batara indra

13
Selasa, 05 Februari 2013 Indra, Batara Nama : Batara Indra Nama lain : Prabu Maharaja Sakra, Swargapati, Diwapati, Meghawahana, Wasawa Karakter : Berjiwa pemimpin, bertanggung jawab Senjata : Bajra (Tongkat Petir) Batara Indra merupakan putra Batara Guru, dan Dewi umayi. Ia memimpin Kahyangan Kaendran, di mana hidup para Bidadari di Kahyangan Jonggringsaloka. Ia menjadi Saksi Kelahiran Arjuna. Batara Indra juga memiliki peliharaan kesayangan yaitu seekor Gajah bernama Airawata. Ia juga memiliki banyak sekali nama lain yaitu : Prabu Maha raja Sakra (yang berkuasa) Swargapati (raja surga) Diwapati (raja para Dewa) Meghawahana (yang mengendarai awan) Wasawa (pemimpin para Wasu) Dalam satu lakon, ia pernah menjelma ke Arcapada dan menjadi raja

Upload: anonymous-z315vmsv

Post on 18-Nov-2015

117 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Basa Jawa

TRANSCRIPT

Selasa, 05 Februari 2013Indra, Batara

Nama : Batara IndraNama lain : Prabu Maharaja Sakra, Swargapati, Diwapati, Meghawahana, WasawaKarakter : Berjiwa pemimpin, bertanggung jawabSenjata : Bajra (Tongkat Petir)

Batara Indra merupakan putra Batara Guru, dan Dewi umayi.Ia memimpin Kahyangan Kaendran, di mana hidup para Bidadari di Kahyangan Jonggringsaloka.Ia menjadi Saksi Kelahiran Arjuna.

Batara Indra juga memiliki peliharaan kesayangan yaitu seekor Gajah bernama Airawata.

Ia juga memiliki banyak sekali nama lain yaitu :Prabu Maha raja Sakra (yang berkuasa)Swargapati (raja surga)Diwapati (raja para Dewa)Meghawahana (yang mengendarai awan)Wasawa (pemimpin para Wasu)

Dalam satu lakon, ia pernah menjelma ke Arcapada dan menjadi raja di Negara Medanggana dengan gelar Prabu Maharaja Sakra.

Ia juga adalah dewa pembawa pahala untuk dibagi-bagikan kepada manusia yang berbuat kebaikan, menurut cerita dia juga adalah dewa cuaca, dan ia adalah dewa penguasa petir.

Batara Indra mempunyai kekuasaan atas para dewa dan para bidadari. Selain itu sering memberikan anugrah atau hadiah pada siapa saja yang gemar bertapa dan membantu ketentraman dunia serta permintaan titah yang sedang bertapa.

Sebagai contoh: Raden Arjuna mendapatkan panah Pasopati sebagai panah sakti akibat dari dia bertapa dan membantu atas ketentraman di kayangan, sehingga panah tersebut berguna di dalam perang besar Baratayuda.

Gabung di FP kami yuk :http://facebook.com/caritawayanghttp://caritawayang.blogspot.com/2013/02/indra-batara.htmlhttp://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=240

Batara Indra

Batara Indra adalah dewa penguasa petir dan Guntur. Ia adalah salah satu putera Batara Guru. Kekuasaannya cukup banyak, ia bertanggung jawab pada ketertiban kahyangan, memimpin para bidadari dan mengurusi berbagai hadiah/anugerah dari pada dewa untuk manusia yang berjasa.

Tempat tinggal Batara Indra adalah Kahyangan Tenjamaya. Batara Indra juga disebut Batara Sakra. Namun itu ia dapatkan karena Batara Indra turun ke dunia dan menjadi raja di Medanggana dengan bergelar Prabu Sakra.

Batara Indra mempunyai seekor gajah tunggangan yang bernama Airawata. Senjatanya yang terkenal adalam Bajra, yang bila diarahkan ke musuhnya berubah menjadi petir. Senjata luar biasa ampuh ini adalah penjelmaan tulang belulang Maharsi Datica.

Dalam pewayangan, Batara Indra menikah dengan Dewi Wiyati dan dikaruniai lima orang putera dan tiga orang puteri. Kelima putranya itu masing-masing bernama Batara Citrarata, Batara Citragna, Batara Citrasena, Batara Jayantaka, Batara Jayantara dan Batara Arjunawangsa.

Sedangkan ketiga puterinya adalah, Dewi Tara yang kemudian menikah dengan Subali dan kemudian dengan Prabu Sugriwa; Dewi tari yang dinikahkan dengan Rahwana, raja Alengka, dan Dewi Supraba yang menikah dengan Arjuna.

Saat Arjuna bertapa di Gunung Indrakila dan memakai nama Begawan Ciptaning, Batara Indra menemuinya dengan menyamar sebagai brahmana bernama Resi Padya. Guna mengetahui ketangguhan Arjuna dalam ilmu kasampurnan, ia menantang adu debat dengan Begawan Ciptaning, namun akhirnya ia kalah.

Perdebatan ini adalah merupakan satu ujian untuk memastikan apakah Arjuna benar-benar manusia terpilih yang pantas diangkat menjadi jago para dewi untuk menghadapi Prabu Niwatakawaca yang mengancam kewibawaaan kahyangan.

Sewaktu Arjuna hendak menghadapi Prabu Niwatakawaca, Batara Indra memberikan anugerah anak panah pusaka Pasopati. Dengan anak panah itulah Prabu Niwatakawaca berhasil dibunuh.

Sebenarnya, Batara Indra adalah ayah Arjuna yang sesungguhnya. Karena Pandu Dewanata telah dikutuk tidak bisa bersenggama dengan isterinya. Maka untuk memperoleh keturunan, Dewi Kunti dengan seizin Pandu, mengucapkan mantera Aji Adityarhedaya, yaitu mantera untuk memanggil dewa agar diberi keturunan. Dewi Kunti memanggil Dewa Indra dan lahirlah Arjuna.

Menjelang Baratayudha, Batara Indra mengkhawatirkan akan keselamatan puteranya, Arjuna. Ia tahu bahwa dalam perang besar antara keluarga Kurawa dan Pandawa itu, Arjuna akan berhadapan dengan Basukarna, putera Batara Surya. Keduanya sama-sama tangguh dan sama-sama sakti.

Batara Indra tahu bahwa Karna memiliki beberapa pusaka ampuh, diantaranya adalah baju Kerei Kaswargan yang membuatnya kebal terhadap segala macam senjata dan Anting-anting Mustika yang menyebabkan Karna memiliki firasat tajam terhadap segala bahaya yang mengancam. Kedua pusaka sakti itu adalah pemberian Batara Surya sejak bayi.

Oleh karena itu, demi membantu arjuna, Batara Indra berusaha mengambil pusaka-pusaka yang menjadi andalan Basukarna.

Batara Indra menyamar menjadi brahmana tua dan meminta-minta kepada Basukarna. Karna memang terkenal sebagai ksatria yang dermawan, ia rela memberikan apa pun kepada orang yang membutuhkan. Sang Brahmana meminta baju Kerei Kaswargan dan Anting-anting Mustika yang dikenakan Karna. Sebenarnya Karna tahu bahwa itu adalah Batara Indra yang menyamar dan berusaha mengelabuhinya. Namun, ia berpura-pura tidak tahu dengan ikhlas memberikan pusakanya kepada sang Brahmana.

Dibaca : 671 KaliTanggal Posting : Senin, 27 Agustus 2012Pengirim : Adminhttp://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=319

BataraIndra20 November 2009 olehPutra LokajayaDalam ajaran agama Hindu, Indra adalah dewa cuaca dan raja kahyangan. Oleh orang-orang bijaksana, ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Menurut mitologi Hindu, Beliau adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.Dewa Indra terkenal di kalangan umat Hindu dan sering disebut dalam susastra Hindu, seperti kitab-kitab Purana (mitologi) dan Itihasa (wiracarita). Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan memimpin para dewa menghadapi kaum raksasa. Indra juga disebut dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra, yang diciptakan oleh Wiswakarma, dengan bahan tulang Resi Dadici. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah putih yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Saci.Dewa Indra muncul dalam kitab Mahabarata. Ia menjemputYudistirabersama seekor anjing, yang mencapai puncak gunung Mahameru untuk mencari Swargaloka.Kadangkala peran dewa Indra disamakan dengan Zeushttp://farihisma.blogspot.com/2011/12/tokoh-tokoh-wayang.html

Wisnu dalam susastra HinduSusastra Hindu banyak menyebut-nyebut nama Wisnu di antara dewa-dewi lainnya. Dalam kitab Weda, Dewa Wisnu muncul sebanyak 93 kali. Ia sering muncul bersama dengan Indra, yang membantunya membunuh Wretra, dan bersamanya ia meminum Soma. Hubungannya yang dekat dengan Indra membuatnya disebut sebagai saudara. Dalam Weda, Wisnu muncul tidak sebagai salah satu dari delapan Aditya, namun sebagai pemimpin mereka. Karena mampu melangkah di tiga alam, maka Wisnu dikenal sebagai Tri-wikrama atau Uru-krama untuk langkahnya yang lebar. Langkah pertamanya di bumi, langkah keduanya di langit, dan langkah ketiganya di dunia yang tidak bisa dilihat oleh manusia, yaitu di surga.http://wayangprabu.com/galeri-wayang/tokoh-dewa/INDRA, BATARA adalah dewa keindahan dan dewa prajurit yang memerintah dan mengepalai para hapsari atau bidadari di kahyangan kainderan. Dia adalah putra ketiga dari Sang Hyang Manikmaya dengan permaisuri Dewi Umayi. Batara Indra mempunyai 5 saudara sekandung yaitu Sang Hyang Sambo, Sang Hyang Brahma, Sang Hyang Bayu, Sang Hyang Wisnu dan Batara Kala. Ia juga mempunyai 3 orang saudara seayah lain Ibu, putra Dewi Umarakti yaitu Sang Hyang Cakra, Sang Hyang Mahadewa dan Sang Hyang Asmara.Sang Hyang Indra sangat sakti, apabila tiwikrama mempunyai wibawa halilintar. Ia mempunyai kendaraan gajah yang sangat besar bernama Erawana.Sang Hyang Indra tinggal di kahyangan Rinjamaya dan menikah dengan Dewi Wiryati yang menghasilkan 7 anak yaitu Dewi Tara, Dewi Tari, Batara Citrarata, Batara Citragana, Batara Jayantaka, Batara Jayantara dan Batara Harjunawangsa.

SEJARAHWAYANG18092006Miturut para ahli budaya uga panemune penyelidikan para ahli arkeologi sing ana ing Indonesia, kesenian budaya wayang kuwi saktemene bentuk asline wis ono biyen-biyen, rikolo isih jaman kuna, yaiku jaman sakdurunge ana agama Hindu Budha. Ing jaman semana sing diarani budaya wayang wis diduweni karo dening bangsa Indonesia dewe. Dadi wayang kuwi iya kabudayan asline bangsa. Wektu kuwi, budaya wayang isih cedak hubungane karo muja-mujine kapercayan animisme sing isih pada dianut para leluhuring bangsa Indonesia.Miturut kapercayan Animisme roh nenek moyang utawa leluhur bisa dienggo nyenyuwun petunjuk bantuan kanggo kamulyan uga biso disuwuni kanggo pengayom kasusahaning lan kacilakane menungsa. Kosok baline ruh kuwi mau iya uga dipercaya sing bisa ndadekake gangguan utawa kacilakane menungsa. Mula rikala semana, yen ana karep kanggo nyenyuwun bantuane roh para leluhur, banjur dianakna kaya dening upacara ritual selametan, sing jarene bisa ngundang, nimbali para rohing leluhur sing wis pada seda kanggo disuwuni keselametan lan kamulyane menungsa. Upacara ritual mau dianakna dibarengi nganggo cara gawe pagelaran wayang.Kira-kira awalane tahun masehi, kaya sing dicritakake karo dening para ahli sejarah mau, bangsa Hindu sing asale soko jazirah India akeh pada teka dadi imigran menyang Indonesia. Bareng suwening-suwe, gelem ora gelem dadekake pengaruh kabudayan Hindu-Budha iki akhire iya bisa diterima karo dening penduduk asline Indonesia.Ing sakjroning jaman kuwi, basa Sansekerta wis dienggo karo kalangan bangsawan sing sakteruse banjur mempengaruhi basa asli Jawa lan Bali. Ing kene kesenian wayang karo bangsa Hindu dienggo wadah ngembangake lan wedharake budaya agama Hindu lewat crita Mahabharata utawa Ramayana. Suwe-suwe kahanan kaya mangkono kuwi sing sakbanjure ndadekake campur lan manunggale budaya asli bangsa Indonesia karo budaya Hindu. Kesenian wayang sing budayane wis campur manunggal iki mau sing sakteruse dadi sinebab agama hindu cepet nyebar, ngresep lan diterima ing masyarakat Indonesia.Mulane ing jroning crita wayang iku akeh pranatane budaya agama Hindu.Miturut kitab Sastra Centhini kasebutake mula bukane kesenian wayang purwo kuwi cinipta karo dening Raja Jayabaya soko Kerajaan Kediri. Kira-kira abad 10 Prabu Jayabaya hanyipta gawe gegambarane roh leluhure sing terus ditulisake ing godong lontar. Gegambaran sing kaya mangkono mau akeh sing ditiru soko gambarane relief crita Ramayana, sing wis tinulis ing candi penataran Blitar. Prabu Jayabaya ing kana mau banget katertarikane marang isine Crita Ramayana mergo dewekne kuwi termasuk raja sing meyembah dewa Wishnu, sing uga nganti sakprene karo masyarakat isih dipercaya Prabu Jayabaya dianggep panjelmaane lan titisane Betara Wishnu.Ing jaman sakwise, yaiku jaman Jenggala kesenian wayang purwa kuwi disampurnakake wujude karo dening Raja Jenggala Raden Panji Rawisrengga sing bergelar Sri Suryawisesa. Sakteruse dadi apik lan indahe. Kocap cinarita terus wayang-wayang sing wis kawujud mau banjur diklumpukake lan disimpen ing jeroning peti khusus sing nyeni indah. Bebarengan karo kuwi uga diciptakake pakem crita wayang purwa sing pagelarane dianakake setiap ana upacara-upacara penting ing istana kerajaan lan uga didalangi dewe karo Sri Suryawisesa.Rikala jaman Majapahit gegambarane kesenian wayang kuwi saya luwih disampurnaake lan dadi tambah apike, amarga wis ditambah bagian kana-kene sing disik-disikane dadi kekurangane, terus digulung dadi siji. Wayang sing wujude gulungan kuwi, yen dienggo pagelaran gulungane dibeber. Mulo kuwi jenis wayang sing mangkene terus diwenehi jeneng Wayang Beber. Wiwit ono panemune wayang beber iki kesenian wayang banjur diwedharake ngrambah metu soko lingkungane keraton. Lan wiwit kuwi uga masyarakat saknjabane keraton bisa melu ndeleng keindahane pagelaran kesenian wayang beber.Sakbanjure nyedaki pungkasaning jaman Majapahit, pengaruh Agama Islam wis wiwit ngrambyah lan kawedhar ing tanah Jawa. Karo dening para wali lan sunan Kesenian wayang kuwi uga dienggo media effektif medharake ajaran agama Islam. Kahanan kaya mangkono kuwi uga sing dadekake kesenian wayang akeh perubahan wujud sing cukup signifikan, kanggo ngilangake gegambarane manungsa sing ing Agama Islam kuwi diharamake lan uga kanggo ngilangake gegambaran sing mujudake pengaruh agama Hindu. Ing jaman kuwi, wujude wayang di owah, digawe soko kulit lan balung sing wujude mung kaya simbol-simbol supaya gegambarane menungsa dadi samar, sakteruse nganti sakprene wujude wayang mung kaya lan dadi arupa simbol-simbol wewayangan panguripane menungsa.http://dhitos.wordpress.com/2006/09/18/sejarah-wayang/

Arjuna Wiwaha

Kahyangan Bathara Indra sedang berada dalam ancaman seorang raksasa yang bernama Niwatakawaca. Ia sudah siap untuk menyerang dan menghancurkan kahyangan Bathara Indra. Niwatakawaca tidak bisa dikalahkan oleh siapapun baik Dewa maupun raksasa yang lain. Oleh karenanya, Bathara Indra memutuskan untuk meminta bantuan manusia untuk menghadapi raksasa itu. Pilihan jatuh kepada Arjuna putra tengah Pandawa yang saat itu sedang bertapa di gunung Indrakila.

Namun, terlebih dulu Bethara Indra menguji ketabahan Arjuna dalam melakukan pertapanya. Tujuh orang bidadari yang kecantikannya sudah tidak bisa diragukan lagi dipanggil untuk menjalankan tugas itu. Bidadari yang terpenting dari ketujuh bidadari tersebut adalah Suprabha dan Tilottama. Ketujuh bidadari tersebut diutus untuk menggunakan segala kemampuan dan kecantikannya untuk merayu Arjuna.

Suprabha dan enam bidadari yang lain pergi ke tempat Arjuna bertapa yaitu Gunung Indrakala untuk menunaikan tugasnya. Sampailah para bidadari yang kecantikannya sungguh menabjukan itu di gua tempat Arjuna bertapa. Mereka berusaha menggoda Arjuna dengan memperlihatkan segala kecantikannya dan dengan segala akal agar Arjuna bisa tergoda. Namun, usaha mereka tak sedikitpun memberikan hasil. Tentunya mereka sangat kecewa, dan akhirnya mereka kembali ke kahyangan dan melaporkan kepada Bathara Indra.

Mendengar laporan dari pada bidadari utusannya, Bathara Indra gembira, karena itu membuktikan bahwa Arjuna memang orang yang tepat dan pantas untuk dia pilih sebagai lawan Niwatakawaca. Tetapi Indra masih memiliki sedikit keraguan, dia masih bertanya-tanya apa sebenarnya tujuan Arjuna bertapa, apakah untuk memperoleh kebahagiaan dan kekuasaan untuk dirinya sendiri, sehingga ia tidak peduli degan keselamatan orang lain?

Bathara Indra kemudian turun tangan sendiri untuk hal ini, ia kemudian turun menghampiri Arjuna dan menyamar sebagai seroang resi tua yang telah pikun dan bungkuk. Resi tua jelmaan Bathara Indra memperolok-olok dan mengunggah kesatriaan Arjuna , Arjuna kemudian menghentikan tapanya sebentar dan menyambut resi tua itu dengan penuh rasa hormat. Dalam pertemuan itu terjadi diskusi falsafi yang di dalamnya terpapar suatu uraian mengenai kekuasaan dan kenikmatan dalam makna yang sejati. Arjuna cukup memahami segala hal yang di paparkan oleh Bathara Indra, ia lalu menegaskan bahwa satu-satunya tujuan ia melakukan tapa brata adalah untuk memenuhi kewajibannya selaku seorang ksatria serta membantu kakaknya Yudhistira untuk merebut kembali kerajaannya demi kesejahteraan dunia. Mendengar jawaban dari Arjuna, Bathara merasa puas dan yakin, maka ia mengungkapkan siapa dia sebenarnya. Bathara Indra kemudian kembali ke kahyangan, sementara Arjuna melanjutkan tapa bratanya.

Raja Raksasa mendengar apa yang terjadi di Gunung Indrakila. Ia kemudian mengutus seorang raksasa yang bernama Muka untuk membunuh Arjuna. Muka merubah wujudnya menjadi seekor babi hutan , dan mengacaukan hutan di sekitar Arjuna bertapa. Arjuna yang mendengar kegaduhan itu segera keluar dari guanya dengan membawa senjatanya. Pada saat yang sama, Bathara Siwa juga sudah mendengar bagaimana Arjuna bertapa, ia kemudian juga turun dalam wujud seorang pemburu dari suku Kirata.

Arjuna melepaskan panahnya untuk membunuh babi hutan yang membuat kerusuhan itu, dan pada waktu yang bersamaan pemburu Kirata jelmaan Siwa pun melakukan hal yang sama. Kedua anak panah mereka ternyata menjadi satu dan menewaskan babi hutan jelmaan Muka itu. Terjadilah perselisihan antara Arjuna dan pemburu dari Kirata itu, siapa yang membunuh Babi hutan itu. Terjadilah perdebatan yang sengit diantara keduanya dan akhirya mereka berkelahi. Arjuna hampir saja kalah, kemudian ia memegang kaki lawannya , namun pada saat itu wujud si pemburu lenyap dan Siwa menampakkan diri.

Bathara Siwa bersemayam selaku ardhanariswara Setengah Pria, setengah Wanita, di atas bunga Padma. Dengan penuh rasa hormat dan tulus Arjuna memujanya dengan suatu madah pujian dan yang mengungkapkan pengakuannya terhadap Siwa yang hadir dalam segala sesuatu. Siwa kemudian memberikan hadiah kepada Arjuna panah sepucuk panah yang bernama Pasupati. Arjuna juga diberikan pengetahuan gaib bagaimana mempergunakan panah itu.

Sementara Arjuna sedang berpikir apakah ia sebaiknya kembai ke sanak saudaranya, datanglah dua aspara (makhluk setengah dewa, setengah manusia) utusan dari kahyangan yang membawa sepucuk surat dari bathara Indra. Isi dari surat itu, meminta kesediaan Arjuna menghadap untuk membantu para Dewa untuk membunuh Niwatakawaca. Arjuna menjadi ragu-ragu karena berarti ia akan lebih lama terpisah dari keluarganya. Namun, akhirnya ia menyetujui, kemudian mereka bertiga pergi ke kahyangan Bathara Indra.

Sesampainya di Kahyangan, tentu saja Arjuna disambut oleh para bidadari yang tergila-gila melihat ketampanannya. Bathara Indra kemudian menceritakan keadaan di Kahyangan akibat ulah Niwatakawaca. Raksasa itu hanya bisa dikalahkan oleh seorang manusia tetapi harus mengetahui titik lemahnya terlebih dahulu.

Bidadari yang akan mendapat tugas untuk peri ke istana dan mengetahui rahasia raksasa itu adalah Suprabha. Dia sudah lama menjadi incaran raksasa itu. Arjuna mendapat tugas untuk menemani Suprabha dalam melakukan misi tersebut. Arjuna menyanggupinya dan kemudian turun ke bumi.

Akhirnya mereka sampai di istana raja raksasa tersebut, disana sedang diadakan persiapan untuk perang melawan para Dewata. Suprabha awalnya merasa ragu apakah bisa menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya, namun Arjuna memberi semangat kepadanya bhawa ia akan berhasil asal ia mempergunakan segala rayuan seperti yang ia lakukan ketika menggoda Arjuna saat bertapa.

Suprabha kemudian menuju sebuah sanggar mestika (balai Kristal murni), di tengah-tengah halaman istana. Sementara Arjuna mengikutinya, namun ia menggunakan aji supaya ia tidak terlihat oleh orang. Beberapa dayang yang sedang bercengkarama melihat kedatangan Suprabha dan menyambutnya dengan gembira sambil menanyakan keadaan kahyangan. Beberapa dayang tersebut dulunya juga berada di istana Indra. Suprabha menceritakan bahwa ia meninggalkan kahyangan atas kemauannya sendiri, karena ia tahu bahwa itu akan dihancurkan; sebelum ia bersama degan segala barang rampasan ditawan, ia menyebarang ke Niwatakawaca.

Dua orang dayang menghadap raja dan membawa berita yang memang sudah dinantikannya sekian lama. Sang raja langsung menuju taman sari dan menimang dengan memangku Suprabha. Suprabha menolak segala desakan Niwatakawaca yang penuh nafsu birahi dan memohon agar sang raja menunggu sampai fajar menyingsing.

Suprabha mencoba merayu dengan memuji kesaktian raja yang tak terkalahkan itu, lalu ia bertanya, tapa seperti apa yang bisa menjadikan ia dianugerahi kesaktian yang luar biasa. Niwatakaca terbujuk oleh rayuan Suprabha, dan membeberkan rahasianya. Ia mengatakanbahwa ujung lidahnya merupakan tempat kesaktiannya.

Ketika Arjuna telah mendengar pengakuan Niwatakawaca, ia kemudian meninggalkan persembuyiannya dan menghancurkan gapura istana. Niwatakawaca terkejut mendengar kegaduhan dahsyat itu, Suprabha menggunakan saat itu untuk melarikan diri bersama Arjuna.

Menyadari bahwa ia tertipu, meluaplah angkara murka sang raja, ia kemudian memerintahkan pasukannya agar segera berangkat untuk melawan para Dewa. Kahyangan diliputi rasa gembira karena Arjuna dan Suprabha bisa kembali dengan selamat terlebih Indra sudah berhasil mengetahui apa kelemahan dari Raksasa yang membuat onar di kahyangan. Para Dewa kemudian membicarakan taktik bagaimana untuk memukul mundur musuh, namun hanya Indra dan Arjuna yang tahu senjata apa yang telah mereka miliki untuk menghancurkan lawan . Bala tentara para dewa, apsara dan gandharwa menuju ke medan pertempuran di lereng selatan pegunungan Himalaya.

Terjadilah pertempuran sengit, Niwatakawaca terjun ke medan perang dan mengobrak-abrik barisan para dewa yang dengan rasa malu terpaksa mundur. Arjuna yang berada di belakang barisan tentara yang mundur, berusaha menarik perhatian Niwatakaca. Arjuna pura-pura hanyut oleh tentara yang lari terbirit-birit, tetapi busur telah disiapkannya.

Saat raja raksasa itu mulai mengejarnya dan berteriak-teriak dengan penuh amarah, Arjuna menarik busurnya. Arjuna yang memang dikenal sebagai ahli dalam ilmu memanah, sasarannya tidak meleset sedikitpun. Anak panah yang dilepaskannya melesat masuk ke mulut raja raksasa itu dan menembus ujung lidahnya. Ia jatuh tersungkur dan mati.

Pasukan raksasa melarikan diri atau terbunuh, sementar para dewa yang tadinya mundur, kini kembali menjadi pemenang. Para tentara kahyangan yang tadinya mati dihidupkan lagi dengan air amrta.

Atas jasanya, Arjuna mendapatkan penghargaan dari kahyangan. Selama tujuh hari (menurut perhitungan kahyangan, sama dengan tujuh bulan di bumi manusiaia akan bersemayam bagaikan seorang raja di atas singgasana Indra. Selain itu, setelah ia dinobatkan, disusullah pernikahannya dengan tujuh bidadari. Yang pertama ialah Suprabha, ia mendapat hak pertama, karena ia sudah menempuh perjalanan yang penuh bahaya. Kemudian yang kedua, adalah Tilottama, dan kelima bidadari yang lain. Nama bidadari yang lain yang disebutkan adalah Palupy dan Menaka,sementara tiga lainnya tidak disebutkan. Dalam Serat Mintaraga karya Sunan Paku Buwana III, bidadari yang disebut adalah Gagarmayang, Supraba, Tilottama, Warsiki dan Warsini. Sedangkan dalam dua ceita yang berjudul Mintaraga (Mayer,1924:124), disebutkan hanya lima bidadari, yaitu Supraba, Wilotama, Warsiki, Surendra dan Gagarmayang.

Hari demi hari berlalu, Arjuna mulai gelisah, ia rindu dengan saudara-saudaranya. Ia mengurung diri dalam sebuah balai di taman dan mencoba menyalurkan perasaannya lewat sebuah syair. Hal ini tidak luput dari perhatian Menaka dan Tilottama. Dan yang terakhir, ia berdiri di balik pohon dan mendengar kesulitan Arjuna menggubah baris penutup bait kedua sayairnya. Tilottama lalu menamatkannya dengan sebuah baris yang lucu.

Setelah genap tujuh hari (tujuh bulan di bumi), Arjuna akhirnya pamit kepada Indra, ia kemudian diantar kembali ke bumi oleh Matali dengan kereta Sorgawi.

Gabung di FP kami yuk :http://facebook.com/caritawayanghttp://caritawayang.blogspot.com/2012/08/arjuna-wiwaha.html