bind - resensi 9 summers 10 autumns

Upload: valya-nurfadila

Post on 16-Jul-2015

128 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Resensi 9 Summers 10 Autumns

Judul Penulis Penerbit Tanggal terbit Jumlah halaman Kategori

: 9 Summers 10 Autumns : Iwan Setyawan : Gramedia Pustaka Utama : Februari 2011 : 238 halaman : Novel

Novel 9 Summers 10 Autumns menceritakan tentang kisah nyata sang penulis, Iwan Setyawan. Seorang anak dari 5 bersaudara yang tinggal di sebuah desa di bawah kaki Gunung Panderman, Batu. Bapaknya, seorang sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya. Sementara ibunya, tidak tamat Sekolah Dasar. Ia tumbuh besar bersama 4 saudara perempuannya. Menjadi anak laki-laki satu-satunya, membuat ia harus sering mengalah. Seperti tak pernah punya kamar tidur sendiri, karena kamar tidur yang ada diperuntukkan bagi orang tua dan saudara-saudara perempuannya. Namun dengan segala keterbatasan yang ada tidak menjadikannya seorang yang hanya pasrah dengan keadaan. Justru kondisi seperti itulah yang membuatnya semakin ingin maju, semakin ingin sukses, hingga akhirnya ia berhasil menjadi salah seorang Direktur Internal Client Management Nielsen Consumer Research, New York, Amerika Serikat. Pada bagian awal buku diceritakan mengenai pertemuan Iwan dengan seorang anak kecil berbaju putih-merah yang misterius. Anak kecil inilah yang kemudian menjadi teman Iwan selama ia merantau di negeri Paman Sam tersebut. Iwan banyak bercerita mengenai kehidupannya saat di kota Batu dulu kepada anak kecil ini. Seperti cerita tentang keluarga, teman, serta tidak lupa rumah kecil keluarga mereka di Kota Batu. Saat pertama kali membaca buku ini, saya agak sedikit bingung dengan tokoh anak kecil yang misterius tersebut. Mulanya saya mengira bahwa anak kecil tersebut adalah seorang anak perempuan, namun dugaan saya salah karena ternyata anak tersebut adalah laki-laki. Kemudian, seiring saya membaca, akhirnya saya dapat menyimpulkan bahwa anak kecil itu sebenarnya bukan tokoh yang nyata, tidak benar-benar ada. Hanya bayangan imaginatif sang penulis sendiri untuk memudahkannya menceritakan masa lalunya.

Setelah selesai membaca, ada sebagian diri saya yang merasa sedikit kecewa dengan buku yang belakangan di cap best-seller ini. Saya mengharapkan sebuah novel yang dapat memompa semangat bagi setiap orang untuk berjuang meraih mimpi-mimpinya, tidak peduli bagaimanapun latar belakang keluarga. Namun, yang saya tangkap di sini justru Iwan menceritakan kebanyakan pengalaman hidup dirinya dan keluarganya. Dimulai dengan pengalaman Iwan yang hampir ditusuk saat tiba di New York, lalu waktu mundur dari masa kecilnya, penggambaran kedua orang tuanya, kakak-kakaknya, hingga adik-adiknya. Berlanjut bagaimana ia pergi kuliah, mengapa ia memilih untuk tidak aktif di kegiatan di kampus, melamar pekerjaan di perusahaan besar di Jakarta, hingga akhirnya ia mendapat tawaran bekerja di New York. Menurut saya alur ceritanya kurang menarik, terlalu runtut dan kurang ada bagian-bagian klimaks yang berarti. Di sisi lain, saya menyukai gaya bahasa yang dibawakan oleh Iwan dalam novel ini. Ia menceritakan kisahnya dalam kalimat-kalimat yang indah serta penuh makna. Bagian yang paling saya suka adalah bagian ketika Iwan bercerita mengenai rumah kecilnya. Gambaran rumah berukuran 6x7 meter, hampir tidak memiliki halaman, dengan satu ruang tamu kecil berukuran 2x4,5 meter sebagai tempat utama kegiatan sehari-hari, satu dapur, satu kamar mandi, serta 2 kamar tidur di mana 7 orang tinggal di dalamnya. Ini menjadi favorit saya karena bagian inilah yang menurut saya paling menyentuh hati. Bahkan, juga membuat saya menitikkan air mata karenanya. Hal menarik lain yang menjadi nilai tambah bagi buku ini salah satunya adalah cover. 9 Summers 10 Autumns memiliki cover yang bersih dan simple. Berlatar warna putih, dengan dua buah apel merah yang bersanding. Di mana apel pertama menggambarkan Kota Batu, tempat asal sang penulis, sementara apel kedua menggambarkan Kota New York, USA, tempat sang penulis memetik buah kerja kerasnya. Jadi mungkin inilah maksudnya, Dari Kota Apel ke The Big Apple berarti dari Kota Batu ke New York City. Secara keseluruhan, buku ini sebenarnya cukup bagus. Bahasanya ringan dan mudah dipahami. 9 Summers 10 Autumns juga dapat menjadi motivator yang baik bagi sebagian orang karena buku ini sebenarnya tidak menawarkan mimpi, namun mengajak kita para pembaca untuk bangun dari mimpi kita agar belajar dan bekerja lebih keras lagi demi mewujudkan mimpi-mimpi kita.