bisik rindu

172
 1 Bisik Rindu dari Masjid Sekolah  B i s i k R i n d u d a r i M a s j i d S e k o l a h 

Upload: muhammad-miqdad-robbani

Post on 07-Oct-2015

242 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Buku cerpen mengenai anak Rohis

TRANSCRIPT

  • 1Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

  • 2Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Jaminan Mutu dan KualitasApabila Anda mendapatkan buku ini dalamkeadaan cacat produksi (diluar kesengajaankami), seperti: halaman kosong, tidak berurut-an, terbalik, silakan menukar ke toko tempatAnda membeli atau menukar langsung padakami, dan kami akan menggantinya segeradengan buku yang sama dan lebih baik.

    Dicetak oleh Percetakan ARSIR OFFSET, Yogyakarta

    Isi di luar tanggung jawab percetakan.

  • 3Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

  • 4Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Bisik Rindu dari Masjid SekolahDede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    All rights reserved

    Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang mengutip atau memperbanyak seluruh atau sebagian

    dari isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit PustakaPuitika.

    ISBN: 978-602-1621-08-0

    Penyunting : Puitika StudioDesain Isi : Puitika Studio

    Desain Cover : Arra Eresmair

    Cetak Pertama, Januari 2014

    Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

    Penerbit:Pustaka PuitikaPustaka PuitikaPustaka PuitikaPustaka PuitikaPustaka Puitika

    Jl. Imogiri Barat. Km 4,5 Randu Belang. Rt. 08Bangunharjo. Sewon. Bantul. Yogyakarta.

    E-mail: [email protected]

  • 5Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Sekapur Sirih

    DAKWAH sekolah, begitu indah terdengar dan begitumanis kenangan atasnya. Ketika romantisme perjuanganyang tak mungkin dijelaskan semua dalam kata-kata.Ketika muda-mudi berkumpul dalam lingkaran tarbiyah dan cintapada Rabb-Nya.

    Di sini, terdapat semua tempaan untuk menjadi pribadi dewasasejati. Meninggalkan kenikmatan fana diantara kegalauan yangmenimpa kawan yang lain. Pribadi muda yang berusaha berpikirjauh ke depan melampaui usia sebenarnya dan mencanangkandunia dengan kebaikannya.

    Siapa pun yang sedang atau pernah merasa berjalan di atasnyatentu paham betapa mengharukan setiap ruasnya. Ada peluh-peluh dakwah yang membasahi seragam sekolah. Ada al-Qurandi antara buku-buku pelajaran. Ada Masjid sekolah yang selalumenjadi saksi setiap perubahan dan bisik-bisik doa parapembelajar.

    Di setiap perjalanan cintanya, dakwah sekolah selalu menemu-kan kisah untuk diceritakan. Di setiap generasinya, ada corakyang mungkin tak sama dengan sebelum atau sesudahnya. Seperti

  • 6Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    gelombang tranversal yang naik turun, maka kehidupan dakwahsekolah kurang lebih sama. Mengalami kemajuan, kemunduran,atau berhenti; stagnan.

    Tentu tak pernah ada yang mengharapkan kemunduran itudatang. Namun, episode perjalanan Dakwah Sekolah hari inisampai pada kisah yang menyedihkan. Kemunduran itu kembalidatang menyeleksi para pejuang-pejuang dakwah-Nya.

    Kemunduran itu mungkin menyakitkan. Tapi, meratapi ataupun menangisinya tak pernah menjadi obat mujarab. Mengambilhikmah mungkin jauh lebih penting. Melakukan tindaklakukontributif mungkin jauh lebih bermanfaat. Meniup semangatmungkin bisa mengembalikan kejayaan yang telah lama hilang.

    Maka itu, kami mencoba untuk berbagi. Mengembangkansetiap cinta yang kami tulis menjadi kata-kata yang kemudianbergumul menjadi kisah. Kami coba rangkum setiap tetes rindumenjadi oase menyejukkan di tengah padang gersang.

    Seperti Umar Ibn Khatab pernah berkata, Ajarkanlah sastrapada anak-anakmu, maka kau sedang mengajarkan keberanian padamereka!

    Walau kami tak tahu apakah setiap gores tulisan kami akanseindah sastra sesungguhnya, tapi kami ingin agar keberanian itutumbuh di setiap aktivis dakwah sekolah sehingga mampumendobrak kemunduran yang ada. Karena kita selalu rindu akanmuda-mudi tangguh yang kembali menjadikan Islam sebagaipedoman hidup.

    Ada beberapa kumpulan tulisan cerita yang kami hadirkan dibuku ini. Di tengah rindu akibat cinta yang membuncah, kamicoba jadikan sebagian penggal cerita menjadi inspirasi semangatperjuangan di Dakwah Sekolah ini.

  • 7Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Karena sungguh Dakwah Sekolah adalah kumpulan kisahdengan banyak warna. Maka, buku ini pun hadir pula denganbanyak warna khas Dakwah Sekolah. Tapi, esensinya sama,tentang kisah para pembelajar sejati yang tak pernah lupamemegang keislamannya.

    Di tengah berbagai keterpurukan yang melanda DakwahSekolah, kami harap ini menjadi suntikan semangat pengobar apiperjuangan kembali. Lalu, teringat pula nasihat Ustadz RahmatAbdullah. Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dancinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampaiperhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu,isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kaucintai.

    Dan kami pun mencoba, menjadikan cinta kami sampai padagores-gores pena yang kami torehkan. Semoga bermanfaat. Danterimalah sebingkis cinta dari kami untuk Dakwah Sekolah.[]

  • 8Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

  • 9Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Daftar IsiSekapur Sirih ..................................................................................... 5Izinkan Aku Kembali ..................................................................... 11Kesetiaan Kebenaran ..................................................................... 23Arti Pengorbanan yang Sesungguhnya ........................................ 30Perjuangan Rohis ............................................................................ 36Panggil Aku Jamhari ...................................................................... 45Dan Kenangan Itu .......................................................................... 53Ada Cinta dan Ukhuwah dalam Mentoring .................................. 58Bisik Rindu dari Masjid Sekolah .................................................. 66Jika Hari Ini Hari Terakhirku ........................................................ 74Saat Bangunan itu Menjadi Saksi ................................................. 82Hijab untuk Kaitlyn ....................................................................... 95Kala Cinta Menggoda .................................................................. 105Tali yang Tak Kan Putus ............................................................. 119Cinta Milik Senja .......................................................................... 133Ramadhan Untukmu, Bang ......................................................... 138Petang, Aku Pulang ...................................................................... 147

    Profil Penulis ................................................................................. 167

  • 10

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

  • 11

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Izinkan Aku KembaliDede El Triana

    UKHTI sapaan damai itu bagai oasis di tengahgersangnya padang pasir. Sapaan yang telah akrab ditelinga Karin sejak dua tahun lalu, sejak ia memutuskanmenjadi bagian dari pelajar-pelajar sekolah yang memiliki komit-men tinggi terhadap dakwah sekolah. Sapaan yang membuatnyadirinya merasa berarti. Sapaan hangat yang menyatukan hati-hatimerekaanak-anak Rohisdalam persaudaraan suci. Sapaancinta yang membuat langkah-langkah terjal mereka di jalan itubagai langkah-langkah yang menuntunnya pada taman-tamansurga. Dan sapaan itu yang kini membuat Karin menangis dalampelukan saudarinya. Naura. Naura, sahabatnya yang dulumengenalkan dirinya pada jalan penuh cinta itu. Naura, sahabat-nya yang rela berbagi waktu untuk membimbing-nya mengenalIslam dengan segenap ketulusan dan cinta. Menuntunnya saatdulu dia begitu terbata membaca Al Quran, tertatih mengejar-nya yang sudah lebih paham tentang Islam. Dan kini, saat dirinya

  • 12

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    benar-benar rapuh, saat dirinya merasa bahwa Allah benar-benartidak adil, saat hatinya benar-benar tak menyangka bahwa kini iasudah sangaaaattt jauh dari Allah, saat mulutnya tak mampu lagimengeluarkan segala isi hati. Naura datang kepadanya. Datangdengan ketulusan yang sama seperti saat pertama kali merekabertemu.

    Aku mencarimu pas kenaikan ke kelas XII. Kau jahat, Karin!Pindah sekolah, Pergi tidak pamit. Kau anggap apa aku?! Nauramencercanya sambil mengusap air mata dengan jilbab lebarnya.Dengan nada yang masih seperti dulu saat dia marah kepadanya.

    Karin tersenyum tipis. Lalu berjalan menuju bangku yangberada di tengah taman kota. Naura mengikutinya dari belakang.

    Karin, jilbabmu? Naura tersadar bahwa kini Karin yangberada dihadapannya telah berbeda jauh dengan yang dulu. Jeans,kaos, rambut panjang terurai. Allah, begitu mudahnyakah hidayahitu terlepas darinya?? Ahh..bukankah yang berhak memberikandan mencabut hidayah itu hanya Allah?

    Keadaan telah mengubah segalanya, Naura, Karin menera-wang jauh ke langit biru, terkadang kenyataan yang ada tak sesuaidengan harapan kita, lanjutnya. Ada nada getir dari ucapannya.

    Buat aku mengerti apa yang sebenarnya terjadi denganmu?Naura meminta penjelasan. Kata-katanya seolah mengatakan, apayang dapat kubantu?

    Karin menoleh ke arah Naura. Memaksa untuk tersenyummeski hatinya menangis. Ia tak ingin membuat sahabatnya ke-cewa. Bukankah selama ini memang Karin yang selalu di sisinya.Mengulurkan tangan dan ketulusan hati untuknya. Dan kini, andaiNaura tau masalah yang dihadapainya begitu besar, apa dia masih

  • 13

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    mau membantunya? Mengeluarkan dirinya dari masalah yangmembuat hatinya sesak tak nyaman. Menyisakan sedikit ruanguntuk Karin mencurahkan sedu sedannya. Masihkah?

    Kau sahabatku Naura memegang bahu Karin. Menatapsungguh-sungguh. Meyakinkan Karin, bahwa apapun yang ter-jadi dengannya, bagaimanapun keadaanya sekarang, dia akan tetapmenjadi sahabatnya.

    Naura memandang Karin tak kuasa, Maafkan aku! pintanyadengan tunduk yang dalam. Dengan butiran airmata yang belumdapat Naura artikan. Dengan bahu terguncang yang membuatNaura segera memeluknya.

    Maafkan aku. Aku sendiri belum mampu untuk mencerita-kannya kepadamu, sedunya di pelukan Naura.

    Naura menghela napas, Ya. Tak apa. Ada kalanya semuamasalah kita, tak perlu disampaikan ke orang lain. Mungkin akanlebih membuat kita nyaman, katanya bijak.

    Tidak. Karin menggeleng. Karin bukan tak ingin mencerita-kannya kepada Naura. Sungguhdadanya sesak saat ini. Diatidak nyaman menyimpan masalahnya sendiri. Sama sekali tidak.

    Mintalah pertolongan kepada Allah melalui sabar dan salat.Allahah mendengar nama itu membuat Karin bergetar .

    berapa lamakah? Berapa lama nama itu sudah hilang dari hatinya?Tak ada Allah dalam hatinya sejak dia memutuskan untukmenanggalkan seluruh atribut agamanya. Bukan atas kemauandirinya, tapi keadaan yang memaksanya sedangkan dia merasatak punya pilihan lain. Atau saat itu mungkin dia sedang butamata dan hatinya? Sehingga merasa lupa bahwa satu-satunyapenolong adalah Allah?

    Karin melihat jam tangannya, Maaf, aku harus buru-buru,

  • 14

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    ia berdiri. Merapikan bajunya dan mengusap air matanya.Sayang sekalipadahal aku mau cerita banyak denganmu,

    Naura sedikit kecewa.Begini saja. Aku kasih fotocopy KTP-ku. Oya, aku sudah 17

    tahun jadi punya KTP. Kau bisa main ke rumah.Nomor handphone?Hape-ku baru saja hilang. Maaf ya! See you. Karin beranjak.Karin panggilan Naura membuat langkah Karin terhenti,

    Kau bahkan lupa mengucapkan salam.Karin tersenyum getir. Lalu pergi. Maaf kan aku!

    SIANG yang panas. Dua siswi mengenakan rok abu-abu, dudukbersisian di bangku taman kota. Yang satu mengenakan jilbabpanjang, sedangkan satu lainnya, ahhmelihat bet di bajunyasaja, orang tahu itu seragam sekolah non muslim ternama di negeriini.

    Kenapa Kenapa hanya diam? mata Karin berkaca-kacamelihat sahabat disampingnya terisak. Salahkah? Salahkah diamengatakan kepada Naura bahwa saat ini, dirinya tak lagi samadengan diri Naura. Naura yang Muslim, dan dia yangahh, diatak sanggup mengatakannya. Ini yang dia takutkan. Sahabat-nyatak menerima semua ini. Itu artinya, dia akan kehilangan semua-nya. Belum cukupkah hukuman yang ia terima?

    Kenapa. Kenapa kau mengambil jalan yang dimurkai Allah.Kenapa begitu mudahnya mengambil keputusan sejauh itu?Dimana Allah saat itu, Karin? Tak adakah Ia di hatimu? Naura

  • 15

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    terisak.Karin menggigit bibir, menatap ke langit, menghalau air mata

    jatuh ke pipinya. Tak bisa. Semakin ditahan, semakin kerasisaknya.

    Ya. Justru aku yang ingin bertanya, dimana Allah? DimanaDia saat Adikku sakit parah dan butuh perawatan cepat sedangkanorang tuaku sudah habis uang untuk membiayainya Selama ini?!Dimana Allah saat Ayah dan ibuku terlilit hutang yang besar danmembuat kami harus diusir dari rumah? Aku yang harus kerjaserabutan Kau tentu tau, dari dulu orang tuaku tak pernahmenganggapku ada bersama mereka. Aku bahkan lupa kapan ter-akhir merasakan kasih sayang mereka. Aku dianggap ada hanyajika mereka membutuhkanku. Dimana Allah saat kondisikuseperti itu, Naura. Dimana?? protesnya dengan nada tinggi, Danyang paling me-nyakitkan adalah,dengan teganya men-jualku kepada temanmereka yang jelas-jelas berbeda agama.Sakitsakit sekali.Dimana Dia saatkondisiku benar-benar terjepit? Atau memang ini sudah takdiryang ditentukan Tuhan.

    Tidak, sahut Naura, Jangan pernah salahkan takdir. Hidupadalah soal pilihan. Apakah jalan ketakwaan, atau justru jalankekufuran. Allah tidak pernah meninggalkan kita, tidak pernahmenjauhi kita. Sekalipun Dia mengatakan, Dia mengilhamkan

  • 16

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    jalan keburukan atau jalan kebaikan, tetap saja dia mengiringkita kepada kebaikan itu. Meski dengan cara yang tidak kita harap-kan, meski dengan musibah yang betubi-tubi, lanjutnya, Hanyaterkadang, kita sendiri lah yang melenceng dari jalan kebaikanitu. Kita sendiri lah yang menjauh dari Allah, berlarimeninggalkannya, padahal Dia, sangat dekat, Naura berkataseperti itu, karena sungguh-sungguh dia yakin sahabatnya takpernah menginginkan hal ini, karena dia yakin sahabatnya taknyaman dengan agama barunya dan rindu keindahan Islam.

    Karin menatap sahabatnya yang sedang menatap langit,Kau tau, Karin? Saat terjepitmu itu, saat kau hampir saja

    putus asa ketika itu, saat kau benar-benar pasrah, saat kau merasatak ada lagi yang bisa membantumu selain orang tua asuhmu saatini, mungkin saja saat itu Allah hendak menurunkan balabantuannya, kalau saja kau tak gegabah dalam mengambilkeputusan, kalau saja kau bisa bersabar sedikit lebih lama.

    Naura menghapus airmatanya, menoleh kearah Karin yangsedang menunduk, Tapi itu pilihanmu, kamu yang menjalaninya,sedangkan aku, aku tak berhak untuk memaksa, ia berdiri lalupergi meninggalkan Karin.

    Ra, kau sudah tak menganggapku sebagai sahabatmu lagi,paling tidak seorang teman, panggilan Karin menghentikanlangkah Naura.

    Naura menoleh, Kau tetap sahabatku. Tapi apa kau tak inginpersahabatan kita kelak sampai ke surga? ia tersenyum danmelanjutkan langkah. Aku bahkan ingin kita bersaudara denganpersaudaraan fitrah. Dan pesaudaraan seperti ini, hanya bila kita sesamamuslim. Maka kembalilah, Karin. Kembalilah kepada fitrah. Kembalilah

  • 17

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Dengan kerinduan-kerinduan yang pernah kita rangkai bersama saudara-saudara muslim lainnya. Robbi, Kau yang memiliki hidayah itu.

    MALAM merangkak naik, menampakkan tanda-tanda sunyi yangsyahdu. Suara-suara binatang malam tak mengusik kesyahduan,justru membuat simpony alam yang menggetarkan.

    Di sepertiga malam itu, Karin bersujud dalam tahajud yangpanjang. Menangis dalam-dalam. Memohon ampun ataskekufurannya sejak enam bulan lalu. Dan hari ini, dia kembalimuslim. Disaksikan oleh Imam Masjid al-Ihsan dan beberapajamaah masjid. Mukenanya basah oleh airmata yang tak kunjunghenti. Isaknya begitu menggetarkan. Rabbi, izinkan hamba kembalimerasakan indahnya Islam mulai hari ini. Rabbi, ampuni hamba yangterlalu berburuk sangka menerima keputusanMu, sehingga jalan yang Kaumurka yang ku tempuh. Robbi, jikalah hamba mati, matikan hambadalam keadaan muslim. Yaa muqollibal quluub. Tsabbit quluubana alaadiinik wa thooatik.

    Tuhan! Karin? Apa yang kau lakukan?! Cepat bangun!Orangtua Karin murka melihat anak angkatnya sedang bersujuddengan mukena yang dipakainya, beribadah ala orang Islam.

    Karin masih sujud.Ayahnya menarik kasar tubuh Karin, Apa yang kau lakukan?!

    tanyanya murka.Aku sedang sholat. Menyembah Allah, Tuhanku, Karin men-

    jawab tenang.Ayahnya melempar tubuh Karin ke tembok. Karin terjerembab.

  • 18

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Dahinya terbentur. Ia meringis, meraba dahinya. Darah.Kau ingat! Enam bulan lalu orang tuamu menjualmu kepada

    kami. Sejak itu kau bukan lagi bagian orang-orang Islam, camkanitu! ibunya angkat bicara.

    Ya! Tapi mulai hari ini, saksikanlah, ayah, ibu, bahwa akuseorang muslimah!

    PLAKK!!Argghh tamparan keras ayahnya mendarat di pipi Karin.

    Karin mengaduh. Ia tak pernah menyangka ayahnya begitu kasar.Buka pakaian salatmu! ibunya menarik kasar mukena Karin.

    Alangkah terkejutnya mereka, ternyata Karin memakai pakaianala orang-orang muslim itu.

    Karin memegangi jilbabnya.Kau bahkan memakai pakaian orang-orang Arab itu! ibunya

    merampas jilbab yang dipakai Karin. Terlepas. Bahkan leher Karintergores peniti. Sakit, tapi tak seberapa dibanding sakitnya jilbabdirampas. Ia mengedarkan pandangannya. Mengambil kain sarungdi atas tempat tidurnya lalu menutup kepalanya dengan kainsarung tersebut.

    Anak keras kepala! Ikut aku!! ayahnya menarik tangan Karinke luar kamar.

    Karin meronta. Sementara tangan yang kanannya memegangikain sarung yang menutup kepalanya, Lepaskan aku! Aku sudahbesar, sudah bisa menentukan pilihan sendiri. Kalian tak berhakatasku!

    Diam kamu! gertak ibunya.Adzan subuh terdengar. Karin ingin salat. Karin ingin sholat.Kita bawa saja dia ke Gereja,Karin tersentak. Dia menggeleng. Dia bersumpah, dia tidak

  • 19

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    mau ke tempat itu lagi!Ayah-ibunya menyeret kasar Karin ke luar rumah. Ayah

    mengeluarkan mobil dari bagasi, ibu yang memegangi Karin.Tenaga ibu tak sekuat tenaga Karin.

    Maafkan Karin, Bu, ia mendorong tubuh ibunya. Berlarikeluar gerbang. Bersyukur gerbang tidak dikunci.

    Karin! Jangan kabur kamu! Ayah, dia kabur!Karin! Kamu gak akan bisa kabur!!Karin tak peduli. Ia berlari entah kemana tujuannya. Darah di

    wajahnya belum berhenti mengucur bercampur dengan airmatasedih, panik, takut, sementara sesekali ia meringis kesakitan akibatluka di leher yang tergores peniti. Tangan kanan-nya memegangikain yang menutup kepalanya.

    Matahari sudah menyembul dari arah timur. Dia tak menyadaritelah berlari sangat cepat, mungkin belum pernah ia berlari secepatini sebelumnya. Entah sudah berapa jauh dia berlari. Berapa jamdia berlari. Dadanya sesak, nafasnya tersengal. Keringat, darah,airmata menjadi satu. Rasanya dia sudah tak kuat. AllahKarinrelaKarin rela hidup menderita, Karin rela jika harus mati asal tetapdalam keimanan kepada-Mu, asal Karin bisa bertemu dengan-Mu, Karinrela disiksa seperti ini, asal ini dapat menebus kesalahan Karin di masalalu, asal siksaMu tak menghampiri Karin di akhirat kelak.

    Tubuh Karin terhuyung. Samar ia melihat sebuah bangunankecil berkubah. Sebuah bangunan, pertama kali ia merasakanindah hidayahNya. Lalu, semua gelap.

    KARIN perlahan membuka mata. Dimana dia? Adakah ayah-ibunya berhasil menangkapnya dan membawanya ke gereja?

    Alhamdulillah. Kamu sudah sadar, Karin.

  • 20

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Suara itu? Karin sangat mengenalnya. Samar ia lihat beberapaakhwat mengerubunginya. Wajah-wajah khas penuh senyumkeramahan yang dulu membuat Karin jatuh hati dengan DakwahSekolah. Ada Naura di sana.

    Karin mencoba duduk. Mereka membantunya. Dilihatnya satuper satu wajah yang dia kenal. Teman-teman ROHIS-nya.

    Karin Naura memeluk Karin. Tangisnya pecah di pelukanKarin. Tangis yang Karin tak mengerti. Terlebih ketika ia melihatteman-teman akhwat yang lain menunduk haru.

    Anak-anak ROHIS sedang MABIT, cerita Naura, Akumelihat ada orang tergeletak di depan gerbang. Ternyata itu kamu.Aku tak tahu apa yang terjadi denganmu, Karin. Wajahmu penuhluka. Tapi ketika ku lihat gamis yang kau pakai, kain sarung yangmenutup kepalamu aku tahu apa yang terjadi denganmu. Kautampak menderita, Karin, Naura menjelaskan.

    Karin menunduk. Menceritakan semua yang dialaminya dengannada getir.

    Seperti yang dulu pernah kita pelajari sama-sama di masjidini. Islam satu-satunya jalan hidup untuk bahagia. Sekilas tampakaku begitu menderita. Tapi jauh, jauh di lubuk hatiku, aku sangatbahagia dengan keislamanku, aku sangat bahagia berkumpulkembali di sini.

    Saat itu, yang kubayangkan adalah bagaimana dulu Sumayyahbinti Khayyath mempertahankan islamnya. Bagaimana Bilal binRabah bertahan di bawah terik panas matahari, di-cambuk, di-tindih batu. Mushab bin Umair yang harus menanggalkan ke-mewahan keluarganya, Salman Al Farisi yang mengembara jauhdari kampungnya untuk mencari kebenaran sungguh penderitaan-

  • 21

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    ku yang saat ini kalian saksikan sama sekali tak ada apa-apanyadibandingkan mereka, kata-kata Karin membuat teman-teman-nya menunduk menyembunyikan airmata.

    Naura mengangguk, Kamu masih lelah. Istirahatlah! Kamimau bersih-bersih masjid dulu, ia berdiri.

    Karin mengangguk. Satu per satu teman-temannya membiar-kan dia sendiri. Dari sekretariat masjid, Sayup terdengar suaranasyid yang diputar.

    Andai matahari di tangan kananku, takkan sanggup mengubahyakinku,

    Terpatri dan takkan terbelidalam lubuk hatiBilakah rembulan di tangan kiri ku, takkan sanggup mengganti

    imankuJiwa dan raga ini, apapun adanyaAndaikan seribu siksaanterus melambaik-lambaikan derita yang

    mendalamSeujung rambutpun aku takkan bimbangjalan ini yang ku tempuhBilakan ajal kan menjelang, jemput rindu-rindu syahid yang penuh

    kenikmatan.Cintaku hanya untukMu, tetapkan muslim ku selalu.

    (Shaffix : Keimanan)

    Ada butiran airmata jatuh di pipi Karin, Terima kasih sudahmenerimaku kembali. Aku rindu suasana seperti ini. Berpelukerat saling menguatkan dan mengingatkan. Kerinduan-kerinduanseperti inilah yang menjadi salah satu alasanku untuk kembali,lirih ia berucap. Robb, aku tak tahu apa yang kan terjadi nanti. Tapi,

  • 22

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Meski tetes air mata, tetesan keringat, bahkan tetesan darah harus keluaruntuk mempertahankan islam ku. Aku tak peduli. Aku Muslim.Selamanya Muslim.[]

  • 23

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Kesetiaan KebenaranElam Sanurihim Ayatuna

    TIGA puluh satu, katanya singkat.Sejenak, aku terdiam mendengar kata-kata tersebut.Waktu seolah berhenti berputar. Makanan yang ada dihadapanku terasa hambar seketika.

    Jelas raut wajah ibuku saat ini tak menampakkan raut mukabercanda saat mengatakan itu. Bahkan yang ada adalah raut mukamenyembunyikan kekecewaan dengan terus memakan makanan-nya hingga habis.

    Setelah selesai makan dan membayar, kami berdua meninggal-kan kantin sekolah tersebut menuju parkiran. Sepanjang jalanaku hanya terdiam sambil melihat nilai-nilai di raporku yang pas-pasan. Pantas saja pembagian rapor kenaikan kelas tiga ini akumendapat peringkat 31 dari 40 siswa yang ada di kelas.

    Sampai di rumah, ibuku tak banyak berkomentar. Jelas, ia tahu

  • 24

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    bahwa aku memahami pikirannya. Bahwa yang selama ini dikata-kan Ibuku benar. Aku terlalu sibuk dalam banyak kegiatan diluar akademis sehingga menyebabkan nilai-nilaiku menjadi sepertiini.

    Padahal, sebenarnya yang menyebabkan nilai-nilaiku sepertiini bukan karena kesibukanku, tapi memang iman yang sedangturun akhir-akhir ini. Tapi, aku dan ibuku pun tak ada satu punmembahas masalah penyebab turun drastisnya nilai-nilaiku ini.Kami lebih banyak diam dengan pemikiran masing-masing.

    Tak apalah, semoga di kelas tiga nantinya aku mampu mengejarberbagai ketertinggalanku. Walau artinya aku harus bekerja ekstrakeras untuk itu.

    PERNAHKAH kau paham tentang kesetiaan sejati? iabertanya.

    Aku menggeleng pelan.Ia adalah setia dalam kebenaran. Setia untuk memegangnya

    teguh. Betapa pun susahnya. Bahkan seperti kata Rasulullah,seperti memegang bara api yang panas.

    Tapi kau tak punya pilihan lain selain memegang kesetiaanitu. Karena kau dilahirkan sebagai manusia yang telah berjanjiuntuk memegang kesetiaan itu bahkan sebelum kau dilahirkan.Bukan hanya kau, tapi semua manusia dalam alam ruh telah ber-janji memegang kesetiaan itu dengan penuh hikmat.

    Kesetiaan itu pun kau perkuat dengan muslimnya dirimu.Dua kalimat syahadat yang sering kau ucapkan dalam salat-salatmu menjadi peneguh tentang janji kesetiaan itu.

  • 25

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Dari muslim itu, kau dipilih oleh Allah untuk berada dalamjalan dakwah. Memegang kesetiaan kebenaran yang jauh lebihbesar daripada yang lain. Jalan kesetiaan yang ditempuh oleh paraNabi. Jalan yang mengharuskanmu mengajarkan arti kesetiaansejati itu pada orang lain setelah kau paham arti kesetiaan sejatiitu sendiri.

    Seluruh langit dan bumi paham betapa beratnya menjalanijalan kesetiaan ini. Jalan yang berhiaskan onak duri nan perih.Tapi, seperti kata seorang ulama, ini adalah jalan teraman menujusurga-Nya.

    Percayalah, pahitnya menjalani kesetiaan ini akan berbuahmanisnya surga kelak. Lelahnya kau memegang kesetiaan ini akandiganjar pahala yang tak terkira banyaknya.

    Wajah teduh itu terdiam sejenak. Mengambil nafas untukkembali berucap.

    Maka, teguhlah, Akhi, bisiknya pelan, tapi menyergap hati.Aku mengangguk pelan. Mengiyakan semua kalimat-kalimat-

    nya. Hatiku dipenuhi gemuruh cinta karena iman. Cinta yangindahnya karena ukhuwah.

    Diakhirinya pembicaraan kami hari itu. Senyum tulus menghiasiwajah teduh kakak alumni ROHIS tersebut.

    Bagiku, adalah syukur ketika Allah menakdirkanku di ROHIS.Bertemu berbagai orang-orang yang mengajarkanku banyak haltentang kebenaran. Tentang betapa indahnya menapaki jalandakwah di kala remaja lain asyik dengan dunia fananya. Tentangcinta dalam memegang kesetian sejati ini.

    Sungguh, aku tak berdusta sedikit pun atas perasaanku saatini.

  • 26

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    ORANG-orang yang berucap janji setia atas kebenaran tak pernahdibiarkan begitu saja tanpa pembuktian. Selalu ujian itu datangmenyelingi perjalanan dakwahku di ROHIS. Ketika kau setia,Allah pun akan selalu memberi pertolongannya di setiap sela.

    Hanya saja, ada satu ujian yang kembali datang dan aku taksiap menghadapinya. Anggap saja imanku sedang lemah. Namun,efek buruknya lemahnya iman ini adalah ketika aku tak konsen-trasi belajar di saat banyak amanah ROHIS menghinggapi.Peringkatku turun amat drastis.Perlu tenaga yang ekstra untukmengejar ketertinggalanku di kelas tiga SMA ini. Banyak pelajaranyang kulewatkan di kelas dua kemarin. Namun, selalu kuucapdoa agar Allah menolongku di sujud-sujud panjangku.

    Semua sepakat Elam kan yang jadi koordinator? tanya teman-ku yang sedang memimpin rapat kelas ini.

    Dan semua menjawab setuju. Semua sepakat bahwa aku bisamemegang amanah ini. Amanah yang kembali menanyakankesetiaanku. Kesetiaan untuk berada dalam kebenaran.

    Segera ku tolak mentah-mentah amanah itu. Walau akhirnyaberujung perdebatan panjang dan harap dari teman-teman sekelas.

    Di tengah-tengah debat itu, temanku yang memimpin meng-alihkan sementara ke pembicaraan lain. Ngomong-ngomong, adaatau tidak di antara teman-teman yang tidak ingin ikut memakaibocoran UN ini?

    Aku mengangkat tangan. Seisi kelas melihatku.Ada lagi? tanya temanku itu lagi.

  • 27

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Tak ada yang mengangkat tangan. Hanya aku.Baik kalau begitu, Lam. Kita menghargai keputusanmu, tapi

    kami harap kau tak mengacaukan keputusan kami.Aku mengangguk setuju.Benar, Lam tidak ingin ikut memakai bocoran? tanya teman

    sebelahku.Aku memandangnya, kemudian tersenyum mengiyakan.

    MUNGKIN aku memang tak terlalu bersih soal contekan.Namun, jelas aku tak ingin mengakhiri masa SMA ini dengansesuatu yang buruk.

    Ini juga soal kesetiaan. Bertahun-tahun di ROHIS harusnyamampu mengajarkan jauh lebih baik arti kesetiaan pada kebenaranitu. Walau pada akhirnya pilihan terletak pada masing-masing.Teman-teman di ROHIS satu sekolah tak ada satu pun yang tidakmemakai bocoran tersebut. Aku tak menyalahkan mereka.Bagaimana pun sistem pendidikan negeri ini mengharuskan UNsebagai penentu kelulusan. Ini banyak dimanfaatkan mafia-mafiapendidikan.

    Tak usah bayar, Lam, kita juga peduli padamu. Kita inginlulus dan dapat nilai yang baik bersama-sama, kata temanku yangmengoordinatori bocoran UN ini.

    Terima kasih. Bukannya tidak punya uang, untuk membayarbocoran itu, hanya saja aku percaya semua belajar kali ini mampumembuat lulus UN dengan nilai baik, kok kataku.

    Ternyata aku salah, aku tidak terlalu cerdas untuk memahamisetiap pelajaran dengan baik. Lembar-lembar latihan soal tak

  • 28

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    pernah membuatku bisa tenang. Aku ragu, apakah aku menarikkeputusanku untuk tak memakai bocoran. Bahkan semua teman-teman yang terkenalpintar di sekolahmenggunakan bocor-an. Hanya aku, siswayang mendapatkanperingkat 31 dari 40siswa ini yang me-mutuskan untuktidak memakai karena memilih kesetiaan itu.

    Ya, kesetiaan itu adalah kesetiaan akan kebenaran yangseharusnya tak pernah layak untuk dikorbankan. Maka, akumemilih untuk tetap setia.

    Walau, akhirnya bersedih. Try out ku sekian kali tak pernahmemberikan hasil yang baik. Bahkan selalu dibawah standarkelulusan. Apalagi nilai matematikaku, jangan tanyakan. Akumemang suka berhitung. Namun, tak terlalu pandai untuk men-jawab setiap soal dengan baik. Mengkorelasikan setiap rumusdengan angka-angka yang ada di soal terlalu sulit bagiku.

    Kebanyakan teman yang lain sudah bersantai. Bukan karenanilai Try out mereka sudah baik. Tapi, kepastian mendapat nilaibaik sepertinya sudah di tangan dengan bocoran yang ada.

    Beberapa minggu sebelum UN, kusempatkan untuk salatdhuha di masjid sekolah. Kenang-kenang indah terkadangmenyelusup memasuki hati. Di masjid ini, semua hidayah datang.Mengajarkan tentang arti kesetiaan. Setiap peluh di ROHIS, masjidini lah yang menjadi saksinya. Peluh-peluh yang mengajari bahwa

  • 29

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    kesetiaan itu dapat kau pegang walau harus bersusah payah.Karena ada Allah yang akan menolong.

    Maka, teguhlah akhi. Kalimat lama yang diucapkan kakakalumni ROHIS itu pun kembali terngiang. Bulir-bulir hangat rindumembasahi pipi pada waktu duha itu.

    PENGUMUMAN kelulusan diumumkan. Degup jantung semakincepat.

    Alhamdulillah, semua siswa dinyatakan lulus, termasuk aku.Syukurku bukan hanya karena lulus sendiri dengan tetap me-megang kesetiaan itu. Namun, juga aku mampu mengajari ke-setiaan itu pada yang lain. Saat UN kemarin beberapa temankuakhirnya ikut tidak memakai bocoran.

    Syukurku pun tak berhenti sampai di situ. Ternyata Allah punjuga menakdirkan diterima di empat Perguruan Tinggi Negeriternama sekaligus. Bukan tentang Perguruan Tingginya, tapitentang betapa Allah sangat sayang mengajariku tentang artikesetiaan.

    Untuk setiap aktivis ROHIS yang Allah ajarkan kesetiaankepadanya.[]

  • 30

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Arti Pengorbanan yang SesungguhnyaMuhammad Rayhan Al Karim

    SORE masih terlalu dini, aku masih berdiri hadapan sebuahkuburan yang masih bisa dibilang baru. Tak kuasa akumenahan air mataku. Aliran air mata turun perlahan danmengaliri wajahku, ia mengalir dengan diam sebagai bahasanya.Kuburan ini mengingatkanku pada peristiwa beberapa mingguyang lalu. Itulah perjuangan ia selalu meminta pengorbanan.

    DUA minggu yang lalu.

    Siang tadi Nabila meneleponku dan mengatakan bahwa iamemintaku untuk putus dan mengakhiri hubungan kami. Akukelabakan, kesal, dan bingung. Kuputuskan sore ini aku harussegera menemui Nabila, kucari sepeda motorku dan kukebutdengan kecepatan yang tinggi.

    Dalam beberapa menit aku sudah sampai di rumah Nabila,kuketuk pintu rumahnya. Tak beberapa lama muncul ibu Nabiladari dalam.

  • 31

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Halo Tante, ada Nabila di dalam, tanyaku basa-basiOoh ada-ada, ini temannya Nabila, kan? Bentar, ya Tante

    panggilkan dulu Nabila-nya.Oh iya, Tante. Silahkan, jawabkuDari dalam, Nabila keluar, ada yang aneh dengan penampilan-

    nya kali ini. Baru kali ini aku melihat Nabila menggunakan jilbablebar dengan baju lengan panjang serta rok.

    Ada apa, Rei? tanya Nabila sebagai pembuka percakapankami.

    Nabila kamu kenapa? Kenapa tiba-tiba tadi kamu nelpon akudan minta putus? Apa yang salah dengan hubungan kita? katakublak-blakan.

    Enggak ada apa-apa, Rei. Aku merasa bahwa ini adalahkeputusan kita yang paling tepat, jawabnya sambil menunduk.

    Nabila, aku gakngerti. Kenapa kamugak cerita? Siapa tahukita bisa selesaikanmasalah ini bersama-sama? Terus aku jugaada pertanyaan danaku minta kamujawab dengan jujur, pinta aku dengan sedikit tertahan. Baru kaliini aku merasa tertekan dengan sikap Nabila yang begitu introvert.

    Serius, Rei, aku gak kenapa-kenapa. Aku cuma ingin agar kitamendapatkan apa yang terbaik buat kita nanti, terus aku jugaingin mencoba mengamalkan islamku secara kaffah, jelasnya.Namun, tetap saja aku tak mengerti apa yang ia maksud denganmenyebutkan kata kaffah.

  • 32

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Kamu gak lagi ketularan virus-virus anak rohis itu, kan?tanyaku memastikan kecurigaanku yang mulai timbul.

    Istighfar, Rei! Mereka bukan virus, merekalah yang justrumencoba menyadarkan kita bahwa islam itu harus dijalankansecara sempurna, suara Nabila sedikit meninggi namun masihtertahan.

    Berarti aku bener, kan? kataku sedikit memaksa.Cukup, Rei, kalau kamu cuma mau menjelek-jelekan mereka

    maka gak ada alasan lagi bagi kita untuk berhubungan seperti ini.Aku kayak gini karena aku sadar bahwa inilah pilihan yang akuharus ambil, inilah pilihan hidup yang akan menentukan duniadan akhiratku. Oh iya aku rasa ini sudah cukup terlalu sore dangak akan baik bagi kita untuk terus-terusan berdua begini. Maafaku duluan ya. Wassalamualaikum, tutup Nabila diakhirpercakapan diikuti langkah cepat masuk ke dalam rumah.

    Sungguh aku begitu kesal. Besok aku akan mencari informasi,semoga firasat kecurigaanku terhadap Nabila dan anak rohis itutidak benar.

    JAM istirahat tiba, kini aku bergegas menuju kantin menemuiteman-temanku meminta info mengenai perubahan Nabila.Sungguh di luar keinginan, jawaban mereka membuat aku semakinkesal. Mereka berkata, itu akibat pengaruh Dina, teman Nabilayang juga mengikuti rohis

    Tepat setelah, jam istirahat hampir selesai Dina lewat. KucegatDina dengan hati panas.

    Heh, gue mau nanya sesuatu, Din, kataku dengan gaya yangkubuat sedikit santai.

  • 33

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Eh, mau nanya apa? Buruan ya bentar lagi masuk, Rei,jawabnya tanpa curiga

    Gue mau tanya, emang lo apain pacar gue si Nabila? jawabkuGak tau, aku gak tau apa-apa. Udahan ya tuh Pak Mamat udah

    masuk, ujar Dina.Aku kehabisan ide. Tapi, aku tidak boleh berhenti disini. Besok

    Ketua Rohis yang harus bicara langsung denganku.

    ESOK harinya, aku bicara dengan teman-temanku, entah setanapa yang merasuki diriku. Aku dan teman-temanku berencanaakan mencelakai Fahrizal.

    Selesai dari kelas, aku bergegas melaksanakan rencanakusemula. Aku, Iqbal, dan Niko mencegat Iqbal tepat di stasiunkereta tempat ia biasa pulang. Di sana aku menunggu Fahrizaldengan wajah yang aku buat tidak menyenangkan, tepatdugaanku Fahrizal lewat. Tanpa basa-basi aku menghadangnya,tak lupa ku arahkan sebuah pisau cukur kecil yang aku belidistasiun tadi kepada Fahrizal.

    Bentar-bentar, ini Andrei, kan? Kok tiba-tiba ente pada nodonginane pake pisau? ucap Fahrizal sedikit kaget melihat akumenodongkan pisau kepadanya.

    Udah jangan bacot dah, lo apain PACAR GUE SI NABILA?jawabku sedikit keras berteriak. Tak disangka sedikit teriakanrupanya membuat beberapa orang di stasiun melihat tingkahku.

    Tak ayal rupanya ada beberapa preman yang merasa aku meng-ganggu daerah mereka. Tak beberapa lama ada empat orang pre-

  • 34

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    man yang kini mencoba untuk menyergap kami. Sungguh saatitu diluar dugaanku dan aku tak memiliki kesiapan. Namun siapasangka, Fahrizal yang tadi aku todong kini sedang melawan parapreman itu.

    Kucari Iqbal dan Niko. Nihil. Mereka hilang sudah tak tahuke mana, mungkin kabur sudah. Aku yang hanya bisa menatapFahrizal bertarung mulai merasa berani, kucoba untuk membantuFahrizal. Mungkin habis ini saja urusanku dengan Fahrizal, yangpenting saat ini adalah bagaimana cara mengalahkan para pre-man yang sok kuat.

    Tak sadar entah bagaimana, tapi ada dua preman yang kini dihadapanku ditambah dengan satu orang yang menodongkan pisauke arah leherku. Aku lemas, mungkin di sini akhir riwayatku.Kucari pisau cukur yang tadi sempat aku beli. Tak ada. Mungkinjatuh.

    Sementara itu Fahrizal bertarung mati-matian dengan premanyang satunya. Rupanya pisau cukur tadi benar-benar jatuh, danpreman itu sudah memungutnya.

    Hanya beberapa menit sudah, drama nyata yang pertama kali-nya aku lihat selain drama-drama pembunuhan yang ada di TV.Kulihat beberapa baju Fahrizal sudah robek berlumuran darah.Entah mungkin lemas karena banyak darah yang keluar, gerakanFahrizal kini mulai terlihat lamban. Dengan cepat preman tadimenusuk pisau cukur yang aku beli tadi tepat dijantung Fahrizal,bagain dada sebelah kiri.

    Selesai sudah. Aku hanya mampu menatap Fahrizal dengannanar, bahkan hingga detik terakhir dari drama nyata tadi. Hanyabutuh tiga menit sebelum akhirnya polisi datang. Aku dibawa keRumah Sakit bersamaan dengan mayat Fahrizal yang kini dibawaentah kemana.

  • 35

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    DUA minggu kemudian.

    Akh jangan lupa ya, nanti ane dateng, tutup temanku di akhirtelepon.

    Klik, telepon terputus dari seberang sana.Masih ada waktu satu jam lagi sebelum maghrib, kuputuskan

    untuk berziarah ke makam Fahrizal. Masih teringat ayat yangsempat di bahas di liqa kemarin.

    Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalanAllah itu mati. Bahkan mereka itu hidup disisi tuhannya dengan

    mendapat rezeki.[]

  • 36

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Perjuangan RohisSumayyah Afifah

    SORE ini hujan turun, tidak terlalu deras tapi cukup untukmembuat burung-burung yang biasanya terlihatbeterbangan di taman sekolah ini enggan untuk mening-galkan sarangnya. Langit tampak mendung, tak ada setitik cahayapun yang mampu menembus tebalnya awan yang sedang muram.Aku menengadahkan tangan, merasakan kesegaran dari tetesanair yang jatuh di tanganku, lalu memakai jaket yang sebelumnyakubiarkan tergantung di lenganku. Cuaca di luar sangat dingin,tapi kurasa tak cukup dingin untuk mencairkan suasana yang sudahterlanjur panas di dalam bangunan yang sedang kutatap ini. Sebuahbangunan yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Sebuahbangunan yang sangat kucintai. Bangunan itu adalah sebuahmasjid terletak tepat di depan taman sekolahku yang luas. Disanalah segala macam aktivitas Rohis diadakan. Di sanalahtempat kami menyebarkan syiar islam, tempat kami menuntut ilmu

  • 37

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    akhirat, tempat kami menyambung tali silaturrahim. Tempat iniadalah saksi bisu perjuangan dakwah kami.

    Entah seberapa lama aku melamun menatap bangunan itusampai tiba-tiba aku mendengar suara yang membuyarkanlamunanku. Ser, kami butuh kamu di dalam, ujar Sena sahabatkuyang entah sejak kapan berada disampingku. Aku menoleh,menatapnya, mencari sesuatu yang aku sendiri tak tahu apa itu.Wajahnya lurus menatap ke depan, menatap hujan yang kini ber-angsur menjadi gerimis. Dia menengadahkan kedua tangannnya,lalu membasuh wajahnya dengan air yang tertampung di telapaktangannya.

    Pergilah ke dalam. Kau adalah ketua Rohis, kau pasti bisamendinginkan suasana di dalam, ujar Sena yang kemudianmenepuk pundakku lembut.

    Kau pikir jaketku ini handuk? ujarku dengan wajah marahyang dibuat-buat. Sepersekian detik kemudian kami berdua ter-tawa sambil berjalan ke dalam masjid. Tawa itu adalah tawaterberat yang kurasakan selama aku menjabat menjadi ketua rohisdi SMA Negeri 22 ini.

    Ya, Rohis kini memang sedang diuji oleh Allah. Niat kamimengadakan tabligh akbar untuk menyebarkan syiar islam disekolah ini sering kali menemui hambatan. Hufft, aku meng-hela nafas entah untuk yang keberapa kalinya, bukan karena putusasa tapi hanya sedikit beban itu berkurang. Ku lihat Sena yangmasih sedikit terkekeh, bahkan dengan senyum lebar yang ter-pajang di wajahnya aku masih bisa melihat rasa lelah yang diasembunyikan. Mungkin bukan hanya dia, tapi semua orang yangada di dalam masjid ini juga merasakan rasa lelah yang sama

    Assalamualaikum, aku dan Sena mengucapkan salamkemudian duduk bersama anak-anak Rohis yang lainnya.

  • 38

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Waalaikumsalam,Ser, bilangin nih sama anak kelas satu supaya gak telat mulu.

    Kamu juga jangan terlalu lembek dong kalau jadi Ketua Rohis!Harus tegas! Desi belum apa-apa sudah menyemburkan kata-kata pedasnya padaku, tapi aku tidak terlalu memikirkan ucapanDesi karena aku tahu, Desi memang wataknya seperti itu.

    Teman-teman semua di sini mungkin merasa lelah, apalagikegiatan kita belum jelas karena belum ada kepastian dari pihaksekolah. Tapi saya masih berharap teman-teman mau bersabarsebentar lagi, dan ikut berusaha agar kegiatan kita bersama initerlaksana, kata-kataku sepertinya membuat mereka terdiam.

    Ya teman-teman, kita harus ingat tujuan kegiatan kita inimulia jadi kita tidak boleh mudah menyerah hanya karena rasalelah. Selain itu kita juga harus kompak jangan malah jadi ber-pecah-belah, Ana menambahkan dengan senyum lebar yangmembuat sebagian dari matanya hilang oleh pipinya yang chubby.

    Ayoo semangat semua! kali ini Iqbal menyemangati dengansuara lantang sambil mengepalkan tangannya. Semua orangtampak tersenyum melihatnya kemudian ikut mengepalkan tangandan bertakbir. Saat itu kurasa semua orang sejenak melupakanrasa lelah yang mereka rasakan. Dengan semangat baru, semuaanggota rohis kembali mengerjakan tugas masing-masing.

    Aku selalu bersyukur karena aku mempunyai teman-temanyang sangat baik dan terus mendukungku bagaimanapun kondisiyang sedang kuhadapi. Bahkan saat semua orang menyalahkankukarena kegiatan yang belum juga jelas, Sena, Ana, Iqbal, dan Putriselalu membangkitkan semangatku. Aku menghela nafas lagi, tapikali ini karena aku benar-benar bersyukur dan bahagia. Ya Allahlancarkanlah urusan kami, aamiin.

  • 39

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Ku lihat Desi yang tadi tak henti-hentinya memarahi anak-anak kelas satu yang selalu terlambat datang rapatpun kini asyikbertukar pikiran mengenai kegiatan apa yang akan ditampilkanpada saat sesi hiburan. Dan aku tak ingin mengusik mereka. Akulebih memilih bergabung bersama Ana dan Sena yang sedangmemperbaiki proposal. Sekilas kutatap langit luar dari jendelamasjid yang cukup besar, tampaknya hujan sudah ber-henti, awanmurampun pergi kini giliran matahari menjalankan tugasnyakembali, menyinari bumi.

    Detik berganti menit, menit berganti jam dan tak terasa, hariesok telah menjadi hari ini. Sen, jam kosong nih, gimana kalokita manfaatin buat ngasih proposal ke Bu Rahma? kataku kepadaSena. Lagi? Okelah. Ajak Ana kan? tanya Sena antusias

    Yaudah ajak aja.Aku, Sena dan Ana pergi menemui wakil kepala sekolah bidang

    kesiswaan, entah untuk yang keberapa kalinya. Aku ter-lalu pusinguntuk menghitung itu semua. Sesampainya di ruang wakil kepalasekolah bidang kesiswaan, kulihat Bu Rahma sedang asyik dengankomputernya. Aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu danmemberi salam.

    Assalamualaikum, Bu. Untuk yang pertama kalinya akumemberi salam, Bu Rahma seperti tidak mendengar salamku danaku mengulangnya sampai yang ketiga kalinya baru beliaumenjawab. Wa.. Waalaikumsalam, silahkan masuk, kata BuRahma yang kemudian beranjak dari komputernya. Kami dudukdi sofa yang terletak ditengah ruangan yang cukup luas.

    Ada apa ya? tanya Bu Rahma memulai pembicaraan.Kami mau mengajukan kegiatan tabligh akbar, Bu, Ana

  • 40

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    menjawab diiringin senyum manisnya. Oh. Ga bosen yah, kataBu Rahma. Kata-katanya singkat namun pedas, cukup pedasuntuk merubah senyum manis Ana luntur.

    Ya engga dong, Bu, masa nyebarin syiar islam bosen sih, kataSena yang mencoba membalas perkataan Bu Rahma.

    Akupun tidak mau kalah, Rohis tidak mengenal kata bosan,malas, atau menyerah, Bu, karena kami tahu tujuan kami benarjadi kami tidak akan mudah menyerah. Namun sepertinya BuRahma tidak menghiraukan perkataanku dan Sena.

    Jadi bagaimana, Bu? kata Ana ketika melihat Bu Rahmamembuka-buka proposal. Walaupun kurasa tak ada yang dibacaolehnya.

    Oke. Kalian saya izinkan, tapi pihak sekolah tidak bisamengeluarkan dana sepeserpun.

    Aku hampir saja berteriak Apa?! tapi aku masih bisa menahandiri. Tak ada satu orangpun di antara kami bertiga yang bicarasampai akhirnya Bu Rahma membuka suara lagi. Bagaimana?Tapi bu, waktu kami hanya tinggal satu minggu lagi, mencarisponsor untuk mendanai kegiatan ini tidaklah mudah, kata Senayang nampaknya tidak dapat menahan emosi.

    Keputusan Ibu sudah tidak dapat diganggu gugat. Tinggalkalian mau atau tidak?

    Iya, Bu. Kami mau, ujarku. Kedua sahabatku menatapkuaneh.

    Keluar dari ruang kesiswaan kami langsung ke masjid. Anamembanting proposal yang tadi dibawanya dan langsung memelukPutri, sepertinya dia menangis.

    Kenapa kalo masalahnya dana ga bilang dari kemarin-

  • 41

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    kemarin? Kan kita masih punya waktu untuk cari sponsor. Kalausekarang, waktunya udah sebentar lagi, kita mau cari sponsorkemana coba? kata Ana sambil menangis di pelukan Putri.Pemandangan itu terlihat sampai keluar masjid, mungkin karenakaca masjid yang begitu besar dan kejadian itu sontak menyitaperhatian setiap anak yang melewati masjid .

    Ada apa? Ana kenapa?Pertanyaan dari beberapa siswa yang lewat menambah

    bebanku, membuat kepalaku rasanya saat itu juga akan pecah,Ga apa-apa kawan, pada mau ke taman ya? Ayo monggo, Sena

    mewakiliku, mengalihkan perhatian anak-anak yang keluar kelaskarena waktu istirahat telah tiba.

    Ser, jadi mau rapat ngomongin yang tadi kapan? sepertinyasejak kejadian tadi, Sena yang paling tenang.

    Hah? jawabku bingung.Aduhh jangan bingung gitu dong pak ketu hehe. Jadi gimana?

    kini Sena meledekku karena aku linglung.Ehmm. Nanti sore sepulang sekolah aja, Sen, jawabku kini

    mulai serius kembali.Oke nanti saya kabarkan ke yang lain ya.Sip, Syukron katsiron ya Sen.Afwan.

    HUJAN kembali turun, meskipun belum memasuki musimpenghujan namun beberapa hari terakhir ini kota Jakarta sering

  • 42

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    diguyur hujan, tepatnya sekitar pukul 3 sampai 4 sore. Siswa dansiswi SMA N 22 pun tidak dapat langsung meninggalkan sekolahmeskipun bel pulang telah berbunyi sekitar sepuluh menit yanglalu. Hujan sore ini cukup deras, sangat cukup untuk membuatlobi SMA N 22 dipenuhi siswa dan siswi yang mem-berontakingin segera beranjak dari sekolah ini. Jika di lobi banyak anakyang terjebak hujan, maka di masjid ini banyak anak yang terjebaksituasi. Situasi yang kini kian sulit.

    Akhirnya rapat kami mulai, situasi sulit yang tadinya di-bendung oleh kami berempat, Aku, Sena, Ana dan Putri kinimulai mengalir perlahan demi perlahan. Kami berempat men-ceritakan semua yang dikatakan oleh Bu Rahma, dan seperti yangsudah kami bayangkan anggota Rohis yang lainpun merasa-kanhal yang sama seperti yang kami rasakan saat mendengar keputusandari Bu Rahma. Kalut, kesal, bingung semuanya campur aduk.

    Semuanya please jangan galau, seru Desi.Iya, betul kata Desi, kita semua tidak boleh terlarut oleh

    keadaan seperti ini. Justru kita harus berusaha menemukan jalankeluar dari masalah ini, Sena berkata bijak.

    Lalu apa yang harus kita lakukan dengan waktu yang semakinsingkat ini. Toh apapun yang kita lakukan sepertinya akan ber-akhir sia-sia, ujar salah seorang anggota Rohis dengan nadapesimis. Ternyata merubah persepsi orang lain tidaklah semudahmembalikkan telapak tangan.

    Hanya Aku, Sena, Iqbal, Ana, Putri dan Desi yang tetap inginmerealisasikan tabligh akbar ini. Hanya kami yang percaya bahwapertolongan Allah pasti datang. Hanya kami yang te-tap teguhpada pen-dirian. Meskipun kami hanya berenam tapi dengan se-mangat kami, kami yakin kami bisa mewujudkan niat kami.

  • 43

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Hari itu juga, disaat semua orang sudah mulai putus asa danlari dari tangung jawab mereka, kami justru mengambil alihtanggung jawab itu.Bersama-sama kamimenyelesaikan pro-posal sponsorship,mulai dari designsampai menyusunlembar kerjasamasponsorship. Danluar biasanya kami menyusun itu semua hanya dalam satu hari!

    Ternyata mengubah pendirian seseorang bukanlah dengankata-kata tapi dengan memberikan contoh. Aku baru menyadarihal ini setelah salah seorang anggota rohis datang kepadaku.Gimana, Ser? Udah jadi proposalnya? Kapan ane bisa bantunganterin proposalnya? Emang sasarannya perusahaan apa aja?Padahal dia adalah salah seorang yang mengaku sudah putus asadan tidak yakin dapat tetap merealisasikan tabligh akbar ini. Ber-awal dari satu orang yang kembali ke Rohis untuk membantukami, kini semakin bertambah sedikit demi sedikit dan pada akhir-nya kami kembali bersatu. Semua bekerja keras dan kompak, takterlihat ada bekas pepecahan di dalamnya. Waktu yang semakinsedikit bukan membuat kami panik tapi malah membangkitkansemangat kami, aku bersyukur dan bangga bisa berada ditengah-tengah mereka. Aku menengadah tanganku, tak ada setetes airpunyang jatuh, kurasa gerimis sudah berhenti. Hari itu aku dan Senamendatangi sasaran sponsor yang terakhir. Langit sore yang sangatindah mengiringi kepulangan kami. Ku lihat ada sebuah senyumbesar berwarna-warni dilangit, sebuah pelangi.

  • 44

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    KERJA keras kami membuah kan hasil yang sangat luar biasa,kegiatan tabligh akbar kami resmi disponsori oleh 25 sponsor. Itutandanya Insya Allah semua akan berjalan dengan sukses, semuaini jelas membayar rasa lelah yang dirasakan oleh semua anak-anak rohis beberapa hari belakangan ini.

    Kini, di hari yang kami tunggu ini, aku memandang harumenyaksikan antusiasme siswa-siswi yang begitu luar biasa meng-ikuti acara tabligh akbar, semua tempat yang disediakan olehpanitia terisi penuh tak terlihat ada satu sisi pun yang kosong.Sekali lagi tak henti-hentinya ku panjatkan syukur pada AllahSWT, karena berkat nikmat-Nyalah kami dapat menyelenggarakanacara ini. Meski banyak rintangan yang menghadang, namun padaakhirnya kami berhasil survive. Karena kami percaya dengan niatyang baik akan mendatangkan hasil yang baik pula.[]

  • 45

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Panggil Aku JamhariAbu Ubaidah

    JAMHARI, itulah namaku. Sebuah nama yang dianggap aneholeh kebanyakan orang. Gabungan antara kata Jam danHari. Filosofi namaku ini diambil ketika Ibuku melahir-kanku berjam-jam dan hampir setengah hari. Sejak aku masihduduk di bangku kelas 1 SD, banyak yang sering mencemoohnamaku. Karena namaku yang aneh ini. Banyak di antara merekayang tidak mau berteman denganku ditambah kondisi fisikku yangtidak seberuntung mereka. Aku dilahirkan dengan kondisi cacat.Untuk berjalan saja, aku membutuhkan sebuah alat pembantuberjalan. Saat teman-temanku sedang asik ber-main, aku hanyabisa meratapi kesenangan mereka. Mereka juga tidak mau ber-teman denganku, karena aku lemot dalam hal pelajaran. Kadangaku malu dengan namaku sendiri dan kekurangan fisikku ini.

    Aku pernah tidak naik kelas ketika duduk di kelas 2 SMP.

  • 46

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Aku sungguh sangat putus asa. Karena salah satu kekurangankuini, bahkan aku sering merasa minder ketika berkumpul denganbanyak orang di sekolahku. Pernah juga aku berfikir untuk tidakmelanjutkan sekolah karena aku sudah sangat terjatuh dalamketidakpercayaan diri. Motivasi diri ini sudah padam karenakondisiku ini. Karena sudah sangat merasa lemah, ku jatuhkanvonis untuk diri sendiri Jamhari yang Cacat.

    Ayah dan Ibuku adalah orang yang sangat sibuk. Ya, sibuk se-kali mengurusi bisnis-bisnis mereka. Aku merasa sangat sendiriandi rumah. Ayah dan Ibu, sering kali bertengkar dengan permasalah-an sepele. Aku sangat resah berada di rumah ketika mereka ribut-ribut tidak jelas. Pernah ketika mereka sedang ribut, aku berkatakepada mereka

    Ayah, Ibu, ini Jamhari pegang Pisau. Bunuh saja Jamhari. BiarJamhari tidak resah lagi ketika melihat Ayah dan Ibu ber-tengkar.Biar penderitaan Jamhari yang Cacat ini berakhir. Ya, memangmereka menghentikan langsung pertengkarannya. Namun,seminggu kemudian, kambuh lagi penyakit ribut mereka.

    Dengan berpura-pura tegar, setiap hari minggu aku ke Gerejauntuk meminta pertolongan dan bantuan dari Tuhan. Sudah lamarasanya aku tak pernah ke Gereja lagi. Mungkin hampir 6 bulanyang lalu saat Natalan. Meminta dengan sepenuh hati, agar kudapat tegar menghadapi ujian ini.

    Hingga suatu saat, ketika aku duduk di kelas 1 SMA, ada se-orang yang sangat dekat denganku. Belum ada dari dahulu ketikaaku SD sampai dengan lulus SMP yang mau menjadi sahabatku.Azzam namanya. Seorang yang sangat luar biasa. Memiliki prestasiyang cukup banyak. Dari SD sampai SMP, dia selalu juara kelas.

  • 47

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Dia juga orang yang taat beribadah. Dia tak pernah mengubriscemoohan dari orang-orang yang sering mengucilkanku.

    Kami menjadi sahabat di semester satu. Aku hampir hafalsemua kebiasaannya saat di sekolah. Tapi, ada salah satu kebiasa-annya yang mem-buatku heran. Setiapjam 10.00 pagi atauketika istirahat, akutak pernah melihat-nya di kelas ataukantin. Aku terusmencarinya. Hinggasuatu saat ku berniat untuk mengintainya dari jauh. TernyataAzzam masuk ke dalam masjid. Dan melaksanakan Ibadah.

    Apa yang kamu lakukan Zam setiap jam 10.00 kok kamumenghilang? tanyaku penasaran.

    Aku salat Dhuha, Jam. Karena dengan Salat hatiku terasatenang, jawab Azzam.

    Oh ya, memang apa sih rahasia kekuatan kamu, kok kamubisa menjadi sosok yang membanggakan seperti saat ini? tanyaku.

    Ya beginilah aku, Jam. Aku dekat dengan Tuhanku, Allah.Aku merasa mempunyai kekuatan lebih ketika kusandarkansemuanya. Dari mulai masalah, kesulitan, permohonan, hinggatempatku curhat, jawab Azzam.

    Wah, sungguh luar biasa kamu, Zam. Aku mau dong di ajarinSalat. Mungkin aku akan merasa lebih tenang dengan segalamasalahku, pintaku memohon.

    Hmm... yang benar kamu? Azzam terkejut. Sepertinya diamerasa aku hanya bercanda.

  • 48

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Ya. Benarlah, Zam. Aku meyakinkan dirinya.Oke, kalau begitu besok aku ajarin kamu deh, jawab Azzam

    penuh semangat.Tak terasa, dua bulan sudah jalinan persahabatan kami. Kini

    aku merasa lebih tenang. Bahkan aku mendapat nilai-nilai pelajar-an yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Hatiku merasalebih tenang saat belajar, menghadapi masalah, menghadapicemoohan, dan permasalahan keluargaku.

    Hingga saatnya tiba, hatiku terpanggil dalam Panggilan Suci.Memanggilku untuk mendapatkan kehidupan yang har-monis dantentram. Pada tahun 2005 itu, menjadi sebuah titik tolak per-ubahan yang sangat besar. Aku memutuskan untuk bersyahadatketika aku duduk di kelas 1 SMA. Masih teringat dalam ingatanku,ketika aku mengucapkan Asyhadualla ilaaha Illallah. Wa asyhadu-anna Muhammadarrosululloh ada butiran air mata yang membanjiripipiku ini. Disaksikan oleh para jamaah salat Jumat di Masjiddekat rumah Azzam tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibuku.Karena jika bilang kepada mereka, tentu mereka akan melarangdan mengancamku. Namun inilah jalanku, aku merasa lebihtenang dan kehidupanku lebih berarti ketika aku masuk Islam.Identitasku ini tidak diketahui oleh keluargaku untuk beberapasaat.

    Seminggu kemudian, ada salah seorang teman sekolahku me-ngetahui bahwa aku telah masuk Islam dan langsung lapor kepadaorang tuaku. Ketika aku pulang dari sekolah, Ayah sangat marahmelihatku. Ayah menyuruhku untuk kembali lagi ke Agamakusemula. Namun aku menolak, karena aku telah memutuskan.

    Jika kamu tetap dalam Islammu, silahkan kamu pergi darirumah ini. Jangan kembali. Jangan hubungi keluargamu! ancamayah.

  • 49

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Sungguh, hal ini membuatku sangat bimbang. Lalu aku cerita-kan masalahku pada Azzam. Azzam mengajakku menemui KakakMentornya. Apa itu kakak Mentor? Aku belum pernah mendengar-nya. Ternyata itu sebuatan pengajar ekskul Rohis (Rohani Islam)yang ada di sekolahku. Aku dan Azzam sharing berjam-jam.Hingga kini, aku tidak ragu lagi dengan langkah yang kupilih.Azzam menawariku untuk tinggal di rumahnya. Orang tua Azzamyang sangat baik membuat aku betah berada di rumahnya. Mung-kin ini jawaban dari Allah, untuk menolongku, Jamhari yang Cacat.

    Aku memutuskan untuk tetap bertahan dalam Islam. Aku kira,kedua orang tuaku mengkhawatirkanku. Ternyata mereka tetapsaja sibuk dengan pekerjaannya. Biarlah waktu yang menjawabkapan aku bisa kembali dengan mereka. Sungguh aku masih ingintetap berbakti kepadanya, dengan tetap mempertahankan Islamku.

    Untuk saat ini, aku semakin semangat belajar, disamping meng-ikuti ekskul Rohis. Bertemu dengan sosok-sosok luar biasa, per-sahabatan yang sangat erat, kepedulian yang begitu tinggi. Terusmenyemangatiku untuk tetap isitiqomah dengan jalan yangkupilih. Saling menegur ketika salah. Dan menjadi pribadi-pribadiyang unggul di dalam sekolah. Dengan karya prestasi yang sangatluar biasa. Menorehkan berbagai macam prestasi akademik dannon-akademik. Aku pun menjadi lebih bersemangat dan semakinpercaya diri berjalan di jalan kebenaran ini. Terima kasih YaaAllah.

    Tiba saatnya, ketika pemilihan ketua Rohis, Aku terpilih men-jadi Ketua Rohis. Ketika pemilihan siswa teladan se-Kabupaten,aku pun juga terpilih menjadi yang terbaik. Pada saat OlimpiadeMatematika, aku menjadi pemenang juara pertama se-Nasional

  • 50

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    dalam Olimpiade Sains Nasional. Aku pun mendapat beasiswaatas prestasi akademik yang telah kucapai. Mendapat tiket per-jalanan gratis mengunjungi 5 Negara fantastik di dunia. Dapatmelihat Matahari Terbit di Jepang. Dapat membeli Pizza ala Itali.Dapat berfoto di Menara Eifel, Paris. Dapat melihat lang-sungpermainan Bola ala Brazil. Dapat menikmati pemandangan pira-mida di Mesir. Bahkan dalam perlombaan non-Akademik, akujuga melahap habis kejuaraan Tokoh Pemimpin Inspiratif PelajarNasional. Lulus SMA dengan nilai terbaik se-Indonesia. Menjadipembicara tentang pengalamanku menjadi seorang Mualaf danmengukir berbagai macam prestasi yang tidak terduga. Sungguhprestasi yang tidak pernah kubayangkan. Sungguh anugrah indahyang diberikan Allah untukku.

    Bersama Azzam dan teman-teman perjuangan di Rohis, kinikuukir berbagai macam prestasi. Ketika dahulu, Rohis adalahEkskul yang sedikit peminatnya, kini Rohis di sekolahku menjadidiwajibkan bagi kelas 1 SMA. Sekolah mewajibkan program Men-toring di sekolah. Banyak pula yang sudah mengenakan Jilbab.Bahkan bisa dihitung jari, siswi yang tidak mengenakan Jilbab.Ketika dahulu banyak yang merokok di WC sekolah, kini WCsudah steril. Ketika dahulu masjid sekolah sangat sepi, kini setiapDhuha dan pulang sekolah, masjid itu menjadi ramai denganbanyak aktivitas. Mulai dari tutorial Bimbingan Belajar Rohis,Mentoring, Rapat Rohis, Bina Baca Quran, dan banyak lagi. Ber-beda sekali dengan kondisi sekolah dahulu. Kini syiar ke-Islamandi sekolahku sangat terasa. Bukan hanya di lingkup sekolahkusaja, kini bersama teman-teman Persatuan Rohis Kabupaten, kamikondusifkan lingkungan sekolah. Menjadi sekolah yang madani.

  • 51

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Memulai pelajaran setiap hari dengan tilawah, dan setiap jumatwajib mengenakan jilbab bagi muslimah. Walau dengan kondisikuyang cacat dan nama yang aneh. Tapi kini, kubuktikan bahwaaku telah bangkit dari tidur lelapku. Bangun dari keterpurukanyang tiada arti. Bangkit menuju kehidupan yang hakiki. Mengasahdiri menjadi Insan Robbani. Kini aku merasa sangat banggadengan nama itu, Jamhari.

    Semua itu masih ada yang mengganjal, karena aku belumpernah bertemu lagi dengan orang tuaku. Menceritakan kisahsuksesku dan perjalanan hidupku menuju kehidupan yang luarbiasa. Ingin sekali aku menceritakan pengalamanku di luar negeridan menceritakan kesuksesanku dalam memenangkan berbagaimacam perlombaan.

    Lama tak berjumpa dengan orang tuaku. Ada rindu yang takbisa kubendung lagi terhadap dua orang yang selama ini mem-besarkanku. Selama ini, aku hanya mengirim surat untuk mereka.menceritakan kehidupanku yang jauh bebeda ketika aku telahmasuk Islam. Tentang sekolahku, tentang prestasi-prestasi yangaku raih. Aku hanya ingin melihat mereka bangga pernah memilih-ku, meski aku berbeda dengan mereka. Walau kami berbeda iman,tapi bukankah Islam itu sangat toleran? Membiarkan sang anaktetap mencurahkan baktinya kepada orang tuanya selama yangdiperintahkan keduanya bukan untuk menyekutukan-Nya. Hida-yah memang milik Allah. Baru saja aku berniat menemui mereka,ternyata mereka telah berada di depan pintu rumah Azzam. Akumenangis melihat jilbab panjang yang dikenakan ibu.

    Ibu?? hanya selang beberapa detik, aku segera memeluk ibu,bergantian dengan memeluk ayah sedang air mata terus mengalirdi pipiku. Air mata kebahagiaan.

  • 52

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Maafkan kami, Nak. Tega-teganya dahulu kami menelantar-kanmu, ibu menangis. Mengelus lembut kepalaku.

    Nak, Alhamdulillah kini ayah dan ibu adalah seorang Mus-lim. Kita muslim, Nak. Gelar yang begitu indah,

    Aku mengangguk. Sungguh, aku tak bisa berkata apa-apa selainsyukur yang dipanjatkan kepada Allah. Sungguh lengkap sudahkebahagiaanku saat ini, ketika aku mendengar Ayah dan Ibu me-meluk Islam. Kini kami sekeluarga menjadi keluarga muslim. Akumenangis sangat bahagia. Kini rumahku menjadi surgaku.

    Tiba saatnya kini aku lulus dari SMA. Mendapat nilai terbaikse-Indonesia. Begitu pula dengan teman-teman perjuanganku diRohis. Kini kami tersebar diseluruh Perguruan Tinggi Indonesia.Bahkan ada yang melanjutkan keluar negeri. Azzam melanjutkanpendidikannya di Kairo, Mesir. Kini aku menerus-kan perjuanganhidupku di Institut Pertanian Bogor, jurusan Matematika melaluijalur tanpa tes. Saat ini aku telah mandiri. Mempunyai penghasilan10 juta per-bulan dari usaha konveksiku. Dan aku sangat banggadengan namaku. Kini aku memiliki sebutan baru, Jamhari MilisiThulaby[]

    Bogor, 23 Juli 2012

  • 53

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Dan Kenangan ItuAhsan Ramadhan

    DI Stasiun kereta api bernama Lempuyangan, akumerapatkan mantel erat-erat. Pukul 8 malam itu hujanbegitu hebat. Udara juga terasa beku menggigit. Entahkenapa hujan Jogja hari ini terasa lebih dingin dari hujan-hujansebelumnya. Butiran air yang hadir dari langit itu menyamarkanbayanganku. Jogja deras dengan air..

    Stasiun yang biasanya ramai terlihat agak sepi dari biasanya.Mungkin karena hari ini bukan akhir pekan. Seorang kakek tuaduduk disampingku, menguap menahan kantuk. Aku perlahanmenatapnya. Mencoba menawarkan secangkir kopi yang kupegang..

    Ambilah kopi ini, Pak. Mungkin akan membuat kantuk hilang,ujarku.

    Terima kasih, Nak! kakek tua itu membalasSama-sama, Pak.

  • 54

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Dalam tegukan nikmatnya kopi, tidak banyak yang kulakukanselain menunggu kedatangan kereta yang memberangkatkankuke Jakarta. Aku hanya membuka ponselku dan membaca sebuahpesan yang baru saja masuk, pesan dari teman Rohis ku di SMA,Hendri, Rohis butuh kau. Tolong jangan sibuk di UGM saja.Kalau tak ingin menyesal, segeralah ke Jakarta meski sebentar.

    Aku mengeluh perlahan dan membuang sesal yang menumpukdi dada. Pesan ini dikirim setelah semua panggilan aku alihkandan tak kugubris. Mungkin inilah cara terakhirnya setelah ke-kecewaan ia pupuk, dimana aku hanya sibuk di UGM dan acuhterhadap dakwah sekolah.

    Sudah hampir dua tahun aku di Jogja. Tepatnya semenjak akuditerima menjadi mahasiswa di Universitas Gadjah Mada.Semenjak saat itulah aku seakan abai terhadap dakwah sekolah.Bahkan kesibukanku di dakwah kampus membuatku seakanmembuang jauh-jauh memori indah tentang dakwah sekolah.Sesuatu yang justru membuatku mengenal dakwah kampus.

    Masih tergambar jelas dalam catatan indahku, suasana Rohisyang meningatkanku banyak hal. Isra Miraj, mabit, tukar kado,bikin jaket, tilawah bareng, kajian bersama, main futsal, sampaikut Rohis Cup. Semuanya lengkap tersedia di Rohis. Mungkinitu penyebab teman-temanku seakan tak merestuiku singgah dibumi Jogja, karena tahu akan abai terhadap Rohis nantinya.

    Pada akhirnya memang benar kata Hendri, aku acap kali abaiterhadap Rohisku dan lebih memilih sibuk di kampus. Aku seakantak lagi memilki rasa untuk kembali ke kampung halaman. Danmenjadikan dakwah kampus sebagai alasan sekalipun keika ituliburan semester.

  • 55

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Dalam rundung sesal, terdengar pengumuman bahwa keretaakan segera hadir. Aku harus bersiap-siap. Waktu semakin mem-buru, sementara dingin terus membuatku menggigil.

    Sesaat setelah kakiku melangkah ke ambang pintu kereta, akusedikit bernafas lega. Udara hangat dalam kereta sedikit mencair-kan kedinginanku.Tidak semua kursiterisi di kereta ini.Dan hampir semuapenumpang lelap ter-tidur. Setelah akumenemukan kursidudukku, aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisatidur sejenak. Sama seperti penumpang lain.

    Dalam keinginanku untuk melepas letih, ternyata memoriindah terhadap dakwah sekolah kembali merekah. Aku diajaknyantuk terus mengingat kesalahanku selama ini. Aku melupakanmereka. Padahal mereka juga berhak atasku.

    Rohis. Ya, betapa ku sadari kini aku lama tak bersua dengan-nya. Ditengah kesibukan, waktu terasa begitu cepat. Terakhir kaliaku melihatnya, pada saat mereka melepaskanku untuk menjadimahasiswa di Jogjakarta.

    Selama ini aku merasa materi yang kusumbangkan dan pesannasehat yang ku kirimkan sudahlah cukup. Itu semua sudah kuang-gap dapat menggantikan kehadiranku diantara mereka.

    Mendadak mataku terasa panas, ada perih yang menyesakkandada, Aku kembali. Maafkan aku!

    Cahaya matahari pagi meremang. Kereta api yang melesat cepat

  • 56

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    bak peluru ini masih terasa lamban untukku. Betapa jarak masihjauh terentang. Aku mencoba menatap keluar. Hujan masih sajaturun menghalangi pandanganku. Tiba-tiba aku teringat Hendri,temanku yang semalam mengirimiku pesan. Ia adalah sosok yanghebat. Kontribusinya selama di Rohis tak perlu diragukan. Akudan dia ibarat sepasang kacamata. Jika yang satu tiada, yang laintak bermakna.

    Di luar hujan semakin deras, semakin aku tak bisa melihatpemandangan, semua menjadi kabur tersaput butiran hujanmenderas. Juga semakin kabur oleh rinai air mataku. Tergambardalam benakku setiap saat-saat penting acara Rohis. Malamnyamabit, Tahajud bersama dini harinya, tilawah bergilir setelah subuh.Ahh teringat Rohis semakin tak tahan aku menahan rindu. Entahsudah berapa kali aku melihat jam tangan di arloji tanganku.

    Dua belas jam perjalanan kereta bukanlah waktu yang singkatuntuk orang yang sedang memburu waktu sepertiku. MemoriRohis seperti terus mengikutiku. Syukurlah, hujan deras yangperlahan berubah menjadi gerimis-gerimis kecil menampakkankecerahan. Aku mulai mengenali tempat ini. Ya, pasar Senen yangkunanti.

    Kuayunkan langkah untuk keluar dari Stasiun membuatkusedikit bernafas lega. Setidaknya dapat mengurangi kegelisahankudan aku terus berdzikir menghapus sesak yang memenuhi dada.

    Jakarta belum berubah. Lalu lalang kendaraan, aktivitas ramaimasih menyelimuti kota ini. Semua masih seperti dulu ketikapertama kali aku meninggalkannya. Kembali ke Jakarta sama se-perti kembali ke masa lalu. Kota ini memendam semua kenangan-ku. Melewati jalan-jalan yang dulu kulalui, seperti menarikku ke

  • 57

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    masa-masa silam. Tak terbilang kenangan yang telah kugores.Terutama kenangan bersama Rohis tercinta.

    Sekolah berhalaman besar itu seperti tak luput dimakan waktu.Rasanya masih sama seperti ketika aku mengadakan kegiatanRohis disini. Tak ada yang berubah. Hanya mungkin satu yangberubah. Ya, satu, Rohis itu.

    Masjid teduh yang juga menjadi sentra kegiatan Rohis mulaitak banyak atributnya. Seakan mulai merapuh. Aku tak men-jumpai banner, pamflet atau spanduk islami. Semuanya agakkosong. Mungkin inilah yang membuat Hendri begitu meng-khawatirkan kepergianku ke Jogja.

    Aku terus mengayun langkah menuju masjid yang tak jauhdari pintu gerbang sekolah itu untuk mengecek kebenaraninformasi keadaannya kini.

    Tiba-tiba seorang datang dari balik masjid itu dan meng-hampiriku, Ahsan? Temanku bernama Hendri menyapa penuhkebingungan.

    Hendri aku membalas.Kami berjabat tangan, tanpa menunggu apapun aku sontak

    berkata, Maafkan aku! Sudahlah. Lupakan. Rohis lagi mentoringdi dalam. Yuk masuk. Mereka rindu kedatanganmu, ujarnya.[]

  • 58

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Ada Cinta dan Ukhuwah dalam MentoringEvi Syahidah

    DEK, nanti pulang sekolah kumpul di masjid ya. Adamentoring buat akhwat angkatanmu bareng alumni.Begitulah kata kakak ROHIS SMA Al-Birruni di tahunpertama masa sekolahku.

    Awalnya aku tidak mengerti apa itu mentoring. Saat masih diSMP aku memang pernah mengikuti kegiatan ROHIS SMPseminggu sekali. Itu pun hanya setahun dan setiap pertemuanhanya diisi dengan pengajian. Oleh karena itulah, aku tidak tahumenahu tentang mentoring. Aku termasuk tipe orang pemilih, dalamartian aku hanya melakukan kegiatan yang ku anggap positif. Tapisetelah kupikir dua kali, tidak mungkin kakak kelasku mengajakkumelakukan kegiatan mudharat. Pasti kegiatan ini bermanfaat.

    Saat berkumpul di masjid, kulihat raut wajah akhwat lainnyatenang-tenang saja. Jangan-jangan mereka semua sudah tahu apaitu mentoring.

    Mentoring apaan sih? tanyaku pada Vasa.

  • 59

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Lha? Aku juga nggak tahu, Sya.Kamu tau nggak, Sa? kali ini aku bertanya pada Khisa.Nggak tau, hehehe. jawabnya.Dugaanku meleset, mereka juga belum tahu apa-apa tentang

    mentoring. Bahkan Mala, satu-satunya akhwat berjilbab, pun tidaktahu menahu.

    Akhirnya alumni yang kami tunggu pun datang. Ia bernamaKak Tyara, alumni ROHIS angkatan 2008. Ia sedang mengenyambangku perkuliahan di sebuah kampus negeri yang tak jauh darisini. Dari penampilan dan pembawannya, sepertinya Kak Tyaraadalah orang yang asyik untuk diajak berdiskusi maupun ber-canda. Setelah saling berkenalan atau yang disebut taaruf olehKak Tyara, ia pun menjelaskan tentang mentoring.

    Mentoring adalah kepanjangan dari mental kotor disaring.Sebenarnya istilah itu hanya plesetan belaka. Arti sesungguhnyadari mentoring ialah mengintropeksi kembali ibadah-ibadah kitaselama seminggu. Ya, mentoring diadakan seminggu sekali. Orangyang memberikan mentoring disebut mentor sedangkan binaannyadisebut mentee. Mentoring biasanya diawali dengan pembacaan Al-Quran dilanjutkan materi yang deberikan oleh mentor. Dalam satukelompok mentoring SMP/SMA biasanya terdiri antara 5-10 or-ang mentee.

    Karena hari ini adalah hari pertama mentoring, jadi Kak Tyarahanya mengisinya dengan penjelasan tentang mentoring. Setelahselesai menjelaskan, Kak Tyara melanjutkannya dengan bermaintebak-tebakkan. Kami sesekali tertawa mendengar tebaknnyayang konyol. Tak terasa satu setengah jam sudah kami bersama.Tepat pukul 3 sore kami pun menutup mentoring hari itu untuk

  • 60

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    kemudian salat Ashar berjamaah lalu pulang. Mulai hari itu KakTyara pun resmi menjadi mentor kami.

    Oke, mulai hari ini kakak resmi menjadi mentor kalian dankalian resmi menjadi mentee kakak. Jadi kalau kalian ada masalahapapun, jangan sungkan-sungkan untuk menceritakannya padakakak ya, karena mulai hari ini kalian adalah amanah kakak. Oke,Adik-adikku sayang?

    Oke, Kak! jawab kami serempak.Di pertemuan kedua mentoring, kami diminta memilih ketua,

    sekretaris dan bendahara.Jadi, siapa yang mau mengajukan diri? tanya Kak Tyara,

    sambil menatap kami bergantian.Yah, Kak, kalau kaya gini mah nggak bakal ada yang mau

    mengajukan diri. Gimana kalau kita voting? usul Dzia,kembaranku.

    Betul juga. Oke deh, kita voting. Kalian ambil kertas trus dikertas itu kalan tulis satu nama untuk setiap amanah besertaalasannya. Ada ketua, skeretaris dan bendahara.

    Setelah dilakukan voting, didapatlah Vasa sebagai ketua men-toring, Khisa sekretaris dan Marwah bendahara. Ketua bertugasmemberitahu ada tidaknya mentoring setiap minggu, sekretarisbertugas membawa buku mutabaah dan bendahara bertugasmengumpulakn uang kas setiap minggunya. Buku mutabaahadalah buku berisi absen dan amalan mingguan kita para mentee.Untuk uang kas nantinya bisa digunakan untuk rihlah mentoringataupun sekedar membeli cemilan saat mentoring berlangsung.Selain itu kami juga mulai menerpakan aturan yang harus dipatuhisaat mentoring.

    Di pekan selanjutnya mentoring tetap berlangsung seprti biasa.

  • 61

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    dibuka oleh MC. Eits, buakn hanya acara-acara formal yangdipimpin MC, mentoring pun demikian. Sayangnya kadang kalatidak semua akhwat bisa datang mentoring. Beberapa ada yang absentidak datang karena ada urusan lain. Aku sendiri selama ini selalumengusahakn datang. Paling-paling kalau aku sakit, baru akuterpaksa tidak datang mentoring.

    Meskipun baru beberapa bulan aku mengikuti mentoring tapiaku merasakn banyak sekali manfaatnya. Saat mentoring berlangungaku merasa ukhuwahkami semakin erat dandekat. Selain itu materiyang diberikan olehKak Tyara pun selalukucatat di buku khu-sus untuk kemudiankutransfer ke teman-temanku yang lain. Aku teringat salah satu hadits Nabi. Sampai-kanlah kebaikan atau ilmu walau hanya satu ayat. Melalu materi-materi itulah ilmuku semakin bertambah. Tak jarang jika aku sudahdibuat lelah oleh sekolah hari itu, aku tidak bisa memperhatikanmateri yang diberikan dengan benar. Bukan hanya aku, tapi halini juga berlaku bagi akhwat lainnya. Tapi kalau sudah menyangkutmateri cinta yang sangat sensitif bagi akhwat, semua akan men-dengarkannya dengan saksama.

    Di luar waktu mentoring, aku seringkali berhubungan denganKak Tyara leat SMS. Kuceritakan masalah sepele yang kualami.Kak tiara denagn sabar selalu mendengarkan keluh kesahku.Bukan itu saja, ia juga sesekali memberiku solusi dan memberikukata-kata motivasi. Di luar mentoring juga, ukhuwahku dengan

  • 62

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    akhwat angkatanku semakin kokoh. Kami saling mengingatkansatu sama lain untuk salat tahajud dan puasa sunah lewat Tahajudand Shaum Calling. Kami saling meminjami buku-buku islami untukdibaca.

    PADA awal 2010 tepatnya pada semester 2 kelas XI, Kak Tyaramemtuskan untuk mengganti mentor kami.

    Setiap orang tentu harus mengalami perubahan danpeningkatan ke arah yang lebih baik. Kakak bangga dan senangsekali memiliki mentee seperti kalian. Akan tetapi, kalian juga patutmendapatkan mentor yang lebih baik dari kakak, yang jauh lebihberilmu tentunya. Demi kalian juga.

    Begitulah alasan Kak Tyara. Aku tahu, Kak Tyara sedih danseolah tak rela melepas kami tapi itu semua harus dilakukannyademi kebaikan kami. Kami pun tak sanggup membendungkesedihan kala harus berpisah dengannya. Akhirnya mulai saatitu mentor kami bukan lagi Tyara Aningrum, melainkan FikriyahWardhani atau Kak Riyah.

    Kak Riyah adalah alumni tahun 2005, tentu saja usianya ter-paut cukup jauh dari kami, terlebih ia sudah menikah. Awalnyaaku merasa tidak nyaman karena aku merasa Kak Riyah terlaludewasa untuk akhwat yang tergolong childish sepertiku. Tapi tidaksama halnya dengan akhwat lain. Mereka malah cenderung merasalebih nyaman karena Kak Riyah sudah berpengalaman.

    Aturan mentoring yang ditetapkan Kak Riyah tidak beda jauhdengan Kak Tyara. Di bulan kedua Kak Riyah harus menye-

  • 63

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    lesaikan skripsi akhirnya. Oleh karena itu untuk sementara men-tor kami digantikan oleh Kak Dira. Beberapa kali kami sempattidak mentoring karena kakak-kakak pengganti mengalamihalangan. Aku merasa ada yang kurang jika seminggu saja tidakmentoring.

    Dek, afwan ya, minggu ini kita tidak bisa mentoring dulu karenaada acara LDK

    Begitulah bunyi pesan singkat yang dikirimkan Kak Dirapadaku.

    Teman-teman, minggu ini Kak Dira nggak bisa ngasihmentoring minggu ini. Jadi gimana nih?tanyaku saat kami bertujuhsedang berkumpul.

    Ya udah, mau gimana lagi. jawab Khisa.Tapi aku mau mentoring! tukasku.Aku juga! susul Vasa.Emang alumni lain nggak ada yang bisa gantiin? tanya

    Marwah sambil membaca buku.Hmm.. Hanan tampak berpikir. Kita ganti aja mentoring kita

    dengan kegiatan positif lainnya.Oh iya, kemarin aku dapat udangan seminar keputrian di SMA

    Bina Mulya. Mau nggak kita ke sana aja? Acaranya Sabtu pagi.ajak Mina.

    Setelah didiskusikan, kami semua sepakat mengisi mentoringminggu ini dengan menghadiri seminar keputrian di SMA BinaMulya meskipun tidak semuanya bisa ikut.

    Tak terasa 3 bulan sudah kami dimentoring oleh Kak Dira.Kini saatnya kami harus mengucapkans Ila liqoo padanya karenamulai minggu depan Kak Riyah akan kembali menjadi mentor kami.

  • 64

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Untuk kedua kalinya kami pun harus merasakan sedihnya berpisahdengan seorang mentor. Meskipun hanya tiga bulan bersama KakDira, tapi kami merasa nyaman sekali.

    Maafin kakak ya kalau selama ini kakak banyak salah samakalian. Kakak senang sekali memiliki binaan seperti kalian. ucapKak Dira di akhir perpisahan kami.

    Kita juga senang pernah merasakan dimentoring oleh kakak.Jangan sampai kita lost contact ya, Kak!Kita semua sayang sama kakak.Perpisahan hari itu pun diwarnai tangisan seperti sebelumnya.

    Seketika aku seperti mengalami de javu. Sama seperti perpisahankami dengan Kak Tyara.

    TAK terasa kami semua sudah naik ke kelas XII. Tentunyakegiatan belajar kami semakin padat. Ada yang pelajarantambahan dari guru, ada yang les di bimbingan belajar ataupunles privat. Tugas-tugas sekolah pun kian menumpuk. Akibatnyasemua ini berimbas pada jadwal mentoring kami. Rasanya sulitsekali mengumpulkan semua akhwat untuk mentoring bersama. Pal-ing-paling hanya 3-4 orang yang masih gencar mentoring setiap hariSenin atau hari kerja lainnya.

    Kak, apa nggak sebaiknya jadwal mentoring kita diganti jadihari Sabtu?

    Yah, kalau Sabtu aku sering pergi. Jangan Sabtu deh.protesku.

    Tapi cuma di hari Sabtu semua libur les, Sya. balas Vasa.Hmm, kalau hari Sabtu Insya Allah Kak Riyah bisa. Tapi

    teman-teman lain gimana? Pada bisa dan mau nggak?Nanti malam kutanya lagi deh, Kak. ujar Vasa.

  • 65

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    MALAM harinya Satu per satu akhwat pun ditanya tentang jadwalbaru mentoring dan hampir semuanya memilih Sabtu. Ya sudahlah,aku pun merima keputusan itu dengan lapang dada.

    Awalnya yang datang mentoring hari Sabtu hampir banyak,sekitar 5-6 orang dari 7 orang akhwat. Tapi semakin lama jumlahtersebut semakin berkurang seiring dengan kegiatan les yangbertambah di hari Sabtu. Terlebih sejak sebulan lalu Kak Riyahharus bedrest di rumah karena kondisinya sedang berbadan duasehingga mentoring dilaksanakan di rumah Kak Riyah. Hal itumembuat akhwat lainnya semakin tidak bisa datang mentoring.

    Kini, hanya aku dan Dzia yang masih dengan setianya, setiapSabtu pagi pergi ke rumah Kak Riyah untuk mentoring. Sementaraakhwat lainnya mengikuti les tambahan dari alumni ROHIS di UIdi sekolah. Padahal Kak Riyah hanya ada waktu di Sabtu pagi.Mengetahui hal ini jelas saja aku sedih. Kami bertujuh yang padaawal kelas X begitu semangat mentoring, kini jumlahnya menyusut.Aku harap tujuh titik itu kembali membentuk lingkaran kembali.Aamiin.

    Ada cinta menelusup dalam nadi..Cintanya bak lingkaran tak terhingga..Ukhuwahnya bak lingkaran tak bersudut..Aku rindu, aku selalu rindu..Pada lingkaran antara aku, kau dan mereka.[]

  • 66

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Bisik Rindu dari Masjid SekolahArfath

    SORE itu, langit begitu terang. Tak tampak awan mendungsedikit pun di pelupuk langit. Padahal menurut paraburung yang sempat singgah, saat ini sedang musim peng-hujan. Apalagi belakangan ini hujan seringkali turun ketika sorehari. Biasanya para siswa yang akan pulang pasti meng-hampiriku.Akan tetapi bukan untuk salat atau membaca Al-Quran, merekahanya berteduh menunggu jemputan dan angkutan umum. Parah-nya lagi mereka justru seringkali tidak melepaskan sepatu mereka,dan justru mengotori tubuhku dengan sepatu mereka.

    Lokasiku memang strategis. Aku merupakan, bangunan se-kolah yang terdekat dengan jalan raya. Akan tetapi, lokasi yangstrategis tak membuat para siswa bahkan guru-guru tertarikmengunjungiku. Ketika waktu Ashar, para siswa lebih sukamengunjungi warung internet yang berada di seberang jalan raya,sedangkan para guru lebih suka menghabiskan waktu di kantorguru. Tinggallah aku sendiri. Sang musholah kecil.

  • 67

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    Untunglah Allah murah hati, terkadang datanglah beberapamusafir yang menumpang salat di tubuhku. Burung-burung punterkadang menenangkanku dan menasihatiku agar bersabar. Akantetapi, tak jarang Bu Warung Internet dan Pak Ruang Gurumenghinaku

    Yaah, kamu bangunan baru tapi nggak laku, cuman jadi kesetdoang. hina mereka sambil tertawa. Aku pun hanya bisa terdiamseribu bahasa

    Namun sore itu berbeda, langit terang mungkin menjadi per-tanda bahwa telah datang manusia-manusia pilihan. Aku barupertama kali melihat mereka, tetapi aku tahu mereka adalah muridSMA ini, SMA 21 Karang Jauh. Itu dikarenakan mereka mengena-kan baju seragam yang sudah familiar di mataku. Menurutku,mereka mungkin siswa baru. Beberapa hari belakangan inimemang banyak wajah-wajah baru di sekitarku. Aku pun sempatmenyaksikan pemasangan spanduk yang berisikan selamat datangbagi siswa baru.

    Para manusia pilihan ini berjumlah lima orang. Mereka datangketika bel sekolah telah berbunyi. Salah seorang dari mereka meng-umandangkan adzan. Lalu mereka salat berjamaah. Ketika merekaberdoa, aku pun hanya bisa mengamini dan ikut mendoakanmereka. Meskipun begitu, sesungguhnya tak hanya aku yang me-lakukannya, langit, burung, bumi bahkan para malaikat me-mohonkan ampunan atas dosa para manusia-manusia pilihan itukepada-Nya.

    Ada satu hal yang membuatku penasaran. Setelah berdoa,mereka berkumpul membentuk lingkaran.

    OK Temen-temen, hari ini mungkin kita nggak liqo` dulu.Insya Allah besok kita mulai liqo`nya. ujar siswa yang tadi menjadiimam salat.

  • 68

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Seketika benakku pun bertanya-tanya. Apa sih liqo? Itu ibadahjuga nggak ya?

    Sekarang agenda kita mungkin membereskan mushola inidulu. Keliatan kotor banget nih. sambung sang imam salat lagi.

    Ayo! jawab yang lainnya semangat. Seketika itu aku ter-haru,sudah sekian lama orang tidak memperhatikanku, bahkan pegawaikebersihan sekolah pun bisa dihitung jari dalam membersihkankusetiap bulannya.

    Aku berdoa dalam hati. Ya Allah ampuni dosa-dosa mereka..Kabulkan keinginan mereka. Jadikan mereka manusia-manusia luar biasayang Engkau pilih untuk menjadi hamba-Mu yang sukses dunia danakhirat.

    KEESOKAN harinya, ketika bel pulang sekolah berbunyi, merekakembali. Seperti halnya kemarin, mereka salat berjamaahkemudian berdoa. Seperti kemarin pula, aku mendoakan merekakembali, begitu juga mahluhk-Nya yang lain.

    Setelah mereka berdoa, mereka membuat lingkaran sepertikemarin.

    Assalamualaikum warahmatullahhi wabarakatuh. ucap salahseorang dari mereka.

    Waalaikumsalam warahmatullahi wabaralkatuh. jawab yanglainnya.

    Orang yang mengucapkan salam melanjutkan dengan beberapamukadimah yang biasa diucapkan khatib saat salat Jumat. Setelah-nya mereka membaca Al-Quran. Aku kembali terhenyak. Ya Allah

  • 69

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    sungguh bahagia bisa kembali mendengar kalam-Mu dalam Al-Quranul Karim. Aku memang sudah cukup lama tidak mendengarAl-Quran dilantunkan. Sungguh ironis mengingat aku memilikibanyak Al-Quran yang tertata rapi di rak-rak.

    Setelahnya, mereka kembali melanjutkan kegiatan merekadengan mendengarkan kultum yang disampaikan salah satu darimereka. Hinggaakhirnya merekasampai di acarataujih.

    Assalamualaikumwarahmatullahi wa-barakatuh, ujarsiswa yang kemarin menjadi imam.

    Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. jawab yanglainnya.

    Sang imam itu menyampaikan beberapa patah kata yang isinyamengucapkan rasa bahagianya bisa kembali mengadakan acaraliqo tersebut. Akan tetapi ada sepatah kalimat yang begitumenyentuh di hatiku.

    Kawan-kawan sungguh bahagia kita bisa berkumpul disuatu tempat yang membutuhkan kita sebagai pendakwah.Mungkin di sini banyak tantangan yang akan muncul. Akan tetapitantangan buat menuju surga memang banyak. Semakin banyaktantangan yang menghadang, Insya Allah, kita semakin dekatdengan surga Allah.

    Sungguh indah untaian kalimat dari sang imam tersebut. Akupasti akan menangis seandainya aku memiliki mata.

  • 70

    Dede El Triana, Visya Blue, Arra Eresmair, dkk

    Tak lama kemudian mereka menutup kegiatan tersebut dengandoa kafaratum majelis lalu pergi. Mereka pergi ibarat merpati putihyang menebarkan bulu-bulu indahnya kemana pun ia terbang.

    HARI berganti hari, setiap minggu mereka mengadakan acarayang mereka sebut liqo. Kini aku pun mengenal mereka. Merekabernama Yusuf, Karim, Nizar, Aldi, dan Haris. Yusuf merupa-kan ketua liqo sekaligus murabbi. Murabbi sendiri artinyapembimbing. Yusuf menjadi pembimbing karena mereka kesulitanmencari ustadz untuk menjadi pembimbing mereka. Sepertidugaan awalku, mereka adalah siswa baru. Mereka ber-asal darisalah satu pondok pesantren di Jawa Barat.

    Aku kini tak kesepian. Tubuhku, yang biasanya kotor, kiniselalu bersih karena setiap hari mereka membersihkan tubuhku.

    Ya Rabb sungguh hebat hamba-hamba-Mu itu

    SETAHUN kemudian, sekolah mengadakan perombakan posisibangunan. Aku menjadi sasaran pertama dan utama yang akanmenjadi korban perombakan. Aku dianggap tidak berguna olehpara guru dan murid.

    Hingga suatu hari ketika Yusuf dan teman-teman sedang liqomasuklah beberapa pegawai sekolah membongkar berbagaikaligrafi yang tertempel di tubuhku. Tak hanya itu, mereka jugamenggotong keluar rak Al-Quran. Yusuf dan teman-temannyapun menghentikan liqo mereka dan berjalan keluar. Mereka pun

  • 71

    Bisik Rindu dari Masjid Sekolah

    mendapati kepala sekolah mengawasi pembongkaran itu. Yusufpun menghampiri Kepala Sekolah.

    Assalamualaikum, Pak sapa Yusuf.Waalaikumsalam. Eh Yusuf. Gimana lomba robotikanya

    kemarin? jawab Kepala SekolahAlhamdulillah dapet juara dua pak. jawab Yusuf berbasa-

    basi.Wah hebat emang kamu, Suf. Sekolah kita jarang-jarang loh

    menang lomba. Makasih ya. ujar Kepala Sekolah dengan wajahtersenyum sembari menepuk pundak Yusuf.

    Iya pak. Sama-sama. jawab Yusuf diiringi senyuman Oiya,maaf, Pak. Sebenarnya ada apa ya? Kok barang-barang di masjiddipindahkan?

    Oh ini mau dipake` tempat lain, Suf. jawab Kepala Sekolahjujur.

    Oh.. terus musholanya kemana, Pak? tanya Yusuf penasaranBapak kepala sekolah pun terdiam sejenak. Nggak tahu, Suf.Loh? Kok gitu, Pak? ucap Yusuf kaget.Yah ada mushola juga nggak kepakai. jawab kepala sekolah

    entengMaaf Pak tapi kan bapak yang nggak memakainya. Kebetulan

    saya sih memakainya jawab Yusuf dengan sedikit sinis.Loh kamu kok malah nyindir saya?! ucap Kepala Sekolah

    marah.Ya Bapak nggak bisa menghargai Tuhan saya. jawab Yusuf

    tegasApa hubungannya sama Tuhan? balas Pak Kepala SekolahPak