bahan dan metode - repository.ipb.ac.id · sinar matahari maupun berkurangnya kadar air. sampel...
TRANSCRIPT
20
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Gas Rumah Kaca dan Laboratorium
Terpadu Balingtan Jakenan Pati, Jawa Tengah. Lokasi penelitian terletak pada
ketinggian 10-25 meter di atas permukaan laut. Secara geografis daerah penelitian
terletak pada koordiat 111040’ Bujur Timur dan 6
045’ Lintang Selatan. Contoh
gambut diambil dari Desa Jabiren, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang
Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan yaitu
dimulai bulan Maret sampai dengan Agustus 2012.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di
lapang dan hasil analisis laboratorium, sedangkan data sekunder yang digunakan
merupakan data hasil penelitian sebelumnya terkait dengan emisi GRK pada lahan
gambut dengan perlakuan dan kondisi tutupan lahan yang berbeda.
Variabel yang Diamati
Pengamatan serta pengukuran variabel dilakukan untuk mencapai output
penelitian yang telah ditentukan. Variabel yang diamati dalam penelitian ini
terdiri atas variabel utama dan variabel ekonomi.
Variabel utama:
Perlakuan percobaan terdiri atas 2 faktor. Faktor I adalah tanah yang diambil
dari tipe penggunaan lahan dan Faktor II adalah dosis amelioran (pupuk kandang
ayam).
Faktor I adalah tanah yang diambil dari tiga tipe penggunaan lahan, yaitu :
L1 : lahan gambut yang ditanami tanaman karet dan ditumbuhi semak
L2 : lahan gambut yang ditanami karet dan nanas (ICCTF)
L3 : lahan gambut yang ditumbuhi semak
21
Faktor II adalah dosis pupuk kandang ayam
A1 : 0 ton/ha (kontrol)
A2 : 4 ton/ha
Variabel Ekonomi:
Variabel ekonomi terdiri atas data-data yang diperlukan untuk menghitung
usaha tani penggunaan amelioran (pupuk kandang) pada beberapa agroekosistem
kebun karet di tanah gambut. Data ini diperoleh melalui wawancara langsung
dengan para petani karet yang berada di sekitar lokasi penelitian.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas contoh gambut
yang berasal dari tiga tipe penggunaan lahan. Bahan lain yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya gas pembawa N2 dan H2, gas standar CO2, CH4 dan N2O,
amelioran (pukan ayam) dan peta penggunaan lahan skala 1:50.000. Alat yang
digunakan meliputi bor gambut, syringe, kromatografi gas, timbangan, meteran,
elektroda, pH/EH meter, gelas piala 250 mL, gas chamber (paralon, tutup paralon,
sungkup, selang dan septum), GPS dan kamera digital.
Gambar 2. Bagian – bagian gas chamber
Termometer
Septum
Tutup paralon dan
penampung air
Syringe
Selang
22
Metode Penelitian
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) Split Plot dengan 2 faktor perlakuan. Faktor I adalah
tipe penggunaan lahan dan Faktor II adalah pupuk kandang ayam. Kombinasi
perlakuan terdiri atas 3 tipe penggunaan lahan dan 2 taraf dosis pupuk kandang
ayam. Terdapat 3 ulangan pada percobaan ini sehingga keseluruhan percobaan
terdiri atas 18 satuan percobaan. Tata letak perlakuan saat percobaan disajikan
pada Gambar Lampiran 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan yang
dilakukan terhadap peubah respon yang diamati dilakukan analisis ragam (uji-F).
Model aditif linear yang digunakan adalah sebagai berikut:
Yijk = µ + i + j + ij + k + ()jk + ijk
Yijk = Respon pengamatan pada kelompok ke-i di lokasi ke-j dengan
pemberian amelioran ke-k
µ = Rataan umum
i = Pengaruh aditif kelompok ke-i
j = Pengaruh aditif dari tipe penggunaan lahan ke-j
ij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i di tipe penggunaan lahan ke-j
k = Pengaruh aditif dari pemberian amelioran ke-k
()jk = Pengaruh interaksi pemberian amelioran ke-k pada tipe penggunaan
lahan ke-j
ijk = Pengaruh galat kelompok ke-i pada tipe penggunaan lahan ke-j dengan
pemberian amelioran ke-k
Data pengamatan diuji dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA).
Jika terdapat perbedaan diantara perlakuan yang diuji berdasarkan uji F-hitung
pada taraf 5% maka dilakukan uji lanjut dengan Uji DMRT (Duncan’s Multiple
Range Test) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995). Analisis statistika ini
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yang tersedia pada SAS/Stat.
system.
23
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan
Tahapan dalam kegiatan persiapan di lapangan yang dilakukan sebelum
kegiatan penelitian dimulai terhadap plot gambut terdiri atas beberapa tahapan
penting sebagai berikut:
1. Orientasi, dilakukan untuk mendapatkan informasi lokasi penelitian dan
tipe penggunaan lahan.
2. Penetapan plot/training area di lapangan yang mewakili kedalaman
gambut.
3. Penentuan posisi titik sampel penelitian menggunakan GPS.
Penentuan Titik Sampel
Pembagian plot dilakukan berdasarkan tipe penggunaan lahan yaitu pada
lahan gambut yang ditanami tanaman karet dan ditumbuhi semak, lahan gambut
yang ditanammi karet dan nanas (ICCTF) serta lahan gambut yang ditumbuhi
semak. Penentuan titik pengambilan sampel dilakukan secara diagonal pada
masing-masing tutupan lahan.
Penentuan Tingkat Kematangan Gambut
Tingkat kematangan gambut dalam kunci taksonomi tanah (Soil Survey
Staff 1999) dapat dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan (serat)
tanaman asalnya. Untuk mempermudah penciriannya di lapangan, penetapan
tingkat kematangan gambut dilakukan dengan mengambil segenggam gambut
kemudian diperas dengan telapak tangan secara perlahan-lahan dan
memperhatikan serat-serat yang tertinggal di dalam telapak tangan. Tingkat
kematangan gambut ditentukan berdasarkan ciri-ciri berikut ini, yaitu:
Gambut fibrik (mentah) merupakan gambut yang belum melapuk,
bahan aslinya masih bisa dikenali dan berwarna cokelat. Apabila
setelah dilakukan pemerasan kandungan serat yang tertinggal dalam
tepak tangan adalah tiga perempat bagian atau lebih (> ¾), maka
gambut tersebut digolongkan ke dalam jenis fibrik.
24
Gambut hemik (setengah matang) adalah gambut yang sebagian bahan
asalnya masih bisa dikenali dan memiliki warna cokelat. Apabila
setelah dilakukan pemerasan kandungan serat yang tertinggal dalam
telapak tangan adalah kurang dari tiga perempat sampai seperenam
bagian atau lebih ( < 3/4 - > 1/6 ), maka gambut tersebut digolongkan
ke dalam jenis hemik.
Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan
bahan asalnya tidak dikenali, memiliki warna cokelat tua sampai hitam.
Apabila setelah dilakukan pemerasan kandungan serat yang tertinggal
dalam telapak tangan adalah kurang dari seperenam bagian, maka
gambut tersebut digolongkan ke dalam jenis saprik.
Pengambilan Sampel Gambut
Setelah ditentukan lokasi titik sampling gambut, langkah selanjutnya
adalah pengambilan sampel tanah. Pengambilan sampel gambut dilakukan pada
masing-masing tipe penggunaan lahan. Sampel gambut yang dibutuhkan kurang
lebih sebanyak 1 ton. Sampel gambut kemudian dimasukkan kedalam karung
berukuran 20 kg dan diberi label.
Karung yang digunakan untuk pengambilan sampel gambut sebelumnya
telah dilapisi plastik untuk menjaga kondisi gambut dari gamgguan luar seperti
sinar matahari maupun berkurangnya kadar air. Sampel gambut selanjutnya
diangkut ke Laboratorium Gas Rumah Kaca Balingtan (Pati, Jawa Tengah)
menggunakan jasa ekspedisi.
Analisis Sifat-Sifat Gambut
Pada awal penelitian, gambut dianalisis kematangan, BD, pH (H2O), C, N
(Kjeldahl), P2O5, K2O, Kation, CEC dan KB. Berikut ini sifat-sifat yang dianalisis
ditujukan oleh Tabel 1.
25
Tabel 1. Sifat-sifat gambut yang diamati beserta metode pengukurannya
No Sifat yang Dianalisis Metode Pengukuran
A. Sifat Fisika Tanah
1. Bobot Isi Gravimetri (Blakemore et al., 1987)
2. Kadar Air Gravimetri (Blakemore et al., 1987)
B. Sifat Kimia Tanah
1.
2.
C Organik
N-total
Pengabuan Kering (Blakemore et al., 1987)
Spektrofotometri (Burt, 2004)
3.
4.
5.
6.
pH H2O (1:5)
P2O5
K2O
KTK
pH meter (Black, 1965)
Spektrofotometri (Horwitz, 2000)
Flamephotometri (Horwitz, 2000)
Perkolasi (Page et al., 1982)
Penentuan kadar air dan bobot isi gambut
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada plot penelitian dengan
kedalaman antara 0-60 cm menggunakan bor gambut. Alat ini dapat digunakan
untuk mengambil contoh tanah gambut dalam keadaan hampir tidak terganggu
mulai dari lapisan atas sampai lapisan dasar gambut.
Langkah awal penggunaan bor gambut yaitu dengan menekan bor ke
dalam gambut sampai kedalaman yang diinginkan (60 cm) kemudian bor gambut
diputar searah jarum jam minimal setengah putaran. Setelah terlewati setengah
lingkaran maka tabung pada bor gambut akan terisi dengan gambut dan sayap
pada alat ini akan menutup contoh gambut sehingga tidak keluar dari tabung bor
dan tidak ada penambahan contoh gambut ke dalam bor. Langkah berikutnya
adalah mengambil contoh gambut dan disimpan ke dalam kantong plastik yang
tertutup rapat supaya tidak ada air yang tercecer dan gambut yang diambil tidak
berubah volumenya.
Penentuan berat isi (BD) dan kadar air tanah (KA) dilakukan di
laboratorium menggunakan metode gravimetris. Contoh gambut yang berasal dari
bor gambut diukur berat basahnya berdasarkan volume bor gambut (Vt). Berat
tanah basah (Mt) adalah Ms + Mw , dimana Ms adalah berat tanah dan Mw adalah
berat air yang terkandung di dalam matriks tanah. Contoh tanah tersebut
26
kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050 C selama 2 x 24 jam sampai
dicapai berat kering konstan. Selanjutnya dilakukan pengukuran berat kering
tanah (Ms) + berat cawan (Mc). Perhitungan BI menggunakan rumus:
BI = =
Satuan untuk BI adalah g/cm3 dan satuan untuk kadar air adalah % berat
untuk mengindikasikan bahwa kadar air dihitung berdasarkan berat tanah.
Pengukuran kadar air tanah (KA) selengkapnya dapat dihitung menggunakan
rumus:
KA = x 100%
Penetapan C organik gambut
Contoh gambut yang telah dikering oven (yang berasal dari hasil
pengeringan sebelumnya) diambil sebanyak satu sendok tanah. Kemudian
ditumbuk sampai kira-kira halus menggunakan lumping porselen (mortar) lalu
diayak dengan ayakan. Selanjutnya, karbon organik diukur dengan menggunakan
metode pengabuan kering (lost of ignation) dan menimbang berat abu yang tersisa
dalam cawan (Ma). Kandungan C organik (Corg) menggunakan satuan % berat
atau fraksi berat bahan organik terhadap berat kerting total (berat bahan organik
dan berat abu, g/g).
Corg = / 1,724
Persiapan Percobaan
Pada tahap persiapan percobaan contoh gambut terlebih dahulu dikomposit
berdasarkan tipe penggunaan lahan (L1, L2 dan L3). Masing-masing contoh
gambut tersebut dimasukkan ke dalam paralon dengan diameter 22 cm dan tinggi
30 cm. Gambut yang dimasukkan ke dalam paralon harus sesuai dengan
kebutuhan tanah masing-masing satuan percobaan berdasarkan BD dan kadar air
(Tabel Lampiran 1). Contoh gambut yang sudah dimasukkan ke dalam paralon
dikondisikan agar kadar air sekitar 66% (volume/volume).
27
Sebelum diberikan perlakuan, contoh gambut diinkubasikan terlebih
dahulu sekitar 2 minggu agar stabil. Pupuk kandang kotoran ayam yang akan
dijadikan perlakuan dikomposkan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke
percobaan. Setelah inkubasi selesai dilakukan lalu diberi pupuk kandang ayam
sesuai dengan dosis masing-masing (Tabel lampiran 2).
Pengamatan Emisi GRK pada Gambut
Pengukuran emisi gas rumah kaca pada sampel gambut dilakukan di
laboratorium gas rumah kaca Balingtan, Pati. Pengambilan sampel gas rumah
kaca (GRK) dilakukan setiap 7 hari sekali sampai 49 hari. Pengambilan contoh
gas dilakukan dengan menggunakan jarum suntik. Sampel gas diambil pada pagi
hari (06.00-08.00) dengan menggunakan 10 ml-syringe dari sungkup paralon.
Interval waktu yang digunakan untuk pengambilan contoh adalah menit ke-10, 20,
30, 40, 50 dan 60.
Sungkup diatur pada posisi rata dan terjaga agar gas yang tertampung
dalam sungkup tidak bocor (diisi air). Pasang thermometer pada lubang yang ada
di tutup sungkup. Sungkup ditutup, penutup karet/septum pada tempat
pengambilan sampel udara dibuka kurang lebih 2-3 menit agar konsentrasi udara
dalam sungkup menjadi stabil. Setelah 2-3 menit, sumbat lubang pengambilan gas
dengan tutup karet (septum). Pengambilan gas menggunakan jarum suntik
(syringe) sesuai dengan label dan dipasang pada posisi tegak lurus. Setelah gas
masuk ke dalam syringe, tutup dengan septum sesegera mungkin untuk
menghindari kebocoran. Perubahan suhu dalam sungkup selalu dicatat saat
pengambilan contoh gas
Gas yang diambil selanjutnya dianalisis dengan menggunakan peralatan
pendukung utama yaitu kromatografi gas model Shimadzu 8A dan GHG Varian
450. Syringe diinjeksikan melalui sampling valve. Pengoperasian Green House
Gas (GHG) Varian 450 menggunakan software “Galaxie”. Alat ini dilengkapi
dengan tiga detektor yaitu FID (Flame Ionization Detector) untuk menganalisis
gas CH4, ECD (Electron Capture Detector) untuk analisis gas N2O dan TCD
(Thermal Conductivity Detector) untuk analisis CO2. Carrier gas yang digunakan
untuk ECD dan TDC adalah N2, sedangkan untuk FID adalah N2, H2 dan udara
28
tekanan. Sistem kerja alat ini terpisah walau memiliki tiga jenis detektor, sehingga
analisis tidak bisa dilakukan secara bersamaan.
Analisis CH4, N2O, dan CO2 dilakukan secara bersamaan yang
memerlukan waktu sekitar 7 menit. Setelah 7 menit akan keluar hasil análisis pada
software. Hasil analisis berupa peak yang diinterpretasikan dalam bentuk area
(tanpa satuan) dan konsentrasi (ppm/ppb) dalam waktu bersamaan. Peak yang
dihasilkan akan ditampilkan dalam kromatogram yang berbeda. Setiap satu kali
analisis akan dihasilkan tiga kromatogram, masing-masing detector satu
kromatogram. Laju emisi gas (ppbv) dihitung dengan regresi linier dari
peningkatan secara temporal emisi gas dalam sungkup (Van der Gon, 1996).
Pengamatan Eh dan pH Gambut
Pengukuran potensial redoks tanah dan pH dilakukan seminggu sekali
setelah pengambilan sampel gas. Potensial redoks tanah (Eh) diukur
menggunakan alat Eh-meter dan elektroda yang ditancapkan sekitar 20 cm
sebagai konduktornya. Sedangkan derajat kemasaman (pH) diukur menggunakan
pH meter.
Gambar 3. Tahapan Pengukuran emisi Gambut
Pemberian
Amelioran Analisis gas rumah
kaca (CO2, CH4 dan N2O)
Gambut berbagai tipe
penggunaan lahan
29
Gambar 4. Bagan alir kegiatan penelitian
Pembuatan gas chamber
Gas chamber diisi bahan gambut
sesuai dengan kebutuhan gambut
Inkubasi 2 minggu
Contoh gas dianalisis
dengan Kromatografi
Gas
Persiapan Percobaan
Pengambilan contoh
gambut (Jabiren, Kalsel)
Penyusunan tata letak percobaan
Komposit gambut berdasarkan
tipe penggunaan lahan
kadar air tanah gambut
dijaga agar tetap 66%
(volum/volum).
Pengolahan data
Pengambilan sampel gas
CH4, CO2, dan N2O setiap
satu minggu sekali
Pemberian amelioran
Pengukuran Eh dan pH
30
Pengamatan
Analisis Gas Rumah Kaca
Pengukuran laju produksi gas rumah kaca diukur dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut (Khalil et al, 1991):
F = x x x
Keterangan:
F : Fluks CO2/CH4/N2O (mg/m2/menit)
dc/dt : Perbedaan Konsentrasi CO2/CH4/N2O per satuan waktu (ppm/menit)
Vch : Volume boks (m3)
Ach : Luas boks (m2)
mW : Bobot molekul CO2/CH4/N2O (gr)
mV : Volume molekul CO2/CH4/N2O (22.4 l pada suhu dan tekanan standar/stp
dalam mol/l)
T : Suhu rata-rata inkubator (0C)
Analisis Usahatani
Analisis usahatani dilakukan dengan menggunakan input berupa komponen
biaya (TC), penerimaan usaha tani (TR) dan pendapatan biaya usaha tani (Pd).
Menurut Soekartawi (2002), cara analisis usahatani dengan menggunakan ketiga
variabel tersebut dikenal dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow
analysis). Penentuan analisis biaya-manfaat dalam cash flow pada penelitian ini
dikategorikan dalam 2 kondisi, yakni kebun karet monokultur dan kebun karet
intercropping dengan tanaman nanas. Secara umum asumsi dasar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Luas lahan dalam analisis usahatani ini adalah sebesar 1 Ha
2. Semua harga input dan harga output yang digunakan dalam analisis ini
adalah berdasarkan harga yang berlaku selama tahun penelitian, dengan
asumsi harga konstan selama umur proyek.
31
3. Tingkat diskonto yang digunakan dalam penelitian ini adalah 17 persen
yang didasarkan pada tingkat suku bunga kredit investasi rata-rata pada
bulan September 2011-September 2012.
4. Sumber modal seluruhnya modal sendiri.
5. Pendapatan bersih (net benefit) adalah selisih antara arus penerimaan
(inflow) dan arus biaya (outflow).
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Total penerimaan usahatani, merupakan perkalian antara prooduksi yang
diperoleh tanaman ke-i dengan harga produksi tanaman ke-i. Persamaannya
sebagai berikut:
TR = Yi . Pyi
TR : Total Penerimaan (Rp)
Y : Produksi yang diperoleh tanaman ke-i (kg/ha)
Py : Harga produksi tanaman ke-I (Rp/Kg)
b. Total biaya usahatani, merupakan nilai semua keluaran yang dipakai dalam
usahatani selama proses produksi baik yang langsung maupun tidak langsung.
Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan:
TC = FC + VC
TC : Total biaya, meliputi biaya tetap dan biaya variabel (Rp)
FC : Biaya tetap (Rp)
VC : Biaya variabel atau tidak tetap (Rp)
c. Pendapatan usahatani, merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya
yang dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Pd c= TR-TC
Pd : Pendapatan total (Rp)
TR : Total Penerimaan (Rp)
TC : Total biaya, meliputi biaya tetap dan biaya variabel (Rp)
32
d. Efisiensi, merupakan penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan yaitu
revenue cost rasio (R/C rasio) yang dapat dihitung melalui persamaan berikut:
RC= TR/TC
e. Net Present Value, merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat
dengan nilai sekarang arus biaya selama umur proyek yang dapat dihitung
melalui persamaan berikut (Gittinger, 1986):
Bt : Manfaat proyek pada tahun ke-t
Ct : Biaya proyek pada tahun ke-t
t : Umur proyek (tahun)
n : Jumlah tahun
i : Tingkat suku bunga (diskonto)
f. Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat diskonto yang membuat
NPV sama dengan nol. IRR dapat dihitung melalui persamaan berikut
(Gittinger, 1986):
Jika IRR > tingkat diskonto, maka suatu usaha layak untuk dilaksanakan.
Sebaliknya apabila IRR < tingkat diskonto, berarti suatu usaha tidak layak
untuk dilaksanakan.
g. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), merupakan perbandingan antara jumlah
present value yang positif (sebagai pembilang) dengan jumlah present value
yang negative (sebagai penyebut). Angka ini menunjukkan tingkat besarnya
tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Secara
sistematis dapat dihitung melalui persamaan berikut:
Jika Net B/C > 1, maka suatu usaha layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika
Net B/C < 1 berarti suatu usaha tidak layak untuk dilaksanakan.