bioekologi dan strategi konservasi troides helena

40
BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.) KARYA ILMIAH Oleh AFIFI RAHMADETIASSANI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2013

Upload: afifi-rahmadetiassani

Post on 09-Jun-2015

1.640 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.)

KARYA ILMIAH

Oleh

AFIFI RAHMADETIASSANI

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

2013

Page 2: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.)

Karya ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan MATA KULIAH SEMINAR

Oleh

Afifi Rahmadetiassani 083112620150008

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

2013

Page 3: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS NASIONAL Karya Ilmiah, Jakarta, Februari 2013 Afifi Rahmadetiassani Bioekologi dan Strategi Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.) x + 30 halaman, 1 tabel dan 8 gambar

Indonesia memiliki kekayaan jenis kupu-kupu dan nilai endemisitas tertinggi di dunia. Kupu-kupu memiliki peran yang penting dalam ekosistem, yaitu sebagai polinator, bioindikator lingkungan, bahan makan, objek wisata dan ojek studi serta diperjual belikan di pasar regional dan internasioanl untuk dijadikan koleksi.

Salah satu kupu-kupu yang memiliki permintaan pasar yang tinggi adalah kupu-kupu raja helena (Troides helena L.). Jenis ini banyak diperjual belikan karena memiliki warna yang indah, menarik dan memiliki nilai estetika. Eksploitasi yang berlebihan dapat berdampak terhadap kelestariannya. Saat ini, jenis ini dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan termasuk kategori Appendiks II CITES.

Upaya konservasi yang diperlukan untuk melestarikan populasi kupu-kupu raja helena dengan menggunakan prinsip perlindungan (save), penelitian (study), dan pemanfaatan (use). Pada penerapannya, upaya perlindungan dilakukan scara in-situ seperti pada TN. Bantimurung Bulungsaraung dan secara ex-situ pada Museum Kupu TMII.

Daftar bacaan: 56 (1973 -2013).

Page 4: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

Judul Karya Ilmiah : BIOEKOLOGI DAN STRATEGI KONSERVASI KUPU-

KUPU RAJA HELENA (Troides helena L.)

Nama Mahasiswa : Afifi Rahmadetiassani Nomor Pokok : 083112620150008

Menyetujui

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Hasni Ruslan, dra. MSi Tatang Mitra Setia, drs. MSi

Dekan

Imran S. L. Tobing, drs. MSi

Tanggal Lulus : 1 Februari 2013

Page 5: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis persembahkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah ini. Tulisan yang bersifat telaah pustaka ini disusun guna untuk

memenuhi persyaratan mata kuliah Seminar pada Fakultas Biologi Universitas

Nasional.

Dengan tersusunnya karya ilmiah yang berjudul Bioekologi dan Strategi

Konservasi Kupu-Kupu Raja Helena (Troides helena L.), pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dra. Hasni Ruslan, MSi sebagai pembimbing pertama yang telah memberikan

saran, bimbingannya dan dukungan kepada penulis hingga tersusunnya karya

ilmiah.

2. Drs. Tatang Mitra Setia, MSi sebagai pembimbing kedua yang telah memberikan

saran, bimbingan dan dukungannya kepada penulis hingga tersusunnya karya

ilmiah.

3. Drs. Imran. S. L. Tobing, MSi selaku Dekan Fakultas Biologi Universitas

Nasional.

Page 6: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

vi

4. Dra. Ikhsan Matondang, MSi sebagai Pembimbing Akademik Angkatan 2008

yang telah memberikan semangat dan bimbingannya dalam penulisan karya

ilmiah.

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Biologi Universitas Nasional yang telah banyak

memberi dorongan serta dukungan kepada penulis.

6. Untuk kedua orang tua dan keluarga besar penulis yang terus memberikan

motivasi, semangat dan juga dukungannya baik moril maupun materil, serta

kesabarannya dan juga ketulusan dalam setiap doanya.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008: Zulfikar S.Si., Marlia, Fajar, Devi,

Joandini, Angga, There, Tenno, Rika, Akbar, Anita, Dita, Hamdani, Nur, Arfan,

Kiki, dan Dera yang selalu memberikan semangat, saran, kekompakan yang tidak

bakal terlupakan selama perkuliahan.

8. M. Arif Rifqi, S.Si. sahabat dekatku yang selalu memberikan semangat dan

masukan-masukan yang bermanfaat untuk penulisan karya ilmiah.

9. Teman-teman BSO KSPL “Chelonia”, BBC, JBS, KKI, WWF, IWP, TRASHI,

PP-IPTEK yang memberikan persahabatan, semangat, kreativitas dan ilmu-ilmu

selama ini.

10. Alumni dan teman-teman semua angkatan Fakultas Biologi Universitas Nasional

Jakarta atas motivasi, saran dan nasehat kepada penulis.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan karya ilmiah yang

tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Page 7: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

vii

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam hal materi maupun teknik

penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan bimbingan,

saran, dan kritik yang bersifat membangun agar dapat memperbaiki karya ilmiah ini

sehingga bermanfaat dan dapat dijadikan bahan acuan oleh semua pihak.

Jakarta, Februari 2013

Penulis

Page 8: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x

BAB

I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

II. BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................................................. 3

A. Morfologi .............................................................................................................. 3 B. Klasifikasi ............................................................................................................. 5 C. Siklus Hidup ......................................................................................................... 6

III. EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA ......................................................... 11

A. Makanan ............................................................................................................. 11 B. Dsitribusi dan Habitat ......................................................................................... 12 C. Peran dalam Ekosistem ....................................................................................... 14

IV. STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA ............................ 16

A. Ancaman ............................................................................................................. 16

B. Strategi Konservasi ............................................................................................. 17 C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung .............. 20 D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah ................................................................................................................... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25

Page 9: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Naskah

1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia......... ...................... 13

Page 10: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Naskah

1. Morfologi kupu-kupu ........................................................................ 4

2. Seksual Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina dan Jantan Serta Ciri Pembedanya .......................................................... 5

3. Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena ............................................. 6

4. Telur Kupu-Kupu Raja Helena ......................................................... 7

5. Larva Kupu-Kupu Raja Helena......................................................... 7

6. Pupa Kupu-Kupu Raja Helena ......................................................... 8

7. Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba ................... 10

8. Pakan Larva Kupu-Kupu Raja Helena ............................................. 11

Page 11: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

1

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sekitar 2.500 jenis kupu-kupu, jumlah tersebut

menunjukkan Indonesia menjadi salah satu negara tertiggi yang memiliki memiliki

kekayaan jumlah jenis kupu-kupu di dunia yang berada di bawah Brazil dan Peru

yang memiliki 3.700 jenis. Namun, secara endemisitas Indonesia menempati

peringkat pertama yaitu sebanyak 35% (Peggie, 2011). Menurut Pasaribu (2012),

Indonesia memiliki 121 jenis kupu-kupu dari suku Papilionidae dan 44% dari jumlah

tersebut termasuk jenis endemik.

Kupu-kupu merupakan salah satu hewan yang digolongkan dalam bangsa

Lepidoptera. Secara etimologis, Lepidoptera berasal dari bahasa Latin lepido (sisik)

dan bahasa Yunani pteron (sayap). Sisik-sisik pada sayap kupu-kupu tersebut

tersusun seperti genteng serta memiliki pola warna dan corak yang menarik. Bangsa

Lepidoptera dicirikan mempunyai dua pasang sayap yang tertutup sisik, memiliki

ukuran tubuh kecil sampai besar dan tipe mulut pada larva adalah penggigit

sedangkan pada dewasa penghisap (Hadi dkk., 2009).

Kupu-kupu memiliki pola warna yang indah dan menjadikan kupu-kupu

bernilai tinggi, sehingga banyak orang yang tertarik dan berusaha menangkap kupu-

kupu dari alam baik untuk penelitian, koleksi pribadi, maupun untuk diperdagangkan.

Perdagangan kupu-kupu dilakukan di dalam negeri hingga ke dunia internasional

(National Research Council, USA, 1983). Kondisi tersebut dapat menimbulkan

Page 12: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

2

eksploitasi yang berlebihan dan tidak terkontrol. Selain itu, pembukaan lahan dan ahli

fungsi hutan untuk keperluan ekonomi dapat menyebabkan kupu-kupu kehilangan

habitatnya (Peggie, 2011). Apabila hal ini terus terjadi akan berakibat penyusutan

populasi dan menyebabkan kepunahan jenis kupu-kupu.

Salah satu jenis kupu-kupu yang dilindungi dan bernilai di Indonesia adalah

kupu-kupu raja helena (Troides helena). Secara undang-undang, jenis ini dilindungi

secara nasional oleh PP. No. 7 tahun 1999 dan internasional dalam Appendix II

CITES. Kupu-kupu raja helena ini merupakan salah satu jenis yang mendapatkan

permintaan pasar yang tinggi (Peggie, 2011). Nilai perdagangan awetan kupu-kupu di

dunia dapat mencapai US$ 100 per tahun. Seperti kasus yang terjadi di Irian Jaya,

harga awetan kupu-kupu jenis Onithoptera spp. dan Triodes spp. dapat mencapai

US$ 0,5-100 per spesimennya (Supriatna, 2008). Oleh karena itu kajian konservasi

yang berhubungan dengan jenis ini menjadi sangat penting untuk mencegah

kepunahannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penulisan karya

ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai aspek bioekologi beserta

strategi konservasi kupu-kupu raja helena dengan harapan dapat menjadi referensi

ilmiah untuk pelestariannya.

Page 13: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

3

BAB II

BIOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA

A. Morfologi

Kupu-kupu raja helena termasuk ke dalam suku Papilionidae dengan

karakteristik memiliki tubuh yang besar dengan pola warna yang indah (Noerdjito

dan Aswari, 2003), pada umumnya mempunyai sifat sexual dimorphic yaitu yaitu

terdapat perbedaan morfologi antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina dan

memiliki sifat polymorphic yaitu terdapat beberapa pola sayap pada kupu-kupu betina

(Peggie dan Amir, 2006), pada beberapa jenis kupu-kupu suku ini, terdapat sayap

belakang yang memanjang seperti ekor (Vane-Wright dan de Jong, 2003). Oleh

karena itu suku Papilionidae disebut juga sebagai kupu-kupu ekor burung walet atau

swallow tail (Borror dkk., 1996).

Menurut Fleming (1983) dan Nurjannnah (2010), secara umum, tubuh kupu-

kupu dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu caput (kepala), toraks (dada) dan abdomen

(perut) (Gambar 1). Kepala kupu-kupu berbentuk bulat kecil, terdapat sepasang

antena, sepasang mata dan alat mulut (Smart, 1976). Antena kupu-kupu berukuran

panjang, ramping dan terdiri dari segmen-segmen. Antena tersebut berfungsi sebagai

alat peraba, perasa , pengecap, pembau serta pendengar (Borror dkk., 1996). Kupu-

kupu mempunyai tipe alat mulut penghisap (proboscis). Proboscis tersebut bisa

digulung jika kupu-kupu tidak melakukan aktivitas makan (Scoble, 1992).

Page 14: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

Gambar 1. Morfologi

Kupu-kupu raja helena memiliki

2010; Pasaribu, 2012). Kupu

di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning

garis-garis hitam pada masing

depan berwarna abu

Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999)

serta apabila direntangkan dapat mencapai 9,8

belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap

(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999).

Pada kupu-kupu betina memiliki kepala

lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut

umumnya berwarna abu

depan berwarna abu-abu, coklat atau hitam

Gambar 1. Morfologi Kupu-Kupu (Nurjannah, 2010)

kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme (Gambar 2)

2010; Pasaribu, 2012). Kupu-kupu jantan memiliki kepala hitam dengan sisik merah

di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning

garis hitam pada masing-masing segmen dan sisi dalam berwarna kuning, sayap

depan berwarna abu-abu atau hitam dengan sedikit warna putih

Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999) dan memiliki panjang 6

abila direntangkan dapat mencapai 9,8-13,8 cm (Peggie, 2011). Pada

belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap

(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999).

kupu betina memiliki kepala hitam coklat dengan memiliki

lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut

umumnya berwarna abu-abu, coklat, atau kuning, yang ditutupi sisik hitam, sayap

abu, coklat atau hitam (Simbolon dan Iswari, 1990;

4

Kupu (Nurjannah, 2010).

seksual dimorfisme (Gambar 2) (Krafiani,

kupu jantan memiliki kepala hitam dengan sisik merah

di bagian belakang, dada berwarna hitam, perut berwarna kuning-putih yang tertutup

masing segmen dan sisi dalam berwarna kuning, sayap

abu atau hitam dengan sedikit warna putih (Simbolon dan

dan memiliki panjang 6-8,4 cm

(Peggie, 2011). Pada sayap

belakang berwarna kuning emas dan memiliki batas hitam pada tulang sayap

(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992; Sihombing, 1999).

hitam coklat dengan memiliki

lengkungan merah di sisi atas, dada berwarna coklat dan bersisik merah, perut

abu, coklat, atau kuning, yang ditutupi sisik hitam, sayap

(Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk.,

Page 15: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

1992; Sihombing, 1999)

dapat mencapai 11-15 cm

kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik

putih (Simbolon dan Iswari, 1990;

Gambar 2. Seksual D(B) Serta Ciri Pembedanya :Tujuh Vena Lurus, (3) Bercak Hitam Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak Terlalu Besar (Peggie, 2011)

B. Klasifikasi

Kupu-kupu raja

dideskripsikan oleh Linnaeus pada tahun 1758

kupu-kupu raja helena menurut

berikut :

1992; Sihombing, 1999) yang memiliki panjang 7,3-9,5 cm dan apabila direntangkan

15 cm (Peggie, 2011), sayap belakang ditandai dengan warna

kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik

utih (Simbolon dan Iswari, 1990; Sutedja dkk., 1992).

Dimorfisme Pada Kupu-Kupu Raja Helena Betina (A) dan Jantan embedanya : (1) Hitam Tanpa Gurat Pada Tepi Sayap

ena Lurus, (3) Bercak Hitam yang Masuk ke Dalam Hanya Sedikit, (4) Tidak Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak

(Peggie, 2011).

aja helena atau dikenal juga dengan nama

oleh Linnaeus pada tahun 1758 (Collins dan Morris, 1985)

kupu raja helena menurut Tsukada dan Nishiyama (1982)

5

9,5 cm dan apabila direntangkan

sayap belakang ditandai dengan warna

kuning keemasan dan hitam pada bagian tepi serta terdapat bintik-bintik hitam dan

Betina (A) dan Jantan Hitam Tanpa Gurat Pada Tepi Sayap, (2) Memiliki

e Dalam Hanya Sedikit, (4) Tidak Ada Bercak Kuning, (5) Basal Area Sisik Hitam, (6) Deretan Bercak Hitam Tidak

atau dikenal juga dengan nama Common Birdwing

(Collins dan Morris, 1985). Klsifikasi

1982) adalah sebagai

Page 16: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Subkelas : Pterygota

Bangsa : Lepidoptera

Suku : Papilionidae

Marga : Troides

Jenis : Troides helena

C. Siklus Hidup

Kupu-kupu mengalami

hidupnya terdapat empat tahapan fase, yaitu

(Gambar 3) (Borror et al, 199

bertelur (Mardiana, 200

sepanjang hidupnya (

Gambar 3. Siklus Hidup Kupu

: Arthropoda

: Insekta

: Pterygota

Lepidoptera

: Papilionidae

: Troides

Troides helena (Linneaus, 1758)

Siklus Hidup

kupu mengalami metamorfosis sempurna, dimana dalam siklus

hidupnya terdapat empat tahapan fase, yaitu fase telur, larva, pupa

or et al, 1996). Kupu-kupu betina setelah melakukan kopulasi akan

Mardiana, 2002) dan dapat menghasilkan telur lebih kurang 100 butir

(Fitzgerald, 1999).

Gambar 3. Siklus Hidup Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201

6

metamorfosis sempurna, dimana dalam siklus

telur, larva, pupa dan dewasa

betina setelah melakukan kopulasi akan

lebih kurang 100 butir

Butterfly Circle Cheeklist, 2013).

Page 17: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

Telur kupu-kupu raja

berwarna orange yang berfungsi sebagai pere

Telur-telur tersebut kemudian

kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (

2000).

Gambar 4. Telur Kupu

Saat telur menetas menjadi ulat (larva)

memakan kulit telurnya

memperoleh makan dari tanaman inangnya

Dalam fase ini, larva akan mengala

mengantisipasi kulit yang tidak elastis

Gambar 5. Larva

Fase selanjutnya adalah pupa

tidak ada aktivitas fisik (Sihombing, 1999).

kupu raja helena berwarna putih, bulat licin dan dilapisi

nge yang berfungsi sebagai perekat (Gambar 4)

kemudian diletakkan pada daun atau tangkai

kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (

Gambar 4. Telur Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201

menetas menjadi ulat (larva) (Gambar 5), larva tersebut akan

memakan kulit telurnya sendiri (Departemen Kehutanan, 1996) dan langsung

memperoleh makan dari tanaman inangnya untuk di makan (Opler dan Strawn, 2000).

Dalam fase ini, larva akan mengalami pergantian kulit, hal ini dikarenakan

sipasi kulit yang tidak elastis (Pasaribu, 2012).

Larva Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201

Fase selanjutnya adalah pupa (Gambar 6), dimana masa ini merupakan masa

tidak ada aktivitas fisik (Sihombing, 1999). Menurut Carey-Huges dan Pickford

7

dilapisi oleh cairan

(Gambar 4) (Mardiana, 2002).

daun atau tangkai daun oleh kupu-

kupu betina agar telur yang menetas dapat langsung memakannya (Opler dan Strawn,

Butterfly Circle Cheeklist, 2013).

larva tersebut akan

1996) dan langsung

(Opler dan Strawn, 2000).

al ini dikarenakan

Butterfly Circle Cheeklist, 2013).

dimana masa ini merupakan masa

Huges dan Pickford

Page 18: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

(1977), pupa kupu-kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis

apabila terganggu. Fase ini diakhiri dengan kupu

kupu tersebut keluar da

2012).

Gambar 6. Pupa

Sayap kupu-kupu

menetas dari pupanya.

mengalir ke vena sayap, sehingga sayap kupu

berkembang sempurna, kupu

(Pallister, 1986). Kupu

jam setelah menjadi imago, sedangkan kupu

perkawinan setelah satu atau dua hari

Faktor-faktor yang mempengaruhi

helana yaitu faktor abiotik

kelembaban, curah hujan dan cahaya

kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis

Fase ini diakhiri dengan kupu-kupu dewasa (imago) dimana kupu

kupu tersebut keluar dari pupa dengan cara membuka bagian atas

Kupu-Kupu Raja Helena (Butterfly Circle Cheeklist, 201

kupu masih lemah dengan tubuh yang menggelembung ketika

menetas dari pupanya. Tubuh kupu-kupu akan mengempis, setelah cairan tersebut

mengalir ke vena sayap, sehingga sayap kupu-kupu dapat membentang. Setelah sayap

berkembang sempurna, kupu-kupu siap terbang dan dapat melakukan

u-kupu betina dapat langsung dikawini oleh pejantan sekitar dua

enjadi imago, sedangkan kupu-kupu jantan baru dapat melakukan

perkawinan setelah satu atau dua hari setelah menetas dari pupa (Sihombing, 1999).

faktor yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu

yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik

rah hujan dan cahaya matahari (Rizal, 2007).

8

kupu raja helena akan bergerak dan mengeluarkan bunyi desis

kupu dewasa (imago) dimana kupu-

ian atas pupa (Pasaribu,

Butterfly Circle Cheeklist, 2013).

menggelembung ketika

empis, setelah cairan tersebut

kupu dapat membentang. Setelah sayap

kupu siap terbang dan dapat melakukan atifitasnya

kupu betina dapat langsung dikawini oleh pejantan sekitar dua

kupu jantan baru dapat melakukan

(Sihombing, 1999).

keberhasilan siklus hidup kupu-kupu raja

. Faktor abiotik meliputi suhu,

(Rizal, 2007). Menurut Romoser

Page 19: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

9

(1973), suhu tubuh kupu-kupu sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu juga

mempengaruhi kelembaban, curah hujan dan cahaya matahari pada suatu habitat. Jika

suhu suatu habitat tinggi, maka kelembaban, curah hujan pada habitat tersebut rendah

dan cahaya matahari pada habitat tersebut tinggi. Suhu yang ideal bagi kupu-kupu

adalah 15°C-45°C (Jumar, 2000), kelembaban ideal berkisar 84-92% (Borror dkk.,

1996) dan curah hujan yang ideal berkisar 2.000-4.000 mm/tahun (Handayani, 2012).

Kupu-kupu membutuhkan cahaya matahari yang optimum untuk berjemur dan

menghangatkan tubuhnya. Jika suhu tubuh kupu-kupu sudah meningkat maka kupu-

kupu akan mencari tempat berteduh (Sihombing , 1999). Suatu habitat bila mengalami

kondisi yang tidak sesuai dengan kebutuhan kupu-kupu, maka kupu-kupu tersebut

akan mengalami kematian.

Faktor biotik yang mempengaruhi keberhasilan siklus hidup kupu-kupu raja

helena seperti penyakit, parasitoid, predator dan pakan (Rizal, 2007). Menurut

Syahputra (2011), penyakit yang sering dijumpai pada kehidupan kupu-kupu adalah

infeksi jamur dan virus. Penyakit ini sering menyerang pada fase larva dan pupa yang

menyebabkan larva atau pupa menghitam dan membusuk. Parasitoid dapat

menyerang pada fase telur, larva dan pupa yang dapat menyebabkan kematian

(Ruslan, 2012).

Setiap fase kehidupan kupu-kupu memiliki predator yang berbeda. Menurut

Syaputra (2011), pada fase telur, predator yang sering dijumpai adalah semut, pada

fase larva predator yang sering dijumpai adalah kumbang, belalang, kadal dan pada

fase pupa predator yang sering ditemui adalah kadal dan tikus (Syaputra, 2011).

Page 20: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

Menurut Hoi-Sen (1983), kadal, burung, semut, laba

predator pada fase kupu

Gambar 7. Pemangsaan

Selain itu, faktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan

Pakan dalam kehidupan kupu

tersebut menjadi sumber energi bagi larva dan kupu

memenuhi energinya, pakan digun

biak (Clark dkk., 1996)

Sen (1983), kadal, burung, semut, laba-laba dan bunglon merupakan

predator pada fase kupu-kupu dewasa (Gambar 7).

Gambar 7. Pemangsaan Kupu-Kupu Raja Helena Oleh Laba-Laba

aktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan

Pakan dalam kehidupan kupu-kupu memiliki peran yang penting, karena pakan

tersebut menjadi sumber energi bagi larva dan kupu-kupu. Selain

memenuhi energinya, pakan digunakan sebagai tempat berlindung dan berkembang

biak (Clark dkk., 1996).

10

laba dan bunglon merupakan

aba (Nurjannah, 2010).

aktor pakan juga mempengaruhi keberhasilan hidup kupu-kupu.

kupu memiliki peran yang penting, karena pakan

. Selain digunakan untuk

kan sebagai tempat berlindung dan berkembang

Page 21: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

EKOLOGI KUPU

A. Makanan

Kupu-kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan

hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme

mengkonsumsi nektar bunga (

dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku d

morfologi (Sihombing, 1999).

tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan).

tanaman yang digunakan sebagai tanaman

tanaman Aristolochia foveolata

2002).

Gambar 8. Pakan Larva Kupu dan (B) Aristolochia foveolata

Menurut hasil

Kupu-Kupu Taman Mini Indonesia Indah

BAB III

EKOLOGI KUPU-KUPU RAJA HELENA

kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan

hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme bersama tumbuhan

mengkonsumsi nektar bunga (Borror dkk., 1996). Tipe dan jumlah makanan yang

dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku d

morfologi (Sihombing, 1999). Menurut Ross dkk. (1992), kupu

tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan).

tanaman yang digunakan sebagai tanaman inang yang paling banyak digunakan, yaitu

Aristolochia foveolata dan Aristolochia tagala (Gambar

Pakan Larva Kupu-Kupu Raja Helena (A) Aristolochia Aristolochia foveolata (Pasaribu, 2012).

hasil penelitian Krafiani (2010), kupu-kupu raja helena

Kupu Taman Mini Indonesia Indah menyukai 9 tanaman berbunga yang

A

11

KUPU RAJA HELENA

kupu raja helena membutuhkan nutrisi untuk dapat melangsungkan

bersama tumbuhan dengan cara

). Tipe dan jumlah makanan yang

dikonsumsi mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, perilaku dan

(1992), kupu-kupu jenis ini

tergolong satwa herbivora atau fitofagus (pemakan tumbuhan). Salah satu jenis

inang yang paling banyak digunakan, yaitu

(Gambar 8) (Salmah dkk.,

Aristolochia tagala

kupu raja helena di Taman

tanaman berbunga yang

B

Page 22: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

12

digunakan sebagai pakan. Jenis tanaman berbunga itu anatara lain krosandra

(Crossandra infundibuliformis), tunbergia (Thunbergia laurifolia), melati (Jasminum

sambac), jati emas (Cordia subcordata), kembang merak (Caesalpinia pulcherrima),

kaca piring (Gardenia jasminoides), soka (Ixora paludosa), nona makan sirih

(Clerodendrum thomsoniae) dan pagoda (Clerodendrum paniculatum).

Selain itu, kupu-kupu raja helena juga menghisap air kubangan, kotoran dan

bangkai hewan untuk mendapatkan nutrisi dan mineral seperti sodium klorida dan

larutan yang kaya nitrogen. Nutrisi ini digunakan untuk aktivitas sehari-hari atau

aktivitas khusus seperti kawin. Kupu-kupu jantan biasanya membutuhkan mineral

garam dan asam amino pada saat melakukan perkawinan (Sihombing, 1999; Krafiani,

2010).

B. Distribusi dan Habitat

Secara umum, kupu-kupu mampu hidup pada ketinggian 0-2.000 mdpl

(Mattimu dkk, 1977) dan secara spesifik, kupu-kupu raja helena dapat hidup pada

ketinggian 0-1.000 m dpl (Peggie, 2011). Kupu-kupu menyukai tempat-tempat yang

bersih, sejuk, tidak terpolusi (Odum, 1993 ; Amir dkk., 2003). Kupu-kupu raja

helena tersebar di Benua Asia meliputi Nepal, Kamboja, Cina, India, Brunei, Laos,

Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam dan Indonesia (Tsukada dan

Nishiyama, 1982). Distribusi di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa

Tenggara Barat, dan Kalimantan (The Global Butterfly Information System, 2012).

Menurut Peggie (2011), Indonesia memiliki 19 sub jenis yaitu (Tabel 1) :

Page 23: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

13

Tabel 1. Persebaran Kupu-Kupu Raja Helena di Indonesia

No. Jenis Lokasi

1 Troides helena typhaon Sumatera Barat dan Sumatera Utara

2 Troides helena demeter Pulau We, Aceh

3 Troides helena hypnos Simeulue

4 Troides helena hermes Pulau Banyak

5 Troides helena isara Nias

6 Troides helena nereis Enggano

7 Troides helena bunguranensis Natuna Besar

8 Troides helena venus Pulau Subi, Natuna

9 Troides helena rayae Belitung

10 Troides helena dempoensis Sumatera Selatan

11 Troides helena sugimotoi Karimata

12 Troides helena orientis Kalimantan

13 Troides helena Helena Jawa dan Bali

14 Troides helena nereides Bawean

15 Troides helena antileuca Kangean

16 Troides helena sagittatus Lombok

17 Troides helena hahneli Komodo

18 Troides helena propinquus Sumbawa

19 Troides helena hephaestus Sulawesi Menurut Panjaitan (2011), habitat merupakan komponen yang penting bagi

kelangsungan hidupnya. Keberadaan dan kondisi vegetasi digunakan oleh kupu-kupu

sebagai sumber pakan, berkembang biak dan sebagai tempat berlindung. Kupu-kupu

menyukai tempat yang terbuka atau tempat yang memiliki tutupan kanopi yang tidak

rapat. Hal tersebut merupakan adaptasi perilaku kupu-kupu yang selalu membutuhkan

Page 24: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

14

sinar matahari untuk berjemur. Apabila kondisinya tidak sesuai dengan kebutuhan

hidupnya, kupu-kupu akan melakukan perpindahan untuk mencari tempat baru yang

lebih baik untuk melangsungkan hidupnya (Whalley, 1992; Clark dkk., 1996).

Menurut Whalley (1992), kupu-kupu sangat tergantung dengan adanya tumbuhan dan

rentan terhadap perubahan lingkungan. Apabila terjadi perubahan yang drastis

terhadap kondisi lingkungannya, beberpa jenis kupu-kupu akan mengalami

kepunahan (Borror dkk., 1996).

C. Peran Dalam Ekosistem

Kupu-kupu raja helena memiliki fungsi yang cukup penting baik secara

ekologis maupun ekonomis. Fungsi kupu-kupu secara ekologis antara lain sebagai

penyerbuk tanaman (Sembel, 1993), bioindikator lingkungan yang bersih dan tidak

tercemar (Depatemen Kehutanan, 2008) dan sebagai plasma nutfah kekayaan jenis

kupu-kupu di Indonesia (Peggie, 2011). Jenis ini memiliki warna yang menarik dan

ukuran yang relatif besar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri (Peggie, 2011).

Secara ekologi, populasi kupu-kupu yang tidak terkontrol dapat potensi

sebagai hama, misalnya pada stadia larva dari kupu-kupu dari suku Danaidae,

Amanthusidae, Nymphalidae, Papilionideae, Pieridae dan Hesperidae. Larva-larva

tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian dan tanaman hias

(Salmah, 1994). Apabila populasi larva tersebut terus meningkat tanpa adanya

predator alaminya, maka ia dapat menjadi hama potensial (Tresnawati, 2010).

Secara ekonomis, kupu-kupu dapat digunakan sebagai bahan makanan,

koleksi (Sihombing, 1999), perdagangan (Peggie, 2011), objek wisata dan objek studi

Page 25: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

15

untuk masyarakat umum (Panjaitan, 2011) karena kupu-kupu memiliki warna yang

indah, menarik dan memiliki nilai estetika (National Research Council, USA, 1983 ;

Peggie, 2011).

Page 26: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

16

BAB IV

STRATEGI KONSERVASI KUPU-KUPU RAJA HELENA

A. Ancaman

Berkurangnya suatu habitat, dapat menurunkan populasi kupu-kupu raja

helena, dimana penurunan habitat dapat menyebabkan melemahnya kemampuan

hidup dengan rusaknya tanaman inang (Mac Kinnon, 1992). Rusaknya tanaman inang

terjadi karena adanya aktivitas manusia dalam mengkonversi habitat alami (Rizal,

2007). Menurut McKee dkk., (2003), manusia banyak melakukan konversi habitat

alami untuk dijadikan lahan pertanian maupun tempat tinggal. Tingginya populasi

manusia, menyebabkan sumber kebutuhan terus meningkat, sehingga pemanfaatan

sumber daya alam tidak bisa dihindarkan. Jika pemakaian sumber daya alam secara

berlebih dapat mempengaruhi keanekaragam hayati (Indrawan dkk., 2007), salah

satunya adalah kupu-kupu.

Selain terjadinya penurunan habitat, ancaman yang dapat menurunkan

populasi kupu-kupu adalah perburuan dan perdagangan. Menurut Soehartono dan

Mardiastuti (2003), pada tahun 1992-1999 kupu-kupu raja helena merupakan salah

satu kupu-kupu yang banyak diminati pada pasar perdagangan internasional. Kupu-

kupu raja helena diekspor sebanyak 23.895 ekor pada tahun 1985-2005 (Simbolon

dan Iswari, 1990). Permintaan pasar yang terus meningkat, menyebabkan perburuan

terhadap kupu-kupu sangat tinggi, khususnya kupu-kupu raja helena (Noerdjito dan

Aswari, 2003).

Page 27: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

17

Untuk mencegah kepunahan, pemantauan populasi kupu-kupu perlu

dilakukan. Hal ini dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam

Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999, menyebutkan bahwa Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) ditetapkan sebagai otoritas keilmuwan. LIPI memiliki

kewenangan untuk memonitor izin perdagangan, realisasi perdagangan serta

memberikan rekomendasi kepada otoritas pengelola tentang pembatasan pemberian

izin perdagangan satwa liar maupun tumbuhan (Noerdjito dan Aswari, 2003).

B. Strategi Konservasi

Konservasi merupakan upaya multi disiplin yang dilakukan untuk

menghadapi berbagai tantangan demi melindungi jenis dan ekosistem. Pada

prinsipnya, upaya tersebut dilakukan dengan melindungi keanekaragaman jenis dan

komunitas biologi, mencegah dan menghambat kepunahan jenis, memelihara

kompleksitas ekologi, menjaga keberlanjutan proses evolusi dan memanfaatkan

potensi secara berkelanjutan (Indrawan, dkk. 2007). Berdasarkan perumusan konsep

tentang konservasi, menurut Supriatna (2008), upaya tersebut dampak dilakukan

dengan pendekatan yang menyeluruh dengan prinisp Save (perlindungan), Study

(penelitian) and Use (pemanfaatan).

Menurut Supriatna (2008), upaya perlindungan dapat berupa legalisasi atau

perlindungan secara hukum baik dalam skala regional maupun internasional. Upaya

penelitian dapat meliputi penelitian keanekaragamana hayati, habitat, komunitas,

potensi ekowisata dan lain sebagainya. Sedangkan, upaya pemanfaatan dapat

Page 28: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

18

dilakukan dengan ekowisata, fungsi ekosistem, dan komoditas perdagangan yang

dieksploitasi secara terbatas dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Perlindungan (Save)

Perlidungan kupu-kupu dapat dilakukan di habitat aslinya (in-situ) dan di luar

habitat asilnya (ex-situ). Perlindungan in-situ biasanya dilakukan di kawasan

konservasi baik itu Taman Nasional, Cagar Alam atau yang sejenis sedangkan

perlidungan ex-situ biasanya dilakukan di taman kupu-kupu buatan atau laboratorium

penelitian (Indrawan dkk., 2007; Supriatna, 2008). Pelestarian secara in-situ dan ex-

situ merupakan strategi yang saling melengkapi. Individu kupu-kupu raja helena

yang berasal dari ex-situ secara bertahap bisa dilepas ke alamnya untuk mendukung

upaya in-situ. Pelestarian ex-situ yang terus berkembang, akan membantu dalam

pengendalian perburuan di alam dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai upaya konservasi (Indrawan dkk., 2007).

Bentuk dan warna kupu-kupu raja helena yang indah, membuat jenis ini

banyak diminati oleh para kolektor sehingga perlu dilakukan perlindungan untuk

konservasi. Menurut Supriatna (2008), jenis ini memiliki angka perdagangan

internasional yang paling tinggi, periode 1985-2005, Indonesia mengekspor sebanyak

23.895 ekor. Permintaan yang tinggi, membuat CITES (Convention on International

Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) mengkategorikan jenis ini

masuk dalam Appendiks II, dimana kupu-kupu raja helena walaupun tidak masuk

jenis yang terancam punah berdasarkan daftar merah (redlist) IUCN, namun dapat

terancam punah apabila perdagangannya terus berlangsung tanpa ada regulasi yang

Page 29: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

19

jelas dan tegas (Supriatna, 2008). Hal tersebut diperkuat dengan masukanya jenis ini

dalam daftar tumbuhan dan satwa dilindungi pada Peraturan Pemerintah. No. 7 Tahun

1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Krafiani, 2010).

2. Penelitian (Study)

Keindahan morfologis dan fungsi yang penting dalam ekosistem menjadikan

kupu-kupu juga menarik ilmuan untuk meneliti. Penelitian tentang kupu-kupu

menjadi sesuatu yang menarik, karena masih banyak jenis yang belum terungkap di

Indonesia. Jenis kupu-kupu raja helena tersendiri saat ini sudah diteliti mengenai :

biodiversitasnnya, morfologi, siklus hidup dan perilakunya (Krafiani, 2010; Pasaribu,

2012). Selain itu, terdapat buku panduan kupu-kupu Indonesia yang dilindungi, di

dalamnya terdapat jenis termasuk kupu-kupu raja helena (Pegie, 2011). Penelitian

kupu-kupu jenis ini dapat melindungi keberadaannya dengan mengetahui populasi

dan trend populasinya, sehingga dengan memadukan dengan analisis

keterancamannya, dapat diketahui upaya mitigasi untuk mencegah hal tersebut.

Selain bidang tersebut, masih banyak potensi penelitian yang masih terbuka,

antara lain keanekaragaman berbasis genetik, keanekaragaman ekosistem, ekologi

dan dampaknya terhadap perubahan iklim, biokonservasi, manajemen pengelolaan

konservasinya, analisis fragmentasi habitat, ancaman jenis eksotik dan lain

sebagainya (Supriatna, 2008).

3. Pemanfaatan (Use)

Pemanfaatan dalam hal ini dimaksudkan untuk mengambil manfaat setelah

kedua prinsip save dan study sudah dilakukan, sehingga dapat dipertanggung

Page 30: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

20

jawabkan ukuran pemanfaatannya (Indrawan, dkk., 2007). Menurut Nurjannah

(2010), potensi yang dimiliki jenis kupu-kupu raja helena menjadikannya sebagai

salah satu penyumbang devisa bagi sub-sektor kehutanan Indonesia dan kupu-kupu

raja helena menjadi salah satu daya tarik di Taman Nasional Bantimurung dan diakui

secara internasional sejak masa Alfred Russul Wallace (Sumah, 2012).

Ketiga prinsip diatas dapat menghasilkan output yang saling terkait berupa

pemanfaatan berkelanjutan, perlindungan yang menguntungkan banyak pihak,

penerapan etnobiologi, pemanenan satwa liar dalam batas tertentu dan lain

sebagainya (Supriatna, 2008).

C. Studi Kasus Upaya Konservasi di TN. Bantimurung-Bulung Saraung

Pelestarian kupu-kupu di TN. Bantimurung-Bulung Saraung merupakan

contoh konservasi dalam habitat aslinya (in-situ). Menurut Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, taman

nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli

yang dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan Taman Nasional

Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) terletak di Provinsi Sulawesi Selatan dengan

luas ± 43.750 ha. Secara administratif kawasan ini, terletak di Kabupaten Maros dan

Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan

Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18

Oktober 2004 (Sumah, 2012).

Page 31: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

21

Menurut Sumah (2012), TN Babul merupakan salah satu taman nasional

yang terkenal dengan keragaman kupu-kupu, sehingga taman nasional ini dijuluki

sebagai Kingdom of Butterflies. Taman nasional ini merupakan habitat bagi jenis

kupu-kupu yang langka dan endemik, di antaranya adalah Graphium androcles,

Papilio blumei, Troides helena dan lain sebagainya.

Keragaman kupu-kupu yang tinggi di kawasan ini telah banyak

dilaporkan. Alfred Russel Wallace pada tahun 1890 bahwa terdapat 256 jenis kupu-

kupu dalam kawasan Bantimurung (Departemen Kehutanan, 2008). Mattimu dkk.,

(1987) juga melaporkan terdapat 103 jenis kupu-kupu yang ditemukan di hutan

wisata Bantimurung. Noerdjito dan Amir (1992) menemukan 64 jenis kupu-

kupu di sekitar kawasan taman nasional. Departemen Kehutanan, (2008)

melaporkan sebanyak 82 jenis kupu-kupu di sekitar kawasan TN Babul.

Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu di TN Babul sangat

tinggi. Tekanan ini berupa perubahan ekologi pada habitat akibat pembangunan,

jumlah pengunjung yang meningkat, dan penangkapan yang berlebihan untuk

kepentingan koleksi pribadi maupun komoditas perdagangan. Dalam prakteknya,

penerapan prinsip perlindungan masih lebih rendah dibandingkan pemanfaatan. Hal

tersebut terlihat pada banyaknya tekanan terhadap populasinya (Sumah, 2012).

D. Studi Kasus Upaya Konservasi di Taman Kupu-Kupu Taman Mini

Indonesia Indah

Pelestarian kupu-kupu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan

contoh konservasi di luar habitat aslinya (ex-situ). Manifestasi konsep Miniatur

Page 32: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

22

Indonesia di TMII juga meliputi aspek biodiversitas. Perhimpunan Kebun Binatang

seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) membuat

inisiatif untuk membuat museum serangga. Pada bulan Maret 1992, museum

serangga mulai dibangun dan pada tanggal 18 Apil 1993 sudah diresmikan. Tujuan

dari pembuatannya adalah untuk mengenalkan keanekaragaman serangga, sehingga

dapat merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensi

alamnya (Krafiani, 2010).

Pada tahun 1998, atas bantun Yayasan Sarana Wana Jaya, di dalam museum

serangga dibangun taman kupu-kupu, laboratorium, kandang penangkaran dan

kandang pupa sehingga diubah namanya menjadi museum serangga dan taman kupu.

Kawasan ini memiliki luas 500m2 dengan kondisi fisik kawasan, dibuat sedemikian

rupa menyerupai habitat alami kupu-kupu. Untuk kebutuhan air, berasal dari sumur

bor dengan pompa air dan terdapat dua air terjun buatan serta kolam air. Secara

klimatologi pada tahun 1999, curah hujan rata-rata 162,5 mm (Krafiani, 2010).

Kondisi vegetasi kawasan ini, ditanami jenis tanaman berbunga yang

berfungsi sebagai pakan larva dan kupu-kupu, tanaman hias, tempat berlindung dan

tempat beristirahat. Seperti, sirsak (Annona muricata), jeruk nipis (Citrus

aurantifolia), kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), soka (Ixora paludosa), nona

makan sirih (Clerodendrum thomsonae), pagoda (Clerodendrum paniculatum),

beringin (Ficus benjamina), pisan-pisangan (Heliconia sp.), belimbing wuluh

(Averrhoa blimbi), jarak pagar (Jatropa curcas), bunga kupu-kupu (Bauhinia

purpurea), jambu biji (Psidium guajava), dan lain-lain. Selain itu, terdapat beberapa

Page 33: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

23

hewan seperti kijang, jelarang, kancil, burung merak dan lain-lain. Pengelolaan

kawasan ini, dilakukan dalam bentuk ekowisata dalam penangkaran dan penelitian.

Kupu-kupu di kawasan ini bersal dari pupa yang dibeli dari PT. Ikas Amboina

di Bali seperti jenis Troides helena dan berbagai jenis lainnya (Krafiani, 2010). Pada

lokasi ini, terdapat kandang penetasan pupa yag memperlihatkan cara peletakan pupa

yang akan ditetaskan. Kandang penetasan pupa dibangun secara permanen dan

terdapat beberapa kotak kaca yang menjadi tempat peragaan telur kupu-kupu.

Menurut Alikodra (2002), taman kupu-kupu yang baik adalah kawasan yang

memadukan komponen fisik maupun biotik yang merupakan suatu kesatuan dalam

penangkaran satwa liar. Seperti, keselarasan antara tumbuhan, keberadaan air,

pengaturan udara, suhu, kelembaban dan keberadaan predator sangat penting untuk

dipertimbangkan.

Menurut penelitian Krafiani (2010), jenis kupu-kupu helena dikawasan ini

secara baik memfaatkan jenis bunga pagoda (Clerodendrum pangiculatum) dan jati

emas (Cordia subcordata) sebagi tanaman pakan kupu-kupu dan paling banyak

digunakan. Di dalam aktifitas hariannya, jenis ini lebih banyak hinggap di pohon cabe

jawa (Piper retrofractum) dan tunbergia (Thunbergia lorifolia).

Page 34: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kupu-kupu raja helena memiliki seksual dimorfisme.

2. Kupu-kupu raja helena merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang

banyak dieksploitasi dalam perdagangan nasional dan internasional.

3. Kupu-kupu raja helena dilindungi oleh peraturan pemerintah no. 7 tahun

1999 dan termasuk dalam daftar Appendix II CITES.

4. Strategi konservasi kupu-kupu raja helena dapat dilakukan dengan Save

(perlindungan), Study (penelitian) dan Use (pemanfaatan).

B. Saran

1. Perlu kajian lebih lanjut tentang ekologi, konservasi kupu-kupu raja

helena dan upaya konservasinya, karena masih sedikit literatur yang

membahasa hal tersebut.

2. Perlu pengkajian lebih lanjut tentang status konservasi kupu-kupu raja

helena pada khususnya dan kupu-kupu secara umum.

Page 35: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

25

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.

Bogor. 2002.

Amir, M., W.A. Noerdjito,dan S. Kahono. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003.

Borror, D. J. , C. A.Triplehorn dan N.F. Johnson. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1996.

Butterfly Circle Cheeklist. Troides helena. http://www.butterflycircle.com/ checklist%20V2/CI/index.php/start-page/startpage. Januari, 2013.

Carey-Hughes, J. dan Pickford J. B. The Occurrence of Troides helena (Linn.) in Hongkong. JHKBRAS 16 : 301-304. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S.F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Clark L. R., Geigera P. W., Hughes R. D. dan Morris R. F. The Ecology of Insect Population in Theory Practice. The English Language Book Society and Chapmen and Hall. Canberra. 1996.

Collins, N. M. dan M. G. Morris. Threatened Swallowtail Butterflies of The World The IUCN Red Data Book. Switzerland : IUCN, Glad and Cambridge. 1985. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Departemen Kehutanan. Penangkaran Kupu-Kupu. Pusat Penyuluhan Kehutanan. Jakarta. 1996.

Departemen Kehutanan. Identifikasi dan Pemetaan Kupu-Kupu. Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos. Sulawesi Selatan. 2008.

Page 36: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

26

Departemen Kehutanan. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Periode 2008-2027. Direktorat Jenderal Perlindungan Konservasi dan Sumber Daya Alam. Kabupaten Maraos. Sulawesi Selatan. 2008.

Fitzgerald, E. Aktif Student Guide to Butterflies. Welcome to Butterfly Farm. University of New Hampshire with Aktif Bachelor’s Degee Instar Environmental Science. http://www.butterflyfarm.co.cr/.1999. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan Dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Fleming, W. A. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second Edition. Kuala Lumpur : Longeman. 1983. Dalam Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu-Kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae : Lepidoptera) dengan Pakan Daun Cempaka dan Daun Sirsak. E. Trenawati. Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Hadi, H. M., U. Tarwotjo dan R. Rahadian. Biologi Insekta Entomologi. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009.

Handayani, V. D., I. G. Sugiyanta dan Zulkarnain. Deskripsi Habitat Kupu-Kupu di Taman Kupu-Kupu Gita Persada Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. http://fkip.unila.ac.id/ojs/data/journals/10/articles/ desember 2012/VivaDesiHandayani_0813034051.pdf. 2012.

Hoi-Sen, Y. Malaysian Butterflies an Introduction. Tropical Press SDN. BHD. 1983.

Indrawan, M., R.B. Primack, dan J. Supriatna. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2007.

Jumar. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. 2000.

Krafiani, S. S. Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Mac Kinnon, K. Nature’s Treasure House The Wildlife of Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1992.

Page 37: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

27

Mardiana, A. Daur Hidup Kupu Raja Troides helena Linnaeus (Lepidoptera : Papilionidae) di Penangkaran Kupu Curug Cilember, Sukabumi. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2002. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Mattimu, A. A., H. Sugando dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar. 1977. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku Beberapa Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa daerah di Kabupaten Bogor. O. F. M. Simanjuntak. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000.

Mattimu, A. A., H. Sugondo dan H. Pabbitei. Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Kupu-Kupu di Bantimurung, Sulawesi Selatan. Proyek Penelitian Universitas Hasanuddin. Makassar. 1987.

McKee, J.K., P. W. Sciulli, C. D. Fooce dan T. A. Waite. Forecasting Global Biodiversity Threats Associated With Human Population Growth. Biological Conservation 115 : 161-164. 2003.

National Research Council,USA. Butterfly Farm in Papua New Guinea. Managing

Tropical Animal Resources. National Academy Press. Washinton DC. 1983. Dalam Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. M. Amir, W.A. Noerdjito dan S. Kahono. Bogor. BCP JICA : 123-140. 2003.

Noerdjito, W. A. dan M. Amir. Kekayaan Kupu-Kupu di Cagar Alam Bantimurung Sulawesi Selatan dan Sekitarnya. Prosiding Seminar Hasil Litbang SDH . 1992.

Noerdjito, W. A. dan P. Aswari. Metode Survei Dan Pemantauan Populasi Satwa. Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI. Cibinong. 2003.

Nurjannah, S. T. Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Odum, E. P. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 1993.

Page 38: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

28

Opler, P. Strawn, S. Children’s Butterfly Site. Midcontinent Ecological Science Center. http://www.mesc.usgs.gov/butterfly/butterfly-faq.html. 2000. Dalam Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. S. F. Pasaribu. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Pallister, J.C. Kupu-Kupu dan Ngengat. Di dalam : Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 6

Kehidupan Tumbuhan Kehidupan Hewan Edisi Bahasa Indonesia. Grolier Interbnational, Inc. 1986. Dalam Aktivitas Harian Kupu-Kupu Troides helena (Linn.) di Museum Serangga dan Taman Kupu Taman Mini Indonesia Indah. S.S. Krafiani. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Panjaitan, R. Komunitas Kupu-Kupu Super Famili Papilionoidea (Lepidoptera) di

Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2011.

Pasaribu, S. F. Studi Siklus Hidup dan Morfologi Kupu-Kupu Serta Konsumsi Pakan Larva Troides helena helena Linnaeus 1758. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Peggie, D. dan Amir, M. Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanical Garden. Pusat Penelitian Biologi, LIPI dan Nagao Natural Environment Foundation Japan. Bogor. 2006.

Peggie, D. Precious and Protected Indonesian Butterflies. PT Binamitra Megawarna. Jakarta. 2011.

Penang Butterfly Farm. http://www.butterfly-insect.com/yellow-birdwings/troides-helena-life-cycle.html. Januari, 2013.

Rizal,S. Populasi Kupu-Kupu di Kawasan Wisata Lubuk Minturun Sumatera Barat. Mandiri 9 : 170-184. 2007.

Romoser, W. S. The Science of Entomology. New York: Macmillan Publishing Co.,Inc. p 449. 1973. Dalam Biologi Troides helena helena dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis

Page 39: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

29

Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Ross, M. J. J. O’Brien dan L. Flynn. Ecological Site Classification of Florida Keys Terrestrial Habitat. Biotropica : 488-502. 1992.

Ruslan, Hasni. Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Tesis Progam Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Salmah, S. Kupu-Kupu di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Anai. Sumatra Nature Study Center. Padang. 1994.

Salmah, S., I. Abbas dan Dahlemi. Kupu-Kupu Papilionidae di Taman Nasional Kerinci Seblat. Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. Jambi. 2002.

Scoble, M.J. The Lepidoptera Form, Function, and Diversity. The Natural History Museum in Association with Oxford University Press. Oxford. 1992.

Sembel, D. T. A Scientific Approach to the Roles of Butterflies with Special Emphasis on Pests of Crops. The Paper Presented at International Butterfly Conference. Ujung Pandang. 1993.

Sihombing, D. T. H. Satwa Harapan I : Pengantar Ilmu dan Teknologi Budidaya Cacing Tanah, Bekicot, Keong Mas, Kupu-Kupu dan Ulat Sutra. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. 1999.

Simbolon, K. dan A. Iswari. Jenis Kupu-Kupu yang Dilindungi Undang-Undang di Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) Departemen Kehutanan RI. Jakarta. 1990.

Smart, P. The Illustrated Encyclopedia of Butterfly World in Colour. Paul Smart Pres. Stone. J. L. S. Keeping and Breeding Butterflies and Other Exotica. Blandford, London.1976. Dalam Kajian Produksi dan Tingkah Laku Beberapa Jenis Kupu-Kupu yang Terdapat di Beberapa Daerah di Kabupaten Bogor. O. F. M. Simanjuntak. Tesis Program Studi Biologi. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2000.

Soehartono, T. dan A. Mardiastuti. Pelaksanaan Konservasi CITES di Indonesia. Japan International Cooperation Agency (JICA). Jakarta. 2003.

Page 40: Bioekologi dan strategi konservasi troides helena

30

Sumah, A. S. W. Biodiversitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionidea (Lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tesis Progam Studi Bisains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2012.

Supriatna, J. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2008.

Sutedja, I. G. N. N., D. Pratiwi, Ruhiyat dan S. Wibowo. Mengenal Lebih Dekat Satwa yang Dilindungi Biota Laut, Kupu-Kupu dan Reptilia. Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta. 1992.

Syaputra, M. Pengelolaan Penangkaran Kupu-Kupu di PT Ikas Amboina dan Bali Butterfly Park Tabanan Bali. Skripsi Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2011.

The Global Butterfly Information System. Troides (Troides) helena (Linnaeus, 1758). Museum für Naturkunde Leibniz-Institut für Evolutions- und Biodiversitätsforschung, Germany. http:// http://www.globis.insects-online.de/species&v=475. Desember, 2012.

Tresnawati, E. Siklus Hidup dan Pertumbuhan Kupu-Kupu Graphium agamemnon L. dan Graphium doson C&R. (Papilionidae : Lepidoptera) dengan Pakan Daun Cempaka dan Daun Sirsak. Tesis Program Studi Biosains. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Tsukada E, Nishiyama Y. Butterflies of South East Asian Islands. Volume ke-1, Papilionidae. Japan: Plapac Co,Ltd. hlm 214-224. 1982. Dalam Biologi Troides helena helena Dan Troides helena hephaestus (Papilionidae) di Penangkaran. S.T. Nurjannah. Tesis Program Studi Biosains. Progam Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.

Vane-Wright, R. I. dan de Jong. The Butterflies of Sulawesi : Annotated Checklist for

A Critical Island Fauna. Zoo Verh Leiden 343:3/267. 2003.

Whalley. Kupu-Kupu dan Ngengat. PT. Saksama. Jakarta.1992.