jam 15.00 – 17.00 WIB.

Hinggap pada benda benda yang menggantung.

2) Larva

Berkembang biak pada air jernih maupun pada air kotor yang dasarnya

bukan tanah.

3) Telor

Page 12: bab2.pdf

Diletakkan pada dinding kontainer tepat diatas permukaan air. Jumlah

telur selama hidupnya berjumlah 600 – 800 butir.

Lama hidupnya 3 -4 minggu.

4) Pupa

Dibawah permukaan air.

5) Terbang

Kemampuan terbang 50 – 200 m

6) Siklus hidup

Telur – larva – pupa – dewasa

1-2 hr 4-5 hr 1-2 hr

Telur Aedes aegypti tahan kekeringa dan dapat bertahan hingga 1

bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas

menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk

perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang padat mempengaruhi

kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang

melebihi ketersediaan makanan atau manghasilkan nyamuk dewasa yang

cenderung lebih rakus dalam menghisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang

kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk- nyamuk.

Page 13: bab2.pdf

3. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue dan

Pemeriksaan Jentik Berkala

a. Pengertian

1) Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD)

adalah kegiatan pemberantasan vector, jentik dan kepompong nyamuk

penular DBD (Aedea aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakanya.

2) Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur

oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik

(jumantik).

b. Pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue

1) Tujuan

Mengendalikan populasi Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat

dicegah dan dikurangi.

2) Sasaran

Semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD

a) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.

b) Tempat penampungan air bukan untuk keperlaun sehari-hari (non-

TPA).

c) Tempat penampungan air alamiah.

Page 14: bab2.pdf

3) Ukuran keberhasilan

Keberhasilam kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan

Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%

diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

4) Cara PSN DBD

PSN DBD dilakukan dengan cara “3M” yaitu:

a) Menguras dan menyikat tepat-tempat penampungan air, seperti bak

mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)

b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong

air/tempayang, dan lain-lain (M2).

c) Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan (M3).

Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti:

a) Mengganti air pas bunga dan tempat minum burung satu minggu

sekali

b) Memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar/rusak

Page 15: bab2.pdf

c) Metutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon yang dapat

menjadi genangan air

d) Memelihara ikan pemakan jentik, memasang kawat kasa

e) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar

f) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruangan yang memadai

g) Menggunakan kelambu

h) Mengguanakan obat yang dapat mencegagah gigitan nyamuk.

5) Pelaksana

a) Di rumah

Dilaksanakan oleh anggota keluarga.

b) Tempat-tempat umum

Dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan atau

pengelola tempat umum seperti:

1) Kantor oleh petugas kebersihan kantor

2) Sekolah oleh petugas kebersihan sekolah

3) Pasar oleh petugas kebersihan pasar

4) Dan lain-lain

Page 16: bab2.pdf

c. Pemerikasaan jumantik berkala oleh Kader, PKK, Jumantik atau

Tenaga pemeriksa jumantik lainnya.

1) Tujuan

Malakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular demam berdarah

dengue termasuk motivasi keluarga/masyarakat dalam pelaksanaan

PSN DBD. Dengan kunjungan yang berulang-ulang desertai

penyuluhan diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD

secara teratur da terus-menerus.

2) Pelaksana

Pelaksanaan dilakukan oleh Kader, PKK, Jumantik (juru pemeriksa

jentik) atau tenaga pemeriksa jentik lain.

3) Cara PJB

a) Dilakukan dengan mengunjungi rumah dan tempat-tempat umum

untuk memeriksa tempat penampungan air (TPA), non-TPA dan

tempat penampungan air alamiah, di dalam dan di luar

rumah/bangunan serta memberikan penyuluhan tentang PSN DBD

kapada keluarga/masyarakat.

b) Jika ditemukan jentik, anggota keluarga atau pengelola tempat

umum diminta untuk ikut melihat/menyaksikan, kemudian lanjut

dengan PSN DBD (“3M” atau “3M”plus).

Page 17: bab2.pdf

c) Memberi penjelasan dan anjuran PSN DBD kepada keluarga dan

pengelola/petugas kebersihan tempat-tempat umum.

d) Catat hasil pemeriksaan jentik pada KARTU JENTIK

RUMAH/BANGUNAN yang ditinggalkan di rumah/bangunan dan

pada FORMULIR JPJ-1 untuk pelaporan ke puskesmas dan yang

terkait lainnya.

4. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda

atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behaviour). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

Page 18: bab2.pdf

tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut pendapat Rogers (1974) bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Notoatmodjo,2000):

1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek)

2) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini

sikap subjek sudah mulai terbentuk

3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi

4) Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus

5) Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-

tahap tersebut di atas.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Lukman, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

yaitu :

1) Umur

Page 19: bab2.pdf

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan

mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,

bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti

ketika berumur belasan tahun. Selain itu daya ingat seseorang itu salah

satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan

bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-

umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

2) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar

dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi

baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu

modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah

sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan

berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3) Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama

bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik

dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam

Page 20: bab2.pdf

lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan

berpengaruh pada pada cara berfikir seseorang.

4) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam

hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang

mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

5) Pendidikan

Menurut Notoadmojo (1997) pendidikan adalah suatu kegiatan

atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan

kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri

sendiri. Menurut Wied Hary A.(1996), menyebutkan bahwa tingkat

pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula

pengetahuanya.

6) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi

jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya

Page 21: bab2.pdf

TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan

pengetahuan seseorang.

7) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut

dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan,

atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan

sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.(Notoadmojo

1997 : 13).

c. Kategori pengetahuan

Menurut (Arikunto, 1998) mengemukakan bahwa untuk mengetahui

secara kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat

dibagi menjadi empat tingkat yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %

2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75 %

3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55 %

4) Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 40 %

Page 22: bab2.pdf

d. Cara Memperoleh Kebenaran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2000), dari berbagai cara yang telah

digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1) Cara Tradisional

a) Cara coba salah (trial and error)

Yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh

pengetahuan dengan cara coba salah atau dengan kata lain yang

lebih dikenal dengan trial and error.

b) Cara kekuasaan

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun

dari generasi ke generasi berikutnya.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi

pepetah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara

memperoleh kebenaran.

d) Melalui jalan pikiran

Page 23: bab2.pdf

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

2) Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang timbul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang

berubah-ubah dalam kondidi-kondisi tertentu.

Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian ditetapkan

ciri-ciri atau unsur yang pasti ada pada suatu gejala selanjutnya, hal

tersebut dijadikan dasar pengambilan keputusan atau kesimpulan atau

generalisasi.

e. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2000) ada enam tingkat pengetahuan, yaitu:

Page 24: bab2.pdf

1) Mengenal (recognition) dan mengingat kembali (recall) diartikan

sebagai kemampuan untuk mengingat kembali suatu yang pernah

diketahui sehingga bisa memilih satu dari dua ata lebih jawaban.

2) Pemahaman (comprehention) diartikan sebagai kemampuan untuk

memahami suatu materi atau objek yang diketahui.

3) Penerapan (application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menerapkan secara benar mengenai sesuatu hal yang diketahui dalam

situasi yang sebenarnya.

4) Analisis (analysis) diartikan sebagai kemampuan menjabarkan materi

atau objek ke dalam suatu struktur dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5) Sintesis (synthesis) diartkan sebagai kemampuan meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan penyusunan

formulasi.

6) Evaluasi (evaluation) diartikan sebagai kemampuan melakukan

penilaian terhadap suatu obyek atau materi.

5. Sikap

a. Definisi

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat

Page 25: bab2.pdf

disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkkan konotasi adanya kesesuaian reaksi tehadap

stimulus tertentu. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku.

Menurut Notoatmodjo, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok, yakni :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek

3) Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude).

b. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (1993:98-99) ada empat, yaitu:

1) Menerima (receiving)

Dapat diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek)

2) Merespon (responding)

Page 26: bab2.pdf

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, lepas dari apakah pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang

menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Dengan

demikian pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dengan wawancara dapat menanyakan

bagaimana pendapat responden terhadap suatu obyek secara tidak

langsung adalah dengan memberikan kuesioner.

c. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri

Purwanto, 1998 : 63):

Page 27: bab2.pdf

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

d. Ciri – Ciri Sikap

Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63):

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini

membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-

syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau

berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat

dirumuskan dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

Page 28: bab2.pdf

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah

yang membedakan sikap dan kecakapan - kecakapan atau pengetahuan -

pengetahuan yang dimiliki orang.

Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala sikap, antara lain:

1) Skala Thurstone

LL. Thurstone (1928) percaya bahwa sikap dapat diukur

dengan skala pendapat. Metode Thurstone terdiri dari kumpulan

pendapat yang memiliki rentangan dari sangat positif ke arah sangat

negatif terhadap obyek sikap.

Prosedur penyusunan item pada Thurstone ditempuh dengan

cara meminta pada sekelompok orang untuk memberikan pernyataan

pada suatu obyek dengan satu muatan ide yang menyetujui dan

menolak. Skor yang diperoleh kemudian ditetapkan berdasarkan

“Equal Appearing Interval” dengan cara menghitung mediannya.

Thurstone membagi skala sikap dalam sebelas skala pada tabel

berikut ini:

Tabel 1.1

Skala Sikap

Most

Favorable

Netral Most

Unfavorable

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2) R. Likert

Page 29: bab2.pdf

Cara penyusunannya tidak jauh berbeda dengan Thurstone.

Items pada Likert menggunakan pilihan sangat setuju, setuju, tidak

setuju dan sangat tidak setuju.

Tabel 1.2

Skala Menurut Likert

Strongly Agree Agree Disagree Strongly

Disagree

4 3 2 1

6. Perilaku

a. Definisi

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya

adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia

itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara,

bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity)

seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk

kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang

Page 30: bab2.pdf

dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau

secara tidak langsung. (Sunaryo.2004)

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme

tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara

umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan

penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau

faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku

makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi

atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme

pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya perilaku

disebut proses belajar (learning process).

b. Bentuk Perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme

atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons

ini berbentuk 2 macam, yakni :

1) Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,

tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang bapak tahu

dengan Vaksin pada anjing atau kucing dapat mencegah penyakit rabies tetapi

ia tidak mau untuk melakukannya.

Page 31: bab2.pdf

2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

Misalnya seorang bapak mengetahui pencegahan rabies dan ia mau untuk

melakukannya secara rutin dan teratur.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap

adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang

masih bersifat terselubung dan disebut convert behaviour. Sedangkan tindakan

nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah

merupakan overt behavior.

c. Prosedur pembentukan perilaku

Menurut Skinner prosedur pembentukan perilaku dalam operant

conditioning (jenis respon atau perilaku yang diciptakan karena adanya kondisi

tertentu) adalah sebagai berikut :

1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

dibentuk.

2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang

membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen

tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya

perilaku yang dimaksud.

3) Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-

tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-

masing komponen tersebut.

Page 32: bab2.pdf

4) Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka

hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku

(tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah

terbentuk kemudian dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi

hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi), demikian

berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan

dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku

yang diharapkan terbentuk.

d. Pembentukan perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

lingkungan.

Secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :

1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia

berespons baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan

penyakit dan rasa sakit yang ada pada diri maupun yang ada di luar dirinya),

maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan

sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini sendirinya sesuai

dengan tingkat – tingkat pencegahan penyakit, yakni perilaku yang

berhubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Health

promotion behavior), perilaku pencegahan penyakit (Prevention behavior),

perilaku sehubungan pencarian pengobatan (health seeking behavior), dan

Page 33: bab2.pdf

perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation

behavior).

2) Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern

maupun tradisional. Perilaku ini menyakut respon terhadap fasilitas kesehatan,

cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat – obatnya, yang terwujud dalam

pengetahuan, persepsi, sikap, penggunaan fasilitas, petugas dan obat – obatan.

3) Perilaku terhadap makanan (nutition behavior) yaitu respon seseorang

terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)

adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan

manusia.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk dapat sampai

kepada perilaku tertentu. Green (1991) menjelaskan secara umum bahwa kualitas

hidup dipengaruhi oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku

dan gaya hidup serta lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh ketiga

faktor yaitu: faktor perdisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin

(enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factor). Ketiga faktor tersebut

juga dipengaruhi oleh promosi kesehatan yang meliputi pendidikan dan

kebijaksanaan

1) Faktor predisposisi

Page 34: bab2.pdf

Merupakan faktor yang mendahului terhadap perilaku yang menjadi

dasar atau motivasi bagi perilaku. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan,

sikap (suatu kecenderungan jiwa atau perasaan yang relative tetap terhadap

kategori tertentu dari objek, orang atau situasi), keyakinan, nilai, dan persepsi.

Faktor predisposisi lebih cenderung merupakan bawaan pribadi atau

kelompok yang mendukung atau menghambat perilaku sehat.

2) Faktor pemungkin

Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku yang memungkinkan suatu

motivasi terlaksana. Faktor pemungkin mencakup berbagai ketrampilan dan

sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan, meliputi

ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber daya kesehatan,

prioritas dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan,

ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan. Menyangkut juaga

keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak, ketresediaan transportasi,

jam buka, dan ketrampilan (kemampuan seseorang untuk menjalankan upaya

yang menyangkut perilaku yang diharapkan) petugas.

3) Faktor penguat

Faktor penyerta perilaku yang memberi penghargaan atau hukuman

atas perilaku yang berperan secara menetap atau tidak menetap. Faktor

penguat mencakup keluarga, teman sebaya, guru, majikan, petugas kesehatan,

penyedia kesehatan, ketua masyarakat dan pembuat keputusan. Faktor penguat

juga menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau

tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Apakah

Page 35: bab2.pdf

faktor penguat itu positif atau negatif tergantung pada sikap dan perilaku

orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang

lain alam mempengaruhi perilaku.

e. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

1) Faktor genetik atau faktor endogen

Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau model

untuk kelanjutan perkembangan perilaku mahkluk hidup itu. Faktor genetic

barasal dari dalam diri individu (Sunaryo,2004), antara lain:

a) Jenis ras, setiap ras di dunia mempunyai perilaku yang spesifik, saling

berbeda satu dengan yang lainnya.

b) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara

berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas

dasar pertimbangan rasional dan akal, sedangkan wanita atas dasar

pertimbangan emosional atau perasaan.

c) Sifat fisik, misalnya perilaku individu yang pendek dan gemuk berbeda

dengan individu yang memiliki fisik tinggi kurus.

d) Sifat kepribadian, salah satu pengertian kepribadian yang

dikemukakanoleh Maramis (1999) adalah “keseluruhan pola pikiran,

perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha

adaptasi yang terus-menerus terhadap hidupnya”.

Page 36: bab2.pdf

e) Bakat pembawaan. Bakat menurut Notoatmodjo (1997) yang mengutip

pendapat Willian B. Michael (1960) adalah “kemampuan individu untuk

melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai

hal tersebut”.

f) Intelegensi, menurut Terman intelegensi adalah “kemampuan untuk

berpikir abstrak” (Sukardi,1997).

2) Faktor eksogen atau faktor dari luar individu

a) Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang

ada disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial.

b) Pendidikan. Secara luas pendidikan menyangkut seluruh proses individu

sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan

lingkungannya, baik secara formal maupun informal.

c) Agama. Merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau

penghabisan. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke

dalam kontruksi kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara

berpikir, bersikap, bereaksi dan berperilaku.

d) Sosial ekonomi, hal ini juga berpengaruh terhadap pembentukan perilaku.

e) Kebudayaan. Menurut Mac Iver sebagaimana dikutip Soerjono Soekanto

(2001) “ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup”.

Faktor lain seperti susunan saraf pusat, persepsi yang merupakan

proses diterimanya rangsang melalui panca indera, yang didahului oleh

Page 37: bab2.pdf

perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di

dalam maupun di luar dirinya. Emosi, Maramis(1999) menyebutkan

bahwa “manifestasi perasaan atau afek keluar disertai banyak komponen

fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama”.

f. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Menurut Becker (1979), sebagaimana dikutip oleh Notoadmodjo (1997),

bahwa klasifikasi individu yang berhubungan dengan kesehatan adalah

(Sunaryo,2004):

1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu semua aktivitas yang ada

kaitannya dengan health promotion, health prevention, personal hygiene,

memilih makanan dan sanitasi.

2) Perilaku sakit (illness behavior), yaitu semua aktivitas yang dilakukan

individu yang merasa sakit untuk mengenal keadaan kesehatan atau rasa

sakitnya, pengetahuan dan kemampuan individu untuk mengenal penyakit ,

pengetahuan dan kemampuan individu penyebab penyakit, dan usaha-usaha

mencegah penyakit.

3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yaitu segala aktivitas individu

yang sedang menderita sakit untuk memperoleh kesembuhan.

7. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan

dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

Page 38: bab2.pdf

kesehatan yang optimal. Dengan kata lain masyarakat diharapkan mampu

berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

sendiri sehingga masyarakat mampu menjadi subjek dalam pembangunan

kesehatan.

Pelaksanaan partisipasi aktif masyarakat tersebut diterapkan melalui

kegiatan pelayanan kesehatan utama (PHC). Pelayanan Kesehatan Utama

merupakan upaya pelayanan kesehatan esensial yang secara umum dapat dengan

mudah dijangkau individu, keluarga dan komunitas dengan cara yang dapat

diterima, peran aktif komunitas serta biaya yang dapat dijangkau (WHO, 1987).

Dengan demikian, Pelayanan Kesehatan Utama sangat mengedepankan

peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diartikan sebagai suatu proses

dimana individu, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab atas kesehatannya

sendiri dan menjadi pelaku serta perintis kegiatan-kegiatan di bidang kesehatan

berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Sehingga peran serta

masyarakat merupakan kunci atau cara utama untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat.

a. Pengertian Komunitas

Komunitas merupakan suatu kelompok yang ditentukan dengan

batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, dimana

anggota masyarakat saling mengenal dan dapat berinteraksi satu sama lain,

mempunyai fungsi dalam status social, menunjukkan dan menciptakan

norma-norma, niali-nilai dan institusi social (WHO, 1974).

Page 39: bab2.pdf

Masyarakat adalah sekelompok manusia ynag mendiami teritorial

tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian

kerja dan kebudayaan bersama. (Mac Iaver, 1990 dalam buku Drs. Nasru

Effendy, 1998).

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau

dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinu dan terikat oleh suatu identitas bersama. (Kontjaraningrat, 1990

dalam buku Drs. Nasru Effendy, 1998).

Komunitas merupakan sekelompok manusia yang telah cukup

lama hidup dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan

berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dangan batas-batas

tertentu. (Linton, 1990 dalam buku Drs. Nasru Effendy, 1998)

Berdasarkan pengertian di atas, komunitas adalah sekelompok

manusia yang hidup dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah yang sama

dan juga ditentukan dalam batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat

yang sama, dimana anggota masyarakat saling mengenal dan saling

berinteraksi satu sama lain, terdiri dari subsistem-subsistem yang saling

mempengaruhi. Subsistem di dalam komunitas antara lain adalah individu

dan keluarga. Subsistem-subsistem ini saling bekerjasama untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

b. Kesehatan dan Keperawatan Komunitas

Page 40: bab2.pdf

Kesehatan komunitas didefinisikan sebagai terpenuhinya

kebutuhan bersama melalui identifikasi masalah dan pengelolaan interaksi

dalam komunitas sendiri dan antara komunitas serta masyarakat yang

lebih luas.

Kunci atau cara utama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat

adalah peran serta masyarakat (PSM) yang diartikan sebagai suatu proses

dimana individu, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab menjadi

pelaku dan perintis di bidang kesehatan berdasarkan asas kebersamaan

dan kemandirian. Dalam proses ini masyarakat dapat berperan aktif

dalam menemukan masalah, menyusun rencana, melaksanakan kegiatan

serta mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan tersebut dapat

berupa pencegahan penyakit, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan

serta pengobatan dan pemulihan.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas, keperawatan sebagai

bagian integral dari system pelayanan kesehatan bertanggung jawab

untuk melaksanakan upaya kesehatan termasuk untuk meandirikan

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Dalam hal ini

penerapannya dilaksanakan dalam praktek keperawatan komunitas.

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan kesehatan

profesional terhadap komunitas dengan penekanan pada kelompok resiko

tinggi dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui

pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan untuk menjamin

terjangkaunya kesehatan yang dibentuk dengan melibatkan masyarakat

Page 41: bab2.pdf

sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan

kesehatan. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan proses

kelompok serta mendorong masyarakat dalam memecahkan masalah

yang dihadapi, yang pada akhirnya untuk memandirikan masyarakat

diperlukan pengorganisasian masyarakat.

c. Pengorganisasian Masyarakat

Pengorganisasian masyarakat adalah proses pemberian dukungan

yang terus menerus dalam hal menginformasikan pengertian dan

mengembangkan secara kritis tentang situasi yang ada, bekerjasama

dengan masyarakat dan menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan

kemampuan dan mengambil tindakan segera untuk memecahkan masalah

yang dihadapi.

Tujuan pengorganisasian masyarakat untuk mengembangkan

masyarakat dari keadaan statis ke keadaan yang lebih baik untuk

mengembangkan dan meningkatkan kondisi kehidupan yang berkualitas

demi tercapainya kesejahteraan masyarakat.

Menurut Rothman (1968) ada tiga model praktek

pengorganisasian masyarakat, yaitu:

1) Locality Development (peran serta masyarakat setempat) yaitu

proses yang dibuat untuk menciptakan kondisi ekonomi dan social

Page 42: bab2.pdf

yang maju untuk semua masyarakat yang berperan aktif dan penuh

kemandirian dalam prakarsa pembangunan masyarakat.

2) Social Planning (perencanaan sosial) yaitu pendekatan yang

menekankan pada proses teknis dari penyelesaian masalah tentang

masalah social seperti kesehatan mental, fisik dan perumahan.

Rencana para ahli digunakan pada model ini dengan memanipulasi

birokrasi untuk menyalurkan fasilitas dan pelayanan pada

masyarakat.

3) Social Action (aksi sosial) yaitu metode yang membuttuhkan

pemerataan tenaga, sumber-sumber, pengambilan keputusan dalam

masyarakat dengan mengorganisir aspek yang merugikan

masyarakat dengan tujuan membuat perubahan yang mendasar

dalam masyarakat.

Secara operasional pelaksanaan pengorganisasian masyarakat

dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1) Tahap persiapan, dilakukan dengan memilih area/daerah yang

menjadi prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan

masyarakat, mempelajari dan bekerja sama dengan masyarakat.

2) Tahap pengorganisasian, dengan persiapan pembentukan kelompok

dan penyesuaian pola dalam masyarakat yang dilanjutkan dengan

pembentukan kelompok kerja kesehatan masyarakat.

Page 43: bab2.pdf

3) Tahap pendidikan dan latihan, meliputi kegiatan-kegiatan pertemuan

teratur dengan kelompok masyarakat, melakukan pengkajian,

membuat program pelayanan keperawatan langsung pada individu,

keluarga dan masyarakat.

4) Tahap formasi kepemimpinan, yaitu memberi dukungan latihan

keterampilan dan mengembangkan keterampilan yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan

kegiatan pendidikan kesehatan.

5) Tahap koordinasi intersektoral, yaitu kerjasama dengan sector-sektor

terkait dalam upaya memandirikan masyarakat.

6) Tahap akhir, dilanjutkan supervise bertahap dan diakhiri dengan

evaluasi dan pemberian umpan balik dari hasil evaluasi untuk

perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan selanjutnya.

d. Tipe-tipe masyarakat

Menurut Gilin and Gilin masyrakat dapat diklasifikasikan sebagai

berikut

1) Dilihat dari sudut perkembangannya :

a) Cresive Institution

Lembaga masyrakat yang paling primer, merupakan lembaga-lembaga

yang secara tidak disengaja tumbuh dari adat-istiadat masyarakat

misalnya, yang menyangkut : hak milik, perkawinan, agama, dan

sebagainya.

Page 44: bab2.pdf

b) Enacted institution

Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk memenuhi

tujuan tertentu misalnya yang menyangkut : lembaga utang-piutang,

lembaga perdagangan, pertanian, pendidikan yang kesemuanya

berakar pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Pengalama-pengalaman

dalam melaksnakan kebiasaan-kebiasaan tersebut disistematisasi, yang

kemudian dituangkan ke dalam lembaga-lembaga yang disahkan oleh

Negara.

2) Dari sudut system nilai yang diterima oleh masyarakat

a) Basic institution

Merupakan lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk

memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,

diantaranya keluarga, sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi

dasar yang pokok.

b) Subsidiary institution

Lembaga-lembaga kemasyarakatan ynag muncul tetapi dianggap

kurang penting, karena untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu

saja. Misalnya pembentukan panitia rekrasi, pelantikan atau wisuda

bersama dan sebagianya.

3) Dari sudut penerimaan masyarakat

a) Approved atau social sanctioned institution

Adalah lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti sekolah,

perusahaan, koperasi, dan sebagainya.

Page 45: bab2.pdf

b) Unsanctioned institution

Adalah lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh masyarakat,

walaupun kadang-kadang masyarakat tidak dapat memberantasnya,

misalnya kelompok penjahat, pemeras, pelacur, gelandangan dan

pengemis dan lain-lain.

5) Dari sudut penyebarannya

a) General institution

Merupakan lembaga masyartakat didasarkan atas factor penyebarannya.

Misalnya agama karena dikenal hampir semua masyarakat di dunia.

b) Restricted institution

Merupakan lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyrakat tertentu

sajamisalnya Budha banyak dianut oleh Muangthai, Vietnam, Kristen

Katholik banyak dianut oleh masyarakat Italia, Prancis, Islam oleh

masyarakat Arab dan sebagainya.

6) Dari sudut fungsi

a) Operative institution

Merupakan lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata

cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan keluarga yang bersangkutan

seperti keluarga industri.

b) Regulative institution

Page 46: bab2.pdf

Merupakan lembaga yang bertujuan mengawasi adapt-istiadat atau tata

kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak daripada lembaga itu sendiri,

misalnya lembaga hukum diantaranya kejaksaan, pengadilan dan

sebagainya.

e. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia

Dilihat dari struktur social dan kebudayaan masyarakat Indonesia

dibagi dalam tiga kategori dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Masyarakat Desa

a) Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.

b) Hubungan didasarkan kepada adat-istiadat yang kuat sebagai

organisasi social.

c) Percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib.

d) Tingkat buta huruf relative tinggi.

e) Berlaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan

dipahami oleh setiap orang.

f) Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan

ketrampilan diwariskan oleh orang tua langsung kepada

keturunannya.

Page 47: bab2.pdf

g) Sistem ekonomi sebagian besar ditunjukkan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk

memenuhi kebutuhan lainnya. Dan uang berperan sangat

terbatas.

h) Semangat gotong-royong dalam bidang social dan ekonomi

sangat kuat.

2) Masyarakat Madya

a) Hubungan keluarga masih sangat kuat, dan hubungan

kemasyarakatan mulai mengendor.

b) Adat-istiadat masih dihormati, dan sikap masyarakat mulai terbuka

dari pengaruh luar.

c) Timbul rasionalitas pada cara berpikir, sehingga kepercayaan

terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan timbul

kembali apabila telah kehabisan akal.

d) Timbil lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama

pendidikan dasar dan menengah.

e) Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.

f) Hukum tertulis mulai mendampingi hukunm tidak tertulis.

g) Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi

pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur

masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaanya.

Page 48: bab2.pdf

h) Gotong-royong tradisional tinggal untuk keperluan social

dikalangan keluarga dan tetangga. Dan kegiatan-kegiatan umum

lainnya di dasarkan upah.

3) Ciri-ciri Masyarakat Modern

a) Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan

pribadi.

b) Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam

suasana saling pengaruh mempengaruhi.

c) Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu

pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

d) Srata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang

dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga

ketrampilan dan kejuruan.

e) Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.

f) Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.

g) Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas

penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

4) Ciri-ciri Masyarakat Sehat

a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

b) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningktan,

pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan

terutama untuk ibu dan anak.

Page 49: bab2.pdf

c) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan

sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh

masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.

d) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan

status social ekonomi masyarakat.

e) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan

penyakit.

f. Indikator Ciri Masyarakat Sehat

Menurut WHO beberapa indicator dari masyarakat sehat adalah

1) Keadaan yang berhubungan dengan ststus kesehatan masyarakat, meliputi:

a) Indikator Komprehensif

(1) Angka kematian kasar menurun

(2) Rasio angka mortalitas proposional rendah

(3) Umur harapan hidup meningkat

b) Indikator Spesifik

(1) Angka kematian ibu dan anak menurun

(2) Angka kematian karena penyakit menular menurun

(3) Angka kelahiran menurun

2) Indikator pelayanan kesehatan

a) Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang

b) Distribusi tenaga kesehatan merata

c) Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilititas

kesehatan lain, dan sebagainya

Page 50: bab2.pdf

d) Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan diantaranya

rumah.

B. Penelitian Terkait

`Penelitian terkait yang pernah dilakukan adalah :

1. Penelitian Dewa Ayu Yuliani (2008). Gambaran Pengetehuan, Sikap dan

Perilaku Masyarakat Mengenal Penggunaan Larvasida (ABATE 1%) Dalam

Pencegahan Demam Berdarah Dengue Dikelurahan Pangkalan Jati II Kodya

Depok Tahun 2008. Dalam penelitian ini digunakan data skunder, dengan

jumlah sampel sebanyak 259 responden. Hasil penelitian didapat bahwa

reponden yang berpengetahuan baik tentang PSN sebanyak 59,9%

responden, bersifat positif terhadap PNS sebanyak 88% responden.

2. Penelitian Nita Oktaviani (2008). Perilaku pemberantasan sarang nyamuk

Demam Berdarah Dengue (PNS-DBD) pada masyarakat sekolah Jakarta

Timur Tahun 2008. Hasil penelitian responden tentang kegiatan PSN-DBD

dapat dari petugas kesehatan, pamong, kader, orang terdekat, media

elektronik dan media cetak. Dari keseluruhan sembur informasi yang ada,

responden paling banyak menerima dari media elektronik, di wilayah jaktim

keberadaan jumantik dimasyarakat sudah cukup baik, mereka yang rumahnya

telaah dikunjungi jumantik mencapai 82,7%. Angka bebas jumantik di kotya

madya Jakarta timur hanya 82,5% nilai ini masih sangat jauh dibandingkan

Page 51: bab2.pdf

standar nasional nilai ABJ sebesar 95%. Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara keberadan jumantik dengan perilaku PSN-

DBD.

3. Penelitian Dimas Budi Wicaksono (2006). Hubungan perilaku

pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue terhadap

keberadaan jentik di Kotamadya Jakarta Timur Tahun 2008. Proporsi

responden yang berperilaku tidak baik dalam PSN-DBD sebanyak 58%

sedangkan yang berpengaruh baik mengenai DBD dan PSN serta memiliki

perilaku positif terhadap PSN-DBD masing-masing sebesar 53% dan 65%.

Sikap hubungan dan perilaku PSN-DBD, dimana responden yang memiliki

sikap positif terhadap PSN-DBD berpeluang untuk berperilaku baik dalam

PSN-DBD 2,2 kali dibanding responden yang tidak terpapar dengan

informasi mengenai PSN.

Page 52: bab2.pdf

C. Kerangka Teori

Factor Predisposisi

1. Pengetahun

2. Sikap

3. Survey entomologi

4. Karakteristik

masyarakat

a. Umur,

b. Jenis kelamin

c. Pendidikan

d. Pekerjaan

Factor Pemungkin

1. fasilitas kesehatan

2. Sarana prasarana

Perilaku PSN

Factor Penguat

1. Petugas kesehatan

2. Tokoh masyarakat