bph
TRANSCRIPT
Benign Prostate HyperplasiaPENATALAKSANAAN
Fadhlina Muharmi Hrp0708112239
• Benign Prostate Enlargement (BPE) obstruksi pada leher buli-buli & uretra [Bladder Outlet Obstruction (BOO)] Benign Prostate Obstruction (BPO) perubahan struktur buli-buli / ginjal komplikasi saluran kemih
PENATALAKSANAAN
• Tujuan terapi : mengembalikan kualitas hidup pasien
• Terapi tergantung derajat keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi objektif kesehatan pasien yang diakibatkan oleh penyakitnya.
Watchful waiting
• Tidak mendapatkan terapi tetapi perkembangan penyakit, keadaannya tetap diawasi dokter
• Pasien BPH skor IPSS < 7 keluhan ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari
• Pasien kontrol tiap 6 bulan :– Tanya dan periksa tentang perubahan
keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume residual urine.
– Keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya pikirkan terapi yang lain.
Medikamentosa
• skor IPSS > 7
• Saat BPH mulai menyebabkan perasaan yang mengganggu & membahayakan kesehatan, direkomendasikan pemberian medikamentosa
Jenis obat yang digunakan
1. Antagonis adrenergik reseptor α :
a. preparat non selektif: fenoksibenzamin
b. preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin, & indoramin
c. preparat selektif masa kerja lama: doksazosin, terazosin, & tamsulosin
2. Inhibitor 5 α redukstase : finasteride & dutasteride
3. Fitoterapi
Antagonis Adrenergik α
• Tujuan hambat kontraksi otot polos prostat kurangi resistensi tonus leher buli-buli & uretra.
• Fenoksibenzamine : obat antagonis memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi.
• Komplikasi sistemik yang tidak diharapkan– Hipotensi postural dan penyulit pada sistem
kardiovaskuler
Inhibitor 5 α-redukstase
• Cara kerja : hambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron, yang dikatalisis oleh enzim 5 α-redukstase di dalam sel-sel prostat.
• Beberapa uji klinik menunjukkan obat ini mampu menurunkan ukuran prostat hingga 20-30%, meningkatkan skor gejala sampai 15% atau skor AUA hingga 3 poin, dan meningkatkan pancaran urine.
Fitoterapi
• Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai: anti-estrogen, antiandrogen, menurunkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti-inflammasi, menurunkan outflow resistance, & memperkecil volume prostat.
• Contoh : Pygeum africanum, Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica
Terapi intervensi
• Terapi intervensi :– teknik ablasi jaringan prostat
• pembedahan terbuka, TURP, TUIP, TUVP, laser prostatektomi
– pembedahan dan teknik instrumentasi alternatif.• interstitial laser coagulation,TUNA, TUMT,
dilatasi balon, dan stent uretra
Indikasi pembedahan
• BPH yang telah menimbulkan komplikasi :– retensi urine karena BPO– ISK berulang karena BPO– hematuria makroskopik karena BPE– batubuli-buli karena BPO– gagal ginjal karena BPO– divertikulum bulibuli yang cukup besar karena BPO
• tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi non bedah
• pasien yang menolak pemberian terapi medikamentosa.
Teknik Pembedahan
• Prostatektomi terbuka
• Insisi prostat transuretra (TUIP)
• Reseksi prostat transuretra (TURP)
Prostatektomi Terbuka
• Cara yang paling tua, paling invasif, dan paling efisien di antara tindakan pada BPH yang lain dan memberikan perbaikan gejala BPH 98%
• Menimbulkan komplikasi striktura uretra dan inkontinensia urin lebih sering daripada TURP ataupun TUIP.
TURP
• Pasien dengan keluhan derajat sedang, lebih bermanfaat daripada watchful waiting. (Wasson et al (1995)29 )
• Lebih sedikit menimbulkan trauma dibandingkan prosedur bedah terbuka dan masa pemulihan lebih singkat.
• Memperbaiki gejala BPH hingga 90% dan meningkatkan laju pancaran urine hingga 100%
TUIP
• Prostat yang ukurannya kecil (< 30 cm3)
• Tidak dijumpai pembesaran lobus medius
• Tidak diketemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat
• Waktu yang dibutuhkan lebih cepat, dan lebih sedikit menimbulkan komplikasi dibandingkan dengan TURP.
• Tindakan invasif minimal– Termoterapi– Stent