biotan praktikum hm
DESCRIPTION
for itTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangJumlah total mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung banyak mikroorganisme tanah karena populasi yang tinggi menggambarkan adanya suplai makanan dan energy yang culup, serta kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme tanah tersebut. Dengan kata lain, untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah populasi mikroorganisme yang ada.
Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk tersebut merupakan cirri khas bagi suatu spesies, dan bentuk tersebut merupakan cirri khas bagi suatu spesies tertentu.Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup pada media agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang dan metode sebar (Fardiaz,1993).
1.2. TujuanAdapun tujuan dilakukan praktikum kali ini adalah :
1. Mengetahui prinsip penetapan metode hitungan cawan2. Mengetahui cara pembuatan seri pengenceran3. Mengetahui prosedur pembuatan agar nutrient untuk bakteri tanah dan fungi tanah4. Mengetahui cara atau prosedur mengisolasi mikroorganisme
II. METODELOGI PERCOBAAN
2.1. Alat dan BahanAdapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Erlenmeyer, tabung reaksi, autoklaf, timbangan, pipet dan incubator.Sedangkan bahan yang digunakan adalah NaCl, Aquades, sampel tanah, kapas, aluminium foil, pepton, beef extract, agar, glukosa, K2HPO4, KNO3, ekstrak tanah, PDA, rose Bengal, streptomisin dan label.
2.2.Langkah KerjaProsedur kerja yang dilakukan selama praktikum adalah:
A. Pembuatan seri Pengenceran
Membuat larutan fisiologis
Memasukkan 90 ml larutan fisiologis ke dalam Erlenmeyer
Memasukkan 9 ml larutan fisiologis pada tabung reaksi
Menyiapkan sampel tanah sebanyak 7 tabung reaksi
Menutup Erlenmeyer dan tabung reaksi dengan kapas, sebelumnya menutup kapas dengan aluminium foil
Mengautoklaf Erlenmeyer dan tabung reaksi selama 20 menit pada temperature 1210 C
Mendinginkan larutan tersebut sampai suhu antara 42-450C
Menimbang 10 gram sampel tanah dan memasukkannya dalam Erlenmeyer yang berisi 90 ml larutan fisiologis, kemudian mengocoknya secara perlahan
Memipet larutan tersebut sebanyak 1 ml dan memasukkannya ke tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis selanjutnya mengocoknya
Memindahkan 1 ml larutan 10-3 ini ke dalam 9 ml larutan fisiologis selanjutnya hingga pengenceran 10-8
B. Pembuatan Medium Biakan Bakteri Tanah
Melarurkan masing-masing bahan dalam Erlenmeyer
Meyeterilkan medium dalam autoklaf dengan temperature 1210 C selama 15 menit
C. Pebuatan Medium Biakan Fungi Tanah
Melarutkan masing-masing bahan dalam Erlenmeyer
Mengautoklaf medium
Mendinginkan sampai suhu 50-550 C
D. Isolasi Mikroorganisme
Mengambil 1 ml larutan tanah dari serial pengeneran 10-4 sampai 10-8
Memasukkannya dalam cawan petri steril
Menuangkan kurang lebih 12-15 ml medium biakan ke cawan petri berisi 1 ml larutan tanah
Memberi label pada masing-masing cawan petri
Membalik cawan bila agar memadat
Menginkubasi biakan mikroorganisme pada suhu ruang
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil PengamatanTabel 1 Pengamatan Koloni bakteri
No Seri Pengenceran Gambar Jumlah Koloni
1 10-4 1402 10-5 1213 10-6 804 10-7 775 10-8 47
Tabel 2. Pengamatan Koloni Jamur
Seri Pengenceran
Nama Jamur Gambar Jumlah Koloni
Ciri-ciri
10-3 Aspergillus niger 4 Berwarna hitam mebentuk bulatan tak beraturan
Azospirillium sp 6 Hifa berwarna putih dan membentuk lingkaran
10-4 Aspergillus niger 1 Berwarna hitam mebentuk bulatan tak beraturan
Azospirillium sp 1 Hifa berwarna putih dan membentuk lingkaran
10-5 (kontaminan) -
10-6 Aspergillus niger 15 Berwarna hitam mebentuk bulatan tak beraturan
Azospirillium sp 2 Hifa berwarna
putih dan membentuk lingkaran
3.2. PembahasanPraktikum kali ini adalah mengenai perhitungan mikrooorganisme tanah dengan menggunakan metode cawan agar, sehingga akan memperoleh hasil pendugaan jumlah mikroorganisme tersebut. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat seri pengenceran. Hal yang dilakukan adalah mencampurkan 10 g sampel tanah dengan 90 ml larutan fisiologis dalam Erlenmeyer. Campuran tersebut terus diaduk hingga tanah tercampur dengan larutan. Kemudian didiamkan sebentar agar tanah mengendap dibawah sehingga ketika pengambilan larutan nantinya, sampel tanah tidak ikut terbawa.Kemudian menyiapkan 7 tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan fisiologis dan 7 pipet tetes. Setelah itu memasukkan 1 l larutan tanah ke dalam tabung reaksi dengan pipet tetes. Setelah dilakukan pencampuran maka diambil kembali 1 ml larutan tanah pada tabung tersebut dengan menggunakan pipet yang berbeda ketabung reaksi selanjutnya. Kegiatan tersebut dilakukan hingga mencapai tabung ke 7 dan diperoleh 7 seri pengenceran yaitu pengenceran 10-2 sampai 10-8 .Pada dasarnya pengenceran ini dilakukan berdasarkan prinsip dari metode hitungan cawan yakni menganggap bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi 1 koloni dan koloni tersebutlah yang nantinya akan dihitung. Sehingga apabila tidak dilakukan pengenceran maka sejumlah koloni yang tumbuh akan sangat banyak dan tidak dapat dihitung serta jumlah koloni yang ada pada 1 cawan adalah berkisar antara 30-300 koloni saja.Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan isolasi mikroorganisme. Untuk menghitung total bakteri dipilih serial pengenceran 10-4 sampai 10-8 dan untuk menghitung total koloni jamur dipilih serial pengenceran 10-3 sampai 10-6 . Cara mengisolasinya adalah denga mengabil larutan tanah 1ml dari serial pengenceran tersebut kemudian dituangkan di cawan petri kosong yang selanjutnya dituangkan 12-15 ml medium biakan. Cawan tersebut kemudian diinkubasi dan disusun secara terbalik untuk mencegah jatuhnya uap air ke media, kemudian dilakukan pengamatan.Setelah diperoleh data jumlah koloni dari pengamatan jumlah koloni bakteri, selanjutnya adalah menghitung jumlah mikroorganisme dari sampel tanah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:CFU = Jumlah koloni x Faktor PengenceranSehingga didapati bahwa dikelompok dua pada;Seri pengenceran 10-4 = 140 x 104 = 1.400.000Seri pengenceran 10-5 =121 x 105 = 12.100.000Seri pengenceran 10-6 =85 x106 = 85.000.000Seri pengenceran 10-7 =77x 107 =770.000.000Seri pengenceran 10-8 =47x108 = 4.700.000.000Sedangkan pada pengaatan kedua yaitu menghitung populasi jamur dilakukan pada hari ke lima. Hal ini dikarenakan pertubuhan bakteri lebih cepat sehingga hanya dalam waktu 3 hari saja sudah mulai terlihat koloninya. Sedangkan pertumbuhan jaur lebih lambat.
Jamur yang diperoleh ada 2 macam yaitu jamur Aspergilus niger dan Azospirillium sp. Selain itu juga ditemukan 1 cawan yang terkontainasi dengan jaur lain sehingga kedua jamur tadi tidak dapat tumbuh. Ciri-ciri yang dapat dia,ati untuk menentukan apakah itu jamur Aspergilus niger adalah bahwa hifanya berwarna hitam berbintik-bintik dan bentuk koloninya membentuk bulatan tak beraturan. Sedangkan cirri-ciri jamur Azospirillium sp adalah hifanya berwarna putih dan membentuk lingkaran, sedangkan cirri-ciri jaur kontaminan adalah hifanya berwarna putih kekuningan dengan pinggiran berwarna merah muda dan lingkarannya berbentuk cembung.Untuk perhitungan jumlah populasinya sama dengan pada bakteri yakniCFU= julah koloni x factor pengenceranPengenceran 10-3
Aspergillus niger = 4 x 103 = 4000Azospirillium sp = 6 x 103 = 6000
Pengenceran 10-4
Aspergillus niger = 1 x 104 = 10.000Azospirillium sp = 1 x 104 = 10.000
Pengenceran 10-6
Aspergillus niger = 15 x 106 = 15.000.000Azospirillium sp = 2 x 106 = 2.000.000Aspergilus niger merupakan fungi dari filum ascomycetes yang berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam.[1]Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam ruangan. Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 °C dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari A. niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur.Aspergillus niger memiliki klasifikasi sebagai berikut:Domain :EukaryotaKingdom :FungiPhylum :AscomycotaSubphylum :PezizomycotinaClass :EurohomycetesOrdo :EurotialesFamily :TrichocomaceaeGenus :AspergillusSpesies :Aspergillus niger
A. niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan suhu minimum 6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C.[1] Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisankonidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan. A. niger dapat tumbuh dengan
cepat, oleh karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, danselulase.Selain itu, A. niger juga menghasilkan gallic acid yang merupakan senyawa fenolik yang biasa digunakan dalam industri farmasi dan juga dapat menjadi substrat untuk memproduksi senyawa antioksidan dalam industri makanan.A.niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan α-glaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.Azospirillum sp.Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah penampat nitrogen nonsimbiotik. Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau dekat dengan perakaran. Dari hasil penelitian Azospirillum sp. memiliki banyak manfaat dalam tanah dan tanaman, sehingga sering digunakan sebagai biofertilizer. Bakteri ini digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen 40-80% dari total nitrogen dalam rotan dan 30% nitrogen dalam tanaman jagung. Selain itu Azospirillum sp. dapat menghasilkan beberapa hormon pertumbuhan hingga 285,51 mg/liter dari total medium kultur, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Selain itu, Azospirillum sp. juga mempunyai kemampuan merombak bahan oganik di dalam tanah. Bahan organik yang dimaksud adalah bahan organik yang berasal dari kelompok karbohidrat seperti selulosa, amilosa, dan bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan protein.Sedangkan Azospirilum sp dapat tumbuh baik pada daerah tropika dan sub tropika dengan kisaran suhu 10°C-30°CKingdom :Bacteria Kelas :Alpha protobacteriaOrdo :RhodosphililalesFamily :RhodosphililaceaeGenus :AzospirilumSpesies :Azospirilum spAzospirillum sp. sebagai penghasil fitohormon sangat berguna bagi tumbuhan karena dengan adanya fitohormon tersebut maka tanaman akan tumbuh dengan cepat. Fitohormon adalah hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang dibuat pada suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi rendah menyebabkan suatu dampak fisiologis. Peran suatu hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada yang menghambat pertumbuhan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri ini adalah auksin, sitokinin, giberelin dan etilen. Hormon-hormon ini berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda pada pertumbuhan suatu tanaman.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan tersebut, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Seri pengenceran perlu dilakukan agar jumlah populasi mikroba yang dapat tumbuh tidak terlalu banyak2. Jumlah koloni pada pengenceran 10-4 pada pengamatan bakteri paling banyak terus menurun pada seri-seri pengenceran selanjutnya3. Jumlah koloni bakteri pada pengenceran 10-4 paling tinggi karena kepekatan larutan tanahnya paling tinggi sehingga mikroba yang ada semakin banyak4. Ditemukan 2 jenis fungio pada pengamatan ini yaitu Aspergillus niger dan Azospirillium sp.
5. Hifa A. niger berwarna hitam berbintik bintik karena konidianya cenderungterpisah sedangkan hifa Azospirillium sp berwarna putih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2012. http//id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus.niger.diakses pada 20November 2012.
Akbar.2007. Isolationand Selection Of Inagenous Azospirillium sp and IAA ofSuperior Strom On Wheat Roots. World Journal of Agriculture Sciences.
Fardian,S.19993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Waluyo,Lud.2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Jan 8 PRAKTIKUM 1
1. A. JUDUL
Pengenalan Alat-Alat Laboratorium yang Digunakan dalam Mikrobiologi.
1. B. TUJUAN
Mengenal Prinsip yang Penting Dalam Menggunakan Alat.
1. C. PEMBAHASAN
Dalam melaksanakan kegiatan mikrobiologi kita menggunakan macam-macam alat
laboratorium antara lain :
1. 1. Tabung Reaksi
Digunakan untuk bermaca-macam kegiatan, misalnya mencampur atau memanaskan
larutan dalam jumlah kecil. Dalam kegiatan mikrobiologi tabung reaksi digunakan
sebagai tempat media padat atau cair, baik yang belum steril atau setelah disterilkan
pada waktu memanaskan, tabung reaksi harus dalam keadaan miring diatas nyala api,
jangan sekali-kali mulut tabun reaksi yang dipanaskan itu mengahadap Kediri sendiri
atau kepada orang lain.
1. 2. Gelas Piala/Beaker Gelas
Digunakan sebagai tempat larutan atau zat cair. Untuk keperluan pemanasan sebaiknya
digunakan gelas piaqla yang tahan api (pyrex).
1. 3. Kaki tiga (treepot) dan Kawat Kassa
Digunakan dalam memanaskan larutan yang ditempatkan dalam alat gelas atau kaca.
1. 4. Labu Erlenmeyer
Digunakan dalam menyimpan larutan atau zat kimia, bila berisi larutan dalam keadaan
steril, labu harus ditutup, rapat dengan sumbat gabus.
1. 5. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengeukur larutan atau zat cair yang akan diperlukan sesuai dengan
kebutuhan. Pilihlah gelas ukur yang terbuat dari kaca untuk zat yang bersifat asam,
peran memeganghatikan cara membaca skala pada gelas ukur.
1. 6. Thermometer
Digunakan untuk mengukur suhu bila dipakai untuk mengukr suatu larutan, bilaslah
dahulu dengan aquades baru kemudian dicelupkan kedalam larutan dengan memegang
ujungnya yang terikat dengan benang
1. 7. Corong dan Kertas Saring
Digunakan untuk menyaring suatu larutan caranya : lipatlah kertas saring menjadi 4
bagian yang sama, kemudia bentuk kertas sarimng itu menjadi corong sehingga separuh
corong terdiri dari satu lapis dan separuhnya tiga lapis, lalu masukkan kedalam corong.
Sebelum dilakukan penyaringan berilah beberapa tetes pelarut zat yang akan disaring,
tuangkan larutan yang hendak disaring perlahan-lahan dan jangan sampai larutan yang
dituang melimpah keluar kertas saring.
1. 8. Pipet
Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah tertentu ada dua macm pipet :
1. Pipet tetes, dipakai untuk mengambil larutan dalm jumlah tetes/sedikit, caranya
karet pipet dipijit masukkan dalam larutan yang akan diisap, lepaskan pijatan karet
larutanakan masuk terisap kedalam pipet.
2. Pipet volume, dipakai untuk mengambil larutan, dalam jumlah tertentu. Caranya :
isaplah larutan agar masuk kedalam pipet dengan mulut, jaga jangn sampai larutan
terisap ke mulut, kemudian pipet ditegakkan dan ujung atas pipet ditutup dengan
jari telunjuk sehinga larutan tidak keluar, ukur larutan sesuai dengan volume yang
diperlukan.
3. 9. Cawan petri (petridish)
Digunakan sebagai tempat media agar/lempeng agar akar akan digunakan untuk
pembenihan mikroba. Caranya : bagian yang lebih kecil berisi media dan bagian yang
lebih besar sebagai tutupnya. Jika cawan petri terisi media harus disimpan dalam
keadaan terbalik (bagian kecil diatas), pada bagian luar berilah keterangan nama media
dan tanggal pembuatan.
1. 10. Pembakar Bunsen
Digunakan untuk memanaskan dan mensterilkan jarum inokulasi atau sengkelit,
caranya : pegang jarum inokulasi dalam keadaan miring dan bakar pada bagian api yang
panas sampai pijar.
1. 11. Jarum inokulasi/sengkelit
Digunakan untuk mengambil koloni suatu mikroba dan untuk inokulasi.
1. 12. Neraca
Digunakan untuk menimbang bahan-bahan baku tau zat-zat kimia. Ada dua macam
neraca yaitu : neraca analitik dan neraca ateknik keduanya mempunyai ketelitian yang
berbeda, neraca analitik sampai 0,001Mg dan neraca teknik sampai 0,01 mg .
1. 13. Objek gelas dan gelas penutup
Digunakan sebagai tempat untuk melekatkan preparat/sediaan yang akan dilihat
dibawah mikroskop.
1. 14. Autoclove
1. Digunakan untuk sterilisasi media maupun alat-alat. Sterilisasi dengan autoclove
disebut strilisasi basah yaitu menggunakan uap air, bertekanan pada suhu 121oC
selama 15 menit. Didalam melakukan sterilisasi ada hal yang perlu diperhatikan.
2. Sterilisasi tergantung pada uap karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari
ruangan sterilisasi
3. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap.
4. Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeable terhadap uap.
Suhu harus mencapai 121oC selama 15 menit
1. 15. Mikroskop
Digunakan untuk mengamati yang ukurannya sangat kecil (mikroskopik) gunanya untuk
memperbesar pandangan sehingga objek dapat dilihat. Untuk mengamati jamur dapat
digunakan pembesaran lemah dengan memakai lensa objektif 10 kali atau 45 kali. Untuk
mengamati bakteri gunakanlah pembesaran kuat dengan memakai lensa objektif 100
kalidan pakailah minyak imersi (immersion oil).
1. 16. Dispo
Dispo digunakan untuk mengambil dalam ukuran tertentu.
1. D. KESIMPULAN
Alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi diatas yaitu tabung reaksi, gelas
piala, kaki tiga, labu erlenmeyer, gelas ukur, termometer, corong dan kertas saring.
Adapun prinsip yang penting dalam menggunakan alat yaitu semua alat dapat digunakan
dalam kegiatan praktikum dan sangat berguna bagi kelangsungan praktikum.
1. E. DAFTAR PUSTAKA
PRAKTIKUM 2
1. A. JUDUL
Sterilisasi dengan pembakaran.
1. B. TUJUAN
Mengetahui cara sterilisasi berbagai alat dengan pembakaran.
1. C. DASAR TEORI
Sterilisasi adalah cara untuk mendapatkan kondisi bebas mikroba. Dalam bidang
mikrobiogi baik dalam pengerjaan penelitian atau praktikum, keadaan steril merupakan
syarat utama berhasil atau tidaknya pekerjaan yang dilakukan dilaboratorium.
Sterilisasi merupakan prosesatau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari
semua bentuk kehidupan seperti, kuman, debu, virus, jamur, bakteri dan radikal bebas
lainnya. Sterilisasi pembakaran adalah kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda
dengan menggunakan panas api. Dengan menggunakan suhu panas api maka kita dapat
mensterilisasikan atau membebaskan suatu benda dari radikal bebas.
Metode atau cara sterilisasi tergantung pada jenis, macam dan sifat alat atau bahan
yang disterilkan, misalnya ketahanan terhadap panas, wujud padat, cair, bentuk, ukuran
dan sebagainya.
Pembakaran (incineration) merupakan cara sterilisasi yang 100% efektif, tetapi ini
terbatas penggunaanya. Cara ini biasa dipergunakan untuk mensterilkan alat penanam
kuman (jarum ose/sengkelit), yakni dengan membakarnya sampai pijar. Dengan cara ini
semua bentuk hidup akan dimatikan. Pembakaran juga dilakukan untuk bangkai
binatang percobaan yang mati.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Tabung reaksi Lampu Bunsen
Cawan Petri Jarum ose
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Menyalakan lampu Bunsen dan mengatur nyala api secara maksimal.
B. Untuk mensterilkan jarum ose. Praktikan mengambil jarum ose kemudian
melakukan pembakaran dengan api Bunsen mulai dari bagian pangkal kawat
ose perlahan menuju ke ujung kawat jarum ose. Jarum ose yang di bakar di
biarkan dingin,selanjutnya siap digunakan untuk mengambil/menginokulasi
mikroba.
1. Untuk mensterilisasi mulut tabung reaksi. Membuka sumbat kapas kemudian
melewatkan mulut tabung pada api. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah
menganbil/menginokulasi biakan. Menutup kembali mulut tabung dengan kapas.
2. Untuk mensterilisasi cawan petri. Sebelum cawan petri dibuka untuk menginokulasi
maupun cawan petri di tutup setelah diinokulasi, melewatkan tepi cawan di api
Bunsen.
3. F. HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari sterilisasi pembakaran adalah alat dan
bahan yang dalam keadaan steril yang siap untuk digunakan untuk praktikum seperti
pada gambar dibawah ini :
Gelas Ukur Jarum Ose Cawan Petri
1. G. PEMBAHASAN
Sterilisasi adalah suatu cara untuk mendapatkan kondisi yang bebas dari mikroba. Pada
sterilisasi pembakaran dilakukan pada setiap alat yang digunakan dalam berbagai
pencorbaan selama praktikum berlangsung, sebelum dan sesudah alat yang digunakan
dalam percobaan disterilkan dengan pembakaran. Sterilisasi ini menggunakan pembakar
Bunsen.
Sterilisasi pembakaran dilakukan pada jarum ose, pembakaran dilakukan dari pangkal
kawat sampai ujung jarum ose sebelum mengambil biakan, setelah itu disterilkan
kembali. Sterilisasi pembakaran pada jarum ose ini bertujuan agar sebelum mengambil
biakan yang akan diamati jarum tersebut steril dan bebas dari bakteri.
Pada gelas objek dilakukan fiksasi dengan pembakaran yang melewatkan bawah gelas
objek tersebut dibawah nyala api Bunsen, hal ini dilakukan untuk melihat suatu jamur
pada pembiakan bakteri. Fiksasi ini merupakan langkah yang sangat penting dan harus
dilaksanakan dengan sempurna dalam pembakaran.
Fiksasi bertujuan untuk melekatkan sel pada gelas objek, membunuh mikroba, karena
sel dalam keadaan mati lebih mudah diwsarnai daripada sel dalam keadaan hidup,
melepaskan granula protein menjadi gugus reaktif-NH3 yang akang bereaksi dengan
gugus OH-dari zat warna, mencegah terjadinya otolitis sel, yaitu proses pechnya sel yang
disebabkan oleh enzim yang ada didalamnya, serta merubah daya ikat zat warna.
Fiksasi juga dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan ataupun pengeringan
secara dingin, dan yang paling umum dilakukan secara kimia.
1. H. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diatas, dapat disimpulkan bahwa Sterilisasi pemanasan adalah
salah satu cara sterilisasi dengan cara menggunakan pembakaran langsung pada
pembakar bunsen. Alat-alat yang dapat disterilisasi dengan cara pemanasan adalah
jarum ose, tabung reaksi, cawan petri, dan lain-lain.
1. I. JAWABAN TUGAS
karena tujuan utamanya adalah untuk mensterilkan peralatan dengan cara pembakaran
langsung yaitu dengan cara membakar peralatan sampai pijar. Tehnik pembakaran
langsung ini merupakan tehnik sterilisasi yang tercepat dan 100% efektif membunuh
bentuk spora maupun toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 3
1. A. JUDUL
Sterilisasi Dengan Panas Kering
1. B. TUJUAN
Mengetahui Berbagai Cara Sterilisasi Berbagai Alat dengan Panas Kering
1. C. DASAR TEORI
Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk terutama
mikroorganisme disebut dengan sterilisasi. Praktek sterilisasi medium dan alat-alat
secara umum dapat di lakukan secara fisik misalnya pemanasan, pembekuan,
pengeringan, liofilisasi, dan radiasi. Metode atau cara sterilisasi tergantung pada jenis,
macam dan sifat alat atau bahan yang disterilkan, misalnya ketahanan terhadap panas,
wujud padat, cair, bentuk, ukuran dan sebagainya.
Prinsip kerja pembunuhan kuman dengan panas kering adalah menyebabkan denaturasi
protein dan efek toksik akibat kenaikan kadar elektrolit. Cara kerja dari panas tersebut
adalah bahwa panas membunuh mikroba karena mendenaturasi protein, terutama
enzim-enzim dan membran sel. Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi
komponen-komponen sel. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan pembakaran dan
oksidasi. Cara ini dapat dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan
berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroba ini
adalah dengan memakai panas (thermal kill) daya bunuh kering tidak sebaik panas
basah. Bila biakan mikroba dimasukkan dalam air mendidih akan cepat mati
dibandingkan dengan dipanasi secara kering.
Sterilisasi dengan udara panas memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan cara pembakaran secara langsung, karena energi panas sulit menetrasi bahan
yang akan di sterilkan. Sterilisasi dengan udara panas berlaku untuk peralatan
laboratorium seperti cawan petri, pipet, instrumen, jarum ose, dan dispo. Beberapa
bahan yang dapat disterilkan dengan udara panas merupakan zat organik yang tidak
mudah bercampur dengan baik. Cara mensterilkan bahan dan peralatan laboratorium
adalah dengan menempatkan dengan oven dengan suhu 160-180 0C. Efek panas kering
sama dengan efek pembakaran. Panas yang timbul akan mengoksidasi protein mikroba.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Oven Tabung Reaksi Cawan Petri
Kertas Pembungkus Kapas Pipet
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Mengtangkupkan Cawan Petri Bagian Bawah dan tutupnya , kemudian
membungkusnya dengan kertas dan menyusuun cawan petri (5-10) buah dan
mengikatnya dengan benang.
1. Mengambil tabung reaksi masing-masing kemudian menutupnya dengan kapas,
Beberapa tabung (5-10) mengikatnya menjadi satu dan membungkusnya dengan
kertas kemudian mengikatnya kembali.
2. Pipet ukur ujuung atas diberi sedikit sumbat (agak longgar) kemudian
membungkusnya dengan kertas dan mengikatnya.
3. Beaker Gelas, Erlenmeyer ditutup dengan Alumunium Foil, Untuk Spatula dan jarum
Ose dibungkus dengan alumunium foildan diikat dengan benang.Semua alat
dimasukkan kedalam oven
4. Menyalakan oven pada suhu 175 0C. lakukan selama 2 jam
5. Setelah selesai pemanasan semua peralatan didinginkan dan kemudian dipakai
pada hari berikutnya
1. F. HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari sterilisasi dengan panas kering adalah alat
dan bahan yang dalam keadaan steril yang siap untuk digunakan untuk praktikum
seperti pada gambar dibawah ini :
Cawan Petri Tabung Reaksi Pipet
1. G. PEMBAHASAN
Sterilisasi dengan cara ini memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan cara
pembakaran secara langsung, karena energi panas sulit menetrasi bahan yang
disterilkan. Alat-alat yang disterilisasikan ditempatkan dalam oven dimana suhunya
dapat mencapai 160-1800C. Caranya adalah dengan memanaskan udara dalam oven
tersebut dengan gas atau listrik. Oleh karena daya penertrasi panas kering tidak
sebaiknya panas basah, maka waktu yang diperlukan pada sterilisasi cara ini yang lebih
lama yakni selama 1-2 jam. Sterilisasi cara ini baik dipergunakan untuk mensterilkan
alat-alat gelas seperti cawan petri, tabung reaksi, labu dan sebagainya.
Beberapa bahan yang dapat disterilkan dengan udara panas merupakan zat organik
yang tidak mudah bercampur dengan baik. Cara mensterilkan bahan dan peralatan
laboratorium adalah dengan menempatkan dalam oven dengan suhu 160-180 oC. Efek
panas kering sama dengan efek pembakaran. Panas yang timbul akan mengoksidasi
protein mikroba. Keuntungan tehnik ini dibandingkan dengan tehnik uap panas adalah
tidak uap panas yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan.
1. H. KESIMPULAN
Alat-alat yang dapat disterilisasi dengan panas kering antara lain yaitu tabung reaksi,
pipet ukur, cawan petri, labu erlenmeyer, dan beaker gelas dengan cara dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 175 oC selama 2 jam.
1. I. JAWABAN TUGAS
2. Alat – alat yang bisa disterilisasi dengan panas kering yaitu:
A. Tabung reaksi
B. Labu erlenmeyer
C. Pipet ukur
D. Gelas kimia
E. Cawan petri
F. Jarum ose
G. Dispo
H. Tidak hal ini disebabkan karena media tumbuh mikroba harus menggunakan
panas basah bertekanan tinggi, karena daya bunuh panas kering tidak sebaik
panas basah dan juga zat-zat organic yang ada didalamnya tidak akan
mengalami perubahan pada pemanasan basah.
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 4
1. A. JUDUL
Sterilisasi dengan panas basah bertekanan tinggi (Autoclave)
1. B. TUJUAN
Mengetahui berbagai cara sterilisasi bahan atau media pertumbuhan mikroorganisme
1. C. DASAR TEORI
Prinsip kerja dari autoclave sama dengan “pressure cooker”. Dimana ketika molekul air
menjadi panas, maka daya penestrasinya menjadi bertambah. Alat ini serupa tanki
minyak yang dapat diisi dengan uap air. Outoclave dapat diisi dengan uap air. Autoclave
memiliki ruang yang mampu menahan tekanan diatas 1 atm. Dalam outoclave, yang
mensterilkannya adalah panas basah, bukan pada tekanannya. Oleh karena itu setelah
air didalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan mengalir
keruang pansteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Bila masih ada udar
yang tersisa, maka udara ini akan menambah tekanan didalam ruang pensteril yang
akan menggangu naiknya suhu dalam ruangan tersebut.
Panas basah dari autoclave berfungsi untuk mensterilkan, bukan pada tekanannya.
Setelah air dalam tangki mendidih dan mulai terbentuk uap air, maka uap air ini akan
dialirkan didalam ruang pensteril guna mendesak keluar semua udara didalamnya. Bila
masih ada udara tersisa maka udara ini akang menambah tekanan didalam ruang
pensteril dan akan mengganggu naiknya suhu didalam ruang tersebut.
Autoclave sebagai alat pensteril memiliki banyak kelebihan di bandingkan dengan alat
lainnya. Kelebihan tersebut antara lain pemanasan berlangsung cepat, mempunyai daya
tembus, dan menghasilkan kelembaban tinggi. Semua proses tersebut akan
mempermudah keagulasi protein sel-sel mikroorganisme. Sehingga kematian
mikroorganisme adalah karena suhu bukan merupakan upaya atau tekanan uapnya.
Autoclave merupakan alat yang esensial dalam setiap laboratorium mirkrobiolgi, rung
sterilisasi dirmah-rumah sakit, dan tempat-tempat yang memproduksi produk-produk
sterilisasi. Waktu sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang disterilkan tergantung
pada sifat bahan yang disterilkan tergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe
wadah, dan volune bahan.
Beberapa zat tertentu mempunyai ciri-ciri yang membuat tidak praktis untuk disterilkan
dengan autoclave. Bahan-bahan dengan air, misalnya minyak, dan lemak tidak tembus
oleh uap aie sehingga mikroorganisme yang terkandung didalamnya akan tetap
bertahan hidup. Selanjunya bahan menjadi berubah atau rusak bila terkena suhu yang
tinggi. Oleh karena itu, bahan-bahan tersebut perlu disterilkan dengan cara-cara
sterilisasi yang lain.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Autoclave Oven Cawan Petri
PDA ( Potato Dextrosa Agar )
NA ( Nutrient Agar ) dalam Erlenmeyer
Aquadest
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Menutup Erlenmeyer yang berisi PDA atau NA dengan kapas.
B. Mengisi autoclave dengan aquadest sampai kepermukaan air bawah
ansang/kerangjang autoclave.
C. Menyambungkan autoclave dengan sumber listrik.
D. Menutup autoclave dan mengencangkan penutupnya dengan kuat.
E. Mengatur suhu, waktu dan tekanan yang diperlukan untuk sterilisasi. Sterilisasi
ini umumnya dilakukan pada suhu 1200C dan tekanan 15 pounds selama 15
menit.
F. Setelah sterilisasi berakhir, membuka tutup autoclave dan mengambil media
yang telah disterilkan dan menuangkannya pada cawan petri steril, kemudian
diinkubasi pada incubator.
diinkubasi
1. F. HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini yaitu mengahasilkan media NA dan PDA
dalam keadaan steril selanjutnya siap digunakan sebagai media perkembangbiakan
Mikroba.
1. G. PEMBAHASAN
Bahan dan peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi harus dalam
keadaan steril. Steril artinya berarti bebas dari mikroba yang dapat mengganggu media
yang sedang dikerjakan.
Ada berbagai cara atau metode sterilisasi yang digunakan salah satunya denagn cara
pemanasan basah. Alat yang digunakan pada pemanasan basah adalah autoclave, yaitu
alat yang berupa tangki minyak yang dapat di isi dengan uap air. Pada umumnya
sterilisasi dengan panas basah digunakan untuk mensterilisasi media atau bahan karena
umunnya sterilisasi panas basah lebih efektif untuk mensterilkan media dibandingkan
dengan panas kering.
Autoclave dapat digunakan untuk mensterilkan beberapa bahan dan alat sbb. Bahan dan
alat tersebut antara lain media mikrobiologik, alat intravena, sarung tangan karet,
larutan, alat penyuntik, bilah penekan lidah, alat transfuse, pengawetan makanan dalam
kaleng, dll.
Autoclave merupakan alat sterilisasii yang cukup meyakinkan, walaupun demikian tidak
dapat dipakai untuk mesterilkan alat-alat yang terbuat dari plastic, karena bahan ini
akan meeleleh. Demikian juga bila pengoprasiannya tidak tepatdapat menyebabkan
ketidaktepatan dalam sterilisasi. Penggunaan yang tidak tepat biasanya disebabkan :
Kelalaian mengeluarakan udara (semuanya) sebelum menutup kutup bungan,
Membebani autoclave berlebihan atau pengemasan yang tidak benar.
Bahan dan yang disterilkan dengan metode sterilisasi panas basah adalah media PDA
( Potato Dextrose Agar ), dan NA ( Nutrien Agar ) dengan cara memasukannya kedalam
Erlenmeyer. Dan selanjutnya dimasukan kedalam autoclave yang telah dimasukan
aquadest steril. Pada umumnya suhu yang digunakan untuk mensterilkan bahan atau
media pada pemanasan basah autoclave dilakukan pada suhu 1200 C dan tekanan 15
pounds selama 15 pounds selama 15 menit. Namun akan teatapi yang mensterilkannya
adalah panas basah, bukan pada tekanannya. Maka dari itu pada saat aquadest steril
mendidih dalam autoclave dan mulai terbentuk uap – uap air, uap – uap air inilah yang
mensterilkan bahan atau media tersebut. Setelah disterilkan bahan atau media tersebut
sudah dapat digunakan.
1. H. KESIMPULAN
Bahan atau media pertumbuhan dari mikroorganisme yaitu PDA dan NA dapat disterilkan
dengan cara sterilisasi panas basah bertekanan tinggi dengan menggunakan autoclave
pada suhu 120 oC dengan tekanan 15 pounds selama 15 menit.
1. I. JAWABAN TUGAS
Karena sterilisasi panas basah lebih efektif di bandingkan dengan sterilisasi panas
kering. Hal ini dibuktikan dengan memasukan biakan mikroba dalam air mendidih akan
cepat mati dibandingkan dengan panas kering.
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PARKTIKUM 5
1. A. JUDUL
Pembuatan media agar
1. B. TUJUAN
Mengetahui cara-cara membuat media.
Mengetahui macam dan kegunaan media
1. C. DASAR TEORI
Media adalah perbenihan/substrat atau dasar makanan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakan suatu mikroorganisme. Media yang baik dalam pemeliharaan
mikroorganisme adalah yang mengandung unsur-unsur makanan yang diperlukan, dapat
berupa garam-garam organik seperti protein, pepton, asam-asam amino dan vitamin-
vitamin. Bahan-bahan yang disediakan untuk menumbuhkan mikroorganisme disebut
kultur media. Sedankan mikroorganisme yang tumbuh dan berkembangbiak pada suatu
kultur media disebut kultur.
Fungsi dari media adalah untuk membiakan, mengasinkan dan menyimpan
mikroorganisme dalam waktu yang lama dilaboratorium. Media juga dapat berfungsi
untuk mempelajari sifat-sifat kolono/pertumbuhan, sifat-sifat biokimia mikroorganisme.
Selain itu dalam laboratorium mikrobiologi kedokteran dapat berfungsi untuk
pembuatan antigen, toksin, dan untuk pasasi kuman dengan tuuan perubahan virulensi,
dll.
Media dapat diklasifikasikan berdasarkan atas susunan kimia, konsistensi dan fungsinya :
1. Klasifikasikasi media berdasarkan susunan kimianya yakniz
Media anorganik, yaitu media yang tersusun atas bahan-bahan anorganik
Media organik, yaitu media yang tersusun atas bahan-bahan organik
Media sintestik, yaitu media yang susunan kimianya dapat diketahui dengan pasti,
media ini biasanya digunakan untuk mempelajari kebutuhan nutrisi mikroba.
Media non sintetik (alami), media ini banyak digunakan untuk menumbuhkan dan
untuk mempelajari taksonomi mikroba.
1. Klasifikasi media berdasarkan konssistennya yakni
Media cair, yaitu media yang berbentuk cair
Media padat, media yang berbentuk padat, media ini dapat berbentuk padat, media ini
dapat berbentuk media organik (alamiah) misalnya media wortel, kentang dll atau
media anorganik misalnya silika gel. Media dapat diperoleh juga dengan cara
menambahkan agar-agar yang berasal dari ganggang/alga yang berfunsi sebagai
bahan pemadat. Alga digunakan karena bahan ini tidak diuraikan oleh
mikroorganisme, dan dapat membeku pada suhu diata 450C. Media padat ini terbagi
menjadi media agar miring dan deep
Media semi padat, dapat dibuat dengan bahan yang sama dengan media padat tetapi
yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini digunakan untuk melihat gerak
kuman secara mikroskopik
1. Klasifikasi media berdasarkan fungsinya
Media diperkaya, yaitu media yang ditambah zat-zat tertentu misalnya serum, darah,
ekstrat tumbuhan dan lainnya, sehingga dapat digunakan untuk menumbuhkan
mikroba heterotrof tertentu.
Media selektif, yaitu media yang ditambahkan zat kimia tertentu yang bersifat selektif
untuk mencegah pertunbuhan mikroba lain, misalnya media yang mengandung kristal
violet pada kadar tertentu dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa
mempengaruhi pertumbuhan gram negatif.
Media diferensial, media yang ditambah regensia atau zat kimia tertentu yang
menyebabkan suatu mikroba memebentuk pertumbuhan atau mengadakan
perubahan tertentu sehingga dapat membedakan bakteri hemolitik dan non hemolitik.
Media penguji, media dengan susunan asam-asam amino tertentu yang digunakan
untuk menguji vitamin-vitamin, asam-asam amino. Antibiotik dll.
Media untuk perhitungan jumlah nmikroba, media spesifik yang digunakan untuk
menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya media untuk menghitung
jumlah bakteri, actinomicetes, dll
Media khusus, media untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan
kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu.
1. Komposisi media
Pada hekekatnya komposisi media yang baik adalah sesuai kebutuhan dengan
kebutuhan mikroorganisme untuk melakukan metabolisme seperti pada habitat aslinya
(kondisi alamiah)
Dewasa ini untuk keperluan penelitian maupun pekerjaan dilaboratorium banyak
dipermudah dengan adanya bermacam-macam media yang tersedia dalam bentuk
serbuk saring.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Beaker gelas Gelas ukur Labu Erlenmeyer
Oven Cawan Petri Kapas
Autoclave Pembakar Bunsen
Batang Pengaduk
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Mengambil media secara aseptis, kemudian menimbang NA dan PDA sebanyak
yang diperlukan dan dilarutkan dalam aquadest steril dalam gelas beaker.
B. Memanaskan pada kompor listrik sampai mendidih dan diaduk secara perlahan-
lahan.
C. Setelah dilarutkan sempurna diangkat dan dituangkan pada Erlenmeyer dan
menutupnya dengan aluminium foil.
D. Disterilkan dalam autoclave dengan suhu 1200C dengan tekanan 15 ponds
selama 15 menit.
E. Meyiapkan cawan, masing-masing kelompok 4 cawan petri untuk NA, dan untuk
2 cawan petri PDA.
F. Menuangkan 10ml medium kedalam tiap cawan petri. Pengisian ini dilakukan
sebelum medium dingin dan mengental.
G. Kemudian menutup semua cawan petri.
H. Pada permukaan luar dasar cawan petri dituliskan nomor kelompok, tanggal
dan singkatan nama medium.
I. Menyimpan media kedalam lemari es dan dibungkus dengan kantuung plastic
sampai diperlukan.
1. F. HASIL PENGAMATAN
Dari hasil pengamatan praktikum diatas, diperoleh 2 macam media yaitu media NA dan
PDA yang berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan jamur dan bakteri.
1. G. PEMBAHASAN
Media merupakan tempat untuk tumbuhnya atau pembiakan mikroorganisme baik
bakteri atau jamur. Media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan dan pertumbuhan mikroba. Fungsi media
antara lain, untuk isolasi, untuk memperbanyak, untuk pengujian sifat-sifat fisiologi,
untuk perhitungan jumlah mikroba. Media secara umum terbagi menjadi 4 yaitu
Media nutrient agar (NA)untuk pembiakan bakteri
Mdia potato dextrose agar (PDA)
Media lactose broth (LB)untuk pembiakan bakteri
Media EMBA pembiakan bakteri
Keempat media pembiakan atau tumbuh dari mikroorganisme diatas yang sering di
gunakan dalam pembiakan bakteri yang akan di uji atau di teliti dalam laboratorium.
Syarat-syarat membuat media yang perlu diperhatikan adalah
1. Media harus mengandung semua unsur makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme.
2. Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan, dan ph yang
sesuai dengan kebutuhan mikroorganisme.
3. Media harus dalam keadaan steril sebelum ditanami mikroorganisme yang
dimaksud, jadi tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme lain tidak diharapkan.
1. H. KESIMPULAN
Media NA dan PDA dapat dibuat dengan cara aseptis yaitu mengambil NA dan PDA
sebanyak yang diperlukan selanjutnya dilarutkan dalam aquades steril dalam gelas
beaker kemudian dipanaskan pada kompor listrik sampai mendidih selanjutnya
dituangkan pada labu erlenmeyer serta ditutup dengan aluminium foil. Dimasukkan
kedalam autoclave dengansuhu 120 oC dengan tekanan 15 pounds selama 15 menit.
Langkah selanjutnya 10 ml medium dituangkan kedalam masing-masing 2 cawan petri
PDA dan 4 cawan petri NA. Tutup semua cawan petri kemudian disimpan dalam
lemari es dan dibungkus dengan kantong plastik.
Macam-macam media yaitu Media NA dan PDA. Media NA digunakan sebagai tempat
pembiakan bakteri. Media PDA digunakan sebagai tempat pembiakan jamur.
1. I. JAWABAN TUGAS
2. Dik: botol NA tertulis 20 gram / 1000 ml
Maka isi tiap cawan adalah 15 gram
Dit : berapa gram yang dibutuhkan apabila media NA yang dibutuhkan sebanyak 10
cawan petri
Peny: jumlah cawan x isi cawan x : 1000 ml
=
= 3 gr / 1000 ml
1. Dik : botol PDA tertulis 39 / 1000 ml
Maka setiap isi cawan adalah 15 ml
Dit : berapa gram yang dibutuhkan apabila media PDA yang dibutuhkan sebanyak 15
cawan petri
Peny : jumlah cawan x isi cawan x : 1000 ml
= 15 x 15 x 39 : 1000 ml
= 8.8 gr / 1000 ml
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 6
1. A. JUDUL
Pembiakan bakteri
1. B. TUJUAN
Mempelajari sifat-sifat koloni bakteri pada media air.
Memahami cara mengisolasi mikroba untuk mendapatkan biakan murni.
1. C. DASAR TEORI
Bakteri dari kata latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari
organisme hidup. Mereka sangatlah kecil ( mikroskopik) dan kebanyakan uniseluer
(bersel tunggal), dengan struktur sel yang reltif sederhana tanpa nucleus/inti sel,
cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur el mereka
dijelskan lebih lanjut dalam artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan
prokarita, untuk membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih
kmpleks, disebut eukariota. Istilah “bakteri” telah diterapkan untuk semua prokariota
atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan
mereka.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar
( berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organism lain. Banyak
pathogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran
0,5-µm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3mm dalam diameter (Thiomargarita).
Mereka umumnya memiliki dindning sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan
komposisi snagat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagella,
yang berbeda dalam strukturnya dari flagella kelompok lain.
Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada tahun 1674 dengan
menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacteriumi diperkenalkan dikemudian
hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kota Yunani βακτηριον yang memiliki
arti “small stick”.
1. Ciri-ciri bakteri
Tubuh uniseluler (bersel satu)
Tidak berklorofil (meskipun begitu ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen
seperti klorofil sehingga mampu berfotosintesis dan hidupnya heterotrof.
Reproduksi dengan memebela diri (dengan pembelahan amitosis)
Habitat bakteri hidup dimana-mana (tanah, air, udara, mahluk hidup)
Satuan ukuran bakteri adalah micron (10-3)
1. Morfologi bakteri
Bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu
Ø Kokus (coccus)
Kokus adalah bakteri yang mempunyai bentuk bulat seperti bola-bola kecil. Kelompok ini
ada yang bergerombol dan yang bergandeng-gandengan membentuk koloni.
Berdasarkan jumlah koloni, kokus dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Monokokus (monococus), bila kokus hidup menyendiri
Diplokokos (diplococcus), bila kokus membentuk koloni terdiri dari dua kokus
Streptokokus (streptococcus), bila koloni membentuk seperti lantai
Stafilokokus (staphylococcus), bila koloni bakteri kokus membentuk untain seperti
buah anggur
Tetrakokus (tetracoccus), bila kolni terdiri dari empat kokus
Basil (bacillus)
Basil dari bacillus, merupakan bakteri yang mempunyai bentuk tongkat pendek atau
bnyak kecil dan silindris. Sebagian bakteri berbentuk basil. Basil dapat bergandeng-
gandengan panjang, bergandeng dua-dua, atau terlepas satu sama lain.
Berdasarkan jumlah koloni, basil dapa dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
Monobasil (monobacillus), yakni basil yang hidup menyendiri atau tidak bergerombol
Diplobasil (diplobacillus), bila koloni basil terdiri dari dua basil
Streptobasil (streptobacillus), bila koloni bakteri berbentuk lantai
Spiril (Sprilum),
Spiril merupakan bakteri yang berbentuk bengkok atau berbengkok-bengkok seperti
spiral. Bakteri yang berbentuk spiral sanagat sedikit jenisnya. Golongan ini merupakan
golongan yang paling kecil jika dibandingkan denga golongan basil dan golongan kokus.
Bentuk tubuh/morflgi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia.
Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran bakteri, kondisinya harus
sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda ukurannya relative lebih besar
daripada yang sudah tua.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Pembakar Bunsen Jarum Inokulasi Oven
Medium kaldu nutrient agar ( NA pada cawan petri )
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Setiap kelompok menyediakan satu set medium agar yang terdiri dari dua
cawan kaldu NA.
B. Nutrient agar I : untuk mikroba dari udara, kemudian membuka cawan petri
satu di atas meja selama 15menit untuk tiap kelompok.
NA Udara
1. Nutrient agar II : untuk mikroba dari mulut, salah satu anggota kelompok
mengucapkan beberapa kata sambil berhadapan dengan lempeng agar yang
terbuka dengan jarak 15-20cm dari permukaan agar, kemudian ditutup kembali.
2. Kemudian kedua lempeng agar tersebut diinkubasi ( dieramkan pada suhu kamar
atau dimasukan dalam incubator pada suhu 370C selama 1 x 24 jam.
1. Mengamati koloni mikroba yang tumbuh. Semua kegiatan dilakukan dengan
menggunakan api.
NA Mulut NA Udara
1. Mengamati sifat-sifat koloni yang tumbuh pada permukaan agar, dan dicatat
pengamatan dan dibuat table pengamatan :
Jumlah koloni
Bentuk koloni
Ukuran koloni ( diameter )
Mengkilat atau suram
Macam koloni
Warna koloni
Kenaikan permukaan ( rata, cembung, cekung dsb )
1. F. HASIL PENGAMATAN
Tabel Hasil Pengamatan
Jenis Bakteri Jumlah koloni Ukuran Mengkilat atau suram
Nutrisi agar 1 ( NA Udara) 61 koloni Tidak diamati Suram
Nutrisi agar 2 (NA Mulut ) 104 koloni Tidak diamati Suram
1. G. PEMBAHASAN
Pertumbuhan bakteri membentuk kelompok yang terdiri dari satu jenis bakteri yang
disebut koloni, dengan kata lain dalam satu koloni adalah bakteri yang sama genus dan
spesiesnya memiliki karakteristik gen dan fenotip yang sama. Pembiakan bakteri yang
terdiri dari satu macam koloni yang seragam disebut dengan pembiakan murni.
Pembiakan yang murni diperlukan untuk identifikasi bakteri, untuk memudahkan
pengambilan koloni yang sama ketika ditanam pada media identifikasi. Untuk melakukan
hal ini, harus di mengerti jenis-jenis nutrien yang disyaratkan oleh bakteri dan juga
macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Tidak ada satu perangkat kondisi yang memuaskan bagi kultifasi semua bakteri
dilaboratorium. Bakteri amat beragam baik dalam persyaratan nutrisi maupun fisiknya,
beberapa bakteri mempunyai persyaratan yang rumit. Beberapa spesies tumbuh pada
suhu serendah 0 oC, sedangkan yang lain tumbuh pada suhu sampai 75 oC. Beberapa
membutuhkan oksigen bebas, sedangkan yang lain dihambat oleh eksigen. Karena
alasan ini maka kondisi harus disesuaikan dengan sedemikian sehingga menguntungkan
bagi kelompok bakteri tertentu yang sedang di telaah.
Begitu tersedia kondisi yang memuaskan untuk kultifasi, maka reproduksi dan
pertumbuhan bakteri dapat diamati dan diukur, untuk menentukan pengaruh berbagai
kondisi baik terhadap reproduksi maupun pertumbuhanbakteri tersebut, dan untuk
menentukan perubahan-perubahan apa saja yang dihasilkan oleh bakteri didalam
lingkungan tubuhnya.
Fase-Fase Pertumbuhan Terhadap Bakteri
1. Fase Lag
Selama fase ini perubahan bentuk dan pertumbuhan jumlah individu secara tidak nyata
terlihat. Karena fase ini dapat juga dinamakan sebagai fase adaptasi (penunyuaian)
atapun fase pengaturan jasad untuk suatu aktifita didalam lingkungan yang mungkin
baru. Sehingga grafik selama fase ini umumnya mendatar.
1. Fase Eksponensial atau Logaritma
Setelah setiap individu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru selama fase Lag,
maka mulailah mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumlah individu (sel).
Fase eksponensial ditandai dengan terjadinya periode pertumbuhan yan cepat. Setiap sel
dalam populasi membelah menjadi dua sel. Variasi derajat pertumbuhan bakteri pada
fase ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetika yang diturunkannya. Selain itu derajat
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kadar nutrin dalam media, suhu inkubasi, kondisi pH
dan aerasi. Ketika derajat pertumbuhan bakteri telah menghasilkan populasi yang
maksimum, maka akan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang hidup.
1. Fase Stasioner
Fase stsioner adalah fase dimana jumlah bakteri yang berkembangbiak sama dengan
jumlah bakteri yang mengalami kematian. Fase stasioner terjadi pada saat laju
pertumbuhan bakteri sama dengan laju kematiannya, sehingga bakteri keseluruhan akan
tetap keseimbangan jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya pengurangan
derajat pembelahan sel. Hal ini disebabkan oleh kadar nutrisi yang berkurang dan terjadi
akumulasi produk toksik sehingga mengganggu pembelahan sel.
1. Fase Autolisis
Fase autolisis adalah fase dimana jumlah bakteri diamati semakin banyak, melebihi
jumlah bakteri yang berkembangbiak. Fase kematian ditandai dengan peningkatan laju
kematian yang melampaui laju pertumbuhan sehingga secara keseluruhan terjadi
penurunan populasi bakteri.
Istilah pertumbuhan bakteri lebih mengacu kepada pertambahan jumlah sel bukan
mengacu kepada perkembangan individu organisme sel. Bakteri memiliki kemampuan
untuk menggandakan diri secara eksponensial dikarenakan sistem reproduksinya adalah
pembelahan biner melintang, dimana setiap sel membelah diri menjadi dua sel. Selang
waktu yang dibutuhkan sel unutk membelah diri tersebut denganWaktu Generasi.
Tiap spesies bakteri memiliki waktu generasi yang berbeda-beda, seperti Eschercia
colli, bakteri umum yang dijumpai disaluran pencernaan dan ditempat lain, memiliki
waktu generasi 15-20 menit. Hal ini artinya bakteri E.colli dalam waktu 15-20
menitmampu menggandakan selnya menjadi dua kali lipat. Misalnya pada suatu tempat
terdapat satu sel bakteri E.colli.
1. H. KESIMPULAN
Koloni bakteri yang tumbuh pada media agar dapat diamati sifat-sifatnya dengan cara
mengamati jumlah koloni, bentuk koloni, ukuran koloni, macam koloni, warna serta
kenaikan permukaan.
Untuk mendapatkan biakan murni dari mikroba dapat dilakukan dengan cara
menumbuhkan bakteri pada media NA dengan cara menginkubasikan bakteri dalam
suhu 37 oC dalam waktu 1 x 24 jam.
1. I. JAWABAN TUGAS
2. Ada, karena dalam pembiakan mikroba, setiap jenis mikroba membutuhkan
perlakuan yang berbeda-beda. Bila memeriksa spesimen untuk mencari suatu
spesies bakteri tertentu seperti spesies bakteri tifoid , maka diketahui terlebih
dahulu ciri-ciri bakteri tersebut akan memungkinkan pemilihan medium dan kondisi
inkubasi sesuai untuk pembiakannnya.
3. Ya, karena lamanya proses inkubasi berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah
koloni. Pada beberapa spesies, populasi (panen sel terbanyak yang dapat diperoleh)
tercapai dalam waktu 24 jam; populasinya dapat mencapai 10 sampai 15 milyar sel
bakteri permilimeter.
4. Karena selang waktu atau lamanya proses inkubasi dibutuhkan sel untuk populasi
menjadi populasi menjadi dua kali lipat dikenal sebagai waktu generasi. Tidak
semua bakteri mempunyai waktu inkubasi yang sama, seperti Escherichia coli dapat
berlangsung singkat sekitar 15 sampai 20 menit; untuk yang lain mungkin berjam-
jam. Waktu generasi amat bergantung pada cukup tidaknya nutrien dalam medium
serta sesuai tidaaknya kondisi fisik. Data percobaan yang dibutuhkan untuk
menghitung waktu generasi ialah :
A. jumlah bakteri yang ada pada mula-mula yaitu pada inokulum;
B. jumlah bakteri yang ada pada akhir waku tertentu; dan
C. interval waktu.
1. d. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 7
1. A. JUDUL
Pembiakan Jamur
1. B. TUJUAN
Mempelajari sifat-sifat koloni yang tumbuh
1. C. DASAR TEORI
Kita telah mengeal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan
lainya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya pada waktu tertentu, pada kondisi
tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak
muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami.
Namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seirirng dengan
perkembangan imu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu
membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram,
jamur kuping.
Ciri-Ciri Umum Jamur
Jamur merupakan kelompok organism eukariotik yang membentuk dunia jamur atau
regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksinya.
1. Struktur tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya
khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya
mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen
dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium
menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa adalah stuktur menyerupai
benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membrane
plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan
hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup
untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke
sel. Akan tetapi, ada pua hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa
senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan
pembelahan sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustaria
yang merupakan organ menyerap makanan dari substrat , haustaria dapat menembus
jaringan substrat.
1. Cara makan dan habitat jamur
Semua jamur bersifat Heterotrof. Namun, berbeda dengan organism lainnya,jamur tida
memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur menyerap
zat organic dari lingkunga melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya
dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein,vitamin,dan senyawa
kimia lainnya.semua zat itu di peroleh dari lingkungannya . sebagai mahluk heterotrof,
jamur dapat bersifat parasit obligat,parasit fakultatif,atau safrofit.
1. Parasit obligat
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar
inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, pneumonia cara ini (khamir yang menginfeksi
paru-paru penderita AIDS).
1. Parasit fakultatif
Merupakan jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yan sesuai, tetapi
bersifat safrofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
1. Saprofit
Merupakan jamr pelapuk dan mengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit
menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah
jatuh. Sebagian besar jamur safroft mengeluarkan enzim Hidrolase pada substrat
makanan untuk mendekomposisi melekul kompleks manjada melekul sederhana
sehingga mudah di serap oleh hifa. Selaain itu, hifa juga dapat langsug menyerap bahan-
bahan organik dalam bentuk sederhana yang di keluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme . jamur yang hidup
bersimbiosis,selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionya.simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman
dapat di lihat pada mikoriza,yaitu jamur yang hidup diakar tanaman kacang- kacangan
atau pada liken.
Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan organisasi
air. Jamur yang hidup biasanya bersifat parasit atau saprofit ,dan kebanyakaan dari
kelas Oomycetes .
1. Pertumbuhan dan Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generative) seksual (vegetif). Secara aseksual
jamur menghasilkan spora .spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan
biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler .apabila kondisi habitat sesuai,
jamur memperrbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora
aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka
spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak Gametangium dan konjugasi.
Kontak Gametangiummengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua
individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah Pasmogami (peleburan
sitoplasma) dan tahap kedua adalah Karyogami (peleburan inti). Setelah Pasmogami
terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk
dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelh dalam waktu
beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhirnya inti sel melebur membentuk sel diploid
yang segera melakukan pembelahan Meiosis.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Mikroskop Jarum Ose
Inkubator Pipet
Objek gelas dan penutup gelas
Medium kaldu PDA
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Untuk jamur dari udara, membuka cawan PDA I diatas meja selama 1 jam dan
menutupnya kembali.
1. Untuk jamur dari bahan makanan, menghaluskan bahan makanan ( roti ) kemudian
menaburkannya pada cawan PDA 2 lalu menutupnya kembali.
1. Meninkubasikan pada suhu kamar atau memasukan kedalam incubator dengan
suhu 250C, selama 3X24 jam.
1. Mengamati setiap hari jenis koloni mikroba yang tumbuh.
2. Mengidentifikasi setiap koloni mikroba yang tumbuh dengan melihat warna koloni
dan bentuk jamur dibawah mikroskop.
Jamur Roti Jamur Udara
1. Mengambil objek gelas dan gelas penutup yang sudah dibersihkan, kemudian
meneteskan air satu tetes dengan pipet tetes diatas objek gelas, kemudian
mengambil sedikit koloni jamur dengan menggunakan jarum inokulasi
( mengusahakan bagian spora dan hifa terambil ).
Mengambil koloni Meletakkan Biakan Jamur
1. Menggambar morfologi penting untuk semua jamur yang diperiksa (miselium, ada
tidaknya sekat, spora dan bagian lain yang khas).
1. F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari praktikum ini yaitu :
PDA Udara yang di identifikasi di bawah mikroskop adalah jenis jamur Penicillium.
Spora
Konidia
PDA Roti yang di identifikasi di bawah mikroskop adalah jenis jamur Mucos.
Konidia
Spora
1. G. PEMBAHASAN
Pembiakan jamur dilakukan pada media PDA supaya pertumbuhan dapat tumbuh optimal
dan dapat diamati. Syarat yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan yang steril
agar tidak terjadi kontaminasi. Pengambilan suspensi dilakukan menggunakan jarum ose
kemudian dioleskan pada media pembiakan.
Mikroba ada dimana – mana di sekitar kita diair, udara dan tanah, ada juga mikroba yang
merugikan dan juga menguntungkan bagi kehidupan manusia. Salah satu mikroba yang
ada disektar kita dalah jamur. Untuk mengidentifikasi jamur dalam mikrobiologi
digunakan PDA. PDA ( Potato Dextrose Agar ) merupakan media yang digunakan dalam
pambiakan jamur. Fungi atau jamur mempunyai cirri yang khas, yaitu berupa benang
tunggal atau bercabang – cabang yang disebut dengan Hifa. Kumpulan dari hifa – hifa
disebut dengan Misellium. fungi merupakan mikroorganisme eukariotik yang
mempunyai ciri salah satunya adalah mempunyai spora. Fungi atau jamur terbagi atas
dua yakni kapang ( mempunyai filament dan dan misellium ) kamir ( bersel tunggal dan
tak berfilamen ).
Banyak jenis jamur yang terdapat didalam udara yang bersifat termofolik, yaitu jamur
yang tahan pada pemanasan tinggi sampai diatas 800 C. biasanya tahan selama suatu
benda sedang disterilkan bila jamur tersebut berada dalam bentuk spora.
Sesuai hasil pengamatan yang dilakukan pada pembiakan jamur melalui PDA Udara
diidentifikasi denagan mikroskop dengan pembesaran 100 x 10 yang sebelumnya
diinkubasi denga suhu 250 C selama 3 x 24 jam sebagai jenis jamur penicillium.
Penicillium merupakan jenis kapang yang banyak tersebar dialam dan penting dalam
mikrobiologi pangan. Penicillium menyebabkan kerusakan pada bahan sayuran, buah –
buahan ( penicillium expanum : biru – hijau pada buah busuk ) dan serilia, tetapi juga
digunakan untuk industry misalnya untuk antibiotic antibiotic penisilin ( Penicillium
notatum dan Penicillium chysogenim ).
Berikut ini adalah Klasifikasi ilmiah jamur Penicillium :
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Euascomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichocomaceae
Genus : Penicillium
Spesies : P.marneffei
PDA yang diamati selanjutnya adalah PDA pada roti. Setelah diamati pada mikroskop
dengan perbesaran 100 x 10 yang sebelumnya diinkubasikan pada inkubator dengan
suhu 250 C selama 3 x 24 jam, diidentifikasi sebagai jamur Mucor sp. yang memiliki cirri –
ciri misellium putih sampai kelabu hitam, hifanonseptat, sporangia dan sporangiospora
atau konidia.. Mucor sp. disebut juga jamur pada roti karena sering tumbuh dan
menyebabkan kerusakan pada roti. Mucor sp. Mempunyai hifa yang
Berikut ini adalah Klasifikasi Ilmiah jamur Mucor sp.
Kerajaan : Fungi
Filum : Zygomycota
Kelas : Zygomycetes
Ordo : Mucorals
Genus : Mucor
Spesies : Mucor sp.
Cirri morfologi koloni hifa seperti benang putih; bagian tertentu terdapat sporangium dan
sporangiofor berupa titik titik hitam seperti jarum pentul
Cirri mikroskopik hifa tanpak sekat, terdapat sporangium dan sporangio – spora.
Organisme ini akan tumbuh dengan cepat pada kebanyakan media jamur. Dapat
menyebabkan kekebalan tunuh berkompromi mucorosis dalam individu. Situs infeksi
paru – paru, sinus otak , mata dan kulit.
1. H. KESIMPULAN
Sifat-sifat koloni yang tumbuh pada media PDA dapat diamati dengan melihat warna
koloni dan bentuk jamur dibawah mikroskop.
1. I. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 8
1. A. JUDUL
Pembuatan sediaan mikroskopik ( olesan bakteri )
1. B. TUJUAN
Mempelajari cara menyiapkan olesan bakteri dengan baik, sebagai prasarat bagi
berbagai pewarnaan
1. C. DASAR TEORI
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk melakukan
pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro
magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki
kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop
cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi
elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.
Perhitungan jumlah mikroba secara langsung dapat untuk menentukan jumlah mikroba
keseluruhan, baik yang mati maupun yang hidup. Cara ini secara keseluruhan
menggunakan counting chamber. Alat atau metode dapat menggunakan Petroff-Hausse,
haemacytometer, Bacteria Counter, Colony Counter, atau alat-alat jenis. Dasar
perhitungannya adalah dengan cara menempatan satu tetes 1tetes suspesi bahan atau
biakan mikroba pada alat tersebut. Kemudian ditutup dengan kaca penutup lalu diamati
dengan mikrosop. Dengan menentukan jumlah sel rata-rata setiap petak (ruangan) yang
telah diketahui volumenya dari alat tersebut dapat ditentukan jumlah sel mikroba setiap
ml.
Jenis-jenis mikroskop elektron
Ø Mikroskop transmisi elektron (TEM)Mikroskop transmisi elektron (Transmission electron microscope-TEM)adalah sebuah
mikroskop elektron yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja proyektor slide, di mana
elektron ditembuskan ke dalam obyek pengamatan dan pengamat mengamati hasil
tembusannya pada layar.
Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga mampu
menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan pembesaran
sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.
Adanya persyaratan bahwa “obyek pengamatan harus setipis mungkin” ini kembali
membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang memiliki obyek yang tidak
dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu pengembangan metode baru mikroskop
elektron terus dilakukan.
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan
dengan tahap sebagai berikut :
1. Melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur
sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa
glutaraldehida atau osmium tetroksida.
2. Pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis
mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan
monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan
pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari
berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh karena itu,
sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk diletakkan di atas
cincin berpetak untuk diamati.
3. Pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang
akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat
menggunakan logam berat seperti uranium dan timbal.
Ø Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)adalah merupakan salah satu tipe yang
merupakan hasil pengembangan dari mikroskop transmisi elektron (TEM). Pada sistem
STEM ini, electron menembus spesimen namun sebagaimana halnya dengan cara kerja
SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit dengan memindai obyek
menggunakan pola pemindaian dimana obyek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi
lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik (dots)yang membentuk gambar
seperti yang dihasilkan oleh CRT pada televisi / monitor.
Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi detil arsitektur
permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan obyek diamati secara tiga
dimensi.
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan sediaan
dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk mematikan
sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan
menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. dehidrasi, yang
bertujuan untuk memperendah kadar air dalam sayatan sehingga tidak mengganggu
proses pengamatan. 3. pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras
antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan
dapat menggunakan logam mulia seperti emas dan platina.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Jarum Ose Pembakar Bunsen
Pipet Tetes Kapas
Gelas Objek
Alkohol
Biakan Bakteri muda (24-48 jam)
Aquadest
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Membersihkan objek gelas hingga bebas lemak dengan kapas beralkohol
B. Meneteskan satu tetes air/aquadest dengan menggunakan pipet tetes pada
objek gelas.
1. Memijarkan jarum inokulasi kemudian didinginkan
1. Mengambil biakan bekteri dengan jarum inokulasi tesebut, kemudian
mencampurkan dengan tetesan aquadest pada objek gelas, menyebarkan suspensi
sehingga menjadi sediaan yang tipis dalam bentuk lingkaran kira-kira sebesar uang
logam 25 rupiah.
2. Mengeringkan sediaan diudara
3. Merekatkan sediaan tersebut dengan melewatkan objek gelas bagian bawahnya
diatas api sebanyak 3kali, cara ini disebut “ fiksasi panas “. Ada juga sediaan yang
difiksasi dengan motil alcohol atau bahan kimia yang lain.
4. Kemudian sediaan siap untuk diwarnai
5. Untuk membuat sediaan dari media cair, tidak memerlukan tetesan air, cukup
menebarkan dari bahan itu sendiri.
6. F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari praktikum ini yaitu diperoleh sediaan yang siap untuk diwarnai.
1. G. PEMBAHASAN
Tujuan dari pembuatan sediaan mikroskopik (olesan bakteri ) adalah sebagai syarat bagi
pewarnaan yang baik. Langkah awal yang digunakan adalah menyediakan objek gelas
yang sebelumnya telah disterilkan menggunakan kapas yang beralkohol. Sterilisasi ini
termasuk ke dalam sterilisasi secara kimia. umumnya isopropyl alcohol 70 – 90 % adalah
yang termurah namun merupakan antiseptic yang efisien dan efektif.
Dalam membuat sedian dari media padat perlu di perlukan tetesan air misalnya
aquadest, namun pembuatan sediaan dari media cair tidak perlu lagi menggunakan
tetesan air.gelas objek yang telah disterilkan dan telah ditetesi dengan aquadest steril
dicampurkan dengan biakan bakteri yang diambil dengan menggunakan jarum inokulasi.
Jarum inokulasi yang di gunakan untuk mengambil bakteri berbeda dengan jamur.
Suspense bakteri yang telah berada pada objek gelas di sebarkan menjadi sediaan yang
tipis dalam bentuk lingkaran kira-kira sebesar 25 rupiah hal ini bertujuan untuk
mempermudah dalam mengamati bakteri. Sediaan tersebut selanjutnya di keringkan di
udara.
Sediaan yang telah dikering anginkan dilakukan fiksasi bertujuan untuk merekatkan
suspense pada objek. Cara Fiksasi yang paling banyak di gunakan adalah dengan cara
fisik yaitu dengan pemanasan dengan cara melewatkan objek gelas di bagian bawahnya
di atas api sebanyak tiga kali. Maka dengan selesainya fiksasi tersebut sediaan siap
untuk di beri berbagai pewarnaan.
1. H. KESIMPULAN
Dalam pembuatan sediaan mikroskopik ini digunakan sediaan media cair, karena
sediaan mikroskopik tersebut direkatkan dengan melewatkan objek gelas bagian bawah
diatas api. Cara ini disebut fiksasi panas, selain itu ada juga sediaan yang difiksasi
dengan motil alkohol atau bahan kimia lain.
1. I. JAWABAN TUGAS
Fiksasi panas adalah cara yang digunakan untuk merekatkan sediaan dengan
melewatkan gelas objek pada lampu spiritus,tujuannya adalah merekatkan sel mikroba
pada gelas objek
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 9
1. A. JUDUL
Uji penguat E.Coli pada air dengan metode MPN
1. B. TUJUAN
Untuk mengetahui E.Coli pada sampel air dengan menggunakan uji penguat MPN
1. C. DASAR TEORI
Pada metode MPN ini digunakan medium cair didalam tabung reaksi, dimana
perhitungann dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang ditumbuhi
oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tetentu. Pengamatan tabung yang
positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas
didalam tabung durham untuk mikroba pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran pada
umumnya digunakan 3 atau 5 seri tabung. Lebih banyak tabung yang digunakan
menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih
banyak.
Cara melihat jumlah bakteri dapat ditentukan dengan rumus sbb :
Jumlah bakteri = Nilai MPN ( dari table ) x 1/pengenceran tabung yang ditengah.
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah jasad renik didalam contoh
yang berbentuk cair, meskipun dapat digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan
terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel. Grup mikroba yang dapat dihitung
dengan metode MPN juga bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk
pertumbuhan.
Dalam metode MPN, dari setiap pengenceran dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam
tabung yang berisi medium, dimana untuk setiap pengenceran digunakan tiga seri
tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dilakukan penghitungan jumlah
tabung yang positif (ditandai dengan timbulnya kekeruhan). Misalnya pada pengenceran
pertama ketiga tabung menghasilkan pertumbuhan positif, pada pengenceran kedua tiga
tabung positif, dan pada pengenceran ketiga, tiga tabung positif. Kombinasinya menjadi
3, 3, 3.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Cawan petri Jarum Ose Media EMBA
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Mensterilkan jarum ose
1. Mengambil sampel pada uji penduga yang positif
2. Mengoreskan pada media dengan goresan sinambung
1. Mengingkubasikan selama 24 jam pada suhu 370C
2. Apabila koloni bakteri berwarna hijau metalik dinyatakan positif E.Coli
3. F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari praktikum ini yaitu setelah media EMBA diinkubasi selama 24
jam, koloni bakteri tidak berwarna hijau metalik dan hal ini menunjukkan bahwa pada air
mineral negatif E.colli seperti yang tampak pada gambar :
Media EMBA 10-1 Media EMBA 10-2 Media EMBA 10-3
1. G. PEMBAHASAN
Untuk mengetahui adanya bakteri E.Coli pada air mineral digunakan metode MPN.
Metode MPN menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi,dimana perhitungan
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yang ditumbuhi oleh mikroba setalah
di inkubasikan selama 2 x 24 jam pada uji penduga. Tabung yang positif E. Coli ditandai
dengan adanya gas dalam tabung durham dan terjadinya perubahan warna dari hijau ke
orange.
EMBA (Eosin Methlyn Blue Agar) merupakan media yang digunakan untuk mengetahui
adanya bakteri E.coli pada air mineral, hal ini di sebabkan oleh karena media EMBA
merupakan media yang umum di gunakan sebagai tempat pengembangbiakan bakteri.
Dengan menggunakan jarum ose, tabung yang positif E.Coli pada uji penduga
digoreskan secara sinambung pada media EMBA. Pada umunya cara penggoresan terdiri
dari empat macam yaitu: goresan T, Goresan kuadran, goresan radian dan goresan
sinambung. Pada goresan sinambung adanya Bakteri E. coli ditandai dengan adanya
warna hijau metalik setalah sebelumnya diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 370 C.
suhu merupakan faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan mikroba.pada umumnya
batas daerah temperature bagi kehidupan mikroba terletak antara 00 C- 900 C dan dikenal
dengan ada temperatur minimum,optimum, dan maksimum.
1. H. KESIMPULAN
Uji penguat yang telah dilakukan menunjukan bahwa didalam air mineral kandungan
bakteri E. Coli pada air mineral negative atau tidak ada.
1. I. JAWABAN TUGAS
Keuntungan dan kelebihan metode MPN :
1. Dapat menghitung salah satu mikroorganisme yang terdapat pada campuran
2. Metode MPN selain dapat menghitung jumlah mikroba didalam sampel yang
berbentuk cair, juga dapat mnehitung untuk sampel yang padat dengan terlebih
dahulu membuat suspense 1:10 dari sampel tersebut.
3. Metode MPN dalam perhitungan jumlah sel sangat teliti dan baik dilakukan karena
menggunakan 3 uji yang masing-masing uji tersebut memilki cirri khas perubahan
yang menyatakan apakah sampel tersebut positif terdapat bakteri koliform
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
1. K.
PRAKTIKUM 10
1. A. JUDUL
Pewarnaan gram
1. B. TUJUAN
Untuk mempelajari cara pewarnaan gram dan mengamati bentuk serta sifat bakteri
terhadap pewarnaan gram
1. C. DASAR TEORI
Pewarnaan garam atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram positif dan gram negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuan Denmark Hans Cristian Gram (1853-1938) yang mengembangkan tehnik ini pada
tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri klebsiella pneumoniae.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan gram bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji
pewarnaan gram, suatu pewarnaan penimbang (counterstain) ditambahkan setelah metil
ungu yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah
muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
Banyak spesies bakteri gram negatif yang bersifat patogen,yang berarti mereka
berbahaya bagi organisme inang. Sifat potogen ini berkaitan dengan komponen tertentu
pada dinding sel gram negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan
LPS atau Endotoksin).
Tujuan pewarnaan yaitu :
Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi, ataupu fungi.
Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang di berikan sehingga sifat-sifat fisik dan
kimia yang ada akan dapat di ketahui.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Larutan kristal violet Larutan Mordan
Larutan peluntur larutan cat safranin
Lampu bunsen Mikroskop
Biakan murni (Eschercia colli), yang ditumbuhkan dalam nutrien medium nutrien cair
umur 24 jam.
Alkohol 70%
Gelas benda
Jarum ose
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Membersihkan gelas benda dengan alcohol , kemudian dipanggang diatas
nyala lampu spiritus
B. Mengambil dengan ose secara aseptis 1 lup suspense bakteri dan
meletakannya diatas gelas benda tersebut. Meratakan suspense tersebut kira-
kira seluas 1 cm2 dan dikeringanginkan.
Mengambil suspensi bakteri
1. Melakukan fiksasi diatas nyala lampu spiritus
2. Membubuhkan cat utama (2-3 tetes gram A) pada permukaan preparat lapisan tipis
bakteri sampai tertutup semua. Mendiamkannya selama satu menit.
1. Mencucinya dalam air mengalir dan di keringanginkan.
2. Membubuhkan larutan Mordan (gram B) dan didiamkan selama satu menit, cuci
dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
1. Kemudian dicuci dengan peluntur (gram C) sampai lapisan Nampak pucat (30 detik),
dan langsung dicuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.
1. Meneteskan cat penutup (gram D) dan dibiarkan selama 2 menit. Dicuci dengan air
mengalir dan dikeringanginkan
1. Mengamati dengan mikroskop pembesaran kuat ( 100 X 10 )
2. Menggambarkan dan diberi keterangan bakteri yang tampak serta memperhatikan
bentuk, warna, dan reaksi pengecatan. Bakteri gram positif berwarna ungu,
sedangkan bakteri gram negative berwarna merah.
3. F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari praktikum ini yaitu diperoleh sediaan yang sudah diwarnai dan
siap untuk diamati dibawah mikroskop.
1. G. PEMBAHASAN
Pengamatan bentuk dan ukuran sel bakteri akan tampak jelas jika dilakukan pewarnaan
terhadap sel. Kebanyakan sel-sel bakteri tidak berwarna, sehingga jika di lihat di bawah
mikroskop tidak memperlihatkan warna kontras. Demikian pula bagian-bagian tertentu
misalnya spora, flagella, kapsul atau dinding sel hanya dapat diamati jika dilakukan
pengecatan atau pewarnaan khusus. Dengan pewarnaan ini, bakteri mula-mula dilapisi
dengan larutan zat warna karbol gentinviolet (karbol kristal violet, karbolmetil violet) dan
didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dengan larutan yodium dan dibiarkan
terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat pewarnaan ini selesai, semua bakteri
akan berwarna ungu.
Langkah-langkah utama dalam mempersiapkan spesimen mikroba yang diwarnai untuk
pemeriksaan mikroskopik ialah :
1. Penempatan olesan atau lapisan tipis spesimen pada kaca objek.
2. Fiksasi olesan itu pada kaca objek, biasanya dengan pemanasan, menyebabkan
mikroorganisme itu melekat pada kaca objek.
3. Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna
atau reagen (pewarnaan diferensial).
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan
memberikan reaksi kalau mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut
berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negatif.
Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral.
Sehingga kalau kita memberikan pewarna yang bermuatan positif, misalnya metilen biru,
hasil pewarnaan akan nampak jelas.
Secara kimia, zat warna dapat digolongkan kedalam senyawa basa dan senyawa asam.
Jika warna terletak pada muatan positif, maka senyawa tersebut dinamakan zat warna
basa. Sebaliknya jika warna terdapat pada ion bermuatan negatif, maka senyawa
tersebut dinamakan zat warna asam.
Contoh zat warna basa misalnya : metilen biru, safranin, merah netral dan sebagainya,
dengan anionnya adalah Cl-, SO2-4, CH3OO-, COOHOO-, dsb. Sedangkan zat warna asam
misalnya : Na-eosinat kationnya adalah Na+, K+, Ca2+, NH3. Disamping zat warna asam dan
zat warna basa, juga didapatkan zat warna indeferen seperti sudan III, dimetil-amid-azo-
benzol, dan zat warna netral seperti eusin-metilen biru.
Salah satu sifat dari zat warna untuk menggunakan pewarnaan mikroba ialah bahwa zat
warna asam pada umumnya mempunyai sifat bersenyawa lebih cepat dengan bagian-
bagin sitoplasma sel, sedang zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti
sel.
Faktor – faktor penentu keberhasilan dalam pewarnaan mikroba ialah :
Fiksasi
Fiksasi dilakukan sebelum zat warna digunakan, bertujuan untuk :
v Melekatkan sel pada gelas objek.
v Membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih mudah diwarnai daripada
sel dalam keadaan hidup.
v Melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif-NH3 yang akan bereaksi dengan
gugus OH- dari zat warna.
v Mencegah terjadinya otolitis sel, yaitu proses pecahnya sel yang disebabkan oleh
enzim yang ada didalamnya.
v Merubah daya ikat zat warna.
Fiksasi dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan ataupun pengeringan secara
dingin, sedangkan yang paling umum dilakukan secara kimia dengan penambahan
sabun, formalin, fenol, dan sebagainya.
Pelunturan warna
Pelunturan warna bermaksud untuk menghilangkan warna sel yang telah diwarnai.
Senyawa ini digunakan untuk menghasilkan keadaan yang kontras pada sel mikroba
sehingga dengan jelas dapat dilihat dibawah mikroskop misalnya.
Pada umumnya sel mikroba yang mudah diwarnai akan lebih cepat pula dilunturkan,
sedangkan sebaliknya sel mikroba yang sukar diwarnai akan sulit pula untuk dilunturkan.
Sifat cepat dan lambatnya cara pelunturan inilah yang diperbedakan untuk membedakan
kelompok mikroba setelah diberi pewarnaan.
Dari segi ketahanan sel terhadap senyawa kimia, dibidang mikrobiologi dikeSnal ada
tahan asam, tahan alkohol, tahan air dan sebagainya. Ketahanan terhadap suatu zat
kimia inipun dipergunakan untuk membedakan kelompok mikroba.
1. H. KESIMPULAN
Cara pewarna gram merupakan salah satu cara pewarnan yang digunakan untuk
mengidentifikasi ataupun membedakan adanya bakteri gram positif dan bakteri gram
negative dengan menggunakan berbagai larutan cat gram. Pewarnaan yang diberikan
dapat berpengaruh terhadap bentuk serta sifat bakteri. Bakteri gram positif di tandai
dengan adanya warna ungu atau Kristal violet sementara bakteri gram negative
berwarna merah.
1. I. JAWABAN TUGAS
Ya, bakteri gram negative tidak akan berwarna biru tua atau violet namun akan
berwarna merah bila diamati dibawah mikroskop sementara bakteri yang berwarna ungu
bila diamati dibawah mikroskop adalah bakteri gram positif hal ini karena bakteri gram
postif hanya memiliki satu membrane plasma dengan dinding peptinogen tebal sehingga
mampu mempertahankan warna Kristal ungu sementara bakteri gram negative memiliki
dinding peptinogen yang tipis sehingga tidak dapat mempertahankan warna Kristal
ungu.
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 11
1. A. JUDUL
Perhitungan bakteri pada air dengan metode MPN
1. B. TUJUAN
Untuk mengetahui jumlah bakteri yang ada pada setiap 1 ml sampel
1. C. DASAR TEORI
Metode hitungan cawan menggunakan medium padat sedangkan pada metode MPN
menggunakan medium cair didalam tabung reaksi. Perhitungan MPN berdasarkan jumlah
tabung reaksi yang positif yakni ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi padasuhu dan
waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan dan terbentuknya gas didalam tabung kecil (tabung durham) yang
diletakkan pada posisi terbalik yaitu untuk jasad renik yang membentuk gas. Untuk
setiap pengenceran pada umumnya dengan menggunakan 3 atau 5 seri tabung. Lebih
banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi tetapi alat
gelas (tabung reaksi) yang digunakan lebih banyak.
Dalam metode MPN, pengenceran sampel harus lebih tinggi daripada pengenceran pada
hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasi
dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung sati jasad renik. Beberapa
tabung mungkin mengandung lebih dari satu sel sedangkan tabung yang lain tidak
mengandung sel sama sekali. Dengan demikian, setelah inkubasi diharapkan terjadi
pertumbuhan pada beberapa tabung yang dinyatakan sebagai tabung positif sedangkan
tabung lainnya negatif.
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba didalam sampel
yang berbentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel yang berbentuk
padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut. Kelompok
jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga berfariasi tergantung dari
medium yang digunakan untuk pertumbuhan.
Cara yang dapat digunakan untuk menghitung MPN koliform secara sensitif didalam air
yaitu metode 7 tabung dan 15 tabung. Untuk menganalisis air, dalam uji penduga
digunakan Lactose Broth (LB). Bakteri asam laktet dapat memfermentasi laktosa dan
membentuk gas, sehingga dapat mengakibatkan pembaca uji positif yang salah.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Tabung reaks Pipet
Cawan petri Tabung durham
Kapas Laktosa broth
Sampel ( air ledeng, air sumur, air aqua)
Aquadest
Kaldu NA
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Membuat pengenceran dari sampel yang akan diperiksa mulai dari
pengenceran 10-1, 10-2, 10-3atau10-4, 10-5, 10-6.
B. Menyediakan 12 tabung reaksi, 3 tabung berisi 9 ml aquades steril, 9 tabung
bersisi 9 ml laktosa broth (LB)
1. Menyediakan sampel sebanyak 100 ml
2. Mengambil 1 ml dari sampel, memasukannya kedalam tabung pertama (isi
aquadest), mengocok sampai homogeny, hingga konsentrasi larutan dalam tabung
pertama menjadi 10-1.
1. Mengambil 1 ml dari tabung pertama memasukan kedalam tabung kedua,
mengocok sampai homogeny, hingga konsentrasi larutan didalam tabung kedua
menjadi 10-2, dan membuat juga pengeceran 10-3.
2. Mengambil larutan dari 10-1, sebanyak masing-masing 1 ml untuk 3 tabung ( isi LB 9
ml ) 10-1, kemudian mengambil larutan dari tabung 10-2, sebanyak masing-masing 1
ml untuk 3 tabung 10-2, juga untuk pengenceran 10-3.
3. Mengingkubasi dengan suhu 370C selama 2 X 24 jam
1. Menghitung jumlah tabung reaksi yang positif (ditandai dengan adanya gas pada
tabung durham atau kekeruhan). Melihat daftar MPN untuk menhitung jumlah
bakteri per ml kemudian mengalikan dengan 1/pengenceran ditengah.
2. Menyiapkan 1 cawan berisi medium NA yang sudah disiapkan, menuangkan
sebanyak 1 ml dari tabung pengenceran 10-2, kemudian meratakan. Mengingkubasi
selama 1 X 24 jam.
1. Menghitung koloni yang tumbuh pada setiap cawan petri, mengalikan dengan
1/pengenceran 10-2.
2. F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari praktikum perhitungan bakteri pada air dengan metode MPN yaitu
:
Uji penduga Metode Surface plate
1. G. PEMBAHASAN
Berbeda dengan metode cawan dimana digunakan media padat (agar), dalam metode
MPN digunakan medium cair didalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang di tumbuhi oleh mikroba setelah
diinkubasikan pada suhu 37 0C dan waktu 2 x 24 jam. Pengamatan tabung yang positif
dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan ( hijau – orange) atau
terbentuknya gas didalam tabung durham untuk mikroba pembentuk gas.
Bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba per ml, per g
atau per cm permukaan, memerlukam perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan
pada medium agar pada cawan petri, sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni
tersebut dalam jumlah yang terbaik adalah diantara 30 dan 300.
Untuk melakukan pengenceran, Suatu bahan yang akan diuji yaitu air mineral dilakukan
pengenceran secara desimal. untuk melakukan pengenceran dari masing-masing
pengenceran dimasukan 1 ml kedalam tabung yang berisi Lactosa Broth dan tabung
durham. Untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu
dan waktu tertentu dilihat tabung yang positif, yaitu tabung yang ditumbuhi mikroba
yang dapat ditandai dengan terbentuknya gas didalam tabung durham dan juga terdapat
perubahan warna.
Pada pengenceran 10-1 ketiga tabung menghasilkan pertumbuhan yang positif
Pada pengenceran 10-2 ketiga tabung menghasilkan pertumbuhan yang positif
Pada pengenceran 10-3 ketiga tabung menghasilkan pertumbuhan yang positif
Jadi kombinasi tabung yang positif menjadi 3, 3, 3, setelah di cocokan dengan tabel MPN,
hasilnya sebagai berikut :
Kombinasi: 3 -3 -3
Nilai MPN dari tabel MPN 3 seri = > 24
MPN mikroba = nilai MPN x 1/Pengenceran tabung yang ditengah
= 24 x 1/10-2
=2.4 x 103 CFU
1. H. KESIMPULAN
Jumlah Bakteri E. coli yang terdapat pada masing – masing pengenceran berbeda –
beda,hal ini diebabkan karena semakin tInggi pengenceran (10-3) maka semakin sedikit
jumlah koloni bakterinya. Sebaliknya semakin rendah pengenceran (10-1) maka semakin
banyak jumlah koloni bakterinya.
1. I. JAWABAN TUGAS
2. Ya, terdapat perbedaan jumlah bakteri yang dihasilkan antara metode MPN dan
metode hitung cawan permukaan. Karena masing-masing metode memiliki
ketelitian yang berbeda yaitu cukup mudah untuk dilakukan karena hanya dapat
dilihat langsung berdasarkan tabung reaksi yang positif dan perhitungannya juga
dengan bantuan tabel dan dapat menghitung salah satu mikroorganisme yang
terdapat pada campuran mikroorganisme. Akan tetapi hanya dapat menggunakan
sedikit sampel air, dan membutuhkan banyak media dan perlengkapan dan angka
ketelitiannya juga kecil, yaitu hanya sampai 101 sehingga hanya sedikit jumlah
bakteri yang diketahui. Sedangkan SPC memiliki angka ketelitian yang sulit karena
ada koloni bakteri yang koloninya bisa dihitung dan ada juga yang ada koloni bakteri
tapisulit ditentukan karena ada koloni sendiri dan bergabung.
3. Metode MPN, karena metode MPN mempunyai 3 proses yaitu yang pertama uji
penduga, uji penguat, dan uji pelengkap
4. Dari hasil percobaan yang kelompok lain lakukan bahwa metode MPN lah yang
paling baik dilakukan, karena keakuratan mengenai bakteri yang ada dalam
percobaan lebih efektif disbanding menggunakan media perhitungan cawan.
1. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 12
1. A. JUDUL
Uji kuantitatif bakteri pada Air Mineral (Pour Plate)
1. B. TUJUAN
Untuk mengetahui jumlah bakteri pada Air Mineral dengan menggunakan metode
tuang (Pour Plate)
1. C. DASAR TEORI
Tehnik pour plate dalah suatu tehnik didalam menumbuhkan mikroorganisme didalam
media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur
bakteri. Tehnik ini bias digunakan pada uji TPC (total plate counth). Kelebihan tehnik ini
adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar.
Metode tuang ini ini dilakukan dengan mengencerkan koloni bakteri lalu dituangkan
kedalam cawan petri baru dituangkan pula medium agar yang masih cair. Tehnik ini akan
menyebabkan mudah timbulnya spreader yaitu koloni yang berbeda saling menumpuk.
Hal ini bias dihindari dengan membuat koloni tersebut lebih encer lagi, sehingga pada
saat dituang koloni yang ada hanya sedikit dan kemungkinan ada spreadpun dapat
dikurangi. Kekurangan yang lain dari metode ini adalah kontaminan sulit dibedakan
karena semuanya dituang secara homogenih. Hal ini dapat dihindari dengan selalu
bekerja dengan tehnik aseptis. Kelbihan dari metode pour plate adalah tehniknya mudah
dilakukan, dan krena sampel dikocok homogeny maka bakteri aerob maupun anaerop
dapat hidup.
Ada beberapa metode untuk mengisolasi bakteri diantanya metode streak plate. Surface
plate dan pour plate. Metode streak palte tehniknya sulit dilakukan namun namun
kontaminan mudah dibedakan. Metode surfice plate dapat digunakan untuk memisahkan
mikroba aerob dengan yang lain, tetapi kontaminan sudah dibedakan. Metode pour
plate, mudah dilakukan dan dapat ditumbuhi mikroba aerob maupun anaerob tetapi
kontaminan sulit untuk dibedakan.
Metode ini sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan ketrampilan khusus
dengan hasil biakan yang cukup baik. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan
sumber isolat yang telah diketahui beratnya kedalam 9ml garam fisiologis (NaCL 0.85%)
atau larutan buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagai penyangga Ph agar sel bakteri
tidak rusak akibat menurunnya Ph lingkunan. Pengeceran dapat dilakukan beberapa kali
agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuh cawan (biakan terlalu
padat akan menggangu pengamatan). Sekitar 1 ml suspense dituang kedalam cawan
petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media, penyubur (nutrient agar) steril
hangat (40-500) kemudian ditutup rapat dan di;ltakan didalam incubator (370C) selam 1-2
hari.
Penuangan pada metode ini dilakukan dengan cara aseptic atau dalam kondisi steril agar
tidak terjadi kontaminasi atau masuknya organism yang tidak diinginkan (dilaboratorium,
kontaminasi biasanya terjadi akibat tumbunya kapang, seperti penicillium dalam biakan).
Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses
penuangan (media panas disebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih
mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga menggangu
proses pengamatan. Pada metode ini, koloni akan tumbuh didalam media agar. Kultur
diletakkan terbalik, dimasukan kedalam plastic dengan diikat kuat kemudian diletakkan
dalam incubator.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Alat : Vortex, petridish, Erlenmeyer, mikropipet, incubator autoclave, motircoloni
counter, bunsen, neraca ohause dan tabung reaksi
Bahan : NaCl fisiologis, aquadest steril, NA (Nutrien Agar), Alkohol 70% dan Air mineral.
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Cara kerja yang di lakukan dalam perhitungan jumlah bakteri adalah dengan
cara menumbuhkan bakteri pada media Nutrien Agar pada cawan petri dengan
menggunakan metode tuang.
B. Mengambil 1 ml air mineral dengan menggunakan dispo, kemudian
menambahkan larutan 9 ml NaCl fisiologis, di homogenkan menggunakan
Vortex dan didapatkan pengenceran 10-1
C. Mengambil pengenceran 10-1 sebanyak 1 ml mencampurkan dengan NaCl
fisiologis 9 ml di dapatkan pengenceran 10-2. Demikian selanjutnya.
D. Setelah itu dari masing-masing pengenceran di ambil sebanyak 1 ml dan di
pindahkan ke dalam cawan petri, kemudian di tuangkan Na cair dengan suhu
45-500C. Kemudian di gerakkan perlahan-lahan agar sampel tersebut tercampur
rata kedalam media.
E. Selanjutnya mengingkubasi dalam ingkubator dengan suhu 370C selama 24 jam
dengan cara meletakan cawan petri dalam keadaan terbalik
F. Menghitung jumlah koloni yang terdapat di cawan petri. Koloni bakteri sekitar
30-300 koloni. Jumlah total bakteri = rata-rata jumlah koloni X 1/pengenceran.
1. F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari praktikum ini yaitu seperti pada gambar dibawah ini :
1. G. PEMBAHASAN
Dari pengenceran 10-1, 10-2, 10-3 masing-masing sebanyak 1 ml di masukan kedalam
cawan petri, sebaiknya waktu antara dimulainya pengenceran sampai menuangkan ke
dalam cawan petri tidak boleh lebih dari 30 menit.
Kemudian ke dalam cawan petri tersebut dimasukan agar cair steril yang telah
didinginkan sampai 500C sebanyak kira-kira 15 ml. selama penuangan medium, tutup
cawan tidak boleh dibuka terlalu lebar untuk menghindari terjadinya kontaminasi dari
luar. Setelah penuangan cawan petri segera digerakan secara hati – hati agar sel – sel
mikroba menyebar secara merata. Hal ini dilakukan dengan gerakan melingkar atau
gerakan seperti angka delapan, setelah agar memadat, cawan – cawan tersebut dapat
diinkubasikan didalam incubator dengan posisi terbalik. Inkubasi dilakukan pada suhu
dan waktu tertentu sesuai dengan jenis mikroba yang akan dihitung. Medium agar yang
digunakan juga disesuaikan dengan jenis mikroba yang ditumbuhkan. Selama inkubasi,
sel – sel yang masih hidup akan tumbuh dan membentuk koloni tang dapat terlihat
langsung dengan kasat mata.
Setelah akhir masa inkubasi, koloni yang terbentuk dapat dihitung. Setiap koloni dapat
dianggap berasal dari satu sel yang membelah menjadi banyak sel. Perhitungan jumlah
koloni dapat menggunakan “Quebec Colony Counter”
Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung dengan cara:
Koloni/ ml atau / gram = jumlah koloni per cawan x 1/ factor pengenceran
Jumlah koloni pada cawan 10-1 = 126 koloni
Jumlah koloni pada cawan 10-2 = 28 koloni
Jumlah koloni pada cawan 10-3 = 1 koloni
1. H. KESIMPULAN
Dengan menggunakan m etode pour plate atau metode tuang jumlah bakteri pada tiap
sampel air mineral menunjukan jumlah yang berbeda –beda sesuai dengan
pengenceran yang diberikan
1. I. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas
Negeri Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang
PRAKTIKUM 13
1. A. JUDUL
Resistensi test
1. B. TUJUAN
Untuk menentukan resisten tidaknya suatu bakteri terhadap berbagai macam antiseptik
1. C. DASAR TEORI
Resistensi (inggris resistance) beraal dari kata resist + ance adalah menunjukan pada
posisi sebuah sikap untuk berperilaku bertahan, berusaha melawan, menentang atau
upaya oposisi pda umumnya sikap ini tidak berdasarkan atau merujuk pada paham yang
jelas.
Resistansi adalah bagian dari proses evolusi : adaptasi jasat pada kondisi lingkungan
yang di (ber)ubah populasi serangga polimorfik tereksose insektisida individu rentan
terbunuh, sedang yang resisten lulus hidup reprodoksi menghasilkan populasi reesisten.
Ini terjadi berulang-ulang (menerima apliksi insektisida berulang-ulang/terus menerus).
Tipe- tipe insektisida yang mengawali proses ini pada akhirmya kehilangan efesiensi.
Polanya adalah periode latel selama beberapa generasi sementara resistensi sedang
berkembang sampai akhrinya meninka dengan cepat. Gen resisten dapat bertahan
selama bertahun-tahun.
Factor-faktor yang mempercepat timbulnya resistensi adalah perkembangbiakan yang
cepat/jasad hidup mobil/tekanan seleksi tinggi (kematian 80% – 90%) insektisida yang
persisten.
Resisten silang : resistensi yang disebabakan oleh suatu jenis atau golangan
insektisida,meluas kejenis insektisida yang lain.
Resistensi ganda : resistensi suatu strain tuunggal terhadap beberapa jenis insektisida
yang berbeda.
Resistensi timbul pada semua spesis tetapi paling Nampak pada hewan rendah.
Resistensi juga terjadi tetapi pada segala jenis ( insektisida mikrobia, khemosterilan,
atraktan, repellen, hormone), asal preparasi ini menyebabkan tekanan seleksi tinggi
pada populasi, resistensi pasti muncul. Serangga yang mula pertama mengalami
resitensi al. Kutu San Jose terhadap sulfur (1908), kutu hitam terhadap HCN (1912),
ngengat “ coddling” terhadap timbal arsenat (1928), lalat rumah an nyamuk terhadap
DDT (1946-1947).saat ini lebih dari 250 spesis telah resisten terhadap sat atau beberapa
jenis insektisida, bahkan terdapat serangga-serangga yang resitsen terhadap semu jenis
insektisida komersial.
Resistensi adalah suatu sifat tidak terganggu kehidupan sel mikroba oleh nti mikroba.
Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup.
Ciri-ciri terjadinya resistensi dari antibiotika adalah:
1. Mosdh tidak peka lagi terhadap antibiotika.
2. Pemberian yang beulang-ulang bakteri tetap tidak peka.
3. Aktivitas tidak berubah walaupun dosis dinaikan.
4. Sudah sejak awal obat tersebut tidak mampan terhadap bakteri.
v Resistensi terhadap obat
Istilah antibiotic berasal dari kata antibiosis yang berarti bustansi yang dihasilkan oleh
suatu mikroorganisme yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan atau
mematikan mikroorganisme lain. Penemuan antibiotic di awali oleh Alexander fleming
pada tahun 1928 yang mengamati adanya penghambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus pada cawan petri oleh kontaminan yang akhirnya dikenal
dengan panicillium notatum. Zat aktif yang kemudian di isolasi dari notatum ini diberi
nama Penicillin.
Diantara sejumlah besar sel-sel bakteri dari suatu spesies yang menginfeksi penderita
dapat ditemukan muatan-muatan dengan susunan enzim yang tidak dapat dibasmi oleh
obat mikrobiostatis sepertiSulfonamida. Jadi bila ada obat ini ada, muatan-muatan itu
akan tumbuh subur sedangkan sel-sel bakteri lainnya dimusnakan oleh obat tersebut.
Hal tersebut menyebabkan timbulnya suatu populasi baru yang resisten terhadap
sulfonamide dan membahayakan penderita dan orang yang berkontak dengan
mikroorganisme ini dari penderita itu.
Pada beberapa mikroorganisme lain yang biasanya sensitive terhadap penisilin,
yaitu stafillokokus, dapat bergantung pada pembentukan suatu enzim ekstraselular,
penisilinase, yang dapat menhancurkan obat tersebut muatan-muatan yang dapat
menghasilkan enzim ini dapat hidup tanpa gangguan dalam keadaan dimana ada
penisilinnya.
Disamping enzim yang dapat menghancurkan obat yang dihasilkan oleh mutasi, dapat
pula timbul enzim semacam itu akibat kontak antara sel dan obat. Enzim ini dikenal
sebagai enzim adaptif dan induksi. Mekanisme ketahanan (resistensi) terhadap obat ini
tidak hanya ditemukan pada mikroorganisme,tetapi juga pada serangga (misalnya
resistensi nyamuk dan lalat terhadap inteksid), sehingga merupakan masalah yang besar
dalam kemoterapi dan pengendalian hama.
Suatu keanehan lain ialah timbulnya galur yang tidak hanya resisten terhadap obat,
tetapi disamping itu tergantung sepenuhnya pada obat tersebut.kedua macam muatan
rupanya tidak ada hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, kecuali jika ke
duanya merupakan manifestasi fenomena mutasi. Muatan yang tergantung pada obat
yang nyatanya tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik, kecualidalam
lingkungan yang mengandun obat itu.
Penggunaan antibiotic tidak hanya sekedar untuk tujuan terapi pada kasus penyakit
infeksi pada manusia atau hewan, tetapi juga telah digunakan untuk memacu
pertumbuhan hewan-hewan ternak. Dan mungkin saja antibiotic juga telh digunakan
untuk mencegah proses pembusukan oleh mikroorganisme penbusuk pada produk-
produk hewani termasuk hewan laut. Terlepas dari kasus udang yang mengandung
chloramphenicol apakah itu “teremar” oleh mikroorganisme tanah atau “sengaja”
diberikan agar tidak membusuk, keberadaan antibiotic yang konstan pada produk-
produk hewani atau bahan makanan akan menjadi ancaman bagi kesehatan manusia
yang mengkonsimsnya.
v Efek Antibiotic
Antibiotik dapat mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung maupun tidak
langsung,secara langsung antibiotic memiliki sifat toksik bagi manusia, sebagai contoh
chloramphenicol memiliki efek samping yang cukup serius, yaitu penekanan aktivitas
sum-sum tulang yang berakibat gangguan pembentukan sel-sel darah merah. Kondisi ini
dapat menyebabkan aplastic anemia yang secara potensial berakibat fatal.
Resiko lain bagi kesehatan manusia secara tidak langsung dalam penggunaan antibiotic
adalh terjadinya resistensi mikroba. Resistensi kolonisasi adalah istilah yang
menggambarkan imunitas alami yang diperoleh manusia melalui keberadaan flora
normal dalam saluran pencernaan sehingga manusia akan terlindung dari
kolonosasi/infeksi oleh mikroorganisme dari luar tubuh.ini merupakan konsep penting
bagi kesehatan manusia karena pencegahan kolonisasi oleh mikroba pathogen seperti
salmonella atau oleh mikroba resisten adalah kunci untuk meminimalkan risiko hidup
dalam lingkungan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen .
Resistensi kolonisasi dapat terganggu akibat pengaruh luar seperti stres dan agen anti
mikroba /antibiotic. Sebagai contoh pada hewan anjing yang sakit akan mendapatkan
risiko 38 kali atau lebih terkolonisasi oleh salmonella yang resistten bila mereka
mendapatkan terapi antibiotic untuk pertama kali .dalam 24-48 jam setelah pemberian
antibiotic ,pertumbuhan flora normal akan tertekan sampai tingkat yang mikroba
resisten akan mulai berkolonisasi.mikroba resisten ini akan menggantukan flora normal
dalam saluran pencernaan.mikroba resisten ini bisa merupakan bagian dari flora normal
(contoh:anjing yang normal dan tidak memperoleh terapi antibiotic akan mengeluarkan
bakteri esceherichia coli yang memiliki plasmid resisten didalam fesenya) atau dari luar
tubuh. Bila saluran pencernaan penuh dengan koloni mkroba yang resisten dan uatu saat
penyakit muncul maka akan sulit untuk melakukan terapi terhadap penyakit tersebut.
1. D. ALAT DAN BAHAN
Beaker glass
Gelas ukur
Gelas pengaduk
Pinset
Gunting
Incubator
Penggaris
Lempeng agar (kaldu agar nutrisi dalam cawan petri)
Aquadest
1. E. PROSEDUR KERJA
A. Menyiapkan lempeng media agar nutrisi dalam cawan petri yang masih steril
B. Menghapuskan biakan bakteri yang akan ditest pada lempengan agar secara
merata dengan menggunakan jarum inokulasi steril.
C. Menggunting kertas cakram berbentuk lingkaran dengan garis tengah kurang
lebih 1 cm kemudian merendamnya dalam obat-obatan yang sudah disediakn
dengan konsentrasi 50 % dan 100 %.
D. Meletakan kertas cakram yang telah direndam selama 15 menit tersebut diatas
goresan bakteri pada lempengan agar yang akan dites, memberi tanda untuk
setiap konsentrasi pada bagian luar cawan supaya tidak tertukar.
1. Mengingkubasikan selama 24 jam
2. Mengamati pertumbuhan koloni pada lempeng agar, mengukur diameter bagian
yang tidak di tumbuhi koloni bakteri disekitar kertas cakram atau zona hambatnya.
3. Kemudian apabila tidak terjadi perumbuhan pada sekitar kertas cakram yang
mengandung obat, menunjukan bahwa bakteri tersebut sensitif terhadap antiseptik
konsentrasi tertentu, dan apabila terdapat pertumbuhan disekitar obat artinya
bakteri itu resisten terhadap obat tersebut.
4. F. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan dari praktikum ini yaitu bakteri E.colli resisten terhadap antibiotik
Ampicillin seperti pada gambar di bawah ini :
1. G. PEMBAHASAN
Resisten test pada umumnya bertujuan untuk menentukan resisten tidaknya suatu
mikroorganisme terhadap berbagai macam antiseptik. Salah satu contoh antiseptik yang
digunakan untuk resisten test adalah obat – obatan. sedangkan resistensi itu sendiri
adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini
dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. .
Untuk mengetahui apakah suatu mikroorganisme rentan terhadap antibiotic tertentu,
tentu harus di uji terlebih dahulu dalam laboratorium, salah satu diantaranya adalah uji
difusi obat. Terdapat sejumlah variasi terhadap uji difusi obat ( obat ampicilin ). Tetapi
intinya adalah terdiri atas agar yang mencair dituangkan pada cawan petri dan di
biarkan menjadi padat, kemudian diinokulasikan dengan mengoleskan suatu
mikroorganisme kepada agar tersebut. Dengan menggunakan lempeng kertas / kertas
cakram( yang sebelumnya telah di impregnasi dengan berbagai kosentrasi yaitu 50%
dan 100% ), dan di terapkan pada permukaan medium agar tersebut untuk memastikan
apakah antibiotic itu dapat mencegah pertumbuhan organisme. Tujuan dari uji ini adalah
untuk menentukan sensivitas antibiotic untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap
antibiotic ditentukan oleh diameter zona hambat. Yang terbentuk. Semakian besar
diametrnya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar
acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka (sensitive) terhadap
suatu antibiotic.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada obat ampicilin terlihat bahwa terjadi
resistensi pada kosentrasi 50% maupun 100%. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa factor
yaitu:
1. Kosentrasi mikroba uji
2. Kosentrasi antibiotic yang terdapat dalam cakram
3. Jenis antibiotic
4. pH medium
Ciri – ciri terjadinya resistensi test dari antibiotic adalah
1. Semakin besar diameter zona hambat maka semakin terhambat pertumbuhannya
sebaliknya semakin kecil diameter zona hambat maka bakteri tersebut resisten
terhadap antibiotic tersebut.
2. Aktivitas tidak berubah walaupun dosis dinaikan
Mekanisme resistensi antibiotika :
1. Bakteri mengahasilkan enzim penghancur antibiotika
2. Bakteri menghasilkan enzim baru menggantikan enzim penghancur yang telah
dihambat kerjanya.
3. Bakteri tersebut meningkatkan sintesis metabolit yang bersifat antagonis kompotitif
terhadap antibiotika
4. Permeabilitas dinding sel mikroba menurun
5. Perubahan struktur komposisi ribosom, dimana kurang kuat mengikat antibiotika.
1. H. KESIMPULAN
Bakteri yang di uji resisten terhadap antibiotic yang diberikan dalam hal ini obat
ampicilin, walaupun pada kosentrasi yang berbeda –beda.
1. I. JAWABAN TUGAS
2. Dilakukan resistensi dengan konsentrasi yang berbeda (50 % dan 100%) agar dapat
diketahui perbedaan daya kerja antiseptik konsentrasi 50% dengan 100 %.Sebab
suatu bakteri pada konsentrasi rendah masih dapat bertahan jika banding dengan
konsentrasi tinggi.
3. Resisten berarti suatu bakteri peka terhadap antiseptik sedangkan sensitif berarti
bakteri tersebut tidak tahan atau dapat melemahkan pertumbuhan bakteri.
4. J. DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A. M. 2006. Mikroba Dasar. Gorontalo: Nurul Jannah.
Kesmas B. 2010. Mikrobiologi Umum. Gorontalo : Universitas Negeri
Gorontalo
Saraswati, Dian. 2009. Bahan Ajar Mikrobiologi. Gorontalo : Universitas
Negeri Gorontalo.
Pelczar, Michael J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta
Waluyo. 2005. Mikrobiologi Umum. UMPress. Malang