biokonversi fix

24
BIOKONVERSI DARI INULIN UMBI DAHLIA (Dahlia pinnata Cav.) MENJADI FRUKTOSA SECARA HIDROLISIS ASAM Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Kapita Selekta Kimia yang diasuh oleh Dra. Anna Roosdiana, MAppSc Disusun Oleh: Devis Resita Dewi (0910920028) Herinda Sensustania (0910920044) JURUSAN KIMIA

Upload: devis-resita-dewi

Post on 09-Feb-2016

200 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biokonversi Fix

BIOKONVERSI DARI INULIN UMBI DAHLIA (Dahlia pinnata Cav.)

MENJADI FRUKTOSA SECARA HIDROLISIS ASAM

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Kapita Selekta Kimia yang diasuh oleh

Dra. Anna Roosdiana, MAppSc

Disusun Oleh:

Devis Resita Dewi (0910920028)

Herinda Sensustania (0910920044)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

Page 2: Biokonversi Fix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh rahmat dan

karuniaNyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anna Roosdiana selaku dosen pembimbing matakuliah

Kapita Selekta Kimia, yang telah membantu dalam membimbing dan memahami materi ini.

Bahan pemanis umumnya dibuat dari tebu, kelapa, atau aren, padahal bisa juga diperoleh

dari tanaman lain seeperti dari umbi dahlia. Dalam umbi dahlia terkandung polimer pemanis

alami inulin. Inulin adalah suatu zat yang dapat diolah lebih lanjut menjadi gula cair yang disebut

sirup fruktosa sebagai pengganti gula pasir. Makalah ini disusun karena penulis ingin membagi

pengetahuan tentang biokonversi inulin dari umbi dahlia menjadi fruktosa.

Makalah ini tentu tidak lepas dari kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran/kritik terhadap makalah ini. Penulis juga mengharapkan semoga

makalah ini dapat bermanfaat menambah pengetahuan pembaca dan masyarakat.

Malang, 23 September 2012

Penulis

Page 3: Biokonversi Fix

DAFTAR ISI

Kata pengantar i

Daftar isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biokonversi..........................................................................................................................6

2.2 Tanaman Dahlia...................................................................................................................6

2.3 Inulin....................................................................................................................................7

2.4 Inulase..................................................................................................................................9

2.5 D-Fruktosa...........................................................................................................................9

2.6 Hidrolisis Asam.................................................................................................................10

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Produksi Inulin dari Umbi Dahlia......................................................................................11

3.2 Proses Biokonversi dari Inulin Umbi Dahlia Menjadi Sirup Fruktosa secara Hidrolisis

Asam..................................................................................................................................11

3.3 Hasil Inulin Umbi Dahlia...................................................................................................13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………14

4.2 Saran……………………………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………15

Page 4: Biokonversi Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia banyak menggunakan gula sebagai pemanis,

baik dalam makanan maupun dalam minumannya. Umumnya, gula yang digunakan adalah

sukrosa yang berasal dari gula tebu atau gula aren. Sukrosa merupakan disakarisa yang terdiri

atas 2 molekul glukosa. Tingkat kemanisan glukosa lebih rendah jika dibandingkan dengan

fruktosa. Oleh karena itu, manusia berusaha melakukan konversi glukosa yang tingkat

kemanisannya 100 menjadi fruktosa yang tingkat kemanisannya 170.

Fruktosa ini dapat digunakan sebagai pemanis pengganti glukosa pada penderita

diabetes dan obesitas. Di samping itu, bagi kalangan industri yang menggunakan gula

sebagai bahan baku, produk ini sangat efisien dan memberikan banyak manfaat. Fruktosa

dapat diproduksi secara komersial dari inulin, suatu polisakarida yang ditemukan dalam umbi

dahlia (Dahlia pinnata Cav.), Jerusalem artichoke (He/ianthus tuberosus), dan tanaman

lainnya.

Inulin termasuk salah satu jenis karbohidrat dan tergolong dalam polisakarida dengan

komponen utama monomer berupa fruktosa. Inulin dapat diperoleh dari tanaman yang

termasuk kelompok famili Compositae dan Graminae dengan cara ekstraksi dari umbi atau

akar tanamannya.

Di Indonesia, tanaman dahlia dibudidayakan sebagai penghasil bunga potong,

sedangkan umbinya sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagai sumber inulin. Indonesia

sangat potensial sebagai penghasil inulin atau sirup fruktosa karena prospeknya sangat bagus.

Tumbuhan dahlia ini sangat mudah dibudidayakan, karena iklim Indonesia sangat cocok

untuk budidaya tanaman dahlia.

Produksi sirup fruktosa dari inulin umbi dahlia (Dahlia pinnata Cav.) merupakan satu

alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan gula nasional. Jika dibandingkan dengan

gula cair dari pati, maka gula cair dari inulin mempunyai beberapa kelebihan yaitu rendemen

mencapai 90-97 persen (dari pati maksimum 45 persen)dan singkat dalam proses

produksinya karena hanya memerlukan satu tahapan proses (dari pati memerlukan tiga

tahapan proses), dengan demikian dapat menekan biaya proses.

Page 5: Biokonversi Fix

Berdasarkan wacana diatas, maka akan lebih baik jika masyarakat juga dapat

mengetahui lebih dalam mengenai biokonversi inulin umbi dahlia menjadi fruktosa. Oleh

karena itu, pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai biokonversi inulin dari umbi

dahlia menjadi fruktosa.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :

1. Bagaimana cara memperoleh inulin dari umbi dahlia ?

2. Bagaimana proses biokonversi dari inulin umbi dahlia menjadi sirup fruktosa secara

hidrolisis asam ?

3. Bagaimana hasil inulin yang didapatkan dari umbi dahlia ?

1.3 Tujuan

Adapaun tujuan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui proses ekstraksi inulin dari umbi dahlia.

2. Mengetahui proses biokonversi dari inulin umbi dahlia menjadi sirup fruktosa secara

hidrolisis asam.

3. Mengetahui analisis hasil inulin yang didapat dari umbi dahlia.

Page 6: Biokonversi Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biokonversi

Biotransformasi, atau disebut juga sebagai biokonversi, adalah perubahan senyawa

organik untuk menjadi suatu produk melalui proses biologi atau menggunakan agen biologis,

seperti mikroorganisme atau enzim. Prinsip proses biotransformasi terdiri atas dua macam,

yaitu enzimatik atau menggunakan sel mikrob. Suatu mikrob dapat melakukan reaksi

biokonversi karena mikrob tersebut memiliki enzim yang dapat mengkonversi substratnya

menjadi produk. Umumnya proses ini tidak menghasilkan produk samping yang dapat

membahayakan (Supriasih, 2008).

Menurut Crueger & Crueger (1984), reaksi biokonversi memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan reaksi kimia biasa, yaitu spesifik terhadap substrat, spesifik terhadap

situs tertentu (regioselektif), memiliki kespesifikan stereo dan enansio (stereoselektif dan

enansioselektif), dan reaksi biokonversi tidak membutuhkan kondisi reaksi yang ekstrim.

2.2 Tanaman Dahlia (Dahlia pinnata Cav.)

Gambar 1. Bunga dahlia (Dahlia pinnata Cav.)

Dahlia merupakan tanaman bunga hias berupa tumbuhan tahunan yang tegak.

Tanaman ini berasal dari pegunungan Meksiko. Dahlia termasuk tanaman hias yang

terlambat dibudidayakan. Di Eropa budidaya dimulai tahun 1789, dari Royal Botanical

Garden di Madrid, Spanyol dan menyebar ke seluruh Eropa Barat.Walaupun

Page 7: Biokonversi Fix

perkembangannya sangat lambat, pada tahun 1841 sudah terdapat 1.200 varietas. Dahlia

didatangkan ke Jawa Barat dari negeri Belanda pada masa penjajahan di abad ke 19.

Klasifikasi botani tanaman dahlia adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Compositae

Genus : Dahlia

Spesies : Dahlia spp. L.

Tanaman Dahlia yang dibudidayakan terdiri atas Dahlia pohon yang tingginya bisa

mencapai beberapa meter dan berupa tanaman perdu (tanaman berkayu namun tetap rendah).

Bunga dahlia memiliki warna : putih, kuning, jingga, violet, merah, ungu atau campurannya.

Diameter bunga terkecil sekitar 5 cm sedangkan yang terbesar sekitar 30 cm. Spesies dahlia

yang ada saat ini adalah D. pinnata, D. variabilis, D. coccinea, D. juarezii.

Dahlia adalah tanaman berubi. Ubi dahlia mengandung hampir 70 prosen pati dalam

bentuk inulin. Inulin murni hasil ekstraksi dari ubi dahlia dimanfaatkan di bidang kedokteran.

Jika inulin difermentasi oleh enzim tertentu atau oleh jamur tanah, inulin akan berubah

menjadi fruktosa, suatu gula yang banyak digunakan dalam pengawetan makanan atau

pembuatan sirup. Karena itu, pemanfaatan inulin dari dahlia melalui biokonversi menjadi

gula fruktosa.

2.3 Inulin

Inulin merupakan suatu polisakarida yang terdapat pada berbagai tanaman yang

termasuk famili Compositae dan Graminae. Inulin tersebut ditemukan dalam umbi akar

dahlia, Jerusalem artichoke, chicory, dandelion, burdock, scorzonera dan cardon. Inulin ini

tersedia dalam tanaman tersebut sebagai cadangan karbohidrat.Nama inulin tampaknya

diambil dari nama tanaman genus inula (Alant) dari famili Compositae.

Inulin merupakan polimer dari unit-unit fruktosa (lihat gambar inulin). Inulin bersifat

larut di dalam air, tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, tetapi difermentasi

mikroflora kolon (usus besar). Oleh karena itu, inulin berfungsi sebagai prebiotik (Widowati,

2006).

Page 8: Biokonversi Fix

Prebiotik adalah komponen pangan yang berfungsi sebagai substrat mikroflora yang

menguntungkan di dalam usus. Komponen pangan yang mempunyai sifat prebiotik antara

lain inulin dan fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, dan laktulosa (Widowati, 2006).

Inulin terdapat pada umbi dahlia (Dahlia sp. L), umbi Jerusalem artichoke

(Helianthus tuberosus), chicory (Chicoryum intybus L), dandelion (Taraxacum offcinale

Weber), umbi yacon (Smallanthus sanchifolius), dan dalam jumlah kecil terdapat di dalam

bawang merah, bawang putih, asparagus, pisang, dan gandum (Widowati, 2006).

Beberapa tanaman menyimpan karbohidrat dalam bentuk inulin sebagai alternatif,

atau di samping, dengan pati. Inulin hadir dalam banyak sayuran dan buah-buahan, termasuk

bawang, daun bawang, bawang putih, pisang, asparagus, sawi putih, dan artichoke

Yerusalem. Inulin, disebut juga fruktan, adalah polimer yang terdiri dari unit-unit fruktosa

yang biasanya memiliki glukosa terminal. Oligofruktosa memiliki struktur yang sama seperti

inulin, tetapi rantai terdiri dari 10 atau lebih sedikit unit fruktosa. Oligofruktosa memiliki

sekitar 30 sampai 50 persen dari manisnya gula meja. Inulin kurang larut dari oligofruktosa

dan memiliki tekstur lembut dan mulus. Inulin dan oligofruktose yang nondigestible oleh

enzim usus manusia, tetapi mereka benar-benar difermentasi oleh mikroflora usus. Rantai

pendek asam lemak dan laktat yang dihasilkan oleh fermentasi berkontribusi 1,5 kkal per

gram inulin atau oligofruktosa. Inulin dan oligofruktose digunakan untuk menggantikan

lemak atau gula dan mengurangi kalori makanan seperti es krim, produk susu, dan permen

(Zamora, 2012).

Gambar 2. Stuktur kimia inulin

Page 9: Biokonversi Fix

2.4 Inulase

Inulinase sebenarnya adalah R-fruktosidase dan bekerja memotong satuan fruktosa

dari inulin pada posisi terminal 0-2,1. Enzim inulinase ini dapat digolongkan sebagai 2,l-8-D-

frukto-fruktanohidrolase (EC 3.2.1.7) (Vandamme dan Derycke, 1983).

Inulinase dengan aktivitas D-fruktosidase ditemukan dalam tanaman dan dalam

mikroba (kapang, khamir dan bakteri). Inulinase dapat diisolasi dari umbi tanaman Jerusalem

artichoke dan akar chicory dan dandelion. Inulinase yang berasal dari tanaman tidak

menunjukkan aktivitas degradasi sama sekali. Sebaliknya, beberapa inulinase dari mikroba

mempunyai aktivitas degradasi yang luar biasa. Inulinase dari kapang Steriqmatocytis niyra,

Aspergillus awamori, Penicillium sp., inulinase dari bakteri Lactobacillus plantarum dan dari

khamir Candida kefyr, C. salmanticensis, Kluyveromyces fraqillis, Debaromyces cantarelli

dan D. phaffii, semuanya menunjukkan aktivitas degradasi dan termasuk tipe 8-fruktosidase

(Vandamme dan Derycke, 1983).

Snyder dan Phaff (1962) menyatakan bahwa inulinase adalah enzim ekstraseluler

yang bekerja dengan aksi penyerangan rantai tunggal. Selanjutnya dikatakan juga bahwa

inulinase disebut sebagai grup enzim pemecah akhir, sehingga produk hasil hidrolisis

semuanya berbentuk monosakarida.

Sifat fungsional inulin sebagai serat makanan dapat larut (soluble dietary fiber)

sangat bermanfaat bagi pencernaan dan kesehatan tubuh (Sardesai, dalam Widowati,

2005). Secara fisik, inulin larut dalam air namun tidak dapat dicerna oleh enzim-emzim

dalam sistem pencernaan mamalia sehingga mencapai usus besar tanpa mengalami

perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin dapat mengalami fermentasi akibat

aktivitas mikroflora yang terdapat di usus besar, sehingga berimplikasi positif terhadap

kesehatan tubuh (Widowati, 2006).

2.5 D-Fruktosa

Ditinjau dari sudut kimia, fruktosa adalah monosakarida yanq mempunyai sebuah

struktur keto. Kristal fruktosa mempunyai konfiqurasi R-D-fruktopiranosa. Kristal fruktosa

ini bersifat anhidrida, dan ini merupakan satu-satunya bentuk kristal yanq diketahui. Lima

bentuk isomerik fruktosa telah diketahui yang dapat saling beralih bentuk dengan cara mutar

rotasi.

Page 10: Biokonversi Fix

Kerja inulinase terhadap inulin menghasilkan D-fruktosa. Barker (1976) menyatakan

bahwa fruktosa merupakan gula yang mempunyai nilai kemanisan tertinggi dibandingkan

gula-gula komersial lainnya. Bila kristal fruktosa dan sukrosa dibandingkan, maka fruktosa

1,7-2,0 kali lebih manis dibanding sukrosa. Dalam larutan, beberapa faktor mempengaruhi

intensitas kemanisan fruktosa, termasuk didalamnya konsentrasi gula, suhu dan pH.

Kemanisan akan turun bila konsentrasi, suhu dan keasaman meningkat.

Fruktosa merupakan gula yanq sangat higroskopis, karena sangat mudah menyerap

air dari udara. Larutan fruktosa paling stabil pada pH 3,3 dan kestabilan ini tidak tergantung

pada suhu dan konsentrasi. Fruktosa merupakan gula komersial yanq paling reaktif dalam

makanan.

Menurut Doty dan Vanninen (1979), gula fruktosa mempunyai tingkat kemanisan

1.5-2.0 kali tingkat kemanisan sukrosa. Dengan kelebihan ini, maka diharapkan fruktosa

dapat dijadikan sebagai bahan pemasok utama untuk industri di Indonesia.

Selain itu, fruktosa juga tidak menimbulkan rasa pahit seperti halnya pemanis buatan.

Dengan kemanisan yang tinggi ini, maka gula fruktosa akan sangat berguna bagi industri

yang membutuhkan pemanis sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk dengan mutu

baik dan bahan baku yang lebih hemat (Doty dan Vanninen, 1979).

2.6 Hidrolisis Asam

Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah molekul menjadi dua bagian dengan

penambahab molekul air (H2O) dengan tujuan untuk mengkonversi polisakarida menjadi

monomer-monomer sederhana. Umumnya hidrolisis terjadi ketika garam yang berasal dari asam

lemah atau basa lemah terlarut dalam air. Reaksi umumnya : AB + H2O → AH + BOH

Asam, basa maupun enzim dalam reaksi hidrolisis berperan sebagain katalis. Hidrolisis

secara kimiawi biasanya menggunakan asam dengan kelebihan bahan yang murah dan mudah

digunakan. Asam yang sering digunakan antara lain asam sulfat, asam klorida dan asam fosfat.

Hidrolisis asam merupakan proses dilakukan secara acak atau tidak spesifik. Pada

hidrolisis selulosa secara asam untuk menghasilkan gula akibat penguraian glukosa pada suasana

asam. Pada umumnya komponen yang terlarut yang terdapat pada hasil hidrolisis ini adalah asam

polisakarida dan asam-asam organik (Tsao et al., 1978).

Page 11: Biokonversi Fix

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Produksi Inulin dari Umbi Dahlia

Metode proses produksi tepung inulin yang dilakukan dengan beberapa modifikasi

terutama pada tahap pemisahan inulin basah dan tahap pemucatan terhadap inulinnya. Umbi

dahlia dibersihkan lalu diiris dan dihancurkan dalam waring blender hingga dihasilkan bubur

yang kemudian dipanaskan pada suhu 80-90ºC selama 30 menit dengan penambahan air , dan

disaring hingg diperoleh slurry (luluhan) I. Kemudian slurry tersebut dilakukan proses

presipitasi sehingga diperoleh inulin basah I.

Pemisahan inulin dari pelarut, menggunakan alat sentrifugasi agar lebih cepat proses

pengendapannya. Pemucatan dilakukan terhadap inulin basah 1 dengan arang aktif sebanyak

1% dan 2% (w/w), kemudian disaring, dipresipitasi kembali sehingga diperoleh inulin basah

II. Inulin ini selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 50-60ºC hingga diperoleh inulin

kering yang mudah ditepungkan. Produk tepung inulin ini kemudian dijadikan sebagai bahan

baku untuk pembuatan sirup fruktosa. Dalam umbi dahlia kering ini mengandung 51.5 – 82%

inulin.

Inulin khususnya FOS meningkatkan kualitas pangan, seperti susu instan, yoghurt, es

krim, dan biskuit bayi. Inulin dan FOS di dalam kolon (usus besar) akan difermentasi

menjadi asam lemak rantai pendek dan mikroflora yang menghasilkan asam laktat.

Asam laktat menghambat pertumbuhan bakteri merugikan, mencegah konstipasi

(sembelit), dan meningkatkan penyerapan kalsium untuk mencegah osteoporosis. Inulin dan

FOS seringkali dijadikan pangan fungsional (prebiotik) dan dapat meningkatkan kekebalan

tubuh. Selama ini, industri pangan, kimia dan farmasi Indonesia masih 100% melakukan

impor inulin dan FOS dari Eropa dan Amerika Serikat.

3.2 Proses Biokonversi dari Inulin Umbi Dahlia Menjadi Sirup Fruktosa Secara Hidrolisis Asam

Untuk memperoleh sirup fruktosa, inulin yang telah diperoleh umbi dahlia dilarutkan

masing-masing dalam asam (HCl, asam oksalat, asam trikloro asetat (TCA), dan asam

trifluoro asetat (TFA)) dengan konsentrasi yang ditetapkan (0,05 N; 0,01 N; dan 0,2 N).

Selanjutnya larutan tersebut dimasak dalam autoklaf pada suhu 121°C dengan waktu yang

Page 12: Biokonversi Fix

telah ditentukan (1,2,3, dan 4 jam). Hasil larutan selanjutnya dinetralkan dengan kalsium

oksida (CaO) 1,5 N, kemudian dipucatkan dengan arang aktif 1,5% (w/w), lalu disaring

sehingga diperoleh filtrat berupa sirup fruktosa. Diagram alir proses hidrolisis inulin menjadi

sirup fruktosa yaitu sebagai berikut :

Gambar : Diagram alir proses pembuatan sirup fruktosa

Sirup fruktosa merupakan alternatif bahan pemanis lain yang kebutuhannya semakin

lama semakin meningkat. Selain dari pati, sirup ini dapat juga diproduksi dari inulin yang

berasal dari umbi dahlia (Dahlia pinnata Cav.) yang relatif mudah dibudidayakan di

Indonesia. Umbi dahlia yang kering mengandung 51,5 sampai 82 persen inulin. Sementara

itu, limbah bunga potong dahlia juga menghasilkan manfaat. Batang, daun, dan bagian

lainnya bisa diolah menjadi bahan bakar alternatif (bioetanol). Gula cair dari inulin ini

Inulin Dahlia

Asam + Air Pelarutan inulin

Pemasakan(T= 121°C selama t= 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam)

Netralisasi

Pemucatan

Filtrasi

Arang aktif

Kotoran

Sirup fruktosa

Page 13: Biokonversi Fix

mempunyai banyak kelebihan dibandingkan gula cair dari pati, diantaranya rendemennya

tinggi (sampai 97 persen) dan prosesnya singkat (hanya 1 tahap).

Secara skematis, reaksi hidrolisis inulin menjadi fruktosa dapat dituliskan :

(C6H10O5)m + m.H20 m.C6H12O6

inulin fruktosa

3.3 Hasil Inulin Umbi Dahlia dan Manfaatnya

Kadar air umbi dahlia segar berkisar antara 79,7-88,45%, berarti bobot bahan kering (dry

matter) 11,55-20,3%. Umbi dahlia segar mengandung inulin 5,94-16,26%, sedangkan inulin

yang terekstrak sekitar 4,37%.

Selain kegunaannya untuk memproduksi fruktosa, beberapa publikasi menyebutkan

keunggulan inulin lainnya terutama untuk kesehatan. Sejumlah riset terkini menyebutkan

bahwa penambahan inulin dahlia pada sejumlah makanan mampu mengendalikan berat

badan serta dapat mengobati hipoglisemik.

Inulin dahlia juga sangat efektif untuk menekan nafsu makan dan mampu mengendalikan

kadar glukosa dalam darah. Bagi olahragawan yang mengandalkan body building, inulin

dahlia dapat mengurangi pemecahan jaringan otot dan dapat meningkatkan massa otot. Inulin

dahlia disebutkan juga dapat memfasilitasi metabolisme gula dalam proses glikolisis. Di

samping itu, inulin dahlia mampu menyediakan energi dalam jangka panjang (hingga

mencapai 10 jam), sehingga hal ini cocok dikonsumsi bagi orang yang berpuasa. 

Page 14: Biokonversi Fix

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada prinsipnya, semua jenis umbi dahlia mengandung inulin, tetapi kadar dan

sifatnya bervariasi. Inulin dari umbi dahlia diekstraksi menjadi tepung inulin yang

selanjutnya dapat dikonversi sebagai sirup fruktosa. Sirup fruktosa ini merupakan alternatif

bahan pemanis. Selain kegunaannya untuk memproduksi fruktosa, beberapa publikasi

menyebutkan keunggulan inulin lainnya terutama untuk kesehatan. Sejumlah riset terkini

menyebutkan bahwa penambahan inulin dahlia pada sejumlah makanan mampu

mengendalikan berat badan serta dapat mengobati hipoglisemik.

4.2 Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut tentang bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai

bahan alternatif pemanis yang merupakan bahan pokok yang sering digunakan.

Page 15: Biokonversi Fix

DAFTAR PUSTAKA

Crueger, W., A. Crueger, 1984, Biotechnology: A Text Boox of Industrial Microbiology.

Madison: Science Tech

Doty, T. dan Vanninen, 1979, The properties, manufacture and uses as an industrial raw

material.. a dalam G. Birch dan K.J. Parker (eds.), Sugar, Science and Technology.

Appl. Sci. Publ., London

Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, 2000, Dahlia (Dahlia

spp. L.), http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/dahlia.pdf, diakses tanggal 22

September 2012

Supriasih, D., 2008, Penapisan Mikrob Pendegradasi 2-(3-Benzoilfenil)- Propionitril Dan

Karakterisasi Nitrilase Dari Isolat Terpilih,

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17562/G08dsu.pdf?sequence=2,

diakses tanggal 22 September 2012

Tsao, G.T., M. Ladisch, T.A. Hsu, B. Dale, C. Ladisch dan T. Chou, 1978, Fermentation

Substrates from Cellulosic Materials : Production of Fermentable Sugars from Cellulosic

Materials, Academic Press, New York

Widowati, S., 2006, Dahlia Bunganya Indah, Umbinya Mengandung Inulin, Sinar Tani, Edisi

19-25)

Zamora, A., 2012, Carbohydrates - Chemical Structure,

http://www.scientificpsychic.com/fitness/carbohydrates1.html, diakses tanggal 23

September 2012