baptisan selam dan baptisan percik (tinjauan...

37
1 BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan Kritis-Dogmatis terhadap Pemahaman Warga GKI Pajajaran Magelang dan GPdI Magelang tentang Sakramen Baptisan Kudus) Oleh: Mudji Kenanga Pawestri 712012033 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: voliem

Post on 08-Feb-2018

289 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

1

BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK

(Tinjauan Kritis-Dogmatis terhadap Pemahaman Warga GKI Pajajaran

Magelang dan GPdI Magelang tentang Sakramen Baptisan Kudus)

Oleh:

Mudji Kenanga Pawestri

712012033

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi

sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang

Teologi (S.Si.Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

2

Page 3: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

3

Page 4: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

4

Page 5: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

5

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,

karena kasih karuniaNya yang senantiasa melimpah dalam kehidupan penulis.

Secara khusus, penulis mengucapkan syukur karena penyertaanNya yang tak

pernah berhenti mengalir bagi penulis selama penulis menjalani empat tahun masa

pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). Namun demikian,

Tugas Akhir ini ditulis bukan karena tugas semata. Penulis menyusun Tugas

Akhir ini dengan harapan karya tulis ini dapat membantu semua denominasi

Gereja dan warga Gereja di Indonesia untuk memahami adanya perbedaan dalam

doktrin Sakramen Baptisan Kudus. Penulis juga berharap Tugas Akhir ini dapat

berguna di kemudian hari guna referensi atau sekedar menambah pengetahuan

mengenai Sakramen Baptisan Kudus. Besar pula harapan penulis, semoga Tugas

Akhir ini dapat menjadi berkat bagi para pembaca.

Penulis

Page 6: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

6

Daftar Isi

Halaman Judul i

Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan Keaslian

Lembar Pernyataan Bebas Royalti dan Publikasi

Kata Pengantar

Daftar Isi

Ucapan Terima Kasih

Motto

Abstrak

1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat

1.3.Metode Penelitian

1.4.Sistematika Penulisan

2. Sakramen Baptis dalam Tradisi Kekristenan

2.1.Hakekat dari Sakramen Baptis

2.1.1. Hakekat Sakramen secara Umum

2.1.2. Hakekat Sakramen dalam Kekristenan

2.1.3. Baptisan sebagai Sakramen

2.1.4. Hakekat Sakramen Baptis dalam Kekristenan

2.2.Ekspresi dari Sakramen Baptis

2.3.Air dalam Sakramen Baptis

2.4.Baptisan Percik dan Selam dalam Alkitab

2.5.Baptisan Percik dan Selam dalam Sejarah Perkembangan

Gereja

3. Pemahaman tentang Sakramen Baptis

3.1.GPdI Magelang

3.1.1. Pemahaman Warga GPdI Magelang tentang Sakramen

Baptis

ii

iii

iv

v

vi

viii

x

1

2

6

16

Page 7: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

7

3.1.2. Hubungan antara Baptisan dengan Perjamuan Kudus

dan Iman bagi Warga GPdI Magelang

3.1.3. Pemahaman Warga GPdI Magelang tentang Baptis

Percik

3.2.GKI Pajajaran Magelang

3.2.1. Pemahaman Warga GKI Pajajaran Magelang tentang

Sakramen Baptis

3.2.2. Hubungan antara Baptisan dengan Perjamuan Kudus

dan Iman bagi Warga GKI Pajajaran Magelang

3.2.3. Pemahaman Warga GKI Pajajaran Magelang tentang

Baptis Selam

4. Tinjauan Kritis-Dogmatis terhadap Pemahaman Warga GKI

Pajajaran Magelang dan GPdI Magelang tentang Sakramen

Baptisan Kudus

4.1.Tinjauan Berdasarkan Hakekat (Esensi) dari Sakramen

Baptisan Kudus

4.2.Tinjauan Berdasarkan Makna Kata Sacramentum dalam

Agama Kristen

4.3.Tinjauan Berdasarkan Tafsiran Alkitab

4.4.Kesimpulan

5. Penutup

5.1.Kesimpulan

5.2.Saran

Daftar Pustaka

21

26

27

Page 8: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

8

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya mengucapkan terima kasih kepada...

1. Tuhan Yesus Kristus atas penyertaanNya dalam seluruh kehidupan saya,

terkhusus pendidikan saya. Serta atas segala pertolonganNya yang selalu tepat

waktu.

2. Kedua orang tua saya atas dukungan dan doa yang tak lelah mereka panjatkan

untuk pendidikan dan kehidupan saya. Serta kedua kakak saya dan adik saya

yang juga tak luput memberikan dukungan dan semangat tanpa henti.

3. Pdt. Yusak B. Setyawan dan Pdt. Ebenhaizer I. Nuban Timo, kedua dosen

yang telah bersedia membimbing saya dalam penulisan tugas akhir ini. Terima

kasih atas kesabaran dan bimbingannya.

4. Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Magelang dan Gereja Kristen

Indonesia (GKI) Pajajaran Magelang, yang telah bersedia menjadi tempat

penelitian saya dalam penulisan tugas akhir ini. Secara khusus saya ucapkan

terima kasih kepada Om Victor dan Pdt. Leri yang telah bersedia menjadi

narasumber saya selama penelitian yang saya lakukan, kiranya Tuhan

memberkati.

5. Pdt. Retnowati, seorang wali studi yang telah menjadi ibu saya selama empat

tahun masa studi saya.

6. Semua dosen Fakultas Teologi yang telah menjadi orang tua saya di Fakultas

Teologi, serta yang telah bersedia membagikan ilmu yang dimiliki.

7. Bu Budi selaku TU Fakultas Teologi, terima kasih telah bersedia melayani

mahasiswa dengan ramah dan menyenangkan.

8. Gereja Kristen Indonesia (GKI) Soka Salatiga, yang telah menerima saya

selama 4 semester untuk dapat melaksanakan PPL I-IV. Terkhusus Pdt. Sony

yang telah berbesar hati membimbing saya dalam pelaksanaan PPL saya.

9. SMP Kristen 2 Salatiga, yang telah dengan senang hati menerima saya untuk

melaksanakan PPL V. Terkhusus bagi Bu Iren, yang telah dengan sabar dan

penuh kasih membimbing saya selama PPL saya.

Page 9: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

9

10. Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Sabda Bayu, Singaraja, Bali yang

telah menerima saya dengan senang hati untuk menjalani masa PPL VI. Pdt.

Finsen, Bu Gladis, Bapak dan Ibu Ely, Pak Rudolf, Bu Silvester, Pak

Murdana, Bu Tin, Bu Rena, serta segenap jemaat GKPB Sabda Bayu yang

tidak dapat saya sebutkan satu per satu; saya sungguh berterimakasih atas

dukungan dan bimbingan yang telah diberikan bagi saya dalam saya menjalani

masa PPL VI di GKPB Sabda Bayu, Singaraja, Bali. Kiranya Tuhan selalu

menyertai pelayanan dan persekutuan GKPB Sabda Bayu.

11. Bapak Yafet, mantan PR III, yang telah membantu saya pada awal perkuliahan

saya sehingga saya dapat menyelesaikan masa studi saya ini, kiranya Tuhan

yang membalas kebaikan bapak.

12. Bu Tien dan Bu Lis dari Bikem, yang telah membantu saya mendapatkan

beasiswa selama empat tahun pendidikan saya.

13. Pak Ratno dari bagian dispensasi, yang selalu saya repotkan setiap semester,

terima kasih atas kesabarannya.

14. Mas Bayu dan Mas Yudhi, para pria dari Boy Photocopy, terima kasih selalu

bersedia direpotkan dengan berbagai permintaan fotokopi dan print tugas serta

materi kuliah. Terima kasih sudah menjadi tempat fotokopi ternyaman di

Salatiga dengan petugas ter-ramah yang pernah saya temui.

15. Keluarga besar Fakultas Teologi, terima kasih telah menjadi kakak-kakak dan

adik-adik saya selama ini, kalian tak akan pernah kulupakan.

16. Keluarga besar angkatan 2012, i love you guys. Terima kasih telah menjadi

keluargaku dalam suka maupun duka selama empat tahun ini. Terima kasih

pada Tuhan yang telah menempatkan kalian dalam hidupku.

17. Keluarga besar paduan suara Voice of Theology (VoT), yang telah menjadi

tempat bagi saya menyalurkan hobi saya dalam bidang tarik suara. Serta bagi

setiap pelatih yang pernah singgah di VoT, terima kasih atas segala ilmunya

dalam paduan suara yang dapat mengasah kemampuan saya. Kiranya Tuhan

memberkati pelayanan VoT untuk selanjutnya.

Page 10: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

10

MOTTO

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang

perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada

mereka.”

Matius 7:12a

“kita dapat menunda sesuatu, tapi waktu akan terus

berjalan”

Page 11: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

11

1. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

Agama Kristen merupakan salah satu agama yang dianut oleh sebagian

besar bangsa Indonesia. Agama ini merupakan agama yang dibawa oleh bangsa-

bangsa Barat melalui kegiatan zending (Pekabaran Injil) pada sekitar abad ke-16

dan 17.1

Agama Kristen berakar pada Agama Katolik, yang pada awalnya

merupakan satu kesatuan. Agama yang berada di bagian barat Kekaisaran

Romawi disebut Gereja Barat dan agama yang berada di bagian timur Kekaisaran

Romawi disebut Gereja Timur. Gereja Timur meliputi Gereja-gereja Ortodoks

Timur, antara lain Gereja Nestorian, Koptik, Yakobit, Maronit, Armenia. Di sisi

lain, Gereja Barat meliputi Gereja Katolik Roma yang dalam perkembangan

selanjutnya menjadi akar dari munculnya Gereja-gereja Protestan. Kedua aliran

tersebut memiliki corak berbeda yang mengakibatkan perpecahan di antara kedua

bagian Agama Katolik tersebut.

Dalam Agama Kristen, ajaran-ajaran dibungkus dalam “dogma” dan

“doktrin”. Dogma menunjuk pada sebuah penegasan akan kebenaran iman yang

dimiliki Gereja,2 dan merupakan ajaran dalam Agama Kristen yang bertujuan

untuk merumuskan identitas Gereja atau Agama Kristen secara umum. Sedangkan

doktrin lebih menunjuk pada penjelasan yang lebih rinci, dan sistematis dari

dogma yang berlaku dalam sebuah komunitas,3

merupakan dogma yang

merumuskan identitas denominasi Kristen tertentu. Salah satu dogma dalam

Agama Kristen ialah keselamatan, yang dirumuskan dalam doktrin “Sakramen

Baptisan Kudus”. Sakramen berasal dari bahasa Latin „sacrament‟, yang berarti

janji setia di hadapan umum. Dalam keyakinan Gereja Protestan, sakramen

merupakan tanda kelihatan yang diadakan oleh Kristus yang menyatakan dan

1 Th. van den End, Ragi Carita 1: Sejarah Gereja di Indonesia 1500-1860 (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 1985), 22. 2 Ebenhaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani: Memahami Allah Tritunggal, Roh

Kudus, dan Karunia-karunia Roh secara Bertanggung Jawab (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2012), 4. 3 Nuban Timo, Aku Memahami, 4.

Page 12: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

12

menyampaikan rahmat,4 serta menggambarkan misteri keselamatan Allah yang

tidak kelihatan.5

Sakramen Baptisan Kudus merupakan sakramen yang dilakukan untuk

warga jemaat yang bersedia meninggalkan hidup lamanya untuk menjalani hidup

baru bersama dan di dalam Yesus Kristus. Sakramen Baptisan Kudus merupakan

sakramen dasar untuk dapat membuat seseorang menjadi warga Gereja secara

resmi, serta menjadikan seorang warga Gereja dapat menerima sakramen-

sakramen lain.

Di tengah keberagaman denominasi Gereja di Indonesia, penulis

menemukan adanya perbedaan doktrin mengenai Sakramen Baptisan Kudus,

khususnya perbedaan yang berhubungan dengan cara pembaptisan. Pembaptisan

dengan cara penyelaman, yang disebut sebagai Baptisan Selam, dilakukan oleh

Gereja-gereja beraliran Pentakosta dan Kharismatik. Di sisi lain, pembaptisan

dengan cara pemercikan, yang disebut sebagai Baptisan Percik, dilakukan oleh

Gereja-gereja beraliran Lutheran, Calvinis, dan Anabaptis. Masing-masing

denominasi memiliki sejarah dan alasan tersendiri dalam menerapkan doktrin

mereka, khususnya doktrin mengenai Sakramen Baptisan Kudus. Sakramen

Baptisan Kudus sendiri merupakan salah satu sakramen penting dalam agama

Kristen.

Namun demikian, terdapat perbedaan pemahaman dan praktek pembaptisan

antar-Gereja dengan denominasi yang berbeda. Dengan demikian, terdapat

perdebatan dalam agama Kristen tentang cara pembaptisan, yakni tentang cara

pembaptisan yang dianggap lebih benar. Masing-masing denominasi Gereja

menganggap dan merasa bahwa cara pembaptisan yang mereka lakukan adalah

cara yang paling benar di hadapan Allah. Masing-masing denominasi pun

menganggap bahwa doktrin denominasi lain „salah‟, bahkan „sesat‟. Perdebatan

inilah yang telah diteliti oleh penulis, yakni perbedaan pemahaman tentang cara

pembaptisan. Penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat membantu semua

4 Gerald O‟Collins dan Edward G. Farrugia, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 283.

5 Nuban Timo, Aku Memahami, 122.

Page 13: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

13

denominasi Gereja dan warga Gereja di Indonesia untuk memahami adanya

perbedaan dalam doktrin Sakramen Baptisan Kudus.

1.2.Rumusan Masalah, Tujuan, dan Manfaat

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis mengambil Gereja Kristen

Indonesia (GKI) dan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) sebagai objek

penelitian. GKI merupakan salah satu Gereja yang menerapkan doktrin Baptisan

Percik, dengan latar belakang aliran Calvinis. Di sisi lain, GPdI merupakan salah

satu Gereja yang menerapkan doktrin Baptisan Selam, dengan latar belakang

aliran Pentakosta. Masalah pokok dalam penelitian yang telah dilakukan adalah

sebagai berikut:

Bagaimana pemahaman warga GKI Pajajaran Magelang dan GPdI

Magelang mengenai Baptisan Selam dan Baptisan Percik?

Apa tinjauan kritis-dogmatis terhadap pemahaman warga GKI Pajajaran

Magelang dan GPdI Magelang tentang Sakramen Baptisan Kudus?

Penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran bagi Gereja tentang pemahaman mengenai Sakramen Baptisan Kudus.

Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan

dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Mendeskripsikan pemahaman warga GKI Pajajaran Magelang dan GPdI

Magelang mengenai Baptisan Selam dan Baptisan Percik.

Melakukan tinjauan kritis-dogmatis terhadap pemahaman warga GKI

Pajajaran Magelang dan GPdI Magelang tentang Sakramen Baptisan

Kudus.

Penelitian yang telah dilakukan akan penulis sajikan dalam bentuk karya

ilmiah yang diharapkan dapat menjadi sumber pustaka yang bermanfaat bagi

kalangan intelektual dan warga Gereja. Manfaat dari tulisan ini adalah:

1. Membantu warga Gereja memahami makna Sakramen Baptisan Kudus.

2. Membantu warga Gereja memahami mengenai cara Baptisan Selam dan

Baptisan Percik.

Page 14: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

14

3. Membantu warga Gereja untuk memperluas pemahaman mereka tentang

pelaksanaan Sakramen Baptisan Kudus yang tidak tunggal.

1.3.Metode Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan, metode yang telah digunakan adalah

metode kualitatif. Metode ini digunakan karena dapat memberikan hasil yang

lebih mendetail dan mendalam. Selain itu, dengan metode kualitatif penulis dapat

mengerti, mengetahui, dan memahami apa yang terjadi di lapangan. Dalam

penelitian ini diperlukan informasi yang sangat mendalam dan mendetail

mengenai pemahaman warga GKI dan GPdI mengenai Baptisan Selam dan

Baptisan Percik, serta makna dogma Kristen tentang Sakramen Baptisan Kudus,

sehingga metode kualitatif sangat diperlukan. Penelitian telah dilakukan di Gereja

Pantekosta di Indonesia (GPdI) Magelang dan Gereja Kristen Indonesia (GKI)

Pajajaran Magelang. Dalam pengambilan data, cara yang telah digunakan adalah

wawancara yang mendalam (deep interview) karena dengan wawancara yang

mendalam dapat diperoleh informasi yang detail mengenai segala hal yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Selain wawancara, penulis juga melakukan studi

pustaka (studi dokumen) untuk memperoleh data tentang Sakramen Baptisan

Kudus menurut masing-masing Gereja.

Informan dalam penelitian yang telah dilakukan adalah pendeta jemaat,

pengurus Gereja, serta anggota jemaat dari GPdI Magelang dan GKI Pajajaran

Magelang. Penelitian telah dilakukan dengan lokasi Gereja Pantekosta di

Indonesia (GPdI) Magelang dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Pajajaran

Magelang. Kedua lokasi ini dipilih karena mudah dijangkau dan GPdI

menerapkan ajaran Baptisan Selam, sedangkan GKI menerapkan ajaran Baptisan

Percik. Penelitian telah dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam dengan

pendeta jemaat, pengurus Gereja, serta anggota jemaat dari dua Gereja yang

masing-masing menerapkan Baptisan Percik dan Baptisan Selam, yakni GPdI

Magelang dan GKI Pajajaran Magelang. Sumber data utama adalah informasi

verbal yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan pendeta jemaat,

pengurus Gereja, serta anggota jemaat dari GPdI Magelang dan GKI Pajajaran

Page 15: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

15

Magelang. Sumber ini dilengkapi dengan data fisik berupa data yang

didokumentasikan. Data sekunder seperti dokumen-dokumen telah diperoleh

melalui dokumen-dokumen Gereja, buku katekisasi dari masing-masing Gereja,

serta tulisan-tulisan tentang topik yang diteliti.

1.4.Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi tulisan ini ke dalam lima bagian. Bagian pertama

berisi pendahuluan, yang di dalamnya termuat latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua

adalah landasan teori, yang akan menjelaskan tentang pengertian dari sakramen,

Baptisan, hakikat dan ekspresi dari Sakramen Baptisan, penggunaan air dalam

Sakramen Baptisan, Baptisan Percik dan Baptisan Selam dalam Alkitab serta

dalam sejarah perkembangan Gereja. Bagian ketiga akan memaparkan hasil

penelitian dengan rincian data hasil penelitian yang ditemukan selama penelitian

di lapangan. Bagian keempat merupakan analisis terhadap hasil penelitian dengan

menggunakan teori yang ada dalam bagian dua. Hingga yang terakhir, bagian

kelima, yakni penutup berupa kesimpulan akhir dari pengolahan data hasil

penelitian.

2. Sakramen Baptis dalam Tradisi Kekristenan

Dalam tulisan ini, fokus pembahasan adalah tentang Baptisan Selam dan

Baptisan Percik. Sebelum sampai pada uraian tersebut, pada bagian ini penulis

akan mengemukakan latar belakang dari sakramen secara umum, serta latar

belakang dari Sakramen Baptis. Setelah itu, penulis akan menyampaikan hakikat

(esensi) dan ekspresi (seremoni) dari Sakramen Baptis. Hal ini dirasa perlu

dilakukan dengan maksud untuk memberikan gambaran tentang hakikat dan

ekspresi dari Sakramen Baptis dalam Kekristenan, sebelum penulis sampai pada

pembahasan mengenai kedua ekspresi dari Sakramen Baptis, yakni cara selam dan

percik. Setelah itu akan dibahas mengenai penggunaan air dalam Sakramen

Baptis, serta Baptisan Percik dan Baptisan Selam dalam Alkitab serta dalam

sejarah perkembangan Gereja.

Page 16: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

16

2.1.Hakikat dari Sakramen Baptis

Ajaran tentang sakramen sudah ada sejak Abad-abad Pertengahan dan

dipengaruhi oleh Agustinus, yang berpendapat bahwa sakramen merupakan wujud

dari firman yang telah diberi tambahan unsur, sehingga sakramen merupakan

firman yang kelihatan.6 Maksudnya ialah, sakramen menjadi wujud nyata yang

kelihatan dari firman yang tidak kelihatan. Sakramen, dalam masa reformasi

Luther, merupakan janji Allah yang terkandung dalam firmanNya. Manusia hanya

dapat menerima kasih karunia dalam sakramen hanya jika mereka memiliki iman.7

Berbeda dengan Luther, Ulrich Zwingli menolak istilah sakramen, dan ia

menyatakan bahwa sakramen merupakan tindakan simbolis yang dipakai oleh

orang percaya dalam rangka memperingati perbuatan Kristus untuk

menyelamatkan manusia serta untuk menyatakan iman yang mereka miliki.8

Kemudian hari, Calvin memutuskan untuk berada di jalan tengah antara Luther

dan Zwingli. Menurutnya, sakramen bukan hanya tindakan manusia untuk

mengakui iman dalam Kristus, namun juga merupakan pemberian Allah.9 Dalam

hal ini, Allah berinisiatif memberikan keselamatan bagi manusia yang telah

terjebak dalam dosa. Atas keselamatan yang telah diberikan Allah tersebut, maka

manusia dengan iman kepercayaannya menyatakan janji setianya pada Allah.

2.1.1. Hakikat Sakramen secara Umum

Istilah „sakramen‟ berasal dari bahasa Latin „sacramentum‟ yang berakar

pada kata sacr atau sacer yang memiliki arti kudus, suci, atau lingkungan orang

kudus. Kata Latin sacrare berarti menyucikan, menguduskan, atau

mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi bidang yang suci atau kudus. Dalam

tradisi Romawi kuno, sacramentum digunakan dalam dua pengertian. Pertama,

kata ini menunjuk pada sumpah prajurit untuk menyatakan kesediaannya

mengabdi bagi dewa atau negara. Kedua, kata ini menunjuk pada uang denda dari

6 Benhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 174.

7 Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme?(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 190-191.

8 de Jonge, Apa itu Calvinisme?, 192.

9 de Jonge, Apa itu Calvinisme?, 193.

Page 17: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

17

pihak-pihak yang berperkara dalam pengadilan yang diletakkan dalam suatu kuil

dewa, karena keputusan hakim dipandang sebagai keputusan dewa.10

2.1.2. Hakikat Sakramen dalam Kekristenan

Istilah sacramentum baru digunakan oleh orang Kristen pada abad dua

untuk menerjemahkan kata mysterion (Yunani). Kata mysterion ini berakar pada

kata yang memiliki arti menutup mata atau mulut sebagai reaksi terhadap

pengalaman yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, yakni pengalaman

akan Yang Illahi. Kata mysterion dapat juga diartikan sebagai realitas

tersembunyi.11

Dalam agama, terdapat dua macam simbol religius, yakni simbol ekspresif

yang merupakan ungkapan dari pengalaman batiniah seseorang terhadap yang

transenden. Simbol yang kedua adalah simbol representatif, yaitu sebuah lambang

yang menghadirkan suatu realitas yang hanya dapat dimengerti melalui simbol

tersebut. Sakramen termasuk di dalam simbol representatif, di mana sakramen

merupakan sebuah perbuatan religius yang menunjuk pada yang transenden.12

Agama Kristen memahami kata sacramentum sebagai perbuatan Allah yang

bersedia menyelamatkan manusia dan juga sebagai wujud janji setia manusia pada

perbuatan Allah tersebut. Dalam hal ini, orang Kristen meyakini adanya kesediaan

dari Allah untuk menyelamatkan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa.

Manusia mengikrarkan janji setianya pada Allah karena ia telah diselamatkan,

sebagai ungkapan syukur pada Allah.

2.1.3. Baptisan sebagai Sakramen

Kata baptis berasal dari kata „baptismus‟ atau „baptisma‟, yang merupakan

bahasa Latin. Istilah „baptis‟ berasal dari kata Yunani „baptizo‟, yang memiliki

makna membasuh, mencuci, atau mencelupkan.13

Kata baptizo merupakan kata

10

O‟Collins dan Farrugia, Kamus Teologi, 284. 11

O‟Collins dan Farrugia, Kamus Teologi, 284. 12

C. Groenen, Sakramentologi: Ciri Sakramental Karya Penyelamatan Allah, Sejarah, Wujud,

Struktur (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 5. 13

O‟Collins dan Farrugia, Kamus Teologi, 283-284.

Page 18: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

18

kerja yang berasal dari kata dasar bapto yang memiliki arti harafiah pencelupan

sesuatu ke dalam cairan, kemudian dikeluarkan kembali. Sehingga kata baptizo

memiliki arti mencelupkan sesuatu dan mengeluarkannya kembali. Namun

demikian, kata baptizo juga dapat diartikan dengan membersihkan atau

menyucikan. Sakramen Baptis memiliki makna kesediaan seorang Kristen untuk

dibasuh di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.14

Sakramen Baptis merupakan

sakramen yang dilakukan untuk warga jemaat yang bersedia meninggalkan hidup

lamanya untuk menjalani hidup baru bersama dan di dalam Yesus Kristus.

Baptisan bukanlah satu-satunya sakramen dalam Agama Kristen. Terdapat

dua belas sakramen dalam Agama Katolik, yakni: Baptisan, konfirmasi,

pengurapan orang sakit, penahbisan imam, pengurapan raja, penahbisan Gereja,

pengakuan iman, penahbisan kanosis, penahbisan biarawan dan biarawati, serta

pernikahan.15

Pada Abad-abad Pertengahan, ada sistematisasi dan penetapan

jumlah sakramen, yaitu tujuh, yang terdiri dari Baptisan, penguatan, ekaristi,

perkawinan, tahbisan, pengurapan orang sakit, dan pertobatan.16

Ketujuh

sakramen inilah yang hingga saat ini menjadi jumlah sakramen yang diakui dalam

ajaran Katolik.

Dalam sejarah perkembangan Gereja, telah dikenal istilah “sakramen

utama” dan “sakramen kurang penting”, atau lebih sering disebut sebagai

sacrament majora dan sacrament minora. Dari ketujuh sakramen yang ditetapkan

dalam Konsili Trente, terdapat sakramen yang seakan-akan menjadi pusat dari

semua sakramen, dan ada sakramen yang hanya menjadi pelengkap bagi sakramen

yang utama tersebut.17

Dua sakramen yang dianggap sebagai sacrament majora

adalah ekaristi (Perjamuan Kudus) dan Baptisan. Perjamuan Kudus mewujudkan

pemersatuan manusia dengan Allah melalui penyelamatan Yesus Kristus, melalui

roti dan anggur yang menjadi simbol tubuh dan darah Yesus. Baptisan dianggap

sebagai sakramen utama karena melalui sakramen ini setiap orang percaya dapat

14

O‟Collins dan Farrugia, Kamus Teologi, 283-284. 15

Lohse, Pengantar Sejarah, 191. 16

de Jonge, Apa itu Calvinisme?, 190. 17

Groenen, Sakramentologi, 205.

Page 19: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

19

masuk ke dalam persekutuan bersama dengan Kristus dan bersama dengan semua

orang percaya. Dengan demikian, sakramen-sakramen lainnya, yang termasuk

dalam sacrament minora, menjadi pelengkap bagi kedua sakramen tersebut.18

Dengan alasan inilah, dalam Agama Kristen hanya terdapat dua sakramen, yakni

Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.

2.1.4. Hakikat Sakramen Baptis dalam Kekristenan

Hakikat (esensi) dari Sakramen Baptis ialah menyatukan diri dengan

Kristus dalam kematianNya, di mana jemaat menyalibkan dan menguburkan

kehidupan lamanya, sehingga ia dapat bangkit bersama Kristus dalam kehidupan

baru.19

Hal ini merupakan pemikiran teologi Paulus dan para penerusnya, yang

dapat dilihat dalam Roma 6:3-4 dan Kolose 2:12. Baptisan dapat dilihat sebagai

materai yang menunjukkan bahwa seseorang telah melekat dengan Kristus,20

seperti yang tertulis dalam Galatia 3:27. Sakramen Baptis membuat jemaat secara

khusus menjadi bagian dari “tubuh Kristus”, yang ditegaskan dalam 1 Korintus

12:13 dan hal ini yang membedakan orang Kristen dengan orang lain. Kematian

Kristus di atas salib merupakan rahmat yang ditujukan bagi semua manusia,

namun orang Kristen dipanggil secara khusus untuk menjadi milik Kristus melalui

Sakramen Baptis.21

Sesungguhnya Sakramen Baptis merupakan perwujudan iman

orang percaya pada Kristus dengan cara memberikan janji setianya melalui proses

meninggalkan kehidupan lamanya untuk menjalani kehidupan baru di dalam

Kristus.

Bagi Kristen Protestan, hakikat dari Sakramen Baptis adalah diterimanya

seseorang di dalam persekutuan jemaat sebagai bagian dari tubuh Kristus. Namun

bagi Pentakosta, hakikat dari Sakramen Baptis merupakan peristiwa yang dialami

18

Groenen, Sakramentologi, 207. 19

G.C. van Niftrikdan B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984),

443. 20

Lohse, Pengantar Sejarah, 178. 21

van Niftrik dan Boland, Dogmatika Masa Kini, 444.

Page 20: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

20

oleh seseorang untuk meninggalkan kehidupan lamanya dan menjalani kehidupan

baru di dalam Kristus.22

Bersamaan dengan masa reformasi Gereja yang dilakukan oleh Luther di

Jerman dan Calvin di Jenewa, terjadi pula reformasi yang dilakukan oleh Zwingli

di Swiss. Reformasi oleh Zwingli ini menjadi akar dari aliran Anabaptis. Ajaran

yang membedakan aliran Anabaptis dengan ajaran Lutheran dan Calvinis, ialah

mengenai Baptisan terhadap anak-anak. Bagi Anabaptis, Baptisan tidak dapat

dilakukan terhadap anak-anak karena mereka belum dapat menyatakan respons

terhadap pengampunan dosa serta menyatakan kesediaan mereka untuk bertobat

dan beriman pada Yesus.23

Namun dalam aliran Lutheran, Injili, dan Calvinis,

diakui adanya Baptisan bagi anak-anak, karena penting bagi anak-anak untuk

masuk ke dalam persekutuan Gereja sedini mungkin. Bagi aliran Lutheran, Injili,

dan Calvinis, untuk menerima Baptisan, seseorang tidak perlu untuk memiliki

iman yang matang; karena bagi mereka, yang membuat Baptisan menjadi efektif

ialah janji Allah dan bukan iman.24

Hal ini bertujuan agar iman anak tersebut

dapat dibina sejak awal.

Walaupun berbeda pendapat dengan Lutheran dan Calvinis mengenai

Baptisan anak, namun Anabaptis tetap melakukan Baptisan dengan cara

memercikkan air ke atas kepala terbaptis. Selanjutnya, muncullah aliran Baptis,

yang kemudian hari diikuti dengan munculnya aliran Pentakosta dan Kharismatik.

Ketiga aliran ini sependapat dengan aliran Anabaptis mengenai Baptisan yang

tidak dapat dilakukan terhadap anak-anak. Namun mereka lebih menekankan lagi

bahwa Baptisan yang sesuai dengan Alkitab adalah Baptisan dengan cara

menyelamkan seluruh tubuh terbaptis ke dalam air.25

Bagi aliran Lutheran, Injili, dan Calvinis, Sakramen Baptis haruslah

dilakukan pada ibadah di Gereja oleh seorang pendeta yang telah ditahbiskan dan

22

Aritonang, Berbagai Aliran, 189. 23

Aritonang, Berbagai Aliran, 107. 24

de Jonge, Apa itu Calvinisme?, 191. 25

Aritonang, Berbagai Aliran, 141, 189.

Page 21: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

21

disaksikan oleh jemaat.26

Namun demikian, dalam aliran Baptis, Pentakosta, dan

Kharismatik, Sakramen Baptis hanya dapat diterima oleh orang dewasa, yang

dianggap telah dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta iman yang ia

miliki. Orang dewasa merupakan orang yang telah dapat mengambil keputusan

sendiri dan dapat bertanggung jawab atas segala yang ia lakukan. Selain itu,

Baptisan dalam aliran Baptis, Pentakosta, dan Kharismatik dilakukan di sebuah

kolam khusus atau di sungai. Baptisan dilakukan di luar ibadah Gereja, sehingga

yang ada dalam proses pembaptisan hanyalah jemaat yang dibaptis dan pendeta

yang membaptis.27

2.2.Ekspresi dari Sakramen Baptis

Ekspresi atau seremoni merupakan cara untuk dapat mewujudkan hakikat

atau esensi dari sesuatu, dalam hal ini Sakramen Baptis. Hakikat dari Sakramen

Baptis diwujudkan dengan berbagai macam ekspresi. Salah satu ekspresi yang

dilakukan oleh Gereja-gereja dalam mewujudkan hakikat Sakramen Baptis, ialah

cara mereka melakukan pembaptisan. Gereja Khatolik melakukan Baptisan

dengan cara memercikkan air sebanyak tiga kali ke atas kepala jemaat yang

dibaptis. Jumlah percikan ini bukan merupakan kewajiban, di mana jumlah tiga

kali ini disesuaikan dengan tiga nama yang dipakai dalam formula Baptisan, yakni

Bapa, Putra dan Roh Kudus. Namun demikian, jumlah ini dianggap tidak

melambangkan bahwa hanya ada satu Baptisan, sehingga Gereja-gereja reformasi

(Lutheran, Injili, dan Calvinis) hanya melakukan percikan sebanyak satu kali.28

Di

sisi lain, Gereja Baptis, Pentakosta, dan Kharismatik melakukan Baptisan dengan

cara menyelamkan jemaat yang dibaptis ke dalam air.29

Namun, ada aliran Gereja

yang tidak memakai air dalam melakukan pembaptisan, seperti Bala Keselamatan

yang melakukan Baptisan dengan menggunakan bendera, dan masih banyak lagi

cara pembaptisan yang dilakukan Gereja-gereja dalam mewujudkan hakikat dari

Sakramen Baptis. Baptisan bendera yang dilakukan oleh Bala Keselamatan

26

de Jonge, Apa itu Calvinisme?, 200. 27

Aritonang, Berbagai Aliran, 141, 189-190, 222. 28

de Jonge, Apa itu Calvinisme?, 201. 29

Aritonang, Berbagai Aliran, 141, 189.

Page 22: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

22

didasarkan pada Lukas 3:16, di mana mereka menganggap Baptisan air hanya

merupakan tanda lahiriah. Dengan demikian, Bala Keselamatan berpendapat

bahwa Baptisan tidak harus dilakukan dengan air. Baptisan bendera tersebut

dilakukan dengan cara mengibarkan bendera di sekitar tubuh orang yang akan

dibaptis, dan hal tersebut dilakukan dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus.30

2.3.Air dalam Sakramen Baptis

Air merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari Sakramen Baptis bagi

sebagian besar Gereja. Dalam upacara Baptisan, air merupakan unsur yang paling

sering dipakai, karena air merupakan unsur alami yang mudah didapatkan dan

Baptisan Yesus dilakukan di dalam air Sungai Yordan.31

Air yang memiliki fungsi

untuk membersihkan sesuatu dari noda, digunakan dalam Sakramen Baptisan

untuk melambangkan bahwa orang yang dibaptis telah dibersihkan dari dosa oleh

darah Kristus. Selain itu, air dapat memberi kehidupan bagi semua makhluk

hidup, hal ini menjadikan air sebagai lambang dari darah Kristus yang memberi

kehidupan bagi manusia yang seharusnya mati karena dosa.32

Bagi aliran

Lutheran, Injili, dan Calvinis, air hanyalah sebuah sarana yang digunakan untuk

melakukan Sakramen Baptisan. Namun bagi aliran Baptis, Pentakosta, dan

Kharismatik, air merupakan syarat utama dalam pelaksanaan Sakramen Baptis.

Mereka meyakini bahwa orang yang dibaptis menguburkan hidupnya yang lama

kemudian bangkit dalam hidup yang baru, dan hal ini terjadi ketika seluruh tubuh

orang yang dibaptis diselamkan ke dalam air.

Banyak atau sedikitnya air yang digunakan dalam Sakramen Baptis

merupakan pengaruh dari pemahaman masing-masing Gereja tentang Sakramen

Baptis. Mereka yang memahami bahwa air sangatlah penting dalam pelaksanaan

Baptisan, maka mereka akan memakai air dalam jumlah yang banyak. Di sisi lain,

mereka yang menganggap bahwa air hanyalah sekedar sarana dalam Baptisan,

maka mereka akan memakai air dalam jumlah yang sedikit. Demikian juga

30

Hasil wawancara dengan salah seorang anggota jemaat Bala Keselamatan di Magelang. 31

Nuban Timo, Aku Memahami, 131. 32

R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), 187.

Page 23: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

23

dengan mereka yang menganggap bahwa air bukanlah syarat utama dalam

Sakramen Baptis, maka mereka tidak menggunakan air sama sekali dalam

melakukan Baptisan.

2.4.Baptisan Percik dan Selam dalam Alkitab

Penggunaan air untuk pembaptisan dalam Alkitab memiliki berbagai

macam bentuk. Dalam Matius 3:13-17 dan Markus 1:9-11, terdapat kisah

pembaptisan Yesus yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis dengan cara

diselamkan ke dalam Sungai Yordan. Kisah Para Rasul 10:44-48 menunjukkan

peristiwa pembaptisan Kornelius dan semua orang yang ada di rumahnya, yang

dilakukan oleh Petrus. Baptisan Kornelius dan semua orang yang ada di rumahnya

ini dilakukan dengan menggunakan air, namun tidak ada indikasi tentang cara

yang digunakan dalam pelaksanaan Baptisan tersebut. Alkitab juga mencatat

adanya Baptisan yang dilakukan secara massal terhadap tiga ribu orang, yakni di

dalam Kisah Para Rasul 2:37-41, pada hari Pentakosta. Kisah mengenai Baptisan

masih dapat ditemukan dalam Kisah Para Rasul 8:26-40, di mana seorang sida-

sida dari Etiopia meminta Filipus untuk membaptisnya secara selam di suatu

tempat yang ada airnya. Namun demikian, dalam Kisah Para Rasul 16:13-15 dan

pada ayat 30-34, dapat ditemukan kisah pembaptisan yang diterima oleh Lidia dan

seisi rumahnya, serta oleh kepala penjara dan keluarganya. Kisah ini

mengindikasikan bahwa Baptisan juga dapat dilakukan di rumah, tidak harus

dilakukan di kolam atau sungai. Hal ini menunjukkan kemungkinan bahwa

Baptisan yang dilakukan ialah dengan cara percik.

2.5.Baptisan Percik dan Selam dalam Sejarah Perkembangan Gereja

Sejak terbentuknya Gereja mula-mula, Baptisan sesungguhnya telah

menjadi bagian dari Gereja. Pada masa itu, Baptisan merupakan khotbah yang

nampak tentang Allah yang memberikan pengampunan melalui Yesus Kristus.

Namun dalam perkembangan selanjutnya, tepatnya pada sekitar tahun 100, jemaat

mulai meyakini bahwa perlu digunakan air dalam pelaksanaan Baptisan. Air

diyakini memiliki manfaat untuk menyucikan dan membersihkan tubuh seorang

Page 24: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

24

anggota jemaat yang menerima Baptisan, bukan hanya dari kekotoran jasmani,

namun juga secara khusus menyucikan dan membersihkan jiwanya dari segala

kuasa setan.33

Selain itu, jemaat juga meyakini bahwa melalui Baptisan, maka

segala dosa di dalam diri seseorang akan dihapuskan.34

Baptisan dalam Gereja

Katolik Roma, dilakukan dengan cara memercikkan air ke atas kepala penerima

Sakramen Baptis. Oleh karena itu, anak-anak pun diwajibkan untuk turut

menerima Sakramen Baptis.

Pelaksanaan Baptisan Percik tersebut berlangsung cukup lama dan tetap

dipertahankan, walaupun terjadi Reformasi Gereja serta beberapa protes terhadap

Gereja Katolik Roma, yang di antaranya dilakukan oleh Luther, Calvin, dan para

reformator lainnya. Hingga hadirnya aliran Anabaptis yang tetap mempertahankan

Baptisan Percik, namun mereka menolak Baptisan bagi anak-anak. Alasan yang

mereka berikan ialah “Amanat Agung” dalam Matius 28:19-20, yang

menunjukkan bahwa orang Kristen yang telah dibaptis memiliki tugas untuk

menjalani kehidupan mereka sesuai dengan perintah Kristus. Bagi aliran

Anabaptis, Baptisan yang seperti ini tidak dapat dilakukan terhadap anak-anak

yang belum dapat memahami dan meyakini pengajaran akan keselamatan.35

Jauh setelah itu, hadir aliran Baptis yang menentang pelaksanaan

Sakramen Baptisan bagi anak-anak, sependapat dengan aliran Anabaptis. Namun,

mereka mengajukan sebuah cara baru bagi pelaksanaan Baptisan, yakni dengan

cara diselamkan. Cara inilah yang menjadi landasan bagi aliran Baptis untuk tidak

melakukan Baptisan bagi anak-anak. Selain itu, mereka juga menganggap bahwa

orang dewasa telah memiliki kemampuan untuk memahami apa yang ia imani dan

ia dapat mengambil keputusan untuk menyatakan imannya, serta ia bersedia untuk

mempertanggungjawabkan pilihannya.36

Setelah aliran Baptis ini, maka

muncullah berbagai macam aliran Gereja yang sependapat dengan Baptisan

dengan cara selam.

33

H. Berkhof dan I.H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 31. 34

Berkhof dan Enklaar, Sejarah Gereja, 112. 35

C. Arnold Snyder, Dari Benih Anabaptis: Intisari Kesejarahan Jati Diri Anabaptis (Semarang:

Pustaka Muria, 2007), 26. 36

Aritonang, Berbagai Aliran, 141.

Page 25: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

25

Dalam sejarah perkembangan Gereja, setiap aliran baru yang muncul

dianggap sebagai aliran sesat oleh aliran-aliran Gereja yang telah terlebih dahulu

hadir. Sehingga, setiap pendapat baru mengenai cara membaptis yang diajukan

oleh setiap aliran Gereja yang baru muncul, tentunya menimbulkan kontroversi

dan perdebatan. Namun, hingga saat ini Sakramen Baptisan dilakukan oleh

masing-masing Gereja dengan berbagai macam cara, menurut refleksi mereka

masing-masing.

3. Pemahaman tentang Sakramen Baptis

3.1.GPdI Magelang

Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) merupakan Gereja yang termasuk

dalam aliran Pentakosta. GPdI Magelang terletak di Jl. Tentara Pelajar 64,

Magelang dengan gembala sidang Pdt. Victor Andrew Malino. Gereja tersebut

memiliki sekitar 1200 orang jemaat. Gereja ini berdiri pada tanggal 4 Maret 1956

dengan Gembala Sidang pertama Pdt. Joshua Suryaputra.

3.1.1. Pemahaman Warga GPdI Magelang tentang Sakramen Baptis

Baptisan bagi warga GPdI Magelang merupakan peristiwa di mana mereka

melepas kehidupan lama mereka sebagai hamba dosa, dan menjalani kehidupan

baru sebagai hamba kebenaran.37

Setelah dibaptis, mereka menyadari bahwa

mereka masih hidup sebagai manusia yang belum berada dalam kondisi sempurna.

Namun mereka menyadari pula bahwa mereka harus berusaha untuk tidak terikat

lagi dengan kehidupan lama mereka.38

Bagi Gereja beraliran Pentakosta, bentuk

Baptisan yang sah adalah dengan cara “selam”. Hal ini dikarenakan mereka

menjadikan peristiwa pembaptisan Yesus di Sungai Yordan sebagai dasar (Matius

3:13-17). Selain itu, mereka melihat dari asal kata baptis yang memiliki arti

37

Wawancara dengan Heri, salah seorang aktivis pemuda GPdI Magelang, pada tanggal 10

Oktober 2015 pukul 09.00 WIB. 38

Wawancara dengan Stefanus Onni, salah seorang anggota remaja GPdI Magelang, pada tanggal

10 Oktober 2015 pukul 13.00 WIB.

Page 26: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

26

“mencelupkan” yang disamaartikan dengan “menyelamkan”.39

Bagi Gereja

beraliran Pentakosta, Baptisan yang dilakukan dengan cara selam juga memiliki

makna teologis. Saat seseorang dibaptis dengan cara diselam, berarti ia telah

menenggelamkan kehidupan lamanya dan keluar dari air dengan kehidupan yang

baru di dalam Kristus.40

Menurut pendeta GPdI Magelang, Baptisan yang dikehendaki Tuhan

dalam Alkitab adalah Baptisan yang dilakukan dengan cara “seluruh tubuh

diselamkan ke dalam air dan kemudian dikeluarkan kembali”. GPdI Magelang

juga memaknai Baptisan ini sebagai peristiwa penguburan kehidupan lama dan

kemudian bangkit lagi di dalam Kristus dengan mengenakan kehidupan baru.41

3.1.2. Hubungan antara Baptisan dengan Perjamuan Kudus dan Iman bagi

Warga GPdI Magelang

Bagi GPdI, Baptisan tidak berlaku bagi anak-anak. Bagi mereka, hanya

seseorang yang dapat menyatakan imannya pada Yesus yang dapat menerima

Baptisan. Bagi anak-anak, terkhusus dalam usia di bawah satu bulan, mereka

hanya diserahkan kepada Gereja, di mana orang tua mereka mempercayakan

anaknya untuk dibimbing dan dibina dalam ajaran GPdI.42

Dalam GPdI Magelang

dan Gereja Pantekosta secara keseluruhan, Baptisan merupakan kewajiban bagi

seluruh jemaat GPdI yang sudah dewasa dan percaya, serta bagi jemaat dari

Gereja lain yang akan menikah dengan jemaat GPdI.43

Sebagai contoh, ketika

seorang warga GKI ingin menikah dengan salah seorang warga GPdI, maka warga

GKI tersebut harus bersedia menerima Baptisan Selam jika keduanya ingin

melangsungkan pernikahan di GPdI.

39

Wawancara dengan Bapak Titus Hernawan, salah seorang majelis GPdI Magelang, pada tanggal

11 Oktober 2015 pukul 08.00 WIB. 40

Wawancara dengan Ibu Trifena, salah seorang anggota kaum wanita GPdI Magelang, pada

tanggal 11 Oktober 2015 pukul 09.30 WIB. 41

Wawancara dengan Heri, salah seorang aktivis pemuda GPdI Magelang, pada tanggal 10

Oktober 2015 pukul 09.00 WIB. 42

Wawancara dengan Pdt. Victor A. Malino, pendeta jemaat GPdI Magelang, pada tanggal 11

Oktober 2015 pukul 13.00 WIB. 43

Wawancara dengan Pdm. Jerry Maarende, seorang pendeta muda di GPdI Magelang, pada

tanggal 10 Oktober 2015 pukul 18.00 WIB.

Page 27: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

27

Namun demikian, GPdI memperbolehkan anak-anak untuk menerima

Perjamuan Kudus. Bagi mereka, Perjamuan Kudus merupakan peristiwa yang

mengajak jemaat untuk mengenang penderitaan dan kematian yang dialami Yesus

demi menebus dosa manusia. Peristiwa pengenangan ini dapat dinikmati oleh

semua orang percaya, termasuk anak-anak.44

Berdasarkan pendapat ini, sebuah

pertanyaan timbul di benak penulis, yakni apakah anak-anak memahami makna

pengenangan atas penderitaan dan kematian Yesus? Jika mereka tidak

diperbolehkan menerima Baptisan dengan alasan mereka belum dapat menyatakan

iman mereka, lalu mengapa mereka diperbolehkan menerima Perjamuan Kudus?

3.1.3. Pemahaman Warga GPdI Magelang tentang Baptis Percik

Baptis Percik, menurut GPdI, bukanlah cara membaptis yang sesuai

dengan Alkitab, atau dalam bahasa mereka, “tidak Alkitabiah”. Asal mula Baptis

Percik yang dikemukakan oleh GPdI Magelang adalah adanya kendala di Eropa

yang sedang mengalami musim dingin, kemudian hal ini mempengaruhi Gereja-

gereja di Indonesia. Menurut mereka, Baptis Percik tidak perlu dilakukan di

Indonesia yang hanya memiliki dua musim. Mereka juga berpendapat bahwa

alasan-alasan atas pelaksanaan Baptis Percik sesungguhnya dapat diatasi,

misalnya dengan cara melakukan Baptisan pada saat musim panas, bukan pada

musim dingin.45

Berdasarkan pendapat ini, pertanyaan yang timbul di benak penulis adalah,

bagaimana dengan daerah-daerah kering di Indonesia? Sebagai contoh, daerah-

daerah di Indonesia bagian Timur yang mengalami kekurangan air, apakah

mereka harus membuang-buang air, yang telah mereka peroleh dengan bersusah

payah, hanya demi dapat membaptis anggota jemaat?

44

Wawancara dengan Pdm. Jerry Maarende, seorang pendeta muda di GPdI Magelang, pada

tanggal 10 Oktober 2015 pukul 18.00 WIB. 45

Wawancara dengan Pdt. Victor A. Malino, pendeta jemaat GPdI Magelang, pada tanggal 11

Oktober 2015 pukul 13.00 WIB.

Page 28: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

28

GPdI Magelang mengemukakan bahwa Baptis Percik sesungguhnya sah-

sah saja, karena merupakan kesepakatan organisasi. Namun, tetap saja Baptis

Percik tidaklah Alkitabiah, sehingga perlu untuk diluruskan. Berbicara tentang

Baptisan adalah berbicara tentang makna, di mana makna ini didapat dari asal kata

baptizo yang memiliki arti „celup‟. Selain itu, makna ini juga didapat dari cara

membaptis dalam Perjanjian Baru, yakni diselamkan.46

3.2.GKI Pajajaran Magelang

Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan Gereja yang termasuk dalam

aliran Calvinis. GKI Pajajaran Magelang terletak di Jl. Pajajaran 27 Magelang,

dengan Pendeta Jemaat Pdt. Leri Tobing. Gereja ini berdiri pada 22 Desember

1932 dengan nama Hoa Kiauw Kie Tok Kauw Hwee dan pernah memakai nama

GKI Magelang. Kemudian pada tanggal 20 Februari 2002 hadir GKI Diponegoro,

serta pada 10 Agustuts 1986 hadir GKI Pahlawan, maka GKI Magelang berubah

nama menjadi GKI Pajajaran Magelang. GKI Pajajaran Magelang kini memiliki

anggota jemaat sekitar 1300 orang.

3.2.1. Pemahaman Warga GKI Pajajaran Magelang tentang Sakramen

Baptis

Warga GKI Pajajaran Magelang memahami Sakramen Baptis sebagai

wujud kepercayaan dan kemantapan hati mereka untuk mengikut Yesus. Bagi

mereka, Baptisan dilakukan dengan cara “percik”. GKI Pajajaran Magelang

mengemukakan bahwa Baptisan dilakukan sebagai tanda keselamatan. Dalam

Baptisan tersebut terdapat dua dimensi, yakni kedekatan jemaat yang dibaptis

dengan Allah dan persekutuannya dengan jemaat lain sebagai tubuh Kristus.47

Menurut GKI Pajajaran Magelang, Sakramen Baptisan merupakan perwujudan

sikap iman jemaat terhadap Tuhan, di mana Baptisan diawali dengan adanya

46

Wawancara dengan Pdm. Jerry Maarende, seorang pendeta muda di GPdI Magelang, pada

tanggal 10 Oktober 2015 pukul 18.00 WIB. 47

Wawancara dengan Bapak Jungshin, salah seorang anggota jemaat GKI Pajajaran Magelang,

pada tanggal 17 Oktober 2015 pukul 19.00 WIB.

Page 29: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

29

pertobatan sebagai respon akan panggilan Tuhan. Sakramen Baptis dalam GKI

Pajajaran (Calvinis) merupakan tanda bahwa seseorang diterima di dalam

persekutuan Gereja. Selain itu, Sakramen Baptisan haruslah dilakukan pada

kebaktian Gereja oleh seorang pendeta, dengan cara memercikkan air ke atas

kepala jemaat yang dibaptis.48

3.2.2. Hubungan antara Baptisan dengan Perjamuan Kudus dan Iman bagi

Warga GKI Pajajaran Magelang

Baptisan dipahami sebagai sikap iman jemaat dalam rangka merespon

panggilan Tuhan. Baptisan tidaklah menyelamatkan jemaat, namun cara menuju

keselamatan, Baptisan sejalan dengan iman dan tidak dapat terpisahkan.49

GKI

memperbolehkan Baptisan bagi anak-anak, karena Baptisan anak merupakan

wujud masuknya anak-anak ke dalam persekutuan. Anak-anak memang belum

mengerti makna Baptisan yang mereka terima, namun orang tua dari anak tersebut

memahaminya dan memiliki tanggung jawab atas iman anak tersebut. Tanggung

jawab orang tua atas iman anaknya berlaku hingga anak tersebut telah siap untuk

menyatakan imannya dan mempertanggungjawabkan imannya sendiri.50

Namun demikian, GKI tidak memperbolehkan anak-anak untuk menerima

Perjamuan Kudus. Bagi mereka, Perjamuan Kudus dapat diterima hanya oleh

jemaat yang telah menerima Baptisan dan Peneguhan Sidi. Peneguhan Sidi adalah

pengakuam iman yang dilakukan oleh anggota jemaat yang telah menerima

Baptisan. Peneguhan Sidi ini menjadi pintu masuk bagi seorang anggota jemaat

untuk dapat turut serta dalam Perjamuan Kudus. Inilah yang menjadi alasan

48

Wawancara dengan Pdt. Leri Tobing, pendeta jemaat GKI Pajajaran Magelang, pada tanggal 19

Oktober 2015 pukul 09.00 WIB. 49

Wawancara dengan Ibu Linawati, salah seorang anggota jemaat GKI Pajajaran Magelang, pada

tanggal 17 Oktober 2015 pukul 16.00 WIB. 50

Wawancara dengan Jheldy, salah seorang anggota remaja GKI Pajajaran Magelang, pada

tanggal 17 Oktober 2015 pukul 14.00 WIB.

Page 30: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

30

mengapa anak-anak tidak diperbolehkan untuk turut serta menerima Perjamuan

Kudus.51

3.2.3. Pemahaman Warga GKI Pajajaran Magelang tentang Baptis Selam

Warga GKI Pajajaran Magelang berpendapat bahwa kata baptizo dapat

diterjemahkan sebagai menyucikan atau membersihkan, selain mencelupkan atau

menenggelamkan. Mereka menjadikan Amanat Agung dalam Matius 28:19-20

sebagai dasar, di mana yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah “Baptislah

mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Jika kata Baptisan diartikan

dengan “menyelamkan dalam”, maka kalimat tersebut menjadi “selamkanlah

mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Jadi, dari penjelasan

tersebut, warga GKI Pajajaran Magelang menyimpulkan bahwa syarat mutlak

bagi Baptisan bukanlah penyelaman dalam air, melainkan penyelaman dalam

nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.52

Baptisan selam bagi GKI Pajajaran Magelang, merupakan cara membaptis

pada konteks penulisan Alkitab. Namun Baptisan tidak dapat diukur hanya

dengan “menenggelamkan”, karena Baptisan dapat juga dipahami sebagai

membersihkan manusia dari dosa. Bagi mereka, yang terpenting adalah makna

dari Baptisan itu sendiri, sama seperti iman yang merupakan sebuah pemahaman

dan bukan metode.

4. Tinjauan Kritis-Dogmatis terhadap Pemahaman Warga GKI Pajajaran

Magelang dan GPdI Magelang tentang Sakramen Baptisan Kudus

Setelah data yang dikumpulkan oleh penulis telah lengkap, maka

selanjutnya penulis melakukan analisis kualitatif. Untuk dapat menganalisis

pemahaman tentang Sakramen Baptisan Kudus yang dimiliki oleh warga GKI

Pajajaran Magelang dan GPdI Magelang, maka data yang telah diperoleh

51

Wawancara dengan Yunita, salah seorang anggota pemuda GKI Pajajaran Magelang, pada

tanggal 17 Oktober 2015 pukul 17.30 WIB. 52

Wawancara dengan Pdt. Leri Tobing, pendeta jemaat GKI Pajajaran Magelang, pada tanggal 19

Oktober 2015 pukul 09.00 WIB.

Page 31: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

31

dianalisis dengan menggunakan tinjauan kritis-dogmatis. Dari hasil penelitian

yang telah diperoleh, maka penulis menemukan tiga pokok bahasan yang akan

dianalisis pada bagian ini.

4.1.Tinjauan Berdasarkan Hakikat (Esensi) dari Sakramen Baptisan Kudus

Berdasarkan hakikat (esensi) dari Sakramen Baptis yang ialah menyatukan

diri dengan Kristus dalam kematianNya, pemahaman yang dimiliki oleh warga

GPdI Magelang dan GKI Pajajaran Magelang merupakan pemahaman yang tidak

menyimpang dari hakikat tersebut. Kedua cara membaptis yang dilakukan oleh

kedua Gereja tersebut, selam dan percik, memiliki tujuan untuk membuat jemaat

dapat menyatukan diri dengan Kristus. Hanya saja, kedua aliran Gereja tersebut

mengimplementasikan esensi Sakramen Baptis dengan cara yang berbeda.

Selain itu, kedua Gereja tersebut memiliki penafsiran masing-masing

terhadap kata baptizo. GPdI menafsirkannya secara harafiah, yakni “mencelupkan,

menyelamkan”; sedangkan GKI menafsirkannya dari segi makna, yakni

“membersihkan, menyucikan”. Kedua pemahaman ini merupakan pemahaman

yang berasal dari satu kata yang sama, dan sesungguhnya bukan merupakan

pemahaman yang dapat disalahkan. Dengan demikian, seharusnya kedua

pemahaman ini tidak membuat kedua Gereja tersebut mengalami pertentangan,

karena suatu pemahaman bukanlah hal yang dapat dipaksakan. Sama seperti

perbedaan dalam pemahaman akan iman bagi setiap manusia yang membuat

mereka dapat memilih agama apa yang ingin mereka peluk, demikian juga

perbedaan dalam pemahaman akan Baptisan bagi masing-masing Gereja dapat

membuat masing-masing Gereja menentukan ekspresi mereka dalam mewujudkan

esensi dari Sakramen Baptis.

4.2.Tinjauan Berdasarkan Makna Kata Sacramentum dalam Agama Kristen

Agama Kristen memahami kata sacramentum sebagai perbuatan Allah

yang bersedia menyelamatkan manusia dan juga sebagai wujud janji setia manusia

pada perbuatan Allah tersebut. Manusia yang telah diciptakan oleh Allah,

segambar dan serupa denganNya, tidak berjalan sesuai dengan kehendak dan

Page 32: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

32

keinginanNya ketika penciptaan terjadi. Manusia dengan mudahnya terjatuh

dalam keinginan untuk menjadi sama dengan Allah, sehingga akhirnya mereka

diusir keluar dari Taman Eden (Kejadian 3). Kejadian tersebut membuat

hubungan manusia dengan Allah menjadi retak, bahkan terputus. Melihat keadaan

ini, Allah berinisiatif untuk memperbaiki hubunganNya dengan manusia yang

telah dirusak oleh manusia sendiri. Ia dengan penuh kerelaan hati mengutus

AnakNya untuk turun ke dunia sebagai seorang manusia dan menyelamatkan

manusia dari segala dosa yang mengikat mereka.

Akibat dari kerelaan Anak Allah, yaitu Yesus Kristus, mati di kayu salib

demi menanggung hukuman manusia atas segala dosa yang mereka perbuat,

manusia telah memperoleh keselamatan. Tak hanya itu, hubungan manusia dan

Allah pun dapat terjalin kembali seperti semula. Setelah menerima keselamatan,

tentu manusia tidak seharusnya hanya berdiam diri, sama seperti ketika seseorang

menerima sebuah hadiah dari kerabatnya, maka ia tentu akan berterima kasih.

Demikian juga dengan manusia yang telah menerima keselamatan secara cuma-

cuma, maka sudah sepatutnya manusia menunjukkan rasa terima kasihnya. Demi

menunjukkan rasa terima kasih tersebut, maka manusia mengikrarkan janji

setianya pada Allah melalui sakramen yang ia terima sebagai anggota dari tubuh

Kristus.

4.3.Tinjauan Berdasarkan Tafsiran Alkitab

Baik GKI maupun GPdI, keduanya mendasarkan penafsiran mereka

tentang Sakramen Baptis pada kisah pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis,

dalam Matius 3:13-17. Secara khusus, GPdI menjadikan kisah ini sebagai dasar

bagi dilakukannya Baptisan Selam. Demikian pula dengan GKI, walaupun mereka

menggunakan cara percik dalam membaptis, namun mereka pun menjadikan kisah

pembaptisan Yesus sebagai dasar penafsiran mereka. Dengan demikian, kisah

pembaptisan Yesus dijadikan dasar penafsiran bagi kedua Gereja tersebut dalam

hal Sakramen Baptisan, di mana Baptisan menjadi sarana bagi jemaat untuk

meninggalkan kehidupan lama dan menjalani kehidupan baru di dalam Kristus.

Page 33: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

33

Baptisan Yohanes sendiri merupakan tanda untuk melakukan pertobatan.

Pertobatan berasal dari bahasa Yunani metanoia yang sesungguhnya memiliki

makna menyesal atau mengubah pikiran.53

Jika dilihat kembali, sesungguhnya, di

balik kisah pembaptisan Yesus di sungai Yordan terdapat sebuah misi Mesianis.

Yesus dibaptis untuk memperoleh meterai atas dimulainya tugas kemesiasan yang

telah ia terima dari Bapa sejak Ia turun ke dunia sebagai seorang manusia.

Baptisan yang Ia terima menjadi tanda bahwa tugas kemesiasan tersebut telah

dimulai. Yesus sendiri menegaskan bahwa diriNya adalah penggenapan dari

nubuat Mesianis yang tertulis dalam Yesaya 35:5-6.54

Ia berada di dunia ini untuk

menjalankan misi Mesianis tersebut.

Baptisan yang diterima oleh Yesus bukanlah Baptisan yang bertujuan

untuk „bertobat‟ dari segala dosa. Baptisan yang telah diterima oleh Yesus lebih

menunjuk kepada keinginan untuk memasuki kehidupan suatu umat Allah yang

taat dan kudus.55

Setelah Yesus menerima Baptisan dari Yohanes Pembaptis, Roh

Kudus turun ke atasNya dalam bentuk burung merpati dan terdengar suara dari

surga yang berbunyi “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku

berkenan.” (Matius 3:17b). Kisah ini menunjuk pada panggilan terhadap Yesus

sebagai Mesias, serta sebagai hamba Tuhan yang menderita, dengan penyertaan

dan pimpinan dari Roh Kudus yang turun atasNya.56

Sebuah pertanyaan bagi orang Kristen pun muncul, apakah orang Kristen

juga bersedia melakukan tugas Mesianis dan menjadi hamba Tuhan yang

menderita, sama seperti Yesus? Ketika orang Kristen menerima Baptisan, maka

sesungguhnya ia tidak hanya menyatakan pertobatan dari segala dosa yang ia

miliki, namun ia juga harus siap menerima dan melaksanakan tugas Mesianis serta

menjadi hamba Tuhan yang menderita. Jika Sakramen Baptisan didasarkan pada

kisah pembaptisan Yesus di sungai Yordan oleh Yohanes Pembaptis, maka sudah

seharusnya penafsiran ini pun menjadi dasar. Dengan demikian, setiap anggota

53

George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2010), 46. 54

Ladd, Teologi Perjanjian Baru, 51. 55

J.J. de Heer, Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 45. 56

de Heer, Tafsiran Alkitab, 47.

Page 34: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

34

jemaat yang menerima Sakramen Baptisan juga memahami bahwa tugas mereka

setelah menerima Sakramen Baptisan bukan hanya menjalani kehidupan baru di

dalam Yesus Kristus, namun juga menjalankan tugas Mesianis dan menyediakan

diri mereka untuk menjadi hamba Tuhan yang menderita di dunia ini. Artinya,

setiap anggota jemaat yang telah menerima Sakramen Baptisan harus dapat

memberikan dampak positif bagi setiap orang yang berada di sekitar mereka, di

manapun mereka berada.

4.4.Kesimpulan

Perdebatan mengenai jumlah air yang digunakan dalam pembaptisan,

sesungguhnya merupakan hasil penafsiran terhadap kisah-kisah pembaptisan

dalam Alkitab. GPdI menggunakan kisah pembaptisan Yesus sebagai dasar dari

pelaksanaan Baptis Selam, demikian juga GKI Pajajaran menggunakan Amanat

Agung yang diberikan oleh Yesus kepada murid-muridNya sebagai dasar dari

pelaksanaan Baptis Percik.

Sakramen merupakan salah satu dogma dalam Agama Kristen, di mana

dogma tentang Sakramen ini dimaksudkan sebagai tanda dan meterai untuk

menjelaskan janji yang diberikan Tuhan bagi umatNya.57

Dengan demikian,

sesungguhnya Baptis Percik dan Baptis Selam merupakan cara yang dilakukan

untuk menunjuk kepada tanda dan meterai tersebut. Kedua cara ini sesungguhnya

memiliki tujuan yang sama, yakni mempersiapkan anggota jemaat untuk dapat

menjalani hidup baru di dalam Yesus Kristus serta menjalankan tugas Mesianis

sebagai hamba Tuhan yang menderita di tengah dunia ini.

5. Penutup

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan analisa terhadap hasil penelitian yang telah diperoleh penulis,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa GKI Pajajaran Magelang dan GPdI

Magelang memiliki ekspresi masing-masing dalam mewujudkan hakikat dari

57

Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, 184.

Page 35: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

35

Sakramen Baptis. Kedua ekspresi yang berbeda tersebut merupakan wujud dari

janji setia yang diberikan oleh orang percaya kepada Kristus yang telah

memberikan keselamatan bagi mereka. Baik Baptis Selam maupun Baptis Percik,

keduanya dapat ditemukan di dalam Alkitab. Dengan demikian, tidak ada cara

yang paling benar dalam membaptis, karena Kristus sendirilah yang dapat

menentukan kebenaran yang mutlak. Selama tujuan dari Baptisan yang dilakukan

adalah sebagai wujud janji setia orang percaya pada Kristus dan bertujuan untuk

membangun persekutuan dengan jemaat di dalam Kristus, maka apapun cara yang

dilakukan untuk membaptis tidaklah menjadi persoalan.

5.2.Saran

Agar perdebatan antara Baptis Selam dan Baptis Percik tidak lagi

berlanjut, maka saran yang dapat penulis berikan ialah sebagai berikut:

1. Warga Gereja perlu untuk memahami makna Sakramen Baptisan Kudus,

serta memahami mengenai Baptisan Selam dan Baptisan Percik.

2. Pendeta Jemaat perlu membantu warga Gereja untuk memperluas

pemahaman mereka tentang pelaksanaan Sakramen Baptisan Kudus yang

tidak tunggal.

Page 36: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

36

Daftar Pustaka

Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2008.

Berkhof, H. dan I.H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Burgess, S.M. Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movement. Grand

Rapids: Regency Reference Library, 1988.

Calvin, Yohanes. Institutio. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Creswell, John W. Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches.

Jakarta: KIK Press, 2002.

Dahlenburg, G.D. Pemberitaan Firman dan Pelayanan Sakramen. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1991.

de Heer, J.J. Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2011.

de Jonge, Christiaan. Apa itu Calvinisme? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

Djaja, Karunia. Sejarah Gereja Pantekosta di Indonesia. Semarang: Gereja

Pantekosta di Indonesia, 1993.

Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Groenen, C. Sakramentologi: Ciri Sakramental Karya Penyelamatan Allah,

Sejarah, Wujud, Struktur. Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1997.

Ladd, George Eldon. Teologi Perjanjian Baru. Bandung: Yayasan Kalam Hidup,

2010.

Lohse, Bernhard. Pengantar Sejarah Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 1989.

Martasudjita, E. Sakramen-sakramen Gereja: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan

Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2003.

Meeter, H. Henry. Pandangan-pandangan Dasar Calvinisme. Surabaya:

Momentum, 2009.

O‟Collins, Gerald, dan Edward G. Farrugia. Kamus Teologi. Yogyakarta:

Kanisius, 1996.

Page 37: BAPTISAN SELAM DAN BAPTISAN PERCIK (Tinjauan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10500/3/T1_712012033_Full... · Air dalam Sakramen Baptis 2.4. Baptisan Percik dan Selam dalam

37

Palmer, Edwin H. Lima Pokok Calvinisme. Jakarta: Lembaga Reformed Injili

Indonesia, 1996.

Santana, Septiawan. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2007.

Snyder C. Arnold. Dari Benih Anabaptis: Intisari Kesejarahan Jati Diri

Anabaptis. Semarang: Pustaka Muria, 2007.

Soedarmo, R. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Talumewo, Steven H. Sejarah Gerakan Pentakosta. Yogyakarta: Andi, 2008.

Timo, Ebenhaizer I. Nuban. Aku Memahami yang Aku Imani: Memahami Allah

Tritunggal, Roh Kudus, dan Karunia-karunia Roh secara Bertanggung

Jawab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Ukur F. dan F.L. Cooley. Jerih dan Juang: Laporan Nasional Survai Menyeluruh

Gereja di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Studi DGI, 1979.

van den End, Th. Ragi Carita 1: Sejarah Gereja di Indonesia 1500-1860. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 1985.

van den End, Th. dan J. Weitjens. Ragi Carita 2: Sejarah Gereja di Indonesia

1860-an – sekarang. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

van Kooij, Rijnardus A. dan Yam‟ah Tsalatsa A. Bermain dengan Api: Relasi

antara Gereja-gereja Mainstream dan Kalangan Kharismatik Pentakosta.

Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.

van Niftrik, G.C. dan B.J. Boland. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 1984.