bimbingan islam melalui bimbingan islam melalui living

19
Bimbingan Islam Melalui... Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019 102 BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING VALUES EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN SIKAP TOLERANSI Ai Badriah, Lilis Satriah dan Abdul Mujib Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui program yang ada di Majelis Taklim Konversi Diniyah al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung; (2) untuk mengetahui proses bimbingan agama Islam melalui living values education programme; dan (3) untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan bimbingan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Dalam pelaksanaannya, program ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: (1) tahap pembuka; (2) hening atau relaksasi; (3) kegiatan berbasis nilai; (4) diskusi; dan (5) penutup. Berdasarkan hasil pengisian angket diketahui bahwa sikap toleransi jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan memiliki persentasi antara 90%-100% dan berada pada kategori “Baik”. Kata Kunci: Bimbingan Islam, living values education, toleransi A. Pendahuluan Perbedaan merupakan suatu hal yang umum ditemui dalam setiap segi kehidupan seperti berbeda budaya, agama, pendapat, dan kepribadian. Semua perbedaan yang terjadi di tengah masyarakat bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan atau diperselisihkan tetapi harus dipahami dan disikapi dengan cara yang positif. Adakalanya individu mengetahui perbedaan yang ada tetapi tidak mampu menunjukkan sikap penerimaan atas perbedaan tersebut sehingga memunculkan sebuah konflik. Tidak adanya toleransi antar sesama menjadikan kerukunan dan kedamaian hidup sulit untuk terwujud. Demi mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan sikap toleransi. Salah satu upaya untuk meningkatkan sikap toleransi adalah dengan bimbingan agama Islam melalui living values education programme. Pada tahun 2017, Muammar Qadafi menulis tesis dengan judul “Penanaman Nilai- Nilai Karakter Anak Usia Dini Dengan Pendekatan Living Value Education (LVE) di RA Tiara Chandra Yogyakarta”. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi pendekatan LVE dalam menanamkan nilai-nilai karakter anak dan aktualisasi nilai-nilai karakter tersebut dengan penerapan pendekatan LVE di RA Tiara Chandra Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

102

BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING VALUES EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN

SIKAP TOLERANSI

Ai Badriah, Lilis Satriah dan Abdul Mujib Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui program yang ada di Majelis Taklim Konversi Diniyah al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung; (2) untuk mengetahui proses bimbingan agama Islam melalui living values education programme; dan (3) untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan bimbingan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Dalam pelaksanaannya, program ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: (1) tahap pembuka; (2) hening atau relaksasi; (3) kegiatan berbasis nilai; (4) diskusi; dan (5) penutup. Berdasarkan hasil pengisian angket diketahui bahwa sikap toleransi jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan memiliki persentasi antara 90%-100% dan berada pada kategori “Baik”.

Kata Kunci: Bimbingan Islam, living values education, toleransi A. Pendahuluan

Perbedaan merupakan suatu hal yang umum ditemui dalam setiap segi kehidupan

seperti berbeda budaya, agama, pendapat, dan kepribadian. Semua perbedaan yang

terjadi di tengah masyarakat bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan atau

diperselisihkan tetapi harus dipahami dan disikapi dengan cara yang positif.

Adakalanya individu mengetahui perbedaan yang ada tetapi tidak mampu menunjukkan

sikap penerimaan atas perbedaan tersebut sehingga memunculkan sebuah konflik.

Tidak adanya toleransi antar sesama menjadikan kerukunan dan kedamaian hidup sulit

untuk terwujud. Demi mewujudkan hal tersebut maka perlu adanya upaya untuk

meningkatkan sikap toleransi. Salah satu upaya untuk meningkatkan sikap toleransi

adalah dengan bimbingan agama Islam melalui living values education programme.

Pada tahun 2017, Muammar Qadafi menulis tesis dengan judul “Penanaman Nilai-

Nilai Karakter Anak Usia Dini Dengan Pendekatan Living Value Education (LVE) di RA

Tiara Chandra Yogyakarta”. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui

bagaimana implementasi pendekatan LVE dalam menanamkan nilai-nilai karakter anak

dan aktualisasi nilai-nilai karakter tersebut dengan penerapan pendekatan LVE di RA

Tiara Chandra Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa

Page 2: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

103 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

implementasi pendekatan LVE di RA Tiara Chandra dilakukan dengan dilaksanakannya

pelatihan LVE kepada seluruh Stakeholder yang ada di sekolah kemudian dilanjutkan

dengan menularkan nilai kepada siswa yang dilakukan dengan penyusunan kurikulum

berbasis karakter. Tidak hanya sampai kepada siswa, pihak sekolah juga

memperkenalkan pendekatan LVE kepada para orang tua dan masyarakat sekitar yang

berada di lingkungan sekolah. Dalam aktualisasinya sendiri, terdapat banyak respon

positif dari berbagai kalangan. Siswa menunjukkan adanya perkembangan karakter

dengan munculnya nilai-nilai karakter yang terlihat di lingkungan sekolah seperti

kebiasaan saling memaafkan, berlaku jujur, saling menghargai, bertanggung jawab,

saling bekerjasama, dan memiliki kepedulian terhadap sesama.

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, menerapkan LVE dengan objek

penelitian mulai dari usia anak-anak sampai remaja akhir. Penelitian juga memfokuskan

pada pembentukan dan pengembangan karakter. Sedangkan penelitian saat ini

menjadikan sikap toleransi jama’ah majelis taklim perempuan yang terdiri dari usia

dewasa bahkan lansia sebagai objek penelitian. Toleransi merupakan salah satu sub

nilai yang terdapat dalam kurikulum Living Value Education Programme (LVEP) dari

total 12 nilai yang dikembangkan. Jika dalam penelitian sebelumnya dicari mengenai

pengaruh penerapan LVEP dan implementasinya di lingkungan sekolah maka pada

penelitian ini akan membahas mengenai penerapan LVEP yang dijadikan sebagai salah

satu metode bimbingan keagamaan pada majelis taklim dalam meningkatkan sikap

toleransi jama’ah usia dewasa dan ibu rumah tangga.

Penelitian dilakukan di Majelis Taklim Konversi Diniyah (MTKD) al-Ikhlas

Panyileukan kota Bandung dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1)

bagaimana program yang dilaksanakan di MTKD Al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung?;

(2) bagaimana proses bimbingan agama Islam melalui living values education

programme?; dan (3) bagaimana hasil pelaksanaan bimbingan agama Islam melalui

living values educationprogramme dalam meningkatkan sikap toleransi jama’ah MTKD

al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini membahas tentang bimbingan agama

Islam, living values education programme, dan sikap toleransi. Bimbingan agama Islam

merupakan sebuah usaha bantuan yang diberikan kepada individu secara

berkesinambungan dengan berlandaskan syariat Islam (Hidayat, 2018: 23). Sedangkan

Page 3: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

104

Maba (2017: 200) mendefinisikan bimbingan dan konseling Islam secara bersamaan

yakni “Suatu layanan yang dilaksanakan untuk menguatkan serta mengembangkan

akidah, akhlak, dan ibadah umat melalui hubungan yang berkesinambungan antara

konseli dengan konselor”. Tidak hanya Maba (2017: 200), Faqih (dalam Khasanah,

2016: 6) juga menyamakan definisi bimbingan dan konseling Islam seperti berikut:

Bimbingan dan konseling Islam yakni usaha bantuan terarah, berkesinambungan, dan

terstruktur kepada setiap individu agar ia mampu mengembangkan potensi atau fitrah

beragama yang ada pada dirinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran dan hadis Rasulullah SAW. kedalam

kehidupannya sehingga ia mampu hidup selaras dengan tuntunan Alquran dan hadis.

Menurut Lena (2019: 21) bimbingan agama terhadap remaja bertujuan untuk

membuat remaja memiliki kepribadian yang islami. Dengan karakter moral yang baik,

prinsip-prinsip islami yang kuat, memiliki sarana untuk menghadapi tuntutan hidup

dengan cara yang matang dan bertanggungjawab. Pendekatan agama menjadi unsur

terpenting dalam pembangunan mental sebagai pengobat terhadap kejiwaan yang

masih labil. Bimbingan agama dapat dilakukan melalui beberapa jenis layanan,

diantaranya dapat dilakukan melalui shalat, dzikir, shaum, nasihat. Jadi, bimbingan

agama Islam merupakan sebuah tindakan berkelanjutan yang diberikan oleh

pembimbing kepada terbimbing yang membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan

permasalahannya sehingga individu mampu menggapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

Pelaksanaan bimbingan agama Islam memiliki asas-asas yang sama dengan

konseling Islam seperti yang dikemukakan oleh Faqih (dalam Rizqiyah, 2017: 24-29).

sebagai berikut: (a) asas kebahagiaan dunia dan akhirat; (b) asas fitrah; (c) asas lillahi

ta’ala; (d) asas bimbingan seumur hidup; (e) asas kesatuan jasmani-rohani; (f) asas

keseimbangan rohaniah; (g) asas kekhalifahan manusia; (h) asas pembinaan akhlak al-

karimah; (i) asas kasih sayang; (j) asas saling menghargai dan menghormati; (k) asas

kemaujudan individu; (l) asas sosialitas manusia; (m) asas keselarasan dan keadilan; (n)

asas musyawarah; dan (o) asas keahlian. Secara umum tujuan bimbingan dan konseling

Islam adalah “Membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat” (Fatmawati, 2017: 11). Sedangkan

menurut Satriah (2017:72) tujuan Bimbingan Agama Islam adalah sebagai berikut: (a)

Page 4: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

105 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

membantu individu mencegah timbulnya masalah; (b) membantu individu dalam

mengahadapi masalah; dan (3) membantu individu agar memiliki serta mampu

mengembangkan situasi dan kondisi yang tidak baik menjadi baik dan kondisi yang baik

menjadi lebih baik.

Selanjutnya, bimbingan agama Islam berdasarkan pendapat Faqih (dalam

Khasanah 2016: 9) memiliki fungsi sebagai berikut: (a) fungsi preventif, yakni usaha

mencegah terjadinya masalah.; (b) fungsi korektif, yakni bantuan yang diberikan kepada

individu dalam rangka memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya; (c) fungsi

preservatif, yakni usaha bantuan kepada individu dalam menjaga situasi dan kondisi

yang telah baik sehingga tidak menimbulkan permasalahan kembali; dan (d) fungsi

developmental, yakni usaha membantu individu dalam menjaga serta mengembangkan

situasi dan kondisi yang telah baik menjadi tetap baik, sehingga tidak memungkinkan

timbulnya masalah. Arifin (2008: 32) menyebutkan bimbingan agama Islam memiliki

ciri khas bimbingan religius dan dalam bingkai disiplin ilmu memiliki metodologi

penalaran yakni istinbath, istiqra, serta iqtibas yang bersumber dari Alquran dan al-

Sunnah, teori-teori bantu dari bimbingan dan konseling, dan hasil riset yang sejalan.

Penerapan bimbingan agama Islam dalam penelitian ini menggunakan living

values education programme sebagai metodenya. Pengertian Living Values Education

Programme jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti program pendidikan

nilai-nilai kehidupan seperti yang dikemukakan oleh (Anees, 2018: 119-120) bahwa

LVEadalah sebuah program pendidikan yang berusaha mengembangkan nilai pada

peserta didik dengan basis nilai-nilai universal. Hal yang sama juga diungkapkan oleh

Harto (2018: 3) bahwa Living Values Education Programme adalah sebuah program

pendidikan yang menawarkan penanaman nilai-nilai kehidupan. Jadi, LVEP adalah

program pengembangan nilai-nilai universal yang berguna dalam menjalani kehidupan.

Latar belakang adanya program Living Values Education diungkapkan oleh Tillman

(2004: 12) seperti berikut: Living Values Education Programme dilatar belakangi oleh

sebuah proyek internasional yang digagas oleh Brahma Kumaris pada tahun 1995

dalam rangka merayakan ulang tahun PBB yang ke-50 dan pada saat itu bernama

Sharing Our Values For a Better World. Kemudian berubah menjadi Living Values An

Education Intiative (LVEI) yang siap dijalankan di seluruh negara pada februari 1997.

Mengenai latar belakang adanya Living Values Education Programme, Anees (2018: 120)

Page 5: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

106

juga mengatakan bahwa “LVEP terlahir dari semangat pembukaan piagam PBB, yaitu

untuk menguatkan kembali kepercayaan pada hak asasi manusia yang mendasar pada

harga diri dan nilai individu sebagai manusia”. Berdasarkan latar belakang tersebut

diketahui bahwa program Living Values Education diperkenalkan pertama kali dalam

momentum yang berharga yakni ulang tahun Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-50

setelah dirancang dan dipersiapkan sedemikian rupa demi menegakkan hak-hak asasi

manusia dengan harapan dunia dapat berubah menjadi lebih baik. Berawal dari

keprihatinan para pendidik di Dunia mengenai masalah sosial dan pendidikan

mendorong mereka untuk membentuk sebuah program yang dapat membantu

masyarakat Dunia mendapatkan pendidikan yang layak dan lebih baik.

Anees (2018: 116) berpendapat bahwa “Tujuan utama dari Living values education

adalah untuk memfasilitasi prinsip-prinsip panduan pengembangan manusia seutuhnya

dengan mengenali empat dimensi pembentuk manusia yakni dimensi fisik, intelektual,

emosional, dan spiritual”. Dalam penelitian ini, toleransi adalah tindakan saling

menghormati dan menghargai dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan

masyarakat sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat

dihindari (Kelly, 2018: 21). Sedangkan menurut Arifin (2016: 398) toleransi adalah

suatu sifat atau sikap individu dalam memberikan kebebasan kepada orang lain serta

membenarkan perbedaan sebagai hak asasi manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

toleransi adalah tindakan atau sifat individu yang mengakui, membolehkan,

membiarkan, mengijinkan serta menghormati perbedaan yang ada pada individu atau

kelompok lain baik dalam hal perbedaan pemahaman, pendapat, budaya, adat istiadat,

ataupun keyakinan demi terciptanya kehidupan yang damai.

Toleransi dalam Islam dikenal dengan istilah Tasamuh yang berasal dari bahasa

Arab. Menurut Arifin (2016: 397) “Berbeda dengan kata tolerance yang mengandung

nuansa keterpaksaan, maka kata tasamuh memiliki keutamaan, karena melambangkan

sikap yang bersumber pada kemuliaan diri dan keikhlasan”. Landasan toleransi dalam

Islam menurut Bakar (2015: 126-127) adalah Alquran surat al-Baqarah ayat 256:

Page 6: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

107 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Departemen Agama RI, 2015).

Menurut Bakar (2015: 127) “Ayat tersebut memberikan informasi bahwa Islam

tidak melarang umatnya untuk berhubungan baik dengan pemeluk agama lain termasuk

membantu dalam hal apapun kecuali yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah

mahdah”. Toleransi kepada non muslim hanya dianjurkan dalam urusan duniawi dan

kemasyarakatan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Hasil dari penelitian ini akan dianalisis dan dideskripsikan dengan menggunakan

kalimat-kalimat berdasarkan pada data-data kualitatif yang diperoleh dan juga disertai

dengan tabel statistik pendukung data kualitatif. Adapun jenis metode yang digunakan

adalah fenomenologi yang berdasarkan pada realita yang ada di masyarakat. Untuk

mengetahui sikap toleransi kaum perempuan setelah mengalami bimbingan agama

Islam melalui living values education programme maka penggunaan jenis metode

fenomenologi dirasa cukup tepat.

C. Hasil dan Pembahasan

Majelis Taklim Konversi Diniyah (MTKD) al-Ikhlas terletak di Jalan Bumi

Panyileukan, blok B5, Nomer 14, Desa Cipadung Kidul, Kecamatan Panyileukan, Kota

Bandung. MTKD al-Ikhlas Panyileukan berada di sebuah komplek Yayasan al-Muhajir

yang letaknya tidak jauh dari Sekolah Dasar Sains al-Biruni Panyileukan. Bangunan

MTKD tidak berada dipinggir jalan utama, sehingga cukup sulit diketahui

keberadaannya. Tetapi jika ingin menuju kesana menggunakan kendaraan umum,

cukup berhenti di mesjid al-Muhajir setelah itu akan terlihat plang dengan tulisan TPA

dan TPQ al-Muhajir, selanjutnya berjalan sekitar 100 meter sampai ke ujung jalan

komplek, dan MTKD al-Ikhlas berada di sebelah kiri jalan gang. Bangunan MTKD al-

Ikhlas berada ditengah-tengah komplek masyarakat yang dikelilingi oleh rumah-rumah

warga.

Page 7: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

108

Majelis Taklim Konversi Diniyah (MTKD) al-Ikhlas tidak memiliki bangunan

sendiri melainkan menggunakan bangunan Yayasan al-Muhajir yang terdiri dari dua

lantai. Bagian lantai pertama di isi oleh TK al-Muhajir dan lantai dua di isi oleh Diniyah

Takmiliyah Awaliyah (DTA) dan MTKD al-Ikhlas. Di lantai dua terdapat empat kelas

dengan tiga kelas yang digunakan sebagai tempat pembelajaran MTKD. Kelas pertama

di isi untuk kegiatan relaksasi dan motivasi yang juga dilakukannya kegiatan Living

Values Education. Dua kelas yang lain di isi untuk kegiatan belajar mengajar yang

terbagi menjadi kelas Aminah dan Fatimah.

Sejarah berdirinya Majelis Taklim Konversi Diniyah atau yang biasa disebut MTKD

al-Ikhlas yang bertempat di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung sejalan dengan

sejarah dibentuknya MTKD di Kota Bandung. MTKD merupakan sebuah inovasi baru

dari Majelis Taklim yang dibentuk pada tahun 2016. Berdirinya MTKD di Kota Bandung

tidak terlepas dari background pendidikan kepala kementrian agama Kota Bandung

yang menjabat pada saat itu. Menurut Narasumber, Ibu Ucu Hayati selaku Penyuluh

Agama Kota Bandung dan pembimbing di MTKD al-Ikhlas Panyileukan, pada awalnya

kepala Kemenag Kota Bandung menginginkan adanya MTKD di Kota Bandung seperti

halnya yang ada di mesjid Istiqlal Jakarta. Untuk itu beliau meminta para penyuluh

agama di Kota Bandung melakukan studi banding ke mesjid Istiqlal Jakarta, karena

disana sudah terlebih dahulu di bentuk Majelis Taklim Konversi Diniyah. Tidak hanya

meminta untuk melakukan studi banding, Kepala Kemenag Kota Bandung juga

memberikan tantangan kepada para penyuluh untuk membentuk MTKD di Kota

Bandung. Akhirnya pada awal tahun 2016, Ketua Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh)

Kota Bandung dan jajarannya mengadakan launching perdana pembentukan MTKD di

Kota Bandung. Kegiatan tersebut dihadiri pula oleh kepala Kementrian Agama Kota

Bandung dan wakil Wali Kota Bandung yang menjabat pada saat itu.

Tujuan dibentuknya Majelis Taklim Konversi Diniyah adalah untuk meningkatkan

mutu dan kualitas pembelajaran di majelis taklim. Seperti yang telah diketahui bersama

bahwa majelis taklim yang ada selama ini tidak memiliki kurikulum yang baku serta

tidak adanya evaluasi dalam pembelajarannya. Sehingga majelis taklim terkesan statis

atau “itu-itu saja”. Oleh karena itu Majelis Taklim Konversi Diniyah hadir untuk

menjadikan Majelis Taklim sebagai sarana pembelajaran yang lebih terarah dan hasil

pembelajarannya mampu terukur sehingga jika terdapat kekurangan maka akan ada

Page 8: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

109

tindak lanjut yang lebih nyata.

awal pembentukannya, Majelis Taklim Konversi Diniyah dibentuk di 30 kecamatan yang

ada di Kota Bandung sebagai

kecamatan ketiga yang launching

Jama’ah atau santriwati MTKD al

terbagi menjadi dua kelas yakni kelas Aminah dan kelas Fatimah. Ma

menjadi jama’ah MTKD diharuskan mendaftar terlebih dahulu dengan menyertakan

kartu identitas atau KTP dan tidak dipungut biaya apapun (gratis). Kemampuan

membaca dan menulis merupakan persyaratan utama untuk mendaftar di MTKD karena

pembelajaran di MTKD menuntut jama’ah mampu membaca dan menulis.

MTKD al-Ikhlas Panyileukan semuanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan

masyarakat perkotaan karena memiliki tempat tinggal di komplek bumi Panyileukan

yang berada di Kota Bandung.

tingkat pemahaman keagamaan yang beragam. Mengenai tingkat pendidikan, jama’ah

memiliki tingkat pendidikan yang beragam seperti berikut:

Gambar 3. 1 Tingkat Pendidikan Jama'ah MTKD al

Grafik pada gambar 3. 1 merupakan tingkat pendidikan jama’ah yang diambil dari

satu kelas. Berdasarkan tabel tersebut dapat di

jama’ah yang terbanyak adalah SMA/sederajat dan yang terendah adalah lulusan

Sekolah Dasar (SD). Adapun jenis pekerjaan jama’ah MTKD al

bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT).

bahwa jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung bukanlah orang

0

2

4

6

8

10

12

14

SD

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember

tindak lanjut yang lebih nyata. Lebih lanjut, ibu Ucu Hayati menuturkan bahwa pada

awal pembentukannya, Majelis Taklim Konversi Diniyah dibentuk di 30 kecamatan yang

ada di Kota Bandung sebagai pilot project termasuk Kecamatan Panyileukan sebagai

launching MTKD pada bulan september 2016.

Jama’ah atau santriwati MTKD al-Ikhlas Panyileukan berjumlah 45 orang dan

terbagi menjadi dua kelas yakni kelas Aminah dan kelas Fatimah. Masyarakat yang ingin

menjadi jama’ah MTKD diharuskan mendaftar terlebih dahulu dengan menyertakan

kartu identitas atau KTP dan tidak dipungut biaya apapun (gratis). Kemampuan

membaca dan menulis merupakan persyaratan utama untuk mendaftar di MTKD karena

belajaran di MTKD menuntut jama’ah mampu membaca dan menulis.

Ikhlas Panyileukan semuanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan

masyarakat perkotaan karena memiliki tempat tinggal di komplek bumi Panyileukan

yang berada di Kota Bandung. Seluruh Jama’ah dipastikan beragama Islam dengan

tingkat pemahaman keagamaan yang beragam. Mengenai tingkat pendidikan, jama’ah

memiliki tingkat pendidikan yang beragam seperti berikut:

Tingkat Pendidikan Jama'ah MTKD al-Ikhlas Tahun 2019

Grafik pada gambar 3. 1 merupakan tingkat pendidikan jama’ah yang diambil dari

satu kelas. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

jama’ah yang terbanyak adalah SMA/sederajat dan yang terendah adalah lulusan

Sekolah Dasar (SD). Adapun jenis pekerjaan jama’ah MTKD al-Ikhlas hampir semuanya

sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Grafik pada gambar 3. 1 juga menunjukkan

Ikhlas Panyileukan Kota Bandung bukanlah orang

SD SMA/sederajat Sarjana (S1) Diploma

Tingkat Pendidikan

, No 2, Desember 2019

Lebih lanjut, ibu Ucu Hayati menuturkan bahwa pada

awal pembentukannya, Majelis Taklim Konversi Diniyah dibentuk di 30 kecamatan yang

termasuk Kecamatan Panyileukan sebagai

Ikhlas Panyileukan berjumlah 45 orang dan

syarakat yang ingin

menjadi jama’ah MTKD diharuskan mendaftar terlebih dahulu dengan menyertakan

kartu identitas atau KTP dan tidak dipungut biaya apapun (gratis). Kemampuan

membaca dan menulis merupakan persyaratan utama untuk mendaftar di MTKD karena

belajaran di MTKD menuntut jama’ah mampu membaca dan menulis. Jama’ah

Ikhlas Panyileukan semuanya berjenis kelamin perempuan dan merupakan

masyarakat perkotaan karena memiliki tempat tinggal di komplek bumi Panyileukan

Seluruh Jama’ah dipastikan beragama Islam dengan

tingkat pemahaman keagamaan yang beragam. Mengenai tingkat pendidikan, jama’ah

Ikhlas Tahun 2019

Grafik pada gambar 3. 1 merupakan tingkat pendidikan jama’ah yang diambil dari

ketahui bahwa tingkat pendidikan

jama’ah yang terbanyak adalah SMA/sederajat dan yang terendah adalah lulusan

Ikhlas hampir semuanya

Grafik pada gambar 3. 1 juga menunjukkan

Ikhlas Panyileukan Kota Bandung bukanlah orang-orang yang

Page 9: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2

tidak berpendidikan. Meskipun beberapa orang memiliki pendidikan yang rendah,

tetapi dapat dipastikan bahwa semua jama’ah MTKD al

Bandung mampu membaca dan menulis dengan lancar. Karena salah satu syarat

menjadi jama’ah satau santriwati MTKD adalah memiliki kemampuan membaca dan

menulis. Setiap materi yang disampaikan oleh mudaris diharuskan ditulis kembali oleh

jama’ah karena nantinya akan ada evaluasi berupa ujian tengah semester dan ujian

akhir semester. Rentang usia jama’ah MTKD al

grafik berikut:

Gambar 3. 2Rentang Usia Jama'ah MTKD al

Berdasarkan grafik pada gambar 3. 2 tersebut, dapat diketahui bahwa jama’ah

MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung kebanyakan berusia antara 51

Usia tersebut merupakan usia yang termasuk dalam kategori lansia (lanjut usia).

Meskipun rata-rata usia jama’ah MTKD al

terbilang tinggi. Hal tersebut terlihat dari kemauan jama’ah untuk mengikuti

pembelajaran setiap minggunya d

sungguh.

Berkaitan dengan program bimbingan agama Islam melalui

Education, informasi mengenai program

melalui wawancara dengan Ibu Dr. Hj. Ucu Hayati, M.Sos. selaku pembimbing dan

perintis MTKD al-Ikhlas Panyileukan pada hari Rabu tanggal 10 april 2019. Menurut

penuturannya, diadakannya program LVE di MTKD berawal dari pengalamannya

selama berkiprah di Majelis Taklim. Sejak tahun 2000

dalam manajerial Majelis Taklim Pusat Dakwah Isla

itu, beliau tidak terjun langsung menjadi mudaris dalam sebuah Majelis Taklim tetapi

Rentang Usia 30

Rentang Usia 51

Bimbingan Islam

2, Desember 2019

tidak berpendidikan. Meskipun beberapa orang memiliki pendidikan yang rendah,

tetapi dapat dipastikan bahwa semua jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota

Bandung mampu membaca dan menulis dengan lancar. Karena salah satu syarat

menjadi jama’ah satau santriwati MTKD adalah memiliki kemampuan membaca dan

menulis. Setiap materi yang disampaikan oleh mudaris diharuskan ditulis kembali oleh

ma’ah karena nantinya akan ada evaluasi berupa ujian tengah semester dan ujian

Rentang usia jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan dapat dilihat pada

Rentang Usia Jama'ah MTKD al-Ikhlas Tahun 2019

Berdasarkan grafik pada gambar 3. 2 tersebut, dapat diketahui bahwa jama’ah

Ikhlas Panyileukan Kota Bandung kebanyakan berusia antara 51

upakan usia yang termasuk dalam kategori lansia (lanjut usia).

rata usia jama’ah MTKD al-Ikhlas tidak muda tetapi semangat belajarnya

terbilang tinggi. Hal tersebut terlihat dari kemauan jama’ah untuk mengikuti

pembelajaran setiap minggunya dan memperhatikan materi pelajaran dengan sungguh

Berkaitan dengan program bimbingan agama Islam melalui

nformasi mengenai program Living Values Education

melalui wawancara dengan Ibu Dr. Hj. Ucu Hayati, M.Sos. selaku pembimbing dan

Ikhlas Panyileukan pada hari Rabu tanggal 10 april 2019. Menurut

penuturannya, diadakannya program LVE di MTKD berawal dari pengalamannya

berkiprah di Majelis Taklim. Sejak tahun 2000-2010, beliau mulai berkiprah

dalam manajerial Majelis Taklim Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Kota Bandung.

itu, beliau tidak terjun langsung menjadi mudaris dalam sebuah Majelis Taklim tetapi

Rentang Usia 30-40

3%

Rentang Usia 41-5034%

Rentang Usia 51-6063%

Rentang Usia 30-40 Rentang Usia 41-50

Rentang Usia 51-60

Bimbingan Islam Melalui...

110

tidak berpendidikan. Meskipun beberapa orang memiliki pendidikan yang rendah,

s Panyileukan Kota

Bandung mampu membaca dan menulis dengan lancar. Karena salah satu syarat

menjadi jama’ah satau santriwati MTKD adalah memiliki kemampuan membaca dan

menulis. Setiap materi yang disampaikan oleh mudaris diharuskan ditulis kembali oleh

ma’ah karena nantinya akan ada evaluasi berupa ujian tengah semester dan ujian

Ikhlas Panyileukan dapat dilihat pada

un 2019

Berdasarkan grafik pada gambar 3. 2 tersebut, dapat diketahui bahwa jama’ah

Ikhlas Panyileukan Kota Bandung kebanyakan berusia antara 51-60 tahun.

upakan usia yang termasuk dalam kategori lansia (lanjut usia).

Ikhlas tidak muda tetapi semangat belajarnya

terbilang tinggi. Hal tersebut terlihat dari kemauan jama’ah untuk mengikuti

an memperhatikan materi pelajaran dengan sungguh-

Berkaitan dengan program bimbingan agama Islam melalui Living Values

Living Values Education (LVE) diperoleh

melalui wawancara dengan Ibu Dr. Hj. Ucu Hayati, M.Sos. selaku pembimbing dan

Ikhlas Panyileukan pada hari Rabu tanggal 10 april 2019. Menurut

penuturannya, diadakannya program LVE di MTKD berawal dari pengalamannya

2010, beliau mulai berkiprah

m (Pusdai) Kota Bandung. Pada saat

itu, beliau tidak terjun langsung menjadi mudaris dalam sebuah Majelis Taklim tetapi

Page 10: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

111 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

hanya mengatur sebuah Event yang berkaitan dengan dakwah Islam. Selain berkiprah

sebagai manager dakwah Islam di Pusdai, beliau juga menjabat sebagai penyuluh agama

aktif sampai saat ini. Dalam proses perjalannya dalam membina jama’ah Majelis Taklim,

beliau mengamati perilaku jama’ahnya. Hasil pengamatannya menimbulkan sebuah

pertanyaan “Mengapa orang-orang rajin mengaji bahkan sampai puluhan tahun tetapi

tidak sampai mengubah perilakunya?” mereka tetap melakukan hal-hal yang

sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam seperti membicarakan orang lain. Tidak

hanya itu, beliau juga menyayangkan fakta bahwa hanya kaum Lansia (Lanjut usia) yang

datang ke Majelis Taklim, kemanakah para pemudi?

Berangkat dari fenomena tersebut, akhirnya beliau dan rekan-rekannya mencoba

mengembangkan sebuah program Majelis Taklim Terpadu yang didalamnya tidak

hanya kegiatan mengaji saja tetapi juga disertai dengan pembinaan life skill dan

perpustakaan demi menarik minat kaum muda untuk datang ke Majelis Taklim. Berkat

usahanya, kaum muda mulai tertarik untuk datang ke Majelis Taklim tersebut. Pada

tahun 2014 beliau mulai mengenal Living Values Education Programme dan mengikuti

beberapa kali training sampai akhirnya mendapatkan sertifikat resmi sebagai tanda

berhak menjadi trainer LVE. Ketertarikan beliau pada LVE semakin bertambah karena

pengalaman positif yang dirasakannya. Bukan hanya sekedar pengalaman, LVE juga

berpengaruh dalam mengubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalani

kehidupan. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut, beliau juga menginginkan

orang lain untuk merasakan manfaat positif dari LVE.

Pada saat dibentuknya Majelis Taklim Konversi Diniyah di Kota Bandung, Ibu Hj.

Ucu menyambut dengan antusias. Sekitar 30 kecamatan yang menjadi pilot project

MTKD termasuk kecamatan panyileukan yang juga menjadi tempatnya bertugas, beliau

menginginkan MTKD yang ada di Kecamatan Panyileukan berbeda dengan MTKD lain.

Meskipun MTKD memiliki kurikulum yang disepakati bersama di setiap wilayah, tetapi

dalam pelaksanaannya, seorang mudaris atau pengelola diperbolehkan untuk

mengembangkannya. Berdasarkan hal itu, beliau menerapkan LVE di MTKD al-Ikhlas

sebagai salah satu muatan lokal dengan nama kegiatan relaksasi/motivasi. Ibu Hj. Ucu

menjelaskan bahwa tujuan diterapkannya Living Values Education Programme adalah

agar jama’ah tidak hanya mendapat pengetahuan semata tetapi juga memiliki

Page 11: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

112

kemampuan untuk menjadikan nilai-nilai positif dalam kehidupannya sebagai sebuah

tindak nyata yang berkelanjutan.

Berkaitan dengan bimbingan agama Islam melalui Living Values Education

Programme, tahapan-tahapan pelaksanaan bimbingan agama Islam melalui Living

Values Education terdiri dari: (a) pembukaan, pada sesi ini, pembimbing mengawali

kegiatan dengan mengucapkan salam dan sesekali menanyakan kabar jama’ah; (b)

hening atau biasa disebut relaksasi dilakukan diawal kegiatan dengan tujuan untuk

mempersiapkan psikologis jama’ah sebelum pembelajaran agar berada pada kondisi

yang tenang. Relaksasi dilakukan dengan cara pembimbing menyiapkan terlebih dahulu

musik yang akan digunakan. Musik yang dipilih adalah jenis musik yang memiliki

aransemen menenangkan. Setelah musik siap, selanjutnya pembimbing menyiapkan

materi yang akan disampaikan untuk hening. Pada saat hening, jama’ah diminta untuk

memejamkan mata. Kemudian pembimbing memutar musik yang telah disiapkan.

Sembari musik diputar, pembimbing membacakan materi dengan perlahan setenang

mungkin dan meminta jama’ah untuk membayangkan isi dari materi yang disampaikan.

Biasanya pembimbing meminta jama’ah untuk mengucapkan terimakasih kepada setiap

anggota tubuh. Kegiatan berterimakasih ini dimaksudkan agar setiap orang mampu

menghargai dan mensyukuri segala hal yang telah Allah berikan terutama melalui

anggota tubuh. Hening berlangsung sekitar 5-10 menit dan diakhiri dengan membuka

kembali kedua mata masing-masing; (c) kegiatan berbasis nilai, setelah proses hening

selesai, tahap selanjutnya adalah pengembangan nilai. Dalam kegiatan ini, pembimbing

meminta setiap jama’ah untuk menyebutkan satu nilai yang ingin dikembangkan dalam

dirinya. Setiap orang memiliki kebutuhan nilai yang berbeda sehingga pembimbing

tidak menentukan jenis nilai yang harus dikembangkan tetapi memberikan kebebasan

kepada jama’ah untuk memilih sendiri. Kegiatan dimulai dari pembimbing yang

menyebutkan satu nilai, misal “damai”, lalu dilanjutkan dengan jama’ah lain secara

bergiliran. Setelah setiap orang menyebutkan nilainya masing-masing, pembimbing

meminta kepada setiap jama’ah untuk tetap mempertahankan nilai tersebut dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, salah satu jama’ah

memilih nilai “sabar” maka ia harus menanamkan nilai sabar itu dalam dirinya, dan

ketika ia dihadapkan pada situasi yang menguji kesabarannya, minimal ia mengelus

dada sembari mengucapkan kepada dirinya “Aku sabar”.

Page 12: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

113 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

Seperti itulah latihan yang diberikan dan harus dilakukan terus menerus sampai

menjadi sebuah kebiasaan. Kegiatan berbasis nilai dapat juga dilakukan dengan

menggunakan model mind mapping. Dalam kegiatan ini, jama’ah dikelompokkan

menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok diberikan satu lembar karton dan alat

tulis. Penerapan model seperti ini disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.

Dalam kegiatan ini juga dapat diterapkan games yang tentunya dikaitkan dengan

pengembangan nilai; (d) diskusi, setelah penyampaian materi, hal yang tidak

terlewatkan adalah diskusi. Hal yang didiskusikan adalah berupa materi yang telah

disampaikan atau bisa juga mengenai sharing pengalaman. Kegiatan diskusi seperti ini

memiliki manfaat diantaranya: (1) menambah wawasan; (2) melatih kemampuan

berbicara terutama dalam mengutarakan pendapat; (3) mengembangkan sikap saling

menghargai; dan (4) melatih kemampuan mendengarkan aktif; (e) penutup, pada tahap

ini, pembimbing menutup sesi bimbingan dengan memberikan kesimpulan mengenai

materi yang telah disampaikan serta memberikan nasihat untuk tetap mengaplikasikan

nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan Sikap Toleransi Jama’ah Majelis Taklim Konversi Diniyah Al-

Ikhlas Panyileukan Kota Bandung, Angket penelitian di isi oleh 30 jama’ah Majelis

Taklim al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung yang berjumlah 15 butir pertanyaan

dengan delapan kalimat negatif dan tujuh kalimat positif. Ke-15 butir pertanyaan

tersebut berasal dari lima indikator sikap toleransi yakni: (1) menerima perbedaan

agama; (2) menerima perbedaan sosial; (3) menerima perbedaan pemahaman; (4)

menghormati orang lain; dan (5) memaafkan. Jawaban setiap responden kemudian

dihitung dan diklasifikasikan berdasarkan kriteria interpretasi skor yang telah

ditentukan. Berikut disajikan hasil pengelompokkan dari masing-masing indikator.

Tabel 3. 1 Hasil pengisian angket jama'ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung

Responden Pertanyaan

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Nining 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Sutantin 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14

Een Suhaendiah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Tien Heryani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Temi Ratnasari 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Aida 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Page 13: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

114

Enok Suminar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Marnih 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

Yuningsih 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Rhena Y. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Sri T. Wijayanti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Umi Evie 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Evi Silviana 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Tati Suharti 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Endang Winarni 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13

Siti Rohaeti 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Ruqi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13

Devi A. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Aisah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Tri Haryati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14

Suciati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Nurhandayani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Elin Yuliawati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Melly Y. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Ratna Yuningsih 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Lena 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Ilah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Nani Sumiati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14

Herawati 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

Heni R. 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14

Total 30 21 30 30 30 29 30 30 30 29 29 29 30 30 26 433

Hasil pengisian angket berdasarkan tabel 3. 4 di atas menunjukkan bahwa

terdapat 16 jama’ah dengan skor tertinggi yakni 15 point. Selanjutnya, terdapat 9

jama’ah dengan skor 14 point dan 5 jama’ah dengan skor terendah yakni 13 point.

Angka-angka tersebut didapat dari jawaban jama’ah terhadap 15 pertanyaan angket

yang telah disebarkan. Pertanyaan yang memiliki skor 1 didapat dari jama’ah yang

menjawab “Ya” dan skor 0 didapat dari jama’ah yang menjawab “Tidak” pada

pernyataan positif. Sedangkan pada pernyataan negatif, jama’ah yang menjawab “Ya”

mendapatkan skor 0 dan jama’ah yang menjawab “Tidak” mendapatkan skor 1. Hasil

pengisian angket di atas kemudian di hitung berdasarkan indikatornya dan didapatkan

persentase sebagai berikut:

Page 14: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

115 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

Tabel 3. 2 Hasil penghitungan angket berdasarkan indikatorsikap toleransi

No Indikator Persentase Kategori

1 Menerima perbedaan agama 90% Baik

2 Menerima perbedaan sosial 98% Baik

3 Menerima perbedaan pemahaman

100% Baik

4 Menghormati orang lain 96% Baik

5 Memaafkan 95% Baik

Indikator pertama adalah menerima perbedaan. Indikator ini memiliki tiga sub

indikator yakni: (1) Bersedia bertetangga dengan non muslim; (2) Tidak berlaku jahat

kepada non muslim; dan (3) Bersedia menolong non muslim. Setiap sub indikator

memiliki satu pertanyaan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif, hal ini juga

berlaku untuk semua indikator. Hasil pengolahan angket menunjukkan bahwa Jama’ah

MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung mendapatkan skor 90% pada indikator

pertama dengan kategori “Baik”. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa

jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung mampu menunjukkan sikap

toleransi kepada non muslim baik dengan bersedia untuk hidup berdampingan maupun

dengan tidak berlaku jahat kepada non muslim dari segi ucapan dan perbuatan.

Indikator kedua adalah menerima perbedaan sosial termasuk di dalamnya

perbedaan pendidikan, ekonomi, dan pekerjaan. Indikator ini juga memiliki tiga sub

indikator yakni: (1) Berteman tanpa membedakan status ekonomi; (2) Tidak

membedakan pendidikan seseorang dalam berteman; dan (3) Bersedia berteman tanpa

membedakan pekerjaannya. Hasil penghitungan angket menunjukkan skor yang

diperoleh jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan adalah 98%. Skor tersebut lebih tinggi

dari skor pada indikator pertama. Berdasarkan skor yang diperoleh bahwa jama’ah

MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung mampu menerima orang lain tanpa melihat

latar belakang pendidikan, ekonomi, dan pekerjaannya.

Indikator ketiga adalah menerima perbedaan pemahaman. Sama halnya dengan

indikator pertama dan kedua, indikator ini juga memiliki tiga sub indikator yakni: (1)

Bersedia menerima perbedaan pendapat; (2) Tidak memaksa orang lain menerima

Page 15: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

116

pendapatnya; dan (3) Tidak memusuhi teman yang berbeda pendapat. Skor yang

diperoleh dari indikator ketiga adalah 100%. Skor tersebut merupakan skor maksimal

dari setiap indikator. Tingginya hasil yang diperoleh jama’ah MTKD al-Ikhlas

penyileukan pada indikator ketiga ini menunjukkan bahwa perbedaan pendapat dan

pemahaman bukanlah sebuah masalah bagi jama’ah MTKD al-Ikhlas. Setiap orang

berhak mengungkapkan pendapatnya dan ketika ada perselisihan pendapat maka

musyawarah adalah jalan yang ditempuh untuk menyelesaikannya.

Indikator keempat adalah menghormati orang lain. Untuk mengungkap sikap

individu dalam menghormati orang lain, penulis menurunkan indikator tersebut

kedalam tiga sub indikator seperti indikator-indikator sebelumnya, yakni: (1) Berbicara

dengan perkataan yang baik; (2) Memberikan sambutan hangat kepada orang lain; dan

(3) Menerima pemberian dari orang lain. Skor keseluruhan yang diperoleh jama’ah

MTKD al-Ikhlas Panyileukan pada indikator ini adalah sebesar 96% dengan kategori

“Baik”. Berdasarkan hasil penghitungan angket dapat diketahui bahwa jama’ah MTKD

al-Ikhlas mampu menghormati orang lain baik secara perkataan maupun perbuatan.

Jama’ah yang mempu menghormati orang lain tentunya tidak terlepas dari faktor usia

mereka yang terdiri dari dewasa akhir bahkan lansia. Pada usia dewasa, individu

mampu berpikir sebelum bertindak sehingga sikap yang ditujukannya pun atas dasar

pertimbangan baik atau tidak.

Indikator terakhir atau kelima yaitu memaafkan. Melalui indikator ini, ingin

diketahui bagaimana sikap individu terhadap perlakuan orang lain kepada dirinya.

Untuk itu, tidak berbeda dengan indikator sebelumnya, indikator ini juga terdiri dari

tiga sub indikator yakni: (1) Tidak memiliki dendam kepada siapapun; (2) Tidak

mengungkit kesalahan orang lain; dan (3) Memberi maaf atas perlakuan tidak

mengenakkan dari orang lain. Penghitungan angket menghasilkan skor sebesar 95%

dengan kategori “Baik”. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya setiap orang

berinteraksi dengan orang lain baik dengan orang-orang serumah maupun yang di

lingkungan Majelis taklim. Hal tersebut tentunya memungkinkan terjadinya gesekan-

gesekan yang bisa saja menuju kepada perpecahan. Ucapan dan tindakan yang tidak

terkontrol antar individu tentunya menimbulkan bekas luka di hati. Oleh karenanya

diperlukan sikap saling memafkan demi terciptanya kehidupan yang damai dan

harmonis.

Page 16: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

117 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa sikap toleransi jama’ah Majelis

Taklim Konversi Diniyah al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung berada pada kategori

“Baik”. Masing-masing indikator menunjukkan persentase yang tinggi. Persentase

tertinggi yaitu indikator menerima perbedaan pemahaman. Hal ini menunjukkan bahwa

jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung mampu menerima perbedaan

pendapat, paham, dan pemikiran dari orang lain. Selanjutnya, diantara kelima indikator

tersebut, persentase terendah berada pada indikator menerima perbedaan agama.

Meskipun persentase tersebut merupakan persentase dengan kriteria baik, tetapi jika

dibandingkan dengan indikator lain maka berada di bawah persentase indikator

lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesediaan menerima perbedaan agama

masih perlu di tingkatkan. Penelitian ini tidak mengungkap faktor-faktor yang

mempengaruhi sikap toleransi tetapi jika dikaitkan dengan teori yang mengatakan

bahwa toleransi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah tingkat

pendidikan (Hadi, 2017: 29-34) maka dapat terlihat bahwa teori tersebut sesuai dengan

yang terjadi di MTKD al-Ikhlas Panyileukan. Menurut Hadi (2017: 28) bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kecenderungannya untuk

cukup toleran. Hasil penelitian pada jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan menunjukkan

tingkat pendidikan jama’ah yang cukup tinggi dan di dominasi oleh lulusan SMA/

sederajat.

Menjalankan sebuah program, tentu tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan

yang ada. Adapun kelebihan dan kekurangan program bimbingan agama Islam melalui

Living Values Education jika dibandingkan dengan bimbingan agama Islam pada

umumnyaadalah sebagai berikut: Peratama, kelebihannya adalah (1) Living Values

Education tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan kognitif melainkan juga

berfokus pada pengembangan afektif; (2) bimbingan agama Islam melalui Living Values

Education menjadikan Majelis Taklim sebagai sarana pembelajaran yang

menyenangkan karena dipadukan dengan kegiatan-kegiatan berbasis nilai yang disertai

dengan games; (3) melalui Living Values Education, jama’ah diberikan pengetahuan dan

kemampuan mengenai resolusi konflik yang dapat diterapkan dalam mendidik anak

maupun menyelesaikan permasalahan yang ada di keluarga. Kedua, kelemahan

program bimbingan agama Islam melalui living values education adalah sebagai berikut:

(1) pelaksanaan program Living Values Education yang ada di Majelis Taklim Konversi

Diniyah al-Ikhlas hanya dilakukan oleh satu orang pembimbing yakni ibu Hj. Ucu Hayati.

Page 17: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

118

Hal tersebut berarti kurangnya sumber daya manusia dalam melaksanakan kegiatan

tersebut; (2) living Values Education Programme bukan berasal dari agama Islam

melainkan dari Non Muslim, hal tersebut mengakibatkan beberapa pihak meragukan

program tersebut diterapkan di Majelis Taklim.

D. Penutup

Program yang dilaksanakan di MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung adalah

layanan bimbingan agama Islam melalui living values education. Pemilihan living values

education sebagai salah satu metode bimbingan agama Islam di MTKD al-Ikhlas

Panyileukan Kota Bandung di lakukan sejak awal berdirinya MTKD al-Ikhlas

Panyileukan yakni pada tahun 2016. Tujuan adanya penerapan living values education

adalah untuk membekali jama’ah dengan pengetahuan dan kemampuan pengembangan

nilai-nilai positif. Kegiatan bimbingan agama Islam melalui living vales education di

laksanakan pada hari rabu dengan durasi 30-60 menit. Unsur-unsur bimbingan agama

Islam telah terpenuhi diantaranya pembimbing, terbimbing, media, dan metode. Tujuan

program bimbingan agama Islam melalui living values education sesuai dengan tujuan

bimbingan agama Islam pada umumnya yakni untuk membantu individu memahami,

mempelajari, dan mengamalkan nilai hidup yang sesuai dengan syariat Islam dan

kehendak masyarakat.

Dalam pelaksanaan program bimbingan agama Islam, terdapat beberapa unsur

bimbingan agama Islam yakni: (a) pembimbing, orang yang berhak menjadi

pembimbing dalam kegiatan bimbingan agama Islam melalui living values education

programme adalah mereka yang memiliki sertifikat resmi sebagai trainer LVE dan di

MTKD al-Ikhlas Panyileukan hanya Ibu Hj. Ucu Hayati yang memiliki sertifikat tersebut;

(b) terbimbing, seluruh jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan menjadi terbimbing dalam

kegiatan layanan bimbingan agama Islam melalui living values education programme;

(c) materi, sumber materi yang disampaikan dapat berasal dari kisah-kisah para Nabi

dan Rasul serta kisah inspiratif lainnya mengenai akhlak al-karimah; (d) media,

penggunaan media disesuaikan dengan materi yang disampaikan; (e) metode, living

values education adalah metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan agama Islam

dengan teknik berupa diskusi kelompok, bimbingan kelompok, games, dan ceramah.

Tahap pelaksanaan bimbingan agama Islam melalui living values education diawali

dengan sesi pembuka, hening atau rileksasi, kegiatan berbasis nilai, diskusi, dan

Page 18: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Ai Badriah, dkk

119 Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No 2, Desember 2019

penutup. Pada tahap pembuka, pembimbing mengucap salam dan menyapa para

jama’ah. Tahap selanjutnya adalah hening yang bertujuan untuk merileksasikan fisik

dan psikologis jama’ah agar lebih siap dalam kegiatan pembelajaran. Tahap berikutnya

adalah kegiatan berbasis nilai yang bisa di padukan dengan games dan kegiatan

menarik lainnya. Tahap selanjutnya sebelum penutup adalah diskusi yang di dalamnya

berupa kegiatan berbagi informasi, solusi masalah, dan tanya jawab mengenai materi

yang telah di sampaikan. Tahap terakhir adalah penutup yang berisi penyampaian

kesimpulan dan salam penutup. Tahap pelaksanaan tersebut tidak di khususkan untuk

meningkatkan sikap toleransi melainkan merupakan tahapan yang umum dilakukan

untuk semua jenis pengembangan nilai dalam program living values education.

Sikap toleransi jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan Kota Bandung berada pada

kriteria “Baik”. Hasil penghitungan angket menunjukkan bahwa kelima indikator yang

digunakan untuk mengungkap sikap toleransi jama’ah MTKD berada pada persentase

tinggi yakni 90%-100%. Salah satu faktor pendukung timbulnya sikap toleransi adalah

tingkat pendidikan jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan yang cukup tinggi yakni rata-

rata lulusan SMA/ sederajat. Berdasarkan jawaban responden terhadap angket yang

diberikan, dapat disimpulkan bahwa jama’ah MTKD al-Ikhlas Panyileukan sudah

memiliki nilai menghargai dan menghormati orang lain dari segi perbedaan yang ada.

Nilai tersebut sudah terwujud dalam sikap dan perilaku jama’ah terhadap orang-orang

yang ada di sekitarnya. Dalam penelitian ini tentunya masih banyak kekurangan,

diantaranya penelitian ini tidak diteliti mengenai seberapa besar pengaruh bimbingan

agama Islam melalui living values education terhadap sikap toleransi. Oleh karena itu

disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memaksimalkan dan menambah

kekurangan yang ada pada penelitian ini.

E. Referensi

Alquran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: Darus Sunnah.

Anees, B. Q., dkk. (2018). Living Values Education Dan Surat Cinta Untuk Nabi. At-Tahrir, 18 (1).

Arifin, B. (2016). Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) Dalam Interaksi Antar Umat Beragama. Fikri, 1 (2).

Page 19: Bimbingan Islam Melalui BIMBINGAN ISLAM MELALUI LIVING

Bimbingan Islam Melalui...

Jurnal Al Isyraq, Vol. 2, No. 2, Desember 2019

120

Arifin, I. Z. (2008). Bimbingan Dan Konseling Islam (Al-Irsyad Wa Altawjîh Al-Islam) Berbasis Ilmu Dakwah dalam Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies. 4(11); 27-42.

Bakar, A. (2015). Konsep Toleransi Dan Kebebasan Beragama. Media Komunikasi Umat Beragama, 7 (2).

Fatmawati, H. (2017). Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Terhadap Rasa Percaya Diri Peserta Didik Kelas VII Di MTS Mazro’atul Huda Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus.

Harto, K. (2018). Model Pengembangan Pembelajaran PAI Berbasis Living Values Education (LVE). Tadrib, 4 (1).

Hidayat, D. F., (2018). Konsep Bimbingan Agama Islam Terhadap Wanita Tuna Susila di UPT Rehabilitasi Sosial Tuna Susila Kediri. Inovatif, 4 (1).

Kelly, E. (2018). Pembentukan Sikap Toleransi Melalui Pendidikan Multikultural Di Universitas Yudharta Pasuruan. Jurnal psikologi, 5 (1).

Khasanah, H., dkk. (2016). Metode Bimbingan Dan Konseling Islam Dalam Menanamkan Kedisiplinan Sholat Dhuha Pada Anak Hiperaktif di Mi Nurul Islam Ngaliyan Semarang. Jurnal Ilmu Dakwah, 36 (1).

Lena, N. (2019). Layanan Bimbingan Konseling melalui Pendekatan Agama untuk Mengatasi Kenakalan Remaja dalam Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling dan Psikoterapi Islam. 7(1); 19-40.

Maba, A. P., dkk. (2017). Bimbingan dan Konseling Islam Solusi Menjaga dan Meningkatkan Kesehatan Mental. Jurnal Konseling Gusjigang, 3 (2).

Rizqiyah, H. (2017). Bimbingan dan Konseling Islam Perspektif Dakwah Samsul Munir Amin, Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Satriah, L. (2017). Bimbingan dan Konseling Kelompok. Bandung: Fokusmedia.

Tillman, D. (2004). Pendidikan Nilai Untuk Kaum Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.