berita tanya jawabdan infotek issn...

2
16 InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13 ISSN 2085-319X Alamat Redaksi: Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111. Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194. email: http//perkebunan.litbang.deptan.go.id Dana: APBN 2010 DIPA Puslitbang Perkebunan Design: Zainal Mahmud [email protected] Info Tek Media Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan Info BBN Redaksi InfoTek Perkebunan memuat informasi mengenai perkembangan bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan; inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cq Puslitbang Perkebunan dan instansi lain; opini, atau gagasan berdasarkan hasil penelitian dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi; serta tanya-jawab seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan yang akan dijawab oleh para peneliti Puslitbang Perkebunan. Selain dalam bentuk tercetak, InfoTek Perkebunan juga tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara pada: http//perkebunan.litbang.deptan.go.id on-line ISSN 2085-319X 9 772085 319001 Berita Tanya Jawab dan Volume 2, Nomor 4, April 2010 Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Sagu di Lokasi Binaan PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta, Kalimantan Timur Dalam rangka menyiapkan kemandirian masyarakat Sangatta, Kalimantan Timur pada tahun 2021 nanti, saat pasca berakhirnya ijin pertambangan batubara oleh Kaltim Prima Coal (KPC), pihak managemen berupaya untuk memanfaatkan potensi lahan tidur dan bekas penambangan dengan komoditas prospektif, salah satunya adalah dengan menanam tanaman sagu ( ). Sagu merupakan tanaman yang dikenal sebagai , sehingga sesuai ditanam di lahan marginal. Tanaman ini dilaporkan sebagai penghasil pati paling produktif (15-25 ton pati kering/ha) dibandingkan tanaman pangan lainnya. Penggunaan pati sagu tidak hanya terbatas sebagai makanan tradisional di beberapa daerah sentra tanaman sagu, tetapi telah digunakan dalam bidang industri, baik industri pangan maupun non pangan. Sebagai bahan baku dalam industri pangan, pati sagu digunakan untuk pembuatan bagea, biskuit, mie, roti dan sirup berkadar fruktosa tinggi ( /HFS). Dalam industri non pangan, pati sagu digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan plastik yang dikenal dengan , sebagai pengisi ( ) perekat kayu lapis, dan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar terbarukan yag dikenal sebagai bioetanol. Fermentasi pati sagu sebanyak 15 ton/ha/tahun menghasilkan 7,5 ton bioetanol. Selain pati, ampas sagu kering dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan di sekitar tempat pengolahan sagu. Selain itu, tanaman sagu dapat memperbaiki efek rumah kaca dari atmosfer yang menyebabkan pemanasan global. Hal ini disebabkan tanaman sagu memiliki efisiensi fotosintesis yang tinggi, karena memiliki 1000 stomata (mulut daun) per mm daun. Di daerah tropis, tanaman sagu menyerap CO sepanjang tahun dan dikonversi ke dalam bentuk karbohidrat dalam jumlah yang banyak dan disimpan dalam bentuk pati pada batangnya yang besar. Kemampuan penyerapan CO /ha/tahun tanaman sagu termasuk tertinggi dibanding dengan tanaman penghasil karbohidrat lainnya. Penyerapan CO oleh sagu 1445 ton, tebu 1123 ton, jagung 1080 ton, ubi kayu 842 ton, ubi jalar 442 ton dan padi 405 ton. Dengan pertimbangan di atas, PT. Kaltim Prima Coal (PKC) bekerja sama dengan Balitka melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman sagu di lahan tidur dan di lokasi bekas pertambangan batu bara. Survei dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari 2 peneliti Balitka dan staf KPC. Kunjungan lapangan dilakukan di dua lokasi, yaitu di Desa Asam Payang dan Desa Swarga Bara, Kecamatan Bengalon. Lokasi pertama merupakan rawa dan lokasi kedua merupakan kolam pengendapan. Metroxylon sagu low-input crop High Fructose Syrup biodegradable plastic extender 2 2 2 2 K epuh ( L.) dalam bahasa Inggris disebut Java Olives, dalam bahasa Hindi (India) adalah Jangli Badam, di Thailand dinamakan Samrong, dan orang Philippina menyebutnya Kalumpang. Di Indonesia, kepuh dikenal dengan beberapa nama antara lain pranajiwa, kepoh, jangkang, dan buah “gendruwo” karena bentuk buah yang aneh dan berukuran besar. Kepuh banyak dijumpai di India bagian Barat dan Selatan, Birma, dan Srilangka. Selain itu, kepuh juga tumbuh di daerah tropis di Afrika Timur, Kalimantan, Jawa, Sumatera, Vietnam, Malaysia, dan Australia Utara. Tanaman ini termasuk dalam devisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Malvales, famili Sterculiaceae, genus Sterculia, dan spesies L. Kepuh merupakan tanaman pohon yang besar dengan tinggi mencapai 30-40 m dan lingkar batang mencapai 3 m (Gambar 1). Percabangan tersebar secara horizontal mengelilingi pohon. Daun berbentuk menjari dengan 7-9 anak daun yang berbentuk elips sampai dengan dan panjangnya 10-17 cm. Bunga kepuh bersifat uniseksual yaitu bunga jantan dan betina terdapat pada tanaman yang berbeda. Buah kepuh bentuknya cukup unik dan besar dengan berat ±1 kg (Gambar 2). Biji-biji kepuh dibiarkan jatuh dan tidak dimanfaatkan secara Sterculia foetida Sterculia foetida lanceolate Editorial Memaknai peran nyata litbang perkebunan. Inilah salah satu bentuk aktivitas yang nampaknya akan dilakukan oleh seluruh peserta rapat kerja (raker) Puslitbang Perkebunan, yang akan dilaksanakan di Yogyakarta awal April 2010 ini. Sebagai produsen inovasi, kegiatan tersebut memang selayaknya dilakukan. Diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 pada Desember 2009 menunjukkan bahwa seluruh lini Puslitbang Perkebunan telah bersepakat untuk menghasilkan sebanyak mungkin inovasi demi peningkatan kesejahteraan rakyat. Kalau disepakati bahwa “inovasi adalah invensi yang telah diadopsi dan menimbulkan manfaat bagi penggunanya”, sangat boleh jadi bahwa Puslitbang Perkebunan telah menghasilkan banyak invensi. Tapi, apakah sebanyak itu pula inovasi telah dihasilkan? Inilah inti renungan itu. Mungkin juga patut disyukuri bahwa setiap peserta raker sudah sangat sadar bahwa lingkungan strategis Puslitbang Perkebunan mengalami perubahan yang sangat nyata. Bertambahnya cakupan komoditas fokus, berkurangnya SDM, berkembangnya metodologi yang menuntut pembaruan alat dan sarana lain, dan meningkatnya tuntutan (kebutuhan) pengguna teknologi adalah beberapa contoh adanya perubahan tersebut. Dengan bekal kesadaran tersebut dan kemampuan untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan internal serta melihat peluang dan ancaman yang mungkin terjadi, maka peserta raker rasanya tidak hanya akan merenung saja, tetapi nyata- nyata bekerja, mencari solusi untuk semua persoalan penting, dan berupaya membangun strategi jitu untuk meraih cita. Selamat ber- Raker. Media ini menunggu hasil akhirnya. Volume Publikasi Semi Populer Kepuh Tanaman Penghasil Bahan Bakar Nabati ( L.) Sterculia foetida optimal karena masyarakat belum mengetahui kegunaannya. Biji berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 1,5-1,8 cm Gambar 1. Pohon Kepuh tinggi mencapai 30-40 m, lingkar batang 3 m Gambar 2. Buah kepuh di pohon Di Indonesia, terutama di pulau Jawa tanaman kepuh sebenarnya sudah dikenal sejak lama dan diketahui berkhasiat untuk obat. Semua bagian tanaman mulai dari kulit batang, daun, buah sampai biji sering dimanfaatkan sebagai campuran jamu. Kulit batang dan daun dapat digunakan sebagai obat untuk beberapa penyakit antara lain: , , dan . Kulit buah kepuh juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan untuk membuat kue. Bijinya, apabila dimakan mentah dapat berfungsi sebagai obat pencahar. Aroma kernelnya seperti kakao tetapi tidak pahit, sehingga sering digunakan untuk campuran kakao. Biji kepuh mengandung minyak sebesar 53-64,3% yang berwarna kuning pucat. Di Thailand, minyak biji kepuh selain untuk obat penyakit kulit juga digunakan sebagai penerangan. Kandungan minyak nabati dalam biji kepuh terdiri atas beberapa asam lemak yaitu asam palmitat, asam oleat dan yang dominan adalah asam sterkulat. Hasil penelitian di India diketahui bahwa kandungan asam sterkulat dalam minyak biji kepuh mencapai 71,5-72,0%. Asam sterkulat dengan rumus molekul C H O dapat digunakan sebagai ramuan berbagai produk industri seperti kosmetik, sabun, shampoo, pelembut kain, cat dan plastik. Asam lemak minyak kepuh juga dapat digunakan sebagai zat adaptif biodiesel. Akan tetapi penelitian tentang pemanfaatan biji kepuh sebagai bahan bakar nabati belum banyak dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian yang sifatnya masih sangat awal antara lain pembibitan, identifikasi morfologi dan sitologi, pengamatan daya hasil, telah dilakukan oleh Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta ( ). rheumatic diuretic diaphoretic 19 34 2 Rully Dyah Purwati/Peneliti Balittas Hasil pengamatan secara visual di lapang menunjukkan bahwa lokasi pertama (Gambar 1) dengan luas lahan sekitar 200 ha untuk lokasi pengembangan tanaman sagu. Terbukti beberapa komoditas tanaman seperti kopi, lada dan pisang tumbuh dengan baik. sesuai A B Gambar 1. Lokasi calon pengembangan di lahan rawa (A) dan kolam pengendapan (B) bekas tambang Pengembangan sagu di lokasi ini disarankan menggunakan sistim tumpangsari dengan pisang, sehingga pada saat tanaman sagu belum menghasilkan petani masih memperoleh penghasilan dari tanaman pisangnya. Pengembangan sagu disarankan dilakukan secara bertahap, yaitu: Tahun I, sebagai tahap pembelajaran, sagu yang berasal dari ditanam seluas 20 ha. Para petani yang terkait dengan proyek ini diharapkan dapat belajar cara budidaya sagu dari areal ini. Penanaman lahan sisanya dapat dilakukan pada tahun-tahun berikutnya sesuai dengan ketersediaan tenaga kerja dan biaya yang tersedia. Untuk lokasi II, yaitu kolam pengendapan dengan luas sekitar 23 ha, diprediksi bahwa bagian tepi danau/kolam juga bisa dimanfaatkan untuk pertanaman sagu. Hal ini dilihat dari tumbuh suburnya beberapa tanaman indikator, seperti tanaman paku-pakuan, rumput-rumputan serta adanya upaya pemeliharaan ikan ditempat tersebut. Namun demikian untuk mendukung pengembangan di lokasi tersebut perlu dilakukan analisis kimia tanah dan air untuk mengetahui kadar unsur hara. Informasi ini dibutuhkan untuk menetapkan dosis pemupukan yang sesuai. Pemanfaatan lahan bekas tambang lainnya (Pit yang kondisinya kering dan sangat marjinal) dapat dilakukan dengan sagu baruk ( ), namun, terlebih dahulu dilakukan perbaikan struktur dan kesuburan tanah dengan penanaman rumput ( ). Hal mendasar yang harus diperhatikan dalam upaya pengembangan sagu adalah: (i) bahan tanaman yang akan digunakan harus berasal dari pohon unggul dengan produksi pati 200 – 350 kg/pohon/tahun. Bahan tanaman ini bisa diperoleh dari hasil kultur jaringan ataupun dengan perbanyakan konvensional, yaitu menggunakan anakan ( ), (ii) saluran drainase yang baik diperlukan untuk pengaturan tata air, (iii) perlu adanya pendampingan teknologi dari Balitka secara kontinyu, yang meliputi monitoring kemajuan secara berkala (triwulan), (iv) perlu dukungan semua pihak dalam rangka menanggulangi permasalahan sosial yang mungkin timbul ( ) bibit klon unggulan Arenga microcarpha Leguminoceae sucker Bambang Heliyanto dan Nurhaini Mashud/Peneliti Balitka

Upload: phunglien

Post on 12-Aug-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Berita Tanya Jawabdan InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar

16

InfoTek Perkebunan diterbitkan

setiap bulan oleh Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perkebunan,

Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 13

ISSN 2085-319X

Alamat Redaksi:

Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111.

Telp. (0251) 8313083.

Faks. (0251) 8336194. email:

http//perkebunan.litbang.deptan.go.id

Dana: APBN 2010 DIPA Puslitbang Perkebunan

Design: Zainal Mahmud

[email protected]

InfoTekMedia Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan

Info BBN

Redaksi

InfoTek Perkebunan memuat informasi mengenai perkembangan bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan;inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cq Puslitbang Perkebunan dan instansi lain; opini, atau gagasanberdasarkan hasil penelitian dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi; serta tanya-jawab seputar bahan bakar nabatidan teknologi perkebunan. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunanyang akan dijawab oleh para peneliti Puslitbang Perkebunan. Selain dalam bentuk tercetak, InfoTek Perkebunan juga tersedia dalambentuk elektronis yang dapat diakses secara pada: http//perkebunan.litbang.deptan.go.idon-line

ISSN 2085-319X

9 772085 319001

Berita Tanya Jawabdan

Volume 2, Nomor 4, April 2010

Kesesuaian Lahan untukPengembangan Sagu di

Lokasi Binaan PT. KaltimPrima Coal, Sangatta,

Kalimantan TimurDalam rangka menyiapkan kemandirian masyarakat

Sangatta, Kalimantan Timur pada tahun 2021 nanti, saat pascaberakhirnya ijin pertambangan batubara oleh Kaltim Prima Coal(KPC), pihak managemen berupaya untuk memanfaatkanpotensi lahan tidur dan bekas penambangan dengan komoditasprospektif, salah satunya adalah dengan menanam tanaman sagu( ).

Sagu merupakan tanaman yang dikenal sebagai, sehingga sesuai ditanam di lahan marginal. Tanaman ini

dilaporkan sebagai penghasil pati paling produktif (15-25 tonpati kering/ha) dibandingkan tanaman pangan lainnya.Penggunaan pati sagu tidak hanya terbatas sebagai makanantradisional di beberapa daerah sentra tanaman sagu, tetapi telahdigunakan dalam bidang industri, baik industri pangan maupunnon pangan. Sebagai bahan baku dalam industri pangan, patisagu digunakan untuk pembuatan bagea, biskuit, mie, roti dansirup berkadar fruktosa tinggi ( /HFS).Dalam industri non pangan, pati sagu digunakan sebagai bahanbaku untuk pembuatan plastik yang dikenal dengan

, sebagai pengisi ( ) perekat kayulapis, dan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakarterbarukan yag dikenal sebagai bioetanol. Fermentasi pati sagusebanyak 15 ton/ha/tahun menghasilkan 7,5 ton bioetanol.Selain pati, ampas sagu kering dapat dimanfaatkan sebagaipakan ternak, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan disekitar tempat pengolahan sagu.

Selain itu, tanaman sagu dapat memperbaiki efek rumahkaca dari atmosfer yang menyebabkan pemanasan global. Hal inidisebabkan tanaman sagu memiliki efisiensi fotosintesis yang

tinggi, karena memiliki 1000 stomata (mulut daun) per mmdaun. Di daerah tropis, tanaman sagu menyerap CO sepanjang

tahun dan dikonversi ke dalam bentuk karbohidrat dalamjumlah yang banyak dan disimpan dalam bentuk pati padabatangnya yang besar. Kemampuan penyerapan CO /ha/tahun

tanaman sagu termasuk tertinggi dibanding dengan tanamanpenghasil karbohidrat lainnya. Penyerapan CO oleh sagu 1445

ton, tebu 1123 ton, jagung 1080 ton, ubi kayu 842 ton, ubi jalar442 ton dan padi 405 ton.

Dengan pertimbangan di atas, PT. Kaltim Prima Coal (PKC)bekerja sama dengan Balitka melakukan survei pendahuluanuntuk mengetahui kesesuaian lahan untuk tanaman sagu dilahan tidur dan di lokasi bekas pertambangan batu bara. Surveidilaksanakan oleh tim yang terdiri dari 2 peneliti Balitka dan stafKPC. Kunjungan lapangan dilakukan di dua lokasi, yaitu di DesaAsam Payang dan Desa Swarga Bara, Kecamatan Bengalon.Lokasi pertama merupakan rawa dan lokasi kedua merupakankolam pengendapan.

Metroxylonsagulow-input

crop

High Fructose Syrup

biodegradable plastic extender

2

2

2

2

Kepuh ( L.) dalam bahasa Inggris disebutJava Olives, dalam bahasa Hindi (India) adalah JangliBadam, di Thailand dinamakan Samrong, dan orang

Philippina menyebutnya Kalumpang. Di Indonesia, kepuhdikenal dengan beberapa nama antara lain pranajiwa, kepoh,jangkang, dan buah “gendruwo” karena bentuk buah yang anehdan berukuran besar. Kepuh banyak dijumpai di India bagianBarat dan Selatan, Birma, dan Srilangka. Selain itu, kepuh jugatumbuh di daerah tropis di Afrika Timur, Kalimantan, Jawa,Sumatera, Vietnam, Malaysia, dan Australia Utara.

Tanaman ini termasuk dalam devisi Magnoliophyta, kelasMagnoliopsida, ordo Malvales, famili Sterculiaceae, genusSterculia, dan spesies L. Kepuh merupakantanaman pohon yang besar dengan tinggi mencapai 30-40 m danlingkar batang mencapai 3 m (Gambar 1). Percabangan tersebarsecara horizontal mengelilingi pohon. Daun berbentuk menjaridengan 7-9 anak daun yang berbentuk elips sampai dengan

dan panjangnya 10-17 cm. Bunga kepuh bersifatuniseksual yaitu bunga jantan dan betina terdapat pada tanamanyang berbeda. Buah kepuh bentuknya cukup unik dan besardengan berat ±1 kg (Gambar 2).

Biji-biji kepuh dibiarkanjatuh dantidakdimanfaatkansecara

Sterculia foetida

Sterculia foetida

lanceolate

EditorialMemaknai peran nyata litbang perkebunan. Inilah salah satu

bentuk aktivitas yang nampaknya akan dilakukan oleh seluruhpeserta rapat kerja (raker) Puslitbang Perkebunan, yang akandilaksanakan di Yogyakarta awal April 2010 ini. Sebagai produseninovasi, kegiatan tersebut memang selayaknya dilakukan.Diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 pada Desember 2009menunjukkan bahwa seluruh lini Puslitbang Perkebunan telahbersepakat untuk menghasilkan sebanyak mungkin inovasi demipeningkatan kesejahteraan rakyat. Kalau disepakati bahwa “inovasiadalah invensi yang telah diadopsi dan menimbulkan manfaat bagipenggunanya”, sangat boleh jadi bahwa Puslitbang Perkebunan telahmenghasilkan banyak invensi. Tapi, apakah sebanyak itu pula inovasitelah dihasilkan? Inilah inti renungan itu. Mungkin juga patutdisyukuri bahwa setiap peserta raker sudah sangat sadar bahwalingkungan strategis Puslitbang Perkebunan mengalami perubahanyang sangat nyata. Bertambahnya cakupan komoditas fokus,berkurangnya SDM, berkembangnya metodologi yang menuntutpembaruan alat dan sarana lain, dan meningkatnya tuntutan(kebutuhan) pengguna teknologi adalah beberapa contoh adanyaperubahan tersebut. Dengan bekal kesadaran tersebut dankemampuan untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan internalserta melihat peluang dan ancaman yang mungkin terjadi, makapeserta raker rasanya tidak hanya akan merenung saja, tetapi nyata-nyata bekerja, mencari solusi untuk semua persoalan penting, danberupaya membangun strategi jitu untuk meraih cita. Selamat ber-Raker. Media ini menunggu hasil akhirnya.

Volume

Publikasi Semi Populer

Kepuh Tanaman Penghasil Bahan Bakar Nabati( L.)Sterculia foetida

optimal karena masyarakat belum mengetahui kegunaannya.Biji berbentuk lonjong dengan ukuran panjang 1,5-1,8 cm

Gambar 1. Pohon Kepuh tinggi mencapai 30-40 m, lingkar batang 3 m

Gambar 2. Buah kepuh di pohon

Di Indonesia, terutama di pulau Jawa tanaman kepuhsebenarnya sudah dikenal sejak lama dan diketahui berkhasiatuntuk obat. Semua bagian tanaman mulai dari kulit batang,daun, buah sampai biji sering dimanfaatkan sebagai campuranjamu. Kulit batang dan daun dapat digunakan sebagai obat untukbeberapa penyakit antara lain: , , dan

. Kulit buah kepuh juga dapat digunakan sebagaibahan ramuan untuk membuat kue. Bijinya, apabila dimakanmentah dapat berfungsi sebagai obat pencahar. Aroma kernelnyaseperti kakao tetapi tidak pahit, sehingga sering digunakanuntuk campuran kakao.

Biji kepuh mengandung minyak sebesar 53-64,3% yangberwarna kuning pucat. Di Thailand, minyak biji kepuh selainuntuk obat penyakit kulit juga digunakan sebagai penerangan.Kandungan minyak nabati dalam biji kepuh terdiri atas beberapaasam lemak yaitu asam palmitat, asam oleat dan yang dominanadalah asam sterkulat. Hasil penelitian di India diketahui bahwakandungan asam sterkulat dalam minyak biji kepuh mencapai71,5-72,0%. Asam sterkulat dengan rumus molekul C H O

dapat digunakan sebagai ramuan berbagai produk industriseperti kosmetik, sabun, shampoo, pelembut kain, cat danplastik. Asam lemak minyak kepuh juga dapat digunakansebagai zat adaptif biodiesel. Akan tetapi penelitian tentangpemanfaatan biji kepuh sebagai bahan bakar nabati belumbanyak dilakukan di Indonesia. Beberapa penelitian yangsifatnya masih sangat awal antara lain pembibitan, identifikasimorfologi dan sitologi, pengamatan daya hasil, telah dilakukanoleh Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta( ).

rheumatic diureticdiaphoretic

19 34 2

Rully Dyah Purwati/Peneliti Balittas

Hasil pengamatan secara visual di lapang menunjukkan bahwalokasi pertama (Gambar 1) dengan luas lahan sekitar 200 ha

untuk lokasi pengembangan tanaman sagu. Terbuktibeberapa komoditas tanaman seperti kopi, lada dan pisangtumbuh dengan baik.

sesuai

A B

Gambar 1. Lokasi calon pengembangan di lahan rawa (A) dan kolampengendapan (B) bekas tambang

Pengembangan sagu di lokasi ini disarankan menggunakansistim tumpangsari dengan pisang, sehingga pada saattanaman sagu belum menghasilkan petani masih memperolehpenghasilan dari tanaman pisangnya.

Pengembangan sagu disarankan dilakukan secara bertahap,yaitu: Tahun I, sebagai tahap pembelajaran, sagu yang berasaldari ditanam seluas 20 ha. Para petaniyang terkait dengan proyek ini diharapkan dapat belajar carabudidaya sagu dari areal ini. Penanaman lahan sisanya dapatdilakukan pada tahun-tahun berikutnya sesuai denganketersediaan tenaga kerja dan biaya yang tersedia. Untuk lokasiII, yaitu kolam pengendapan dengan luas sekitar 23 ha,diprediksi bahwa bagian tepi danau/kolam juga bisadimanfaatkan untuk pertanaman sagu. Hal ini dilihat daritumbuh suburnya beberapa tanaman indikator, sepertitanaman paku-pakuan, rumput-rumputan serta adanya upayapemeliharaan ikan ditempat tersebut. Namun demikian untukmendukung pengembangan di lokasi tersebut perlu dilakukananalisis kimia tanah dan air untuk mengetahui kadar unsurhara. Informasi ini dibutuhkan untuk menetapkan dosispemupukan yang sesuai.

Pemanfaatan lahan bekas tambang lainnya (Pit yangkondisinya kering dan sangat marjinal) dapat dilakukan dengansagu baruk ( ), namun, terlebih dahuludilakukan perbaikan struktur dan kesuburan tanah denganpenanaman rumput ( ). Hal mendasar yang harusdiperhatikan dalam upaya pengembangan sagu adalah: (i)bahan tanaman yang akan digunakan harus berasal dari pohonunggul dengan produksi pati 200 – 350 kg/pohon/tahun. Bahantanaman ini bisa diperoleh dari hasil kultur jaringan ataupundengan perbanyakan konvensional, yaitu menggunakan anakan( ), (ii) saluran drainase yang baik diperlukan untukpengaturan tata air, (iii) perlu adanya pendampingan teknologidari Balitka secara kontinyu, yang meliputi monitoringkemajuan secara berkala (triwulan), (iv) perlu dukungan semuapihak dalam rangka menanggulangi permasalahan sosial yangmungkin timbul (

)

bibit klon unggulan

Arenga microcarpha

Leguminoceae

sucker

Bambang Heliyanto dan Nurhaini Mashud/Peneliti

Balitka

Page 2: Berita Tanya Jawabdan InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbasebun/asset_dbasebun/Penerbitan... · Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar

14 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 15Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Info Perkebunan Info Perkebunan

Penanggung Jawab

Pemimpin Redaksi Merangkap Anggota

Anggota

Redaksi Pelaksana

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Dr. S. Joni Munarso

Prof. Dr. Elna KarmawatiProf. Dr. Bambang Prastowo

Dr. Agus WahyudiDr. Nurliani Bermawi

Dr. Sabarman Damanik

Ir. JusniartiDr. Wiratno

Evawati, B. Sc.

Feromon adalah substansi kimia yang dilepaskan olehsuatu organisme ke lingkungannya yang mengakibatkanorganisme tersebut dapat mengadakan komunikasi secara

intra-spesifik dengan individu lain. Feromon bermanfaat dalamproses reproduksi dan kelangsungan hidup suatu serangga sertabanyak digunakan untuk monitoring populasi hama maupunpengendaliannya. Penggunaan feromon dalam pengendalianhama, dapat mengurangi pemakaian insektisida, sehinggakerusakan lingkungan dapat dikurangi. Di samping itu, feromondapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan penggunaanvirus di lokasi-lokasi pelepasan virus untuk mengendalikan

.Feromon terdiri atas asam-asam lemak tak jenuh. Senyawa

kimia dengan berat molekul rendah seperti ester, alkohol,aldehida, ketone, epoxida, lactone, hidrokarbon, terpen dansesquiterpene adalah komponen umum dalam feromon. Sintesaferomon dapat terjadi sepanjang kehidupan imago serangga,tetapi pengeluarannya hanya terjadi pada saat-saat tertentusesuai kondisi lingkungan dan fisiologi serangga. Berdasarkanfungsi atau tingkah laku yang ditunjukkan oleh penerima,feromon dibagi atas feromon seks, feromon agregasi, feromonalarm, feromon pengikut jejak dan distribusi atau feromonpenanda lokasi. Feromon secara umum dideteksi oleh penerimabau yang berlokasi terutama di antena Keberhasilanpenggunaan feromon dipengaruhi oleh kepekaan penerima,jumlah dan bahan kimia yang dihasilkan dan dibebaskan persatuan waktu, penguapan bahan kimia, kecepatan angin dantemperatur.

Aplikasi feromon untuk mengendalikan dapatdilakukan dengan menggunakan perangkap pipa paralon (tinggi= 2 m, lebar = 10 cm). Pada bagian bawah paralon ditutup denganpenutup pipa atau sepotong kayu. Pada bagian bawah pipadibuat 4 buah lubang untuk pembuangan air. Dua lubang dibuatpada jarak 26 cm dari bagian atas pipa dan 130 cm dari bagianbawah pipa. Lubang dibuat dengan ukuran lebar 20 cm dantinggi 10 cm sebagai jalan masuk . Feromonsintetik dalam kemasan sachet digantung dengan menggunakankawat benrat tepat di atas lubang masuk tersebut (Gambar 1).Sebanyak 2 kg serbuk gergaji dimasukkan ke dalam pipa tersebutsebagai tempat pembiakannya. Dua sachet feromon (RBPheromone/ethyl-4-mathyloctanoata) dibutuhkan dalam setiaphektar areal pertanaman kelapa atau 1 sachet (feromonas) untuksetiap 2 ha tanaman kelapa.

Oryctes rhinoceros

.

O. rhinoceros

O. rhinoceros

Tahun Internasional Serat Alam yaitu tahun 2009 telahberlalu. Momen ini menjadi tonggak semakindiperhatikannya penggunaan produk-produk berbasis

serat alam. Kenaf merupakan salah satu jenis tanaman seratbatang yang cukup penting. Harapan yang muncul adalah akankembalinya pengembangan komoditas kenaf pada masa yangakan datang. Pada masa lalu, serat dari tanaman ini digunakansebagai bahan pembuat karung goni namun sekarang bahan initelah berkembang menjadi bahan baku untuk berbagai produkindustri seperti pulp, tekstil, dan interior mobil.

Budidaya kenaf menghadapi beberapa kendala di antaranyapermasalahan hama. Salah satu hama penting pada kenaf adalahpenggerek batang (Coleoptera: Buprestidae)karena serangannya dapat mencapai lebih dari 80% dan dapatmenyebabkan kerusakan yang bersifat langsung yaitu kerusakanpada bagian tanaman yang menghasilkan serat. Sifat kerusakandikombinasikan dengan tingkat serangan yang tinggi akansangat merugikan. Selain kenaf, hama ini juga menyerangtanaman-tanaman dari famili Malvaceae di antaranya urena.Sebaran hama ini di Indonesia cukup luas antara lain di pulauSumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Seram, Bali, danLombok.

Siklus hidup hama dimulai dari fase telur kemudian menjadilarva, pupa, dan imago. Hampir seluruh fase kehidupan hama inidihabiskan di dalam batang tanaman inangnya, kecuali imago.Telur diletakkan pada kulit batang oleh induk betina dankemudian menetas menjadi larva yang tidak bertungkai sertaberwarna putih kekuningan. Pada umumnya mereka menggerektepat di bawah jaringan xylem/kulit, walaupun kadang jugamenggerek sampai ke dalam kayu dan gabus. Lubang gerekan inimerangsang pembentukan benjolan-benjolan yang khas berpolauliran atau spiral dan zig-zag. Gejala ini tidak terlalu jelas padaawal serangannya, namun seiring dengan perkembangan danpertumbuhan hama maka benjolan tersebut akan semakin jelas.

Pada umumnya gerekan mengarah ke atas atau apikaltanaman. Serangan sudah terjadi dimulai tepat dari permukaantanah atau beberapa centimeter di atas permukaan tanah.Terpotongnya kulit batang dan rusaknya kayu menyebabkantanaman menjadi mudah patah dan roboh pada waktu tertiupoleh angin yang kuat. Kerusakan yang lebih penting adalahkerusakan pada serat karena terpotong oleh lubang gerekan yangakan terlihat dengan jelas setelah dilakukan proses .

Larva dan pupa selalu berada di dalam kayu atau gabus. Pupaberwarna putih kekuningan dan bertipe exarata sedangkanimago berwarna biru-hijau metalik. Setelah keluar dari lubanggerekan, imago hidup secara bebas di luar batang dan memakandaun-daun tanaman.

Teknik pengendalian hama ini harus berpedoman padabiologi dan perilaku hama. Keberadaan hama yang hidup didalam batang kenaf menjadi salah satu kendala yang perludiperhitungkan. Penggunaan insektisida kontak menjadi kurangefektif untuk pengendalian dengan perilaku seperti ini.

Penggunaan varietas tahan hama sangat berpeluangdikembangkan, namun belum mendapatkan perhatian yangmemadai di Indonesia. Pengujian ketahanan hama pada calonvarietas kenaf yang selama dilakukan ini masih ditujukan untukhama wereng daun Pada masa yang akandatang pengujian ketahanan varietas yang akan dilepas menjadisuatu keharusan ( ).

Agrilus acutus

retting

Sundapteryx biguttula.

Nur Asbani/Peneliti Balittas

Feromon, Pengendali Hama Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros

Gambar 1. Penampang alat perangkap hama

Lubang (lebar 20 cm,

tinggi 10 cm)

Kawat benrat untuk

menggantungkan

feromon dalam sachet

Lubang –lubang

pengeluaran air

Penutup bagian bawah,

bisa dicabut disaat pengamatan

Penggantian feromon dan serbuk gergaji dilakukan setiap tigabulan. Pengamatan terhadap jumlah yangtertangkap dilakukan setiap bulan.

Pengamatan jumlah yang tertangkap enambulan setelah aplikasi dengan menggunakan feromon sintetikethyl-4-mathyloctanoata, menunjukkan bahwa feromontersebut efektif digunakan dalam pengendalian hama

. Sebanyak 206 ekor kumbang (89jantan dan 119 betina atau 1:1,34) terperangkap setelah 6 bulandiaplikasi di 6 ha areal pertanaman kelapa. Jadi rata-rata jumlah

yang tertangkap adalah sekitar 5 - 6ekor/ha/bulan. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlahserangga betina yang tertangkap lebih banyak dari pada seranggajantan. Jenis feromon yang digunakan sebagai perangkap untukhama tersebut tergolong feromon agregasi. Jadi,baik serangga betina maupun jantan dapat terperangkap.

Hama yang bisa tertangkap di daerah-daerahdengan tingkat serangan berat, jumlahnya lebih tinggi dibandingdengan daerah dengan tingkat serangan ringan.yang tertangkap di enam lokasi di Thailand dengan tingkatserangan berat (99%), enam bulan setelah aplikasi berjumlah974 ekor. Jadi rata-rata jumlah yang tertangkap adalah 27ekor/ha/bulan. Feromon yang digunakan ternyata dapat jugamenarik kumbang sagu,(Coleoptera: Curculionidae) ke dalam perangkap. Kumbangsagu sering memperparah tanaman kelapa yang sudah diserang

seperti yang diamati di beberapa tempat seperti diJawa Timur. Dengan demikian feromon ini bisa berperan denganbaik di areal pertanaman kelapa yang diserang oleh

maupun .Feromon juga telah berhasil digunakan untuk mengevaluasi

populasi kumbang terinfeksi virus di lapang, dan sebagai mediapenting untuk mendapatkan serangga terinfeksi untuk tujuanperbanyakan virus sebagai agensia hayati hama .Feromon berpeluang digunakan di daerah-daerah seranganOryctes yang sulit untuk diaplikasi dengan

misalnya daerah kering dengan kelembaban udararendah, sehingga cendawan ini lambat berkembang.Kompatibilitas feromon dengan komponen pengendalian lainseperti pengendalian hayati yang ramah lingkunganmenyebabkan feromon berperan penting dalam pengendalian

hama secara terpadu ( ).

O. rhinoceros

O. rhinoceros

O.rhinoceros O. rhinoceros

O. rhinoceros

O. rhinoceros

O. rhinoceros

O. rhinoceros

Rhynchoporus ferrugineus

O. rhinoceros

O.rhinoceros R. ferrugineus

O. rhinoceros

Metarhiziumanisopliae,

Oryctes Jelfina C. Alouw/Peneliti Balitka

Gambar 2. Pemasangan perangkap hama di lapang

Agrilus acutus, hama penting tanaman Kenaf: Penggerek Batang

Tanda serangan pada batang

Serat terpotong akibat serangan penggerek (kiri) dan imago penggerekbatang (kanan)

Tanaman roboh akibat serangan penggerek