batu staghorn fix

38
PRESENTASI KASUS Batu Staghorn Ren Dextra Pembimbing : dr. Tri Budiyanto, Sp.U Disusun Oleh: Shella Shalis Jamilah G1A212033 Laras Puspa Nirmala G1A212034 SMF BEDAH RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Upload: shalis-jamilah

Post on 02-Dec-2015

713 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Batu Staghorn Fix

PRESENTASI KASUS

Batu Staghorn Ren Dextra

Pembimbing :

dr. Tri Budiyanto, Sp.U

Disusun Oleh:Shella Shalis Jamilah G1A212033Laras Puspa Nirmala G1A212034

SMF BEDAHRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Batu Staghorn Fix

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus dengan judul :

Batu Staghorn Ren Dextra

Diajukan untuk memenuhi salah satu ujian

kepanitraan klinik dokter muda SMF Bedah

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh:

Shella Shalis Jamilah G1A212033Laras Puspa Nirmala G1A212034

Purwokerto, April 2013

Mengetahui,

Dokter Pembimbing,

dr. Tri Budiyanto, Sp.U

Page 3: Batu Staghorn Fix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karuniaNya,

sehingga dapat menyelesaikan presentasi kasus ini. Presentasi kasus yang berjudul

“Batu Staghorn Ren Dextra” ini merupakan salah satu syarat ujian kepanitraan

klinik dokter muda SMF Bedah RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Tri Budiyanto, Sp.U

sebagai pembimbing atas waktu yang diluangkan, bimbingan, dan saran yang

sifatnya membangun dalam penyusunan presentasi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih

belum sempurna serta banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembimbing serta seluruh pihak.

Purwokerto, April 2013

Penulis

Page 4: Batu Staghorn Fix

I. KASUS

II. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Ny. T

b. Umur : 46 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e. Agama : Islam

f. Alamat : Banjarnegara

g. Tanggal masuk : Minggu, 7 April 2012

h. Tanggal periksa : Selasa, 9 April 2013

i. Nomor CM : 799211

III.ANAMNESIS

a. Keluhan Utama

Nyeri pada perut kanan

b. Keluhan Tambahan

Buang air kecil berwarna kuning keruh

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien seorang perempuan datang ke IGD RSMS sebagai pasien

rujukan dari RS Banjarnegara dengan keluhan nyeri perut kanan sejak 3

tahun yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar ke pinggang

kanan. Lama nyeri setiap kali muncul 10-20 menit. Nyeri dirasakan

mengganggu kegiatan sehari-hari. Untuk mengurangi rasa nyerinya pasien

berbaring di tempat tidur. Selain itu, pasien juga mengeluhkan buang air

kecil berwarna kuning keruh. Pasien tidak mengeluhkan mual, muntah,

nyeri saat buang air kecil. Pasien mengaku kurang beraktifitas, selain itu

pasien mengaku jarang minum air putih, dalam sehari pasien hanya minum

air putih 2-3 gelas saja. Pasien mengaku lebih suka minum air teh serta

kopi.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Hipertensi disangkal

Page 5: Batu Staghorn Fix

2. Riwayat Diabetes Melitus disangkal

3. Riwayat sakit jantung disangkal

4. Riwayat trauma pada daerah perut disangkal

5. Riwayat penyakit ginjal disangkal

6. Riwayat alergi obat disangkal

7. Riwayat operasi disangkal

8. Riwayat mondok di Rumah Sakit : 9 hari di RS Banjarnegara

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama

IV. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum : Sedang

b. Kesadaran : Composmentis

c. Vital Sign

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36,1 0C

d. Status Generalis

1. Kepala : mesochepal, rambut hitam, distribusi rambut merata,

rambut tidak mudah dicabut.

2. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik, pupil bulat

isokor 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+) normal.

3. Hidung : deviasi septum (-), discharge (-)

4. Telinga : simetris, discharge (-)

5. Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor dan hiperemis

6. Leher : JVP tidak meningkat, kelenjar limfe tidak membesar

7. Thorax

Pulmo

Inspeksi : simetris, jejas (-) ketinggalan gerak (-), retraksi (-)

Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Page 6: Batu Staghorn Fix

Auskultasi : SD vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : kiri atas SIC II LPSS, kiri bawah SIC IV LMCS

: kanan atas SIC II LPSD, kanan bawah SIC IV

LPSD

Auskultasi : S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen

Inspeksi : datar, tidak ada sikatriks dan tidak ada massa

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani (+), nyeri ketok kostovertebra (-/-)

Palpasi : supel, nyeri tekan perut region lumbal dextra,

hepar/lien tidak teraba

9. Ekstrimitas

Superior : akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, deformitas -/-

Inferior : akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, deformitas -/-

e. Status lokalis

Regio : Abdomen

Inspeksi : datar, tidak ada sikatriks dan tidak ada massa

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani (+), nyeri ketok kostovertebra (-/-)

Palpasi : supel, nyeri tekan perut region lumbal dextra, hepar/lien

tidak teraba

Page 7: Batu Staghorn Fix

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Hematologi

Darah Lengkap

Hemoglobin

Leukosit

Hematokrit

Eritrosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

RDW

MPV

9,1 gr/dl

8230/ul

32%

4,7x10ˆ6/ul

699.000/ul

66,9 Fl

19,3 pg

28,9

31,3

8.8

Hitung Jenis

Basofil

Eosinofil

Batang

Segmen

Limfosit

Monosit

0.4

5,6

0.00

54,8

27,5

11,7

Kimia Klinik

Ureum darah

Kreatinin darah

Glukosa sewaktu

29,1 mg/dl

0,71 mg/dl

114 mg/dl

Elektrolit

Natrium

Kalium

Klorida

142 mmol/l

5,0 mmol/l

99 mmol/l

Page 8: Batu Staghorn Fix

2. Foto Polos Abdomen

Kesan : Gambaran Nefrolithiasis kanan bentuk staghorn (ukuran ±

5,5 x 5,7 cm)

3. CT Scan Abdomen dengan dan Tanpa Kontras

Page 9: Batu Staghorn Fix

Kesan :

Hidronefrosis dengan batu staghorn rend extra, tidak tampak

gambaran massa

Splenomegali dengan parenkim inhomogen

Hepar, pancreas, vesica fellea, aorta, uterus tampak normal, tidak

tampak adanya gambaran massa

Vesica urinary tampak normal, tidak tampak gambaran massa

maupun batu.

VI. RESUME

a. Anamnesis

Seorang perempuan usia 46 tahun

Page 10: Batu Staghorn Fix

Keluhan utama : nyeri perut bagian kanan

Keluhan tambahan : Nyeri perut bagian kanan sejak 3 tahun yang lalu.

Nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar ke

pinggang kanan. Lama nyeri setiap kali muncul 10-

20 menit. Selain itu, pasien juga mengeluhkan

buang air kecil berwarna kuning keruh.

Habit : Pasien mengaku jarang minum air putih dan lebih

suka minum air teh dan kopi

b. Pemeriksaan Fisik

Vital sign : dalam batas normal

Status generalis : dalam batas normal

Status lokalis : region abdomen

Inspeksi : datar, tidak ada sikatriks dan tidak ada massa

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani (+), nyeri ketok kostovertebra (-/-)

Palpasi : supel, nyeri tekan perut region lumbal dextra,

hepar/lien tidak teraba

c. Pemeriksaan Penunjang

Pada Foto BNO dan CT Scan abdomen didapatkan hasil Nefrolithiasis

dextra bentuk staghorn

VII. DIAGNOSIS KERJA

Batu Staghorn Ren Dextra

VIII. DIAGNOSA BANDING

1. Colic renal dextra

2. ISK

IX. USULAN PEMERIKSAAN

1. Urinalisis

Page 11: Batu Staghorn Fix

X. TERAPI

Farmakologis

1. IVFD RL 20 tpm

2. Analgetik : AsamMefenamat 2 x 500 gr

3. Ranitidin 3 x 150 gr

Operatif

Bivalve nephrolitektomi

XI. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

Page 12: Batu Staghorn Fix

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Batu saluran kemih merupakan gangguan sistem saluran kemih

ketiga setelah infeksi saluran kemih (ISK) dan BPH (Benign Prostat

Hyperplasy). Data dalam negeri penderita batu saluran kemih semakin

tahun semakin meningkat.

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi

terbesar dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang

pasti dari penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti.

Dari data dalam negeri yang pernah dipublikasi didapatkan

peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat tindakan di

RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada

tahun 1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002, peningkatan ini sebagian

besar disebabkan mulai tersedianya alat pemecah batu ginjal non-invasif

ESWL (Extracorporeal shock wave lithotripsy) yang secara total

mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL, dan operasi

terbuka).

Dari data di luar negeri didapatkan bahwa resiko pembentukan

batu sepanjang hidup (life time risk) dilaporkan berkisar 5-10% (EAU

Guidelines). Laki-laki lebih sering dibandingkan wanita (kira-kira 3:1)

Page 13: Batu Staghorn Fix

dengan puncak insidensi antara dekade keempat dan kelima, hal ini kurang

lebih sesuai dengan yang ditemukan di RSUPN-CM.

Insiden terjadinya batu ginjal (nephrolithiasis) di Amerika utara,

dan Eropa diestimasikan mencapai 0,5%. Sedangkan di Amerika

prevalesninya meningkat dari 3,2% menjadi 5,2% dalam dua tahun.

Nephrolitiasis merupakan penyakit berulang, dengan tingkat kekambuhan

50% dalam 5-10 tahun dan 75% dalam 20 tahun. Sekali berulang, maka

risiko berulang selanjutnya akan meningkat dan intervalnya akan semakin

pendek. Insiden nephrolithiasis, banyak terjadi pada wanita dibandingkan

pada laki- laki. Batu kapur merupakan jenis batu terbanyak yang

ditemukan pada nephrolitiasis yaitu lebih dari 80%, kemudian batu asam

urat sebanyak 5- 10% (Moe, 2006).

Prevalensi penyakit ginjal di Indonesia diperkirakan sebesar 13%

pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Angka kejadian

batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan

dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru,

dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien

yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah

sebesar 378 orang (Taher, et al., 2005)

B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak dirongga

retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi

cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu

tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan

ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat

bervariasi. Hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya

ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran

ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11.5 cm x 6 cm x 3.5 cm. Beratnya

bervariasi antara 120-170 gram atau kurang lebih 0.4% dari berat badan

(Purnomo, 2008).

Page 14: Batu Staghorn Fix

Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut

kapsula fibrosa (true kapsul) ginjal dan diluar kapsul ini terdapat jaringan

lemak perirenal. Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau

glandula adrenal / suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal

bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia

Gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya

perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urine pada

saat terjadi trauma ginjal. Selain itu fasia Gerota dapat pula berfungsi

sebagai barier dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat

metastasis tumor ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia Gerota terdapat

jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak para renal

(Purnomo, 2008 dan Frederic, 2006 ).

Di sebelah posterior, Ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang

tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan disebelah anterior

dilindungi oleh organ-organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh

hepar, kolon, dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien,

lambung, pankreas, jejenum, dan kolon (Purnomo, 2008).

Secara anatomis ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu korteks dan

medulla ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di

dalam medula banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit

fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus kontortus

proksimal, tubulus kontortus distalis, dan duktus kolegentes. Darah yang

membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli

kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh

mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami

sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari tidak kurang 180 liter

cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter.

Urine yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke

sistem pelvikalikes ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter.

Sistem pelvikalikes ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks

mayor, dan pielum/pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalikes terdiri atas

Page 15: Batu Staghorn Fix

epitel transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu

berkontraksi untuk mengalirkan urine sampai ke ureter (Frederic, 2006).

Gambar 2.1. Struktur Ginjal

Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan

cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan

melalui vena sentralis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem

arteri ginjal adalah end arteri yaitu arteri yang tidak mempunyai

anstomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat

kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya

iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya (Purnomo, 2008).

Tiga proses penting dalam ginjal yaitu, filtrasi glomerulus, reabsorbsi

tubulus dan seksresi tubulus. Filtrasi glomerulus melewati tiga lapisan

yang membentuk membran glomerulus, lapisan pertama adalah dinding

kapiler glomerulus, lapisan kedua lapisan gelatinosa asesuler yang dikenal

sebagai membran basal dan lapisan yang ketiga lapisan dalam kapsul

bowman. Ketiga lapisan ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda

dalam kerjanya (Guyton & Hall, 2007; Sherwood, 2010).

Reabsorbsi tubulus merupakan suatu proses perpindahan zat-zat

bersifat selektif dari lumen tubulus menuju kapiler peritubulus dan

diedarkan ke seluruh tubuh. Sekresi tubulus merupakan proses

perpindahan zat-zat bersifat selektif termasuk H+ dan K+, serta ion-ion

Page 16: Batu Staghorn Fix

organik yang dari kapiler peritubulus ke lumen tubulus (Guyton & Hall,

2007; Sherwood, 2010).

C. Definisi Nefrolithiasis

Nefrolithiasis atau yang sering disebut dengan batu ginjal merupakan

suatu keadaan yang tidak normal di dalam ginjal dimana terdapat

komponen kristal dan matriks organik (Sjabani, 2006).

Batu staghorn adalah batu bentuknya yang menyerupai tanduk, dan

mempunyai cabang-cabang. Batu jenis ini dapat berukuran kecil atau besar

tergantung dari ukuran ginjalnya (Liou, 2009).

Gambar 2.2 Nephrolithiasis

D. Etiologi

Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine (misalnya

batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya batu asam

urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di dalam

darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat-obatan tertentu juga dapat

merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran

Page 17: Batu Staghorn Fix

urine dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine meningkatkan

pembentukan batu (Corwin, 2009).

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah

terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yaitu faktor intrinsic dan

faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsic:

a. Herediter (keturunan): penyakit ini diduga diturunkan dari orang tua

b. Umur: paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

c. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak

dibandingkan dengan pasien perempuan

Faktor ekstrinsik:

a. Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu

saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal

sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di

Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.

b. Iklim dan temperature

c. Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium

pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran

kemih.

d. Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya

penyakit batu saluran kemih

e. Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya

banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

E. Gejala Klinik

Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau

letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi.Keluhan yang paling

sering dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini

mungkin bias berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi

karena aktifitas otot polos sistem kaliks maupun ureter meningkat dalam

usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.Peningkatan peristaltik

itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi

Page 18: Batu Staghorn Fix

peregangan dari saraf terminal yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri

nonkolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi

hidronefrosis atau infeksi ginjal (Purnomo, 2009).

Hematuria seringkali dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada

mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu.Kadang- kadang

hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria

mikroskopik.Jika didaptakan demam harus dicurigai adanya urosepsis.

Dapat juga ditemukan mual muntah dikarenakan adanya jalur syaraf yang

menginervasi pelvis ginjal, lambung dan intestine melalui axis celiacus

dan syaraf vagal afferent (Purnomo, 2009).

F. Jenis Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat

atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium ammonium fosfat (MAP),

xanthyn, sistin dan silikat.

1. Batu Kalsium

Batu jenis ini paling banyak dijumpai yaitu kurang lebih 70-80% dari

seluruh kemih.Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat,

kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur itu.

Faktor terjadinya batu kalsium adalah :

a. Hiperkalsiuri ( kadar kalsium urin > 250- 300 mg/24 jam). Dapat

terjadi karena hiperkalsiuri absorbtif (karena peningkatan absorbsi

kalsium melalui usus). Hiperkalsiuri renal dapat terjadi karena

adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus

ginjal, hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan

reasorpsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada

hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.

b. Hiperoksaluri, merupakan ekskresi oksalat urin yang melebihi 45

gram perhari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang

mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan

usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya

akan oksalat, diantaranya teh, kopi, jeruk dan bayam.

Page 19: Batu Staghorn Fix

c. Hiperurikosuria, merupakan keadaan dimana kadar asam urat di

dalam urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan

dalam urin sebagai inti batu atau nidus dalam terbentuknya batu

kalsium oksalat. Sumber asam urat didalam urine berasal dari

metabolisme endogen.

d. Hipositraturia

Dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium

sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan okalat atau

fosfat.Hipositrat dapat terjadi pada, sindrom malabsorbsi atau

pemakaian thiazide jangka lama.

e. Hipomagnesuria

Magnesium bertindak sebagai penghambat magnesium oksalat

sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat.Penyebab

tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus yang

diikuti gangguan malabsorbsi.

2. Batu Struvit

Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini

disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih.Kuman penyebab

infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter

yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urin menjadi

bersuasana basa.Suasana basa ini yang memudahkan garam- garam

magnesium, ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu

magnesium ammonium fosfat (MAP).

3. Batu asam urat

Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien penyakit gout,

penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker

dan banyak menggunakan obat urikosurik ( thiazide,salisilat).Sumber

asam urat berasal dari diet yang mengandung purin dan metabolisme

endogen dalam tubuh. Asam urat relatif tidak larut dalam urin

sehingga dalam keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal

asam urat.

Page 20: Batu Staghorn Fix

4. Batu jenis lain

Batu sistin, xanthin, batu triamterene dan batu silikat sangat jarang

dijumpai.Batu sistin dapat terjadi karena kelainan metabolisme

sistin.Batu xanthin terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi

enzim xanthin oksidase yang mengkatalis perubahan hipoxanthin

menjadi xanthin dan xanthin asam urat (Purnomo, 2009).

G. Patofisiologi

Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada

tempat- tempat yang sering mengalami hambatan dalam urin (stasis urin),

yaitu pada sistem kaliks ginjal atau buli- buli. Adanya kelainan pada

pelvikaliks, divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada hiperplasia

prostat benigna, striktura dan buli- buli neurogenik merupakan keadaan-

keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu (Purnomo,

2009).

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan- bahan

organik maupun anorganik yang terlarut dalam urin. Kristal- kristal

tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin

jika tidak ada keadaan- keadaan tertentu yang menyebabkan presipitasi

kristal. Kristal- kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti

batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik

bahan- bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun

ukuranya cukup besar, agregatkristal masih rapuh dan belum cukup

mampu menghambat saluran kemih. Untuk itu agregrat kristal menempel

pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan bahan- bahan

lain diendapkan pada agregrat tersebut sehingga membentuk batu yang

cukup besar sehingga menyumbat saluran kemih (Purnomo, 2009).

Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya

koloid didalam urine, konsentrasi solute dalam urin, laju aliran urin di

dalam saluran kemih, atau adanya korpus alineum di dalam saluran kemih

yang bertindak sebagai inti batu (Purnomo, 2009).

Page 21: Batu Staghorn Fix

Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik

yang berikatan dengan oksalat maupun fosfat membentuk batu kalsium

oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,

batu magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu

sistein dan batu jenis lainnya. Meskipun patogenensis pembentukan batu-

batu diatas hampir sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang

memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Misalnya asam urat

mudah terbentuk dalam suasana asam sedangkan batu magnesium

ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Purnomo, 2009).

H. Penegakan Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis, dapat dilakukan dengan anamnesa,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.

1. Laboratorium

Pemeriksaan sedimen urin menunjukkan adanya leukosituria,

hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pementuk batu. Pemeriksaan

kultur urin dapat menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah

urea. Pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan

terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien

menjalani pemeriksaan foto IVU. Perlu juga diperiksa kadar elektrolit

yang disuga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih

(antara lain kadar: kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat dalam darah

maupun dalam urin) (Purnomo, 2008).

2. Foto Polos Abdomen

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan

adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium

oksalat dan kasium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering

dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat

non-opak (radio-lusent) (Purnomo, 2008).

3. Intra Venous Urography atau Pielografi Intra Vena (PIV)

PIV adalah pemerikasaan gold standart untuk mendeteksi adanya

obstruksi pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal, tidak alergi

Page 22: Batu Staghorn Fix

dengan kontras dan tidak sedang hamil. PIV dapat menilai anatomi dan

fungsi dari organ traktus urinarius yang mengalami obstruksi.

Pada obstruksi urinarius yang akut maka pada PIV akan terlihat:

(a). Obstruksi nefrogram

(b). Terlambatnya pengisian kontras pada sistem urinarius

(c). Dilatasi dari system urinarius, mungkin juga terjadi ginjal

membesar

(d). Dapat juga terjadi ruptur fornix akibat extravasasi traktus urinarius

(Purnomo, 2008; Sylvia dan Lorraine, 2003).

4. USG

USG merupakan alat yang baik untuk mengevaluasi ginjal pada pasien

azotermia, alergi terhadap kontras, wanita yang sedang hamil, atau

pada anak-anak, faal ginjal yang menurun. Informasi yang signifikan

mengenai parenkim ginjal dan sistem urinarius dapat diperoleh tanpa

adanya expose dengan radiasi dan material kontras yang dapat

menimbulkan nefrotoxic dan reaksi anaplastik. Pemeriksaan USG

dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan

sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan

ginjal (Purnomo, 2008).

I. Penatalaksanaan

1. Medika mentosa

Terapi medika mentosa yang diberikan bertujuan untuk mengurangi

rasa nyeri dan memperlancar aliran urin dengan pemberian

diuretik.Minum banyak air dimaksudkan untuk mendorong batu keluar.

2. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)

ESWL adalah pemecah batu, baik batu ginjal, batu ureter proksimal,

atau batu buli- buli tanpa melalui tidakan invasive dan tanpa

pembiusan.Batu dipecah menjadi fragmen- fragmen kecil sehingga

mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.Pecahan batu yang sedang

keluar dapat menimbulkan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

Page 23: Batu Staghorn Fix

3. Endourologi

Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk

mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu dan

kemudian mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang

dimasukkan langsung kedalam saluran kemih.Alat tersebut dimasukkan

melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses

pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai

tenaga hidraulik, energi gelombang suara atau energi laser. Beberapa

tindakan endourologi adalah:

a. PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy), yaitu mengeluarkan batu

yang berada didalam saluran ginjal dengan caramemasukkan alat

endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada kulit. Batu

kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi

fragmen- fragmen kecil.

b. Litotripsi yaitu memecah batu buli- buli atau batu uretra dengan

memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli- buli.

Pecahan batu dikeluarkan dengan eavakuator ellik.

c. Ureteroskopi atau uretero renoskopi yaitu memasukkan alat

ureteroskopi per uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem

pielo kaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang

berada di dalam ureter maupun sistem pelvikaliks dapat dipecah

dengan bantuan ureteroskopi atauureterorenoskopi ini.

d. Ekstraksi dormia yaitu mengeluarkan batu ureter dengan

menjaringnya melalui alat keranjang dormia.

4. Bedah Laparoskopi

Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih, cara ini

banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.

5. Pembedahan terbuka antara lain pielotomi atau nefrolitotomi untuk

mengambil batu pada ginjal dan ureterolitotomi untuk batu di ureter

(Purnomo, 2009).

Page 24: Batu Staghorn Fix

J. Pencegahan

Setelah batu dikeluarkan dari saluran kemih, maka perlu dilakukan

pencegahan. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa :

1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahkan produksi

urin sebanyak 2-3 liter perhari.

2. Diet untuk mengurangi kadar zat- zat komponen pembentuk batu.

3. Olahraga yang cukup.

4. Pemberian medikamentosa (Purnomo, 2009)

Beberapa diet yang dianjurkan :

1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin dan

menyebabkan suasana urin menjadi lebih asam.

2. Rendah oksalat.

3. Rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri.

4. Rendah purin (Purnomo, 2009)

K. Komplikasi

1. Obstruksi, karena aliran urin terhambat oleh batu.

2. Infeksi saluran kemih

Infeksi dapat terjadi karena batu menimbulkan inflamasi saluran kemih

dan terhambatnya aliran urin.

3. Gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut dapat terjadi karena urin yang tidak dapat mengalir,

akan kembali lagi ke ginjal, menekan bagian dalam ginjal dan

mempengaruhi aliran darah keginjal, sehingga dapat menimbulkan

kerusakan pada organ tersebut (Nevins, 2010)

Page 25: Batu Staghorn Fix

III. KESIMPULAN

1. Batu ginjal (nefrolithiasis) adalah suatu keadaan yang tidak normal di dalam

ginjal dimana terdapat komponen kristal dan matriks organic

2. Batu staghorn adalah demikian karena bentuknya yang menyerupai tanduk,

dan mempunyai cabang- cabang.batu jenis ini dapat berukuran kecil atau besar

tergantung dari ukuran ginjalnya

3. Etiologi batu ginjal terdiri dari 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor instrinsik herediter, umur, jenis kelamin. Faktor ekstrinsik geografi,

iklim, diet, pekerjaan.

4. Jenis batu saluran kencing, kalsium, batu struvit, batu asam urat, dan batu

jenis lain.

5. Penegakan diagnosis batu ginjal yaitu dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,

serta dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti foto polos abdomen,

ultrasonografi, pielografi intravena.

6. Penatalaksanaan bisa dengan medikamentosa, ESWL,endourologi. Bedah

laparoskopi.

7. Komplikasi ISK, Obstruksi, gagal ginjal akut.

Page 26: Batu Staghorn Fix

DAFTAR PUSTAKA

Lidi, Yhang. 2012. Gambaran Radiologi Hidronefrosis dan hidroureter dextra pada Pasien Laki-Laki usia 42 Tahun.

Liou, Louis. Kidney stone. 2009.di Di http://www.umm.edu/ency/article/000458.htm#ixzz2OOaxPKmc padatangg al 10 April 2013.

Martini, Frederich. 2006. The Urinary System in Fundamentals of Anatomy and Physiology. San Francisco: Perason Education, Inc.

Moe. W. Orson. 2006. Kidney stones: pathophysiology and medical management. Diakses di www.researchgate.net padatanggal 10 April 2013.

Nevins,Patricia. 2010.Complication From Kidney Stone. Diakses dari http://www.livestrong.com/article/91839-complications-kidney-stones/ pada tanggal 11 April 2013

Prince, Sylvia dan Lorrane ,Wilson. 2003. Gangguan Sistem Ginjal dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Purnomo, Basuki. 2008. Anatomi Sistem Urogenital dalam Dasar-Dasar Urologi. Sagung Seto: Jakarta.

Santoso, et al., 2005. Paduan Penatalaksanaan Pediatric Urology

Sherwood, Lauralee. 2010. Human Phsysiology : from cells to systems Seventh Edition: 517-524. Jakarta:EGC

Taher, Akmal et al. 2005. Penggunaan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy pada Batu Saluran Kemih diakses di buk.depkes.go.id/index pada tanggal 20 Maret 2013