biota air aman
TRANSCRIPT
![Page 1: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian
pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri,
sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju, terutama dalam
hal industry tekstilnya.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah
cair yang berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan
dampak dampak negatif terhadap biota air karena dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan keseimbangan ekosistem lingkungan sehingga limbah tersebut dikatakan
telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah yang
dihasilkan industry sebelum dibuang ke badan air.
Air adalah tempat hidup hewan akuantik seperti ikan. Apabila sumber air
tempat kehidupan akuatik tercemar, maka siklus makanan dalam air terganggu dan
ekosistem air/kehidupan akuatik akan terganggu pula. Misal organisme yang
kecil/lemah seperti plankton banyak yang mati karena banyak keracunan bahan
tercemar, ikan-ikan kecil pemakan plankton banyak yang mati karena kekurangan
makanan, demikian pula ikan-ikan yang lebih besar pemakan ikan-ikan kecil bila
kekurangan makanan akan mati.
Untuk itu, disini akan dijelaskan mengenai tingkah laku ikan yang berada pada
perairan yang tercemar oleh bahan pencemar.
1.2 Tujuan
- Mengetahui dampak limbah industry tekstil terhadap biota air
- Mengetahui tingkah laku ikan terhadap air yang yang tercemar limbah industry
tekstil
- Mengetahui seberapa besar daya tahan ikan terhadap limbah industri tekstil
![Page 2: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pencemaran Air
Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi yang
tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan kerugian pada
sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum, 1971). Pencemaran
perairan pesisir didefinisikan sebagai dampak negatif, pengaruh yang membahayakan
terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan ekosistem perairan serta
kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari ekosistem perairan yang disebabkan
secara langsung oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang
berasal dari kegiatan manusia (Gesamp, 1986).
Pencemar air dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bahan buangan organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan
semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga
berkembang biak di mana hal ini dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.
2. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat
membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan
anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion
logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat
sadah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg). Selain itu
ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb), arsen (As) dan air raksa
(Hg) yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
3. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar air yang
berupa sabun,bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit
dan zat radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang
mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga
manusia
![Page 3: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/3.jpg)
Secara garis besar sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat
dikelompokkan menjadi tujuh kelas yaitu limbah, industri, limbah cair pemukiman
(sewage) , limbah cair perkotaan (urban storm water), pertambangan, pelayaran
(shipping), pertanian dan perikanan budidaya. Sedangkan bahan pencemar utama
yang terkandung dalam buangan limbah dari ketujuh sumber tersebut berupa
sediment, unsur hara (nutrient), logam beracun (toxic metal), pestisida, organisme
eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substance (bahan yang
menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang) (Dahuri,1998).
Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu
dipantau sumber dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau pencemaran
air digunakan kombinasi komponen fisika, kimia dan biologi. Penggunaan salah satu
komponen saja sering tidak dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Sastrawijaya (1991) menyatakan bahwa penggunaan komponen fisika dan kimia saja
hanya akan memberikan gambaran kualitas lingkungan sesaat dan cenderung
memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran yang luas, oleh sebab itu
penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan karena fungsinya yang dapat
mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas perairan.
Romimohtarto (1991) menyatakan bahwa setelah memasuki perairan pesisir
dan laut sifat bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor atau beberapa jalur
dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar sebagai berikut :
1. Terencerkan dan tersebar oleh adukan turbulensi dan arus laut
2. Dipekatkan melalui: a. Proses biologis dengan cara diserap ikan, plankton
nabati atau oleh ganggang laut bentik biota ini pada gilirannya dimakan oleh
mangsanya, b. Proses fisik dan kimiawi dengan cara absorpsi, pengendapan,
pertukaran ion dan kemudian bahan pencemar itu akan mengendap di dasar
perairan
3. Terbawa langsung oleh arus dan biota (ikan).
2.2 Limbah Tekstil
Di Indonesia, industri tekstil merupakan salah satu penghasil devisa negara.
Dalam melakukan kegiatannya, industri besar maupun kecil membutuhkan banyak air
dan bahan kimia yang digunakan antara lain dalam proses pelenturan, pewarnaan dan
pemutihan. Salah satu proses penting dalam produksi garmen adalah proses
pencucian atau laundry yang dapat disebut juga sebagai proses akhir dalam produksi
![Page 4: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/4.jpg)
garmen yaitu dengan cara pelenturan warna asli dan pemberian warna baru yang
diinginkan. Terutama dalam produk jeans, hasil pencucian akan menjadi kunci
keberhasilan produk terssebut, karena efek dari pencucian itu akan menjadi
pertimbangan utama dalam menentukan harga jualnya dipasaran. (Anonim, 1988)
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian,
proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan,
pencetakan dan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan kapas menghasilkan
limbah yang lebih banyak dan lebih kuat dari pada limbah dari proses penyempurnaan
bahan sistesis. (Rasyad, 1990)
Gabungan air limbah pabrik tekstil di Indonesia rata-rata mengandung 750 mg/l
padatan tersuspensi dan 500 mg/l BOD. Perbandingan COD : BOD adalah dalam
kisaran 1,5 : 1 sampai 3 : 1. Pabrik serat alam menghasilkan beban yang lebih
besar.Beban tiap ton produk lebih besar untuk operasi kecil dibandingkan dengan
operasi modern yang besar, berkisar dari 25 kg BOD/ton produk sampai 100 kg
BOD/ton.Informasi tentang banyaknya limbah produksi kecil batik tradisional belum
ditemukan. (Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980)
Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran,
antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber
mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius dibandingkan
bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia, pencemaran biologis
dan pencemaran radioaktif. (Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980)
Limbah tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil
karena terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan
kimia juga memerlukan air sebagai media pelarut. Industri tekstil merupakan suatu
industri yang bergerak dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik
menjadi kain melalui tahapan proses: Spinning (Pemintalan) dan Weaving
(Penenunan). Limbah industri tekstil tergolong limbah cair. Limbah dari proses
pewarnaan yang merupakan senyawa kimia sintetis mempunyai kekuatan pencemar
yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat
warna tekstil merupakan semua zat warna yang mempunyai kemampuan untuk
diserap oleh serat tekstil dan mudah dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang
![Page 5: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/5.jpg)
dapat mengadakan ikatan dengan serat tekstil (auksokrom). (Winarni Chartib dan
Oriyati Sunaryo. 1980)
Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh,
kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor dan pengikat antara warna
dengan serat. Limbah air yang bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula bahan baku yang
mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut harus dibuang.
(Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980)
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan zat
warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan
ekosistem perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang berupa gugus kromofor
dan terbuat dari beraneka bahan sintetis, yang membuatnya resisten terhadap
degradasi saat nantinya sudah memasuki perairan. Meningkatnya kekeruhan air
karena adanya polusi zat warna, nantinya akan menghalangi masuknya cahaya
matahari ke dasar perairan dan mengganggu keseimbangan proses fotosintesis,
ditambah lagi adanya efek mutagenik dan karsinogen dari zat warna tersebut,
membuatnya menjadi masalah yang serius. (Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo.
1980)
Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk
hidup disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan
industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke
lingkungan, tetapi harus diolah dahulu sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke
lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran. Proses pengolahan air limbah industri
adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan
lingkungan. (Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980)
2.3 Biota Air sebagai Indikator Pencemaran
Pada dasarnya yang dimaksud dengan biota akuatik adalah kelompok
organisme, baik hewan atau tumbuhan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada
pada perairan. Kelompok organisma tersebut dapat bersifat bentik, perifitik, atau
berenang bebas. Biota bentik umumnya hidup pada dasar perairan; perifitik hidup pada
permukaan tumbuhan, tongkat, batu, atau substrat lain yang berada di dalam air.
(Suin, M. Nurdin. 1994)
![Page 6: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/6.jpg)
Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai indikator
pencemaran, yaitu air, sedimen dan organisme hidup. Pemakaian organisme laut
sebagai indikator pencemaran didasarkan pada kenyataan bahwa alam atau
lingkungan yang tidak tercemar akan ditandai oleh kondisi biologi yang seimbang dan
mengandung kehidupan yang beranekaragam. Terdapat beberapa pengaruh toksisitas
pada ikan, pertama pengaruh toksisitas pada insang. Insang selain sebagai alat
pernafasan juga digunakan sebagai alat pengaturan tekanan antara air dan dalam
tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu insang merupakan organ yang penting pada
ikan dan sangat peka terhadap pengaruh toksisitas. (Suin, M. Nurdin. 1994)
Biota bentik maupun perifitik umumnya mempunyai ukuran yang beragam, dari
beberapa mikron sampai beberapa sentimeter. Yang dimaksud dengan biota bentik
maupun perifitik dalam kegunaannya sebagai bioindikator adalah kelompok hewan.
Kelompok tersebut sebagian besar tergolong avertebrata (hewan tidak bertulang
belakang) yang umumnya terdiri atas (Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998): larva
Plecoptera (lalat batu), larva Trichoptera (pita-pita), larva Ephemeroptera (lalat sehari),
Platyhelminthes (cacing pipih), larva Odonata (kini-kini), Crustacea (udang),
Gastropoda (siput), Bivalvia (kerang), larva Hemiptera (kepik), Coleoptera (kumbang),
Hirudinea (lintah), Oligochaeta (cacing), dan larva Diptera (nyamuk,lalat). (Anderson
dan Apolonia, 1978). (Suin, M. Nurdin. 1994)
Sebagai bioindikator cemaran organik kelompok hewan avertebrata, terutama
yang berukuran makroskopis memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan
organisma lainnya. Kelompok ini relatif hidup menetap dalam waktu yang cukup lama
pada berbagai kondisi air. Beberapa jenis diantaranya dapat memberikan tanggapan
terhadap perubahan kualitas air sehingga dapat memberikan petunjuk terjadinya
pencemaran. Selain itu hewan bentik relatif mudah dikoleksi dan diidentifikasi.
Keberadaan hewan avertebrata bentik tentunya sangat dipengaruhi oleh faktor
perairan, terutama fisika, kimia, dan biologis. Faktor-faktor tersebut akan
mempengaruhi sebaran dan jumlah hewan per satuan luas tertentu. Waktu yang
berkaitan dengan musim juga turut berpengaruh terhadap keberadaan hewan tersebut,
hal ini terutama jika dikaitkan dengan siklus hidupnya. Seluruh faktor-faktor tersebut
diatas dapat menjadi faktor pembatas dalam penggunaan hewan avertebrata bentik
sebagai bioindikator. (Trihadiningrum & Tjondronegoro, 1998)
Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk
hidup disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan
![Page 7: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/7.jpg)
industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke
lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses pengolahan sehingga
dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran.
Proses pengolahan air limbah industri adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh
industri yang berwawasan lingkungan. (Suin, M. Nurdin. 1994)
Kualitas air yang baik sangat mendukung kehidupan organisme air.
Mikroorganisme air seperti plankton selain sebagai indikator pencemaran suatu
perairan juga mempunyai peranan penting dalam lingkungan aquatik yaitu sebagai
dasar piramida makanan bagi organisme lain yang hidup di perairan. Plankton
merupakan makanan alami bagi organisme perairan seperti bentik dan ikan (Sachlan,
1982). Plankton dan ikan membentuk rantai penghubung yang penting antara
produsen dan konsumen. Ikan dan organisme air lainnya akan hidup dengan baik bila
kondisi perairan mendukung. Sebagai bioindikator dari limbah ini adalah adanya
organisme biologi yaitu ikan lele, bawal, braskap, tanaman air, cacing, algae, dan
bakteri.
Di sekitar pabrik pada umumya sungai digunakan untuk tempat pembuangan
limbah, tanpa instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu, selain itu kadang para
penduduk membuang sampahnya langsung ke sungai. Limbah dari industri tekstil yang
dibuang ke sungai sudah mengalami proses pengolahan limbah terlebih dahulu.
Dengan pengolahan tersebut limbah tekstil yang dibuang ke sungai di duga dapat
mengurangi bahan pencemar. (Suin, M. Nurdin. 1994)
Pengoperasian unit pengolahan limbah memegang peranan yang penting.
Pengoperasian yang kurang benar akan menyebabkan limbah yang terproses masih
memiliki nilai parameter diatas ambang batas yang ditentukan. (Suin, M. Nurdin. 1994)
Pengoperasian yang tidak sistematis dan tidak berpedoman, akan cenderung
menyebabkan ketidakefisien yang pada akhirnya akan menyebabkan biaya
pengolahan yang tinggi. (Suin, M. Nurdin. 1994)
Indikator bahwa air telah tercemar adalah adanya perubahan air yang dapat
diamati, yaitu adanya perubahan suhu air, adanya perubahan pH, adanya perubahan
warna, bau, rasa serta timbulnya endapan (Suriawiria, 1996). Menurut Odum (1993),
pencemaran air merupakan suatu peristiwa penambahan suatu zat tertentu yang
berasal dari limbah proses industri dan domestik yang dapat mengolah kualitas alami
dari air tersebut yang juga akan mengganggu kehidupan hidrobiota sungai. Menurut
![Page 8: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/8.jpg)
Undang-Undang RI No.4 Tahun 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup Bab 1, pasal 1 pencemaran lingkungan adalah masuknya makhluk
hidup, zat, energi dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya. (Suin, M. Nurdin. 1994)
Pemeriksaan perairan yang menerima buangan air limbah, merupakan suatu
keharusan. Hal ini berguna untuk mengevaluasi masalah kesehatan yang mungkin
timbul misalnya bahan beracun ke dalam baku mutu air (Surna, 1993).
BAB 3
METODE KERJA
![Page 9: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/9.jpg)
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengaruh limbah tekstil terhadap biota air dilaksanakan selama 7 hari,
dimulai pada hari Jumat – Kamis tanggal 11 – 18 November 2011, bertempat di
Laboratorium Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, Samarinda
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
- Aquarium ukuran sedang
- Aerator
- Timbangan digital
- Gelas ukur 1000 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Meteran
- Stopwatch
- Plastik
- Ember
- Baterai 3 buah
3.2.2 Bahan
- Ikan nila ukuran 8-12 cm sebanyak 6 buah
- Makanan ikan
- Air limbah industri tekstil
3.3 Cara Kerja
1. Aquarium diisi air kolam dengan volume 8000 ml
2. Ikan nila ukuran 8-12 cm masing-masing diberi nama (ikan 1, ikan 2, ikan 3,
ikan 4, ikan 5, dan ikan 6)
3. Diukur panjang ikan, ditimbang berat ikan, dan dihitung respirasi masing-
masing ikan
4. Lalu ikan tersebut dimasukkan ke dalam aquarium
5. Dipasang aerator untuk sirkulasi oksigen di aquarium
6. Lalu dimasukkan air limbah industri tekstil ke dalam aquarium sebanyak 100 ml
7. Setiap hari ikan diberi makan dan dihitung repirasinya selama 7 hari
8. Di hari ke 7 dilihat dampak limbah tersebut terhadap ikan-ikan
BAB 4
PEMBAHASAN
![Page 10: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/10.jpg)
4.1 Tabel Pengamatan
Tabel Respirasi
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7
Ikan 1 364X X X X X X X
Ikan 2 362 315 X X X
Ikan 3 359 X X X X X X
Ikan 4 396 267 X X X
Ikan 5 386 X X X X X
Ikan 6 443 294 298 253
Keterangan:
- Ikan 1 mati pada masa adaptasi pada hari pertama sebelum dimasukan limbah.
- X = Mati
- R = Respirasi
Tabel Berat Badan
H1 ( gr ) H2 ( gr ) H3( gr ) H4 ( gr ) H5 ( gr ) H6 ( gr ) H7 ( gr )
Ikan 1 16,8
Ikan 2 32,7 30,6
Ikan 3 33,9 33,9
Ikan 4 22,1 20,4
Ikan 5 22 21,9
Ikan 6 28,59
![Page 11: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/11.jpg)
Keterangan
- Ikan 1 mati pada masa adaptasi di hari 1 dengan 16,2.
- Berat badan ikan dihitung setelah ikan telah mati.
4.2 Pembahasan
Karakteristik utama dari limbah industri tekstil adalah tingginya kandungan zat
warna sintetik, yang apabila dibuang ke lingkungan tentunya akan membahayakan
ekosistem perairan. Zat warna ini memiliki struktur kimia yang berupa gugus kromofor
dan terbuat dari beraneka bahan sintetis, yang membuatnya resisten terhadap
degradasi saat nantinya sudah memasuki perairan. Meningkatnya kekeruhan air
karena adanya polusi zat warna, nantinya akan menghalangi masuknya cahaya
matahari ke dasar perairan dan mengganggu keseimbangan proses fotosintesis,
ditambah lagi adanya efek mutagenik dan karsinogen dari zat warna tersebut,
membuatnya menjadi masalah yang serius..
Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap
adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini
dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorim, di mana terjadi perubahan aktivitas
pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dasar irama membuka dan
menutupnya rongga “Buccal” dan ofer kulum. Pengukuran aktivitas pernafasan
merupakan cara yang amat peka untuk menguikur reaksi ikan terhadap kehadiran
senyawa pencemar. Hasil penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan adanya
peningkatan jumlah gerakan ofer kulum “Fingerlink”(Cirrhina Mrigala) yang terkena
deterjen. Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekwensi
bentuk ikan. Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada
insang, yang merupakan monitoring pergerakan respiratory.
Selain gerakan ofer kulum dan frekwensi batuk parameter darah merupakan
indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kwalitas air.
Perubahan faal drah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan timbul sebelum
terjadinya. Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya
gangguan fisiologis tertentu dari ikan. Parameter faal darah dapat diukur dengan
mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah. Ikan
![Page 12: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/12.jpg)
mas (Cyprinus Carpio L.) dan ikan nila (Tilapia Nilotica) dapat digunakan sebagai
hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan
Di Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang
popular dan paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan
mas dan nila sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga
bulan dengan ukuran 8-12 cm. Disamping itu ikan mas di kolam biasa kecepatan
tumbuh 3 cm setiap bulanya. Berdasarkan hasil penelitian bahea konsentrasi limbah,
suhu, DO, pH, salinitas dan alkalinitas berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan mas
dan ikan Hal ini disebabkan jika ditinjau secara kimia bahwa kehidupan dan
pertumbuhan organisme perairan dipengaruhi oleh pH, DO, BOD, suhu, salinitas dan
alkalinitas. Penelitian tentang kesanggupan ikan mas dan nila untuk mendeteksi
insektisida memperlihatkan bahwa ikan mas dan nila dapat mendeteksi adanya
insektisida bayrusil dalam air pada konsentrasi 55 ppm. Dimana pada konsentrasi
tersebut setelah 10 menit ikan mas telah menghidari akan trjadi perubahan frekwensi
gerakan ofer kulum yang mula- mula cepat kemudian melambat dan ahirnya lemas.
BAB 5
PENUTUP
![Page 13: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/13.jpg)
5.1 Kesimpulan
- Limbah industry tekstil menyebabkan dampak yang buruk terhdap biota air
dan dengan konsentrasi dan jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
kematian biota air
- Perilaku biota air dalam hal ini ikan nila terhadap limbah industry tekstil
yang diberikan yaitu respirasinya semakin hari semakin melambat,
dikarenakan insang merupakan organ yang sangat peka terhadap toksik
- Daya tahan ikan terhadap limbah industri tekstil bisa dikatakan cukup kuat
dikarenakan masih ada ikan yang bertahan hidup pada hari ke-7
5.2 Saran
- Perlu diadakan penelitian mendetail mengenai kondisi fisik dari biota air
- Menggunakan perbandingan dengan limbah yang lain tetapi dengan kondisi
yang sama
DAFTAR PUSTAKA
![Page 14: Biota Air Aman](https://reader035.vdocuments.net/reader035/viewer/2022080211/557202844979599169a3ab75/html5/thumbnails/14.jpg)
Anonim, 1988. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta : Sekretariat
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.
Geonarso, D. 1988. Perubahan faal ikan sebagai Indikator kehadiran insektisida dan
Detergen dalam air. Disertasi. ITB. Bandung
Suin, M. Nurdin. 1994. Dampak pencemaran pada Ekosistim Pengairan. Proseding
penataran pencemaran Lingkungan Dampak dan Penanggulanganya.Pemda
Kodya TK. II. Padang.
Sumarwoto, O. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta CV.
Rajawali.
Winarni Chartib dan Oriyati Sunaryo. 1980. Teori Penyempurnaan Tekstil 2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung : Rosda Offset
Zonneveld N, Huisman E. A. dan Boon J. H. 1991. Prinsip – Prinsip Budidaya Ikan
Nila. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://pratiwi.student.umm.ac.id/2010/01/23/makalah-pencemaran-lingkungan/