biodiesel (esterifikasi)
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LABORATORIUM SATUAN PROSES
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014
MODUL : Pembuatan Metil Ester (Biodiesel)
PEMBIMBING : Dra. Nancy Siti Djenar, MS
oleh :
Kelompok 1
Abdussalam Topandi 121424001
Achmad Faisal 121424002
Ade Julistian 121424003
Adi Bayu Saputra 121424004
Kelas 2A-TKPB
PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013
Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2013
Tanggal Pengumupulan : 22 Oktober 2013
(Laporan)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa- senyawa ester hasil esterifikasi secara komersial telah banyak diproduksi
oleh industry, diantaranya adalah ester asetat dari alcohol yang digunakan sebagai pelarut dan
zat aditif pada parfum. Pada industry makanan dan minuman, etil dan butyl asetat digunakan
sebagai zat pemberi rasa ( flavorings ).
Pada saat ini telah dikembangakan sumber energy terbarukan yang disebut Bahan
Bakar Nabati (BBN). Biodiesel adalah salah satu BBN yang dibuat dari minyak nabati
melalui esterifikasi, transesterifikasi atau gabungan keduanya. Minyak nabati yang
mengandung asam lemak bebas ( free fatty acid ) tinggi ( > 2 % ) selain akan mengurangi
perolehan biodiesel juga akan menyebabkan korosif terhadap mesin. Hal tersebut dapat
dicegah dengan melakukan esterifikasi minyak terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan
dengan transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel ( mittelbach, 2004 ).
Berdasarkan hal tersebut maka dibuat modul pratikum yang berjudul, Esterifikasi :
Pembuatan Metil Ester. Dengan demikian produk yang diperoleh dari pratikum mahasiswa
ini dapat dimanfaatkan diantarnya sebagai bahan kimia/pelarut untuk pratikum lain juga
produk biodiesel. Disamping itu mahasiswa akan memperoleh pengetahuan serta pemahaman
praktis mengenai unit-unit proses dan operasi diantarnya refluks, ekstraksi, dan destilasi
beserta tahapannya.
1.2 Tujuan
Pada pratikum ini diharapkan mahasiswa mampu :
Membuat metil ester melalui esterifikasi
Mengerti bahwa laju reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :
suhu, konsentrasi, katalis dan waktu
Melakukan pengujian terhadap produk metil asetat sesuai dengan persyaratan mutu
biodiesel Indonesia, SNI-04-7182-2006
II. DASAR TEORI
2.1 Biodiesel
Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang yang
terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel. Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi transesterikasi trigliserida dan
atau reaksi esterifikasi asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak nabati yang
digunakan sebagai bahan baku. Transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan
trigliserida dalam minyak nabati atau lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti
methanol atau etanol (pada saat ini sebagian besar produksi biodiesel menggunakan metanol)
menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids Methyl Esters / FAME) atau biodiesel dan
gliserol (gliserin) sebagai produk samping. Katalis yang digunakan pada proses
transeterifikasi adalah basa/alkali, biasanya digunakan natrium hidroksida (NaOH) atau
kalium hidroksida (KOH). Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak bebas
(FFA) dengan alkohol rantai pendek (metanol atau etanol) menghasilkan metil ester asam
lemak (FAME) dan air. Katalis yang digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah asam,
biasanya asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H2PO4). Berdasarkan kandungan FFA
dalam minyak nabati maka proses pembuatan biodiesel secara komersial dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1. Transesterifikasi dengan katalis basa (sebagian besar menggunakan
kalium hidroksida) untuk bahan baku refined oil atau minyak nabati dengan kandungan FFA
rendah.
2. Esterifikasi dengan katalis asam ( umumnya menggunakan asam sulfat) untuk
minyak nabati dengan kandungan FFA tinggi dilanjutkan dengan transesterifikasi
dengan katalis basa.
Proses pembuatan biodiesel dari minyak dengan kandungan FFA rendah secara
keseluruhan terdiri dari reaksi transesterifikasi, pemisahan gliserol dari metil ester, pemurnian
metil ester (netralisasi, pemisahan methanol, pencucian dan pengeringan/dehidrasi),
pengambilan gliserol sebagai produk samping (asidulasi dan pemisahan metanol) dan
pemurnian metanol tak bereaksi secara destilasi/rectification. Proses esterifikasi dengan
katalis asam diperlukan jika minyak nabati mengandung FFA di atas 5%. Jika minyak
berkadar FFA tinggi (>5%) langsung ditransesterifikasi dengan katalis basa maka FFA akan
bereaksi dengan katalis membentuk sabun. Terbentuknya sabun dalam jumlah yang cukup
besar dapat menghambat pemisahan gliserol dari metil ester dan berakibat terbentuknya
emulsi selama proses pencucian. Jadi esterifikasi digunakan sebagai proses
pendahuluan untuk mengkonversikan FFA menjadi metil ester sehingga mengurangi
kadar FFA dalam minyak nabati dan selanjutnya ditransesterifikasi dengan katalis basa
untuk mengkonversikan trigliserida menjadi metil ester.
2.2 Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter
asam kuat, dan karena ini, asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam
kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial
(Soerawidjaja, 2006).
Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung ke konversi yang sempurna pada
temperatur rendah (misalnya paling tinggi 120° C), reaktan metanol harus ditambahkan
dalam jumlah yang sangat berlebih (biasanya lebih besar dari 10 kali nisbah stoikhiometrik)
dan air produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak.
Melalui kombinasi-kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode
penyingkiran air, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat
dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi esterifikasi dari asam lemak
menjadi metil ester adalah :
RCOOH + CH3OH ↔ RCOOH3 + H2O
Asam Lemak Metanol Metil Ester Air
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam
lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan
dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap
transesterfikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap transesterifikasi,
air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.
2.2.1 Hal-hal yang Mempengaruhi Reaksi Esterifikasi
Faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain :
a. Waktu Reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar
sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai
maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak
memperbesar hasil.
b. Pengadukan
Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan
zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan
persamaan Archenius :
k = A e(-Ea/RT)
dimana, T = Suhu absolut ( ºC)
R = Konstanta gas umum (cal/gmol ºK) E = Tenaga aktivasi (cal/gmol)
A = Faktor tumbukan (t-1)
k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1)
Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi.
Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan minyak-katalis-
metanol merupakan larutan yang immiscible.
c. Katalisator
Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga
pada suhu tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi
esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara 1 - 4 %
berat sampai 10 % berat campuran pereaksi (Mc Ketta, 1978).
d. Suhu Reaksi
Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yang
dihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k makin
besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar.
(Sumber : http://aya-snura.blogspot.com/2012/06/pembuatan-metil-ester.html?m=1)
III PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan yang digunakan
Perangkat peralatan utama yang digunakan dalam percobaan ini adalah rangkaian peralatanrefluks.
Peralatan refluks : 1. Reaktor 1 buah2. Penangas paraffin 1 buah3. Kondensor 1 buah4. Thermometer 1 buah5. Tabung CaCl2 1 buah6. Motor pengaduk 1 buah7. Selang silikon 75 cm, 3 buah
Peralatan pendukung :1. Neraca analitik2. Viscometer3. Refraktometer4. Piknometer5. hotplate6. Gelas kimia (100 mL, 250 mL dan 1 L )7. Indikaotor Ph8. Corong pisah dan Kertas Saring
Bahan yang digunakan : 1. Metanol 100 mL2. Minyak Kelapa Sawit 300 mL3. Asam Sulfat pekat p.a 3%-v/minyak 10 mL4. Aquadest
3.2 Rancangan Percobaan
Rancangah pembuatan metal asetat mengikuti urutan kerja sebagai berikut;
AnalisisAwal
Minyak
Refluks
Reaktan + Katalis
t : 60’, T : 60OC
Pemisahan Penetralan Penguapan AnalisiProduk
3.3 Prosedur Kerja
Analisa Minyak KelapaSawit yang akandijadikan biodiesel
Biodieseldipanaskan hinggaairnya menguap
Analisa secaraKualititatif
Tambah Na2SO4, lalusaring dengan kertassaring
Masukkan minyak dan methanoldengan perbandingan 3:1(minyak:methanol), dilakukanpengadukan
Tanbah katalis H2SO4
pekat sebanyak 3% pervolum minyak
T = 600 C
t = 60 menit
Masukkan hasil kedalam corong pisah,tunggu sampai suhuruang, bagian atasbiodiesel dan buangbagian bawah
Netralkan pH denganlarutan NaOH
Panaskan hingga airyang terbentukmenguap
Analisa secaraKualititatif
3.4 Tabel Dataa. Data Pengamatan
NO. Bahan Kimia Rumus Volume BM TitikDidih
MassaJenis
Viskositas
Keterangan
1. MinyakKelapa Sawit
(AsamPalmitat)
C16H32O2 300 ml 256gr/mol
351 –352 0C
0,853gr/ml
Reaktan(Pereaksi
Pembatas).
2. Metanol CH3OH 100 ml 32gr/mol
64,7 0C 0,7918gr/ml
- Reaktan.
3. Asam Sulfat H2SO4 10 ml 98gr/mol
290 0C 1,84gr/ml
- Katalis.
4. NatriumHidroksida
NaOH - 40gr/mol
13880C
2,301gr/ml
- UntukNetralisasi
produk.5. Natrium
Sulfat AnidratNa2SO4.10H2O
- 322gr/mol
14290C
2,664gr/ml
- Untukmenarik sisa
air.6. Metil Ester C17H34O2 300 ml 270
gr/mol- Produk.
b. Uji Kualitatif Biodiesel
Praktikum
Tanpa Na2SO4 Setelah ditambah
Na2SO4
Massa Jenis (gr/ml) 0,8884 0,8736
Viskositas (cSt) 2,5 2,9
IV. KESELAMATAN KERJA
1. Mengingat bahaya serta sifat bahan yang digunakan, maka untuk keselamatan kerja perlu
diperhatikan hal hal tersebut dibawah ini.
2. Asam Sulfat pekat bersifat korosif akan menyebabkan iritasi. Jika mengani kulit dapat
menyebabkan luka. Uap asam tersebut bila terhirup akan menyulitkan pernapasan sehingga
harus disimpan di dalam lemari asam.
3. Dalam percobaan ini pratikan wajib mengenakan jas lab. Sarung tangan, masker dan kaca
mata pelindung. Diusahakan jangan sampai terhirup bahan kimia tersebut di atas.
4. Bila terkena bahan-bahan kimia diatas, harus segera dicuci dengan air bersih.
5. Esterifikasi sebaiknya dilakukan di lemari asam.
V. PENGOLAHAN DATA
Vol Minyak (Asam Palmitat) = 300 mL
n etanol =
=,
= 0,9996 mol
Vol Metanol = 100 mL
n Asam Asetat =
=,
= 2,4744 mol
C16H32O2 + CH3OH C15H31COOCH3 + H2O
M 0,9996 2,4744
B 0,9996 0,9996 0,9996 0,9996
S - 1,4748 0,9996 0,9996
Massa Metil Ester yang terbentuk = mol x Mr
= 0,9996 x 270
= 269,8920 gram
Jumlah metil ester yang terbentuk secara teoritis =
=269,8920,
= 303,7956 ml
Perbandingan Hasil Praktikum dengan Literatur
Praktikum Literatur (SNI-
04-7182-2006)Tanpa Na2SO4 Setelah ditambah
Na2SO4
Massa Jenis (gr/ml) 0,8884 0,8736 0,85 – 0,89 (gr/ml)
Viskositas (cSt) 2,5 2,9 2,3 – 6,0 (cSt)
VI. PEMBAHASAN
Pembahasan oleh Abdussalam Topandi (121424001)
Pembahasan oleh Achmad Faisal (121424002)
Pembahasan oleh Ade Julistian (121424003)
Pembahasan oleh Adi Bayu Saputra (121424004)
KIRIM PEMBAHASAN, TAKUTNYA MASING-MASING.
VII. KESIMPULAN
Metil ester dibuat dengan cara mengkonversi Asam lemak bebas melalui esterifikasi.
Faktor - faktor yang mempengaruhi laju reaksi esterifikasi adalah pengadukan, suhu,
katalis, dan reaktan berlebih (agar kesetimbangan bergeser kekanan yaitu produk
maksimal).
Berikut perbandingan produk percobaan dengan literatur :
Praktikum Literatur (SNI-
04-7182-2006)Tanpa Na2SO4 Setelah ditambah
Na2SO4
Massa Jenis (gr/ml) 0,8884 0,8736 0,85 – 0,89 (gr/ml)
Viskositas (cSt) 2,5 2,9 2,3 – 6,0 (cSt)
DAFTAR PUSTAKA
1. Fessenden, R. and Fessenden, J., 1982., “ Organic Chemistry “, 2nd Edition, Willard GrantrPress Publisher, Massachusetts, USA.
2. Groggins, P. H., “Unit Proceses in Organic synthesis”, Fifth Edition, International StudentEdition, Mc. Graw – Hill Kogakusha, Ltd.
3. Himmelblau, D.M., 1996, “Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering”,Sixth edition. By prentice hall PTR, New Jersey.
4. Mittelbach, M. And Remschmidt,C., 2004, “ Biodisel The Comprehensive Hndbook”,Vienna : Baersedruct Ges mbH.
5. Othmer, K., 1982, “ Encylopedia of Chemical Technology”. Vol.8. Second CompletelyRevised Edition, Interscience Publishers a division of john Wiley & Sons, Inc.
6. Soerawidjaya, 2006. Jurnal : Intesifikasi Proses Produksi Biodisel. Bandung: ITB % PT.Rekayasa Industri.
7. http://aya-snura.blogspot.com/2012/06/pembuatan-metil-ester.html?m=1