badan pendidikandan pelatihan keuanganuntuk mendidik dan melatih calon ar di lingkungan direktorat...
TRANSCRIPT
2018
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKANDAN PELATIHAN KEUANGAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK
berkoordinasi dengan
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PUSAT PENELITIAN EKONOMI
IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN HASIL PELATIHAN: STUDI KASUS PELATIHAN ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DASAR
Oleh: Maxensius Tri Sambodo
Budi Harsono Adhitya Wira Witantra
IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN HASIL PELATIHAN: STUDI KASUS PELATIHAN
ACCOUNT REPRESENTATIVE DASAR
Penulis: Maxensius Tri Sambodo
Budi Harsono Adhitya Wira Witantra
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PAJAK
dengan berkoordinasi dengan
LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PUSAT PENELITIAN EKONOMI
2018
1
Abstract
Pelatihan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan hidup organisasi. Kebutuhan pelatihan yang efisien dan efektif mendorong Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) untuk menerapkan strategi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Corporate University (Corpu). Penerapan strategi corpu yang telah berjalan kurang lebih tiga tahun, perlu dilakukan evaluasi sedini mungkin untuk segera mendapatkan informasi mengenai pengaruh kebijakan. BPPK telah melaksanakan evaluasi atas pelatihan dengan menggunakan alat survei yang menyeluruh. Namun, model evaluasi pelatihan tersebut cukup kompleks dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, model evaluasi dalam kajian ini diarahkan tidak hanya sebagai pilot project untuk perubahan dalam evaluasi pelatihan, namun juga merupakan uji terhadap rumusan formula yang dapat memberikan informasi yang cepat berupa indikasi atas pengaruh kebijakan Pelatihan Account Representative (AR) Dasar terhadap tingkat pemahaman peserta untuk tahun 2015, 2016, dan 2018. Selain itu, pengujian formula tersebut sekaligus untuk menentukan tahun 2018 sebagai baseline evaluasi pelatihan untuk tahun berikutnya. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif statistik, histogram dan normal distribusi, box plot dan analysis of variance atas nilai ujian komprehensif Pelatihan Pelatihan AR Dasar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pola pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dan indikasi adanya kondisi yang berubah akibat penerapan kebijakan pelatihan selama tahun 2015, 2016, dan 2018. Selain itu, kajian ini juga akan menunjukkan penyebab adanya peserta yang memiliki nilai di luar pola pemahaman peserta terbentuk (outlier). Hasil kajian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar selama tahun 2015, 2016, dan 2018. Namun, terdapat beberapa peserta yang memiliki nilai jauh dari pola pemahaman yang terbentuk. Hal ini perlu dikaji lebih dalam atas indikasi faktor penyebab outlier tersebut adalah motivasi dan minat. Selain itu, peningkatan pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dapat dikaitkan dengan perubahan kebijakan pelatihan yang meliputi tujuan pelatihan, kurikulum, syarat pengajar, komposisi pengajar, bentuk ujian, batas nilai kelulusan, pre-test dan post-test, model pelatihan, dan metode pembelajaran. Kata Kunci: tingkat pemahaman, faktor, kebijakan, outlier, evaluasi, corpu
2
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) memiliki visi menjadi lembaga pendidikan dan
pelatihan terkemuka yang menghasilkan pengelola keuangan negara yang berkelas dunia. Salah satu misi
yang dilakukan adalah membangun sistem pendidikan dan pelatihan Sumber Daya Manusia Keuangan
Negara yang terintegrasi dalam mewujudkan corporate university (BPPK, 2017). Corporate university
(Corpu) dimaknai sebagai sebuah entitas pendidikan yang merupakan alat strategis yang dirancang untuk
membantu induk organisasi dalam mencapai tujuan organisasi melalui kegiatan-kegiatan yang
menumbuhkan learning knowledge dan wisdom bagi individu maupun organisasi (Allen, 2002).
Salah satu perwujudan strategi corporate university mengarahkan penyelenggaraan pelatihan dengan
menggunakan empat prinsip yaitu aplikatif, relevan, impactful, dan accessible. Aplikatif mengandung
makna agar program pelatihan dapat dengan mudah diaplikasikan dalam dunia kerja para pesertanya.
Relevan mengandung arti terdapat kesesuaian antara yang materi yang diajarkan dengan apa yang saat
ini menjadi tantangan bagi organisasi. Impactful dimaksudkan agar hasil pembelajaran memiliki dampak
pada peningkatan kinerja organisasi. Accessible dimaksudkan agar program pelatihan mudah diakses oleh
siapapun, dari manapun, dan kapan pun (BPPK, 2017).
Penulisan singkat ini mengarah pada pengukuran impactful yaitu terkait seberapa besar peningkatan
pemahaman individu peserta pada suatu pelatihan dengan harapan dapat mendukung pencapaian tujuan
organisasi. Kajian ini menganalisis tingkat pemahaman seluruh peserta pada suatu pelatihan sebagai
dasar pengambilan kebijakan berikutnya untuk memperbaiki pola pemahaman para peserta pelatihan
tersebut. Selanjutnya, akan dilakukan identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pemahaman peserta pelatihan terutama terkait dengan kebijakan pelatihan.
Tingkat pemahaman peserta pelatihan dalam penelitian ini akan diukur menggunakan hasil nilai ujian
komprehensif pada suatu pelatihan. Ujian komprehensif dapat dikategorikan sebagai tes sumatif yang
dapat menggambarkan kemajuan peserta selama mengikuti pelatihan (Ratnawulan & Rusdiana, 2014).
Selain itu, tes sumatif dapat menyediakan informasi pengaruh atas suatu pelatihan terhadap peserta
(Adhim, 2015). Bentuk ujian komprehensif dalam penelitian ini adalah ujian tertulis studi kasus. Materi
yang diujikan dalam ujian komprehensif meliputi seluruh materi yang diberikan dalam kegiatan akademik
pelatihan (Pusdiklat Pajak, 2016a). Oleh karena itu, hasil ujian komprehensif sangat penting
menggambarkan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta pelatihan, meskipun hasil nilai
ujian komprehensif bukan merupakan satu-satunya syarat kelulusan suatu pelatihan.
Pelatihan Account Representative (AR) Dasar akan menjadi pilot project awal penelitian untuk
menciptakan suatu model evaluasi yang fokus pada peningkatan pemahaman peserta pelatihan di
Pusdiklat Pajak. Pemilihan ini berdasarkan signifikansi fungsi AR sebagai ujung tombak dalam fungsi
penerimaan negara. AR adalah pegawai yang diangkat di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
3
bertugas melakukan fungsi pelayanan, konsultasi, pengawasan, dan penggalian potensi Pajak
(Kementerian Keuangan, 2015). Penelitian ini akan menyajikan pola nilai ujian komprehensif yang
terbentuk untuk memberikan indikasi adanya informasi penting yang dapat digunakan untuk
penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan melalui perubahan kebijakan. Selanjutnya, akan dilakukan
identifikasi hubungan pola nilai ujian komprehensif dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pemahaman peserta pelatihan terutama yang berkaitan dengan kebijakan Pelatihan AR Dasar.
1.2. Ruang Lingkup
Penelitian ini hanya akan berfokus pada Pelatihan AR Dasar. Hal ini berdasarkan peran yang sangat
strategis jabatan AR di lingkungan DJP dalam fungsi pengawasan dan konsultasi sehingga AR mampu
mengoptimalkan kompetensinya meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan pengamanan target
penerimaan pajak di Indonesia. Data peserta yang diambil meliputi data tahun 2015, 2016, dan 2018. Data
2017 tidak dilakukan evaluasi melalui penelitian ini, mengingat model pelatihannya yang berbeda, yaitu
dengan pendekatan full e-learning.
1.3. Rumusan Masalah
Strategi Corpu telah diterapkan sejak tahun 2015 oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang diinisiai
oleh BPPK (BPPK, 2017). Tiga tahun semenjak penerapan strategi tersebut, telah banyak kebijakan
pelatihan yang telah diluncurkan. Penelitian ini diarahkan untuk dapat memperlihatkan indikasi
perkembangan pengaruh kebijakan selama penerapan strategi Kemenkeu Corpu terhadap nilai ujian
komprehensif Pelatihan AR Dasar.
Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran salah satu prinsip Kemenkeu Corpu yaitu impactful
tentang seberapa efektif Pelatihan AR Dasar ini berkontribusi kepada peningkatan pemahaman seluruh
peserta. Model penelitian ini akan merumuskan formula umum tentang kualitas suatu jenis pelatihan
dengan cepat, mudah, dan obyektif. Dalam hal ini tahun 2018, akan dijadikan dasar untuk melihat
pengaruh kebijakan pelatihan selanjutnya di Pusdiklat Pajak dengan menggunakan formula yang telah
dirumuskan sebelumnya.
Selama ini evaluasi yang telah dilaksanakan menggunakan hasil survei yang dinilai sebagai evaluasi yang
komprehensif. Namun, model evaluasi tersebut selain kompleks, juga memakan waktu yang panjang dan
lama. Akibatnya, hasil yang diperoleh terkadang tidak dapat diproses secara langsung pada saat analisis
kebutuhan pembelajaran. Dengan pendekatan model evaluasi yang dirumuskan dalam penelitian ini,
hasilnya dapat menjadi stimulus penting membangun komunikasi antara Pusdiklat Pajak dengan DJP
untuk bersama-sama meningkatkan mutu pelatihan.
4
1.4. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola perkembangan beserta indikasi kebijakan
pelatihan yang berpengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar. Adapun sub
pertanyaan yang perlu dijawab untuk mencapai tujuan tersebut adalah:
a. Bagaimanakah tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dalam bentuk nilai ujian
komprehensif Pelatihan AR Dasar?
b. Berapakah “outliers” dari tingkat pemahaman dan kewajaran dalam bentuk nilai ujian komprehensif
Pelatihan AR Dasar?
c. Apakah potensi kemungkinan penyebab munculnya outliers?
d. Apakah faktor (kebijakan pelatihan) yang mungkin mempengaruhi hasil nilai evaluasi ujian
komprehensif Pelatihan AR Dasar?
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi pelatihan memiliki tujuan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan pelatihan secara efektif dan
efisiensi (Hidayat & Nurasyiah, 2017). Hal ini sangatlah penting mengingat pelatihan merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan level kompetensi pegawai dalam mendukung kinerja organisasi (Li &
Wiriyakitjar, 2018). Selain itu, pelatihan memiliki manfaat dan peran untuk mendukung kelangsungan dan
perkembangan organisasi (Yaqoot, Noor, & Isa, 2017). Namun, pengukuran efektifitas pelatihan
merupakan hal yang sulit dan menantang. Salah satu penyebabnya adalah kompleksitas dalam proses
dalam pelatihan itu sendiri (Punia & Kant, 2013).
Sejauh ini terdapat banyak model penelitian untuk mengukur efektifitas pelatihan. Setidaknya terdapat
tiga model pengukuran yaitu Kirkpatrick’s four level model, Noe’s model, and Swanson & Sleezer’s three
step model (Punia & Kant, 2013). Kirkpatrick’s four level model akan dipergunakan sebagai dasar evaluasi
untuk mengukur efektifitas dengan menggunakan data nilai ujian komprehensif. Hal ini dikarenakan,
model tersebut telah umum digunakan di lingkungan BPPK sehingga diharapkan dapat mudah dipahami
oleh pihak yang terkait dengan evaluasi pelatihan. Kirkpatrick’s Evaluation Model dibagi menjadi empat
level yaitu (Punia & Kant, 2013):
1. Level 1: evaluasi reaksi
2. Level 2: evaluasi belajar
3. Level 3: evaluasi perilaku
4. Level 4: evaluasi hasil
Evaluasi biasanya berkaitan dengan tiga istilah yang berbeda dalam pengertiannya yaitu tes, pengukuran
(measurement), dan penilaian (assessment). Tes adalah sebuah metode untuk menaksir besarnya
kemampuan seseorang secara tidak langsung dengan melihat respon seseorang atas pertanyaan atau
stimulus. Pengukuran adalah kuantifikasi dengan angka secara sistemik atas karakteristik dan keadaan
individu berdasarkan ketentuan yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian adalah penafsiran atas data
hasil pengukuran. Namun, evaluasi memiliki arti yang lebih luas yang mencakup dari pengertian tes,
pengukuran, dan penilaian (Widoyoko, 2009). Salah satu tujuan evaluasi atas hasil pelatihan adalah untuk
mengukur sejauh mana materi dikuasai dan dipahami oleh peserta serta adanya peningkatan
pengetahuan, sikap, dan perilaku peserta pelatihan (Hidayat & Nurasyiah, 2017). Berdasarkan penjelasan
tersebut, ujian komprehensif dapat dikategorikan sebagai salah satu alat evaluasi yang valid meskipun
hanya dapat menggambarkan kondisi pengetahuan peserta dimana merupakan level dua pada model
evaluasi Kirkpatrick.
Pentingnya pelatihan dalam organisasi mendorong perlunya mengetahui faktor-faktor yang dapat
meningkatkan efektifitas pelatihan. Hal ini mendorong banyaknya penelitian yang telah mengidentifikasi
dan juga membuktikan faktor yang mempengaruhi efektifitas pelatihan. Punia dan Kant (2013)
mengidentifikasi motivasi, perilaku, emotional intelligence, dukungan manajemen dan kolega, model
pelatihan, konten pelatihan, lingkungan, keterbukaan pengajar, kepercayaan diri, keterkaitan pelatihan
6
dengan pekerjaan, dan kepercayaan diri sebagai faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pelatihan.
Sayadi, Rajaeepour, Abedini, dan Gholami (2017) menyimpulkan bahwa desain pelatihan, mekanisme
pengelolaan pelatihan, lingkungan pelatihan (fasilitas), budaya organisasi, dan peran pengajar
mempengaruhi penyampaian pengetahuan kepada peserta dalam pelatihan. Berdasarkan lingkup atas
faktor-faktor tersebut penelitian ini akan mengidentifikasi perubahan kebijakan pelatihan selama tahun
2015, 2016, dan 2018 yang mungkin berpengaruh terhadap perkembangan tingkat pemahaman peserta
pelatihan.
7
3. PELATIHAN AR DASAR
3.1. Deskripsi
Pelatihan Teknis Substantif Spesialisasi Account Representative Dasar (PTSS AR Dasar) dimaksudkan
untuk mendidik dan melatih calon AR di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak untuk dapat menerapkan
penguasaan pengetahuan teknis di bidang perpajakan, dan kreatif menggali potensi pajak, serta
menunjukkan interpersonal dan intrapersonal skills yang sesuai dalam rangka pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya (Pusdiklat Pajak, 2015e; Pusdiklat Pajak
2016c; & Pusdiklat Pajak, 2018). Pelatihan AR Dasar memiliki sepuluh standar kompetensi yang wajib
dipenuhi meliputi pengantar perpajakan AR, standar prosedur operasi AR, perencanaan kerja AR,
penggalian potensi pajak, deteksi objek pajak, teknik dan metode analisis penghasilan dan biaya, kertas
kerja AR, visit dan kegiatan pasca visit, praktik pengawasan dan penggalian potensi, prosedur dan
penyusunan Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan (SP2DK) dan konseling. Seluruh
standar kompetensi tersebut dijabarkan dalam kompetensi dasar (Pusdiklat Pajak, 2018).
3.2. Kondisi Pelatihan AR Dasar
Pelatihan AR Dasar menerapkan mekanisme asrama bagi pesertanya. Untuk tahun 2016 pelaksanaan
Pelatihan AR Dasar diasramakan di luar lingkungan Pusdiklat Pajak yaitu di Padjajaran Suite Resort
(Pusdiklat Pajak, 2016a; Pusdiklat Pajak, 2016b; & Pusdiklat Pajak, 2016c) karena kapasitas asrama sedang
terpakai untuk pelatihan lain sedangkan pembangunan asrama baru sedang dalam konstruksi. Hal ini
berbeda untuk Pelatihan AR Dasar tahun 2015 dan 2018 yang dilaksanakan menggunakan asrama
Pusdiklat Pajak (Pusdiklat Pajak, 2015a; Pusdiklat Pajak, 2015b; Pusdiklat Pajak, 2015c; Pusdiklat Pajak,
2015d; Pusdiklat Pajak, 2015e; Pusdiklat Pajak, 2015f; & Pusdiklat Pajak, 2018). Perbedaan ini mendorong
Pusdiklat Pajak untuk fokus menjaga kualitas penyelenggaraan Pelatihan AR Dasar dengan berorientasi
pada output yang spesifik berupa perubahan yang diharapkan atas peserta pelatihan pada tahun
tersebut.
Model pelaksanaan Pelatihan AR Dasar untuk tahun 2015, 2016, dan 2018 dapat dikategorikan sebagai
blended learning. Sebelum pelatihan dimulai, peserta diharapkan untuk dapat mengakses dan membaca
materi yang telah diunggah oleh panitia penyelenggara pelatihan sehingga peserta sudah mengetahui
pengetahuan dasar untuk persiapan mengikuti pelatihan AR (Pusdiklat Pajak, 2015f; Pusdiklat Pajak,
2016c; Pusdiklat Pajak 2018). Hal ini juga bertujuan untuk memastikan keseragamaan pengetahuan
minimal yang harus dimiliki peserta Pelatihan AR Dasar sebelum mengikuti pelatihan.
3.3. Kebijakan Pelatihan AR Dasar Tahun 2015, 2016, dan 2018
Perumusan kebijakan Pelatihan AR Dasar diselaraskan dengan kebijakan DJP dalam rangka meningkatkan
fungsi pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Kebijakan yang dilakukan terkait penyelenggaraan
Pelatihan AR Dasar ini didasarkan pada dua kebutuhan DJP yaitu peningkatan jumlah AR (kuantitatif) dan
8
peningkatan kompetensi yang dimiliki oleh seorang AR (kualitatif). Kebijakan Pelatihan AR Dasar selama
tahun 2015, 2016, dan 2018, diperoleh dari dokumen laporan penyelenggaraan pelatihan, notulen
penyusunan kurikulum, dan kerangka acuan pembelajaran. Berikut ini ringkasan kebijakan Pelatihan AR
Dasar 2015, 2016, dan 2018, sedangkan komparasi kebijakan pelatihan diantara tahun pelaksanan tersebut
disajikan dalam lampiran.
3.3.1. Kebijakan Peningkatan Kualitas Kurikulum
Tujuan Pelatihan
Secara umum tujuan Pelatihan AR Dasar sejak tahun 2015 sudah didasarkan pada kamus kompetensi
dasar, namun demikian mulai tahun 2016 hingga saat ini (2018) tujuan pelatihan sudah lebih fokus lagi
pada output yang diharapkan dari peserta setelah mengikuti pelatihan.
Kurikulum
Dari sisi substansi dan jumlah, terjadi perubahan yang signifikan terhadap mata pelatihan yang diajarkan
pada Pelatihan AR Dasar. Pada tahun 2015 ke 2016 dikarenakan adanya perubahan alur proses bisnis di
DJP dan pembagian jabatan AR menjadi dua yaitu AR Pelayanan (Waskon I) dan AR Pengawasan (Waskon
II, III, dan IV)) maka kurikulum pelatihan mulai tahun 2016 sampai dengan saat ini (2018) disesuaikan
dengan alur proses bisnis. Mata pelatihan Pengenalan Proses Bisnis WP dan Penggalian Potensi dibagi
menjadi tujuh mata pelatihan yang lebih rinci dan spesifik. Dengan menggunakan pembagian ini
penyampaian materi dapat menjadi lebih praktikal dan hasil pembahasan di kelas menjadi lebih memadai
dan sesuai dengan kondisi di dunia kerja.
Selain itu, untuk mengakomodasi dan memberi ruang untuk kebutuhan kompetensi baru yang harus
dikuasai AR (must know knowledge), pada tahun 2016 dilakukan penggabungan lima mata pelatihan yang
meliputi KUP, PPh, PPN, PBB P3 dan Bea Materai serta Analisa Laporan Keuangan menjadi Pengantar
Perpajakan AR Dasar. Perluasan ruang dan waktu pelatihan juga dilakukan melalui integrasi mata
pelatihan softskill intrapersonal dan interpersonal ke dalam masing-masing mata pelatihan, semisal
dilekatkan dalam role play. Dengan kombinasi tersebut, prioritas pengetahuan yang disampaikan dapat
diperingkat berdasarkan aktivitas yang akan paling sering dilakukan oleh AR.
3.3.2. Kebijakan Penjaminan Kualitas Pengajar
Syarat Pengajar
Dalam kaitan dengan kualitas pengajar, sejak tahun 2015 sampai dengan sekarang (2018) metode
pemilihan pengajar Pelatihan AR Dasar semakin baik, ditandai dengan makin spesifiknya persyaratan
pengajar yang tertuang dalam Kurikulum atau Kerangka Acuan Pembelajaran (KAP) pelatihan. Pada tahun
2015, persyaratan pengajar hanya sebatas penguasaan/keahlian terhadap materi saja. Namun, pada tahun
2016, mulai dipersyaratkan kemampuan mengajar dan pada tahun 2018 lebih spesifik lagi mensyaratkan
pengajar harus mengikuti Training of Trainer khusus untuk Pelatihan AR Dasar sehingga standardisasi
penyampaian materi tetap terjaga. Persyaratan ini dibutuhkan untuk menyeleksi pengajar terutama yang
9
berasal dari eksternal Pusdiklat Pajak, mengingat jumlah Widyaiswara yang ada di Pusdiklat Pajak tidak
dapat memenuhi kebutuhan akan pelatihan tersebut.
Komposisi Pengajar
Selain persyaratan pengajar, ketentuan komposisi pengajar yang mengajar dalam Pelatihan AR Dasar di
tahun 2015 ke 2018 juga mengalami perbaikan dimana pada tahun 2015 untuk masing-masing mata
pelatihan hanya diampu oleh satu orang pengajar baik itu Widyaiswara ataupun pengajar dari DJP. Pada
tahun 2016 mulai dilakukan kebijakan pengajar secara tandem yaitu satu orang Widyaiswara dan satu
orang pegawai DJP agar terjadi keselarasan dalam menyampaikan materi diklat. Mulai tahun 2018, agar
materi pelatihan lebih menggambarkan dengan pelaksanaan tugas di dunia kerja, maka tandem juga
dilakukan dengan pemegang data utama yaitu dari Centre Tax of Analysis (CTA) DJP. CTA adalah unit
khusus di lingkungan DJP yang bertugas mengolah, menyajikan dan menganalisis data untuk mengukur
kepatuhan pajak, menghitung potensi pajak, dan mengidentifikasi proses bisnis dan modus
ketidakpatuhan pajak (DJP, 2015). Di dalam CTA, para ahli di bidang pajak melakukan analisis kasus-kasus
pajak mutakhir sehingga melalui peran CTA, peserta dapat memperoleh contoh kasus dengan data yang
lengkap, pembahasan yang lebih memberikan wawasan atas praktek dilapangan dan pemahaman
pendekatan penyelesaian kasus yang sesuai dan tepat. Selain itu, untuk meningkatkan jumlah studi kasus,
diputuskan di tahun 2018, ada pengajar tandem dari aparatur sipil negara (ASN) DJP. Hal ini selain sebagai
sarana on the job training (OJT) bagi pengajar ASN DJP, Widyaiswara memiliki kesempatan untuk up to
date materi atau kasus-kasus terkini. Kelas juga lebih hidup mengingat kasus-kasus yang tersedia menjadi
cukup banyak dan beragam.
3.3.3. Kebijakan Penyempurnaan Model Evaluasi Hasil Belajar
Bentuk Ujian
Pada tahun 2015, bentuk ujian pada Pelatihan AR Dasar adalah studi kasus per materi pelajaran dengan
lima pelajaran yang diujikan yaitu KUP,PPh,PPN, Analisis Laporan Keuangan dan PBB P3 dan Bea Meterai.
Kemudian, pada tahun 2016 peserta diarahkan untuk menggunakan sudut pandang yang holistic atas
jaringan aktivitas tata kelola administrasi pajak, melalui bentuk ujian yang memuat keterkaitan antar
materi, peraturan, dan juga SOP AR. Oleh karena itu, bentuk ujian tidak lagi per mata pelatihan namun
sudah berupa studi kasus komprehensif dengan sembilan mata pelajaran. Studi kasus yang komprehensif
berarti bahwa kasus yang harus diselesaikan peserta dengan menggunakan gabungan pengetahuan yang
diujikan.
Batas Nilai Ujian Komprehensif
Batas nilai sebagai syarat kelulusan pada tahun 2015 dan 2016 sama yaitu nilai akhir sebesar 65, artinya
peserta dengan nilai ujian komprehensif di bawah 65 masih memiliki kesempatan lulus jika komponen nilai
lainnya seperti nilai kehadiran dan aktifitasnya tinggi. Dengan peraturan Kepala BPPK yang ditetapkan
pada akhir tahun 2017, syarat kelulusan untuk diklat dengan sifat ujian komrehensif bertambah yaitu
minimum nilai ujian komprehensif sebesar 60 dan nilai akhir sebesar 65. Dengan syarat minimum pada
10
nilai ujian komprehensif tersebut memungkinkan peserta akan berusaha lebih giat agar mendapat nilai
ujian di atas 65 agar dapat dinyatakan lulus. Selain itu, peningkatan kualitas batas nilai bawah ujian
komprehensif memicu tanggung jawab yang lebih besar bagi pengajar untuk mendorong peserta
mendapatkan nilai yang baik dalam ujian komprehensif.
Pre-test dan Post-test
Pada tahun 2018, diterapkankan juga mekanisme pre-test dan post-test dalam Pelatihan AR Dasar.
Mekanisme ini digunakan untuk mengetahui sebaran kesenjangan pengetahuan awal dari peserta
Pelatihan AR Dasar. Berdasarkan hasil ini baik pengajar dan panitia penyelenggara dapat mengetahui
peserta yang memerlukan perhatian khusus dalam proses pelatihan.
3.3.4. Kebijakan Penyempurnaan Model Pelatihan
Pada tahun 2018, Pusdiklat Pajak meningkatkan aspek penyeragaman mutu pengetahuan dasar bagi ASN
yang akan mengikuti pelatihan. Peserta diarahkan untuk mempelajari materi yang akan diajarkan dalam
pelatihan melalui materi video dalam KLC. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan batas minimum
pemahaman dari peserta dan mengurangi kesenjangan pengetahuan antar calon peserta.
3.3.5. Kebijakan Penyempurnaan Metode Pembelajaran
Dalam rangka membuat pelatihan lebih menarik, maka pada tahun 2018, Pusdiklat Pajak mengeluarkan
suatu kebijakan untuk memperbanyak aktivitas yang dapat meningkatkan perhatian peserta juga
mempermudah proses pemahaman misalnya: pembagian kelompok untuk melakukan kompetisi, dengan
menggunakan leaderboard (pengunaan elemen permainan), filosofi Pop Mie, penggalian potensi pajak
dengan alat bantu surat kabar, sehingga kebosanan dapat ditekan semaksimal mungkin. Tujuannya
adalah agar batas kemampuan konsentrasi belajar para peserta dapat menjadi lebih panjang.
11
4. DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar untuk
tahun 2015, 2016, dan 2018. Untuk tahun 2018, hasil nilai ujian komprehensif yang akan digunakan dalam
penelitian hanya sampai angkatan kedelapan dari sepuluh angkatan yang telah diselenggarakan. Untuk
angkatan kesembilan dan kesepuluh, hasil nilai ujian komprehensif pada saat pengumpulan data masih
dalam tahap pengolahan. Perlu juga menjadi catatan bahwa untuk lulus Pelatihan AR Dasar tidak hanya
bergantung pada nilai hasil ujian komprehensif namun gabungan dari nilai lain selama pelatihan
berlangsung. Syarat kelulusan ditingkatkan untuk periode tahun 2018, dimana peserta harus mendapat
nilai ujian komprehensif minimal 65 untuk dapat dinyatakan lulus (Pusdiklat Pajak, 2018).
Hasil nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar diperoleh dari Subbidang Pengelolaan Hasil Diklat dan
Evaluasi dan Pelaporan Kinerja Pusdiklat Pajak. Data hasil nilai komprehensif memuat tujuh variabel
meliputi nama peserta, nomor induk pegawai, asal unit (kantor), kelas, angkatan, nilai, dan tahun
pelatihan. Dari data yang tersedia, dapat juga diambil variabel (informasi) tambahan mengenai usia dan
tahun masuk bekerja masing-masing peserta yang secara implisit tercantum pada nomor induk pegawai.
Tabel 1 Ringkasan komparasi data jumlah angkatan, peserta, dan peserta tidak hadir Pelatihan AR
Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018
Tahun Jumlah
Angkatan Jumlah Peserta
Jumlah Tidak Hadir/Ujian
Data dalam analisis
2015 6 602 32 Semua 2016 2 230 3 Semua 2017 Dikecualikan karena mekanisme penyelenggaraan full e-learning 2018 10 540 5 Sampai angkatan ke delapan
Sumber: Bidang Evaluasi dan Pelaporan Kinerja Pusdiklat Pajak
Tabel 2 Statistik deskriptif hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018.
Statistik Deskriptif 2015 2016 2018
N 570 227 535
Mean 71,73 73,89 81,05
Median 73 75 82
Mode 76 70 76
Std. Deviation 9,79 8,67 8,97
Variance 95,86 75,25 80,52
Skewness -0.42 -1.55 -1,54
Kurtosis -0.10 4,58 8,08
Minimum 37 30 17
Maximum 96 94 97
Range 59 64 80
Sum 40886,35 16774,00 43364,19
12
4.2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif atas studi kasus mengenai hasil nilai ujian komprehensif
Pelatihan AR Dasar. Kajian ini berfokus untuk mengidentifikasi tingkat pemahaman peserta dan
kewajarannya untuk periode 2015, 2016, dan 2018 serta menjadikan tahun 2018 sebagai baseline-nya.
Selanjutnya, penelitian ini akan melihat pola perkembangan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR
Dasar dalam periode berikutnya sehingga terlihat indikasi kebijakan yang mempengaruhi perkembangan
tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar.
Melalui tingkat pemahaman yang baik, tingkat kepercayaan diri peserta dapat meningkat karena adanya
peningkatan kompetensi. Dengan demikian, perilaku peserta akan lebih produktif ketika kembali ke
lingkungan kerjanya. Kemudian, dari pemilihan metode dan penetapan baseline tersebut, penelitian akan
dilanjutkan secara berkesinambungan untuk memantau dampak secara berkala pengaruh kebijakan
Pelatihan AR Dasar terhadap perkembangan tingkat pemahaman peserta. Hasilnya akan menjadi
informasi yang sangat penting untuk menyusun kebijakan penyempurnaan kurikulum pelatihan yang
lebih sesuai.
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dapat memperlihatkan struktur data nilai hasil ujian komprehensif sehingga
dapat dilakukan perbandingan struktur data ketiga periode pelaksanaan Pelatihan AR Dasar. Analisis ini
diharapkan dapat memperlihatkan perkembangan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar dari
segi struktur data. Adapun fokus pembahasan atas hasil statistik deskriptif meliputi mean, median, nilai
minimum dan maksimum, serta varian.
4.2.2. Analisis Histogram dan Tes Normality
Analisis histogram digunakan untuk melihat pola distribusi hasil nilai ujian komprehensif Pelatihan AR
Dasar. Pola distribusi data dapat menggambarkan kecenderungan pengumpulan dan pergerakan data
nilai ujian komprehensif. Selain itu, identifikasi pola distribusi akan membantu untuk menganalisa
kewajaran tingkat pemahaman peserta pelatihan. Penentuan distribusi statistik alamiah dari data hasil
nilai ujian komprehensif dapat dijadikan acuan untuk melihat apabila data tersebut menyimpang dari
distribusi alamiah dan dapat dilakukan analisa lebih lanjut atas penyebab penyimpangan dimaksud.
Distribusi statistik yang paling terkenal adalah normal distribusi (Rumsey, 2016). Selain itu, beberapa
contoh hasil nilai tes memiliki kecenderungan berbentuk seperti lonceng yang mendekati distribusi
normal (Ott & Longnecker, 2010). Oleh karena itu, penelitian ini akan mengasumsikan pola distribusi
alamiah dari nilai ujian komprehensif adalah normal distribusi dengan pengujian normality test.
4.2.3. Analisis Diagram Box Plot
Diagram box plot akan digunakan sebagai salah satu alat untuk melihat perkembangan tingkat
pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar. Selain, melalui diagram box plot akan terlihat nilai hasil ujian
yang menyimpang terlalu jauh dari data lainya dalam kelompok nilai peserta Pelatihan AR Dasar yang
disebut sebagai outlier. Penelitian ini menggunakan nilai yang melebihi Q3 + (1.5 x IQR) sebagai outliers
13
atas dan nilai yang kurang dari Q1 – (1.5 x IQR) sebagai outliers bawah (Ott & Longnecker, 2010). Akan
tetapi dalam analisis lebih lanjut tidak semua outliers yang ditemukan dalam diagram box plot akan
dikategorikan sebagai nilai yang tidak wajar. Kewajaran nilai komprehensif akan juga ditentukan melalui
analisis tabel histogram dari nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar.
4.2.4. Uji Analysis of Varian (ANOVA)
Uji Analysis of Varian (ANOVA) akan dilakukan untuk melihat perbedaan nyata rata-rata dari tiga sampel
Pelatihan AR Dasar. Perbedaan rata-rata yang nyata dari ketiga sampel tersebut dapat dikaitkan dengan
“kondisi” yang berbeda pada setiap tahun pelaksanaan pelatihan AR. Penelitian ini akan berusaha
menjelaskan kondisi tersebut dengan pendekatan perubahan kebijakan pelatihan setiap tahun.
Ho= tidak ada perbedaan nyata rata-rata diantara nilai ujian komprehensif tahun 2015, 2016, dan 2018
H1= terdapat perbedaan nyata rata-rata diantara nilai ujian komprehensif tahun 2015, 2016, dan 2018
4.2.5. Kerangka Analisis
Gambar 1 Kerangka Penelitian
4.3. Hipotesis
Kebijakan pelatihan yang telah diterapkan di Pusdiklat Pajak bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelatihan. Studi kasus atas Pelatihan AR Dasar akan berusaha menunjukkan indikasi pengaruh kebijakan
dimaksud terhadap peningkatan kualitas pemahaman peserta yang tercermin pada nilai ujian
komprehensif melalui analisis statistik. Berdasarkan kebijakan yang telah diidentifikasi sebelumnya pada
subbagian (3.3), dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
2015 2016 2018
1. Perumusan tujuan pelatihan menjadi output yang lebih spesifik memiliki pengaruh
terhadap tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar
2. Perubahan kurikulum yang lebih praktikal memiliki pengaruh terhadap tingkat
pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar
3a. Standardisasi kemampuan mengajar
melalui persyaratan kemampuan
mengajar memiliki pengaruh terhadap
3b. Standardisasi kemampuan mengajar
melalui persyaratan kemampuan mengajar
pengajar dan sertifikat mengajar memiliki
14
2015 2016 2018
tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR
Dasar
pengaruh terhadap tingkat pemahaman
peserta Pelatihan AR Dasar
4a. Penggabungan komposisi pengajar
dari akademisi (Widyaiswara) dan praktisi
(ASN DJP) memiliki pengaruh terhadap
tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR
Dasar
4b. Penggabungan komposisi pengajar dari
akademisi (Widyaiswara) dan praktisi
(ASN/CTA DJP) memiliki pengaruh terhadap
tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR
Dasar
5. Bentuk ujian studi kasus yang holistic menggabungkan keseluruhan mata pelatihan
memiliki pengaruh terhadap tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar
6. Penentuan batas nilai kelulusan ujian komprehensif memiliki pengaruh terhadap tingkat
pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar
7. Mekanisme pre-test dan post-test memiliki
pengaruh terhadap tingkat pemahaman
peserta Pelatihan AR Dasar
8. Penggunaan mekanisme blended learning
melalui video memiliki pengaruh terhadap
tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR
Dasar
9. Penggunaan prinsip elemen permainan
dalam pelatihan memiliki pengaruh terhadap
tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR
Dasar
15
5. HASIL ANALISIS
5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Dari tabel 2, nampak bahwa terjadi peningkatan rata-rata nilai hasil ujian Pelatihan AR Dasar dari tahun
2015, 2016, dan 2018 sebesar 71.73, 73.89 81.05 sedangkan jarak median ke mean -1.27, 1.11, dan 0.95
dengan median selalu lebih besar dari pada mean. Semakin kecil jarak median ke mean memberikan
indikasi pola pengumpulan tingkat pemahaman peserta pada level yang hampir sama. Namun demikian,
walaupun terjadi kenaikan pada rata-rata tapi terdapat penurunan dari nilai minimum. Jika pada tahun
2015 nilai paling rendahnya 37, maka pada tahun 2016 turun menjadi 30, dan makin menurun lagi pada
tahun 2018 yaitu terdapat nilai ujian sebesar 17. Demikian juga terjadi penurunan pada nilai yang paling
tinggi. Jika pada tahun 2015 nilai paling tinggi 96 maka pada tahun 2016 nilai paling tinggi turun menjadi
94, namun kembali naik pada tahun 2018 menjadi 97.
Kondisi pada tahun 2018 merupakan terbaik dari sisi nilai rata-rata yaitu sebesar 81.05 namun pada satu
sisi kondisi yang paling tidak baik dari sisi nilai yang paling rendah yaitu 17. Hal ini menjadikan jarak antara
nilai paling rendah dengan nilai paling tinggi sangat lebar yaitu sebesar 80, paling lebar diantara dua tahun
lainnya yaitu tahun 2016 sebesar 64 dan bahkan pada tahun 2015 hanya sebesar 59.
5.2. Analisis Distribusi Statistik dan Normality Test
Pada tahun 2015 terlihat kondisi komposisi nilai dalam gambar histogram memberikan pola distribusi yang
melenceng ke kanan yang artinya data terdistribusi cenderung normal namun masih belum optimal.
Artinya sebagian besar nilai pada komposisi di bawah rata-rata masih cukup banyak. Berbeda dengan di
tahun 2016 dengan nilai dibawah rata-rata sudah menurun dan lebih menurun lagi pada tahun 2018.
Namun ada hal yang cukup ekstrim, yaitu pada tahun 2016 terdapat satu nilai yang di luar garis normal
yaitu satu orang peserta bernilai 30, sementara pada tahun 2018 juga terdapat dua orang peserta dengan
nilai di luar grafik histogram yaitu bernilai 17 dan 20.
16
Gambar 2 Histogram Hasil Ujian Komprehensif Pelatihan AR Dasar
Garis distribusi normal yang terlihat pada histogram diatas dibuat dengan berdasarkan asumsi bahwa
hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar terdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk Normality Test. Hasil tes menunjukkan nilai p-value dari ketiga sampel hasil
ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar lebih kecil dari significant value 0.05 (H1 diterima), sehingga data
hasil ujian komprehensif peserta Pelatihan AR Dasar tidak terdistribusi normal.
Tabel 3 Hasil uji Shapiro-Wilk Test untuk hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016,
dan 2018
Uji Shapiro-Wilk Normality Test 2015 2016 2018
w 0.98 0.88 0.92
p-value 0.0000 0.0000 0.0000
5.3. Analisis Diagram Box Plot
Berdasarkan hasil diagram 1 box plot, terlihat tidak terlalu ada perbedaan nilai tengah dari nilai evaluasi
Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018. Outliers nilai bawah banyak ditemukan pada tahun 2016
2015 2016
2018
17
sedangkan pada tahun 2018, batas atas range box plot mendekati nilai outliers pada tahun sebelumnya
(2016).
Diagram 1 Box Plot hasil ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar tahun 2015, 2016, dan 2018
Pada periode 2015 dan 2016 variasi nilai pada distribusi pengumpulan nilai ujian komprehensif cenderung
menurun terlihat dari lebar jarak batas bawah dan atas yang mengecil di tahun 2016. Untuk tahun 2018,
meskipun box terlihat sedikit melebar namun tidak terlampau signifikan, bahkan nilai batas atas dan
bawah dari box cenderung naik dari periode sebelumnya. Di sisi lain, median dari nilai ujian komprehensif
pelatihan AR pada tahun 2015, 2016, dan 2018 cenderung naik dan mendekati nilai rata-ratanya.
5.4. Analisis kondisi kebijakan Pelatihan AR Dasar periode 2015, 2016, dan 2018.
Analisis ANOVA dilakukan untuk melihat perbedaan mean dari ketiga data berdasarkan waktu
pelaksanaan pelatihan tersebut. Berdasarkan hasil analisis dengan (p-value=0.000)1 dapat dinyatakan
bahwa Ho ANOVA ditolak dan H1 ANOVA diterima dimana terdapat perbedaan mean yang nyata dari
ketiga data sesuai tabel 4.
Tabel 4 Hasil ANOVA
Nilai Ujian Komprehensif
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 25033.380 2 12516.690 145.223 .0001
Within Groups 114545.401 1329 86.189
Total 139578.781 1331
18
Post-hoc tes dilanjutkan atas hasil analisis ANOVA untuk menentukan data yang berbeda dari ketiga data
tersebut. Post-hoc test menggunakan uji Games-Howell karena asumsi varian yang homogen tidak
terpenuhi dalam analisis ANOVA dengan hasil levene test, didapatkan p-value=0.000. Oleh karena itu, Ho
levene test ditolak dan H1 levene test diterima yang menyatakan terdapat perbedaan varian yang nyata
diantara ketiga data time series tahun 2015, 2016, dan 2018.
Tabel 5 Hasil Uji Games-Howell: Multiple Comparisons
Dependent Variable: Nilai Ujian Komprehensif (I)
Tahun (J) Tahun
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
Games-Howell
2015 2016 -2.16* .71 .007 -3.83 -.50
2018 -9.32* .56 .000 -10.65 -8.00
2016 2015 2.16* .71 .007 .50 3.83
2018 -7.16* .69 .000 -8.79 -5.53
2018 2015 9.32* .56 .000 8.00 10.65
2016 7.16* .69 .000 5.53 8.79
*. Perbedaan rata-rata signifikan atau terbukti nyata pada nilai kurang dari 0.05.
Dari hasil uji Games-Howell dengan p-value < 0.05 (pada kolom Sig, tabel 5) didapatkan bahwa H1 diterima
sehingga keseluruhan kelompok data tersebut berbeda nyata rata-rata nilai Pelatihan AR Dasar satu sama
lain. Hal ini menunjukkan adanya indikasi kondisi yang berubah yang menyebabkan perbedaan nyata
tersebut. Salah satu penyebab perbedaan ini dapat disebabkan oleh perubahan kebijakan Pelatihan AR
Dasar khususnya dalam bidang kurikulum dari tahun ke tahun. Perubahan kebijakan pelatihan ini juga
kemungkinan menyebabkan kenaikan nilai ujian komprehensif peserta Pelatihan AR Dasar.
5.5. Analisis kewajaran hasil ujian komprehensif.
Berdasarkan hasil diagram box plot ditemukan 17 outlier bawah yang merupakan fokus dari penelitian ini
sebagai kategori temuan menarik perlu menjadi perhatian khusus. Tabel 6 menunjukan detail outliers
yang dihasilkan dari analisa box plot.
Tabel 6 Daftar Outliers berdasarkan Diagram Box Plot
No Nilai L/P Usia Masa Kerja
Akt Keterangan
2015
1 37 P 31 12 VI AR di Wilayah Riau dan Kepulauan Riau 2 40 P 29 9 V Bukan AR dan telah berpindah dari kantor sebelumnya ke
Wilayah Sulawesi Selatan 3 41 P 39 18 V Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 4 43 L 32 12 V Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya
2016
1 30 P 37 11 I Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 2 40 P 32 13 I AR dan sudah berpindah dari kantor sebelumnya, namun
masih di wilayah yang sama 3 45 L 32 13 I Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 4 45 L 32 13 I Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya
19
No Nilai L/P Usia Masa Kerja
Akt Keterangan
5 50 P 33 13 II AR dan sudah berpindah dari kantor sebelumnya, namun masih di wilayah yang sama
6 49 L 33 12 II Bukan AR (di bidang teknologi informasi) dan tetap di kantor sebelumnya
7 53 L 38 17 II Bukan AR dan sudah berpindah di dari kantor sebelumnya namun masih di Wilayah yang sama Sumatra Utara
8 55 L 30 9 II AR dan sudah berpindah dari kantor sebelumnya, namun masih di wilayah yang sama
9 55 P 40 20 II Bukan AR dan sudah berpindah di dari kantor sebelumnya namun masih di Wilayah yang sama
2018
1 17 P 27 4 VII Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 2 20 P 47 20 IV Bukan AR (di bidang teknologi informasi) dan tetap di
kantor sebelumnya 3 45 P 46 24 III Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya 4 50 P 31 12 III Bukan AR dan tetap di kantor sebelumnya
Meskipun ditemukan 17 outliers dari diagram box plot data nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar,
penelitian ini masih melakukan “filter” berdasarkan nilai yang terletak jauh dari kurva normal pada tabel
histogram untuk menentukan nilai yang diluar kewajaran. Dari data sampel hasil ujian komprehensif
pelatihan AR tahun 2015, 2016, dan 2018 diperoleh tiga nilai yang ”tidak wajar” yaitu peserta dengan nilai
30 di tahun 2016 dan nilai 17 dan 20 di tahun 2018.
20
6. DISKUSI, KESIMPULAN, REKOMENDASI, PENELITIAN LEBIH LANJUT, DAN
KETERBATASAN
6.1. Diskusi
Dalam penelitian ini tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar diukur mengggunakan nilai ujian
komprehensif. Secara umum, nilai ujian dapat mencerminkan kemampuan teknis dari peserta ujian karena
mengukur respon peserta secara peserta menggunakan pertanyaan (Widoyoko, 2009). Akan tetapi,
terdapat potensi beberapa peserta pelatihan tidak dapat mengeluarkan kemampuannya pada saat ujian
karena faktor non-teknis seperti kondisi yang tidak fit atau manajemen emosi yang buruk (nervous atau
tidak fokus). Selain itu, ada potensi peserta tidak memiliki motivasi untuk mengikuti Pelatihan AR Dasar
sehingga secara sengaja tidak mengerjakan ujian secara serius. Oleh karena itu, tingkat kelulusan
Pelatihan AR Dasar tidak hanya menggunakan nilai hasil ujian komprehensif, namun juga menggunakan
nilai lain seperti nilai tugas dan nilai aktivitas di kelas.
Asumsi distribusi normal dalam penentuan kewajaran tingkat pemahaman peserta pelatihan perlu dikaji
ulang, meskipun beberapa hasil nilai dari tes memiliki kecenderungan berbentuk lonceng atau distribusi
normal (Ott & Longnecker, 2010). Hal ini dikarenakan normality test menunjukkan bahwa nilai ujian
komprehensif tidak terdistribusi normal. Dalam kondisi ideal suatu ujian komprehensif, tingkat
keruncingan (kurtosis) dari kurva distribusi diharapkan cenderung meruncing yang menjelaskan sebagian
besar (hampir 75% peserta) mendapatkan nilai yang hampir mirip atau selisih nilai peserta tidak terlampau
jauh. Di sisi lain, tidak ada peserta yang memiliki nilai jauh dibawah rata-rata, namun terdapat peserta
yang akan memiliki nilai jauh diatas rata-rata sehingga kecondongan data dalam distribusi akan mengarah
ke kanan atau positif. Berdasarkan hal tersebut, setidaknya terdapat tiga distribusi yang mendekati pola
tersebut yaitu chi, chi-square, dan dagum distribution.
Model dan konten pelatihan serta keterbukaan pengajar telah terbukti mempengaruhi efektivitas
pelatihan (Punia dan Kant (2013). Selain itu, desain pelatihan, mekanisme pengelolaan pelatihan,
lingkungan pelatihan (fasilitas), dan peran pengajar dapat mempengaruhi efektivitas penyampaian
pengetahuan (Sayadi, Rajaeepour, Abedini, & Gholami, 2017). Dengan adanya bukti-bukti tersebut,
penelitian ini mungkin dapat diarahkan untuk tidak hanya mengukur indikasi pengaruh kebijakan yang
telah dibuat oleh Pusdiklat Pajak yang meliputi konten pelatihan (kurikulum), pengajar, model evaluasi
dan pelatihan, dan metode pembelajaran, tetapi menguji lebih rinci menguji pengaruh kebijakan tersebut
terhadap efektifitas pelatihan. Namun demikian, kajian ini bukan tanpa manfaat yang nyata. Hasil dari
penelitian ini dapat digunakan sebagai early warning system atas potensi masalah sistemik yang ada baik
di lingkungan Pusdiklat Pajak atau DJP sehingga dapat dirumuskan tindakan preventif untuk
menanggulangi masalah tersebut.
Penelitian ini merupakan pre-eliminary untuk dapat dijadikan dasar (baseline) evaluasi selanjutnya
mengingat pengukuran tingkat pemahaman peserta dapat memicu perilaku yang produktif dikarenakan
21
peserta telah memiliki bekal kompetensi untuk membantu pelaksanaan tugasnya ketika kembali ke
kantor. Hal ini juga sejalan dengan fungsi kajian ini sebagai early warning system, dimana ketika peserta
tidak dapat menyadari potensi masalah pada bidang kerjanya, perlu menjadi indikasi dan analisis lebih
lanjut penyebab peserta tidak menunjukkan perilaku yang diharapkan setelah mengikuti pelatihan.
Berdasarkan Kirkpatrick’s Evaluation Model, analisis dimaksud dapat dikategorikan sebagai evaluasi level
tiga yaitu evaluasi perilaku.
Adapun potensi masalah pada bidang kerja peserta dapat diidentifikasi dengan melakukan kajian-kajian
explorasi yang sederhana atas data sekunder yang dimiliki pada kantor peserta. Selanjutnya, berdasarkan
early warning system, hasil evaluasi pelatihan, dan analisis ekplorasi data dapat ditindaklanjuti dengan
evaluasi level empat Kirkpatrick’s Evaluation Model sebagai validasi peningkatan pemahaman selama
mengikuti pelatihan dapat berpengaruh dalam peningkatan kinerja pegawai dalam mendukung
pencapaian target organisasi.
6.2. Kesimpulan
Tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar diukur dari rata-rata nilai ujian komprehensif dan range
dari nilai tertinggi dan terendah. Dari tahun 2015, 2016, dan 2018, tingkat pemahaman peserta pelatihan
AR Dasar cenderung meningkat terlihat dari kenaikan rata-rata nilai yaitu dari 71.23, 73.89, dan 81.05.
Peningkatan pemahaman juga terlihat dari penurunan range batas atas dan bawah dan kenaikan batas
bawah pada box plot dari tahun 2015, 2016, dan 2018. Namun, kesenjangan pengetahuan diantara peserta
pelatihan Pelatihan AR Dasar masih cukup tinggi yang terlihat dari range antara nilai tertinggi dan
terendah yang semakin meningkat yaitu 59, 64, dan 80 pada tahun 2015, 2016, dan 2018. Selain itu, varian
data juga masih cukup tinggi, meskipun terjadi penurunan pada periode 2015 ke 2016 yaitu dari 95.86
menjadi 75.25, pada tahun 2018 varian meningkat menjadi 80,52. Peningkatan yang ditunjukkan dalam
kenaikan rata-rata nilai, penurunan range batas atas dan bawah menunjukkan indikasi pengaruh kebijakan
dalam pelatihan sedangkan kesenjangan pengetahuan diantara peserta yang ditunjukkan melalui range
nilai terendah dan tertinggi, dan varian yang cenderung masih fluktuatif menunjukkan indikasi motivasi
peserta yang kurang dalam mengikuti pelatihan dengan indikasi kesengajaan untuk mendapatkan nilai
yang buruk.
Analisis histogram menunjukkan adanya pengaruh kebijakan Pelatihan AR Dasar terhadap peningkatan
tingkat pemahaman peserta. Meskipun skewness cenderung makin ke kiri yang diakibatkan beberapa
outliers, namun apabila outliers diabaikan, pergerakan nilai batas bawah cenderung meningkat ke arah
kanan. Selain itu kurtosis dari tahun 2015, 2016, dan 2018, cenderung meninggi dan bergerak kearah kanan
yang menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pemahaman peserta meningkat pada level yang hampir
sama atau menurunnya selisih tingkat pemahaman sebagian besar peserta yang disertai peningkatan
pemahaman.
22
Pembuktian peningkatan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar yang disebabkan oleh arah
kebijakan Pelatihan AR Dasar juga diperoleh dari analisis ANOVA. Dari hasil tes, terdapat perbedaan rata-
rata nilai yang nyata dari tahun 2015, 2016, dan 2018. Perbedaan nyata tersebut menuju arah yang positif
yang terlihat pada tren deskriptif statistik, analisis histogram, dan diagram box plot.
Meskipun terlihat kenaikan tingkat pemahaman peserta Pelatihan AR Dasar, namun terdapat tiga nilai
tidak wajar. Hal ini mungkin terjadi akibat jumlah peserta belajar yang besar menyebabkan kesenjangan
kemampuan pemahaman di dalam kelas tidak jarang cukup lebar. Kondisi tersebut menyebabkan para WI
sulit untuk memperbanyak kasus-kasus. Penyampaian teori dan dasar pemikirannya tidak selesai
dikarenakan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengurangi gap kemampuan diantar peserta
sehingga kasus tidak dapat didiskusikan dan dilatihkan.
Selain itu terdapat indikasi kurangnya motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan. Indikasi adanya
motivasi peserta yang kurang dalam mengikuti pelatihan mungkin disebabkan oleh motivasi peserta
untuk menghindari pola mutasi nasional dalam jabatan AR. Peserta yang mendapatkan nilai buruk telah
nyaman dalam kantor penempatannya sehingga apabila peserta tidak lulus dalam Pelatihan AR Dasar
kemungkinan peserta diangkat menjadi AR akan mengecil dan kemungkinan untuk dipindahkan juga
semakin kecil. Di samping itu, terdapat kemungkinan peserta yang dikirimkan pelatihan tidak memiliki
minat untuk menjadi AR sehingga dalam mengikuti pelatihan peserta tidak menunjukkan kompetensi
sebenarnya. Hal ini juga terlihat dari peserta yang berasal dari bidang teknologi informasi masih berada
di bidang dan kantor yang sama. Selain itu, dari 17 outlier yang ditemukan dari analisa diagram box plot
hanya 4 orang yang diangkat menjadi pejabat AR.
Indikasi penghindaran calon AR untuk berprestasi dalam Pelatihan AR Dasar juga dimungkinkan berasal
dari beredarnya informasi ketidakpuasan dalam jabatan AR terkait dalam pencapaian tarket kinerja. AR
yang rajin dan berprestasi cenderung mendapatkan beban pekerjaan yang besar dan berat oleh Kepala
Kantor yang bersangkutan dibandingkan dengan AR yang biasa saja kemampuan dan prestasinya. Hal ini
dikarenakan apabila pekerjaan dibagi sama rata antara kedua kategori AR tersebut maka akan
berpengaruh terhadap kinerja dan prestasi Kepala Kantor. Pada akhir periode, seringkali AR yang rajin
dan berprestasi tidak dapat mencapai target sehingga mempengaruhi besaran penghasilan sedangkan
AR yang biasa saja kemampuan dan prestasinya mencapai target kinerjanya karena beban yang rendah
dan penghasilannya cenderung akan naik. Selain itu, pola pemindahan AR berprestasi ke Kantor Wilayah
atau Kantor Pajak Besar (LTO) menyebabkan pegawai sengaja memperburuk kinerjanya untuk
menghindari mutasi sehingga juga menurunkan minat pegawai lain untuk menjadi AR.
Berdasarkan hasil rekapitulasi kebijakan Pelatihan AR Dasar, dapat disusun arah kerangka kebijakan
Pelatihan AR Dasar yang mungkin berpengaruh nyata terhadap perkembangan tingkat pemahaman
peserta Pelatihan AR Dasar sesuai dengan indikasi dari analisis kuantitatif (Gambar 5).
23
Gambar 3 Indikasi Pengaruh Kebijakan Pelatihan AR Dasar terhadap Tingkat Pemahaman Peserta
Berdasarkan hasil analisis statistik dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan Pelatihan AR Dasar yang
telah diterapkan oleh Pusdiklat Pajak memiliki indikasi pengaruh meningkatkan tingkat pemahaman
peserta. Akan tetapi, untuk mengidentifikasi spesifik poin kebijakan mana yang berpengaruh pada salah
satu ukuran perkembangan tingkat pemahaman peserta belum dapat ditunjukkan dalam penelitian ini.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendetail untuk mengukur pengaruh spesifik masing-masing
kebijakan terhadap ukuran pemahaman peserta, misalnya peningkatan rata-rata nilai peserta karena
dipengaruhi perubahan kebijakan pada komposisi pengajar. Namun demikian sekiranya dapat
dirumuskan indikasi pengaruh kebijakan sebagai berikut:
1. Tujuan Pelatihan
Pernyataan output yang konkret pada pelatihan dapat memicu penyelenggara terutama pengajar
untuk mendorong peserta mencapai output nilai yang ditetapkan yang telah didasarkan pada kamus
kompetensi. Dimana terlihat batas bawah nilai yang mengecil dari tahun 2015 ke 2016 meskipun masih
terdapat cukup banyak outlier nilai bawah.
2. Kurikulum
Perubahan pada kurikulum diarahkan untuk menyajikan pengetahuan yang lebih sesuai dengan
kenyataan di lapangan dan memperluas ruang dan waktu diklat yang diarahkan untuk mengakomodasi
pengetahuan prioritas. Hal ini juga mendorong peningkatan pengumpulan pola nilai peserta Pelatihan
AR Dasar pada tahun 2016 serta penurunan varian nilai ujian komprehensif.
3. Syarat Pengajar
Pengetahuan yang telah disiapkan perlu disampaikan dengan cara komunikasi yang baik dan pengajar
yang kompeten sehingga mudah diserap oleh peserta. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata,
kenaikan batas bawah nilai pada pola pengumpulan diagram box plot, dan pergeseran ke kanan pola
pengumpulan nilai pada kurva normal pada tahun 2015, 2016 dan 2018.
24
4. Komposisi Pengajar
Kombinasi pengajar WI dan ASN/CTA DJP dapat meningkatkan keseimbangan pemahaman peserta
dari sisi praktikal dan akademis. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata, kenaikan batas bawah
nilai pada pola pengumpulan diagram box plot, dan pergeseran ke kanan pola pengumpulan nilai pada
kurva normal pada tahun 2015, 2016 dan 2018.
5. Bentuk Ujian
Ujian komprehensif secara holistic (gabungan seluruh mata pelatihan) dapat mendorong peserta
untuk melihat permasalahan dengan mempertimbangkan semua kemungkinan pengetahuan yang
dapat dipergunakan. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata dan kenaikan pola pengumpulan
nilai diagram box plot pada tahun 2016 dan 2018.
6. Batas Nilai Ujian Komprehensif
Adanya batas nilai memicu pengajar untuk mendorong peserta dapat memahami mata pelatihan
dengan baik dan peserta juga terpacu untuk berusaha memahami mata pelatihan sehingga dapat
memenuhi batas nilai kelulusan. Hal ini mendorong peningkatan nilai rata-rata, kenaikan batas bawah
nilai pada pola pengumpulan diagram box plot dan pergeseran ke kanan pola pengumpulan pada kurva
normal untuk tahun 2016 dan 2018.
7. Pre-test dan Post-test, Model Pelatihan, dan Metode pembelajaran
Kebijakan yang terkait Pre-test dan Post-test, model pelatihan, dan metode pembelajaran tahun 2018
bukan termasuk yang diukur dalam makalah ini, karena penerapannya bukan pada angkatan terakhir
yang diukur dengan formula kuantitatif dalam makalah. Namun, baseline dan hasil formula sudah
menunjukkan hasil yang memberikan keyakinan mendukung hipotesis. Oleh karena itu, ketiga
kebijakan tersebut akan menjadi obyek pengukuran dampak kebijakan untuk angkatan tahun 2019.
6.3. Rekomendasi
Sebagai penutup, beberapa hal yang perlu dicermati terkait dengan pelaksanaan Pelatihan AR Dasar,
maka :
1. Atas pegawai yang memiliki nilai ekstrim rendah, bukan berarti pegawai yang bersangkutan memiliki
kompetensi yang tidak cukup. Perlu dilakukan identifikasi lebih lanjut atas alasan dan penyebab nilai
rendah tersebut semisal melalui wawancara dengan bekerjasama dengan Direktorat Kepatuhan
Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur (KITSDA) sehingga dapat menjadi masukan bagi DJP.
KITSDA adalah organisasi di lingkungan DJP yang memiliki fungsi melaksanakan kebijakan dan
standardisasi di bidang kepatuhan internal dan transformasi sumber daya aparatur (Kemenkeu, 2014).
Strategi pendalaman informasi dari peserta yang tergolong outliers dapat dikategorikan sebagai
langkah dalam early warning system untuk mengantisipasi potensi masalah yang akan muncul.
2. DJP perlu melakukan pembinaan motivasi atas calon peserta Pelatihan AR Dasar sehingga peserta
yang dikirimkan merupakan peserta yang memang memiliki keinginan dan tujuan untuk menjadi AR.
25
Seleksi dari sisi motivasi peserta perlu dilakukan untuk memastikan pesert a serius dan bersemangat
dalam mengikuti pelatihan.
3. DJP perlu melakukan identifikasi pegawai yang tidak sengaja (tidak memiliki minat) menjadi AR, untuk
dilakukan pembinaan sehinggar mereka menjadi lebih nyaman dengan harapan dapat meningkatkan
prestasi AR bersangkutan.
4. Evaluasi kebijakan Pelatihan AR Dasar terutama terkait model pembelajaran yang dapat mengurangi
range nilai tertinggi dan terendah serta variasi nilai peserta Pelatihan AR Dasar.
5. Formula yang telah dirumuskan dalam pelatihan ini dapat digunakan untuk melakukan penilaian
indikasi pengaruh kebijakan pada tahun-tahun setelahnya dengan tahun 2018 sebagai baseline-nya,
sehingga dapat dirumuskan strategi kebijakan baik di lingkungan Pusdiklat Pajak atau bahkan di DJP
terutama dalam hal penyempurnaan kebijakan penunjukan peserta, dan kebijakan pemberian motivasi
kepada pejabat AR. Selanjutnya, seluruh indikasi yang telah ditemukan di tahun-tahun mendatang
telah dapat diukur menggunakan formula tersebut.
6.4. Penelitian lebih lanjut
Penelitian ini menjelaskan indikasi adanya pengaruh kebijakan pelatihan terhadap tingkat pemahaman
peserta Pelatihan AR Dasar melalui metode kuantitatif. Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk
membuktikan indikasi yang telah ditemukan dalam penelitian ini. Penjelasan akan semakin komprehensif
apabila indikasi yang telah ditemukan didukung tidak hanya dengan metode kuantitatif, namun juga
dengan metode kualitatif atas data primer untuk mengukur pengaruh kebijakan pelatihan terhadap
tingkat pemahaman peserta pelatihan. Selain itu, penelitian lanjutan perlu dibuat untuk jenis pelatihan
lain sehingga dapat diketahui adakah kemiripan pola tingkat pemahaman peserta yang ada pada
pelatihan lain dengan Pelatihan AR Dasar.
Adanya indikasi terkait ketidakpuasan dalam jabatan AR perlu ditindaklanjuti mengenai penelitian
motivasi dalam jabatan AR. Penelitian motivasi dapat meneliti pengaruh lokasi penempatan terhadap
prestasi AR. Apabila AR ditempatkan sesuai keinginannya, dapat diukur diukur kecenderungan
peningkatan prestasinya. Selain itu, perlu dikaji pengaruh model penghargaan pola mutasi AR yang
memindahkan AR berprestasi ke Kantor Wilayah atau Kantor Pajak Besar (Large Tax Office) terhadap
prestasi AR mengingat mutasi tersebut dapat mengurangi kebahagiaan AR bersangkutan. Adapun tujuan
dari peneltian ini dapat untuk merumuskan kebijakan pola mutasi baru semisal pegawai yang berprestasi
ditempatkan lebih lama di tempat yang bersangkutan atau penempatan pegawai di daerah Jakarta
dengan pola mendekati stasiun kereta.
Penelitian selanjutnya untuk memeriksa adanya korelasi masalah motivasi dengan Tunjangan Kinerja
(tukin). Tukin dapat mendemotivasi pegawai yang baik karena perilaku pimipinan yang kurang tepat.
Kekhawatiran penurunan kinerja kantor mendorong pemberian beban pekerjaan yang berlebihan kepada
pegawai yang berkinerja baik. Beban pekerjaan yang berlebihan tersebut terkadang menyebabkan
26
pegawai yang berkinerja baik tersebut prestasinya tidak tercapai, sedangkan yang pegawai yang kurang
rajin justru tercapai karena bebannya jauh lebih rendah.
6.5. Keterbatasan
1. Pengukuran tingkat pemahaman yang menggunakan nilai ujian komprehensif mungkin kurang
menggambarkan kompetensi sebenarnya peserta pelatihan mengingat terdapat faktor lain yang
mempengaruhi seperti kondisi tubuh dan motivasi.
2. Penggunaan asumsi hasil nilai evaluasi Pelatihan AR Dasar terdistribusi normal secara alamiah, dapat
mengurangi ketepatan dalam analisis. Ada kemungkinan bahwa distribusi alamiah sebenarnya dari
hasil nilai evaluasi Pelatihan AR Dasar bukan distribusi “normal” seperti distribusi poisson,
hipergeometrik dan lainnya.
3. Penggunaan asumsi bahwa perbedaan nyata rata-rata dari nilai ujian komprehensif Pelatihan AR Dasar
tahun 2015, 2016, dan 2018 sangat mungkin merupakan indikasi oleh perubahan kebijakan pelatihan
mungkin kurang tepat. Ada kemungkinan terdapat variabel lain yang tidak teridentifikasi yang
menyebakan perbedaan nyata rata-rata nilai tersebut.
27
7. Daftar Pustaka
Adhim, A. T. (2015). Evaluasi Program Pelatihan Instalasi Penerangan
di Balai Latihan Kerja Kabupaten Pati. Universitas Negeri Yogyakarta.
Allen, M. (2002). The Corporate University Handbook: Designing, Managing, and Growing a Successful
Program. American Management Association.
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan [BPPK]. 2017. Keputusan Kepala Badan Pendidikan dan
Pelatihan Keuangan Nomor KEP-140/PP/2017 tentang Cetak Biru Kementerian Keuangan Corporate
University. Bagian Umum. http://jdih.bppk.kemenkeu.go.id/Ind/search/default_adv.asp
Direktorat Jenderal Pajak [DJP]. (2015). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor Nomor SE-21/PJ/2016
tentang Pelaksanaan Operasional Tim Pusat Analisis Perpajakan
(Center For Tax Analysis). Direktorat Jenderal Pajak. http://www.ortax.org/ortax.
Hidayat & Nurasyiah. (2017). Pengaruh Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) terhadap Prestasi Kerja
Karyawan di Bank BPR Rokan Hulu. Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos 6(1), 71-82.
Kementerian Pendidikan. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wajar.
Kementerian Keuangan [Kemenkeu]. (2014). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan. www.sjdih.kemenkeu.go.id.
Kementerian Keuangan. (2015). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.01/2015 tentang Account
Representative pada Kantor Pelayanan. www.sjdih.kemenkeu.go.id.
Li, Y., & Wiriyakitjar, R. (2018). Dominant Factors Influencing Training Effectivenes (Learning and Transfer
Performance) of SMEs in China. Proceeding in UTCC International Journal of Business and
Economics. http://utcc2.utcc.ac.th/utccijbe/
Ott, R. L., & Longnecker, M. (2010). An Introduction to Statistical Methods and Data Analysis.
BROOKS/COLE CENGAGE Learning.
Punia, B. K., & Kant, S. (2013). A Review of Factors Affecting Training Effectiveness Vis-À-Vis Managerial
Implications and Future Research Directions. International Journal of Advanced Research in
Management and Social Sciences, 2(1), 151-164.
Pusdiklat Pajak. (2015a). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan I.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Pusdiklat Pajak. (2015b). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan II.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Pusdiklat Pajak. (2015c). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan III.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Pusdiklat Pajak. (2015d). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan IV.
Subbagian Evaluasi Diklat.
28
Pusdiklat Pajak. (2015e). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan V.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Pusdiklat Pajak. (2015f). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan VI.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Pusdiklat Pajak. (2016a). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan I.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Pusdiklat Pajak. (2016b). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan II.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Pusdiklat Pajak. (2016c). Laporan Pengembangan Kurikulum DTSS Account Representative Dasar Revisi
IV. Subbagian Kurikulum.
Pusdiklat Pajak. (2018). Laporan Penyelenggaraan DTSS Account Representative Dasar Angkatan I.
Subbagian Evaluasi Diklat.
Rumsey, J. (2016). Statistics for Dummies 2nd edition. Wiley Publishing Inc.
Ratnawulan, E. & Rusdiana, H. A. (2014). Evaluasi Pembelajaran. Pustaka Setia, Bandung.
Sayadi, Y., Rajaeepour, S., Abedini, Y., & Gholami, K. (2017). An Examination of Factors Affecting Transfer
of Training among Human Resources of Iranian Medical Science Universities. Indian Journal of
Science and Technology, 10(18).
Widoyoko, E. P. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Yaqood, E. S. I., Noor, W. S. W. M., & Isa, M. F. M. (2017). Factors Influencing Training Effectiveness:
Evidence from Public Sector in Bahrain. Acta Universitatis Danubius, 13(2), 31-44.
LAMPIRAN
NO VARIABEL KOMPARASI TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2018
3.3.1 TUJUAN PELATIHAN Telah disesuaikan dengan kamus kompetensi AR Telah disesuaikan dengan kamus kompetensi AR
kemudian dikerucutkan menjadi 7 output yang
diharapkan dari peserta pelatihan setelah
mengikuti diklat
Telah disesuaikan dengan kamus kompetensi AR
kemudian dikerucutkan menjadi 7 output yang
diharapkan dari peserta pelatihan setelah
mengikuti diklat
3.3.1 KURIKULUM Mata Diklat Pokok 64 Mata Diklat Pokok 91 Mata Diklat Pokok 91
1. KUP bagi AR Dasar (1) 8 Pengantar Perpajakan AR Dasar (Gabungan mata
pelatihan nomor 1-5)
12 Pengantar Perpajakan AR Dasar 12
2. PPh bagi AR Dasar (2) 9
3. PPN bagi AR Dasar (3) 9
4. PBB P3 dan Bea Meterai (4) 5
5. Analisa Laporan Keuangan (5) 10
6. Pengenalan SOP AR 7 Pengenalan SOP AR 6 Pengenalan SOP AR 6
7. Pengenalan Proses Bisnis WP dan Penggalian
Potensi
15 Perencanaan Kerja AR Pengawasan dan Penggalian
Potensi (1)
10 Perencanaan Kerja AR Pengawasan dan Penggalian
Potensi
10
Deteksi Objek Pajak (2) 10 Deteksi Objek Pajak 10
Teknik dan Metode Analisis Penghasilan dan Biaya
(3)
12 Teknik dan Metode Analisis Penghasilan dan Biaya 12
Kertas Kerja AR (4) 8 Kertas Kerja AR 8
Visit dan Kegiatan Pasca Visit (5) 8 Visit dan Kegiatan Pasca Visit 8
Praktik Pengawasan dan Penggalian Potensi (6) 15 Praktik Pengawasan dan Penggalian Potensi 15
SP2DK dan Konseling (7) 10 SP2DK dan Konseling 10
Mata Diklat Penunjang 16 Mata Diklat Penunjang 9 Mata Diklat Penunjang 9
Interpersonal dan Intrapersonal Skills 7Pembentukan Karakter 9 Pembentukan Karakter 9 Pembentukan Karakter 9
Ceramah Ceramah Ceramah
Current Issue DJP 2
Kebijakan Direktorat PKP 2 Kebijakan Direktorat PKP 2 Kebijakan Direktorat PKP 2
Motivasi bagi AR 2 Motivasi bagi AR 2 Motivasi bagi AR 2
101 113 113
TABEL KOMPARASI KEBIJAKAN DIKLAT ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) DASAR TAHUN 2015 - 2018
29
NO VARIABEL KOMPARASI TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2018
3.3.2 SYARAT PENGAJAR Menguasai materi yang akan diajarkan /keahlian
tertentu khususnya dalam mata pelajaran yang
diajarkan
Menguasai materi yang akan diajarkan /keahlian
tertentu khususnya dalam mata pelajaran yang
diberikan diutamakan yang mengetahui atau
pernah melakukan proses bisnis pekerjaan AR
Menguasai materi/keahlian tertentu khususnya
terkait tugas, fungsi, dan proses bisnis pekerjaan
Account Representative
Pengajar yang berasal dari AR telah memiliki
pengalaman yang cukup sebagai AR yang meliputi :
memberikan materi sosialisasi atau IHT di wilayah
kerjanya, banyak menghasilkan penerimaan
melalui kegiatan extra effort dan menjadi rujukan
bertanya rekan-rekan AR di lingkungan kerjanya;
Diutamakan berasal dari latar belakang Account
Representative , telah memiliki pengalaman yang
cukup sebagai AR antara lain memberikan materi
sosialisasi atau In House Training (IHT) di wilayah
kerjanya, banyak menghasilkan penerimaan
melalui kegiatan extra effort dan menjadi rujukan
bertanya rekan-rekan AR di lingkungan kerjanya;
Mempunyai kemampuan dalam mentransfer
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta
atau telah mengikuti Training of Trainers
Telah mengikuti Training of Trainer
(ToT)/Sertifikat TOT Pengajar DTSS Account
Representative Dasar dan/atau Lokakarya
Penyamaan Materi untuk standardidasi materi
diklat.
3.3.2 KOMPOSISI PENGAJAR hanya 1 orang pengajar per mata pelajaran (WI
atau DJP)
Team Teaching (1 orang WI dan 1 orang pegawai
DJP) Dalam rangka memperoleh data yang lebih
akurat dan hasil kajian maka sejak tahun 2016
maka dipersyaratkan keterlibatan ASN DJP oleh
karen itu metode pengajaran diterapkan dengan
metode team teaching sebagaimana diatas.
Pengajar satu orang Widyaiswara per Mata
Pelajaran, dan dapat dibantu oleh asisten pengajar
yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak,
khususnya dari Direktorat PKP/CTA untuk lokasi
Pusdiklat dan AR
Senior/Berpengalaman/Berkinerja Terbaik untuk
lokasi di daerah/Balai Diklat yang memiliki tugas
membantu pengajar untuk pendampingan dalam
diskusi/praktik kelompok dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
3.3.3 BENTUK UJIAN Komprehensif/ Tertulis Komprehensif/ Tertulis Komprehensif/ Tertulis
Studi Kasus per Materi Studi Kasus Komprehensif Studi Kasus Komprehensif
3.3.3 BATAS NILAI LULUS Nilai akhir (65) Nilai akhir (65) Nilai ujian komprehensif (60) Nilai akhir (65)
3.3.3 PRE-TEST DAN POST-TEST Tidak ada Tidak ada Menggunakan mekanisme pre-test dan post-test
3.3.4 MODEL PELATIHAN tercantum pada kurikulum diklat tercantum pada kurikulum diklat tidak tercantum dalam kurikulum diklat, namun
pengajar mendorong peserta untuk mempelajari
materi dari KLC
peserta mengakses modul (pdf) satu minggu
sebelum diklat
peserta mengakses modul diklat (pdf) satu minggu
sebelum diklat
peserta dapat mempelajari materi berupa video
pembelajaran di www.klc.kemenkeu.go.id
30
NO VARIABEL KOMPARASI TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2018
3.3.5 METODE PEMBELAJARAN Metode pembelajaran tidak tercancum secara rinci
dalam Kerangka Acuan Pembelajaran (KAP)
Metode pembelajaran tidak tercancum secara rinci
dalam Kerangka Acuan Pembelajaran (KAP)
Metode pembelajaran per hari secara rinci
tercantum dalam Kerangka Acuan Pembelajaran
(KAP), misalnya : Pembagian kelompok untuk
melakukan kompetisi, dengan menggunakan
leaderboard (gamification, Penggunaan game :
filosofi Pop Mie, penggalian potensi pajak dengan
alat bantu surat kabar
31