be & gg, purwono sutoyo, hapzi ali, jelaskan etika profesi yang spesifik dalam tugas atau...

21
Judul : Jelaskan etika profesi yang spesifik dalam tugas atau profesi saudara masing-masing dan bagaimana pula mengatasi conflict interest dalam profesi saudara masing-masing. Tugas : Forum 14 BE dan GG Nama Mahasiswa : Purwono Sutoyo NIM : 55117110006 Dosen Pengampu : Prof. DR. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA Etika Profesi Project Manager (PM) Seorang manajer proyek adalah orang yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan proyek yang dinyatakan. Tanggung jawab manajemen proyek utama meliputi menciptakan tujuan proyek yang jelas dan dapat dicapai, membangun persyaratan proyek, dan mengelola kendala dari segitiga manajemen proyek , yaitu biaya, waktu, ruang lingkup dan kualitas. Pengertian lain dari Project manager adalah seorang yang diberikan tanggung jawab untuk memimpin tim proyek di dalam mengelola, merancang, mengeksekusi dan menutup proyek sesuai dengan tujuan dari proyek yang telah ditetapkan. Peran kunci dari project manager di dalam project management diantaranya adalah menentukan tujuan proyek yang ingin dicapai, membangun requirement proyek dan mengelola 3 batasan dari proyek yaitu scope, cost dan schedule ditambah batasan kualitas secara efektif. Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI 2001) mengatakan bahwa manajer proyek seseorang yang bertanggung jawab dalam mengurus sebuah proyek. Menurut Ritz (1994) seorang manajer proyek berasal dari suatu institusi atau seorang pengusaha yang sinonim dengan pengurus, eksekutif, supervisor dan boss. Peranan Manajer Proyek sebagai berikut: Berperan untuk mengintegrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk mencapai tujuan tertentu. Berperan juga sebagai seorang komunikator. Dengan ini berarti manajer proyek menjadi tempat terakhir menujunya laporan-laporan, memo, permintaan dan keluhan. Manajer proyek juga mengambil input dari banyak sumber, mengolah dan menyampaikan informasi ke beberapa pihak dan memastikan bahwa semua orang yang punya peran dalam proyek mengetahui informasi mengenai kebijaksanaan, tujuan, anggaran, jadwal kebutuhan, dan perubahan yang ada dalam proyek sesuai peran yang dimiliki.

Upload: ipung-sutoyo

Post on 24-Jan-2018

29 views

Category:

Business


1 download

TRANSCRIPT

Judul : Jelaskan etika profesi yang spesifik dalam tugas atau

profesi saudara masing-masing dan bagaimana pula

mengatasi conflict interest dalam profesi saudara

masing-masing.

Tugas : Forum 14 BE dan GG

Nama Mahasiswa : Purwono Sutoyo

NIM : 55117110006

Dosen Pengampu : Prof. DR. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA

Etika Profesi Project Manager (PM)

Seorang manajer proyek adalah orang yang bertanggung jawab untuk mencapai

tujuan proyek yang dinyatakan. Tanggung jawab manajemen proyek utama meliputi

menciptakan tujuan proyek yang jelas dan dapat dicapai, membangun persyaratan proyek,

dan mengelola kendala dari segitiga manajemen proyek , yaitu biaya, waktu, ruang lingkup

dan kualitas.

Pengertian lain dari Project manager adalah seorang yang diberikan tanggung jawab

untuk memimpin tim proyek di dalam mengelola, merancang, mengeksekusi dan menutup

proyek sesuai dengan tujuan dari proyek yang telah ditetapkan. Peran kunci dari project

manager di dalam project management diantaranya adalah menentukan tujuan proyek yang

ingin dicapai, membangun requirement proyek dan mengelola 3 batasan dari proyek yaitu

scope, cost dan schedule ditambah batasan kualitas secara efektif.

Menurut Project Mangement Body of Knowledge Guide (PMI 2001) mengatakan

bahwa manajer proyek seseorang yang bertanggung jawab dalam mengurus sebuah

proyek. Menurut Ritz (1994) seorang manajer proyek berasal dari suatu institusi atau

seorang pengusaha yang sinonim dengan pengurus, eksekutif, supervisor dan boss.

Peranan Manajer Proyek sebagai berikut:

Berperan untuk mengintegrasikan beberapa kegiatan yang berbeda untuk mencapai

tujuan tertentu.

Berperan juga sebagai seorang komunikator. Dengan ini berarti manajer proyek menjadi

tempat terakhir menujunya laporan-laporan, memo, permintaan dan keluhan. Manajer

proyek juga mengambil input dari banyak sumber, mengolah dan menyampaikan

informasi ke beberapa pihak dan memastikan bahwa semua orang yang punya peran

dalam proyek mengetahui informasi mengenai kebijaksanaan, tujuan, anggaran, jadwal

kebutuhan, dan perubahan yang ada dalam proyek sesuai peran yang dimiliki.

Berperan untuk mengambil keputusan yang menjadi wewenangnya, antara lain

mengenai realokasi sumber daya, mengubah lingkup proyek, menyeimbangkan kriteria

biaya, jadwal dan performansi.

Merupakan seorang enterpreuneur yang harus berusaha untuk melakukan pengadaan

dana, fasilitas dan orang agar proyek dapat berjalan.

Merupakan seorang agen pengubah yang mempelopori pemakaian ide yang baru dan

inovatif dan berusaha keras mengatasi halangan untuk melakukan perubahan.

Tanggung Jawab Manajer Proyek

Tanggung jawab manajer proyek didelegasikan oleh pihak manajemen yang diatasnya.

Seorang manajer proyek memiliki tanggung jawab utama yaitu menyerahkan hasil akhir

proyek dalam kriteria waktu, biaya, dan informasi yang telah ditetapkan, termasuk profit

yang ditargetkan. Secara garis besar tanggung jawab manajer proyek adalah (Soeharto,

1997):

Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, tugas-tugas dan hasil akhir, termasuk

pemecahan pekerjaan, penjadwalan dan anggaran.

Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim proyek.

Mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.

Memonitor status proyek.

Mengindentifikasikan masalah-masalah teknis.

Titik temu dari para konstituen: subkontraktor, user, konsultan, top management.

Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.

Merekomendasikan penghentian proyek atau pengerahan kembali sumber daya.

Shtub (1994) menggambarkan diagram kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh

seorang manajer proyek, diantaranya adalah:

1. Budgeting and Cost Skills: Kemampuan dalam hal membuat anggaran biaya proyek

baik dalam hal analisis biaya proyek, analisis kelayakan investasi agar keuangan

proyek dapat berjalan optimal sesuai dengan keinginan penyedia dana.

2. Schedulling and Time Management Skills: Manajer proyek dituntut untuk dapat

mengelola waktu secara baik agar proyek dapat selesai tepat waktu seperti yang

diharapkan. Untuk mengelola waktu ini manajer proyek harus mendefinisikan

aktivitas-aktivitas yang diperlukan, misalnya dengan teknik WBS (Work Breakdown

Structure). Selain itu, manajer proyek harus mampu memperkirakan waktu bagi

setiap aktivitas secara realistis.

3. Technical Skills: Kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam

hal proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme

proyek. Kemampuan ini biasanya didapatkan dari penimbaan ilmu khusus, misalnya

Institut Manajemen Proyek, dsb

4. Resource Management and Human Relationship Skills: Manajer proyek perlu

memahami akibat dari kegagalan dalam mengelola sumber daya, sehingga

diperlukan kehati-hatian dalam menempatkan sumberdaya yang ada dan

menjadwalkannya. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk membangun jaringan

sosial dengan orang-orang yang terlibat di dalam proyek, seperti para stakeholder.

5. Communication Skills: Perencanaan sebuah proyek akan menjadi tidak berguna

ketika tidak ada komunikasi yang efektif antara manajer proyek dengan timnya.

Setiap anggota tim harus mengetahui tanggung jawab mereka.

6. Negotiating Skills: Selain kemampuan komunikasi yang baik, negosiasi juga

memerlukan strategi dalam menarik dukungan manajemen atas atau sponsor

mereka, bagaimanapun, pihak yang bernegosiasi harus dapat melihat loyalitas sang

manajer terhadap mereka, baru kemudian akan muncul kepercayaan.

7. Marketing, Contracting, Customer Relationship Skills: Manajer proyek juga harus

memiliki kemampuan untuk memasarkan hasil proyeknya, karena akan sangat tragis

ketika sebuah proyek yang sukses secara implementatif, tetapi outputnya tidak

dibutuhkan oleh para penggunanya. Selain itu, kedekatan dengan konsumen sangat

diperlukan. Sang manajer perlu responsif terhadap perubahan kebutuhan dan

persyaratan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam konsep TQM,

kunci utama untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan adalah komunikasi secara

terus-menerus anatar pelanggan maupun antar tim proyek (Tjiptono&Diana, 2003).

8. Leadership Skills: Kepemimpinan menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki

oleh seorang manajer proyek. Apa yang dilakukan oleh manajer proyek menendakan

bagaimana seharusnya orang lain atau timnya bekerja.

Grey&Larson (2006) memberikan contoh gaya kepemimpinan dengan memberi teladan

sebagai syarat menuju manajer proyek yang efektif. Ada enam aspek yang melingkupinya,

antara lain :

1. Prioritas, hal ini berbicara mengenai penggunaan waktu. Manajer proyek

memerlukan banyak waktu untuk mengamati sebuah pengujian kritis daripada

menunggu laporan, menyatakan pentingnya penguji dan pekerjaan tim.

2. Urgensi, dengan meningkatkan pola interaksi dengan tim seperti laporan dan rapat

penting dengan sering akan membuat tim merasa bahwa pekerjaan ini sangat

penting.

3. Pemecahan masalah, manajer proyek yang efektif akan lebih memusatkan kepada

bagaimana tim dapat mengubah masalah menjadi kesempatan atau apa yang

dipelajari dari suatu kesalahan untuk lebih proaktif dalam memecahkan maslah.

4. Kerjasama, berbicara mengenai bagaimana manajer proyek bertindak terhadap

orang luar dan memengaruhi bagaimana anggota tim berinteraksi dengan orang

luar.

5. Standar kinerja, manajer proyek harus menetapkan standar yang tinggi untuk

kinerja proyek melalui respon yang cepat atas kebutuhan tim, mengikuti isu-isu

penting, berprinsip teguh, serta hati-hati dalam menjalankan pertemuan-pertemuan

kritis.

6. Etika, jika seorang manajer proyek dengan bebas menyalahgunakan atau menahan

informasi penting dari manajemen atas atau pelanggan, hal ini memberi isyarat

kepada anggota tim bahwa perilaku seperti ini dapat diterima dan dilakukan.

Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok

masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada

kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang didasari

kesusilaan.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam

melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara

sebagai pedoman berperilaku dan berbudaya. Tujuan kode etik agar profesionalisme

memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya. Adanya kode etik

akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

Fungsi Kode Etik Profesi

Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai

seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok

yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:

1) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip

profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana

profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang

bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan

kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga

memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).

3) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang

hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para

pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri

pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan

Dalam syariat Islam, beberapa kode etik seorang Project Manager berdasarkan tugas dan

tanggung jawab profesi sebagai Project Manager dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Menerapkan kejujuran dan berlaku adil dan amanah sesuai dengan ajaran Agama Islam.

"Wa auful kaila wal mīzāna bil qisthi lā nukallifu nafsan Illā wus‘ahā Wa idzā qultum

fa‘dilū Wa lau kāna dzā qurbā Wa bi ‘ahdillāhi aufū Dzālikum wash shākum bihī.

La‘allakum tadzakkarūn." (Al ana’am 152).

Yang artinya :

"Dan sempurnakanlah oleh kalian takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak

Memikulkan beban kepada seseorang kecuali menurut kesanggupannya. Dan apabila

kalian berkata, maka hendaklah kalian berlaku adil walaupun ia adalah kerabat, dan

penuhilah Janji Allah. Itulah yang Dia Perintahkan kepada kalian agar kalian ingat."

(Al An’am : 152).

"Innallāha ya’muru bil ‘adli Wal ihsāni Wa ītā-i dzil qurbā Wa yanhā ‘anil fahsyā-i Wal

mungkari Wal baghyi Ya‘izhukum La‘allakum tadzakkarūn. "(An-Nahl : 90)

Yang artinya :

"Sesungguhnya Allah Menyuruh kepada keadilan dan kebaikan serta memberi kepada

kaum kerabat, dan Dia Melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan kezaliman. Dia

Memberi pengajaran kepada kalian supaya kalian dapat mengambil pelajaran."

Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.a berkata: rasulullah saw bersabda: sesungguhnya

orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi allah ditempatkan diatas mimbar dari cahaya,

ialah mereka yang adil dalam hokum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan

(dikuasakan) kepada mereka. (muslim)

Berusaha dengan cara yang halal dalam pekerjaan.

Firman Allah SWT :

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami

berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu

menyembah.” (al-Baqarah: 172)

2. Saling menghormati antar umat beragama didalam lingkungan organisasi ataupun Tim.

Anas r.a berkata : bersabda rasulullah saw: dengarlah dan ta’atlah meskipun yang

terangkat dalam pemerintahanmu seorang budak habasyah yang kepalanya bagaikan

kismis. (buchary)

3. Memilik integritas yang tinggi.

4. Toleransi terhadap sifat ambiguitas.

5. Toleransi terhadap ketidakpastian.

6. Memiliki keyakinan yang tinggi.

7. Tegas dalam berbagai hal.

8. Percaya diri/reflektif.

Selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan

sikap yang optimis, tidak optimis yang berlebihan, sebab dapat menimbulkan

kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat tawakal kepada

Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan

kekuasaan Allah. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imran: 159, yang artinya:

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

9. Terbuka terhadap rekan kerja.

10. Memiliki kemampuan, wawasan yang luas dan ketrampilan dalam bidang pekerjaan IT,

diantaranya :

1. Project Management process skill.

2. Interpersonal & behavioral skill.

3. Technology management skill.

4. Desire personal traits.

11. Memiiliki kemampuan dalam analisa dan tanggap terhadap masalah yang terjadi.

Teliti, berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-

gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat

dibutuhkan dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada setiap

muslim untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya

yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan kegagalan

dalam mencapai suatu tujuan.

Dalam Quran surat Al-Anbiya’ : 37 yang artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat)

tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka

janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.

Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah bekerja yang tergesa-gesa.

12. Mempunyai kemampuan analisis resiko yang baik.

13. Mampu berkerjasama dan dapat menjalin hubungan baik dengan rekan-rekan kerja.

14. Dapat menjaga kerahasian dari sebuah data dan informasi.

15. Merencanakan, memberi arahan dan melaksanakan aktivitas manajemen proyek untuk

suatu divisi / area.

16. Memonitor progress terhadap jadwal dan anggaran proyek dengan membuat bar chart &

critical path serta dan mengalokasikan atau membantu mengalokasi sumber daya sesuai

dengan hasil proyek yang harus diselesaikan.

17. Memastikan bahwa instalasi sistem yang terdiri dari hardware komputer dan jaringan

bersama dengan software sistem dan aplikasi.

18. Membuat keutuhan sinergis yang memungkinkan bisnis untuk mendapatkan manfaat

dari keuntungan yang dijanjikan tersebut.

19. Project Manager membawa semua sumber daya yang diperlukan bersama-sama untuk

komisi sistem baru dalam waktu singkat dan dengan biaya minimal bagi perusahaan.

20. Dapat menjunjung tinggi kode etik dan displin etika.

21. Taat / disiplin kepada setiap kebijakan yang di keluarkan organisasi.

Untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharus untuk tunduk

kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku.

Dalam ajaran Islam banyak ayat Al Qur’an dan Hadist yang memerintahkan disiplin

dalam artiketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan, antara lain surat An Nisa

ayat 59:

“Yā ayyuhal ladzīna āmanū Athī‘ullāha Wa athī‘ur rasūla Wa ulil amri mingkum Fa iη

tanāza‘tum Fī syai-iη fa ruddūhu ilallāhi War rasūli Tu’minūna billāhi wal yaumil ākhir

Dzālika Khairuw wa ahsanu ta’wīlā.”(an-nisa: 59)

yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul, dan ulul amri di

antara kalian. Kemudian jika kalian bersilang pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah dan rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah

dan hari akhirat. Hal itu lebih utama dan lebih baik akibatnya (bagi kalian).”

22. Harus mengambil keputusan dengan wewenang yang terbatas dari organisasi.

23. Mengambil keputusan yang bukan yang terbaik bagi poyek tetapi terbaik buat

Organisasi.

24. Memberikan feedback dari hasil pekerjaan proyek jika diperlukan.

25. Memberikan perhargaan terhadap anggota tim proyek yang mempunyai prestasi yang

baik.

26. Menyeimbangkan antara kepentingan anggota tim, kepentingan tim, dan kepentingan

proyek.

Conflict Interest atau Konflik Kepentingan

Dalam suatu organisasi terdapat adanya perbedaan opini, tujuan dan nilai yang

dianut yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. Apalagi untuk organisasi proyek yang

sering dibentuk jika ada proyek baru akan seringkali terjadi pergantian personil yang

sebelumnya mungkin tidak saling kenal, sehingga harus bekerjasama dengan orang-orang

yang baru. Mengutamakan kepentingan sendiri agar pekerjaan di bagiannya berhasil, juga

dapat memperbesar potensi konflik antar departemen atau seksi. Konflik bisa muncul antar

orang dalam organisasi, orang-orang dalam tim, antar departemen, antara user dan

kontraktor, antara tim proyek dan staf fungsional.

Konflik pasti tak diinginkan terjadi namun hampir tak mungkin tak terjadi. Konflik mulai

berpotensi terjadi ketika orang mulai berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Perbedaan background, skill, pendidikan, pola pikir atau cara pandang tiap orang berperan

dalam memicu konflik. Konflik tidak hanya di proyek, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Mengatasinya harus dimulai dengan memahami konflik itu sendiri, identifikasi, analisa, dan

menentukan resolusinya. Dalam tulisan ini diusulkan cara untuk menemukan resolusi

konflik.

Sumber konflik di proyek adalah semua stakeholder (Project Manager, Project Team,

Sponsor, Owner, Consultant, Supplier, Subcontractor, dll). Beberapa penyebab konflik yang

biasa terjadi di proyek adalah:

Ketidak-cocokan tujuan

Hubungan struktural organisasi

Sumberdaya yang terbatas

Masalah komunikasi

Perbedaan individual

Dalam menyelesaikan dan mengelola konflik, Project Manager harus memahami kategori

konflik. Adapun kategori konflik adalah:

1. Konflik orientasi tujuan: berhubungan dengan hasil akhir, performa spesifikasi dan

kriteria, prioritas, dan obyektif.

2. Konflik administratif: berhubungan dengan struktur management, filosofi dan teknik,

dan terutama pendefinisian tanggung jawab dan otoritas tugas, fungsi dan

keputusan.

3. Interpersonal Konflik: merupakan hasil dari perbedaan dalam etika bekerja, cara

bekerja, egoisme, dan kepribadian dari tiap orang yang terlibat.

Project Manager harus mampu mendapatkan conflict resolution yang tepat. Untuk

mendapatkannya, Project Manager harus melakukan:

- Analisa dan evaluasi teknik resolusi konflik

- Memahami dinamika penanganan konflik dua pihak

- Memilih pendekatan resolusi konflik yang terbaik (Win-win solution)

Tambahan:

Penyebab Konflik Kepentingan:

Konflik kepentingan di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

A. Faktor Manusia

1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.

2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.

3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis,

temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.

B. Faktor Organisasi

1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.

Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau

dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan

potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.

Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan

bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut.

Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan

untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang

tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.

3. Interdependensi tugas.

Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan

kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil

kerja dari kelompok lainnya.

4. Perbedaan nilai dan persepsi.

Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa

mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki

presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit,

sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.

5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu

adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.

6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba

memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain

menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki

organisasi.

7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan,

pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar

unit/ departemen.

Cara atau Taktik Mengatasi Konflik kepentingan

Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik kepentingan bukanlah suatu yang sederhana.

Cepat-tidaknya suatu konflik kepentingan dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan

keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya

bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak

ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul.

Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:

Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani

hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.

Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin

timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan

dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.

Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling

mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi

tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit.

Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan

kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan

berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan

merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang

bagi kedua pihak.

Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak menarik diri

dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan

tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu sama lain.

Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah;

akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain.

Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-

bentuk intimidasi lainnya. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak hams

mengalah dan menyerah secara terpaksa.

Intervensi (campur tangan) pihak ketiga:

Apabila pihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha kedua pihak menemui

jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam penyelesaian konflik.

Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi

sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak

menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi

muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.

Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi

sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang

terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta mela-pangkan jalan untuk

pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas penengahan tergantung juga pada bakat

dan ciri perilaku mediator.

Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta

mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak

mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la

menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah

laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat proses

penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.

Demikian penjelasannya.

Terimakasih

Daftar Pustaka:

1. Modul Perkuliahan UMB, Hapzi Ali, BE & GG, Ethics and Marketing

2. http://daryatilahtanza.blogspot.co.id/2013/06/analisis-etika-profesi-seorang-

projek.html (12 Nov17, jam 21.47)

3. http://rahmaekaputri.blogspot.co.id/2012/04/manajer-proyek.html (12 Nov17, jam

21.53)

4. http://ahmadfaisyal.blogspot.co.id/2013/10/etika-profesi.htm (12 Nov17, jam

21.53)

5. https://yoggiwidianto.wordpress.com/2014/12/30/munculnya-konflik/ (12

Nov17, jam 21.53)

Judul : 1. Jelaskan norma-norma ethics dan kaitannya dengan

tugas sebagai staf di perusahaan/kantor saudara.

2. Apa yang saudara ketahui tentang Conflict Interest

dan bagaimana cara mengatasi hal ini kalau terjadi

perusahaan saudara

Tugas : Quiz 14 BE dan GG

Nama Mahasiswa : Purwono Sutoyo

NIM : 55117110006

Dosen Pengampu : Prof. DR. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CMA

1. Penerapan Norma-norma etika dan budaya kerja pada seluruh karyawan di

MNC Group

Perusahaan dalam hal ini adalah MNC Group (“Perseroan”) memandang bahwa

implementasi penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) yang selanjutnya disingkat “GCG”, merupakan hal yang mutlak diperlukan bagi

kelangsungan usaha Perseroan. Untuk itulah Perseroan berupaya menerapkan prinsip-

prinsip GCG secara bertahap dan berkelanjutan.

Manfaat penerapan prinsip-prinsip GCG selain menjaga kelangsungan usaha juga menjaga

kepercayaan para pemangku kepentingan dan menumbuhkan integritas Perseroan.

Perusahaan terus berupaya mengikuti perkembangan praktik prinsip GCG yang terbaik,

selain mengikuti regulasi yang sudah ditetapkan oleh pihak berwenang.

Penerapan prinsip-prinsip GCG secara konsisten dan berkesinambungan merupakan

komitmen Perseroan dalam pengelolaan perusahaan dengan menjaga kepentingan

pemegang saham maupun pemangku kepentingan lainnya. Dengan melakukan praktik GCG

secara konsisten dan berkesinambungan akan meningkatkan kinerja Perseroan dengan

terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi

operasional Perseroan serta peningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

Perusahaan berkomitmen untuk menyempurnakan penerapan Tata Kelola Perusahaan

dengan terus melakukan pengkajian, pengembangan Pedoman Tata Kelola Perusahaan dan

penyempurnaan pada struktur tata kelola, proses dan pelaporan.

Penerapan Asas GCG

Pelaksanaan GCG di Perseroan dijalankan dengan senantiasa memperhatikan prinsip yang

mendasari pelaksanaan GCG yang meliputi keterbukaan informasi, akuntabilitas,

pertanggungjawaban, kemandirian, dan kesetaraan & kewajaran. Seluruh unsur di dalam

sosialisasi Perseroan dilibatkan, mulai dari tahap persiapan, internalisasi, implementasi,

hingga evaluasi.

Visi, Misi dan Nilai Budaya Perusahaan yang harus di terapkan kepada seluruh karyawan di

MMNC Group, meliputi:

Visi : Menjadi salah satu perusahaan yang terkemuka di kawasan Asia Pasific melalui

pengelolaan yang solid, inovasi, dan sumber daya manusia yang kompeten.

Misi:

1. Secara konsisten memberikan pelayanan yang terbaik dengan cepat dan terukur,

agar menjadi nilai tambah bagi para pemegang saham, investor, dan mitra bisnis.

2. Bekerja sama dan bersinergi untuk menjadi perusahaan yang terus tumbuh dan

berkembang.

3. Menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

4. Menjaga keseimbangan antara aspek komersial dan aspek sosial melalui komitmen

dalam pengembangan masyarakat.

Nilai Budaya Perusahaan

Vision : Pandangan ke masa depan untuk menciptakan kesempatan usaha dan

memenangkan pasar (menjadi market leader).

Quality : Totalitas untuk menjadi yang terbaik.

Speed : Selalu memberikan karya lebih cepat dan lebih cerdas untuk menjadi yang

terdepan.

Pokok-Pokok Etika Perusahaan menjadi Pedoman Perilaku bagi seluruh karyawan di MNC

Group. Pedoman ini berisi tentang pedoman umum atas hubungan karyawan dengan

Perusahaan, hubungan antar karyawan, hubungan dengan konsumen, hubungan dengan

pemegang saham, hubungan dengan Pemerintah, dan hubungan dengan masyarakat.

Seluruh manajemen dan karyawan dituntut komitmennya untuk membaca dan memahami

Pedoman Perilaku ini sebagai dasar penerapan perilaku yang boleh dan tidak boleh

dilakukan di lingkungan Perseroan. Dengan begitu, diharapkan karyawan dapat lebih

memahami bagaimana harus bersikap dan bertindak dalam upaya mengimplementasikan

visi, misi, dan filosofi perusahaan. Adapun pedoman perilaku tersebut meliputi:

1. Integritas dalam berusaha yang merupakan bentuk kepatuhan pada peraturan yang

berlaku.

2. Tidak membuat pernyataan palsu dan klaim palsu terutama terkait pemasaran dan

negosiasi termasuk akun untuk biaya dan pengeluaran, kajian atas proyek tertentu

dan penulisan laporan.

3. Menghindari terjadinya benturan kepentingan, terutama terkait dengan kepemilikan

saham baik langsung maupun tidak langsung, insider trading, memakai aset

perusahaan untuk kepentingan pribadi, melakukan pekerjaan lain di luar perusahaan

yang berpotensi mengganggu produktivitas, dan memberikan informasi yang

menguntungkan orang lain.

4. Pemberian/penerimaan hadiah, mengikuti kebijakan yang ditetapkan Perseroan,

misalnya: hadiah tidak berupa uang tunai ataupun voucher dan nominal tidak lebih

dari Rp500.000.

5. Tidak menerima atau melakukan suap dalam bentuk apapun.

6. Tidak melakukan penyelewengan seperti menipu, menggelapkan, memalsukan,

penyalahgunaan aset, pengalihan kas, dan lain-lain.

Norma-norma etika seluruh karyawan di dalam lingkungan MNC Group yang berkaitan

dengan kegiatan pekerjaannya tentu harus disesuaikan dengan Kode Etik Karyawan yang

berlaku dan yang telah di sosialisasikan oleh para HR di masing-masing unitnya.

Beberapa hal norma etika yang menjadi kewajiban karyawan dapat di sebutkan antara lain:

Mengajukan Keluhan dan Masalah-Masalah Etika

Setiap pihak di Perseroan bertanggung jawab untuk memelihara standar-standar etika.

Karyawan diharapkan untuk mematuhi standar-standar etika sebagai suatu unsur yang

utama dalam setiap tanggung jawab dalam proses bekerja di Perseroan.

Kode Etik ini bertujuan untuk sebagai pedoman umum didalam proses bekerja , namun

dalam hal Karyawan merasa tidak yakin tentang apa yang harus diperbuat dalam situasi

tertentu, maka sangat disarankan untuk mencari petunjuk dan informasi tambahan dari

Atasan atau HR Manager.

Pada situasi di mana Karyawan mencurigai adanya pelanggaran terhadap hukum,

peraturan atau peraturan dari Perseroan, maka Karyawan harus segera menyampaikan

kecurigaannya kepada Atasan, Business Unit Head atau HR Manager atau perwakilan

Internal Audit yang ada.

Benturan Kepentingan

Karyawan harus menghindari konflik pribadi atau konflik dengan tugas mereka pada

Perseroan. Keadaan di mana konflik tersebut dapat terjadi dan yang mana dapat

dihindari, kecuali telah disetujui terlebih dahulu oleh Senior Management Committee.

Dalam hal ini, Perseroan mengandalkan komitmen Karyawan untuk memegang teguh

standar etika tertinggi dengan perilaku profesional. Setiap Unit Bisnis dimungkinkan

untuk memiliki kebijakan sendiri untuk mengantisipasi adanya benturan kepentingan

yang khas di Unit Bisnis tersebut.

Hubungan dengan Pihak Ketiga

Perlakuan Adil

Perseroan berkomitmen untuk berlaku adil terhadap para pelanggan, pemasok, pesaing

dan Karyawannya.

Hadiah dan Perjamuan

Secara umum, Karyawan tidak diperbolehkan menerima hadiah, pelayanan, pinjaman

atau perlakuan istimewa dari pihak manapun juga – apakah itu dari pelanggan atau

pemasok atau pihak lainnya – sebagai imbalan untuk hubungan usaha di masa lalu,

sekarang atau yang akan datang dengan Perseroan.

Karyawan harus melaporkan hadiah dan jamuan yang diterima dalam form Gift &

Entertainment. Jika Hadiah diterima dalam bentuk makanan atau minuman, hadiah

harus dibagi kepada karyawan lainnya.

Hubungan dengan Para Pemasok

Semua pembelian barang-barang atau pengadaan servis harus didasari oleh harga,

kualitas, ketersediaan, syarat dan kondisi. Dalam melakukan perjanjian dengan para

pemasok, maka transaksi dan harga tersebut harus didasari oleh praktek-praktek pasar

yang bijaksana, dengan melalui sedikitnya 3 (tiga) pemasok.

Kebebasan Pribadi

Aturan Kerahasiaan Informasi

Selama masa kerja dan setelah pemutusan hubungan kerja dari Perseroan, Karyawan

harus tetap menjaga dan tidak menyebarluaskan hak milik, informasi non-publik dan

informasi rahasia tentang Perseroan, serta para nasabah, pemasok dan distributornya.

Kebebasan Pribadi Tentang Informasi Karyawan

Perseroan akan melindungi kebebasan pribadi dan kerahasiaan dari catatan-catatan

kesehatan dan personalia Karyawan. Catatan-catatan tersebut tidak boleh disebarkan

atau dibicarakan di luar Perseroan. Permintaan atas catatan-catatan tersebut dari luar

Perseroan dalam situasi tertentu, harus mendapat persetujuan dari pihak yang

berwenang.

2. Conflict Interest atau Konflik Kepentingan dan cara mengatasi hal ini kalau

terjadi perusahaan

Dalam suatu organisasi terdapat adanya perbedaan opini, tujuan dan nilai yang

dianut yang dapat menyebabkan terjadinya konflik. Apalagi untuk organisasi proyek yang

sering dibentuk jika ada proyek baru akan seringkali terjadi pergantian personil yang

sebelumnya mungkin tidak saling kenal, sehingga harus bekerjasama dengan orang-orang

yang baru. Mengutamakan kepentingan sendiri agar pekerjaan di bagiannya berhasil, juga

dapat memperbesar potensi konflik antar departemen atau seksi. Konflik bisa muncul antar

orang dalam organisasi, orang-orang dalam tim, antar departemen, antara user dan

kontraktor, antara tim proyek dan staf fungsional.

Konflik pasti tak diinginkan terjadi namun hampir tak mungkin tak terjadi. Konflik mulai

berpotensi terjadi ketika orang mulai berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Perbedaan background, skill, pendidikan, pola pikir atau cara pandang tiap orang berperan

dalam memicu konflik. Konflik tidak hanya di proyek, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Mengatasinya harus dimulai dengan memahami konflik itu sendiri, identifikasi, analisa, dan

menentukan resolusinya.

Penyebab Konflik Kepentingan:

Konflik kepentingan di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai

berikut:

C. Faktor Manusia

4. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.

5. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.

6. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis,

temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.

D. Faktor Organisasi

1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.

Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau

dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan

potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.

2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.

Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan

bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut.

Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan

untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang

tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.

3. Interdependensi tugas.

Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan

kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil

kerja dari kelompok lainnya.

4. Perbedaan nilai dan persepsi.

Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa

mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda memiliki

presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit,

sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang ringan dan sederhana.

5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu

adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.

6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba

memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain

menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki

organisasi.

7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan,

pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar

unit/ departemen.

Akibat-akibat Konflik

Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik

tersebut.

Akibat negatif

• Menghambat komunikasi.

• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).

• Mengganggu kerjasama atau “team work”.

• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.

• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.

• Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi,

menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.

Akibat Positif dari konflik:

• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.

• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.

• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan

prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.

• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.

• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

Bila mengamati dalam suatu korporasi besar seperti MNC Group, dapat di klasifikasikan

berbagai konflik yang ada sesuai dengan Baden Eunson (Conflict Management, 2007,

diadaptasi) sebagai berikut:

Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan

manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi.

Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum,

mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.

Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki

yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan

tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan

pemasaran.

Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas

berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian

mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-

sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki

jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi

dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai

permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi

secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang

tepat.

Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh

seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan,

pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak

jelas.

Mengatasi konflik yang terjadi di perusahaan

Beberapa cara berikut ini dapat digunakan dalam mengatasi konflik atau solusi untuk

mengatasi konflik-konflik tersebut, terutama yang terjadi di dalam MNC Group antara lain:

a. Tanggung jawab lini dan staf harus ditegaskan.

Secara umum, para anggota lini beranggung jawab atas keputusan –keputusan organisasi,

atau dengan kata lain, mereka harus bebas menerima, mengubah, atu menolak saran-saran

staf. Di lain pihak , para anggota staf harus bebas untuk memberikan saran bila mereka

merasa hal itu diperlukan tidak hanya bila anggota lini memintanya.

b. Mengintegrasikan kegiatan-kegiatan lini dan staf.

Saran-saran staf akan lebih realistis bila berkonsultasi terlebih dahulu dengan anggota lini

dalam proses penyusunan saran-saran mereka. Konsultasi staf lini ini juga akan membuat

para anggota lini bersedia mengimplementasikan gagasan-gagasan staf.

c. Mengajarkan lini untuk menggunakan staf.

Manajer lini akan lebih efektif memanfaatkan keahlian staf bila mereka mengetahui

kegunaan staf spesialis bagi mereka.

d. Mendapatkan pertanggung jawaban staf atas hasil-hasil.

Para anggota staf lebih bersedia melaksanakan saran –saran staf bila para anggota staf ikut

bertanggung jawab atas kegagalan yang terjadi. Pertangungjawaban ini juga akan

membuat para anggota staf lebih berhati-hati dalam menyusun saran-saran mereka.

Hal-hal yang juga perlu diperhatikan dalam mengatasi konflik di dalam perusahaan agar

dapat di temukan solusinya untuk kepentingan bersama seluruh karyawan adalah:

1. Mengakui adanya konflik.

Langkah awal dari mengatasi konflik dalam perusahaan yang harus dilakukan adalah

mengakui bahwa didalam perusahaan telah terjadi suatu konflik. Dalam proses ini, tidak

hanya atasan sebagai pemimpin perusahaan yang harus mengakui adanya konflik namun

juga semua pihak yang terkait atau terlibat dalam konflik tersebut harus mengakui adanya

konflik dalam perusahaan. Dengan adanya pengakuan bahwa suatu konflik dalam

perusahaan sedang terjadi maka akan memudahkan proses pemecahan masalahnya.

2. Mengidentifikasi konflik.

Hal kedua untuk mengatasi sebuah konflik dalam perusahaan adalah memulai

mengidentifikasi masalah secara mendalam. Dalam proses identifikasi konflik, dibutuhkan

pengelolaan emosi yang baik, dengan pengelolaan emosi yang baik maka konflik dalam

perusahaan dapat diatasi dengan mudah. Apabila pengelolaan emosi tidak dilakukan dengan

baik bisa jadi hal tersebut justru semakin memperkeruh konflik yang sedang terjadi dalam

perusahaan.

3. Sharing pendapat atau saran

Dengan memperhatikan pendapat atau saran merupakan hasil pemikiran atau sudut

pandang seseorang. Didalam proses tukar pendapat atau saran haruslah melibatkan semua

pihak yang terlibat dalam konflik, maksudnya adalah agar pihak-pihak yang bersangkutan

dapat saling mengungkapkan pendapatnya secara terbuka. Didalam proses sharing

pendapat atau saran hendaknya masing-masing individu menghindari kepentingan pribadi

agar ranah pembicaraan tidak keluar dari jalur yang ingin dituju, selain itu hindari pula

pandangan salah benar dalam proses sharing pendapat.

4. Mencari solusi

Setelah semua pendapat atau saran ditampung, bersama-sama dengan semua pihak yang

terlibat mencari solusi terbaik untuk menyelesaikan konflik dengan cara musyawarah.

Mencari solusi bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan karena mencari sebuah

solusi diharapkan tidak menimbulkan kerugian bagi satu pihak atau justru menimbulkan

perpecahan dalam perusahaan. Dalam menentukan solusi dibutuhkan pula solusi alternative

bila solusi awal tidak berjalan dengan baik. Adanya rasa saling percaya antar pihak juga

sangat diperlukan guna menumbuhkan kembali hubungan yang sehat antar pihak yang

bersangkutan.

Permasalahan atau konflik yang terjadi dalam perusahaan hendaknya dapat diatasi dengan

baik. Tidak hanya pemimpin, namun semua anggotapun harus saling menempatkan diri dan

mengambil peran dalam perusahaan. Hindari perasaan kecil hati dan merasa tidak berperan

penting didalam perusahaan. Dengan selalu menjaga komunikasi yang baik serta terus

berpikiran positif satu dengan yang lain maka kemungkinan terjadinya konflik dalam

perusahaan dapat diminimalisir.

Daftar Pustaka:

1. http://mnc.co.id/data/editor/files/code_of_conduct.html (13 Nov17, jam 18.52)

2. http://www.mncgroup.com/page/corporate-governance/pedoman-perilaku

(13 Nov17, jam 22.32)

3. http://diasdiari.blogspot.co.id/2013/04/cara-mengatasi-konflik-dalam-

perusahaan.html (14 Nov17, jam 05.15)

4. http://solusisupersukses.com/rahasia-mengatasi-konflik-dalam-perusahaan/

(14 Nov17, jam 05.18)