bisnis keluarga dalam perkembangan ekonomi lokal...

28
1 BAB I Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesia (Studi Kasus Bisnis Keluarga di Sektor Bunga, Ahmad Jazuli Yogyakarta) A. Latar Belakang Dunia bisnis mendapatkan dua laporan penting mengenai bisnis keluarga di dunia. Kedua laporan ini menjadi menarik ketika keduanya melaporkan dua fenomena yang berbeda. Laporan pertama yakni dari The Credit Suisse Emerging Markets Research Institute yang melaporkan bahwa pada tahun 2010 sampai dengan 2011, bisnis keluarga menjadi pilar utama perekonomian Asia 1 . Jauh berbeda dari laporan pertama, justru laporan kedua dari tokoh Howard E. Aldrich dan Jennifer E. Cliff melaporkan bahwa pada awal abad ke-21, bisnis keluarga di Amerika Serikat dan Eropa mengalami penyusutan setiap tahunnya 2 . Laporan yang memiliki dua kutub berbeda ini, tentu tidak sembarang keluar. Laporan pertama yang dikeluarkan oleh The Credit Suisse Emerging Markets Research Institute adalah hasil penelitian pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 yang melibatkan 3.568 bisnis keluarga di sepuluh negara Asia yakni China, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, India, Indonesia, Malayasia, Philippina, Singapura, dan Thailand 3 . Sementara laporan kedua yang dikeluarkan oleh Howard E. Aldrich dan Jennifer E. Cliff adalah hasil penelitian bisnis berkala, yang dimulai sejak tahun 1994 sampai tahun 2003 yang kerapkali dimuat diberbagai buku karya Aldrich dan di berbagai jurnal bisnis Kanada 4 . Adapun isi dari laporan pertama menyatakan bahwa bisnis keluarga di wilayah Asia yang dulunya hanya naik turun pada besaran 200 persen total laba kumulatif, pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 telah mencapai 261 persen total laba kumulatif, dengan 1 The Credit Suisse Emerging Markets Research Institute. (2011). Asian Family Businesses Report ; October 2011. Switzerland: Credit Suisse Group AG and/or Its Affiliates. hal. 2. Dipaparkan juga dalam data artikel media nasional, seperti berikut ini: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/31/19102849/Bisnis.Keluarga.Pilar.Penting.bagi..Perekonomian.Asia (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:51 WIB), http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/31/13565976/Bisnis.Keluarga..Pilar.Penting.Perekonomian.Asia (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:53 WIB), http://economy.okezone.com/read/2011/10/31/278/522897/saham-bisnis-keluarga-indonesia-terbaik-di-asia (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:55 WIB), http://finance.detik.com/read/2011/10/31/111403/1756205/4/geliat-bisnis-keluarga-jadi-penopang-ekonomi- asia?fsubbs4 (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 09:01 WIB). 2 Aldrich, Howard E. and Jennifer E. Cliff. (2003). The Pervasive Effects of Family on Entrepreneurship:Toward a Family Embeddedness Perspective. Canada: Journal of Business Venturing 18, hal. 577. 3 The Credit Suisse Emerging Markets Research Institute, Op.Cit., hal.3. 4 Aldrich, Howard E. and Jennifer E. Cliff, Loc.Cit., hal. 573.

Upload: haduong

Post on 03-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

1

BAB I

Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesia

(Studi Kasus Bisnis Keluarga di Sektor Bunga, Ahmad Jazuli Yogyakarta)

A. Latar Belakang

Dunia bisnis mendapatkan dua laporan penting mengenai bisnis keluarga di dunia.

Kedua laporan ini menjadi menarik ketika keduanya melaporkan dua fenomena yang

berbeda. Laporan pertama yakni dari The Credit Suisse Emerging Markets Research

Institute yang melaporkan bahwa pada tahun 2010 sampai dengan 2011, bisnis keluarga

menjadi pilar utama perekonomian Asia1. Jauh berbeda dari laporan pertama, justru

laporan kedua dari tokoh Howard E. Aldrich dan Jennifer E. Cliff melaporkan bahwa pada

awal abad ke-21, bisnis keluarga di Amerika Serikat dan Eropa mengalami penyusutan

setiap tahunnya2.

Laporan yang memiliki dua kutub berbeda ini, tentu tidak sembarang keluar.

Laporan pertama yang dikeluarkan oleh The Credit Suisse Emerging Markets Research

Institute adalah hasil penelitian pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 yang

melibatkan 3.568 bisnis keluarga di sepuluh negara Asia yakni China, Hongkong, Korea

Selatan, Taiwan, India, Indonesia, Malayasia, Philippina, Singapura, dan Thailand3.

Sementara laporan kedua yang dikeluarkan oleh Howard E. Aldrich dan Jennifer E. Cliff

adalah hasil penelitian bisnis berkala, yang dimulai sejak tahun 1994 sampai tahun 2003

yang kerapkali dimuat diberbagai buku karya Aldrich dan di berbagai jurnal bisnis Kanada4.

Adapun isi dari laporan pertama menyatakan bahwa bisnis keluarga di wilayah Asia

yang dulunya hanya naik turun pada besaran 200 persen total laba kumulatif, pada tahun

2010 sampai dengan tahun 2011 telah mencapai 261 persen total laba kumulatif, dengan 1The Credit Suisse Emerging Markets Research Institute. (2011). Asian Family Businesses Report ; October 2011.

Switzerland: Credit Suisse Group AG and/or Its Affiliates. hal. 2. Dipaparkan juga dalam data artikel media nasional, seperti berikut ini: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/31/19102849/Bisnis.Keluarga.Pilar.Penting.bagi..Perekonomian.Asia (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:51 WIB), http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/10/31/13565976/Bisnis.Keluarga..Pilar.Penting.Perekonomian.Asia (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:53 WIB), http://economy.okezone.com/read/2011/10/31/278/522897/saham-bisnis-keluarga-indonesia-terbaik-di-asia (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:55 WIB), http://finance.detik.com/read/2011/10/31/111403/1756205/4/geliat-bisnis-keluarga-jadi-penopang-ekonomi-asia?fsubbs4 (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 09:01 WIB). 2 Aldrich, Howard E. and Jennifer E. Cliff. (2003). The Pervasive Effects of Family on Entrepreneurship:Toward a Family

Embeddedness Perspective. Canada: Journal of Business Venturing 18, hal. 577. 3 The Credit Suisse Emerging Markets Research Institute, Op.Cit., hal.3.

4 Aldrich, Howard E. and Jennifer E. Cliff, Loc.Cit., hal. 573.

Page 2: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

2

pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 13,7 persen. Bahkan tidak tangung-tangung, kini

bisnis keluarga pun telah menguasai 32 persen dari total sumber dana di pasar modal5.

Tidak heran kemudian, Helman Sitohang sebagai CEO (Chief Executive Officer)

Credit Suisse Asia Tenggara menyatakan bahwa kapitalisasi pasar dari bisnis keluarga

setara dengan 34 persen dari total PDB (Produk Domestik Bruto) Asia, bahkan kini bisnis

keluarga merupakan tulang punggung perekonomian Asia karena bisnis ini mewakili

sekitar 50 persen dari seluruh perusahaan yang terdaftar dalam ruang lingkup penelitian6.

Maka dari itulah, bisnis keluarga yang dulunya hanya dijalankan beberapa keluarga

kini mulai menjadi primadona. Terlebih, pasca krisis moneter 1998 bisnis keluarga banyak

yang gulung tikar. Bahkan Vedi Hadiz (2002) menyatakan, bahwa bisnis keluarga itu seperti

tertindih balok besar, sehingga sekalipun berdiri akan seret bagi mereka untuk berkembang

dan mengembalikan kejayaannya7. Namun ternyata belum sampai dua belas tahun, kini

bisnis keluarga bangun dari keterpurukannya dan terus menjamur. Hal ini, dibenarkan oleh

Putri Kuswisnu Wardani8 sebagai CEO (Chief Executive Officer)

generasi kedua yang mengelola bisnis keluarga PT Mustika Ratu Tbk, bahwa perjalanan

bisnis keluarganya, memang tidak seinstan membalikkan tangan apalagi ketika moneter

19989.

Begitupun tokoh Irwan Hidayat10, Eddy Mattuali11, Teddy Tjokrosaputro12 dan

pengelola bisnis keluarga skala besar lainnya, mereka benar-benar merasakan jatuh

bangunnya mengelola bisnis keluarga. Walaupun kini mereka sudah merasakan buah

manisnya, namun tetap saja mereka tidak dapat melupakan proses mendapatkannya. Hal

itulah yang membuat mereka tetap semangat mengembangkan sayap-sayap usahanya.

5 The Credit Suisse Emerging Markets Research Institute, Op.Cit., hal. 3.

6 Ibid. 7 Hadiz , Vedi R. (2002). Dinamika Kekuasaan:Ekonomi Politik Indonesia Pasca Soeharto. Jakarta:LP3ES. hal. 67.

8Direktur Utama PT Mustika Ratu Tbk., riwayat hidup dan perkembangan usaha di paparkan dalam

http://female.kompas.com/read/2011/01/14/13475865/Agar.Bisnis.Keluarga.Tetap.Eksis (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:57 WIB). 9 Ibid.

10Direktur Utama PT Sido Muncul Tbk., riwayat hidup dan perkembangan usaha di paparkan dalam

http://female.kompas.com/read/2011/01/13/16211755/Meneruskan.Bisnis.Keluarga.Butuh.Waktu.Lama (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:59 WIB). 11

Direktur Utama PT Minyak Gosok Cap Tawon Jaya Tbk., riwayat hidup dan perkembangan usaha di paparkan dalam http://nasional.kompas.com/read/2012/12/18/16041973/Bertahan.Lebih.dari.100.Tahun (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 09:03 WIB). 12

Direktur Utama PT Subafood Pangan Jaya Tbk., riwayat hidup dan perkembangan usaha di paparkan dalam http://nasional.kompas.com/read/2012/12/14/15184382/Teddy..Cucu.Pengusaha.Batik.yang.Sukses.di.Bihun.Jagung (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 09:05 WIB).

Page 3: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

3

Sementara itu, bagi bisnis keluarga skala kecil dan skala menengah tentunya tidak

perlu berkecil hati, karena menurut pakar pemasaran Hermawan Kertajaya (2011) yang

juga pemilik MarkPlus & Co menyatakan, bahwa menikmati perjalanan bisnis bersama

dengan keluarga, merupakan suatu hal yang penting bagi kedinamisan hidup13. Maka dari

itu, jangan cepat gerah untuk naik kelas, karena bila nanti sudah memiliki kapasitas untuk

naik kelas, dengan sendirinya akan menjangkau segmen tersebut. 14

Namun, hal-hal yang menggembirakan tersebut, tampaknya berbanding terbalik

dengan bisnis keluarga yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat. Beberapa bisnis keluarga

di Eropa dan Amerika Serikat, seperti Ford Motor Co, SC Johson Co, Wal-Mart Co, dan Faber

Castell Co yang sudah berjalan di generasi keempat atau generasi kelima ini hanya

sepenggal cerita sukses ditengah fenomena yang ada15. Individualisme yang menggejala,

berikut perceraian, hubungan diluar nikah, dan guncangan keluarga lainnya membuat

bisnis keluarga dinegara-negara tersebut mengalami penurunan jumlah dalam setiap

tahunnya16. Bahkan hasil riset dari Howard E. Aldrich dan Jennifer E. Cliff (2003)

menyatakan bahwa mulai dari laki-laki maupun perempuan, hampir semuanya mencari

kerja diluar rumah. Begitupun anak-anak mereka, dikirim ke sekolah dan tempat kursus,

termasuk juga nenek dan kakek mereka, yang dikirim ke panti jompo yang jauh dari

rumah17.

Melihat hal itu, Francis Fukuyama (2005) menyatakan bahwa apabila hal ini terjadi

terus-menerus maka akan terjadi sebuah guncangan sosial, guncangan sosial ini akan

menyebabkan keluarga inti menjadi semakin menciut dan dalam jangka panjang akan

membuat masyarakat barat gagal menghasilkan fungsi keluarga dalam jumlah yang

memadai untuk kelangsungan hidup mereka sendiri18. Maka dari itulah, pada waktu

mendatang sebagian besar orang Eropa dan Amerika Serikat, hanya akan punya hubungan

keluarga dengan nenek moyangnya saja19.

Lebih dari itu, Francis Fukuyama (2005) juga memaparkan bahwa ketika

individualisme kian menaik, akan mengakibatkan potensi keuangan yang tersedia didalam

13

Riwayat hidup dan data wawancara di paparkan dalam

http://female.kompas.com/read/2011/03/25/16195398/Bisnis%20Tak%20Harus%20Naik%20Kelas (artikel ini diunduh pada Kamis, 28 Maret 2013, pukul 08:57 WIB). 14

Ibid. 15

Longenecker, J.G. et.al. (2001). Kewirausahaan (Manajemen Usaha Buku 1). Jakarta: Salemba Empat. hal. 3. 16

Aldrich, Howard E. and Jennifer E. Cliff, Loc.Cit., hal. 584. 17

Ibid., hal. 587. 18

Fukuyama, Francis. (2005). Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal. 139. 19

Ibid.

Page 4: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

4

keluarga menjadi suatu hal yang tidak dapat diharapkan20. Sehingga, banyak dari mereka

yang kehilangan bisnis keluarga karena hilangnya kontak dengan anak-anak mereka atau

dengan anggota keluarga lainnya. Bahkan, banyak dari mereka baru mendapatkan kontak

anak-anaknya dan anggota keluarga lainnya setelah bercerai, baik dalam satu tahun, dua

tahun atau bahkan lebih21. Sehingga menurut Howard E. Aldrich dan Jennifer E. Cliff (2003),

suatu kapitalisme dan individualisme yang menaik tersebut, juga dapat menghancurkan

ikatan-ikatan yang telah dibangun selama berabad-abad didalam masyarakat, dan pada

akhirnya tidak akan menyisakan apa pun kecuali kepentingan pribadi sebagai senjata

perekat didalam kehidupan masyarakat22.

Selain itu pula, ketika kita membicarakan kedua laporan yang memiliki

kecenderungan berbeda tersebut, sebenarnya telah mengingatkan kita untuk kembali

kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi utama keluarga yang menompang

kehidupan sosial menurut Marilyn M. Friedmen (1998)23 adalah fungsi proteksi (protection

function), fungsi sosialisasi (socialization function), fungsi reproduksi (reproductive

function), fungsi ekonomi (economic function) dan fungsi perawatan atau pemeliharaan

kesehatan (health care function).

Apabila dijabarkan24, fungsi proteksi (protection function) adalah fungsi yang

berhubungan dengan perlindungan, sehingga fungsi ini berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Kedua, fungsi sosialisasi (socialization function), fungsi ini sebagai

tempat untuk melatih anak dan mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan

dengan orang lain diluar rumah. Sementara fungsi ketiga adalah fungsi reproduksi

(reproductive function), yang mana keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan

menambah sumberdaya manusia. Keempat, fungsi ekonomi (economic function), dimana

keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi serta sebagai tempat

mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi

kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian, dan rumah. Namun fungsi ini sukar dipenuhi

oleh keluarga dibawah garis kemiskinan. Fungsi terakhir adalah fungsi perawatan atau

pemeliharaan kesehatan (health care function), fungsi ini untuk mempertahankan keadaan

20

Ibid., hal. 47. 21

Ibid., hal. 49. 22

Aldrich, Howard E. and Jennifer E. Cliff, Loc.Cit., hal. 586. 23

Marilyn M. Friedmen (1998), dalam Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. hal. 184. 24

Ibid., hal. 184-185.

Page 5: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

5

kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang mencukupi dalam menjalani

kegiatan sehari-hari.

Maka dari itu, kelima fungsi di ataslah, yang nantinya akan mempengaruhi jatuh

bangunnya bisnis keluarga, dan justru melalui kelima fungsi itulah, kedua laporan tersebut

menjadi semakin menarik untuk dikaji lebih jauh lagi. Bahkan menurut Anderson Carter

(1984), fungsi-fungsi tersebut juga akan semakin berlimpah menjadi suatu sumberdaya,

apabila ukuran keluarga juga semakin membesar25. Maka dari itulah, ia membedakan dua

bentuk keluarga secara rinci dan mendasar, karena menurutnya kedua bentuk ini memiliki

ukuran yang berbeda-beda, yang nantinya akan mempengaruhi ketersediaan sumberdaya

bagi bisnis keluarga26. Adapun dua bentuk keluarga yang dimaksudkannya adalah nuclear

family (keluarga inti) dan extended family (keluarga besar). Nuclear family (keluarga inti)

yaitu keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya

atau diadopsi, ataupun keduanya. Sementara extended family (keluarga besar) adalah

keluarga inti ditambah anggota keluarga lainnya yang masih mempunyai hubungan darah,

seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan sebagainya27.

Selain dapat dilihat melalui fungsi utama keluarga tersebut, kecenderungan yang

berbeda pada kedua laporan ini juga dapat diselidiki melalui faktor struktural yang berlaku

dalam dunia bisnis, karena faktor ini adalah faktor yang dapat membantu kita melihat

mereka (dalam konteks ini adalah para masyarakat ekonomi) berada dalam posisi mana

dan dengan cara apakah mereka beroperasi, apakah dengan cara independen dari tekanan

uang, atau bahkan memberikan kompensasi bagi kekurangan uang orang lain, yang

merupakan suatu bagian dari strategi individu atau strategi kelompok untuk meraih

kekuasaan dan status sosial28.

Selain itu pula, faktor struktural ini benar-benar perlu dielaborasi mengingat

keberadaan strata suatu bisnis keluarga yang semakin tidak pasti29. Ketidakpastian ini

dapat dilihat dari posisi mereka yang terkadang berkembang naik, terkadang diam

ditempat dan terkadang turun bahkan gulung tikar. Sehingga menurut Berger (1987),

25

Anderson Carter (1984), dalam Suprajitno. (2003). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. hal. 1. 26

Ibid. 27

Ibid., hal. 2. 28

Field, John. (2003). Modal Sosial. Bantul: Kreasi Wacana. hal. 21. 29

Ibid.

Page 6: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

6

ketidakpastian adalah hubungan kurangnya kepastian mengenai masa depan dan status,

dari sebuah hubungan tersebut30. Adapun ketidakpastian-ketidakpastian ini sebagian besar

terjadi karena keadaan kompetisi yang semakin ketat diantara para pembisnis31. Maka dari

itulah faktor struktural ini menempati posisi yang sama pentingnya dengan kajian-kajian

lain.

Akan tetapi, fenomena naik turunnya bisnis keluarga tersebut, ternyata mengalami

perbedaan dengan fenomena naik turunnya bisnis keluarga dinegara lain. Bisnis keluarga

Asia yang sedang menaik dan bisnis keluarga Eropa yang sedang menyusut, seperti halnya

yang dipaparkan kedua laporan diatas, merupakan sebuah bukti konkret hadirnya suatu

perbedaan, sehingga menurut Bourdieu (1997), perbedaan ini lebih mungkin disebabkan

oleh suatu hal yang dinamakan cultur capital. Cultur capital merupakan faktor kultural yang

dapat menentukan selera budaya mana yang lebih dinikmati oleh seseorang atau beberapa

orang untuk dijadikan sebagai basis bagi bisnis keluarganya dibandingkan dengan selera

budaya lainnya32. Maka dari itu, sangat dimungkinkan apabila antara bisnis keluarga Asia

dan bisnis keluarga Eropa memiliki cara pengoperasian yang berbeda, sehingga sistem

strata yang hadir pun juga berbeda. Bahkan menurut Bourdieu (1997), didalam bisnis

keluarga Asia atau didalam bisnis keluarga Eropa itu sendiri masih bervariasi sesuai dengan

negara dan subbudaya yang dianutnya33.

Lebih dari itu, kevariasian negara dan subbudaya ini juga dibuktikan oleh Hildred

Geertz (1982) ketika mengkaji bisnis keluarga di Mojokuto Jawa34. Melalui bukunya yang

berjudul ”Keluarga Jawa”, ia mencoba menunjukan bahwa bisnis keluarga di Mojukuto

ternyata lahir dari sebuah sistem tata letak rumah, yakni suatu sistem rumah yang

cenderung berkumpul dalam satu wilayah, dan juga dalam satu keluarga besar35. Sistem

rumah seperti ini, berpotensi menyebabkan tingginya interaksi sosial seperti intensitas

menyapa, bertemu, dan berdiskusi, baik dengan anak-anak mereka maupun dengan anggota

keluarga lainnya. Lebih jauh dari itu, ia pun memaparkan, bahwa sistem rumah seperti ini

juga menimbulkan kecenderungan dari orang Jawa untuk lebih percaya kepada keluarganya

sendiri, dibandingkan percaya kepada orang lain diluar keluarganya. Namun justru, sistem

30

Mubyarto. (1981). Teori Ekonomi dan Penerapannya di Asia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal. 131. 31

Ibid., hal. 132. 32

Field, John, Op.Cit., hal. 21. 33

Ibid. 34

Geertz, Hildred. (1982). Keluarga Jawa. Jakarta: Penerbit Grafiti Pers. hal. 4. 35

Ibid., hal. 6.

Page 7: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

7

ini jugalah yang dapat membuat bisnis berbasis keluarga lebih digemari, dibandingkan

dengan bisnis berbasis kesamaan latarbelakang kerja atau berbasis lainnya36.

Namun lebih jauh dari itu semua, pembahasan terkait fungsi keluarga, faktor

struktural, faktor kultural dan pembahasan lainnya terutama untuk menanggapi kedua

laporan bisnis keluarga diatas, membuat penulis menjadi semakin tertarik untuk

mengkajinya lebih jauh. Terlebih, penulis kini telah menemukan sebuah lokus penelitian,

yakni pedagang bunga berbasis keluarga, tepatnya di Jalan Ahmad Jazuli Yogyakarta37. Pada

dasarnya, penulis memang sering membeli bunga di tempat tersebut, namun penulis baru

menyadari tempat ini begitu signifikan untuk diteliti sejak memahami kedua laporan bisnis

keluarga tersebut, beserta dengan referensi-referensi menarik lainnya.

B. Rumusan Masalah

Melalui latar belakang diatas, maka pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana strategi 3 (tiga) keluarga dalam mempertahankan bisnis bunganya di Ahmad

Jazuli Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memahami bekerjanya fungsi keluarga dalam bisnis bunga.

2. Untuk memahami sejarah sosial dari keberadaan pedagang bunga.

3. Untuk memahami faktor yang dapat menjelaskan bisnis bunga tetap bertahan.

4. Untuk memahami bekerjanya politik dikalangan pengusaha bunga.

D. Landasan Teori

Dalam mengasah pisau penelitian, penulis mencoba membedah beberapa kata kunci

penting dalam rumusan masalah demi menciptakan konsep bisnis keluarga yang optimal.

Kata kunci tersebut diantaranya adalah konsep survival (beradaptasi dan bertahan), konsep

keluarga bersama dengan fungsi dan modal sosial, faktor kultural, dan faktor struktural.

36

Ibid., hal. 7. 37

Pedagang bunga berbasis keluarga, yang berderet dari arah timur sampai barat di Jalan Ahmad Jazuli Nomor 55 sampai dengan nomor 70, Kota Baru Yogyakarta (lokasi sebelah selatan Gereja Kota Baru).

Page 8: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

8

D.1. Konsep Survivalitas (Beradaptasi dan Bertahan)

Charles Darwin38 dalam The Origin of Species, by Means of Nature Selection or the

Preservation of Favoured Races in the Struggle for life mengatakan bahwa makhluk hidup

termasuk manusia bukannya tidak berubah melainkan sebaliknya, yakni senantiasa berada

dalam proses perubahan. Namun perubahan-perubahan itu bukannya tidak teratur,

melainkan teratur sebab manusia yang awalnya sederhana berubah menjadi jenis yang

lebih canggih untuk menyesuaikan dengan lingkungannya.

Perubahan-perubahan tersebut juga terjadi secara bertahap, misalnya melalui

perkawin silang antar manusia itu sendiri ataupun melalui migrasi yang ia lakukan. Hal ini

menimbulkan adanya perbedaan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.

Sehingga selalu menimbulkan terjadinya sebuah perjuangan untuk merebut sumber-

sumber kebutuhan yang justru semakin sedikit39.

Pada perebutan sumberdaya ini yang menang adalah mereka yang lebih unggul,

sebab yang unggul berarti yang lebih mampu menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi

dan situasi tersebut. Sementara yang kalah lama-lama akan tersingkirkan, sebab yang lebih

unggul akan menguasai wilayah mereka serta menjadi bibit pokok dalam perkembangan

diwilayah tersebut40.

Sehingga hukum seleksi disini bersifat keras bagi yang lemah dan menguntungkan

bagi yang unggul terutama untuk tetap lestari sebagai manusia yang terlatih dan enerjik.

Keunggulan ini juga dapat disebabkan oleh cara manusia memilih manusia lain untuk

menjadi pasangannya agar terhindar dari keadaan yang kurang menguntungkan dimasa-

masa mendatang.

Maka dari itulah manusia yang lebih unggul juga terus-menerus bercabang hingga

muncul manusia-manusia baru. Hal inilah yang membuat manusia terus bertambah dalam

jumlah yang lebih besar, akibatnya mereka harus berjuang keras untuk bertahan dalam

seleksi perebutan sumberdaya yang pada akhirnya menimbulkan kelompok manusia

dengan derajat yang bervariasi.

Kevariasian ini juga menciptakan aktivitas-aktivitas individu atau kelompok seperti

mengembangkan ide untuk melakukan pertahanan terutama untuk melawan pesaing- 38

Darwin, Charles. 2003.”The Origin of Species-- Asal-usul Spesies”. Penerjemah TIM UNAS; edisi I, Jakarta: Penerbit

Yayasan Obor Indonesia. hal 463. 39

Ibid. 40

Ibid., hal 464.

Page 9: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

9

pesaing yang berada di eksternal mereka. Namun pada saat yang sama mereka juga

melaksanakan aktivitas internal dalam keluarga untuk mengembangkan keadaan

internalnya agar lebih pandai menilai situasi dan kondisi lingkungan yang terus berubah,

dan juga mempertimbangkan untung ruginya dengan tidak tergesa-gesa, sebab kesalahan

dalam pengambilan keputusan dapat berakibat pada pengurangan ataupun kerugian.

Adapun sikap mental yang dibutuhkan untuk mendukung pertahanan adalah sikap

semangat, percaya diri, disiplin dan menyusun segala kegiatan dengan matang. Sehingga

semakin kreatif seseorang maka semakin banyak pula peluang yang hadir. Oleh karena itu

lah, kesadaran akan berimajinasi pun akan mengantarkan individu atau keluarga untuk

bersikap adaptif terhadap keadaan-keadaan yang ada didepannya.

D.2. Pengelolaan Konflik

Pada kehidupan manusia termasuk dalam berkeluarga tentu terdapat siklus antara

konflik dan kekompakan. Bila kita meminjam pandangan Killman dan Thomas (1978)41

terkait jenis-jenis konflik diantaranya ada tiga. Pertama, konflik persepsi yakni konflik yang

berasal dari perbedaan kebutuhan, kepentingan, keinginan dari anggota keluarga atau

beberapa anggota keluarga. Kedua, konflik perasaan yakni konflik yang muncul sebagai

reaksi emosional terhadap situasi atau interaksi yang memperlihatkan adanya

ketidaksesuaian atau ketidakcocokan. Ketiga, konflik sebagai tindakan adalah ekspresi

perasaan dan pengartikulasian konflik kedalam tindakan untuk memperoleh sesuatu

kebutuhan atau kepentingan.

Apabila ketiga konflik tersebut dapat dikelola oleh keluarga menjadi lebih terarah

dengan baik, maka konflik tersebut dapat dijadikan sebagai kekuatan positif yang

bermanfaat untuk membangun kapasitas individu-individu yang ada didalamnya42. Namun

sebaliknya bila tidak dikelola dapat menjadi berbahaya dan bukan suatu yang tidak

mungkin akan terjadi perpecahan, ataupun tindak kekerasan yang tentunya merugikan

pihak-pihak terkait yang ada didalamnya. Bahkan Geertz43 mencontohkan bahwa banyak

keluarga petani Jawa ketika menghadapi konflik atau menghindari konflik mereka

melakukan involusi, yang mana tanah satu petak milik keluarga petani harus dipotong lebih

kecil-kecil lagi untuk dibagikan kepada anak-anaknya yang banyak. Kegiatan involusi yang

bertujuan mengakomodasi setiap kepentingan anggota keluarga inilah, yang

41

Killman dan Thomas dalam Sumenge. (2013). Manajemen Konflik: Pekerjaan dan Keluarga. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. hal 5. 42Ibid., hal 8. 43 Geertz, Clifford. 1976. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. hal 12.

Page 10: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

mengakibatkan adanya kemiskinan yang terbagi.

untuk menanggulangi kegiatan involusi ini

berkepanjangan, mereka lebih mencoba menerima pembagian tersebut dan

sawah yang lebih kecil tersebut

Oleh karena itulah, untuk menghidari perpecahan yang

maka House44 mengatakan ada beberapa dukungan yang dapat dikelola keluarga untuk

mengarahkan konflik agar lebih bernilai positif. Pertama dukungan emosional (

support), ialah dukungan berupa empati, cinta, dan kepercayaan. Sampai pada akhirnya

anggota keluarga yang mengalami konflik tersebut dapat mencair dan merasakan bahwa

orang disekitarnya ikut memberikan kasih sayang kepada dirinya. Kedua, dukungan

instrumental (instrumental support

uang untuk membantu anggota keluarga yang menghadapi permasalahan atau konflik

dengan mengambil alih tanggung

(appraisal support), ialah dukungan yang membantu anggota keluarga mendapatkan

informasi terkait evaluasi dirinya, baik dalam bekerja, dalam berpenampilan maupun dalam

berperilaku sehari-hari, sehingga

menjadikan konflik lebih mencair dan menghasilkan

diri.

D.3. Bisnis Keluarga

(Gambar : Skema 2)

Seperti halnya arah yang selalu memiliki titik binner, ternyata studi bisnis keluarga

di Indonesia juga memiliki titik tersebut.

mana masing-masing dari mereka, memiliki kekuatan data secara seimbang. Dua kubu ini

adalah kubu optimis dan kubu pesimis. Kubu optimis adalah kubu yang cenderung

44

House dalam Hasibuan, Malayu S. P. (1990). Penerbit CV Haji Masagung. hal 132. 45

Caporaso, James A. and David P. Levine.

Kubu Pesimis

mengakibatkan adanya kemiskinan yang terbagi. Oleh karena itu, keluarga petani

menanggulangi kegiatan involusi ini, sebab daripada mendapatkan konflik yang

berkepanjangan, mereka lebih mencoba menerima pembagian tersebut dan

h kecil tersebut dengan bekerja lebih giat lagi.

Oleh karena itulah, untuk menghidari perpecahan yang diakibatkan oleh

mengatakan ada beberapa dukungan yang dapat dikelola keluarga untuk

agar lebih bernilai positif. Pertama dukungan emosional (

), ialah dukungan berupa empati, cinta, dan kepercayaan. Sampai pada akhirnya

anggota keluarga yang mengalami konflik tersebut dapat mencair dan merasakan bahwa

kut memberikan kasih sayang kepada dirinya. Kedua, dukungan

instrumental support), ialah dukungan yang berupa penyediaan tenaga atau

uang untuk membantu anggota keluarga yang menghadapi permasalahan atau konflik

dengan mengambil alih tanggung-jawab yang ia persoalkan. Ketiga, dukungan penilaian

), ialah dukungan yang membantu anggota keluarga mendapatkan

informasi terkait evaluasi dirinya, baik dalam bekerja, dalam berpenampilan maupun dalam

hari, sehingga dukungan ini dapat mencegah terjadinya konflik ataupun

menjadikan konflik lebih mencair dan menghasilkan pengalaman dalam pengevaluasian

(Gambar : Skema 2)45

Seperti halnya arah yang selalu memiliki titik binner, ternyata studi bisnis keluarga

di Indonesia juga memiliki titik tersebut. Titik binner ini terlihat dari dua kubu besar, yang

masing dari mereka, memiliki kekuatan data secara seimbang. Dua kubu ini

adalah kubu optimis dan kubu pesimis. Kubu optimis adalah kubu yang cenderung

House dalam Hasibuan, Malayu S. P. (1990). Manajemen Sumberdaya Manusia: Dasar dan Kunci Keberhasilan

Caporaso, James A. and David P. Levine. (2008). Teori-Teori Ekonomi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bisnis Keluarga

Kubu Optimis

10

keluarga petani sulit

, sebab daripada mendapatkan konflik yang

berkepanjangan, mereka lebih mencoba menerima pembagian tersebut dan mengusahakan

diakibatkan oleh konflik,

mengatakan ada beberapa dukungan yang dapat dikelola keluarga untuk

agar lebih bernilai positif. Pertama dukungan emosional (emotional

), ialah dukungan berupa empati, cinta, dan kepercayaan. Sampai pada akhirnya

anggota keluarga yang mengalami konflik tersebut dapat mencair dan merasakan bahwa

kut memberikan kasih sayang kepada dirinya. Kedua, dukungan

), ialah dukungan yang berupa penyediaan tenaga atau

uang untuk membantu anggota keluarga yang menghadapi permasalahan atau konflik

jawab yang ia persoalkan. Ketiga, dukungan penilaian

), ialah dukungan yang membantu anggota keluarga mendapatkan

informasi terkait evaluasi dirinya, baik dalam bekerja, dalam berpenampilan maupun dalam

dukungan ini dapat mencegah terjadinya konflik ataupun

dalam pengevaluasian

Seperti halnya arah yang selalu memiliki titik binner, ternyata studi bisnis keluarga

Titik binner ini terlihat dari dua kubu besar, yang

masing dari mereka, memiliki kekuatan data secara seimbang. Dua kubu ini

adalah kubu optimis dan kubu pesimis. Kubu optimis adalah kubu yang cenderung

Manajemen Sumberdaya Manusia: Dasar dan Kunci Keberhasilan. Jakarta:

Pustaka Pelajar. hal. 114.

Page 11: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

11

berstatement positif, hal ini dapat dilihat dari cara mereka mengelaborasi statementnya

yang disertai dengan data kesuksesan dari bisnis keluarga yang mereka miliki. Sementara

kubu pesimis, buku-bukunya lebih banyak hadir ditahun-tahun ketika pasca kebijakan

benteng, juga ketika krisis moneter dan pasca lengsernya Soeharto, karena kubu ini lebih

melihat bukti sejarah dari bisnis keluarga pada saat itu46.

Bahkan lebih jauh dari itu, kebinneran ini sering diperdebatkan oleh dua tokoh

besar yakni Francois Railon dan Heru Nugroho. Francois Railon (2005) misalnya, ia

mencoba memetakan beberapa tokoh besar yang berada di posisi pesimis atas

keberlangsungan bisnis keluarga. Posisi pesimis yang ia gambarkan tersebut, diantaranya

diduduki oleh Yoshihara Kunio, Richard Robison, dan James Clad47.

Pertama-tama Yoshihara Kunio, ia memanggil bisnis keluarga di Indonesia sebagai

”elit ekonomi pencari rente”, dengan cara membuktikan bahwa usahawan yang dibangun

oleh lapisan atas seperti negara ataupun modal asing (komprador) justru bukan membuat

mereka semakin mandiri, namun membuat mereka semakin menjadi parasit ditengah

ketergantungan yang ada48.

Hampir sama dengan Yoshihara Kunio, Richard Robison menjuluki bisnis keluarga

sebagai pelaku ”kabir” (kapitalis birokrat), julukan ini hadir karena adanya kecenderungan

untuk menggantungkan diri kepada kekuasaan negara. Robison pun mencoba

menggambarkan kabir ini dengan cara melihat kebiasaan para borjuasi birokrasi yang terus

mengumpulkan uang, dengan tanpa menghadapi resiko yang rill seperti yang dilakukan

oleh para usahawan pada umumnya49.

Sementara itu, James Clad (1989) lebih menyesalkan pelaku bisnis keluarga pribumi

karena mereka cenderung menjadi ”rekan boneka” dari para pelaku bisnis Tionghoa.

Padahal rezim negara, telah beberapa kali memberikan hak istimewa atas berbagai lisensi

yang tidak dimiliki oleh orang lain diluar pribumi termasuk Tionghoa. Maka dari itulah,

hasil keuntungan yang didapat pribumi, bukan berasal dari usahanya secara mandiri,

namun keuntungan tersebut berasal dari selisih jual-beli berbagai barang lisensi yang

46

Ibid., hal 115. 47

Raillon, Francois. (2001). Dapatkah Orang Jawa Menjalankan Bisnis?; Bangkitnya Kapitalis Pribumi di Indonesia dalam Antlov, Hans dan Sven Cederroth. 2001. Kepemimpinan Jawa: Perintah Halus, Pemerintahan Otoriter. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 223. 48

Ibid., hal. 225. 49

Ibid.

Page 12: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

12

sebenarnya ditujukan negara kepada pribumi, yang kemudian dijual-belikan kepada

Tionghoa50.

Berbagai penjelasan-penjelasan pesimis yang ada diatas, sangat berbanding terbalik

dengan Heru Nugroho yang justru memiliki argumen optimis atas beberapa data yang

dimilikinya. Sebagai salah satu contohnya ia memaparkan konsep self governing

community yang terjadi didalam bisnis keluarga, sebagai hasil dari akumulasi fungsi

keluarga, yang juga membentuk modal sosial yang berkembang secara dinamis51.

Selain itu, Heru Nugroho juga memposisikan kubunya sama seperti Bergen dan

Nerhaus yang juga meneliti komunitas bisnis berbasis keluarga sebagai institusi mediasi

yang cukup efektif dalam memposisikan dirinya sebagai perantara integral antara lembaga

makro diluar sana dengan lembaga mikro seperti individu. Sehingga dengan adanya

komunitas bisnis berbasis keluarga ini dapat membuat para individu memiliki bargaining

position ditengah melebarnya perusahaan raksasa dan menjamurnya para pengusaha52.

Maka dengan kata lain, komunitas bisnis ini dapat dijadikan sebagai alat untuk

menunggangi bisnis Indonesia ditengah kancah persaingan dunia. Sehingga dapat dikatakan

bahwa bila fungsi keluarga yang membentuk self governing community itu menjadi lebih

baik, maka kondisi bisnis keluarga di Indonesia pun juga akan semakin baik53.

D.4. Skema Dasar Keluarga

(Gambar : Skema 3)

50

Ibid., hal. 226. 51

Nugroho, Heru. (2000). Menumbuhkan Ide-ide Kritis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 142. 52

Ibid., hal. 143. 53

Ibid.

Keluarga Pedesaan Keluarga Perkotaan

Keluarga

Nuclear Family

(keluarga inti) Extended Family

(keluarga besar)

Page 13: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

13

Melalui skema diatas, dapat kita lihat bahwa pengertian keluarga secara mendasar

dibagi menjadi dua, yakni nuclear family (keluarga inti) dan extended family (keluarga

besar). Nuclear family (keluarga inti) yaitu keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak

yang diperoleh dari keturunannya atau diadopsi, ataupun keduanya. Sementara extended

family (keluarga besar) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lainnya yang masih

mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan sebagainya54.

Namun seiring berjalannya waktu, pemahaman keluarga menjadi berkembang.

Perkembangan ini terlihat dari hadirnya turunan baru yang mengacu pada pola kota dan

desa. Kecenderungan yang berbeda antara keluarga yang ada dikota dengan keluarga yang

ada didesa ini, telah diungkapkan oleh Soerjono Soekanto (2006) sebagai salah satu alat

untuk memudahkan penggolongan keluarga ditengah kerumitan interaksi sosial yang ada,

yakni dengan cara meninjau penggolongan tersebut melalui tempat tinggal mereka55.

Sehingga, penggolongan ini menurutnya dibagi menjadi dua, yakni keluarga

pedesaan yang digambarkan sebagai kelompok primer, serta keluarga perkotaan yang

digambarkan sebagai kelompok sekunder. Adapun yang dimaksudkan dengan kelompok

primer adalah kelompok keluarga yang memiliki ciri-ciri dasar saling mengenal antara

anggota satu dengan anggota lainnya, serta mengutamakan kerjasama yang erat dan

bersifat pribadi sebagai hasil dari adanya peleburan individu-individu, dalam suatu

kelompok56.

Sementara kelompok sekunder adalah kelompok keluarga yang ditandai dengan

ciri-ciri saling mengenal, akan tetapi cenderung tidak akrab karena hubungan yang terjadi

hanya berdasarkan kepentingan rasional. Maka dari itu, tidak dapat dipungkiri walaupun

kelompok keluarga tersebut saling bertetangga, dapat terjadi saling ketidak-akraban baik

secara aksi maupun secara komunikasi. Hal ini terjadi karena tingginya intensitas bekerja,

sekolah, serta kegiatan primer lainnya57.

Pada pembagian konsep seperti itu, sepertinya Todaro masih sejalan dengan

Soerjono Soekanto. Hanya saja Todaro membagi lagi konsep keluarga perkotaan yang

awalnya dianggap tunggal oleh Soerjono Soekanto, menjadi suatu kelompok yang

bercabang. Cabangan tersebut, membuat kelompok perkotaan dibagi dalam dua kelompok

54

Ibid. 55

Soekanto, Soerjono. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. hal. 92. 56

Ibid. 57

Ibid., hal. 93.

Page 14: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

14

lagi. Kelompok pertama adalah kelompok keluarga yang pindah dari desa ke kota karena

pekerjaan, pendidikan, dan sebagainya. Sementara kelompok kedua adalah kelompok

keluarga yang memang tinggal dikota tersebut sejak awal perkembangan58.

Melalui dua kelompok tersebut jugalah, Todaro (1992) mengidentifkiasi beberapa

perbedaan kecenderungan dalam cara mereka membangun interaksi sosial, seperti

dibawah ini59:

Alat Interaksi Sosial

Kelompok Migrasi Kota Kelompok Asli Kota

- Membentuk komunitas keluarga, paguyuban , - Membentuk komunitas gaya hidup.

atau membuat ikatan asrama tempat asal. -Pola pembagian kerja sudah

- Arisan berbasis tempat asal. terspesialisasi.

- Pola pembagian kerja, semi spesialisasi. - Arisan berbasis teman kantor, ataupun

-Pulang kampung bersama. teman sekolah.

(Gambar : Skema 4)60

Maka, melalui skema tersebut kita dapat melihat bahwa kelompok migrasi kota

merupakan kelompok migrasi rantai. Kelompok migrasi rantai adalah kelompok yang

sama-sama memiliki sebuah kecenderungan untuk mencari tempat dimana mereka dapat

memiliki teman atau kerabat yang satu daerah, yang nantinya akan menjadi sumber untuk

memfasilitasi penyesuaian dan mungkin juga membantu mengkompensasikan atas tiadanya

kebutuhan sumber daya, seperti uang tunai ataupun kebutuhan lainnya61.

Selain itu juga, melalui skema diatas kita dapat melihat bagaimana kelompok asli

kota memiliki management yang sudah tersusun dan terspesialisasi seiring berkembangnya

tempat tinggal mereka. Adapun menurut Todaro (1992), ketersusunan tersebut hadir

58

Todaro, Michael P. (1992). Kajian Ekonomi Migrasi Internal di Negara Berkembang. Yogyakarta: Pusat Penelitian

Kependudukan, Universitas Gadjah Mada. hal. 1. 59

Ibid., hal. 2. 60

Ibid. 61

Ibid.

Page 15: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

sebagai hasil adaptasi mereka terhadap arus globalisasi dan modernisasi yang kini tengah

terjadi62.

D.5. Fungsi Keluarga - Modal Sosial

Tidak kalah menarik dengan keluarga yang dikelompokkan berdasarkan tempat

tinggal seperti diatas, kita juga dapat melihat potensi dari fungsi keluarga itu sendiri ketika

membentuk modal sosial dalam menjalankan suatu bisnis keluarga. Berikut ini

menggambarkan akumulasi fungsi keluarga y

(Gambar : Skema 5)

Melalui skema tersebut kita bisa melihat bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi

utama diantaranya adalah fungsi proteksi (

(socialization function), fungsi reproduksi (

(economic function) dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (

function). Pertama fungsi proteksi (

dengan perlindungan, sehingga fungsi ini berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Kedua, fungsi sosialisasi (

melatih anak dan mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan denga

diluar rumah64.

62

Ibid. 63

Marilyn M. Friedmen (1998), dalam Efendi, Ferry dan Makhfudli.

Penerbit Salemba Medika. hal. 184. 64

Ibid.

Menghasilkan Modal Sosial

fungsi sosialisasi (sosialization

function)

fungsi

ekonomi

(economic

function)

sebagai hasil adaptasi mereka terhadap arus globalisasi dan modernisasi yang kini tengah

Modal Sosial

Tidak kalah menarik dengan keluarga yang dikelompokkan berdasarkan tempat

tinggal seperti diatas, kita juga dapat melihat potensi dari fungsi keluarga itu sendiri ketika

membentuk modal sosial dalam menjalankan suatu bisnis keluarga. Berikut ini

menggambarkan akumulasi fungsi keluarga yang menghasilkan modal sosial

(Gambar : Skema 5)63

Melalui skema tersebut kita bisa melihat bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi

utama diantaranya adalah fungsi proteksi (protection function),

), fungsi reproduksi (reproductive function), fungsi ekonomi

) dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (

). Pertama fungsi proteksi (protection function) adalah fungsi yang berhubungan

dengan perlindungan, sehingga fungsi ini berguna untuk pemenuhan kebutuhan

psikososial. Kedua, fungsi sosialisasi (socialization function), fungsi ini sebagai tempat untuk

melatih anak dan mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan denga

Efendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas

Menghasilkan Modal Sosial

fungsi reproduksi

(reproductive function)

Fungsi Proteksi (protection function)

fungsi

perawata

n atau

pemeliha

raan

kesehata

15

sebagai hasil adaptasi mereka terhadap arus globalisasi dan modernisasi yang kini tengah

Tidak kalah menarik dengan keluarga yang dikelompokkan berdasarkan tempat

tinggal seperti diatas, kita juga dapat melihat potensi dari fungsi keluarga itu sendiri ketika

membentuk modal sosial dalam menjalankan suatu bisnis keluarga. Berikut ini skema yang

ang menghasilkan modal sosial

Melalui skema tersebut kita bisa melihat bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi

), fungsi sosialisasi

), fungsi ekonomi

) dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care

yang berhubungan

dengan perlindungan, sehingga fungsi ini berguna untuk pemenuhan kebutuhan

), fungsi ini sebagai tempat untuk

melatih anak dan mengembangkan kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain

n Komunitas. Jakarta:

Page 16: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

16

Sementara fungsi ketiga adalah fungsi reproduksi (reproductive function), yang

mana keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumberdaya

manusia. Keempat, fungsi ekonomi (economic function), dimana keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi serta sebagai tempat mengembangkan kemampuan

individu untuk meningkatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti

makan, pakaian, dan rumah. Namun fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga dibawah garis

kemiskinan. Fungsi terakhir adalah fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health

care function), fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap

memiliki produktivitas yang mencukupi untuk kegiatan sehari-hari65.

Seiring berjalannya waktu, fungsi tersebut akan mengasilkan modal sosial. Modal

sosial yang berlimpah didalam keluarga, atau modal sosial yang kering didalam keluarga,

tergantung pada bagaimana fungsi keluarga tersebut berjalan. Namun lebih dari itu, konsep

keluarga dan konsep modal sosial ini, erat kaitanya dengan Bourdieu (1992), yang

mendefinisikan modal sosial sebagai suatu sumberdaya yang berbentuk aktual ataupun

maya, yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan

tahan lama berupa hubungan timbal balik seperti pengakuan dan kekerabatan yang sedikit

banyak sudah terinstitusionalisasikan dalam keluarga66.

Namun, agar modal sosial lebih mudah dimengerti, Bourdieu mencontohkannya

pada pertukaran hadiah. Pertukaran hadiah menurutnya adalah upaya untuk

memersonalisasikan hadiah, dan mengubah nilai yang sepenuhnya bersifat moneter,

menjadi sesuatu yang berbeda, karena pertukaran hadiah pada dasarnya dapat dijadikan

sebagai alat untuk menginvestasikan kesolidan, yang mana labanya akan muncul dalam

jangka pendek maupun jangka panjang, baik bentuk uang ataupun bentuk lainnya yang

lebih abstrak67. Namun dari pada itu, ia pun memaparkan bahwa dalam pemupukan modal

sosial, seringkali terjadi ekslusifitas. Padahal modal sosial yang ada seharusnya ditujukan

untuk menyatukan beragam orang dari berbagai ranah sosial. Sehingga ia pun mengambil

statement bahwa hubungan-hubungan yang terbuka dan bervariasi lebih baik dari pada

hubungan ekslusifitas, karena hubungan yang terbuka dan bervariasi dapat

menghubungkan aset internal dengan aset eksternal yang ada didalam keluarga68.

E. Definisi Konseptual

65

Ibid. 66

Bourdieu (1992), dalam Field, John, Op.Cit., hal. 21. 67

Ibid., hal. 23. 68

Ibid., hal. 51.

Page 17: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

17

E.1. Konsep Survivalitas (Beradaptasi dan Bertahan)

Kehidupan manusia termasuk dalam berkeluarga selalu mengahadapi perubahan

sosial. Pada perubahan-perubahan tersebut terjadi hukum seleksi yang mana yang lebih

unggul maka dialah yang lebih mampu menyesuaikan diri dalam kompetisi, sementara yang

kalah lama-lama akan tersingkirkan sebab yang lebih unggul akan menguasai wilayah

mereka serta menjadi bibit pokok dalam perkembangan diwilayah tersebut.

Maka pada perebutan sumberdaya ini kemampuan beradaptasi dan bertahan hidup

benar-benar diuji sedemikian rupa, sehingga kompetisi ini akan bersifat menguntungkan

bagi yang unggul dan bersifat keras bagi yang lemah. Maka dari itulah banyak dari mereka

yang mencoba berbagai strategi untuk berjuang agar dapat bertahan dalam kompetisi-

kompetisi tersebut.

E.2. Pengelolaan Konflik

Konflik yang hadir didalam keluarga dapat dikelola menjadi lebih terarah dengan

menjadikan konflik tersebut sebagai kekuatan positif yang bermanfaat untuk membangun

kapasitas individu-individu yang ada didalamnya69. Akan tetapi sebaliknya, apabila konflik

tidak dikelola dan diarahkan kepada hal yang positif bukan suatu yang tidak mungkin akan

terjadi perpecahan, ataupun tindak kekerasan yang tentunya merugikan pihak-pihak yang

ada didalamnya.

Maka dari itulah adanya pilihan-pilihan yang diambil untuk menghadapi konflik

akan tergantung pada keluarga itu sendiri. Namun keluarga dapat berusaha memberikan

dukungan baik dukungan emosional berupa empati, cinta, dan kepercayaan, maupun

dukungan instrumental (instrumental support) berupa penyediaan tenaga atau uang untuk

membantu dengan mengambil alih tanggung-jawab yang ia persoalkan, dan dukungan

penilaian (appraisal support) agar anggota keluarga mendapatkan informasi terkait

evaluasi dirinya, baik dalam bekerja, dalam berpenampilan maupun dalam berperilaku

sehari-hari.

E. 3. Bisnis Keluarga

Bisnis keluarga ialah sebuah kegiatan yang tidak hanya menghasilkan profit yang

berbentuk moneter, akan tetapi juga menghasilkan profit yang berbentuk abstrak bagi para

pelakunya. Profit moneter dan profit abstrak tersebut, dapat hadir karena adanya

69

Ibid., hal 8.

Page 18: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

18

akumulasi sosial antara fungsi keluarga yang secara kontinyu memproduksi modal sosial,

dengan posisi keluarga yang secara kontinyu terlekat dalam nilai-nilai kultural dan

struktural yang ada. Bahkan, berbagai aktivitas yang dilakukan para anggota keluarga pun

menjadi semakin menarik karena tidak dapat dipisahkan dari proses daily politics yang ada.

Lebih jauh dari itu, sebenarnya studi bisnis keluarga di Indonesia ini memiliki dua

kubu besar, yakni kubu optimis dan kubu pesimis. Kubu optimis adalah kubu yang

cenderung berstatement positif, hal ini dapat dilihat dari cara mereka mengelaborasi

statementnya yang disertai dengan data kesuksesan dari bisnis keluarga yang mereka

miliki. Sementara kubu pesimis, buku-bukunya lebih banyak hadir ditahun-tahun ketika

pasca kebijakan benteng, krisis moneter, dan juga pasca lengsernya Soeharto, karena kubu

ini lebih melihat bukti sejarah dari bisnis keluarga pada saat itu. Akan tetapi, penelitian ini

tidak akan mengekslusifkan dirinya secara sepihak untuk memilih diantara kedua kubu

tersebut. Sehingga penelitian ini akan lebih didorong untuk terbuka terhadap segala

kemungkinan, termasuk membuat pola baru atau bahkan pola tambahan diluar kedua kubu

tersebut.

E.4. Skema Dasar Keluarga

Keluarga dapat diartikan sebagai keluarga besar dan inti. Keluarga besar terdiri dari

ayah, ibu, anak baik keturunan atau adopsi atau bahkan keduanya, nenek, kakek, paman,

bibi, dan sebagainya, pola keluarga besar ini sering disebut dengan extended family.

Sementara keluarga inti adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak baik

keturunan atau adopsi atau bahkan keduanya, pola keluarga inti ini sering disebut sebagai

nuclear family.

Pada kesempatan ini, penelitian juga akan didorong untuk memahami skema dasar

keluarga dengan lebih spsesifik lagi, yakni dengan memahami pola kewilayahan atau

tempat tinggal yang didiami oleh para keluarga. Sehingga pola dan perilaku yang berbeda

antara keluarga yang ada didesa dan keluarga yang berada dikota, dapat diidentifikasi

secara optimal dalam memahami bisnis keluarga yang ada dilapangan.

Lebih jauh dari itu, peneliti juga menambahkan satu sub variatif dari keluarga

perkotaan, yakni keluarga migrasi dan keluarga asli kota. Keluarga migrasi ialah keluarga

yang awalnya berdomisili di desa kemudian pindah kekota, sementara keluarga asli kota

adalah keluarga yang memang lahir dan besarnya dikota.

Page 19: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

19

E.5. Fungsi Keluarga – Modal Sosial

Keluarga memiliki beberapa fungsi dasar diantaranya adalah fungsi proteksi

(protection function), fungsi sosialisasi (socialization function), fungsi reproduksi

(reproductive function), fungsi ekonomi (economic function) dan fungsi perawatan atau

pemeliharaan kesehatan (health care function). Kelima fungsi ini secara kontinyu dapat

menghasilkan modal sosial yang melimpah maupun terbatas. Keterbatasan dan

melimpahnya modal sosial yang ada tergantung pada fungsi keluarga itu sendiri, apakah

fungsi keluarga itu berjalan dengan optimal ataukah berjalan dengan stagnat.

Namun lebih jauh dari itu, modal sosial yang bercirikan adanya kepercayaan, norma

dan jaringan sosial, secara langsung juga akan mempengaruhi keberlangsungan dari bisnis

keluarga. Sebagai contoh, bila kepercayaan tidak ada, norma dan jaringan sosial juga akan

meredup, begitupun sebaliknya bila norma tidak ada, maka kepercayaan dan jaringan sosial

akan berjalan secara tidak beraturan. Sehingga, kapasitas keluarga dalam mengelola fungsi

keluarga menjadi penentu apakah modal sosial itu dapat berjalan optimal bagi

keberlangsungan bisnis keluarga ataukah tidak.

F. Definisi Operasional

F.1. Konsep Survivalitas (Beradaptasi dan Bertahan)

a) Adanya proses seleksi, yang dapat beradaptasi dan bertahan maka ia yang lebih

unggul.

b) Mereka yang kalah adalah yang tidak dapat beradaptasi dan bertahan sehingga

dalam waktu tertentu akan tergeser atau terusir dari wilayah kompetisi.

F.2. Pengelolaan Konflik

a) Adanya perbedaan dalam persepsi, emosional, ataupun tindakan.

b) Adanya pengarahan konflik kedalam suatu tindakan yang lebih terarah seperti

musyawarah.

c) Adanya pengarahan konflik kedalam suatu tindakan yang lebih berdiam diri.

d) Adanya dukungan-dukungan keluarga seperti dukungan tenaga, pemberian kasih

sayang, pemberian penilaian atau pengertian.

F.3. Bisnis Keluarga

Page 20: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

20

a) Bisnis keluarga muncul atas dampak kebutuhan moneter, walaupun memang

hasilnya tidak selalu berbentuk moneter tetapi juga berbentuk abstrak seperti

modal sosial yang berupa kepercayaan, norma dan jaringan sosial yang terjadi pada

internal keluarga maupun eksternal keluarga.

b) Bisnis keluarga yang dimaksudkan disini adalah bisnis keluarga disektor penjualan

bunga.

c) Bisnis keluarga pengelolanya adalah anggota keluarga.

F.4. Skema Dasar Keluarga

a) Keluarga besar terdiri dari ayah, ibu, anak keturunan atau adopsi atau bahkan

keduanya, kakek, nenek, bibi, paman dan sebagainya.

b) Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, anak keturunan atau adopsi atau bahkan

keduanya.

c) Keluarga perkotaan adalah keluarga yang tinggal didaerah yang teknologinya sudah

berkembang, pembangunannya sudah hampir merata, dan tingkat kehidupannya

berada pada level lepas landas.

d) Keluarga pedesaan adalah keluarga yang tinggal didaerah yang teknologinya masih

belum maju, pembangunannya masih jarang dan belum merata, serta tingkat

kehidupannya masih berada pada level tradisional.

e) Keluarga migrasi kota adalah keluarga yang berasal dari desa, kemudian pindah

kekota.

f) Keluarga asli kota adalah keluarga yang memang lahir dan tinggal dikota.

F.5. Fungsi Keluarga-Modal Sosial

a) fungsi proteksi (protection function)

Adanya proses saling melindungi antara anggota keluarga satu dengan

anggota keluarga lainnya.

b) fungsi sosialisasi (socialization function)

Page 21: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

21

Adanya proses sosialisasi yang berupa pengenalan untuk memahami

suatu hal yang berhubungan dengan interaksi sosial yang ada

dimasyarakat.

c) fungsi reproduksi (reproductive function)

Adanya proses penambahan keturunan, agar dapat melanjutkan bisnis

keluarga, dan kegiatan lainnya.

d) fungsi ekonomi (economic function)

Adanya pemenuhan sandang, pangan, dan papan.

e) fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)

Adanya perawatan dan pemeliharan kesehatan, agar anggota keluarga

dapat tetap survive dalam melakukan kegiatan sehari-harinya.

Perawatan dan pemeliharaan ini dapat berupa pemenuhan gizi keluarga,

terdaftar dalam asurasi kesehatan, ataupun terlibat dalam penegakan

kebersihan keluarga.

f) Adanya modal sosial, berupa:

Kepercayaan yakni keadaan saling memahami dan meyakini antara satu

keluarga dengan keluarga lainnya.

Norma yakni seperangkat aturan yang mengikat segala tata perilaku

dalam kehidupan sosial.

Jaringan sosial yakni koneksi antara satu anggota keluarga dengan

anggota keluarga lainnya, atau bahkan dengan orang-orang yang berada

diluar mereka.

G. Metode Penelitian

G.1. Jenis Penelitian

Page 22: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

22

Penelitian terkait tiga bisnis keluarga ini akan menggunakan metode kualitatif

dengan jenis studi kasus. Adapun pemilihan studi kasus dalam penelitian ini, lebih

disebabkan oleh usaha peneliti untuk memahami fenomena kontemporer yang terjadi

secara lebih konstektual dan akurat sesuai dengan ruang dan waktu penelitian70. Adapun

fenomena kontemporer yang dimaksudkan adalah fenomena tiga bisnis keluarga yang

berupa bisnis penjualan bunga yang berada di Jalan Ahmad Jazuli Yogyakarta.

Selain itu, melalui studi kasus yang pada dasarnya memang memiliki fungsi dapat

memfasilitasi sebuah eksplorasi fenomena baik itu individu, organisasi, hubungan, proses

maupun program71, maka dapat dipastikan penelitian ini juga tidak hanya dieksplorasi

melalui satu lensa melainkan berbagai lensa yang memungkinkan beberapa aspek dari

fenomena yang ada akan terungkap serta mudah dipahami ketika rekonstruksi dan

dekonstruksi72. Terutama pada peristiwa-peristiwa kehidupan nyata seperti perubahan

lingkungan sosial, proses organisasional dan managerial industri, hubungan-hubungan

keluarga, hubungan-hubungan internasional dan juga fenomena lainnya.

Lebih jauh lagi, penelitian ini juga akan menggunakan desain multikasus. Desain

multikasus adalah desain yang pada umumnya memang digunakan pada penelitian yang

sama namun berisi lebih dari sebuah kasus tunggal. Selain itu, desain multikasus juga

memandang multikasus sebagai multieksperimen yang menggunakan logika penelitian

yang juga memperlakukan teori sebagai alat bantu dalam mengarahkan73. Maka dari itulah,

melalui penggunaan desain multikasus ini diharapkan dapat membantu mengungkapkan

makna-makna dari kasus maupun fenomena yang terjadi pada tiga keluarga besar yang

memiliki bisnis penjualan bunga, di Jalan Ahmad Jazuli Yogyakarta.

Namun disisi lain, studi kasus sebagai suatu inkuiri empiris yang menyelidiki

fenomena dalam konteks kehidupan nyata ternyata juga memiliki kelemahan dan

kelebihannya tersendiri, terutama pada desain multikasus yang digunakan ini, juga

memiliki kelemahan dan keuntungan tersendiri. Desain multikasus memiliki keuntungan

yaitu dipandang lebih kuat dan lebih menstimulasi dalam proses penelitian. Hanya saja,

dalam penyelenggaraan studi multikasus ini dapat menuntut banyak sumber dan waktu

yang ektra bagi peneliti, bahkan peneliti dapat menjadi tidak terfokus bila tidak dibantu

dengan teori yang ada dalam penelitian ini, yang juga dapat dijadikan sebagai alat untuk

70

Santana, Septiawan. (2007). Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 105. 71

Ibid., hal. 107. 72

Ibid. 73

Ibid.

Page 23: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

23

mengarahkan dan meminimalisir variasi bias yang dapat menyesatkan peneliti dari

banyaknya kebenaran faktual74.

Salah satu kelebihan dari studi kasus lainnya, ialah bisa menjelaskan suatu

fenomena secara unik dan komprehensif75. Akan tetapi juga memiliki keterbatasan secara

metodologis, karena seperti yang kita ketahui, pada dasarnya kasus memang memiliki

batas, lingkup kajian dan pola pikir tersendiri dalam mengungkapkan realitas sosial

tersebut76. Atas dasar hal inilah studi kasus banyak diperdebatkan mengenai aspek validitas

(kemampuan kasus merepresentasikan kasus lainnya), reliabilitas (kemampuan untuk

direplikasi dalam kasus lain dalam kesempatan yang lain), serta generalisasi hasil temuan,

sebagai sebuah teori yang diterima secara umum. Maka dari itulah, peneliti menyadari

bahwa temuan dalam penelitian ini memiliki kemungkinan tidak bisa digeneralisasikan

atau direplikasi pada kasus yang lain dalam setting waktu dan tempat yang berbeda77.

Sehingga dalam penelitian ini, kebenaran dalam studi kasus menjadi suatu hal yang

relatif, karena pada dasarnya pendekatan ini juga mengakui pentingnya manusia yang

memiliki telaah subjektif dalam penciptaan makna tetapi studi kasus juga tidak menolak

beberapa pengertian tentang objektivitas78. Walaupun demikian, namun tetap saja peneliti

tidak menjadi aktor tunggal ketika menginterpretasikan data penelitian. Hal ini dilakukan

demi memperkuat validitas, karena pada dasarnya pendapat dari berbagai narasumber ahli

seperti dosen, kelompok diskusi, dan informan, menjadi suatu hal yang sangat diperlukan,

agar proses interpretasi menjadi lebih berimbang79.

G.2. Unit Analisa Data

Penelitian ini memfokuskan diri pada tiga bisnis keluarga yang bergerak disektor

penjualan bunga, yang berada di Jalan Ahmad Jazuli, Kota Baru, Yogyakarta80.

Adapun peta lokasinya seperti berikut ini81 :

74

Gerring, John. (2004). What Is a Case Study and What Is It Good for?. American Political Science, Review Vol. 98, No. 2 (May 2004), Boston University, Boston: American Political Science Association. hal. 342. 75

Nawawi, Hadari. (1995). Metode Penelitian Sosial; Cetakan 7. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hal. 153. 76

Salim, Agus. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. hal. 100. 77

Ibid., hal. 101. 78

Yin, Robert K. (2006). Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada. hal. 136. 79

Mulyana, Deddy. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. hal. 201. 80

Lokasi spesifik, yakni sebelah selatan Gereja Kota Baru atau sebelah selatan kantor RRI (Radio Republik Indonesia) Yogyakarta.

Page 24: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

24

(Sumber: Radio Republik Indonesia Yogyakarta. (2011). Peta Lokasi Radio Republik Indonesia Yogyakarta,

Jalan Ahmad Jazuli Yogyakarta. http://wikimapia.org/14865317/id/RRI. Peta lokasi ini diunduh pada

Rabu, 26 Juni 2013, pukul 18:02 WIB. Peta lokasi RRI tersebut, bersebelahan langsung dengan obyek

penelitian yakni bisnis keluarga yang bergerak disektor penjualan bunga.)

Melalui peta tersebut, dapat kita lihat bahwa terdapat jalan berwarna merah, dan

sebelah kiri dari gambar jalan berwarna merah tersebut merupakan lokasi penelitian yakni

lokasi tiga bisnis keluarga tepatnya bisnis penjualan bunga segar.

Berhubung tiga bisnis keluarga ini merupakan bisnis keluarga besar, maka

penetapan terhadap narasumber internal menjadi penting untuk dilakukan, terutama atas

dasar posisi strategisnya didalam keluarga besar82. Adapun narasumber internal ini terbilah

menjadi tiga klasifikasi, yaitu :

1). Anggota keluarga yang dituakan, merupakan salah satu narasumber yang sangat

diperlukan untuk mengetahui seluk-beluk bisnis keluarganya, mengetahui kesepakatan-

kesepakan yang terjadi didalam keluarga, serta data-data lainnya.

2). Anggota keluarga yang diberi amanah kios bunga, merupakan salah satu narasumber

yang diperlukan untuk mengetahui cara pengelolaan bisnis keluarga, untuk mengetahui

81

Radio Republik Indonesia Yogyakarta. (2011). Peta Lokasi Radio Republik Indonesia Yogyakarta, Jalan Ahmad Jazuli Yogyakarta. http://wikimapia.org/14865317/id/RRI. Peta lokasi ini diunduh pada Rabu, 26 Juni 2013, pukul 18:02 WIB. Peta lokasi RRI tersebut, bersebelahan langsung dengan obyek penelitian yakni bisnis keluarga yang bergerak disektor penjualan bunga. 82

Baxter, Pamela and Susan Jack. (2008). Qualitative Case Study Methodology: Study Design and Implementation for Novice Researchers. The Qualitative Report, Volume 13 Number 4 December 2008, Ontario, Canada: McMaster University, West Hamilton. hal. 544.

B

S U

T

Page 25: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

25

interkasi dan kecenderungan perilaku antar anggota keluarga, serta megetahui data-data

lainnya.

3). Anggota keluarga yang tidak diberi amanah kios bunga (dalam artian memiliki

pekerjaan lain, atau usaha lain yang tidak sejenis, atau bahkan tidak atau belum memiliki

pekerjaan). Narasumber yang satu ini, dapat membantu peneliti untuk mengkomparasikan

data, serta mengetahui interaksi dan kecenderungan perilakunya.

Lebih jauh dari itu, peneliti juga akan membutuhkan narasumber eksternal yakni

narasumber yang berasal dari luar keluarga besar, namun mempunyai informasi yang juga

sama pentingnya. Sehingga, pemilihan narasumber eksternal ini sangat berguna untuk

mengkomparasikan data agar menjadi lebih komprehensif dan berimbang83. Adapun

narasumber eksternal atau diluar keluarga besar diklasifikasikan menjadi dua, yakni:

1). Pejabat lokal setempat (bapak/ibu RT, RW, Kepala Desa/Lurah), merupakan

narasumber yang diperlukan dalam mencari data terkait seberapa lama mereka sudah

menempati tempat tersebut, dan catatan-catatan sipil lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini.

2). Beberapa tetangga dari keluarga besar, merupakan narasumber yang diperlukan untuk

mengkomparasikan data.

Maka dari itulah, pemaparan obyek nyata dalam penelitian ini, yang kemudian

ditambah dengan peta lokasi serta klasifikasi narasumber internal dari keluarga dan

narasumber eksternal keluarga yang telah dibahas diatas, diharapkan dapat memudahkan

peneliti dalam mencari data dan menganalisa data, serta memudahkan pembaca untuk

memahami unit spsesifik dari penelitian ini84.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.

Sumber data primer diperoleh melalui wawancara, dan observasi partisipan. Pertama

adalah wawancara. Sebelum melakukan wawancara, peneliti berusaha menyusun interview

guide (rancangan pertanyaan), ditujukan agar wawancara tetap terfokus. Wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah model indepth interview (wawancara mendalam)

dengan teknik memberikan pertanyaan secara umum kepada informan dan kemudian

83

Ibid. 84

Santana, Septiawan, Op.Cit., hal. 107.

Page 26: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

26

mengajukan beberapa pertanyaan lanjutan85. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan

alat rekaman untuk mempermudah melakukan analisis86.

Adapun untuk memperoleh data yang mendukung penelitian bisnis keluarga ini,

maka wawancara dilakukan kepada beberapa narasumber yang berasal dari anggota

keluarga, pejabat lokal setempat (RT, RW, Kepala Desa/Lurah), dan beberapa tetangga

keluarga, yang telah lama berinteraksi dan berhubungan dengan keluarga yang memiliki

bisnis keluarga ini.

Kedua, observasi partisipan. Observasi partisipan dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengikuti berbagai kegiatan baik kegiatan dagang, ataupun kumpul keluarga

seperti arisan dan kegiatan lainnya. Selain itu, peneliti juga akan mengamati berbagai

interaksi antara anggota keluarga, mengamati metode penjualan, program dan peraturan

keluarga, proses sharing pengetahuan, serta musyawarah mufakat yang dilakukan oleh

keluarga.

Maka dari itu, observasi partisipan ini sebenarnya memiliki kelebihan tersendiri

diantaranya ialah peneliti dapat lebih mudah memahami konteks data dalam keseluruhan

interaksi sosial, dalam rangka mendapatkan pandangan yang menyeluruh tentang suatu

fenomena yang dilakukan oleh keluarga dalam mengelola bisnis keluarganya. Bahkan lebih

dari itu, observasi partisipan ini dapat mengungkap data-data yang tidak terungkap melalui

metode wawancara87.

Berlanjut kepada sumber data sekunder. Sumber data sekunder pada penelitian ini

diperoleh melalui teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi ini dilakukan peneliti guna

memperoleh informasi lain yang relevan terkait bisnis keluarga, hal ini dilakukan dengan

mencari, mengumpulkan, mengamati, dan mempelajari dokumen yang berupa buku-buku

yang terkait dengan substansi penelitian, dokumentasi media massa, dan jurnal ilmiah88.

Sebab pada dasarnya, data dokumentasi tersebut sangatlah berguna, karena data

dari dokumentasi ini dapat mempengaruhi interpretasi peneliti dalam memandang obyek

penelitian dan menjelaskan fenomena yang kala itu sedang terjadi89. Maka dari itulah,

85

Yin, Robert K, Op.Cit., hal. 140. 86

Ibid. 87

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. hal. 115. 88

Yin, Robert K, Op.Cit., hal. 140. 89

Baxter, Pamela and Susan Jack, Loc.Cit., hal. 545.

Page 27: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

27

teknik dokumentasi ini memiliki kelebihan tersendiri, salahsatunya ialah, memperoleh

wawasan yang luas ketika mengkaji suatu fenomena termasuk fenomena bisnis keluarga90.

G.4. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan salah satu cara dalam mengurutkan dan

mengkategorisasikan data kedalam berbagai bentuk kategori sesuai dengan kebutuhan dari

masing-masing bab, dan dalam melakukan analisis data ini, peneliti akan memulainya

dengan mengumpulkan berbagai data yang didapatkan baik dari wawancara, observasi

partisipan maupun dari dokumen-dokumen91.

Adapun untuk hasil wawancara peneliti akan melakukan transkrip wawancara dari

rekaman wawancara yang didapatkan. Kemudian, hasil dari transkrip tersebut

dikumpulkan dengan berbagai data lainnya92. Sementara untuk data yang dihasilkan

melalui observasi partisipan dan dokumen-dokumen, peneliti akan membuat sebuah

akumulasi laporan baik isinya berbentuk teks, gambar, maupun kliping, dan kemudian

dikumpulkan dengan berbagai data lainnya93.

Langkah selanjutnya, peneliti akan menilai data-data tersebut dan

mengelompokannya berdasarkan kegunaan data untuk setiap bab atau bagian tertentu.

Setelah itu, peneliti akan melakukan interpretasi terhadap data yang sudah dikumpulkan,

dikomparasikan, dan diklasifikasikan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam

melakukan tahap selanjutnya yakni tahap pemberian kesimpulan. Adapun kesimpulan yang

dihasilkan nantinya, merupakan sinkronisasi antara teori dan data yang ditampilkan dalam

bentuk teks94.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan dari hasil penelitian ini, nantinya akan dibagi menjadi lima bab. Bab

pertama merupakan bagian yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, landasan teori, definisi konseptual, definisi operasional, metode penelitian

sampai pada sistematika penulisan. Runtutan ini bertujuan agar pembaca yang membaca

90

Ibid. 91

Creswell, John W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing Among Five Approaches. London: University of Nebraska, Lincoln. hal. 74. 92

Ibid. 93

Ibid. 94

Ibid., hal. 75.

Page 28: Bisnis Keluarga dalam Perkembangan Ekonomi Lokal Indonesiaetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/79639/potongan/S1-2015... · kepada fungsi utama dari keluarga itu sendiri. Fungsi

28

penelitian ini akan mudah menemukan urutan langkah-langkah dalam penelitian, sehingga

inti dari kajian ini akan mudah dipahami oleh pembaca.

Bab kedua, akan berisi sejarah bisnis dari tiga keluarga besar pedagang bunga yakni

keluarga besar Purwo, keluarga besar Kusumo dan keluarga besar Puspo, yang mana

nantinya akan membahas terkait asal-usul terbentuknya bisnis keluarga, serta mengungkap

faktor-faktor yang membuat ketiga keluarga ini memilih bisnis disektor penjualan bunga.

Kemudian, bab ini juga akan mengungkap generasi-generasi yang hadir dari sejak awal

berdiri, sejak masa perkembangan sampai dengan sekarang tahun 2014.

Bab ketiga, bab ini akan membahas terkait persaingan dan pengelolaan bisnis bunga,

oleh keluarga besar Purwo, keluarga besar Kusumo dan keluarga besar Puspo, yang mana

didalamnya membahas bagaimana cara mereka memasuki peluang bisnis, cara mereka

mempertahankan bisnis, cara mereka mengelola pekerja, dan cara mereka mengelola

penjualan.

Bab terakhir atau keempat merupakan bagian kesimpulan dari penelitian ini, dalam

bab ini akan dipaparkan jawaban dari pertanyaan penelitian yang isinya merupakan hasil

akumulasi data dan teori-teori yang ada. Selain itu, pada bab ini juga akan dipaparkan

terkait kontribusi penelitian bisnis keluarga terhadap khasanah ilmu politik secara umum.