bppt menuju learning organization

3
BPPT MENUJU LEARNING ORGANIZATION Selasa, 14 Februari 2012 10:15 0 Comments Secara umum, konsep learning organization dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Hal ini pun menjadi ilham bagi BPPT untuk menata organisasi kedepannya. “BPPT siap menjadi Learning organization dan terus menerus melakukan pembelajaran untuk menjadi yang terbaik serta dapat menginspirasi dan memberi contoh bagi organisasi lainnya,” tegas Kepala BPPT, Marzan A Iskandar pada Rakor Setama BPPT, Bandung (13/4). Selain itu, Reformasi birokrasi BPPT yang sudah berada pada tahapan akhir, harus dijaga supaya tidak ada keraguan dari instansi penilai. Bahkan menurut Kepala BPPT, reformasi birokrasi yang dilakukan BPPT patut menjadi contoh bagi instansi lainnya. ”secara model rencana dan konsepsi, saya yakin bahwa itu patut mendapat penilaian yang terbaik,” ujar Marzan. Kepala BPPT meyakini bahwa implementasi reformasi birokrasi di BPPT dapat dengan mudah dijalankan. ”Kenapa lebih mudah, karena saya tahu seluruh pegawai BPPT sangat mudah untuk diajak berubah dan ikut dalam konsep reformasi birokrasi. Yang penting adalah sosialisasi ke seluruh pegawai, sehingga BPPT menjadi organisasi yang memiliki feedback dan mau menjalankan perubahan dari feedback itu. Selama kita melakukan perubahan secara terus menerus, maka BPPT dapat menerima dan adaptif dengan kebutuhan publik,” tambahnya. Konsep Learning organization Konsep Learning Organization ini sendiri menjadi populer sejak Peter Senge melontarkan gagasannya pada buku Fifth Discipline, menurut Peter Senge ada lima pilar yang dapat menjadikan sebuah organisasi menjadi organisasi pembelajar, yakni: 1. Personal Mastery Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan. 2. Mental Model

Upload: paupauagi

Post on 23-Jul-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bppt menuju learning organization

BPPT MENUJU LEARNING ORGANIZATION Selasa, 14 Februari 2012 10:15 0 Comments

Secara umum, konsep learning organization dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Hal ini pun menjadi ilham bagi BPPT untuk menata organisasi kedepannya. “BPPT siap menjadi Learning organization dan terus menerus melakukan pembelajaran untuk menjadi yang terbaik serta dapat menginspirasi dan memberi contoh bagi organisasi lainnya,” tegas Kepala BPPT, Marzan A Iskandar pada Rakor Setama BPPT, Bandung (13/4).

Selain itu, Reformasi birokrasi BPPT yang sudah berada pada tahapan akhir, harus dijaga supaya tidak ada keraguan dari instansi penilai. Bahkan menurut Kepala BPPT, reformasi birokrasi yang dilakukan BPPT patut menjadi contoh bagi instansi lainnya. ”secara model rencana dan konsepsi, saya yakin bahwa itu patut mendapat penilaian yang terbaik,” ujar Marzan.

Kepala BPPT meyakini bahwa implementasi reformasi birokrasi di BPPT dapat dengan mudah dijalankan. ”Kenapa lebih mudah, karena saya tahu seluruh pegawai BPPT sangat mudah untuk diajak berubah dan ikut dalam konsep reformasi birokrasi. Yang penting adalah sosialisasi ke seluruh pegawai, sehingga BPPT menjadi organisasi yang memiliki feedback dan mau menjalankan perubahan dari feedback itu. Selama kita melakukan perubahan secara terus menerus, maka BPPT dapat menerima dan adaptif dengan kebutuhan publik,” tambahnya.

Konsep Learning organization

Konsep Learning Organization ini sendiri menjadi populer sejak Peter Senge melontarkan gagasannya pada buku Fifth Discipline, menurut Peter Senge ada lima pilar yang dapat menjadikan sebuah organisasi menjadi organisasi pembelajar, yakni:

1. Personal Mastery

Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.

2. Mental Model

Page 2: Bppt menuju learning organization

Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan, dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati, dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.

3. Shared Vision

Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam organisasi.

4. Team Learning

Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif, dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya

5. System Thinking

Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.

Rakor Setama 2012

Mengenai Rakor Setama 2012 ini, Kepala BPPT menyampaikan bahwa tema Rakor ”Dengan Semangat Reformasi Birokrasi Kita Percepat Pencapaian Misi BPPT Melalui Peningkatan Layanan Prima” ini sangat penting, dikaitkan dengan upaya BPPT untuk terus meningkatkan kinerjanya yang ditandai dengan semakin meningkatnya pelayanan BPPT kepada stakeholder. ”Setama merupakan unit yang mendukung kegiatan unit teknis, sebagai unit pendukung tentunya sifat supporting pelayanan dari unit kerja di Setama harus mampu memberikan dukungan kepada

Page 3: Bppt menuju learning organization

unit teknis yang memberi pelayanan kepada publik. Bagaimana memberi dukungan kepada unit teknis dalm upaya memberikan layanan kepada publik. Oleh karena itu ukuran utama keberhasilan unit kerja di Setama adalah bagaimana unit teknis merasa bahwa kebutuhan mereka dalam memberikan layanan ke publik dapat terlaksana dengan baik. Ini penting supaya kita tidak kehilangan arah dalam merumuskan layanan prima di setama, bahwa layanan prima adalah layanan prima kepada unit teknis, dan layanan prima unit teknis adalah kepada publik,” jelas Marzan.

Selanjutnya dalam rangka kepindahan kerja kerekayasaan BPPT ke Puspiptek, Serpong, untuk itu tentu saja dukungan dari Setama harus juga menyesuaikan dengan rencana tersebut. Fasilitas kerja tentu patut diperhatikan, bagaimana maintenance gedung, infrastruktur, komunikasi, administrasi program dan lainnya. ”Saya ingin ke depan dapat diminimalisir resiko tidak sinkron antara kegiatan unit teknis dengan setama. Saya berharap rakor ini akan membawa hasil positif dan signifikan dalam layanan Setama. Tantangan kita banyak, hanya dengan kebersamaan dan kemampuan maka hal ini dapat kita lalui dengan mulus dengan hasil maksimal, tutup Marzan.(SYRA/humas)